Tinjauan Atas Prosedur Perhitungan SPT PPH Pasal 23 Pada KPP Purwakarta

(1)

1 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan dalam negeri, terus menerus diupayakan oleh pemerintah agar dapat ditingkatkan penerimaannya. Hal ini karena peranan pajak untuk biaya pembangunan diindonesia makin dominan. Tahun 2006, penerimaan pajak dalam anggaran pendapatan belanja negara (APBN) adalah sebesar Rp.416 trilyun, atau sekitar 70% dari total penerimaan dalam negeri sebesar Rp. 621 trilyun, jumlah ini jauh meningkat dibandingkan dengan APBN tahun 1990 dimana penerimaan pajak dalam anggaran pendapatan belanja negara (APBN) adalah sebesar Rp. 16 trilyun, atau sekitar 50% dari total penerimaan dalam negeri sebesar Rp. 31,5 trilyun. Dengan demikian dimasa yang akan datang biaya pembangunan di Indonesia makin ditentukan dari kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dan keefektifan serta keefisienan pungutan pajak yang dilakukan.

Tidak dapat disangsikan lagi, pajak sebagai penerimaan negara telah menjadi primadona penerimaan negara semenjak era kejayaan minyak yang dulu berfungsi sebagai penghasil utama penerimaan negara. Disamping itu, pajak juga masih memungkinkan sekali untuk ditingkatkan karena tax ratio negara kita relative masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Tax ratio merupakan perbandingan antara penerimaan pajak dibandingkan dengan produk domestic bruto. Dari data APBN dan data produk domestic bruto 2006, tax ratio


(2)

Indonesia tahun 2006 adalah 13.6%. Menurut data dari organization for economic corporation dan development (OECD), angka rata-rata tax ratio untuk 69 negara berkembang selama periode 1996-2002 adalah 15,7%.

Saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian kalangan telah menempatkan pajak proporsional dalam kehidupannya, bahwa pajak telah dianggap sebagai salah satu kewajiban dalam membantu pelaksanaan tugas kenegaraan yang ditangani pemerintah. Indikasi ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah wajib pajak, demikian juga dengan keikutsertaan masyarakat dari berbagai kalangan, apabila ada suatu penyelenggaraan kegiatan mengenai perpajakan, sperti halnya seminar, lokakarya, dialog, penyuluhan, dan sebagainya. Meningkatnya perhatian terhadap perpajakan ini juga dapat dilihat dengan makin banyaknya buku-buku mengenai perpajakan, serta berbagai kolom atau rubric khusus tentang perpajakan diberbagai media masa.

Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan dengan sebelumnya dilakukannya reformasi perpajakan tahun 1984. Saat ini, pajak bukan dianggap sebagai beban, karena dengan membayar pajak akan mengurangi penghasilan atau harta kekayaan seseorang atau sebuah entitas bisnis. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap pajak, yang indikasinya terlihat dari masih sedikitnya jumlah wajib pajak, maupun rendahnya jumlah realisasi penerimaan pajak pertahun dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Padahal diberbagai negara, pajak ditempatkan sebagai penerimaan andalan dalam penerimaan negaranya setiap tahun. Berbagai semboyan juga


(3)

digunakan oleh berbagai negara untuk menempatkan pajak sebagai hal yang penting dalam hal tata kenegaraan.

Bila dilihat mengenai struktur pajak disetiap negara, hampir semua negara mengenakan pajak penghasilan dengan nama yang berbeda antar negara yang satu dengan yang lain. Indonesia sendiri telah lama mengenakan atau menerapkan jenis pajak pengahasilan, yaitu sebelum kemerdekaan (masa penjajahan) yang diatur dengan ordonansi pajak perseroan tahun 1925, ordonansi pajak pendapatan tahun 1944, maupun setelah kemerdekaan seperti pajak atas bunga, deviden dan royalty (PBDR) tahun 1970.

Hingga tahun 2000, pemerintah telah melakukan lima kali perubahan atas undang-undang perpajakan, yaitu tahun 1983, 1985, 1994, 1997, dan 2000 serta perubahan terakhir tahun 2007. Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang No.7 Tahun 1983 Tentang pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengatur bahwa imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dipotong Pajak Penghasilan oleh pihak yang wajib membayarkan sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Tujuan utama dari pembaruan perpajakan nasional (tax reform) adalah untuk lebih menegakkan kemandirian dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan segenap potensi dan kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan cara meningkatkan


(4)

penerimaan negara melalui perpajakan dari sumber-sumber diluar minyak bumi dan gas alam. (penjelasan mengenai RUU perpajakan tahun 1983).

Karena pentingnya penerimaan sektor pajak bagi negara maka pada tahun 2007, Direktorat Jendral Pajak di modernisasi, mulai dari penataan kantor, pelayanan yang ramah dan konsep one stop services concept atau konsep pelayanan satu atap dimana Wajib Pajak (WP) bisa menyampaikan berbagai SPT mulai dari SPT Tahunan PPh 25 dan 29, SPT Masa PPN sampai dengan PBB.

Hingga saat ini salah satu aspek penghitungan pajak yang juga memberikan kontribusi kepada penerimaan pajak adalah pajak penghasilan. Saat ini pajak penghasilan telah memberikan kontribusi yang banyak bagi negara karena itu perlu diberlakukan aturan khusus mengenai pajak penghasilan yang merupakan kewajiban bagi setiap warga negara yang memiliki penghasilan. Oleh karena itu, dalam laporan kerja lapangan kali ini maka akan dilakukan tinjauan kepada Prosedur Penghitungan Pajak Penghasilan dengan mengambil salah satu contoh Prosedur Penghitungan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Purwakarta, hingga akhirnya bisa diketahui perhitungan secara rinci apakah perhitungannya telah memenuhi aspek aspek yang telah ditentukan atau sebaliknya, hingga akhirnya pajak penghasilan bisa memberikan kontribusi kepada negara.

Pemerintah melalui direktorat jenderal pajak berupaya meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar. Dengan meningkatnya jumlah wajib pajak, diharapkan pajak yang dibayar juga meningkat, sehingga tax ratio nya juga akan meningkat. Salah satu upaya yang dilakukan oleh direktorat jenderal pajak untuk meningkatkan jumlah wajib pajak, dalam hal ini wajib pajak orang pribadi, adalah


(5)

melalui pemberian nomor pokok wajib pajak (NPWP) melalui pemberi kerja, yang bertindak sebagai pemotong pajak. Pemberi kerja ini sendiri dapat berupa perusahaan maupun badan hukum lainnya serta orang pribadi yang menjadi pemberi kerja.

Data karyawan yang dipekerjakan oleh pemberi kerja dapat diketahui SPT tahunan PPH 23 dan 21 yang dilaporkan oleh pemberi kerja setiap tahunnya. Agar data karyawan ini bermanfaat, maka pengolahan data SPT tahunan itu sendiri harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Pelaporan PPH 21 dan pasal 23, sebagaimana pelaporan pph pemotongan dan pemungutan lainnya, seperti PPh 22, PPh 24, PPh pasal 4 ayat 2, merupakan konsekuensi adanya withholding tax system yaitu suatu system yang mengatur adanya pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga. Dalam withholding tax system, pemotong pajak harus melaporkan kewajiban pemotongan dan pemungutannya, agar terpantau berapa jumlah yang dipotong dan dipungut serta dapat menjadi sarana cross check dengan data yang dilaporkan oleh pihak yang dipotong dalam SPT tahunannya.

