Tinjauan Atas Prosedur Perhitungan Penyetoran Dan Pelaporan Pajak penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 PAda PT. Best Profit Futures Kantor Cabang Bandung Raya
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada di dunia, pada saat ini Indonesia sedang berusaha memperbaiki kondisi ekonomi yang sedang terjadi, dengan usaha tersebut diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia keluar dari krisis perekonomian. Pembangunan Nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Untuk merealisasikan tujuannya diperlukan beberapa faktor antara lain sumber dana untuk pembiayaan pembangunan tersebut. Dalam pembangunan tersebut pemerintah mempunyai pengaruh yang sangat besar, salah satu pengaruh tersebut adalah pemasukan pemerintah yang berasal dari dalam negeri yaitu berupa pajak, retribusi maupun iuran. Hukum pajak merupakan salah satu pendukung yang menunjang keberhasilan perekonomian, sehingga pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Banyak sekali pajak yang bisa dipungut oleh pemerintah, salah satunya Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 atas penyewaan tanah dan bangunan yang bersifat final. Saat ini, di kota - kota besar banyak sekali pembisnis yang lebih memilih menyewa gedung dan atau tanah. Selain biaya pembelian tanah dan pembuatan gedung lebih mahal juga syarat yang harus dipenuhi terlalu rumit dan pembisnis belum mengetahui keadaan bisnisnya akan berkembang baik atau tidak.
(2)
2
Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 adalah pajak penghasilan yang dikenakan terhadap penghasilan yang merupakan objek Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 Undang-Undang no. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 bersifat final sehingga apabila wajib pajak telah dipotong Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 maka atas bukti potong tersebut tidak dapat dikreditkan. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan - tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya.
Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 sangat penting peranannya dalam perusahaan. Dalam prosedur pemotongan, penyetoran dan pelaporan ini dilakukan berdasarkan permohonan wajib pajak (perusahaan) kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang penghasilannya dipungut dari transaksi yang dilakukan dengan perusahaan lain, yang selanjutnya akan diproses atau ditindak lanjuti oleh petugas kantor pelayanan pajak.
Pencatatan dalam Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 sangat penting peranannya dalam perusahaan karena dari analisis di gunakan oleh pihak intern, maupun ekstern perusahaan untuk mengetahui jumlah peredaran atau penerimaan penghasilan bruto serta penghasilan yang dikenakan PPh final sehingga bisa dihitung besarnya pajak yang terutang, serta dapat menggambarkan jumlah peredaran / penerimaan bruto dari masing-masing jenis usaha atau tempat usaha yang bersangkutan, diantaranya dari hasil penyewaan tanah dan/atau bangunan
(3)
kepada perusahaan lain, transaksi penjualan saham serta penghasilan yang didapat dari jasa konstruktif (Pelaksanaan, Perencanaan, Pengawasan).
PT. Bestprofit Future (BPF) kantor cabang Bandung Raya juga melakukan hal yang sama, yaitu menyewa tempat untuk operasional mereka di daerah jalan Asia Afrika Bandung.
Anggaran merupakan bagian dari aktivitas penting yang dilakukan secara rutin pada PT. Bestprofit Future ini, untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai perusahaan pada pemerintah, salah satunya pajak.
Ada beberapa beban pajak yang dibayarkan oleh PT. Bestrofit Future (BPF) kantor cabang Bandung Raya ini, salah satunya Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 tentang penyewaan tanah dan bangunan.
Karena PT. Bestprofit Future (BPF) yang ada di Bandung Raya adalah kantor cabang dengan kantor pusat di Jakarta, maka kantor cabang ini harus melaporkan segala pengeluarannya dan juga pendapatannya selain pada kantor pajak pemerintah tetapi pada kantor pusat juga. Salah satunya pembuatan laporan tentang pajak. Yang nantinya di kantor pusat dan kantor pajak akan di periksa kembali keabsahannya.
Masalah yang terjadi menyangkut tentang kelalaian sumber daya manusia dalam kesalahan memperhitungkan dan mencatat daftar bukti pemotongan Pajak Penghasilan, kesalahan sumber daya manusia dalam menginput nama rekan (perusahaan lain), pengisian bukti pemungutan pajak. Adapun kesalahan lain yang dilakukan saat penyetoran kadang sering terjadi perselisihan dan seluruhnya berujung pada pelaporan yang harus diperbaiki. Tetapi, masalah yang terjadi masih
(4)
4
bisa diatasi oleh wajib pajak (perusahaan). Dengan demikian dapat dilihat bahwa kesalahan tersebut terjadi pada bagian tertentu di PT. Bestprofit Future (BPF) yang kadang tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Hal tersebut dibuktikan sendiri oleh penulis ketika melakukan kegiatan menginput data bukti pemotongan pajak, banyak data yang sudah diinput kemudian muncul kembali data pajak yang sama tetapi hasil dari salinan data kantor. Hal tersebut akan berakibat jumlah Pajak Penghasilan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak dikarena adanya kesalahan dalam penginputan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 yang tidak seharusnya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis menyadari betapa pentingnya suatu perusahaan membayar dan melaporkan pajaknya. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian pada PT. Bestprofit Future (BPF) kantor cabang Bandung Raya dengan mengambil judul:
“PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT 2 PADA PT. BESTPROFIT
FUTURE (BPF) KANTOR CABANG BANDUNG RAYA”.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan laporan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui :
1. Prosedur perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 pada PT. Bestprofit Future (BPF) kantor cabang Bandung Raya kepada kantor pusat dan kantor pajak.
2. Hambatan yang terjadi saat perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 pada PT. Bestprofit Future (BPF) kantor cabang Bandung Raya kepada kantor pusat dan kantor pajak.
(5)
3. Upaya yang telah dilakukan PT. Bestprofit Future (BPF) kantor cabang Bandung Raya dalam mengatasi hambatan yang terjadi ketika melakukan perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 pada kantor pusat dan kantor pajak.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek 1.3.1 Kegunaan Praktis
Kegunaan Praktis atas kerja praktek ini adalah agar perusahaan bisa menyelesaikan segala hambatan yang terjadi pada saat perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 pada PT. Bestprofit Future (BPF) kantor cabang Bandung Raya kepada kantor pusat dan kantor pajak.
1.3.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan baik secara tertulis maupun praktek dilapangan mengenai pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2, selain itu penulis dapat mengetahui bagaimana tata cara pembuatan laporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 standar yang juga berguna dalam menambah pengalaman dan melatih diri untuk menyusun karya tulis.
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan beberapa pemikiran bagi kelangsungan manajemen perusahaan terutama mengenai pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2.
(6)
6
3. Bagi Pembaca/Pihak lain
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dalam menambah pengetahuan mengenai Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 ayat 2 standar.
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 1.4.1 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Lokasi penelitian untuk melaksanakan kerja praktek ini adalah di salah satu perusahaan yang terdaftar pada Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Kementerian Republik Indonesia yaitu PT. Bestprofit Future kantor cabang Bandung Raya, yang beralamat di Jalan Asia Afrika No. 133 – 137 Gedung Sumber Anugerah Mulya Lantai 10 Bandung.
