Teori Pertumbuhan Ekonomi Landasan Teori

Mojokerto dengan kontribusi sebesar 0,38 pada tahun 2001 dan 0,44 pada tahun 2006 Anonim, 2006 : 127. Untuk mengetahui apakah daya beli masyarakat meningkat atau tidak, maka pendapatanya harus dibandingkan dalam nilai konstan. Harga konstan artinya harga produk didasarkan pada tahun tertentu. Tahun yang dijadikan patokan harga itu disebut tahun dasar. Pada tahun 1995, BPS baru saja menggeser tahun dasar bagi penentuan harga konstan yaitu dari tahun 1983 menjadi tahun 1993 Tarigan, 2005 : 21. Pendapatan per kapita jutaan rupiah = pendapatan rata-rata. Setiap jiwa dalam suatu wilayah atau daerah yang diperoleh dengan cara membagi jumlah total produksi barang dan jasa yang dipastikan penduduk dalam suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk dapat dirumuskan : penduduk Jml PDRB penduduk kapita per n Pendapata .  Anonim, 1997 : 19

2.2.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu output per kapita dan jangka panjang. Proses menggambarkan perekonomian dari waktu ke waktu yang lebih bersifat dinamis, output per kapita mengkaitkan aspek output total Gross Domestic Product GDP dan aspek jumlah penduduk bila output total mengalami perkembangan maka dapat dikatakan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam Gross Domestic Product GDP, tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari pada tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Sedangkan penbangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat dalam jangka panjang yang melebihi dari tingkat pertambahan penduduk Sukirno, 1995 : 14. Tetapi pada umumnya, para ahli ekonomi memberikan pengertian yang sama dengan pembangunan ekonomi yaitu sebagai kenaikan dalam Gross Domestic Product . Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara maju, sedangkan pembangunan ekonomi digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara berkembang. Suatu perekonomian dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan per kapita menunjukkan kecenderungan mengalami suatu kenaikan dalam jangka panjang dan kegiatan ekonomi secara rata- rata meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi daerah-daerah SWP I Jawa Timur yang paling besar pada tahun 2001 adalah Kabupaten Mojokerto yaitu 5,65 disusul oleh Kota Surabaya dengan pertumbuhan sebesar 4,65. Sedangkan pertumbuhan dengan persentase paling kecil adalah Kabupaten Gresik 1,14 disusul Kabupaten Lamongan dengan persentase sebesar 3,08. Pada tahun 2006 pertumbuhan paling besar ditunjukkan oleh Kabupaten Gresik yang pada tahun 2001 merupakan daerah yang paling sedikit pertumbuhan ekonominya menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua setelah Kabupaten Mojokerto dengen persentase sebesar 6,88 dan Kabupaten Mojokerto sendiri mengalami pertumbuhan sebesar 7,30. Sedangkan daerah paling kecil pertumbuhan ekonominya adalah Kota Mojokerto dengan persentase 3,81 Anonim, 2006 : 137. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi, antara lain : a. Teori Pertumbuhan Klasik Menurut pandangan ahli ekonomi klasik ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Meskipun demikian, para ahli ekonomi klasik lebih memperhatikan pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan mereka pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada mulanya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan dan tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi, maka para pengusaha akan memperoleh keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan ini tidak akan terus menerus berlangsung. Bila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktifitas marginal penduduk negatif, maka kemakmuran masyarakat menurun kembali dan tingkat perekonomian akan mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai maka ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang Stationary State. b. Teori Schumpeter Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaruan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian, maka makin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi dan pertumbuhan ekonomi akan bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau Stationary State . Akan tetapi berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter tingkat keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pembangunan yang tinggi Sukirno, 2002 : 432. c. Teori Harrod–Domar Dalam menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi, teori Harrod–Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau Steady Growth dalam jangka panjang, dengan mengadakan pemisalan; 1 barang modal telah mencapai kapasitas penuh; 2 tabungan adalah proposional dengan pendapatan nasional; 3 rasio modal dan rasio produksi tetap; 4 perekonomian terdiri dari dua sektor. Dengan menggunakan analisia teori Harrod–Domar dapat pula menerangkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai suatu negara yang terus menerus mencapai kapasitas penuh dalam penggunaan barang-barang modalnya baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. d. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Model Neo-Classic berdasarkan pada peralatan fungsi produksi, yaitu bahwa unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal, tenaga kerja, dan kemajuan teknologi. Dalam model ini terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan suatu negara dengan perbedaan kemakmuran suatu daerah disparitas regional pada negara yang bersangkutan. Dikatakan bahwa pada saat pembangunan baru dimulai di negara sedang berkembang, tingkat perbedaan antar wilayah cenderung menjadi tinggi, sedangkan bila proses pembangunan telah berjalan pada waktu lama, maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun. Hal ini disebabkan masih belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi serta masih kuatnya tradisi yang mengalami mobilitas penduduk dan modal antar daerah.

2.3. Kerangka Pikir

Investasi merupakan variabel makro ekonomi yang paling penting, selain itu juga dapat dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap variabel makro ekonomi yang lain yaitu pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan serta dari masing-masing variabel ini dapat diketahui tipe ketiga daerah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kerangka pikir sebagai berikut : Gambar 2: Kerangka Pikir Sumber : Penulis Dari kerangka pikir di atas dapat dijelaskan bahwa antara investasi dengan pendapatan per kapita maupun investasi dengan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan analisa Indeks Williamson untuk melihat apakah makin merata atau tidak dan apakah investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di tiga daerah tersebut. Pertumbuhan Ekonomi Investasi Pendapatan Per Kapita Indeks Williamson Tipologi Daerah Indeks Williamson Tipologi Daerah