Dengan menjadikannya pajak sebagai penerimaan utama negara, hal ini membuka peluang terjadinya penyelewengan dalam pelaksanaannya. Misalnya saja pemalsuan dokumen pajak oleh oknum orang dalam Kantor Pelayanan Pajak Bumi Dan Bangunan (KP PBB), yang menyebabkan kerugian negara sekitar Rp. 1,5 miliar. Yang terbongkar awal tahun 2007.

Self Assessment System yang berlaku sekarang ini rawan penyimpangan. Ini disebabkan karena yang menghitung besarnya pajak terutang adalah Wajib


(6)

Pajak sendiri. Secara logika, seseorang yang diwajibkan membayar pajak pasti akan melakukan berbagai cara untuk mengurangi jumlah pajak terutang yang harus dibayarnya agar beban pajaknya menjadi lebih sedikit. Oleh karena itu, Untuk mengetahui jumlah pajak yang telah dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada negara, Kantor Pelayanan Pajak bertugas menghitung jumlah pajak yang diterima dengan cara merekam SPT. Selain itu, SPT juga menjadi alat untuk memantau jumlah penghasilan yang diperoleh oleh WP sehingga untuk tahun berikutnya bisa diprediksikan jumlah Pajak Penghasilan yang dapat diterima oleh negara.

Kasus pelanggaran dan penyelewengan tersebut terjadi bukan hanya karena faktor dari petugas perpajakan dan wajib pajak, tetapi kekeliruan bisa saja terjadi karena surat penyampaian pemberitahuan atau dokumen lainnya yang tidak sesuai dengan domisili tempat wajib pajak memperoleh NPWP yang menyebabkan kerugian pada pendapatan Negara.

Direktorat Jendral Perpajakan mengawasi penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ini melalui SPT OP yang disampaikan setiap tahunnya oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak. SPT ini kemudian direkam oleh KPP yang melayani wilayah Wajib Pajak tersebut melalui beberapa prosedur. SPT Tahunan yang telah diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak akan diolah lebih lanjut. Salah satu prosedur pengolahan yang dilakukan adalah perekaman SPT yang dilaksanakan oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas maka penulis tertarik untuk membuat laporan Kerja Praktek dengan judul:


(7)

“Prosedur Perhitungan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh 23 Pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta”

1.2Maksud dan Tujuan kerja praktek

Maksud adanya laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur pajak penghasilan dengan melihat aturan aturan mengikat yang brekaitan dengan pajak penghasilan 23 tersebut. seperti halnya terangkum dalam UU No 7 Tahun 19. Adapun Tujuan Kerja Praktek adalah :

1. Untuk Mengetahui prosedur penghitungan pajak penghasilan di KPP Purwakarta

2. Untuk mengetahui pelaksanaan prosedur PPh 23 yang berjalan saat ini 3. Untuk mengetahui hasil penghitungan pajak penghasilan diKPP

Purwakarta.

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Informasi – informasi yang berhasil dikumpulkan selama kerja praktek ini baik yang diperoleh dari perusahaan maupun literatur, diharapkan akan memberikan manfaat bagi penulis, bagi perusahaan, serta masyarakat secara umum.

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta menjadi informasi yang memadai


(8)

tentang bagaimana prosedur perhitungan SPT PPh 23 diKPP Purwakarta.

2. Bagi Perusahaan

Dapat dijadikan masukan dan bahan untuk mengevaluasi bagi pengembangan diKPP Purwakarta.

3. Bagi Pihak Lainnya

Dapat menjadi tambahan referensi dan tambahan informasi bagaimana prosedur perhitungan PPh 23 diKPP Purwakarta.

1.4 Metode Kerja Praktek

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam penyusunan laporan ini adalah menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang digunakan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan dan menganalisis data. Artinya penelitian yang bertujuan untuk memaparkan, menggambarkan keadaan riil terutama dengan masalah yang dibahas, kemudian dianalisis untuk ditarik kesimpulan.

Adapun teknik dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam penyajian laporan ini adalah :

1. Studi Kepustakaan (library research)

Studi Kepustakaan (library research) yaitu merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai macam bahan bacaan yang ada di perpustakaan, baik buku – buku, diktat dan bahan – bahan lain yang


(9)

ditulis dan disusun oleh beberapa Penulis yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas. Juga catatan – catatan pribadi yang pernah didapat selama mengikuti perkuliahan.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Studi Lapangan (Field Research) yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan metode pengambilan data yang tersedia dilapangan yaitu:

a. Pengamatan (Observation)

Penulis melakukan pengamatan secara langsung, mempelajari, dan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap kegiatan – kegiatan mengenai masalah yang akan Penulis bahas.

b. Wawancara (Interview)

Penulis melakukan kegiatan pengumpulan data dengan cara tanya – jawab sepihak dengan para pegawai atau petugas yang bertanggungjawab dengan perusahaan tersebut dan dikerjakan dengan sistematik dengan berlandaskan kepada tujuan penelitian.


(10)

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1.5.1 Lokasi Kerja Praktek

Penulis melakukan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta, tepatnya di Jl. Ir. H. Juanda No.1, Ciganea Bunder Purwakarta Telp (0264) 206654, 206655, 206656 .

1.5.2 Waktu Kerja Praktek

Penulis melakukan kegiatan kerja praktek dimulai pada tanggal 25 Juli 2011 sampai dengan 26 Agustus 2011.

Tabel 1.1

Aktivitas Kerja Praktek

No Aktivitas Hari Waktu

1. Aktivitas Kerja Praktek Senin - Jum’at 07.00 - 16.00 WIB

2. Istirahat Senin – Kamis 12.00 – 13.00 WIB Senin - Jum’at 11.30 – 13.00 WIB

3. Libur Sabtu - Minggu -


(11)

Tabel 1.2


(12)

12

2.1 Sejarah Singkat kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta

Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta berdiri pada tanggal 1 April 1989, yang

terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : KEP.

276/KMK.01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung.

Kantor ini sebelumnya merupakan Kantor Dinas Luar Tingkat I yang

beralamat di Jalan Veteran Purwakarta yang merupakan bagian dari Kantor Inspeksi

Pajak ( KIP ) Karawang yang beralamat di Jalan A. Yani Karawang, dan Wilayah

kerja KIP Karawang meliputi Daerah Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi,

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang.

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan RI, Kantor Inspeksi Pajak

Karawang ( KIP ) dipecah menjadi 3 Kantor Pelayanan yaitu :

a. Kantor Pelayanan Pajak Bekasi yang wilayah kerjanya meliputi Kabupaten

Bekasi.

b. Kantor Pelayanan Pajak Karawang yang wilayah kerjanya meliputi Kabupaten

Karawang.

c. Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta yang wilayah kerjanya meliputi


(13)

Pada awal tahun 1990 Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Purwakarta berlokasi

di Jalan Kol. Kornel Singawinata no. 78 Purwakarta berupa gedung Kantor berstatus

sewa, dan pada tanggal 17 Januari 1997 Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta

menempati gedung kantor sendiri yang beralamat di Jalan Ir. Juanda No. 1 Ciganea

Bunder Purwakarta, bangunan tersebut berada satu atap dengan Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan Purwakarta (satu Gedung dua Kantor ).

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI. Nomor 443/KMK.01/2001

tanggal 23 Juli 2001, Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta di bawah Wilayah Kerja

Kantor Wilayah DJP Jawa Barat Bagian II Bandung.

Pada tahun 2004 terjadi re -Organisasi Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor

Pelayanan Pajak (KPP / KP.PBB ) Purwakarta, masuk ke Kantor Wilayah DJP Jawa

Bagian Barat III Bekasi.