1.4.2 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek dari tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 30 Agustus 2015, setiap Senin – Jumat mulai pukul 08.00 – 17.00.
(7)
KETERANGAN
BULAN
JULI AGUSTUS SEPTEMBER NOVEMBER DESEMBER
Minggu Ke
IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1. Pelaksanaan Kerja Praktek 2. Pengumpulan Data 3. Pengolahan dan
Analisis Data 4. Proses Bimbingan
dan Penyusunan
Laporan
Tabel 1.1
(8)
8 BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Awal berdirinya perusahaan ini pertama - tama bernama PT. Millennium Penata Futures yang didirikan pada tahun 2000. Seiring dengan visinya untuk menjadi Perusahaan Pialang ternama dalam dunia investasi keuangan global. Melalui penggunaan Informasi Teknologi dalam mendukung proses bisnisnya, PT. Millennium Penata Futures merupakan institusi unggulan yang secara resmi diakui keberadaan dan legalitasnya oleh Pemerintah Indonesia. Kami memberikan fokus 100 persen terhadap proses trading online melalui platform Millennium Trader 4.
Melalui Millennium Trader 4, perusahaan menawarkan kepada para calon nasabah, sebuah solusi tunggal trading baik untuk keperluan pribadi maupun perusahaan. Dengan Millennium Trader 4, pihak pialang (broker) dan eksekutor secara bersamaan menggunakan data pasar real-time, alat bantu manajemen resiko serta proses back-office yang mulus.
Kami adalah satu - satunya perusahaan di Indonesia yang menyediakan layanan penuh selama 24 jam. Ribuan staff kami memonitor pasar-pasar Eropa, Amerika Utara, dan Asia sepanjang hari dan malam. PT. Millennium Penata
Futures menyajikan sekumpulan alat bantu analisa serta informasi kepada seluruh
(9)
Terletak di jantung bisnis Indonesia dan didukung oleh pengalaman kami dalam sistem online trading, investasi Anda berada di tangan yang tepat bersama
PT. Millennium Penata Futures. Adapun produk-produk yang diperdagangkan
melalui PT. Millenium Penata Futures ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
Forex yaitu sebuah produk yang dapat di perjualbelikan di pasar real / bursa yang berbentuk mata uang seperti :
1. GBP/USD 2. GBP/JPY 3. EUR/USD 4. EUR/GBP 5. EUR/JPY 6. AUD/USD 7. AUD/JPY 8. USD/CHF 9. USD/JPY 10. CHF/JPY
Sedangkan prodak lainnya berbentuk nilai Indeks Saham yang ada di kawasan Asia seperti :
1. Nikkei 2. Kospi
3. HangSeng (Hongkong)
IndoBisnis.page.tl merekomendasikan PT Millenium Penata Futures karena merupakan salah satu perusahaan pialang berjangka terbaik di Indonesia dengan komisi yang menarik dan merupakan pioner software trading MT4 di Indonesia.
Pada tahun 2008 PT. Millenium Pranata Futures diakuisisi oleh PT. Solid Group yang mempunyai 35 perusahaan, termasuk PT. Bestprofit Futures (BPF)
(10)
10
yang berbisnis dengan spesifikasi layanan transaksi Sistem Perdagangan Alternatif di Bursa Berjangka Jakarta yang telah dibuktikan dengan beroperasinya PT. Bursa Berjangka Jakarta dan PT. (Persero) Kliring Berjangka Indonesia lebih dari 8 tahun yang mana PT. Bestprofit Futures (BPF) merupakan salah satu pialang yang aktif terus bertransaksi di produk finansial, dan berdasarkan perkembangan industri berjangka di tanah air dan juga permintaan dari beberapa nasabah, maka manajemen mulai memikirkan untuk mulai ikut berpartisipasi dalam memasyarakatkan produk – produk komoditi primer melalui Bursa Berjangka Jakarta dengan tetap terus ikut serta dalam transaksi produk – produk finansial.
PT. Bestprofit Futures (BPF) sebagai suatu perusahaan yang mendapat ijin sebagai Pialang Berjangka dari Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan dan Komoditi) kegiatan utamanya adalah sebagai penyedia fasilitas transaksi untuk menyalurkan amanat nasabahnya. Saat ini PT. Bestprofit Futures (BPF) telah beroperasi dengan memiliki satu kantor pusat di Jakarta dan 9 kantor cabang (Jakarta, Jambi, Medan, Pontianak, Bandung, Medan, Banjarmasin, Pekanbaru Malang, dan Surabaya). (data periode Juli 2015).
PT. Bestprofit Futures (BPF) juga berupaya dalam meningkatkan produk – produk komoditi primer melalui Bursa Berjangka Jakarta, dan terus mengembangkan dan meningatkan kualitas pelayanan transaksi produk – produk Sistem Perdagangan Alternatif yang telah berjalan. Selain itu dilakukan pula perbaikan kualitas sumber daya manusia perusahaan (tenaga pemasaran dan
(11)
operasional). Kebijakan ini dilakukan setelah melalui evaluasi dan analisa manajemen disertai pengalaman bisnis pada umumnya.
Rencana tiga tahun mendatang (2013 - 2015) PT. Bestprofit Futures (BPF) dilakukan perbaikan sarana dan prasarana guna menunjang kegiatan operasional dan sumber daya perusahaan yang lebih berkualitas. Diantaranya adalah perbaikan system transaksi di multilateral dan bilateral (SPA) yang senantiasa dilakukan menyesuaikan kebutuhan dan perkembangan teknologi terbaru.
Adapun Legalitas PT. Bestprofit Futures (BPF) yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Akta perubahan Perseroan Terbatas dari PT. Millenium Arthapala Futures menjadi PT. Bestprofit Futures (BPF), Nomor 1, tanggal 4 Maret 2008, oleh Notaris Iwan Suhardi, S.H. MH.
2. Persetujuan BAPPEBTI tentang perubahan nama PT. Millenium Arthapala Futures menjadi PT. bpfcomit Futures, Nomor 32/BAPPEBTI/PNA-PP/5/2008.
3. Pengesahan Departemen Kehakiman dan HAM : AHU-18830 A.H.01.2.TH.2008.
4. Surat Persetujuan Anggota Bursa Nomor SPAB – 071/BBJ/05/04.
5. Izin Usaha Pialang Berjangka dari Bappebti Nomor 499/BAPPEBTI/SI/X/2004.
6. Sertifikat Keanggotaan Lembaga Kliring Berjangka Nomor 48/KBI-AK/I/2004.
7. SK BAPPEBTI Nomor 95/BAPPEBTI/PER/06/2012 tentang Sistem Perdagangan Alternatif.
(12)
12
8. SK BAPPEBTI Nomor 1157/BAPPEBTI/SP/3/2007 tentang Pemberian Persetujuan sebagai peserta Sistem Perdagangan Alternatif kepada PT. Bestprofit Futures (BPF).
9. Perjanjian Kerjasama dengan Pedagang Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif PT. Royal Assetindo, Surat Perjanjian Kerjasama, Nomor 038/DIR/BPF/V/2008.
