1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil
penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh Tuhan secara unik dan berbeda-beda. Manusia berkembang secara bertahap melalui fase-fase perkembangan mulai
dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa. Masa remaja seringkali dikenal sebagai fase mencari jati diri. Masa remaja
merupakan masa menemukan diri untuk menjadi pribadi yang dewasa. Masa remaja meliputi masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja tengah
usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun. Pada masa inilah remaja mulai bertanya-tanya siapakah dirinya sekarang dan yang akan datang,
serta apa saja yang akan dilakukannya. Remaja terus berkembang ke arah kematangan seperti kematangan fisik, kematangan sosial, dan psikologisnya.
Dalam perkembangannya individu memahami dirinya dan menilai dirinya apakah positif atau negatif. Pandangan individu tentang dirinya sendiri
dinamakan konsep diri. Konsep diri individu terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap
individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diterima akan dijadikan cermin untuk memandang dan menilai dirinya sendiri. Remaja tidak lagi di
pandang sebagai anak yang memiliki sifat kekanak-kanakan, tetapi juga
belum termasuk dalam golongan orang dewasa.
Remaja mengalami banyak perubahan dalam dirinya termasuk perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan remaja
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Berdasarkan respon dari lingkungannya remaja memiliki pemikiran tentang siapa dirinya yang
membuatnya berbeda dengan yang lain. Remaja mengalami perubahan yang tidak hanya menyangkut perubahan yang dapat diamati secara langsung,
misalnya perubahan-perubahan fisik dan tingkah laku, interaksi dengan orang lain, akan tetapi juga perubahan konsep diri. Konsep diri yang diharapkan
adalah konsep diri yang positif, yang sangat penting dalam hidup remaja.
Konsep diri adalah keseluruhan pandangan, gambaran, keyakinan, dan penilaian orang tentang dirinya. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian.
Apabila remaja tidak mengenali dirinya dengan baik, tidak menerima diri apa adanya dan tidak tahu bagaimana bertingkah laku, maka remaja akan
mengalami krisis identitas. Tetapi bila remaja mengenali dirinya dengan baik, menerima diri apa adanya dan tahu bagaimana harus bertingkah laku, maka
remaja akan memiliki identitas diri yang jelas. Mengenali diri secara tepat
mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan remaja.
Hurlock 2002 mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran orang tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan orang
tentang dirinya sendiri dan meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi. Burns 1993 menyatakan bahwa konsep diri
yang merupakan inti kepribadian merupakan hal yang penting dalam kehidupan sebab konsep dirinya akan mempengaruhi tingkah laku remaja,
dan cara-cara remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi-situasi hidup.
Penelitian ini berfokus pada konsep diri remaja yang bersekolah di SMP Saverius 1 Sragen. SMP Saverius 1 Sragen merupakan sekolah swasta milik
yayasan Katolik yang berada di tengah-tengah perkotaan Sragen. Kepala sekolah mengatakan bahwa input yang diterima di SMP Saverius 1 Sragen
adalah siswa dari kalangan ekonomi sosial menengah ke bawah. Kepala sekolah serta guru-guru mengatakan bahwa pada tahun ajaran 20152016
sering ditemukan perilaku negatif dari siswa seperti mengabaikan tata tertib,
sulit diatur dan membolos.
Menurut pengalaman dan pengamatan peneliti pada saat membantu kegiatan Masa Orientasi Siswa MOS, dan wawancara dengan guru kelas
yang bersangkutan pada tanggal 9 dan 19 Juli 2015, banyak siswa yang tidak percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, peraturan tata tertib
banyak dilanggar utamanya tata tertib yang berkaitan dengan seragam. Siswa sering membanding-bandingkan dirinya satu sama lain, sering kurang saling
menghargai, dan sering mengejek. Ada siswa yang rupanya merasa bahwa dirinya tidak memiliki keunikan dan tidak memiliki kemampuan apa pun.
Kepedulian siswa terhadap keadaan sekitar terbilang sangat rendah. Ada juga yang tidak peduli ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran di depan
kelas, ada yang kurang menghargai dan kurang sopan terhadap guru, dan ada yang perilakunya salah suai misalnya dengan meletakkan kepala di atas meja
ketika jam pelajaran berlangsung. Tampaknya siswa belum bisa belajar dari kesalahannya. Ada yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, tetapi
kelihatannya tidak merasa bersalah. Kemampuan komunikasi interpersonal siswa dapat dikatakan kurang baik. Menurut guru kelas VII dan VIII, terjadi
pengelompokan antar siswa. Siswa lebih suka mengelompok dengan siswa lain yang dirasa mempunyai kesamaan dalam suatu hal atau hanya karena ada
perasaan senang.
Siswa cenderung
hanya berkomunikasi
dengan kelompoknya saja. Siswa laki-laki dan perempuan sulit membaur karena
siswa malu berinteraksi dengan lawan jenis. Kebanyakan dari siswa-siswi tersebut mengalami kesulitan ekonomi dan ada yang merupakan korban dari
perpisahan orang tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa terbawa dalam lingkungan sekolah dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
siswa; pertumbuhan dan perkembangan siswa menjadi tidak utuh dan kurang maksimal khususnya dalam hal konsep diri yang merupakan inti dari pribadi
orang.
Dari hasil pengamatan di SMP Saverius 1 Sragen muncul kesan bahwa konsep diri siswa-siswi pada umumnya negatif. Kesan ini muncul
ketika praktikan membantu Masa Orientasi Siswa MOS di SMP Saverius 1 Sragen. Seharusnya guru membantu siswa agar konsep dirinya positif, tetapi
tampaknya guru di sana lebih mendidik siswa untuk taat pada peraturan yang ditetapkan oleh sekolah. Ada guru yang komentar-komentarnya dapat
membuat siswa kurang percaya diri, sehingga siswa kurang berani untuk tampil di muka kelas.
Berdasarkan kesan tersebut, perlulah dilakukan suatu penelitian tentang konsep diri Kelas VII dan VIII di SMP Saverius 1 Sragen tahun
ajaran 20162017. Mengingat pentingnya konsep diri dan pengaruh konsep diri dalam hidup, peneliti ingin mengetahui seberapa tinggi tingkat konsep
diri siswa. Kalau konsep diri siswa ternyata rendah atau negatif akan diusulkan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri
siswa. B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi berbagai permasalahan sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi atau positif konsep diri dari para siswa?
2. Apakah ada hubungan antara konsep diri siswa dengan prestasi belajar
siswa?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsep diri siswa negatif atau
rendah?
4. Apa pengaruh dari konsep diri terhadap perilaku sehari-hari?
5. Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang paling tepat untuk
meningkatkan konsep diri siswa? C.
Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada tinggi rendahnya konsep diri siswa kelas VII dan VIII di SMP Saverius Sragen tahun 20162017 dan usulan
topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Rumusan Masalah