Pada tahun 2007 terjadi kembali re - Organisasi Direktorat Jenderal Pajak,

Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta, di bawah Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I

Bandung,

Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan RI tanggal 28 Agustus 2007,

Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta, KP.4 Subang dan Kantor Pelayanan PBB

Purwakarta digabungkan, berubah nama menjadi “KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PURWAKARTA”, dan telah diresmikan pada tanggal 5 September 2007, di Bandung.


(14)

Visi Perusahaan ,

Mejadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efesien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Misi Perusahaan,

Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang – Undang perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara melalui sistem Administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

2.2 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi sangat penting untuk terlaksananya fungsi pengorganisasian dengan baik, sebab dengan adanya struktur organisasi akan terlihat dengan jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang terdapat dalam hirearki organisasi dan ini akan memudahkan setiap karyawan untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 276/KMK-01/1989. Kep-94/KMK.01/1994 tentang Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak, Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwakarta merupakan Kantor Pelayanan Pajak Paripurna yang dikepalai oleh seorang Kepala Kantor. Kepala Kantor Pelayanan Pajak dibantu oleh 9 seksi termasuk satu Kantor Penyuluhan Pengamatan dan Potensi Perpajakan di Subang, dengan rincian sebagai berikut :


(15)

1. Kepala Kantor

2. Kepala Sub. Bagian Umum

3. Kepala Seksi Pengolahan Data & Informasi 4. Kepala Seksi Pelayanan

5. Kepala Seksi Penagihan 6. Kepala Seksi Pemeriksaan

7. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

8. Kepala Seksi Pengawasan & Konsultasi (Waskon) I 9. Kepala Seksi Pengawasan & Konsultasi (Waskon) II 10. Kepala Seksi Pengawasan & Konsultasi (Waskon) III 11. Kepala Seksi Pengawasan & Konsultasi (Waskon) IV

2.3 Uraian Tugas Perusahaan 1. Kepala kantor

Adapun tugas Kepala KPP Pratama Purwakarta adalah sebagai berikut: a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan

Pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi Kantor Wilayah b. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pengamanan penerimaan

pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.


(16)

c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut Nota Kesepahaman/Memorandum of Understanding (MOU) sesuai arahan Kepala Kantor Wilayah.

d. Mengkoordinasikan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka instensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pencarian data yang strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

f. Mengkoordinasikan pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan. g. Mengkoordinasikan pembuatan risalah perincian dasar pengenaan

pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.

h. Mengkoordinasikan pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.

i. Mengkoordinasikan penyusunan monografi perpajakan.

j. Mengkoordinasikan pemantaun pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM serta pembayaran PBB dan BPHTB untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.


(17)

2. Kepala Sub Bagian Umum (Kasubbag umum).

- Mengelola bidang Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga Kantor/ Dokumen / inventaris kantor Penanggung Jawab Kepala Sub. Bagian Umum

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Pelayanan dan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian.

b. Melakukan urusan keuangan.

c. Melakukan urusan rumah tangga serta perlengkapan. 3. Seksi Pelayanan.

- Menerima, meneliti dan merekam surat permohonan dari Wajib Pajak, mencetak permohonan NPWP, melayani Wajib Pajak yang berkaitan dengan permasalah perpajakan Penanggung Jawab Kepala Seksi Pelayanan.

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan. b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya. d. Penyuluhan perpajakan.

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.


(18)

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI).

- Melakukan perekaman data dan validasi , Penata usahakan laporan PPAT, Perekaman data SPOP / LSPOP )Penanggung Jawab Kepala Seksi Pemgolahan data dan Informasi.

Memilik tugas dan fungsi : a. Pengumpulan data.

b. Pengolahan data dan validasi. c. Penyajian Informasi perpajakan. d. Perekaman dokumen perpajakan.

e. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

f. Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

g. Pelayanan dukungan teknis computer. h. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing. i. Penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

Melakukan bimbingan / himbauan kepada Wajib Pajak, melakukan kunjungan Kerja ke lokasi WP dalam rangka pengawasan / pemutahiran data, membuat Profil Wajib Pajak Penanggung Jawab Kepala Seksi Waskon I, II, III dan IV,


(19)

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPH, PPN, PBB, BPHTB dan pajak lainnya).

b. Bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan.

c. Penyusunan profil Wajib Pajak. d. Analisis kerja Wajib Pajak.

e. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi. f. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang

berlaku. 6. Seksi Ekstensifikasi

Melaksanakan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan, melaksanakan penelitian pendahuluan pendataan, NJOP PBB Penanggung Jawab Kepala Seksi Ekstensifikasi

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan. b. Pendataan objek pajak dan subjek pajak.

c. Penilaian objek pajak.

d. Kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(20)

7. Seksi Pemeriksaan

Membuat daftar / usulan Pemeriksaan Wajib Pajak yang akan diperiksa,melakukan penelitian kelengkapan berkas permohonan Restitusi, menyusun konsep surat permintaan kelengkapan data. Penanggung Jawab Kepala Seksi Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Memiliki tugas dan fungsi :

a. Pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan. b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak. d. Administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

- Menatausahakan surat Ketetapan Pajak, SK.Keberatan , menyampaikan surat Paksa, , himbauan pelunasan Tunggakan Pajak kepada Wajib Penanggung Jawab Kepala Seksi Penagihan.

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif. b. Penagihan piutang pajak.

c. Penundaan dan pengangsuran tunggakan pajak.

d. Usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlaku. 9. Kelompok Fungisional

Kelompok ini terdiri atas :


(21)

b. Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

2.4 Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwakarta

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwakarta mempunyai Tugas Pokok melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi, dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam daerah wewnangnya berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta mempunyai fungsi pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi Wajib Pajak, mengamankan, menggali dan mengelola Negara dari sektor Pajak.

Dalam melakukan tugas sebagaimana dimaksud diatas, KPP Pratama menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensial perpajakan dan ekstensifikasi wajib pajak.


(22)

b. Penelitian dan pentausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) dan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) Wajib Pajak. c. Pengawasan, pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan, penataushaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

e. Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak berupa pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan Wajib Pajak.

f. Mengeluarkan atau menertibkan surat-surat yang berhubungan dengan perpajakan antara lain :

a. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. b. Surat Ketetapan Pajak (SKP).

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). e. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).


(23)

g. Melakukan penyuluhan terhadap Wajib Pajak dengan tujuan meningkatkan kepatuhan dan pengetahuan perpajakan Wajib Pajak. h. Melakukan tindakan penagihan terhadap tunggakan-tunggakan Wajib

Pajak dengan tahapan : Surat Teguran, Surat Perintah Melakukan Penyitaan dan Pelelangan, dan Surat Paksa.

i. Melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak yang dapat berupa pemeriksaan sederhana lapangan dan pemeriksaan sederhan kantor.


(24)

24 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta, penulis ditempatkan pada Bidang Pengolahan Data dan Informasi (PDI). Dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Praktek tersebut penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan bidang pengolahan Data dan Informasi (PDI) sehari-hari.

3.1.1 Pengertian Prosedur

Suatu kegiatan perusahaan untuk melaksanakan dan untuk mencapai tujuannya memiliki tatacara kerja untuk melaksanakan pekerjaan yang memiliki pola kerja tetap yang sudah ditentukan suatu perusahaaan. Dengan memiliki prosedur yang jelas, maka setiap perusahaan tersebut akan dengan mudah mencapai tujuan dari target usahanya.

Definisi prosedur menurut Ardiyos ( 2004:734 ), yaitu :

“Prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulangkali dan dilaksanakan secara seragam.”


(25)

“Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang jadi berulang-ulang.”

Berdasarkan kedua definisi diatas prosedur dapat diartikan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

3.1.2 Pengertian Perhitungan SPT

Perhitungan SPT menurut peraturan dirjen pajak nomor 15/PJ/2006, tanggal 23 februari 2006 adalah perhitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT masa PPh.