Visi dari PT. Bestprofit Futures (BPF) adalah menjadikan dunia usaha di bidang perdagangan berjangka sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia yang mampu memberikan lapangan pekerjaan serta mendukung pertumbuhan kegiatan usaha yang maju dan modern, serta meningkatkan produk komoditi perdagangan berjangka menjadi lebih dikenal oleh masyarakat pelaku usaha di Indonesia.
Misi dari PT. Bestprofit Futures (BPF) adalah memberikan pelayanan serta edukasi kepada masyarakat dan nasabah khususnya dengan baik dan benar sesuai dengan etika dan peraturan – peraturan yang berlaku agar dapat membantu mewujudkan tujuan dari Bursa Berjangka yakni menciptakan proses pembentukan harga (pasar) yang wajar, transparan dan efisien.
2.2 Stuktur Organisasi Perusahaan
Setiap Kantor mempunyai struktur organisasi kantor yang berbeda - beda. Perbedaan ini tergantung kepada perusahaan tersebut yang disesuaikan dengan kegiatan dalam perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(13)
Berikut Struktur Organisasi PT. Bestprofit Futures (BPF) kantor cabang Bandung :
1. Kepala Cabang 2. Compliance 3. Secretary 4. General Affair
5. Reqruitment & Training 6. Information Text
7. Operational 8. Finance & Tax 9. Marketing
2.3 Uraian Tugas Perusahaan 1. Kepala Cabang
a. Bertanggung jawab untuk mewakili perusahaan dalam melakukan seluruh kegiatan sebagai pialang berjangka sesuai dengan aturan yang berlaku dan selalu mengacu kepada UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.
b. Melakukan manajemen organisasi untuk pengawasan yang melekat di kantor pialang untuk menunjang kelancaran bisnis dalam jangka panjang. c. Menjalin hubungan dengan pihak luar atau eksternal perusahaan di daerah
sesuai dengan tugas dan wewenang. 2. Compliance dan Internal Control
a. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan peraturan di semua jenjang dalam kantor cabang.
b. Memonitor adanya perubahan – perubahan peraturan yang terjadi. c. Menerima dan melayani pengaduan nasabah.
(14)
14
3. Secretary
a. Mencatat dan mengarsipkan surat masuk dan keluar yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan.
b. Tugas rutin yaitu tugas yang tidak memerlukan perintah khusus, perhatian khusus atau pengawasan khusus, contoh tugas pengurusan surat, menerima tamu, tata kearsipan, membuat jadwal kerja pimpinan, dan menerima telepon.
c. Tugas khusus yaitu tugas yang memerlukan perintah atau sesekali pimpinan menginginkan sekretaris menggunakan pertimbangan dan pengalaman sekretaris untuk menyelesaikan, contoh membuat perjanjian dan mengirimkan faximile.
d. Tugas untuk melakukan hubungan dan kerjasama yaitu tugas yang berhubungan dengan manusia yang didalamnya meliputi : tugas rutin, khusus, maupun tugas kreatif.
4. Departemen General Affair
a. Penanganan masalah karyawan (gaji, komisi, bonus dan cuti).
b. Pelaksanaan kegiatan administrasi operasional perusahaan setiap hari. c. Penyimpanan dan pencatatan database nasabah dan calon nasabah.
d. Pelaksana kegiatan koresponden (surat-menyurat dengan nasabah ataupun pihak-pihak lain di luar dan di dalam kantor cabang).
5. Departemen Riset dan Trainee
a. Mengumpulkan data-data makro yang berhubungan dengan perkembangan perekonomian.
(15)
b. Menyiapkan & menyediakan semua informasi yang dapat mempengaruhi pergerakan harga dari komoditi yang diperdagangkan di bursa berjangka baik ekonomi, keuangan maupun sosial politik.
c. Membuat statistik harga komoditas per produk dan per sektor.
d. Melakukan analisa fundamental ataupun tehnikal sebagai bahan informasi yang mungkin akan digunakan oleh para nasabah untuk mengambil keputusan dalam bertransaksi di bursa berjangka
e. Melakukan analisa kondisi alam dan menghubungkannya dengan produk yang diperdagangkan.
f. Menyampaikan laporan kepada Direksi dan nasabah atas hasil analisa. g. Membantu Dewan Direksi dalam merancang dan menyusun rencana kerja
serta kegiatan perusahaan di masa yang akan datang serta tahapan pengembangan selanjutnya dalam usaha di Bidang Perdagangan Berjangka.
6. Departemen Teknologi Informasi
a. Departemen ini bertanggung jawab terhadap kelancaran informasi melalui komputer.
b. Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan gangguan pemakaian system informasi baik komputer internal maupun dengan pihak eksternal. c. Bertanggung jawab terhadap keamanan informasi tersebut, termasuk
pengadaan back-up system untuk dokumen-dokumen dalam file system komputer Perusahaan.
(16)
16
d. Koordinasi dengan semua perusahaan pendukung sarana Teknologi Informasi demi kelancaran operasional perusahaan.
e. Semua perangkat lunak (software) yang digunakan dalam pengoperasian Perusahaan juga dikembangkan dan dipantau oleh divisi ini.
7. Departemen Operasional
a. Memeriksa dan memastikan dokumen perjanjian nasabah dan kelengkapan administratif lainnya yang diperlukan dalam pembukaan rekening transaksi nasabah.
b. Melakasanakan semua fungsi yang berhubungan dengan settlement dan kliring dari setiap transaksi para nasabah.
c. Mengkonfirmasi transaksi nasabah dengan pihak AE/AO untuk disampaikan kepada nasabah yang bersangkutan atas transaksi yang telah dilakukan.
d. Pelaporan posisi nasabah. 8. Departemen Keuangan
a. Menyiapkan rekonsiliasi posisi dana para nasabah/client setiap hari untuk diberikan kepada pimpinan dan account executive (AE)/ Officer (AO). b. Menyiapkan rekonsiliasi posisi keuangan di Bank secara harian. c. Membuat dan membukukan jurnal - jurnal /slip - slip keuangan. d. Menyiapkan laporan keuangan bulanan.
e. Mencatat dan melaksanakan penarikan ataupun penyetoran dana oleh nasabah.
(17)
9. Wakil Pialang Berjangka (Pemasaran)
a. Mencari nasabah sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku dalam pelaksanaan perdagangan berjangka.
b. Memberikan informasi yang tepat dan benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di pasar.
c. Mengawasi dan mengevaluasi kemampuan dan integritas dari nasabah terutama dalam hal keuangan.
d. Memastikan bahwa dana nasabah yang sudah ada cukup sebagai margin awal untuk melakukan transaksi.
e. Memastikan posisi margin call dari para nasabah serta penerimaan dana tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
f. Memperhatikan bahwa semua pendanaan dari margin telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang telah ada.
2.4 Kegiatan Perusahaan
PT. Bestprofit Futures (BPF) merupakan suatu transaksi Sistem Perdagangan Alternatif di Bursa Berjangka Jakarta yang telah dibuktikan dengan beroperasinya PT. Bursa Berjangka Jakarta dan PT. (Persero) Kliring Berjangka Indonesia, pialang yang aktif terus bertransaksi di produk finansial, dan berdasarkan perkembangan industri berjangka di tanah air dan juga permintaan dari beberapa nasabah.
