KEMAMPUAN KOMUNIKASI MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PADA PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KETERAMPILAN FARMASI (SKILLS LAB)

(1)

KETERAMPILAN FARMASI (SKILLS LAB)

Disusun oleh RIFA ATRIA MUDA

20120350013

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

PRAKTIKUM KETERAMPILAN FARMASI (SKILLS LAB)

Disusun untuk memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh RIFA ATRIA MUDA

20120350013

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii NIM : 20120350013 Progam Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis benar benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada keperguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

Rifa Atria Muda NIM: 20120350013


(4)

iii

Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan jika diawali dengan bekerja untuk mencapainya, bukan hanya menjadi impian.


(5)

iv mempersembahkan karya ini kepada:

1. ALLAH SWT, Tuhan Pencipta Alam, terimakasih atas kemudahan yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu, dan lancar tanpa halangan yang berarti.

2. Orang tua tersayang yaitu Alm. Bapak H. Muhidin dan Ibu Hj. Dais Eha yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan kasih sayang kepada saya.

3. Kakak dan Adik tersayang saya Riza Adhara Muda dan Riska Adiphda Muda yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada saya.

4. Keluarga besar Bapak H. Kustono dan Ibu Hj. Nurul yang selalu memberikan dukungan kepada saya.

5. Gagana Tiskendar Hanurtono yang selama ini menemani, memberikan semangat dan do’a kepada saya.

6. Sahabat-sahabat terdekat dan seperjuangan saya Ella, Sucianna, Lupita, Anis, Desi, dan Avisa yang telah memberikan banyak dukungan kepada saya.

7. Teman-teman terbaik saya Ema, Dewi, Syafra, Lia, dan Ria yang selalu ada disaat suka maupun duka.


(6)

v

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada Pembelajaran Praktikum Keterampilan Farmasi (Skills Lab)”. Semoga sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Dan kepada sahabat yang telah berjuang dan membawa agama Allah.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. H. Ardi Pramono, Sp.An. M.kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtanti Harimurti, Ph.D., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi, dan Dra. Salmah Orbayinah, M.Kes., Apt selaku Dosen Pembimbing yang banyak memberikan nasehat, saran, kritik selama penulisan sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Masih banyak kekurangan baik dari isi maupun penulisannya, oleh karena itu penulis mohon maaf dan demi kebaikan kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikumWarohmatullahiWabarokatuh.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016


(7)

vi

MOTTO ………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... v

KATA PENGANTAR ………... vi

DAFTAR ISI ………... vii

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

INTISARI ………... xii

ABSTRACT ………... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Perumusan Masalah……….... 3

C. Keaslian Penelitian………... 4

D. Tujuan Penelitian ……… 5

E. Manfaat Penelitian ……….. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Problem Based Learning (PBL)………...

1. Definisi PBL...………..

2. Kelebihan metode PBL... ………..

B. Skills Lab………...

1. Definisi Skills Lab..….………..

2. Kelebihan Skills Lab………..

3. Metode evaluasi Skills Lab…...………...

4. Skills Lab di Farmasi UMY………...

C. Komunikasi...………...

1. Definisi komunikasi... 2. Tujuan komunikasi... 3. Jenis komunikasi... 4. Unsur keterampilan komunikasi... 5. Prinsip komunikasi efektif... 6. Elemen-elemen komunikasi... 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi... 8. Hambatan dalam komunikasi... D. Kerangka konsep... E. Keterangan empirik...

6 6 6 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 12 13 13 15 16 16


(8)

vii

E. Variabel dan Definisi Operasional ……... 19 F. Instrumen Penelitian ………... 19 G. Cara Kerja ………... H. Skema Langkah Kerja ………... I. Analisis Data ………...………...

20 23 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil uji validitas dan reliabilitas………

B. Karakteristik responden ………..

C. Kemampuan komunikasi mahasiswa... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………

B. Saran ………..

DAFTAR PUSTAKA... 26 26 27

38 38 39


(9)

viii


(10)

(11)

x

Lampiran 4. Hasil uji validitas dan reliabilitas... Lampiran 5. Persentase komponen kuesioner... Lampiran 6. Persentase penilaian responden... Lampiran 7. Komponen komunikasi mahasiswa farmasi UMY... Lampiran 8. Skor kuesioner penelitian...

46 49 52 55 56


(12)

(13)

xii

baik. Salah satu komponen pembelajaran PBL yaitu praktikum keterampilan farmasi (skills lab). Skills lab merupakan kegiatan di dalam laboratorium untuk melatih keterampilan farmasi mahasiswa. Keaktivan mahasiswa pada pembelajaran skills lab dapat dilihat dari sejauh mana mahasiswa dapat menguasai materi dan kemampuan komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang yang dibagi kepada oranglain. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan komunikasi mahasiswa farmasi pada pembelajaran praktikum keterampilan farmasi (skills lab).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Komunikasi mahasiswa farmasi dinilai dari hasil penyebaran kuesioner yang memuat lima indikator yaitu keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesetaraan. Sebelum dilakukan penelitian, kuesioner dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan membagikan kuesioner kepada 30 responden.

Hasil uji validitas dinyatakan semua item pernyataan valid yaitu r hitung bernilai positif dan r hitung > r tabel. Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel karena alfa cronbach lebih besar dari 0,6 yaitu 0,926. Setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliabel, kuesioner dibagikan kepada 116 responden yang berbeda yaitu mahasiswa angkatan 2012 dan 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi mahasiswa katagori “baik” sebesar 76% , katagori “cukup baik” sebesar 24%, dan katagori “kurang baik” sebesar 0%. Kata Kunci: keterampilan farmasi (skills lab), komunikasi.


(14)

xiii

communicate well. One of PBL components is skills lab. Skills lab is an activity in the laboratory to exercise the students pharmaceutical skills. The students activite participation on skills lab learning could be seen from how well the students master the materials and their communication ability. Communication is a process of delivering and receiving messages from one person to another. This study aims to discover the pharmacy students communication ability on skills lab learning.

This study used descriptive analysis method using cross sectional approach. The pharmacy students communication skill was obtained from the questionnaire distribution which contained five indicators namely openness, empathy, supports, positive attitude and equality. Validity and reliability tests were conducted before the research by distributing the questionnaire to 30 respondents.

The result of validity test showed that all questionnaire was valid in which r value was positive and r count > r table. The reliability test showed that it was reliable because the alfa cronbach was higher than 0.6 which was 0.926. After the questionnaire was considered as valid and reliable then it was distributed to 116 different respondents who were the students of batch 2012 and 2013. The result of the study showed the students who had good communication skill in skills lab learning were 76%, good enough communication 24% and poor communication 0%.


(15)

1 Belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan meteri ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2011).

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadalah: 11).

Ayat di atas merupakan motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu, untuk terus membaca, dan belajar sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah S.W.T akan tetap terjaga, yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh, dengan demikian terlihat bahwa keimanan yang diiringi dengan ilmu akan membuahkan amal.

Metode pembelajaran yang ada di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) menggunakan


(16)

metode Problem Based Learning (PBL). Metode PBL adalah suatu metode pengembangan dan pembelajaran aktif yang berpusat dari mahasiswa. Metode PBL memacu mahasiswa untuk menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat sehingga ketika menjadi seorang tenaga kesehatan diharapkan sudah terlatih dalam memecahkan suatu permasalahan. Kegiatan pembelajaran metode PBL meliputi kegiatan perkuliahan, tutorial, praktikum ilmu farmasi, praktikum keterampilan farmasi (skills lab), EPE (Early Phamaceutical Exposure), belajar mandiri, plenary discussion, english hour (Tan & Oon-Seng, 2004).

Keterampilan farmasi (skills lab) merupakan suatu kegiatan pelatihan keterampilan mahasiswa dengan tujuan menyiapkan mahasiswa agar siap dengan keterampilan-keterampilan pada bidang kesehatan. Fungsi utama skills lab adalah mengintegrasikan berbagai pengalaman belajar seperti perkuliahan, tutorial, praktikum maupun belajar mandiri ke dalam suatu keterampilan yang nyata (Haryati, 2008).