3.1.2.1 Fungsi SPT Dilihat Dari Wajib Pajak, 1. Fungsi SPT bagi wajib pajak penghasilan

A. sarana melapor dan mempertanggungjawabkan penghitungan pajak yang sebenarnya terutang


(26)

dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

C. melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dari satu masa pajak, sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Fungsi SPT bagi pengusaha kena pajak

A. Sarana melapor dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang sebenarnya terutang.

B. Melaporkan pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran

C. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan dengan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

3. Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut pajak

Fungsi ini adalah sarana melapor dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetor. Waluyo, Wirawan B.Ilyas (2003:34-38).

3.1.2.2 Pengisian dan Penyampaian SPT

Wajib pajak harus mengambil sendiri formulir SPT pada kantor pelayanan pajak setempat (dengan menunjukan NPWP) dan mengisi formulir SPT dengan benar, jelas, dan lengkap serta menandatangani sesuai dengan petunjuk yang


(27)

terutang kurang dibayar, akan dikenakan sanksi perpajakan .

SPT yang telah diisi diserahkan kembali ke kantor pelayanan pajak yang bersangkutan dalam batas waktu yang ditetapkan, dan meminta bukti penerimaan SPT. Apabila SPT dikirim melalui PT Pos Indonesia (POSINDO) harus dilakukan secara tercatat, dan tanda bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan.

Khusus lampiran SPT masa pajak pertambahan nilai dapat disampaikan melalui media elektronik yaitu sebagai sarana penyimpanan dana yang digunakan untuk memindahkan data dari suatu computer ke computer lainnya secara elektronik, antara lain disket dan catridge. Oleh karena itu, pengusaha kena pajak administrasi pembukuannya dilakukan dengan computer dalam suatu system basis data (data base system). Dalam pengiriman tersebut struktur datanya (urutan,atribut, dan panjang elemen data yang tersusun dalam satu kesatuan yang baku) ditentukan oleh direktur jenderal pajak.

Dokumen lain yang disyaratkan sebagai kelengkapan SPT masa pajak pertambahan nilai tetap disampaikan menggunakan formulir yang telah ditentukan. Kewajiban menyampaikan SPT masa pajak pertambahan nilai sebagaimana diatur dalam pasal 4 undang-undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Sedangkan bagi wajib pajak yang akan menyampaikan lampiran SPT masa pajak pertambahan nilai dengan media elektronik, wajib mengajukan permohonan tertulis yang dilampiri surat pernyataan system administrasi pembukuan dengan computer


(28)

Apabila dalam pengisian SPT Ternyata terdapat kesalahan, maka wajib pajak atas kemauan sendiri dapat membetulkan sendiri dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak, dengan syarat:

1. Direktur jenderal pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Pembetulan SPT tersebut berakibat utang pajak menjadi lebih besar, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan SPT.

2. Telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan. Selanjutnya, wajib pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar dua kali jumlah pajak yang kurang dibayar.

Sekalipun jangka waktu pembetulan SPT telah berakhir, dengan syarat direktur jenderal pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, wajib pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkannya dalam suatu laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT atau pengungkapan wajib pajak berakibat:


(29)

2. Rugi berdasrkan kententuan perpajakan menjadi lebih kecil atau 3. Jumlah harta menjadi lebih besar atau

4. Jumlah modal menjadi lebih besar

Pajak kurang dibayar yang timbul sebagai akibat pengungkapan ketidakbenaran pengisian spt tersebut, beserta sanksi administrasi berupa kenaikan 50% dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi sebelum laporan disampaikan.

3.1.2.4 Jenis SPT

Jenis SPT diabagi menjadi tiga yaitu :

- Memperhatikan saat pelaporannya SPT dibedakan menjadi dua:

1. SPT-masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat

2. SPT-tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak.

- Batas waktu penyampaian SPT

Sesuai pasal 3 ayat (3) UU No. 16 tahun 2000 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan, batas waktu penyampaian SPT diatur;

1. Untuk SPT masa, paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak. 2. Untuk SPT tahunan, paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak.


(30)

Sekalipun batas waktu penyampaian SPT diatas telah ditetapkan, tetapi wajib pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT tahunan dengan mengajukan surat permohonan perpanjangan batas waktu penyampaian SPT tahunan kepada direktur jenderal pajak dengan disertai: 1. Alasan-alasan penundaan penyampaian SPT tahunan

2. Surat pernyataan perhitungan sementara pajak yang terutang dalam satu tahun pajak.

3. Bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang menurut perhitungan sementara tersebut.

Apabila permohonan wajib pajak tersebut disetujui untuk paling lama 6 bulan dan ternyata penghitungan sementara pajak selama 1 tahun yang terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, atas keurangan pembayaran tersebut dikenakan bunga sebesar 2% sebulan yang dihitung dari batas waktu selambat-lambatnya kewajiban menyampaikan SPT tahunan sempai dengan tanggal pembayaran.

3.1.2.5 Sanksi Administrasi Dan Sanksi Pidana Sehubungan Dengan SPT

Kepada wajib pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi atau sanksi pidana.


(31)

administrasi berupa denda untuk SPT masa sebesar Rp. 50.000,00 dan untuk SPT Tahunan sebesar Rp. 100.000,00.

2. Pasal 38 UU no 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan menyatakan bahwa, apabila wajib pajak tidak menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar karena kealpaan wajib pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu tahun) dan atau denda setinggi-tingginya 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

3. Pasal 39 UU Nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tetntang ketentuan umum dan tatacara perpajakan menyatakan apabila dengan sengaja wajib pajak tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar, atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda setinggi-tingginya 4 kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.


(32)

Definisi Pph 23 menurut Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2003: 185), yaitu: “PPh 23 merupakan pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajak penghasilan pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan,bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya”.

3.1.3.1 Dasar Hukum PPh 23

UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No 36 Tahun 2008.

Khususnya Pada Pasal 23.

PMK-184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Peiaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak

PMK-244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Lain Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf C angka 2 UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No 36 Tahun 2008.

SE - 53/PJ./2009 tentang Jumlah Bruto Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf C angka 2 UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan


(33)

36 Tahun 2008.

Perdirjen No.PER-53/PJ/2009 tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2), Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 15, Pasal 22, Pasal 23, dan/atau Pasal 26 Serta Bukti Pemotongan/Pemungutannya.

3.1.3.2 Pemungut atau Pemotong Pajak

Pemotong PPh pasal 23 adalah pihak-pihak yang membayarkan penghasilan, yang terdiri atas:

1. Badan pemerintah

2. Subjek pajak badan dalam negeri 3. Penyelenggara kegiatan

4. Bentuk usaha tetap

5. Pewakilan perusahaan luar negeri lainnya

6. Orang pribadi wajib pajak dalam negeri yang telah mendapat penunjukkan dari djp untuk meotong PPh pasal 23. Sesuai keputusan DJP No. kep-50/pj/1994, maka wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang sebagai pemotong pajak penghasilan pasal 23 meliputi:

a. Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas


(34)

pembukuan.

3.1.3.2.1 Pengecualian PPh Pasal 23

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang pada bank

2. Sewa yang dibayarkan atau teutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi

3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoeh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, yayasan, atau organisasi sejenis, BUMN, atau BUMD , dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di indonesia.

4. Bunga obligasi yang diterima perusahaan reksa dana.

5. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan diindonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut.

a. Merupakan perusahaan kecil,menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sector-sektor usaha yang ditetapkan menteri keuangan.


(35)

anggotanya.

7. Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh menteri keuangan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya. Berdasarkan keputusan menteri keuangan no. 605/kmk.04/1994, batas seluruh bunga simpanan yang tidak dipotong pph pasal 23 adalah sebesar jumlah yang tidak melebihi Rp. 144.000,00 setiap bulannya.

3.1.3.2.2 Tarif Pemotongan

1. 15% dari jumlah bruto atas penghasilan berupa: a. Deviden

b. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang.

c. Royalty

d. Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 21

2. 15% dari perkiraan penghasilan neto atas penghasilan berupa: a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan


(36)

jasa kontruksi, jasa konsultan , dan jasa lain selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.

3.1.3.2.3 Penghitungan Perkiraan Penghasilan Neto

1. Sewa penggunaan harta bagi wajib pajak orang pribadi. Penghasilan neto sebesar 80% dari jumlah bruto.

2. Sewa penggunaan harta bagi wajib pajak badan dan BUT. Perkiraan penghasilan neto sebesar 40% dari jumlah bruto.

3. Imbalan sehubungan dengan jasa tekhnik, jasa manajemen, dan jasa konsultan. Perkiraan penghasilan neto sebesar 40% dari jumlah bruto.

4. Imbalan sehubungan dengan jasa perancang bangunan, interior dan pertamanan, akuntansi da pembukuan, pembersihan dan pembasmian hama, dan penebangan hutan. Perkiraan pengahsilan neto sebesar 40% dari jumlah bruto.

5. Imbalan sehubungan dengan jasa kontruksi atau pemborong bangunan. Perkiraan penghasilan neto sebesar 10% dari jumlah bruto.(Mardiasmo,1999).


(37)

UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Untuk Jenis Jasa Lain akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan 244/PMK.03/2008 31 Desember 2008 :

 Tarif 15% dari jumlah Bruto: 1. Dividen,

2. Bunga, 3. Royalti,

4. Hadiah, penghargaan, Bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 ayat (1) huruf e UU No.36/2008

 Tarif 2 % dari jumlah Bruto:

1. Sewa dan penghasilan lain penggunaan harta

2. Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi, Jasa Konsultan dan Jasa lain selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

3.1.3.4 Jenis Jasa Dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2% Dari Bruto PMK-244/PMK.03/2008

a. Jasa Penilai b. Jasa aktuaris

c. Jasa akuntansi,pembukuan dan atestasi LK d. Jasa perancang/design


(38)

g. Jasa penambangan dan penunjang di bidang non migas h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara i. Jasa penebangan hutan

j. Jasa pengolahan limbah

k. Jasa penyedia tenaga kerja/outsourcing sevice l. Jasa perantaradan atau keagenan

m. Jasa di bidang perdagangan surat berharga n. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan o. Jasa pengisian suara dan atau sulih suara p. Jasa mixing film

q. Jasa sehubungan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan

r. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan /atau bangunan, selain yang dilakukan oleh WP yg ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempuyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi

s. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan /atau bangunan, selain yang dilakukan oleh WP yg ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempuyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi.


(39)

u. Jasa penyelidikan dan keamanan

v. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer w. Jasa pengepakan

x. Jasa penyediaan tempat dan atau waktu dalam media masa, media luar ruangan atau media lainnya untuk penyampaian informasi

y. Jasa pembasmian hama

z. Jasa kebersihan atau cleaning service aa. Jasa katering atau tata boga.

3.1.3.4.1 Jenis Pemotongan Tarif PPh Pasal 23 Atas Jasa

Sejak 1 Januari 2009 Sesuai PMK-244 TAHUN 2008 Tarif PPh Pasal 23 Atas Jasa Lain Adalah Tarif Tunggal Yaitu 2% , Jadi Besarnya PPh Pasal 23 Adalah 2% Dari Nilai Bruto Tidak Termasuk PPN.

3.1.3.5 Contoh Perhitungan PPh Pasal 23

3.1.3.5.1 Dibawah Ini beberapa Cara Menghitung PPh Pasal 23

1. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Bunga, Termasuk Premium, Diskonto, Dan Imbalan Karena Jaminan Pengembalian Utang

- Atas penghasilan berupa bunga dikenakan pemotongan PPh pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto .


(40)

PT karya utama membayar bunga atas pinjaman membayarkan bunga kepada PT indo jaya sebesar 80jt.

PPh Pasal 23 yang dipotong PT karya utama adalah : 15% x 80jt = Rp. 12.000.000,00

2. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Royalty

- Atas penghasilan yang berupa royalty akan dikenakan pemotongan pph pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto

Cv . Selera makan membayar royalty kepada ny. Sulastri atas pemakaian merek ayam goreng “bu lastri” sebesar Rp. 30jt,

PPh Pasal 23 yang dipotong cv selera makan adalah: 15% x 30jt = Rp. 4.500.000

Apabila Ny.Lestari belum memliki NPWP, maka PPh Pasal 23 yang dipotong CV. Selera makan adalah :

30% x 30jt = Rp. 9.000.000,00

3. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Hadiah, Penghargaan, Bonus, Dan Sejenisnya

- Atas hadiah atau penghargaan yang diberikan melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan yang diterima oleh wajib pajak badan termasuk BUT dikenakan pemotongan PPh pasal 23 sebesar 155 dari jumlah bruto.


(41)

CV. Perdana mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp. 200.000.000,00 atas undian tabungan yang diselenggarakan bank artha raya

PPh Pasal 23 yang dipotong bank artha raya adalah: 15% x Rp. 200.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00

4. Cara Menghitung PPh Pasal 23 Atas Sewa Dan Penghasilan Lain Sehubungan Dengan Penggunaan Harta

- Atas penghasilan sewa dn penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta ( kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan) dikenakan pemotongan pph pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk ppn

PT sejahtera raya menyewa sebuah traktor milik susanto dengan nilai sewa sebesar Rp. 10.000.000,00.

PPh Pasal 23 yang dipotong PT. Sejahtera Raya adalah: 2% x Rp. 10.000.000,00 =Rp. 200.000,00

Apabila susanto belum memliki NPWP, maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT. Sejahtera raya adalah:

4% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 400.000,00


(42)

Tekhnik, Jasa Manajemen, Jasa Kontruksi, Jasa Konsultan, Dan Jasa Lain - Atas penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa

manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah potong PPh Pasal 21 dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN.

a. PT. Pilar utama yang baru berdiri menerima jasa dari CV. Konsultindo untuk membuat system akuntansi perusahaan dengan imbalan sebesar 11.000.000,00 ( termasuk ppn Rp. 1.000.000,00).

PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT. Pilar utama adalah : 2% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 200.000,00

b. FA. Duta bangsa membayarkan jasa cleaning service kepada PT. Mitra makmur sebesar Rp. 15.000.000,00

PPh Pasal 23 yang dipotong oleh FA . Duta bangsa adalah sebesar 2% x Rp. 15.000.000,00 = Rp. 300.000,00

Apabila PT. Mitra makmur belum memiliki npwp, maka PPh pasal 23 yang dipotong FA. Duta bangsa adalah :

4% x Rp. 15.000.000,00 = Rp. 600.000,00

c. CV. Terang abadi mengikat kontrak dengan PT. Almaidah yang merupakan perusahaan catering makanan untuk menyediakan makan siang bagi karyawan


(43)

100.000.000,00 .

PPh Pasal 23 yang dipotong adalah sebesar :

2% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 1.500.000,00 (Mardiasmo , mba.ak 2009 ).