(18)
18 BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Landasan Teori
3.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 Pengertian Pajak menurut Rochmat Soemitro bahwa :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
(2011 : 01) Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) menurut Siti Resmi bahwa : “Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atau penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak.”
(2009 : 88) Menurut Undang - undang Tentang Pajak Penghasilan bahwa :
“Atas penghasilan berupa bunga deposito, dan tabungan-tabungan lainnya penghasilan dari transaksi saham dala sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lannya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.”
(19)
3.1.2 Subjek, Objek dan Pengecualian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2
Penghasilan yang termasuk Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 perlu diberikan perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajaknya berdasarkan beberapa pertimbangan - pertimbangan diantaranya adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak, mengurangi administrative costs dan salah satu komponen compliance costs, pemerataan pengenaan pajak dan sesuai dengan perkembangan ekonomi dan moneter.
Jenis penghasilan tertentu yang pengenaan Pajak Penghasilannya diatur dengan Peraturan Pemerintah untuk memudahkan proses pemungutannya dan bersifat final (Pajak Penghasilan yang telah dipotong dan tidak dapat dikreditkan lagi) menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010) adalah sebagai berikut :
1. Pajak Penghasilan (PPh) atas Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
a. Subjek Pajak : Nasabah.
b. Pemotong Pajak : Bank dan Bank Indonesia.
c. Objek Pajak Penghasilan (PPh) : Bunga deposito/tabungan, Jasa Giro, dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
d. Pengecualian :
- Bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sepanjang jumlah pokok deposito dan tabungan serta Sertifikat
(20)
20
Bank Indonesianya tidak melebihi Rp.7.500.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah – pecah.
- Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank dalam negeri. - Bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sbb :
Iuran pemberi kerja. Iuran peserta. Hasil investasi.
Pengalihan dari Dana Pensiun lain.
- Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri. e. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) :
- 20% dari Penghasilan Bruto (untuk Wajib Pajak (WP) dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT)).
- 20% dari Penghasilan Bruto atau tarif berdasarkan Tax Treaty (untuk Wajib Pajak (WP) luar negeri).
2. Pajak Penghasilan (PPh) atas Hadiah Undian. a. Subjek Pajak : Penerima Undian.
b. Pemotong Pajak : Penyelenggara Undian.
(21)
d. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Terutang : 25% dari jumlah bruto hadiah undian atau nilai pasar apabila hadiah tersebut diserahkan dalam bentuk natura.
3. Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan.
a. Subjek Pajak : Penjual atau pihak yang mengalihkan hak selaku penerima penghasilan.
b. Pemotong Pajak : Pembeli atau pihak yang menerima pengalihan hak. c. Objek Pajak Penghasilan (PPh) : Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan atau bangunan (penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain atau dengan pemerintah).
d. Pengecualian :
- Transaksi pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) Badan termasuk Koperasi yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan (perusahaan real estate) tidak dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final melainkan Pajak Penghasilan (PPh) dengan ketentuan umum.
- Orang Pribadi atau badan yang melakukan pengalihan tanah dan atau bangunan sehubungan dengan hibah yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan kepada badan keagamaan/pendidikan/sosial/pengusaha kecil termasuk koperasi yang
(22)
22
ditetapkan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
- Orang Pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan yang jumlah brutonya kurang dari Rp.60.000.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah - pecah.
- Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus seperti pembebasan tanah oleh pemerintah untuk proyek jalan umum, saluran pembuangan air, waduk, saluran irigrasi, pelabuhan laut, Bandar udara, tanggul, dan fasilitas ABRI.
- Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan sehubungan dengan warisan.
e. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) : 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan (nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Obyek Pajak) hak atas tanah dan atau bangunan.
4. Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan atau Bangunan.
a. Subjek Pajak : Pihak yang menyewakan sebagai penerima penghasilan. b. Pelunasan Pajak :
- Pemotongan oleh penyewa (jika pihak penyewa Badan Pemerintah, Subjek Pajak Badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk
(23)
Usaha Tetap (BUT), Kerjasama Operasi (KSO), perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan Orang Pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
- Penyetoran sendiri oleh yang menyewakan dalam hal penyewa adalah Orang Pribadi dan Subjek Pajak lainnya.
c. Objek Pajak Penghasilan (PPh) : Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan.
d. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Terutang : 10% dari jumlah bruto nilai persewaan (semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan atau bangunan yang disewa, termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan dan service charge baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan dengan perjanjian persewaan yang bersangkutan).
5. Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.
a. Subjek Pajak : Kontraktor Kecil (yang memenuhi kualifikasi sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga yang berwenang, serta yang mempunyai nilai pengadaan sampai dengan Rp.1.000.000.000,00).
b. Pelunasan Pajak :
- Pemotongan oleh pengguna jasa (jika pihak pengguna jasa Badan Pemerintah, Subjek Pajak Badan dalam negeri, Bentuk Usaha Tetap
(24)
24
(BUT), atau Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak (WP) dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak).
- Penyetoran sendiri oleh penyedia jasa dalam hal pemberi penghasilan adalah pengguna jasa selain yang disebutkan di atas.
c. Objek Pajak Penghasilan (PPh) : Penghasilan yang diterima penyedia jasa konstruksi.
d. Pengecualian : Untuk kontraktor besar (dengan nilai pengadaan lebih dari Rp.1.000.000.000,00) tidak terkena Pajak Penghasilan (PPh) bersifat final melainkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23.
e. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Terutang :
- 4% dari jumlah bruto (untuk jasa perencanaan konstruksi). - 2% dari jumlah bruto (untuk jasa pelaksanaan konstruksi). - 4% dari jumlah bruto (untuk jasa pengawasan kontruksi).
6. Pajak Penghasilan (PPh) atas Bunga dan Diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek.
a. Subjek Pajak :
- Wajib Pajak penerima bunga atau diskonto obligasi. - Wajib pajak penjual obligasi.
b. Pemotong Pajak :
- Penerbit obligasi (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran, atas bunga yang diterima atau diperoleh pemegang obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo bunga/obligasi, dan atas
(25)
diskonto yang diterima atau diperoleh pemegang obligasi dengan kupon/obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo obligasi.
- Perusahaan Efek (Broker) atau bank selaku pedagang perantara (dealer), atas bunga dan diskonto obligasi yang diterima atau diperoleh penjual obligasi pada saat transaksi.
- Perusahaan Efek (Broker), bank, dana pensiun, dan reksadana, selaku pembeli obligasi langsung tanpa melalui pedagang perantara, atas bunga dan diskonto obligasi yang diterima atau diperoleh penjual obligasi pada saat transaksi.
c. Objek Pajak Penghasilan (PPh) : Penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak berupa bunga dan diskonto obligasi yang diperdagangkan dan atau dilaporkan perdagangannya di bursa efek.
d. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) :
- Atas bunga obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebesar : 20% bagi wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). 20% atau Tarif sesuai Tax Treaty yang berlaku, bagi wajib pajak penduduk/berkedudukan di luar negeri, dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period) obligasi.