Program Studi Farmasi UMY memberikan pembelajaran atau materi skills lab pada setiap semester dimana satu semester terdapat tiga blok dengan materi skills lab yang berbeda. Jenis materi skills lab yang ada di farmasi UMY meliputi keterampilan komunikasi, keterampilan membuat bentuk sediaan farmasi, keterampilan dalam melakukan penyuluhan, keterampilan dalam analisis simplisia, keterampilan debat mengenai isu keprofesian terkini, keterampilan dalam Assesment CoA, keterampilan identifikasi kestabilan fisik berbagai sediaan obat, keterampilan pelayanan resep (skrining resep), keterampilan penyusunan asuhan rencana kefarmasia (Prodi Farmasi, 2013).


(17)

Keberhasilan suatu pembelajaran skills lab tidak hanya dari materi itu sendiri melainkan keaktivan mahasiswa saat pembelajaran skills lab berlangsung. Keaktivan mahasiswa dapat dilihat dari sejauh mana mahasiswa dapat menguasai materi dan yang terpenting keaktivan pembelajaran skills lab dilihat dari kemampuan komunikasi mahasiswa.

Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang yang dibagi kepada orang lain. Komunikasi bersifat sosial dalam masyarakat sehari-hari sering berlangsung secara verbal, berlangsung secara langsung yaitu melalui percakapan dan atau bahasa tertulis, tetapi komunikasi nonverbal juga memainkan peran penting dalam komunikasi sehari-hari (Hargie &Dixon, 2004). Laporan Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO), dari hasil evaluasi 2840 kasus sentinent event (kejadian yang tak diharapkan fatal) dapat disimpulkan bahwa 65% akar penyebab masalah adalah faktor komunikasi (Cahyono, 2008).

Pentingnya penelitian ini dapat memberikan informasi kepada Prodi Farmasi mengenai kemampuan komunikasi mahasiswa farmasi. Penelitian ini sekaligus dapat mengetahui seberapa besar kemampuan komunikasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan skills lab.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana kemampuan komunikasi mahasiswa farmasi pada pembelajaran praktikum keterampilan farmasi (skills lab)?“


(18)

C. Keaslian Penelitian

Tabel 1.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain.

No Nama

/tahun

Hasil Penelitian

Judul Metode Perbedaan

1 Rr. Disha

Riane (2009)

Faktor yang berpengaruh terhadap komunikasi antara dokter

gigi dan

pasien adalah faktor pengetahuan tentang kesehatan

gigi dan

faktor frekuensi kunjungan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komunikasi

antara dokter

gigi dan pasien

di pelayanan

kesehatan

Uji Korelasi,

digunakan untuk mengetahui keterkait an antara data sampel yang

ada dengan

variabel-variabel dalam populasi.

Uji Regresi,

digunakan untuk menguji pengaruh

antara satu

variabel dengan

variabel lain.

Penelitian sebelumnya meneliti

apa saja faktor yang

mempengaruhi komunikasi

dengan uji korelasi dan regresi. Subjek penelitian adalah dokter gigi dengan jumlah sampel 100, penelitian dilakukan di kota bogor sedangkan penelitian ini

meneliti kemampuan

komunikasi mahasiswa pada

pembelajaran praktikum

keterampilan farmasi (skills lab)

dengan metode deskriptif

analitik. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa farmasi UMY angkatan 2012 dan 2013.

2 Muhamad

Marwan Dhani (2013)

Terdapat hubungan positif antara nilai pretest skills lab

dengan nilai OSCE yang didapatkan mahasiswa FKIK UMY Prodi

kedokteran Umum.

Hubungan nilai

pretest skills lab

terhdap nilai

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) mahasiswa

program studi

pendidikan dokter universitas muhammadiyah yogyakarta.

Uji korelasi

pearson untuk

mengetahui

apakah ada

hubungan antara dua variabel dan

seberapa kuat

hubungan diantara keduanya.

Peneliti sebelumnya meneliti apakah adanya hubungan nilai

pretest skills lab mahasiswa terhadap nilai OSCE, subyek penelitian adalah mahasiswa prodi pendidikan dokter UMY.

Sedangkan penelitian ini

meneliti apakah ada pengaruh pembelajaran skills lab terhadap

keterampilan komunikasi

mahasiswa, subyek penelitian ini adalah mahasiswa farmasi UMY angkatan 2012


(19)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan komunikasi mahasiswa farmasi pada pembelajaran praktikum keterampilan farmasi (skills lab).

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada Program Studi Farmasi FKIK UMY tentang hasil pembelajaran praktikum keterampilan farmasi (skills lab) yang berkaitan dengan komunikasi mahasiswa.

2. Memberikan gambaran kepada Instansi lain tentang pembelajaran praktikum keterampilan farmasi (skills lab) dan hasil atau evaluasi pembelajaran praktikum keterampilan farmasi (skills lab) yang berkaitan dengan komunikasi mahasiswa Farmasi FKIK UMY.

3. Memberikan informasi kepada peneliti tentang faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi mahasiswa farmasi.


(20)

6 1. Definisi PBL

PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mahasiswa dapat menyusun pengetahuan dengan sendirinya, menjadikan mahasiswa mandiri dan meningkatkan rasa kepercayaan diri mahasiswa (Arends & Trianto, 2007). PBL sebagai strategi pembelajaran yang mengatur atau mengelola pembelajaran matematika disekitar kegiatan pemecahan masalah dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berpikir secara kritis, mengajukan ide kreatif sehingga dapat mengkomunikasikan dengan baik.

Sistem pembelajaran PBL dilaksanakan dalam blok-blok yang di dalamnya meliputi kuliah, praktikum ilmu farmasi, tutorial, dan skills lab. Blok sendiri merupakan wadah integrasi berbagai pengetahuan dan ilmu, baik itu preklinik, paraklinik maupun klinik yang sudah disusun disainnya dalam bentuk matriks blok (Roh, 2003).

2. Kelebihan metode PBL (Sanjaya, 2007)

a. Menantang kemampuan mahasiswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi mahasiswa.

b. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran mahasiswa.

c. Membantu mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan mahasiswa.


(21)

d. Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mahasiswa.

e. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki.

f. Mengembangkan minat mahasiswa untuk belajar secara terus-menerus.

g. Memudahkan mahasiswa dalam menguasai konsep yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah.

B. Skills lab 1. Definisi skills lab

Skills lab merupakan suatu fasilitas tempat mahasiswa dapat berlatih keterampilan-keterampilan kesehatan yang mereka perlukan dalam situasi latihan di laboratorium (Nurini, et al., 2002). Menurut Suryadi (2008) skills lab adalah laboratorium tempat belajar mengembangkan kemampuan procedural knowledge dalam hal keterampilan kesehatan. Tujuan pembelajaran skills lab adalah untuk menyamakan pembelajaran dan evaluasi keterampilan farmasi dengan menggunakan alat penilaian yang sama bagi semua mahasiswa, meningkatkan sikap mahasiswa dalam memberi pelayanan pada pasien.

2. Kelebihan skills lab

Kelebihan dari latihan skills lab adalah sebagai berikut :

a. Mahasiswa dapat berlatih secara trial and error, artinya mahasiswa dapat mengulang-ulang latihan sampai benar-benar terampil. Hal ini tidak dapat dilakukan pada pasien langsung.


(22)

b. Keterampilan kesehatan yang sulit dan butuh proses yang panjang dapat dilakukan secara bertahap dan dilatihkan secara tahap demi tahap.

c. Mahasiswa mendapat lebih banyak kesempatan mengenali keadaan normal karena berlatih antar teman dengan menggunakan metode role-play.

d. Selama belajar keterampilan medis mahasiswa sudah dapat merasakan sebagian dari tugas profesinya.

e. Mahasiswa dapat menghubungkan teori yang didapat dari kuliah dengan praktek yang ada dilapangan walaupun masih dalam simulasi.

f. Meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa dalam menghadapi pasien, serta mengurangi terjadinya kendala emosi pada saat berhadapan dengan pasien secara langsung (Suryadi, 2008).