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Seksi Pengolahan Data Informasi memiliki tugas membantu Kepala Kantor dalam penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas, pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi serta pengolahan SPT. Secara rinci, tugas Seksi Pengolahan Data Informasi adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kanwil DJP bertugas untuk melakukan pengawasan dan pemantauan kegiatan inventarisasi dan/atau perekaman SPT di KPP sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

2. Kepala Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi menyusun Laporan Bulanan Kemajuan Inventarisasi SPT yang Belum Direkam tingkat Kanwil DJP berdasarkan Laporan Bulanan Kemajuan Inventarisasi SPT yang Belum Direkam dari KPP. Laporan Bulanan Kemajuan Inventarisasi SPT yang Belum Direkam tingkat Kanwil DJP adalah sebagaimana diatur dalam Lampiran V.11.

3. Kepala Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi menyusun Laporan Bulanan Kemajuan Perekaman SPT tingkat Kanwil DJP berdasarkan


(44)

Bulanan Kemajuan Perekaman SPT tingkat Kanwil DJP adalah sebagaimana diatur dalam Lampiran V.12, Lampiran V.13, dan Lampiran V.14.

4. Berdasarkan hasil rekapitulasi laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2, Kepala Kanwil DJP c.q. Kepala Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi mengawasi dan memantau kegiatan perekaman SPT dari masing-masing KPP yang berada dilingkungan kerjanya dengan cara:

A. Meneliti kinerja inventarisasi dan/atau perekaman SPT berdasarkan laporan bulanan kemajuan kegiatan yang dikirimkan KPP;

B. Menganalisis permasalahan/kendala dalam inventarisasi dan/atau perekaman SPT pada KPP yang kinerjanya di bawah rata-rata; dan

C. Menghimbau secara aktif KPP yang bersangkutan untuk meningkatkan kinerja inventarisasi dan/atau perekaman SPT dan melakukan kunjungan ke KPP tersebut untuk melihat permasalahan sebenarnya dan memberikan solusi.

5. Kepala Kanwil DJP menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3 kepada Direktur Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.


(45)

Purwakarta dari tanggal 25 Juli 2011 sampai dengan 26 Agustus 2011, penulis melakukan beberapa kegiatan untuk membantu petugas Pelaksana Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI) antara lain:

1. Mendapatkan penjelasan umum tentang kepegawaian dan struktur organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta. Informasi dan penjelasan singkat mengenai sejarah perusahaan. Informasi dan penjelasan tersebut diperoleh dari bidang atau bagian umum.

2. Perkenalan dengan staf dan karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta.

3. Diperkenalkan dengan staf-staf yang ada dibagian PDI

4. Setelah diperkenalkan di bimbing serta mendapatkan penjelasan bagaimana prosedur penginputan pengisian SPT dari awal dibuat hingga selesai.

5. Dipelajari apa yang sudah dijelaskan sebelum praktek dimulai.

6. Apabila sudah memahami apa yang telah dijelaskan oleh staf PDI Selanjutnya Memulai menginput data.


(46)

PENGINPUTAN DATA SPT

Kepala bidang dukungan teknis dan

konsultasi

Kepala kanwil DJP Direktur Potensi, Kepatuhan,

dan Penerimaan

Mulai

Menerima laporan bulanan kemajuan inventarisasi SPT yang belum direkam dari KPP

Menerima laporan bulanan kemajuan perekaman SPT ke kantor wilayah DJP

Meneliti kinerja inventarisasi SPT dan kemajuan perekaman SPT DI KPP

Menganalisis permasalahan/kendala dalam inventarisasi dan perekaman spt di KPP yang kinerjanya berada dibawah rata-rata.

Menghimbau, dan memberikan solusi atas permasalahan/kendala dalam inventarisasi dan perekaman SPT di KPP

Menyusun laporan bulanan kemajuan inventarisasi SPT yang belum direkam tingkat kanwil DJP

Menyusun laporan bulanan kemajuan perekaman SPT tingkat kanwil DJP

Laporan bulanan kemajuan inventarisasi SPT tingkat kanwil DJP

Laporan bulanan kemajuan perekaman SPT tingkat kanwil DJP

Laporan bulanan kemajuan inventarisasi SPT tingkat kanwil dan laporan bulanan kemajuan perekaman SPT tingkat kanwil DJP

Menyetujui dan menandatangani laporan bulanan kemajuan inventarisasi SPT tingkat kanwil dan laporan bulanan kemajuan perekaman SPT tingkat kanwil DJP

Menerima laporan bulanan kemajuan inventarisasi SPT tingkat kanwil dan laporan tingkat kemajuan perekaman SPT tingkat kanwil DJP


(47)

%2080.PJ.2011%20LAMPIRAN.pdf

3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek

3.3.1 Prosedur Penghitungan Pajak Penghasilan di KPP Purwakarta 3.3.1.1 Prosedur SPT masa PPh 23

Merekam SPT masa menggunakan system yang berasal dari direktorat jenderal pajak yang berbasis pemrograman data, dimana system yang digunakan berbasis teknologi dengan tahapan sebagai berikut:

- Login user

- Masukan NIP dan password

- Pilih PPh kemudian pilih Masa-2009 kemudian pilih PPh 23 - Kemudian masukan NPWP

XX.XXX.XXX.X – XXX.XXX

 2 digit pertama menunjukkan jenis WP. Untuk WP Badan 2 digit pertama adalah 01 - 03 sedangkan untuk WP OP 04 dst.

 3 digit setelah tanda strip adalah kode KPP. Untuk KPP Pratama Soreang kodenya adalah – 445

 3 digit terakhir setelah kode KPP adalah kode cabang perusahaan atau istri untuk WP perorangan misalnya -445.001


(48)

pilih, setelah itu bakal muncul SPT berhasil disimpan kemudian klik OK

- Merekam isi SPT berikut lampirannya.(lihat lampiran) - Jika SPT balance maka klik ok.

Untuk lebih jelasnya prosedur tersebut akan dijelaskan melalui form-form sebagai berikut :

Gambar 3.1 Tampilan login disini meminta NIP pegawai sebagai username, dan password


(49)

Gambar 3.2 klik tombol PPh,kemudian pilih masa-2009


(50)

Gambar 3.4 induk


(51)

Gambar 3.6 bukti potong pasal 26


(52)

Gambar 3.8 daftar SSP


(53)

Cara perhitungannya sebenarnya sederhana saja, jauh lebih mudah dibandingkan perhitungan PPh Pasal 21. Sebelum ke cara dan contoh perhitungannya, serta prosedur pencatatan dan pelaporannya, ada beberapa jargon (istilah) yang perlu dipahami pengertiannya, yaitu: BUT = Acronym dari Badan Usaha Tetap = Representative Office = Perwakilan perusahaan asing yang berkedudukan di Indonesia. Jumlah Bruto/Penghasilan Bruto/Nilai Bruto = Total nilai transaksi persewaan= Penghasilan yang diterima atas persewaan sebelum memperhitungkan adanya perkiraan cost/expense yang timbul guna memperoleh penghasilan tersebut. Jumlah Neto/Penghasilan Neto/Nilai Neto = Total Nilai transaksi persewaan [dikurangi] perkiraan cost/expense yang timbul guna memperoleh penghasilan persewaantersebut.

DPP = Dasar Pengenaan Pajak = Nilai Neto/Penghasilan Neto = Penghasilan setelah dikurangiperkiraanexpense/cost.

Pemotong = Pihak yang melakukan pemotongan atas obyek PPh Pasal 23 Terpotong = Pihak penerima penghasilan atas obyek PPh Pasal 23

3.3.2 Pelaksanaan Prosedur PPh 23 Yang Berjalan Saat Ini

Berdasarkan penghitungan yang telah ditetapkan serta prosedur yang harus diikuti maka disimpulkan bahwa sejauh ini prosedur penghitungan pajak penghasilan di KPP Purwakarta adalah:


(54)

dengan baik dan mudah dimengerti bagi wajib wajib maupun para pekerja. 2. Prosedur perhitungan tersebut tidak ada masalah yang begitu besar, apabila

ada masalah apabila masalah itu timbul dari kesalahan menginputkan data serta computer eror.