- Atas diskonto obligasi dengan kupon sebesar :
20% bagi wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). 20% atau Tarif sesuai Tax Treaty yang berlaku, bagi wajib pajak penduduk/berkedudukan di luar negeri, dari selisih lebih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo obligasi
(26)
26
di atas harga perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan (accured interest).
- Atas diskonto obligasi tanpa bunga (zero coupon bond) sebesar : 20% bagi wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). 20% atau Tarif sesuai Tax Treaty yang berlaku, bagi wajib pajak penduduk/berkedudukan di luar negeri, dari selisih lebih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo obligasi di atas harga perolehan obligasi.
c. Pengecualian :
- Atas bunga dan diskonto obligasi yang diterima atau diperoleh wajib pajak :
Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disyahkan menteri keuangan.
Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.
- Tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh).
Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) atas atas bunga dan diskonto obligasi yang diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang seluruh penghasilannya termasuk penghasilan bunga dan diskonto obligasi tersebut dalam satu tahun pajak tidak melebihi jumlah
(27)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), tidak bersifat final. Wajib pajak orang pribadi tersebut dapat mengajukan permohonan restitusi atas Pajak Penghasilan (PPh) yang telah dipotong ke Kantor Pelayanan Pajak.
Obligasi yang tidak diperdagangkan dan tidak dilaporkan perdagangannya di bursa efek, pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) oleh para pemotong pajaknya dilakukan berdasarkan ketentuan pasal 23 atau pasal 26 Undang – Undang Pajak Penghasilan (PPh). 7. Pajak Penghasilan (PPh) atas Bunga Simpanan Koperasi.
a. Subjek Pajak : Anggota koperasi penerima bunga simpanan koperasi. b. Pemotong Pajak : Koperasi.
c. Objek Pajak Penghasilan (PPh) : Bunga simpanan koperasi di atas Rp. 240.000,-
d. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) : 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan bunga simpanan lebih dari Rp. 240.000,-
8. Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan tertentu berupa Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
a. Subjek Pajak : Wajib pajak yang menerima penghasilan berupa diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
b. Pemotong Pajak : Penerbit Surat Perbendaharaan Negara (SPN) (emiten) atau custodian yang ditunjuk selaku agen pembayar, atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang diterima pemegang Surat Perbendaharaan Negara (SPN) saat jatuh tempo.
(28)
28
c. Objek Pajak Penghasilan (PPh) : Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
d. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) :
- 20% bagi wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). - 20% atau tarif sesuai Tax Treaty (P3B) yang berlaku bagi wajib pajak
penduduk/berkedudukan di luar negeri.
e. Pengecualian : Tidak dikenakan terhadap diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang diterima atau diperoleh wajib pajak :
- Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
- Dana pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disyahkan oleh menteri keuangan.
- Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.
3.1.3 Proses Perhitungan, Pemotongan & Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2
Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 secara umum dilakukan oleh pihak yang membayarkan (penerima jasa) dengan cara menerbitkan Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 rangkap tiga, selanjutnya melakukan penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 dengan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemotong pajak.
(29)
Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikut dan pelaporan paling lambat tanggal 20 bulan berikut.
Untuk transaksi Penghasilan dari Persewaan Tanah/Bangunan atau Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi, penyetoran PPh dapat dilakukan oleh pihak penerima penghasilan apabila pihak yang membayarkan bukan Pemotong Pajak. Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 yang dilakukan sendiri (tanpa melalui pemotongan) ini dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikut sedangkan pelaporan paling lambat tetap tanggal 20 bulan berikut.
Berbeda dengan PPh Pasal 23, bagi pihak yang dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 akan menerima Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 yang bersifat final, sehingga tidak dapat digunakan untuk mengkreditkan pajak yang telah dipotong dimuka pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Badan.
3.1.4 Prosedur Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 timbul apabila wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT) melakukan transaksi yang menimbulkan penghasilan dari modal atau penghasilan dari jasa tertentu. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 merupakan pembayaran pajak final yang pada umumnya tidak dapat dikreditkan pada SPT Tahunan oleh wajib pajak yang menerima penghasilan.
Setelah pemotongan pajak penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 di lakukan, maka seluruh jumlah yang telah di potong tersebut wajib di setor ke kas Negara. Di PT. Bestprofit Futures yang bertanggung jawab menyetor pajak penghasilan (PPh)
(30)
30
Pasal 4 Ayat 2 ini adalah bagian Keuangan, Menurut ketentuan dalam surat Keputusan Menteri Keuangan No.541/KMK.04/2000 diatur mengenai penyetoran pajak diatur sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 1 Ayat 2 adalah Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 26 Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2000, harus disetor paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
2. Ketentuan Pasal 2 adalah dalam hal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka pembayaran atau penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
3. Ketentuan Pasal 3 adalah pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dikantor Pos atau Bank Badan Usaha milik Negara atau Bank Badan milik Daerah, atau Bank - Bank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran.
4. Ketentuan Pasal 4 adalah pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setor Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
3.1.5 Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2
(31)
1. Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa), yaitu surat yang di gunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak.
2. Surat Pemberitahuan Pajak (SPT Tahunan), yaitu surat yang digunakan wajib pajak untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak.
Menurut ketentuan Undang - Undang KUP No. 16 Tahun 2000 diatur mengenai pelaporan pajak sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 3 Ayat 3 adalah batas waktu penyampaian surat pemberitahuan adalah :
a. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Massa paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak.
2. Ketentuan Pasal 3 Ayat 4 adalah Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak (WP) dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat 3 huruf B paling lama 6 bulan.
3. Ketentuan Pasal 4 Ayat 1 adalah Wajib Pajak (WP) wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya pemberitahuan adalah :
a. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Massa paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.
(32)
32
b. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak.
4. Ketentuan Pasal 6 Ayat 1 adalah Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak (WP) ke kantor Direktorat Jenderal Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang di tunjuk untuk itu, sedangkan untuk syarat pemberitahuan tahunan harus diberikan juga bukti penerimaan. 5. Ketentuan Pasal 6 Ayat 2 adalah penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
dapat dikirimkan melalui Kantor Pos secara tercatat atau dengan cara lain yang diatur dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak.
6. Ketentuan Pasal 9 Ayat 2 adalah kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan harus dibayar lunas paling lambat tanggal 20 bulan ke-3 setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir, sebelum surat pemberitahuan itu disampaikan.
7. Ketentuan Pasal 10 Ayat 1 adalah Wajib Pajak (WP) membayar atau menyetor pajak yang terutang di kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
SPT Masa Pajak Penghasilan 4 Ayat 2 terdiri dari : - Lembar ke-1 untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP). - Lembar ke-2 untuk Pemotong Pajak.
Sedangkan untuk kelengkapan SPT Masa pajak penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 ada beberapa lampiran yang harus di cantumkan, yaitu :
(33)
- Lembar ke-2 bukti pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2. - Lembar ke-3 Surat Setoran Pajak (SSP).
3.2 Hasil Pelaksanaan Dan Pembahasan Kerja Praktek 3.2.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.2.1.1Prosedur Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 pada PT. Bestprofit Futures 1. Vendor memberikan transaksi atas jasa dan sewa yang kemudian diserahkan
pada back office bagian keuangan.