3. Metode evaluasi skills lab

Metode evaluasi dalam pembelajaran skills lab yaitu Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Untuk menilai kompetensi mahsasiswa kesehatan, metode OSCE saat ini merupakan suatu pilihan yang terbaik. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah ujian keterampilan mahasiswa dibidang kesehatan yang terdiri dari serangkaian simulasi yang digunakan untuk menilai keterampilan farmasi. Metode OSCE telah ditetapkan sebagai metode yang valid dan reliable atau dapat dipertanggung jawabkan untuk menilai kemampuan dan pengetahuan mahasiswa (Taufiqurahman et al., 2008).

Untuk menilai kemampuan dan pengetahuan mahasiswa pada saat kegiatan skills lab dan OSCE dapat menggunakan cheklist. Cheklist berisi daftar komponen yang harus dilakukan mahasiswa saat kegiatan skills lab dan ujian


(23)

OSCE. Cheklist ini dipakai mahasiswa dalam persiapan untuk menilai kemampuan melakukan praktikum keterampilan materi farmasi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk menilai orang lain dalam suatu kelompok belajar sebelum OSCE dilaksanakan (Kartina, 2011).

4. Skills lab di Farmasi UMY

Kegiatan skills lab di farmasi UMY dilakukan setiap blok. Keterampilan farmasi bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dengan menggunakan model-model pembelajaran yang ada. Kegiatan skills lab dilaksanakan secara dini, kontinyu serta terintegrasi dalam setiap blok (Suryadi, 2008). Praktikum keterampilan farmasi yang dipelajari dan dilatih di laboratorium keterampilan merupakan salah satu kompetensi inti pendidikan farmasi. Mahasiswa perlu berlatih terus untuk menguasai suatu kompetensi yang ditentukan pada setiap tahapan belajar.

C. Komunikasi 1. Definisi komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.

Komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara kedua belah pihak yang terlibat, dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan (Effendy, 2005). Menurut Potter dan Perry (2005) komunikasi merupakan suatu elemen


(24)

dasar dari interaksi yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontak dengan orang lain.

2. Tujuan komunikasi

Mundakir (2006) menyatakan bahwa, tujuan komunikasi adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan komunikator dapat diterima oleh oranglain (komunikan). Tujuan komunikasi adalah dapat memahami oranglain, menggali perilaku, memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu, untuk menentukan suatu kesanggupan, untuk meneliti pola kesehatan, mendorong untuk bertindak, memberikan nasihat (Herijulianti, 2001).

3. Jenis komunikasi

Effendy (2005) menyatakan bahwa, jenis komunikasi dapat diklasifikasikan menurut bentuk dan sifat komunikasi. Berdasarkan bentuknya, komunikasi dapat dibagi dalam :

a. Komunikasi personal.

b. Komunikasi Intra-personal, yaitu interaksi yang terjadi dalam diri individu sendiri, yang berfungsi untuk berpikir atau meningkatkan motivasi.

c. Komunikasi inter-personal, yaitu interaksi antara dua orang atau kelompok kecil, misalkan komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien (komunikasi terapeutik). Fungsinya untuk meningkatkan hubungan inter-personal atau inter-personal dan menerima informasi.

d. Komunikasi kelompok, yaitu komunikasi yang terjadi di dalam suatu kelompok, baik kelompok kecil, maupun kelompok besar.


(25)

e. Komunikasi Massa, yaitu komunikasi yang terjadi di dalam kelompok besar, yang berfungsi mempengaruhi orang banyak.

f. Komunikasi Media, yaitu komunikasi melalui suatu media tertentu seperti surat, telepon, poster.

Komunikasi dapat dibagi berdasarkan sifatnya, yaitu: 1) Komunikasi verbal, yaitu secara lisan dan tulisan.

2) Komunikasi Non-verbal, yaitu melalui gestural atau gerakan tubuh dan pictorial atau ekspresi wajah.

3) Tatap muka. 4) Bermedia.

4. Unsur keterampilan komunikasi

Menurut (Herijulianti, 2001) keterampilan berkomunikasi berlandaskan enam unsur yang merupakan inti komunikasi :

a. Sumber atau yang menyampaikan informasi atau komunikator.

b. Pesan atau berita yang merupakan rangsangan yang disampaikan sumber pada sasaran. Rangsangan tersebut merupakan ide, pendapat atau pikiran dari sumber yang ingin disampaikan kepada sasaran atau orang lain. Cara penyampaian ini dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi wajah. c. Media yang merupakan alat atau sarana yang dipilih sumber untuk

menyampaikan pesan kepada sasaran atau orang yang dituju. Media ini dapat berupa tatap muka, pembicaraan lewat telepon, surat, radio, atau televisi. d. Sasaran atau penerima informasi.


(26)

e. Umpan balik atau feed back merupakan reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan, sumber dapat mengetahui apakah pesan yang disampaikan dapat dimengerti atau tidak oleh sasaran yang dituju.

f. Akibat merupakan hasil dari suatu komunikasi. Hasil tersebut berupa adanya perubahan pada diri yang dituju. Perubahan ini dapat dalam bentuk sikap maupun pengetahuan.

5. Prinsip komunikasi efektif

Prinsip-prinsip komunikasi yang efektif menurut Kurtz et al.,(2004)

a. Memastikan sebuah interaksi lebih dari sebuah transmisi langsung. Jika komunikasi hanya merupakan sebuah proses transmisi langsung, pengirim pesan (apoteker) bisa beranggapan bahwa semua hanya tanggung jawab sebagai komunikator. Komunikasi yang baik sebenarnya meliputi suatu proses interaktif, dimana pengirim pesan menerima feedback penyampaian suatu pesan, apakah pesan itu dimengerti dan menimbulkan perubahan pada penerima.

b. Mengurangi ketidakpastian yang tidak diperlukan. Semua kemungkinan yang menyebabkan ketidakpastian di dalam wawancara medis harus dipertimbangkan. Ketidakpastian dapat menyebabkan penurunan konsentrasi atau kecemasan yang mana akan menyebabkan komunikasi terhambat.

c. Memerlukan perencanaan dan pemikiran. Cara yang terbaik untuk menentukan efektifitas adalah memikirkan tentang hasil yang dicapai dan konsekuensinya. d. Dinamisme. Satu situasi tidak dapat disamakan dengan situasi lainnya.


(27)

e. Mengikuti Helical model. Ada dua pola komunikasi dalam Helical model. Pertama, apa yang saya katakan mempengaruhi apa yang kamu katakan di dalam spiral fashion, jadi komunikasi dilakukan secara berangsur ketika interaksi. Kedua, pengulangan dan kembali ke komunikasi spiral di level yang berbeda setiap waktu adalah menggambarkan efektifitas komunikasi.

6. Elemen-elemen komunikasi

Adanya suatu proses interaksi dalam komunikasi membuat kita harus belajar untuk menyadari setiap elemen dari proses tersebut. Elemen-elemen dasar komunikasi terbagi menjadi tiga yaitu pengirim pesan, pesan atau informasi yang disampaikan dan penerima pesan (receiver). Ketiga elemen ini membentuk suatu proses komunikasi satu arah. Potter dan Perry menambahkan elemen referen dan saluran dalam proses komunikasi. Referen adalah suatu stimulus yang memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain, referen dapat berupa pengalaman yang lalu, emosi, ide atau tindakan. Saluran merupakan media yang diciptakan untuk membawa pesan. Semakin banyak saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan, semakin baik pemahaman si penerima pesan (Potter & Perry, 2005).

7. Faktor –faktor yang mempengaruhi komunikasi a. Keterbukaan

Keterbukaan ialah ketersediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri informasi tidak bertentangan dengan kepatutan. Sikap keterbukan ditandai dengan adanya kejujuran dalam merespon segala stimulasi komunikasi.