3. Prosedur perhitungan serta penginputan data tidak ada yang rumit, kecuali apabila kita salah menginputkan data atau tidak sesuai dengan yang sudah ditetapkan maka dalam pengerjaannya pun akan mengalami kesulitan, harus dibutuhkan kejelian dalam menginputkan data jangan sampai ada yang salah.

3.3.3 Hasil Penghitungan Pajak Penghasilan di KPP Purwakarta

Berdasarkan pemantauan dan praktek yang dilakukan penulis di PDI sejauh ini penghitungan pajak penghasilan sudah membeikan kontribusi kepada Negara dengan penghitungan sbb:

Rumus-Rumus Perhitungan PPh 23

1. Cara menghitung PPh Pasal 23 atas Bunga, Termasuk Premium, Diskonto, Dan Imbalan Karena Jaminan Pengembalian Utang, cara mengitung PPh Pasal 23 atas royalty,cara menghitung PPh Pasal 23 atas hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya.


(55)

Sehubungan Dengan Penggunaan Harta, cara menghitung PPh Pasal 23 atas imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manejmen, jasa konsultan, dan jasa lain

1. Pada tanggal 10 May 2008, PT. Sukses Gemilang Purwakarta membagikan dividen masing-masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan, PT. Sukses Gemilang Purwakarta wajib memungut PPh Pasal 23.

A. Dari segi pemotong

Berapa besarnya PPh Pasal 23 yang harus di potong? Bagaimana cara mencatat pembagian dividen tersebut? Bagaimana prosedur

pemotongan, pencatatan dan pelaporan PPh Pasal 23-nya? Bagaimana pengaruhnya terhadap PPh Pasal 25 dan 29 PT. Sukses Gemilang? B. Dari sisi yang terpotong:

Apa yang harus dilakukan?, apa pengaruh PPh Pasal 23 terhadap PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29 pihak yang terpotong?

Tarif PPh Pasal 23 atas dividen adalah 15%, Sehingga besarnya PPh Pasal 23 yang dipotong kepada masing-masing pemegang saham dihitung dengan formula:

PPh Pasal 23 = Tarif x Jumlah Bruto = 15% x 10,000,000 PPh Pasal 23 = Rp 1,500,000


(56)

1,500,000

Total PPh Pasal 23 yang dipotong (untuk 20 orang) = Rp 30,000,000 Atas pembagian dividen tersebut, PT. Sukses Gemilang

Purwakarta:

1). Pada tanggal 10 May 2008, melakukan pencatatan atas pembagian dividen dan pemotongan PPh Pasal 23, dengan jurnal: [Debit]. Dividen = Rp 200,000,000 (Jumlah bruto x 20)

[Credit]. Cash = Rp 170,000,000 (Total Bruto – PPh Pasal 23) [Credit]. Utang PPh Pasal 23 = Rp 30,000,000

2). Pada tanggal 10 May 2008, melakukan pemotongan dan menerbitkan bukti pemotongan PPh Pasal 23 atas dividen yang diterima oleh pemegang saham masing-masing sebesar Rp 1,500,000 kepada keduapuluh penerima dividen.

3). Pada penutupan buku Tanggal 30 May nanti, di neraca PT. Sukses Gemilang Purwakarta akan muncul: Dividen (pengurang retained earning) sebesar Rp 200,000,000 di sisi Pasiva, pada kelompok equity, dan Utang PPh Pasal 23 sebesar Rp 30,000,000 di sisi aktiva lancar (current asset). Itulah disebut “saat pengakuan PPh Pasal 23 terhutang”


(57)

4). Pada tanggal 10 June 2008 (latest) menyetorkan PPh Pasal 23 (yang telah dipungut olehnya) ke kas negara melalui bank persepsi (disebut “Saat penyetoran”), dan atas penyetoran tersebut dicatat dengan jurnal:

[Debit]. Utang PPh Pasal 23 = Rp 30,000,000 [Credit]. Cash = Rp 30,000,000

Dengan jurnal di atas, maka Utang PPh pasal 23 menjadi nol, dan akumulasi cash-out adalah Rp 200,000,000 (sama dengan pengakuan dividen-nya: Rp 170,000,000 telah dicatat tanggal 10 May dan Rp 30,000,000 telah dicatat tanggal 10 June 2008).

5). Tanggal 10 June 2008 (latest), melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 disertai:

a). Daftar pemotongan

b). Bukti Pemotong masing-masing 1 copy

c). SSP atas setoran yang telah dilakukan melalui bank persepsi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak yang telah dihitung dari PPh Pasal 23 menguntungkan, menguntungkan bagi wajib pajak serta menguntungkan terhadap penerimaan pajak disuatu KPP tersebut, selain perhitungan yang mudah prosedur terhadap perhitungannya pun mudah dan dimengerti oleh wajib pajak.


(58)

Purwakarta,sejauh ini berdasarkan penghitungan yang dilakukan telah sesuai prosedur dan ketentuan yang telah ada.pendapatan pajak di KPP tersebut didominasi oleh sector industry.


(59)

59 4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan kerja praktek tersebut dan setelah penulis memahami, dan mempelajari serta menguraikan tentang pelaksanaan prosedur atas perhitungan SPT PPh 23 di KPP Purwakrata maka penulis mencoba menyimpulkan beberapa hasil kegiatan kuliah kerja praktek yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta yaitu :

1. Prosedur perhitungan/pengolahan data SPT masa PPh 23 pada KPP Pratama Purwakarta dikatakan sudah berjalan dengan baik bila dilihat dari pengisian SPT sudah benar dan pihak KPP tidak boleh untuk merubahnya sendiri meskipun kesalahan yang dilakukan WP hanya pada perhitungan harta saja.

2. Sejauh ini dalam prosedur penghitungan SPT PPh 23 Bagian-bagian yang terlibat didalam perhitungan/pengolahan data SPT PPh 23 di KPP Pratama Purwakarta dalam seksi pemeriksaan, serta seksi PDI tersebut , saat ini sudah terlaksana dengan baik karena cukup mudah dimengerti oleh setiap pegawai setempat dan disetiap-setiap form-formnya mempunyai alur petunjuk yang sangat jelas, sehingga perhitungan/pengolahan data cepat dan mudah.


(60)

Selain itu, ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan perhitungan SPT bersifat mutlak agar ketentuan perhitungan SPT dapat berjalan dengan efektif dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di direktorat jenderal pajak. Dalam kegiatan pelaksanaan prosedur atas perhitungan SPT PPh 23 pada KPP Pratama Purwakarta telah berjalan dengan efektif dan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan agar proses verifikasi dan perhitungan SPT berjalan dengan lancar.

3. Berdasarkan penghitungan dan prosedur penghitungan SPT PPh 23 di KPP Purwakarta hasil yang diperoleh sangat baik, karena terdapat banyak objek pajak berupa perseorangan maupun industry di daerah kabupaten ini, karena jumlahnya cukup besar untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak. 4.2 Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka Penulis memberikan saran untuk peningkatan dan kelancaran dalam pelaksanaan prosedur perhitungan SPT PPh 23 di KPP Pratama Purwakarta yaitu :

1. Prosedur dalam penghitungan pajak PPh sesuai dengan peraturan direktorat jenderal pajak dan tidak boleh melenceng dari hal tersebut 2. Petugas perhitungan/pengolahan data harus yang berkompeten

dibidangnya.