2. Setelah transaksi tersebut di serahkan kepada back office bagian keuangan, kemudian dilakukan verifikasi mana yang termasuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2.
3. Jika transaksi tersebut termasuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 maka bagian keuangan akan membuat perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2, apabila tidak termasuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 maka bagian keuangan akan memberikan pemisah dokumen yang bukan termasuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 kepada back office bagian penganggaran, bagian penganggaran akan membuat dokumen pemisah untuk arsip.
4. Setelah memverifikasi dan membuat perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2, bagian keuangan akan melakukan penyetoran dan pelaporan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di daerah Bandung Raya.
5. Seletah penyetoran dan pelaporan selesai bagian keuangan akan membuat bukti potong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2.
(34)
34
6. Bukti potong itu akan di serahkan ke vendor.
3.2.1.2Hambatan yang terjadi pada proses Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 pada PT. Bestprofit Futures
1. Banyak terjadi kesalahan - kesalahan dalam menginput data perhitungan dan kesalahan pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2.
2. Data dari vendor yang kurang lengkap.
3.
Respon sistem penyimpanan data yang masih lambat karena data pajak yang banyak.
3.2.1.3Upaya yang telah dilakukan PT. Bestprofit Futures untuk mengatasi hambatan yang terjadi pada proses Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2
1. Mengarahkan karyawan agar lebih fokus dan teliti dalam menginput data perhitungan dan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT).
2. Meminta data selengkap - lengkapnya kepada vendor.
3. Selalu mengupdate sisi Information Technology (system dan database) perusahaan.
(35)
3.2.2 Pembahasan Kerja Praktek
3.2.2.1Prosedur Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 pada PT. Bestprofit Futures Berdasarkan data - data yang diperoleh penulis ketika melaksanakan kuliah kerja praktek di PT. Bestprofit Futures, penulis akan menjelaskan prosedur perhitungan, penyetoran dan pelaporan adalah sebagai berikut :
3.2.2.1.1Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2
Ada beberapa jenis penghasilan yang dikenakan dengan pemotongan pajak final PPh Pasal 4 Ayat 2. Masing-masing penghasilan memiliki tarif yang berbeda dan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Di bawah ini berbagai objek pajak dengan tarif masing-masing sesuai dengan peraturan:
Bunga deposito dan jenis-jenis tabungan, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan diskon jasa giro, tarif sebesar 20% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 131 tahun 2000 dan turunannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK. 04/2001.
Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota masing-masing, dengan tarif sebesar 10% sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Ayat 7 dan turunannya Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2009.
Bunga dari kewajiban, dengan berbagai tarif dari 0% sampai 20%. Penjelasan lebih lanjut dapat ditemukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2009.
Deviden yang diterima oleh Indonesia Wajib Pajak orang pribadi, tarif sebesar 10% sebagaimana diatur dalam Pasal 17.
(36)
36
Hadiah lotere/undian, tarif sebesar 25% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 132 tahun 2000.
Transaksi derivatif dalam bentuk berjangka panjang yang diperdagangkan di bursa, dengan tarif sebesar 2,5% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2009.
Transaksi penjualan saham pendiri, dan saham non-founder (bukan pendiri), tarif sebesar 0,5% dan 0,1% masing-masing, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1997, yang derivatifnya berupa turunan Menteri Keuangan No 282/KMK.04/1997, yang SE-15/PJ.42/1997 dan SE-06/PJ.4/1997.
Jasa konstruksi, dengan berbagai tarif dari 2% sampai 6%. Penjelasan lebih lanjut dapat ditemukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2008 dan turunannya Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2009.
Sewa atas tanah dan/atau bangunan, dengan tarif 10% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1996 dan turunannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2002.
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (termasuk usaha real estate), tarif sebesar 5% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2008.
Transaksi penjualan saham atau pengalihan ibukota mitra perusahaan yang diterima oleh modal usaha, dengan tarif 0,1% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1995.
(37)
Pada PT. Bestprofit Futures kantor cabang Bandung Raya untuk perhitungannya dilakukan di back office bagian keuangan setelah vendor memberikan transaksi atas jasa dan sewa, setelah itu back office bagian keuangan akan memisahkan masing - masing dokumen sesuai dengan pajaknya, bila dokumen diluar Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2, dokumen tersebut akan diserahkan ke back office bagian penganggaran untuk diarsipkan ke dokumen pemisah dan dokumen yang termasuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 akan di hitung oleh back office bagian keuangan untuk selanjutnya disetorkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang ada di daerah Bandung.
Adapun dokumen yang digunakan back office bagian keuangan untuk menghitung potongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 ini yaitu berupa tagihan yang di ajukan oleh rekanan ke PT. Bestprofit Futures di masukan ke dalam lembaran bukti pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 yang di dalamnya berisi nama rekanan.
Misalnya dalam hal ini perusahaan melakukan aktivitas sewa gedung sebesar Rp. 150.000.000, maka jumlah bruto sebagai dasar pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 adalah sebesar Rp. 165.000.000 sehingga Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 yang harus dipotong oleh PT. Bestprofit Futures atas pembayaran sewa kepada pihak rekanan adalah sebesar :
10% x Rp. 150.000.000 = Rp. 15.000.000.-
Setelah mendapatkan pungutan pajak penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2, tiap penghasilan tersebut kemudian di buatkan daftar bukti pemotongan pajak penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 oleh back
(38)
38
office bagian keuangan dimana di dalamnya terdapat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), nama Wajib Pajak (WP), bukti pemotongan berupa tanggal dan nomor registrasinya, dasar pengenaan pajak dan besarnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 yang di potong. Selain itu perusahaan juga telah menggunakan software E-SPT Pajak Penghasilan yang telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, sehingga memudahkan back office bagian keuangan dalam melakukan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 tanpa perlu menghitung secara manual.
3.2.2.1.2 Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2
Menurut ketentuan dalam surat Keputusan Menteri Keuangan No.541/KMK.04/2000 diatur mengenai penyetoran pajak diatur sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 1 Ayat 2 adalah Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 26 Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2000, harus disetor paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
2. Ketentuan Pasal 2 adalah dalam hal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka pembayaran atau penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
3. Ketentuan Pasal 3 adalah pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dikantor Pos atau Bank Badan Usaha milik Negara atau Bank Badan milik Daerah, atau Bank - Bank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran.
(39)
4. Ketentuan Pasal 4 adalah pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setor Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pada PT. Bestprofit Futures kantor cabang Bandung Raya penyetoran di lakukan oleh selambat - lambatnya tanggal 10 bulan takwim oleh back office bagian keuangan berikutnya setelah bulan saat terutang pajak. Apabila jatuh pada hari libur, maka penyetoran di lakukan oleh back office bagian keuangan pada hari kerja berikutnya, setelah penyetoran back office bagian keuangan akan membuat bukti potongan untuk selanjutnya dilaporkan kepada kantor pusat dan vendor.
3.2.2.1.3 Pelaporan SPT Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 Menurut ketentuan Undang - Undang KUP No. 16 Tahun 2000 diatur mengenai pelaporan pajak sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 3 Ayat 3 adalah batas waktu penyampaian surat pemberitahuan adalah :
a. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Massa paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak.