(28)

b. Empati

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain melalui kaca mata orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka.

c. Sikap mendukung

Saling mendukung artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. d. Sikap positif

Sikap positif ditunjukan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap maksudnya bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku artinya bahwa tindakan yang dipilih yang relevan dengan tujuan komunikasi interpersonal yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama. Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam prilaku dan sikap, antara lain : menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap orang lain, tidak menaruh rasa curiga yang berlebihan, komitmen menjalin kerjasama.

e. Kesetaraan

Kesetaraan ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, saling


(29)

memerlukan. Kesetaraan yang dimaksud disini adalah berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan untuk menempatkan diri setara (tidak ada yang superior atau inferior ) dengan partner komunikasi. Disha (2009) cit Kumar (2006).

8. Hambatan dalam komunikasi

Mundakir (2006) menyatakan bahwa, secara umum hambatan yang terjadi selama komunikasi adalah karena kurangnya penggunaan sumber informasi yang tepat. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi, kurangnya pengetahuan, perbedaan persepsi, perbedaan harapan, kondisi fisik dan mental yang kurang baik, penilaian yang prematur, tidak ada kepercayaan, ada ancaman, perbedaan status, pengetahuan dan bahasa, serta kesalahan informasi merupakan hambatan dalam komunikasi.


(30)

D. Kerangka Konsep

Gambar 1.Kerangka konsep E. Keterangan Empirik

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan komunikasi mahasiswa farmasi UMY angkatan 2012 dan 2013 pada pembelajaran praktikum keterampilan farmasi (skills lab).

Praktikum

Tutorial PBL

Perkuliahan

Skills lab

Komunikasi


(31)

17 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

B. Tempat dan waktu

1. Tempat : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Waktu : Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai dengan bulan September 2015

C. Subyek Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Farmasi UMY angkatan 2012 dan 2013.

2. Sampel

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah random sampling yaitu semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Farmasi UMY angkatan 2012 dan 2013. Karena penelitian menggunakan pendekatan cross sectional dan jumlah populasi diketahui sebanyak 162 orang, maka jumlah sampel diambil berdasarkan rumus :

n =


(32)

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

N = jumlah populasi

= derajat kepercayaan (ditetapkan 0,05)

d = limit dari error atau presisi absolut (ditetapkan = 0,05)

p = estimasi maksimal = 0,5

= ditetapkan = Perhitungan :

n =

n =

n =

n =

n = 114,157 = 114

Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan jumlah sampel minimal 114 orang dari jumlah populasi. Penulis mengambil sampel yaitu 116 sampel.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria inklusi

a. Mahasiswa angkatan 2012 dan 2013 yang telah melaksanakan kegiatan skilss lab.

2. Kriteria eksklusi

a. Mahasiswa yang pernah cuti.


(33)

E. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel

Variabel bebas dari penelitian ini adalah kegiatan skills lab mahasiswa farmasi angkatan 2012 dan 2013. Variabel terikat dari penelitian ini adalah keterampilan komunikasi mahasiswa farmasi.

2. Definisi Operasional

a. Kemampuan komunikasi adalah kemampuan mahasiswa Prodi Farmasi angkatan 2012 dan 2013 dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien simulasi sesama mahasiswa di dalam laboratorium. Pada penelitian ini kemampuan komunikasi mahasiswa merupakan variabel terikat dan dinilai dalam lima komponen yaitu keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesetaraan.

b. Skills lab adalah merupakan suatu tempat atau fasilitas dimana mahasiswa berlatih keterampilan farmasi. Dalam penelitian ini skills lab yang dimaksud adalah kegiatan praktikum keterampilan komunikasi mahasiswa farmasi angkatan 2012 dan 2013 dilakukan di laboratorium yang selanjutnya merupakan variabel bebas.

F. Instrumen penelitian

Instrumen dari penelitian ini yaitu kuesioner tentang komunikasi yang dilakukan mahasiswa farmasi UMY angkatan 2012 dan 2013. Kuesioner ini dibuat berdasarkan teori faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi. Komponen keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesetaraan. Disha (2009) cit Kumar (2006). Adapun kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel 3.


(34)

Tabel 2. Kisi-kisi instrumen komunikasi

No Komponen Item pernyataan

1 Keterbukaan 1, 2, 3, 4, 5

2 Empati 6, 7, 8, 9, 10

3 Dukungan 11, 12, 13, 14, 15

4 Sikap Positif 16, 17, 18, 19, 20

5 Kesetaraan 21, 22, 23, 24, 25

G. Cara kerja

Penulis membagikan kuesioner untuk melakukan uji validitas kepada 30 responden. Penulis akan melakukan uji validitas dan reliabilitas dari setiap pernyataan kuesioner. Penulis membagikan kuesioner yang pernyataannya sudah dianggap valid dan reliabel kepada 116 responden. Pembagian kuesioner dilakukan secara acak disertai dengan penjelasan singkat tentang tata cara pengisian oleh penulis sendiri. Data yang sudah terkumpul selanjutnya akan diolah.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan sebelum penelitian dimulai untuk menguji tingkat kesahihan atau kevalidan suatu instrumen. Menurut Arikunto (2006), Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Pengujian validitasnya dilakukan pada 30 responden dengan jumlah kuesioner 25 item pernyataan melalui korelasi setiap item pernyataan dengan total nilai setiap variabel dilakukan dengan uji korelasi bivariate.


(35)

Rumus korelasi yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh pearson product moment, yang dikenal dengan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut (Handoko, 2009) :

=

Keterangan :

: koefisien korelasi

n : jumlah responden

: jumlah skor item

: jumlah skor total (item)

=

Keterangan :

t : nilai

r : koefisien korelasi hasil n : jumlah responden

Hasil pengujian validitas dikatakan valid jika nilai koefisien korelasi seluruh pernyataan kurang dari atau sama dengan tingkat signifikansi 5%. Syarat suatu pernyataan valid yaitu r hitung bernilai positif dan r hitung > r tabel (Sugiyono, 2000). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas data adalah dengan koefisien korelasi menggunakan bantuan software SPSS. b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ukuran eksistensi skor yang dapat dicapai oleh orang yang sama pada kesempatan yang berbeda. Untuk memeriksa reliabilitas


(36)

suatu kuesioner, variabel-variabel yang ada tersebut dikelompokkan menjadi beberapa kelompok (Rangkuti, 2002).

Pengujian reliabilitas instrumen kemampuan komunikasi dilakukan dengan cronbach alpha, suatu instrumen penelitian dinyatakan reliabel apabila nilai cronbach alpha lebih besar atau sama dengan 0,6. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan software SPSS.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan dengan menggunakan uji Alfa Cronbach ( Sugiyono, 2005), dengan rumus :

= [ ] [

]

Keterangan :

: Reabilitas instrumen

K : Banyaknya butir pernyataan ∑ : Jumlah varians butir

: Varians skor total

Dengan rumus varians total adalah sebagai berikut : S =


(37)

Keterangan :

Jki : jumlah kuadran skor item Jks : jumlah kuadran subjek

H. Skema langkah kerja

Gambar 2. Skema langkah kerja I. Analisis data

1. Metode pengolahan data a. Penyuntingan (Editing)

Yaitu memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan yang berasal dari responden untuk mengecek kelengkapan data dan kebenaran data jika ada kekeliruan akan diulang, untuk melakukan tahap yang selanjutnya.