3. Setiap tugas ataupun jenis pekerjaan harus dilakukan oleh setiap pegawai haruslah sesuai dengan posisi, peran, fungsi masing-masing dan bertanggung jawab terhadap tugasnya.


(61)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang S – 1 Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh : RIDWAN SETIADI

21108031

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(62)

61

Mardiasmo. 2009. Perpajakan, edisi revisi. Yogyakarta : Andi Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat .

Waluyo, wirawan B.ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : salemba empat

luk.staff.ugm.ac.id/phk/adm/2010/PajakJakarta.pptxhttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q= contoh%2Bperhitungan%2Bpph%2B23&source=web&cd=28&ved=0CEQQFjAHOBQ&url=htt p%3A%2F%2Fluk.staff.ugm.ac.id%2Fphk%2Fadm%2F2010%2FPajakJakarta.pptx&ei=uA6kTs f1DMWJrAeE2e3_BQ&usg=AFQjCNEq5aB85568GboXvzEKI3pXVs9EsA&cad=rja

http://www.pajak.go.id/500200_microsite/engine/peraturan/att/SE%20 %2080.PJ.2011%20LAMPIRAN.pdf


(63)

62 Nama Lengkap : Ridwan Setiadi

Tempat Tanggal Lahir : Purwakarta, 16 Juli 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Pemuda No.23 RT 06/08 Desa Mekargalih Ciganea-Purwakarta

DATA PENDIDIKAN

TK PONDOK AL-ISLAM PURWAKARTA 1995 - 1996 SDN 1 MEKARGALIH PURWAKARTA 1996 - 2002 SMP NEGERI 4 PURWAKARTA 2002 - 2005 SMA NEGRI 1 JATILUHUR PURWAKARTA 2005 - 2008

Sampai sekarang ini masih tercatat sebagai mahasiswa di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) Bandung tahun pendidikan 2008.


(64)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. beserta seluruh keluarganya, sahabatnya, dan akhirnya kepada kita semua selaku keturunannya hingga akhir zaman nanti.

Atas rahmat dan ridha – Nya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian. Usulan Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kerja praktek Strata 1 Program Studi Akuntansi dalam menempuh Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dimana judul Laporan Kerja Praktek yang diambil, yaitu: “TINJAUAN ATAS PROSEDUR PERHITUNGAN SPT PPH PASAL 23 PADA KPP PURWAKARTA”. Untuk itu Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

yang sebesar – besarnya kepada Papa dan Mama yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada hentinya, mendorong dan selalu memberi semangat Penulis untuk menyelesaikan laporan usulan penelitian ini.


(65)

ii

Dalam kesempatan ini pula Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M. Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra. SE. M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan sebagai Penguji I. 3. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE. M. Si., selaku Ketua Program Studi

Akuntansi dan sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk demi selesainya Laporan Kuliah Kerja Praktek ini.

5. Staff kesekretariatan Program Studi Akuntansi ( Teh Dona dan Teh Senny) makasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.

6. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali Penulis dengan pengetahuan.

7. Ibu siti , selaku staff di Bidang Umum kantor pelayanan pajak pratama purwakarta yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis untuk melakukan Kerja Praktek.

8. Bapak Lisdiarto, SE., Ak., selaku kepala seksi Pengolahan Data dan Informasi yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis untuk melakukan Kerja Praktek.

9. Untuk kedua orangtuaku, serta kakakku Rinna purwanti terimakasih telah memberikan doa dan dukungannya.


(66)

iii

10. Untuk sahabat – sahabatku, Giska, Susan, Windy, Reni Rosita , Ressa, dan Egit terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

11. Semua teman – teman kelas Akuntansi 1 terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

12.Seluruh pihak yang membantu penyelesaian laporan ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu Penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati Penulis bersedia menerima segala kritik dan saran dari semua pihak untuk peningkatan mutu laporan kerja praktek ini.

Akhir kata Penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat dan menjadi pendorong untuk lebih maju serta semangat berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2011


(67)

(1)

61

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyos. 2004. Kamus Besar Akuntansi. Jakarta : Citra Harta Prima. Mardiasmo. 1999. Perpajakan. Yogyakarta : Andi

Mardiasmo. 2009. Perpajakan, edisi revisi. Yogyakarta : Andi Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat .

Waluyo, wirawan B.ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : salemba empat

luk.staff.ugm.ac.id/phk/adm/2010/PajakJakarta.pptxhttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q= contoh%2Bperhitungan%2Bpph%2B23&source=web&cd=28&ved=0CEQQFjAHOBQ&url=htt p%3A%2F%2Fluk.staff.ugm.ac.id%2Fphk%2Fadm%2F2010%2FPajakJakarta.pptx&ei=uA6kTs f1DMWJrAeE2e3_BQ&usg=AFQjCNEq5aB85568GboXvzEKI3pXVs9EsA&cad=rja

http://www.pajak.go.id/500200_microsite/engine/peraturan/att/SE%20 %2080.PJ.2011%20LAMPIRAN.pdf


(2)

62

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Ridwan Setiadi

Tempat Tanggal Lahir : Purwakarta, 16 Juli 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Pemuda No.23 RT 06/08 Desa Mekargalih Ciganea-Purwakarta

DATA PENDIDIKAN

TK PONDOK AL-ISLAM PURWAKARTA 1995 - 1996 SDN 1 MEKARGALIH PURWAKARTA 1996 - 2002 SMP NEGERI 4 PURWAKARTA 2002 - 2005 SMA NEGRI 1 JATILUHUR PURWAKARTA 2005 - 2008

Sampai sekarang ini masih tercatat sebagai mahasiswa di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) Bandung tahun pendidikan 2008.


(3)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. beserta seluruh keluarganya, sahabatnya, dan akhirnya kepada kita semua selaku keturunannya hingga akhir zaman nanti.

Atas rahmat dan ridha – Nya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian. Usulan Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kerja praktek Strata 1 Program Studi Akuntansi dalam menempuh Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dimana judul Laporan Kerja Praktek yang diambil, yaitu: “TINJAUAN ATAS PROSEDUR PERHITUNGAN SPT PPH PASAL 23 PADA KPP PURWAKARTA”. Untuk itu Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Papa dan Mama yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada hentinya, mendorong dan selalu memberi semangat Penulis untuk menyelesaikan laporan usulan penelitian ini.


(4)

ii

Dalam kesempatan ini pula Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M. Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra. SE. M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan sebagai Penguji I. 3. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE. M. Si., selaku Ketua Program Studi

Akuntansi dan sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk demi selesainya Laporan Kuliah Kerja Praktek ini.

5. Staff kesekretariatan Program Studi Akuntansi ( Teh Dona dan Teh Senny) makasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.

6. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali Penulis dengan pengetahuan.

7. Ibu siti , selaku staff di Bidang Umum kantor pelayanan pajak pratama purwakarta yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis untuk melakukan Kerja Praktek.

8. Bapak Lisdiarto, SE., Ak., selaku kepala seksi Pengolahan Data dan Informasi yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis untuk melakukan Kerja Praktek.

9. Untuk kedua orangtuaku, serta kakakku Rinna purwanti terimakasih telah memberikan doa dan dukungannya.


(5)

iii

10. Untuk sahabat – sahabatku, Giska, Susan, Windy, Reni Rosita , Ressa, dan Egit terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

11. Semua teman – teman kelas Akuntansi 1 terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

12.Seluruh pihak yang membantu penyelesaian laporan ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu Penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati Penulis bersedia menerima segala kritik dan saran dari semua pihak untuk peningkatan mutu laporan kerja praktek ini.

Akhir kata Penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat dan menjadi pendorong untuk lebih maju serta semangat berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2011


(6)