2. Ketentuan Pasal 3 Ayat 4 adalah Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak (WP) dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat 3 huruf B paling lama 6 bulan.
(40)
40
3. Ketentuan Pasal 4 Ayat 1 adalah Wajib Pajak (WP) wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya pemberitahuan adalah :
a. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Massa paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak.
4. Ketentuan Pasal 6 Ayat 1 adalah Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak (WP) ke kantor Direktorat Jenderal Pajak harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang di tunjuk untuk itu, sedangkan untuk syarat pemberitahuan tahunan harus diberikan juga bukti penerimaan. 5. Ketentuan Pasal 6 Ayat 2 adalah penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
dapat dikirimkan melalui Kantor Pos secara tercatat atau dengan cara lain yang diatur dengan keputusan Direktorat Jenderal Pajak.
6. Ketentuan Pasal 9 Ayat 2 adalah kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan harus dibayar lunas paling lambat tanggal 20 bulan ke-3 setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir, sebelum surat pemberitahuan itu disampaikan.
7. Ketentuan Pasal 10 Ayat 1 adalah Wajib Pajak (WP) membayar atau menyetor pajak yang terutang di kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(41)
SPT Masa Pajak Penghasilan 4 Ayat 2 terdiri dari : - Lembar ke-1 untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP). - Lembar ke-2 untuk Pemotong Pajak.
Sedangkan untuk kelengkapan SPT Masa pajak penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 ada beberapa lampiran yang harus di cantumkan, yaitu :
- Lembar ke-1 daftar bukti potong Pajak Penghasilan (PPh) pasal 4 Ayat 2. - Lembar ke-2 bukti pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2. - Lembar ke-3 Surat Setoran Pajak (SSP).
Dalam pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 sarana yang digunakan oleh PT. Bestprofit Futures adalah Surat Pemberitahuan (SPT). SPT ada dua macam yaitu terdiri dari:
1. SPT Masa adalah surat yang oleh back office bagian keuangan di gunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu massa pajak atau pada suatu saat.
2. SPT Tahunan adalah surat yang oleh back office bagian keuangan digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu tahun pajak.
Untuk pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa oleh PT. Bestprofit Futures pada pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 dilakukan oleh back office bagian keuangan dan menghasilkan bukti potong yang akan dilaporkan. Bukti potong tersebut dijadikan dokumen sebanyak 3 rangkap yang diserahkan ke bagian - bagian terkait seperti kantor pusat, vendor dan back office bagian penganggaran untuk diarsipkan, dan pelaporan tersebut dilakukan secara tepat
(42)
42
waktu, sehingga tidak ada perbedaan atau kesalahan yang dilakukan dalam pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2.
Pelaksanaan proses perhitungan, penyetoran, dan pelaporan potongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 di perusahaan PT. Bestprofit Futures telah sesuai teori/ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1996 dan turunannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2002 tentang prosedur perhitungan, Menteri Keuangan No.541/KMK.04/2000 tentang prosedur penyetoran dan Undang - Undang KUP No.16 Tahun 2000 tentang prosedur pelaporan.
3.2.2.2Hambatan yang terjadi pada proses perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 pada PT. Bestprofit Futures
Dalam melakukan input angka - angka yang termasuk perhitungan, penyetoran dan pelaporan dalam Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 karyawan sering tidak fokus, maka sering terjadi kesalahan dalam menginput angka – angka dalam perhitungan, penyetoran dan pelaporan.
Ketidaktelitian juga sering terjadi dalam penulisan Surat Pemberitahuan (SPT) seperti : Penulisan Nama, Alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), ataupun tanda tangan penanggung jawab Surat Pemberitahuan (SPT), kurangnya data dari vendor yang melakukan transaksi sewa atau jasa juga bisa menjadi hambatan bagi perusahaan untuk mengisi data yang di butuhkan.
(43)
3.2.2.3Upaya yang telah dilakukan PT. Bestprofit Futures untuk mengatasi hambatan yang terjadi pada proses Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2
Upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan dalam mengatasi hambatan yang ada adalah. Karyawan harus lebih teliti dalam menginput angka - angka yang termasuk perhitungan, penyetoran dan pelaporan potongan dalam Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2. Terus mengupdate sisi Information Technology (system dan database) perusahaan.
Mengecek dan menghitung kembali angka - angka yang terdapat di perhitungan atau mengecek kembali penulisan yang ada di Surat Pemberitahuan (SPT), dan melengkapi nya. Perusahaan juga harus meminta selengkap - lengkapnya data dari vendor untuk mengantisipasi terlambatnya proses penyampaian hasil perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 yang terutang.
(44)
44 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari seluruh pembahasan mengenai perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 pada PT. Bestprofit Futures adalah 1. Prosedur mengenai perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PT. Bestprofit Futures
kantor cabang Bandung Raya sudah mengikuti teori/aturan yang berlaku saat ini, seperti perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 yang dilakukan di back office bagian keuangan, setelah perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 selesai pada back office bagian keuangan, untuk penyetoran dan pelaporannya akan disampaikan oleh back office bagian keuangan PT. Bestprofit Futures kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di daerah Bandung Raya, seletah penyetoran dan pelaporan selesai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), back office bagian keuangan akan membuat bukti potong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 untuk pelaporan kepada kantor pusat PT. Bestprofit Futures. Setelah meninjau prosedur yang dilakukan oleh PT. Bestprofit Futures, dapat disimpulkan bahwa PT. Bestprofit Futures telah melakukan prosedur perhitungan, penyetoran dan pelaporan sesuai dengan teori/aturan yang berlaku saat ini, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1996 dan turunannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2002 sebagai acuan PT. Bestprofit Futures untuk melakukan
(45)
penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 mengenai sewa atas tanah dan/atau bangunan, Keputusan Menteri Keuangan No.541/KMK.04/2000 sebagai acuan PT. Bestprofit Futures untuk melakukan penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 dan Undang - Undang KUP No. 16 Tahun 2000 sebagai acuan PT. Bestprofit Futures untuk melakukan pelaporan kepada kantor pajak.
2. Hambatan yang banyak terjadi pada PT. Bestprofit Futures adalah kesalahan - kesalahan dalam menginput data perhitungan dan kesalahan pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2, data dari vendor yang kurang lengkap dan respon sistem penyimpanan data yang masih lambat karena data pajak yang banyak.
3. Upaya yang telah dilakukan PT. Bestprofit Future kantor cabang Bandung Raya adalah mengarahkan karyawan agar lebih fokus dan teliti dalam menginput data perhitungan dan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT), meminta data selengkap - lengkapnya kepada vendor dan selalu mengupdate sisi Information Technology (system dan database) perusahaan.
4.2 Saran
1. Lakukan revisi (update) perhitungan dan pelaporan, karena terkadang ada kesalahan atau kelalaian dari karyawan dalam melakukan hal tersebut.
2. Sebaiknya hambatan seperti kesalahan dalam pencatatan perhitungan dan pelaporan segera diminimalisir atau kalau bisa dihilangkan, karena itu akan
(46)
46
berakibat kecurigaan dari Direktorat Jenderal Pajak atau kantor pusat atas laporan yang akan diberikan.