Persiapan

Membaca buku, mencari referensi

Mempersiapkan kuesioner, validasi

Pelaksanaan / pengambilan data

Analisis data

Membagikan kuesioner


(38)

b. Pengkodean (Coding)

Yaitu data yang terkumpul diberi kode-kode tertentu untuk memudahkan pengolahan data. Pengkodean dalam penelitian yaitu :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju c. Skoring (Scoring)

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil observasi dapat diberikan skor. Alat untuk mengukur jawaban dari responden menggunakan skala Likert. Skoring dalam penelitian ini yaitu :

Sangat Setuju (SS) : 4

Setuju (S) : 3

Tidak Setuju (TS) : 2

Sangat Tidak Setuju (STS) : 1 d. Tabulasi (Tabulating)

Yaitu menilai jawaban sesuai dengan jenis pernyataan kemudian langsung diolah.

e. Interpretasi Data

Data yang sudah didapatkan kemudian dihitung menggunakan rumus :

Persentase Skor =


(39)

Data yang telah dikode dimasukkan kedalam komputer kemudian data tersebut diolah. Pernyataan skor berdasarkan pernyataan positif (favourable) yaitu pernyataan yang mendukung jawaban. Perentase dihitung dengan menggunakan skala ordinal dengan mengkatagorikan persentase sebagai berikut :

Baik : 76 % - 100 % Cukup baik : 56 % - 75 % Kurang baik : ≤ 55 %

Kuesioner tentang komunikasi selanjutnya akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

f. Uji Deskriptif

Tujuan analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh. Analisis deskriptif terhadap responden pada penelitian ini adalah tahun angkatan pada mahasiswa farmasi UMY angkatan 2012 dan 2013.


(40)

26 1. Hasil Uji Validasi

Uji validasi pada penelitian dilakukan dengan uji korelasi yaitu melalui korelasi setiap item pernyataan dengan total nilai setiap variabel. Suatu pernyataan dikatakan valid apabila r hitung bernilai positif dan r hitung > r tabel (Sugiyono, 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation yang ada dilampiran yaitu r hitung bernilai positif sedangkan r tabel pada penelitian ini dapat dilihat dari product moment dengan jumlah responden (N) sebanyak 30 yaitu r = 0,361. Hasil uji validasi pada penelitian ini instrumen dianggap 25 pernyataan valid karena memenuhi dua persyaratan yaitu r hitung bernilai positif dan r hitung > r tabel.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian dilakukan dengan menggunakan uji Alfa Cronbach yaitu suatu instrumen penelitian dinyatakan reliabel apabila cronbach alpha lebih besar atau sama dengan 0,6 (Notoatmodjo, 2010). Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini instrumen dianggap reliabel karena alfa cronbach lebih besar dari 0,6 yaitu 0,926.

B. Karakteristik Responden

Responden diperoleh peneliti dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Program Studi Farmasi yaitu angkatan 2012 dan 2013. Angkatan 2012 sebanyak 58 mahasiswa,


(41)

terdiri dari 46 perempuan dan 12 laki-laki. Angkatan 2013 sebanyak 58 mahasiswa, terdiri dari 48 perempuan dan 10 laki-laki. Persentase terbanyak dari angkatan 2012 dan 2013 adalah mahasiswi perempuan.

Berikut ini adalah hasil karakteristik responden pada angkatan 2012 dan 2013.

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan tahun angkatan Tahun Angkatan Frekuensi 2012 58 (50%) 2013 58 (50%) Total 116 (100)

Tabel 3 menunjukkan tahun angkatan responden totalnya sama yaitu angkatan 2012 dan angkatan 2013 masing-masing dengan jumlah 58 mahasiswa sebesar 50%. Peneliti mengambil responden angkatan 2012 dan 2013 dalam jumlah responden yang sama supaya seimbang.

C. Kemampuan Komunikasi Mahasiswa

Penelitian kemampuan komunikasi mahasiswa dilakukan untuk memperoleh seberapa besar tingkat kemampuan komunikasi mahasiswa farmasi dengan adanya kegiatan skills lab di UMY. Kemampuan komunikasi mahasiswa dinilai dari setiap individu atau aspek dari kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa sebagai responden. Lampiran 8 menjelaskan mengenai hasil skoring responden dari tiap pernyataan. Adapun rekapitulasi hasil skor yang didapat responden pada tabel 4.


(42)

Tabel 4. Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Farmasi UMY

Kategori Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)

2012 2013

Baik Perempuan 34 34 59%

Laki -laki 10 10 17%

Cukup Baik Perempuan 12 14 22%

Laki-laki 0 2 2%

Kurang Baik Perempuan 0 0 0%

Laik-laki 0 0 0%

Total 100%

Kategori kemampuan komunikasi baik ≥76%, cukup baik antara 56% - 75%, kurang baik ≤55%. Berdasarkan tabel 4 diketahui hanya 24% mahasiswa yang kemampuan komunikasinya cukup yaitu sebesar 22% mahasiswa perempuan dan 2% mahasiswa laki-laki. Mahasiswa yang kemampuan komunikasi baik sebanyak 76% yaitu sebesar 59% mahasiswa perempuan dan 17% laki-laki. Tidak terdapat mahasiswa dengan kategori kemampuan komunikasi kurang baik.

Pada tabel 4 kemampuan komunikasi yang baik untuk mahasiswa perempuan angkatan 2012 dan 2013 sama besar yaitu 34 mahasiswa, sedangkan kemampuan komunikasi yang cukup baik untuk mahasiswa perempuan angkatan 2012 sebanyak 12 mahasiswa dan angkatan 2013 sebanyak 14 mahasiswa. Kemamapuan komunikasi yang cukup baik paling banyak terdapat pada angkatan 2013. Pengalaman belajar mahasiswa 2013 lebih sedikit dari angkatan 2012, hal ini dapat mempengaruhi cara berpikir dari setiap mahasiswa. Ilmu yang didapat


(43)

angkatan 2012 sudah banyak, sehingga dapat terbiasa berlatih komunikasi dengan rasa percaya diri dan aktif dalam berkomunikasi.

Kemampuan komunikasi yang baik untuk mahasiswa laki-laki angkatan 2012 dan 2013 sama besar yaitu 10 mahasiswa, sedangkan kemampuan komunikasi yang cukup baik untuk mahasiswa laki-laki angkatan 2012 sebanyak 2 orang. Tidak ada mahasiswa laki-laki angkatan 2013 yang mempunyai kemampuan komunikasi cukup baik. Karakter setiap mahasiswa sangat berbeda, tidak sedikit mahasiswa laki-laki yang merasa jenuh dengan pelajaran ataupun materi yang didapatkan.

Kemampuan komunikasi yang cukup ataupun tidak baik karena adanya hambatan dalam komunikasi. Hambatan yang terjadi selama komunikasi adalah karena kurangnya penggunaan sumber informasi yang tepat. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi, kurangnya pengetahuan, perbedaan persepsi, perbedaan harapan, kondisi fisik dan mental yang kurang baik, tidak ada kepercayaan, ada ancaman, pengetahuan dan bahasa, serta kesalahan informasi merupakan hambatan dalam komunikasi (Mundakir, 2006).

Pelatihan keterampilan yang dilakukan pada kegiatan Skills Lab efektif untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi sebagai tenaga kesehatan (Junger et al., 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan mahasiswa dengan kemampuan komunikasi “baik” lebih banyak dibandingkan mahasiswa dengan kemampuan komunikasi “cukup baik”. Komunikasi yang baik didasarkan pada pembelajaran skills lab yang dilakukan mahasiswa dengan komponen keterampilan komunikasi pada setiap blok.


(44)

Komponen keterampilan komunikasi pada kegiatan skills lab lebih banyak dilakukan sehingga mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa praktikum keterampilan farmasi (skills lab) dapat membantu kemampuan komunikasi mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumintono (2008) bahwa hasil yang dapat diperoleh dari pembelajaran skills lab yaitu mengajarkan keterampilan berkomunikasi, meningkatkan pemahaman dari suatu kasus yang terjadi, mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah dan mengembangkan tingkah laku profesional.

Seorang farmasi dituntut untuk memiliki kemampuan berbicara yang jelas dan lugas, memiliki keinginan dan kemampuan untuk mendengarkan, adanya empati. Adanya pembelajaran skills lab tiap blok diharapkan mahasiswa dapat memanfaatkan ilmu yang sudah diterima. Adapun persentase hasil jawaban responden dalam setiap pernyataan pada tabel 5.