3. Lebih ditingkatkan kembali apa yang sudah menjadi upaya perusahaan tersebut, karena terlihat tahap demi tahap hambatan mulai bisa diminimalisir.
(47)
PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN
PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT 2
PADA PT.
BESTPROFIT FUTURES
(BPF)
KANTOR CABANG BANDUNG RAYA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi Strata I
Program Studi Akuntansi
Oleh :
KEVIN ABDILLAH 21112079
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(48)
vi DAFTAR ISI
Surat Pernyataan Keaslian... i
Lembar Pengesahan ... ii
Surat Pernyataan Publikasi ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Lampiran ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja Praktek ... 1
1.2. Tujuan Kerja Praktek ... 4
1.3. Kegunaan Kerja Praktek ... 5
1.3.1. Kegunaan Praktis ... 5
1.3.2. Kegunaan Akademis ... 5
1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6
1.4.1. Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6
1.4.2. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 8
2.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 12
2.3. Uraian Tugas Perusahaan ... 13
2.4. Kegiatan Perusahaan ... 17
BAB 3 PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Landasan Teori ... 18
3.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 .... 18
3.1.2. Subjek, Objek dan Pengecualian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 ... 19
3.1.3. Proses Perhitungan, Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 ... 28
(49)
vii
3.1.4. Prosedur Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4
Ayat 2 ... 29
3.1.5. Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 Ayat 2 ... 30
3.2. Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kerja Praktek ... 33
3.2.1. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 33
3.2.2. Pembahasan Kerja Praktek ... 35
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 44
4.2. Saran ... 45
Daftar Pustaka ... 47
Lampiran - Lampiran ... x
(50)
47
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, 1997. Nomor 282/KMK.04/1997 Tentang Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Transaksi Penjualan Saham Di Bursa Efek
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2000. Nomor 541/KMK.04/2000 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Dan Penyetoran Pajak, Tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2001. Nomor 51/KMK.04/2001 Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Atas Bunga Deposito Dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia,1997. Nomor 14 Tahun 1997 Tentang Penghasilan Atas Penghasilan Dari Transaksi Penjualan Saham Di Bursa Efek
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2000.Nomor 131 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan Atas Bunga Deposito Dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2000.Nomor 132 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan Atas Hadiah Undian
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2002. Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan/Atau Bangunan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2008. Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009. Nomor 15 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan Atas Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Oleh Koperasi Kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009. Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009. Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka Yang Diperdagangkan Di Bursa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009. Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi
(51)
Republik Indonesia, 2000. Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
Republik Indonesia, 2008. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Rochmat Soemitro, Perpajakan Teori Dan Teknis Pemungutan. 2012. Graha Ilmu : Bandung
Siti Resmi, Perpajakan, Edisi Kelima. 2009. Salemba Empat : Jakarta
Siti Kurnia Rahayu, Dan Ely Suhayati, Perpajakan : Teori Dan Teknis Perhitungan. 2010. Graha Ilmu : Yogyakarta
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak, 1997. Nomor SE - 06/Pj.4/1997 Tentang Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Transaksi Penjualan Saham Di Bursa Efek
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak, 1997. Nomor SE - 15/PJ.42/1997 Tentang Petunjuk Lebih Lanjut Pelaksanaan SE - 06/PJ.4/1997 Tanggal 20 Juni 1997 Dan SE - 09/PJ.24/1997 Tanggal 25 Juli 1997 Dalam Kaitannya Dengan Pengenaan Tambahan Pajak Penghasilan Atas Saham Pendiri (Seri PPh Umum Nomor 50)
(52)
xxii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Kevin Abdillah
Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 06 Agustus 1994
Alamat : Jl. Jend. Ahmad Yani No. 17, Jatirasa Barat, RT/RW 02/02 Kel. Karang Pawitan,
Kec. Karawang Barat, Kab. Karawang
Email : [email protected]
Telepon : +6285795399778
Jenis Kelamin : Pria
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
DAFTAR PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
Tahun 2000 - 2006 : Sekolah Dasar Negeri Karawang Kulon 5 Tahun 2006 - 2009 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Karawang Tahun 2009 - 2012 : Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Karawang Tahun 2012 - sekarang : Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
Pendidikan Non Formal
Tahun 2011 - 2012 : Global Education (Active English Speaking)
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2013 - 2014 : Kepala Bidang Apresiasi Seni Budaya dan Olahraga Himpunan Mahasiswa Akuntansi Universitas Komputer Indonesia
(53)
xxiii
Universitas Komputer Indonesia
Tahun 2015 - sekarang : Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Karawang Se-Bandung Raya
(54)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul “PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT 2 PADA PT. BESTPROFIT FUTURE (BPF) KANTOR CABANG BANDUNG RAYA”.
Laporan kerja praktek ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Jenjang Strata 1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknisnya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini tidak lepas dari dukungan dan kerjasama berbagai pihak yang telah memberikan saran yang bersifat moril maupun materil yang bermanfaat bagi penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
(55)
v
3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,Ak.,CA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Dian Dwinita Kurniawaty, SE.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan motivasi, saran dan kritik dalam penulisan laporan ini.
5. Wati Aris Astuti, SE.,M.Si.,Ak.,CA, selaku Koordinator Kerja Praktek dan Dosen Wali Ak-3 yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
6. PT. Bestprofit Futures kantor cabang Bandung Raya, selaku perusahaan yang sudah memberikan tempat untuk kerja praktek kepada penulis.
7. Ariyanto, selaku Pembina ketika penulis melaksanakan kerja praktek di lokasi kerja praktek.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, semoga mendapat imbalan yang sesuai dari Allah SWT.
Akhir kata semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Bandung, 15 Desember 2015 Penulis
(56)
ii
(57)
(58)
iii
(1)
xxiii
Tahun 2014 - 2015 : Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Akuntansi Universitas Komputer Indonesia
Tahun 2015 - sekarang : Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Karawang Se-Bandung Raya
(2)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul “PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT 2 PADA PT. BESTPROFIT FUTURE (BPF) KANTOR CABANG BANDUNG RAYA”.
Laporan kerja praktek ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Jenjang Strata 1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknisnya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini tidak lepas dari dukungan dan kerjasama berbagai pihak yang telah memberikan saran yang bersifat moril maupun materil yang bermanfaat bagi penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
(3)
v
3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,Ak.,CA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Dian Dwinita Kurniawaty, SE.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan motivasi, saran dan kritik dalam penulisan laporan ini.
5. Wati Aris Astuti, SE.,M.Si.,Ak.,CA, selaku Koordinator Kerja Praktek dan Dosen Wali Ak-3 yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
6. PT. Bestprofit Futures kantor cabang Bandung Raya, selaku perusahaan yang sudah memberikan tempat untuk kerja praktek kepada penulis.
7. Ariyanto, selaku Pembina ketika penulis melaksanakan kerja praktek di lokasi kerja praktek.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, semoga mendapat imbalan yang sesuai dari Allah SWT.
Akhir kata semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Bandung, 15 Desember 2015 Penulis
(4)
ii
(5)
i
(6)
iii