Tabel 5. Persentase jawaban responden dalam setiap pernyataan

No Pernyataan Rata-rata Kategori

Keterbukaan

1 Saya memahami seluruh aspek skill lab

keterampilan komunikasi dengan baik

79% Baik

2 Saya dapat berkomunikasi dengan benar

terhadap pasien sesuai dengan cheklist skill lab

79% Baik

3 Saya dapat menjawab pertanyaan dengan

benar terhadap suatu kasus saat kegiatan

skills lab

74% Cukup Baik

4 Saya dapat memaparkan informasi obat

dengan jelas dan tepat saat kegiatan skills lab


(45)

5 Saya berani menjawab pertanyaan dengan penuh keyakinan terhadap suatu kasus di dalam kegiatan skills lab

74% Cukup Baik

Empati

6 Saya dapat memahami keluhan pasien saat

kegiatan skills lab terhadap suatu kasus yang dialaminya

80% Baik

7 Saya dapat merasakan kekhawatiran

seorang pasien saat kegiatan skills lab

terhadap terapi yang diberikan

81% Baik

8 Saya senantiasa memberikan motivasi

terhadap pasien saat kegiatan skills lab

82% Baik

9 Saya dapat memahami jika seorang pasien

tidak paham terhadap penggunaan obat yang akan dikonsumsi

82% Baik

10 Saya selalu mendoakan kesembuhan pasien

saat kegiatan skills lab

88% Baik

Dukungan

11 Saya senantiasa bekerjasama dengan teman

saat kegiatan skills lab dalam memecahkan

suatu masalah

84% Baik

12 Saya selalu menanyakan kepada dosen

ataupun teman terhadap hal yang tidak diketahui saat kegiatan skills lab

86% Baik

13 Saya senantiasa mengajak teman

bekerjasama saat kegiatan skills lab

82% Baik

14 Saya senantiasa membantu teman dalam

menghadapi kesulitan memecahkan suatu kasus saat kegiatan skills lab

83% Baik

15 Saya selalu memecahkan suatu kasus

bersama teman di dalam laboratorium ataupun di kelas


(46)

Sikap positif

16 Semua keterampilan komunikasi dalam

kegiatan skills lab sangat penting untuk dipelajari

86% Baik

17 Saya senantiasa percaya bahwa semua

kesulitan dalam memecahkan suatu kasus dapat diselesaikan dengan baik

83% Baik

18 Saya senang mempunyai teman yang

disiplin dalam kegiatan skills lab

84% Baik

19 Saya senantiasa menghargai pendapat

oranglain saat kegiatan skills lab

86% Baik

20 Saya selalu mengajak teman untuk

berkomunikasi dengan baik saat kegiatan

skills lab

84% Baik

Kesetaraan

21 Saya selalu berkomunikasi dengan teman

setiap menghadapi kesulitan saat kegiatan

skills lab

83% Baik

22 Saya akan meniru keberhasilan komunikasi

teman sebagai motivasi saya agar berkomunikasi dengan baik

84% Baik

23 Saya senantiasa memberi masukan terhadap

cara berkomunikasi teman saya saat kegiatan skills lab

81% Baik

24 Saya sadar bahwa kegiatan skills lab

keterampilan komunikasi sangat penting untuk tercapainya keberhasilan komunikasi terhadap pasien

87% Baik

25 Saya berpandangan bahwa setiap orang

mempunyai kekurangan dan kelebihan terhadap keterampilan komunikasi di dalam kegiatan skill lab


(47)

1. Tingkat kemampuan komunikasi mahasiswa berdasarkan aspek keterbukaan

Hasil penelitian berdasarkan persentase penilaian responden terhadap kemampuan keterampilan komunikasi dalam aspek keterbukaan yaitu sebesar 82% mahasiswa dapat memahami seluruh aspek skills lab keterampilan komunikasi dengan baik. Komunikasi yang baik diperoleh mahasiswa dengan selalu mempelajari suatu kasus yang diberikan.

Kasus yang diterima mahasiswa sudah terdapat dalam buku modul yang didalamnya terdapat panduan kegiatan skilss lab sehingga mahasiswa dapat mempelajari kasus beberapa hari sebelum kegiatan skills lab dilakukan. Kegiatan belajar yang dilakukan mahasiswa sebelum skills lab diharapkan mahasiswa dapat memahami seluruh aspek skills lab yang berkaitan dengan keterampilan komunikasi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa dapat memahami seluruh aspek skills lab keterampilan komunikasi dengan baik. Kemampuan komunikasi mahasiswa pada aspek keterbukaan sebesar 18% mahasiswa tidak dapat berani menjawab pertanyaan dengan penuh keyakinan terhadap suatu kasus. Tidak berani dan tidak yakinnya mahasiswa dalam menjawab pertanyaan dikarenakan tidak sedikit mahasiswa yang belajar tidak selalu memperhatikan dosen ataupun instruktur yang sedang menjelaskan.

Nilai dapat mempengaruhi interpretasi pesan dan bagaimana individu menginterpretasikan ide-ide yang datang dari orang lain sehingga seseorang dapat merasa yakin dan percaya diri saat berkomunikasi dengan orang lain. Jika nilai


(48)

yang dimiliki seseorang berbeda dan tidak ada penyesuaian antar individu kemungkinan akan terjadi konflik saat melakukan komunikasi (Arwani, 2003).

Mahasiswa yang hanya belajar saat kegiatan skills lab akan sulit memahami suatu kasus sehingga mahasiswa tidak berani dan tidak yakin menjawab ataupun memecahkan suatu kasus karena ilmu yang sedikit dan persiapan yang kurang.

2. Tingkat kemampuan komunikasi mahasiswa berdasarkan aspek empati Hasil penelitian berdasarkan persentase penilaian responden terhadap kemampuan keterampilan komunikasi dalam aspek empati yaitu sebesar 81% mahasiswa berempati dengan memahami keluahan pasien saat kegiatan skills lab terhadap kasus yang dialaminya. Pada setiap kegiatan skills lab yang ada di Prodi Farmasi UMY mahasiswa dilatih untuk selalu berempati kepada pasien simulasi karena diharapkan setelah mahasiswa memasuki dunia kerja akan selalu memiliki rasa empati kepada pasien tanpa melihat kondisi pasien.

Selain itu komunikasi harus sering dilatih untuk meningkatkan perkembangan cara komunikasi seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter dan Perry (1997) bahwa tingkat perkembangan dalam berbicara berhubungan erat dengan perkembangan komunikasi dari individu.

Rasa empati yang diberikan kepada pasien dapat membangun rasa percaya diri pasien terhadap sakit yang dialaminya, sehingga pasien merasa senang dengan rasa empati yang diberikan. Pada hasil penelitian aspek empati sebesar 16% mahasiswa yang tidak merasakan kekhawatiran terhadap terapi yang yang


(49)

diberikan. Mahasiswa dilatih untuk peduli terhadap terapi yang diberikan kepada pasien saat melakukan simulasi kegiatan skills lab.

Pada penelitian ini tidak banyak mahasiswa yang tidak merasa khawatir tehadap terapi pasien. Mahasiswa terkadang saat berkomunikasi dengan pasien simulasi tidak terlalu memperhatikan secara lebih luas terhadap terapi yang diterima oleh pasien, sehingga mahasiswa lupa untuk memberikan konseling, informasi, dan edukasi kepada pasien.

3. Tingkat kemampuan komunikasi mahasiswa berdasarkan aspek dukungan

Hasil penelitian berdasarkan persentase penilaian responden terhadap kemampuan keterampilan komunikasi dalam aspek dukungan yaitu sebesar 70% mahasiswa senantiasa membantu teman dalam menghadapi kesulitan memecahkan masalah suatu kasus saat kegiatan skills lab. Pada saat skills lab mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi sehingga mahasiswa dilatih untuk memecahkan masalah bersama dan berkomunikasi dengan teman berkaitan kasus yang diterima.

Pada aspek dukungan ini sebesar 14% mahasiswa yang tidak selalu memecahkan suatu kasus bersama di dalam laboratorium. Mahasiswa cenderung malu untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan teman yang menurutnya tidak dekat, sehingga mahasiswa lebih memilih untuk memecahkan suatu kasus sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arwani (2003) yaitu seseorang dapat berkomunikasi lebih baik dalam lingkungan yang nyaman. Kurangnya kebebasan seseorang bisa mengakibatkan kebingungan, ketegangan. Gangguan lingkungan


(50)

juga bisa mengganggu pesan yang dikirim. Lingkungan yang nyaman sangat membantu dalam proses komunikasi sehingga lingkungan menjadi faktor yang berpengaruh dalam komunikasi.

4. Tingkat kemampuan komunikasi mahasiswa berdasarkan aspek sikap positif

Hasil penelitian berdasarkan persentase penilaian responden terhadap kemampuan keterampilan komunikasi dalam aspek sikap positif yaitu sebesar 65% mahasiswa senantiasa percaya bahwa semua kesulitan dalam memecahkan kasus dapat diselesaikan dengan baik. Di dalam laboratorium mahasiswa yang tidak mengerti dengan suatu kasus yang dipelajari dapat bertanya kepada teman yang mengerti ataupun bertanya kepada instruktur saat skills lab, sehingga setiap kasus dapat dipecahkan dengan baik.

Sebanyak 3% mahasiswa tidak selalu berkomunikasi dengan baik saat kegiatan skills lab. Mahasiswa yang sudah merasa dekat dengan temannya cenderung tidak memperhatikan cara berkomunikasi. Komunikasi yang digunakan sehari-hari dengan teman dikelas ataupun ditempat lain sangat berpengaruh pada cara seseorang berkomunikasi.

Menurut Arwani (2003) penggunaan bahasa yang umum mempengaruhi komunikasi yang baik. Penggunaan bahasa yang umum sangat tepat digunakan jika pengirim dan penerima pesan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas jika kata yang digunakan tidak dikenal penerima. Karena pemakaian bahasa yang lazim menjadi faktor yang sangat membantu dalam berkomunikasi (Arwani, 2003).


(51)

5. Tingkat kemampuan komunikasi mahasiswa berdasarkan aspek kesetaraan

Hasil penelitian berdasarkan persentase penilaian responden terhadap kemampuan keterampilan komunikasi dalam aspek kesetaraan yaitu sebesar 62% mahasiswa akan meniru keberhasilan komunikasi teman sebagai motivasi agar dapat berkomunikasi dengan baik. Setelah selesai kegiatan skills lab tidak sedikit mahasiswa yang belajar kembali diluar laboratorium.

Mahasiswa yang tidak paham suatu kasus akan bertanya kepada teman di kelas ataupun di luar kelas untuk dapat memahami kasus yang diberikan saat kegiatan skills lab. Sebesar 7% dari mahasiswa senantiasa tidak memberi masukan terhadap cara berkomunikasi teman dengan alasan karena bukan teman dekat atau karena merasa malu dan tidak percaya diri.

Memilih teman untuk diajak berkomunikasi merupakan budaya yang tidak baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter dan Perry (1997) bahwa bengaruh kebudayaan menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak dan berkomunikasi. Budaya mempelajari cara berbuat, berpikir, dan merasakan. Komunikator harus bisa menyesuaikan dengan kebudayaan komunikan agar komunikasi yang berjalan menjadi efektif.


(52)

38 Kemampuan komunikasi mahasiswa Farmasi UMY pada pembelajaran praktikum keterampilan farmasi (skills lab) mempunyai katagori “BAIK” sebesar 76% sedangkan katagori “CUKUP BAIK” sebesar 24%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai masukan bagi Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk lebih meningkatkan soft skill mahasiswa dan meningkatkan kegiatan belajar secara berkelompok.


(53)

38 Arwani, A. 2003. Pengertian Belajar. http://elearningpo.unp.ac.id/. 20 Desember

2003.

Cahyono, JB Suharjo. (2008). Komunikasi: Fondasi Hubungan Dokter dan Pasien. Ethical Digest No 56 Thn VI: hal 68-67.

Christyanni, Y. 2006. Gambaran Faktor Internal Mahasiswa PSIK A Dalam Melaksanakan Pembelajaran Ketrampilan Keperawatan di Skills Lab FK UGM. Yogyakarta : Skripsi.

Dallen, J.V. dan Flippo-Berger, J.F.1997. Skillslab. Centre forTraining of Skills. University Maastricht.

Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajardan Pembelajaran. Jakarta :Rineka Cipta. Duch, Barbara J., Allen, Deborah E., and White, Harold B. (2000). Problem

BasedLearning: Preparing Students to Succeed in the 21st.

Effendy, O.U., (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Greco M, Brownlea A, McGovern J. Impact of patient feedback on the interpersonal skills of general practice registrars: results of a longitudinal study. Med Educ 2001;35:748–56.

Hargie, O. and Dickson, D. (2004). Skilled Interpersonal Communication: Research,Theory and Practice. Hove: Brunner Routledge.

Harsono. 2004. Pengantar Problem Based Learning. Yogyakarta :Medika FK UGM.

Haryati, S. 2008. Lulusan AKPER 17.Surakarta : Pasca SarjanaUNS. Tesis.

Herijulianti, E.,Indriani, T.S., Artini, S. (2001). Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta EGC.

Hovland, Carl, L. (1953). Social communication dalam Bernard Berelson & Morris Janowits, ed. Reader in public opinion and communication, New York: The free press of glencoe.


(54)

Humphris GM. Communication skills knowledge,understanding and OSCE performance in medical trainees: a multivariate prospective study using structural equation modelling. Med Educ 2002;36 (9):842–52.

Junger J, Schafer S, Roth C, Schellberg D, Friedman Ben-David M, Nikendei C. Effects of basic clinical skills training on objective structured clinical examination performance. Med Educ 2005;39 (10):1015–20.

Kurtz S, Silverman J, Draper J. (2004). Skills for Communicating with Patients. United Kingdom : Radcliffe Medical Press.

Mahmoud, S.H. 2006. Clinical SkillsLab Faculty of Medicine Suez Canal University.http://csl.nelc.edu.eg. 23Januari 2009.

Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Nikendei C, Zeuch A, Dieckmann P, Roth C, Scha¨fer S, Vo¨lkl M, Schellberg D, Herzog W, Ju¨nger J. Role-playing for a more realistic technical skills training. Med Teach 2004;27:122–26.

Nurini A.A, Suryadi E, Hadianto T,Sutrisno, Yayi S.P. 2002. SkillsLab. Yogyakarta : Medika FKUGM.

Panduan akademik program studi farmasi (2013). Yogyakarta:fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan:UMY

Potter&Perry. (1997/2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik (edisi 4). Buku kedokteran EGC. Jakarta

Riane Disha (2009), Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komunikasi antara dokter gigi dan pasien di pelayanan kesehatan, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta. cit Arvind Kumar (2006), ciri efektifitas komunikasi antar pribadi.

Roberts J, Norman G. Reliability and learning from the objective structured clinical examination. Med Educ 1990;24 (3):219–23.

Sumintono, Y. 2008. Pembelajaran Keterampilan Klinis. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan profesi Kesehatan Indonesia Vol 1, No.4: 101-106. Tan, Oon-Seng. (2004). Cognition, Metacognition, and Problem-Based Learning,


(55)

Lampiran 1. Kuesioner komunikasi

Nama :

NIM :

Angkatan :

KUESIONER KOMUNIKASI Petunjuk pengisian : berilah tanda (V) untuk jawaban saudara Keterangan :

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju SS : Sangat Setuju

No Pernyataan SS S TS STS

Keterbukaan 1 Saya memahami seluruh aspek skill lab

keterampilan komunikasi dengan baik

2 Saya dapat berkomunikasi dengan benar terhadap pasien sesuai dengan cheklist skill lab

3 Saya dapat menjawab pertanyaan dengan benar terhadap suatu kasus saat kegiatan skills lab

4 Saya dapat memaparkan informasi obat dengan jelas dan tepat saat kegiatan skills lab

5 Saya berani menjawab pertanyaan dengan penuh keyakinan terhadap suatu kasus di dalam kegiatan skills lab


(56)

Lanjutan

Pernyataan SS S TS STS

Empati

6 Saya dapat memahami keluhan pasien saat kegiatan skills lab terhadap suatu kasus yang dialaminya 7 Saya dapat merasakan kekhawatiran seorang pasien

saat kegiatan skills lab terhadap terapi yang diberikan

8 Saya senantiasa memberikan motivasi terhadap pasien saat kegiatan skills lab

9 Saya dapat memahami jika seorang pasien tidak paham terhadap penggunaan obat yang akan dikonsumsi

10 Saya selalu mendoakan kesembuhan pasien saat kegiatan skills lab

Dukungan

11 Saya senantiasa bekerjasama dengan teman saat kegiatan skills lab dalam memecahkan suatu masalah

12 Saya selalu menanyakan kepada dosen ataupun teman terhadap hal yang tidak diketahui saat kegiatan skills lab

13 Saya senantiasa mengajak teman bekerjasama saat kegiatan skills lab

14 Saya senantiasa membantu teman dalam

menghadapi kesulitan memecahkan suatu kasus saat kegiatan skills lab

15 Saya selalu memecahkan suatu kasus bersama teman di dalam laboratorium ataupun di kelas


(57)

Lanjutan

Pernyataan SS S TS STS

Sikap positif

16 Semua keterampilan komunikasi dalam kegiatan skills lab sangat penting untuk dipelajari

17 Saya senantiasa percaya bahwa semua kesulitan dalam memecahkan suatu kasus dapat diselesaikan dengan baik

18 Saya senang mempunyai teman yang disiplin dalam kegiatan skills lab

19 Saya senantiasa menghargai pendapat oranglain saat kegiatan skills lab

20 Saya selalu mengajak teman untuk berkomunikasi dengan baik saat kegiatan skills lab

Kesetaraan

21 Saya selalu berkomunikasi dengan teman setiap menghadapi kesulitan saat kegiatan skills lab 22 Saya akan meniru keberhasilan komunikasi teman

sebagai motivasi saya agar berkomunikasi dengan baik

23 Saya senantiasa memberi masukan terhadap cara berkomunikasi teman saya saat kegiatan skills lab 24 Saya sadar bahwa kegiatan skills lab keterampilan

komunikasi sangat penting untuk tercapainya keberhasilan komunikasi terhadap pasien

25 Saya berpandangan bahwa setiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan terhadap keterampilan komunikasi di dalam kegiatan skill lab


(58)

Lampiran 2. Persetujuan responden

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Alamat Rumah :

No Telp/ HP :

Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila saya memerlukan penjelasan saya dapat menanyakan kepada peneliti.

Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.


(59)

(60)

Lampiran 4. Hasil uji validitas dan reliabilitas

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

30 100.0

0 .0

30 100.0

Valid Excludeda

Total Cases

N %

Listwise deletion based on all v ariables in the procedure. a.

Reliabi lity Statisti cs

.926 25

Cronbach's


(61)

Item Statistics

3.3000 .46609 30

3.1333 .50742 30

3.1333 .34575 30

3.3000 .46609 30

3.0667 .52083 30

3.1333 .50742 30

3.1000 .54772 30

3.1333 .50742 30

3.0667 .52083 30

3.3333 .60648 30

3.1000 .54772 30

3.2667 .63968 30

3.1667 .46113 30

3.1333 .57135 30

3.1333 .62881 30

3.3667 .55605 30

3.2667 .52083 30

3.2333 .62606 30

3.4667 .50742 30

3.2000 .55086 30

3.1667 .53067 30

3.4000 .56324 30

3.1667 .53067 30

3.3000 .59596 30

3.5000 .57235 30

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25


(62)

Item Statistics

3.3000 .46609 30

3.1333 .50742 30

3.1333 .34575 30

3.3000 .46609 30

3.0667 .52083 30

3.1333 .50742 30

3.1000 .54772 30

3.1333 .50742 30

3.0667 .52083 30

3.3333 .60648 30

3.1000 .54772 30

3.2667 .63968 30

3.1667 .46113 30

3.1333 .57135 30

3.1333 .62881 30

3.3667 .55605 30

3.2667 .52083 30

3.2333 .62606 30

3.4667 .50742 30

3.2000 .55086 30

3.1667 .53067 30

3.4000 .56324 30

3.1667 .53067 30

3.3000 .59596 30

3.5000 .57235 30

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25


(63)

Lampiran 5. Persentase komponen kuesioner

No Pernyataan Rata-rata Kategori

Keterbukaan 1 Saya memahami seluruh aspek skill lab

keterampilan komunikasi dengan baik

79% Baik

2 Saya dapat berkomunikasi dengan benar terhadap pasien sesuai dengan cheklist skill lab

79% Baik

3 Saya dapat menjawab pertanyaan dengan benar terhadap suatu kasus saat kegiatan skills lab

74% Cukup

Baik 4 Saya dapat memaparkan informasi obat dengan

jelas dan tepat saat kegiatan skills lab

80% Baik

5 Saya berani menjawab pertanyaan dengan penuh keyakinan terhadap suatu kasus di dalam kegiatan skills lab

74% Cukup

Baik

Empati

6 Saya dapat memahami keluhan pasien saat kegiatan skills lab terhadap suatu kasus yang dialaminya

80% Baik

7 Saya dapat merasakan kekhawatiran seorang pasien saat kegiatan skills lab terhadap terapi yang diberikan

81% Baik

8 Saya senantiasa memberikan motivasi terhadap pasien saat kegiatan skills lab

82% Baik

9 Saya dapat memahami jika seorang pasien tidak paham terhadap penggunaan obat yang akan dikonsumsi

82% Baik

10 Saya selalu mendoakan kesembuhan pasien saat kegiatan skills lab


(64)

Dukungan

11 Saya senantiasa bekerjasama dengan teman saat kegiatan skills lab dalam memecahkan suatu masalah

84% Baik

12 Saya selalu menanyakan kepada dosen ataupun teman terhadap hal yang tidak diketahui saat kegiatan skills lab

86% Baik

13 Saya senantiasa mengajak teman bekerjasama saat kegiatan skills lab

82% Baik

14 Saya senantiasa membantu teman dalam

menghadapi kesulitan memecahkan suatu kasus saat kegiatan skills lab

83% Baik

15 Saya selalu memecahkan suatu kasus bersama teman di dalam laboratorium ataupun di kelas

78% Baik

Sikap positif

16 Semua keterampilan komunikasi dalam kegiatan skills lab sangat penting untuk dipelajari

86% Baik

17 Saya senantiasa percaya bahwa semua kesulitan dalam memecahkan suatu kasus dapat

diselesaikan dengan baik

83% Baik

18 Saya senang mempunyai teman yang disiplin dalam kegiatan skills lab

84% Baik

19 Saya senantiasa menghargai pendapat oranglain saat kegiatan skills lab

86% Baik

20 Saya selalu mengajak teman untuk

berkomunikasi dengan baik saat kegiatan skills lab

84% Baik

Kesetaraan

21 Saya selalu berkomunikasi dengan teman setiap menghadapi kesulitan saat kegiatan skills lab


(65)

22 Saya akan meniru keberhasilan komunikasi teman sebagai motivasi saya agar berkomunikasi dengan baik

84% Baik

23 Saya senantiasa memberi masukan terhadap cara berkomunikasi teman saya saat kegiatan skills lab

81% Baik

24 Saya sadar bahwa kegiatan skills lab

keterampilan komunikasi sangat penting untuk tercapainya keberhasilan komunikasi terhadap pasien

87% Baik

25 Saya berpandangan bahwa setiap orang

mempunyai kekurangan dan kelebihan terhadap keterampilan komunikasi di dalam kegiatan skill lab


(66)

Lampiran 6. Persentase penilaian responden

No Pernyataan SS S TS STS

Keterbukaan 1 Saya memahami seluruh aspek skill lab

keterampilan komunikasi dengan baik

16% 82% 2% -

2 Saya dapat berkomunikasi dengan benar terhadap pasien sesuai dengan cheklist skill lab

20% 76% 4% -

3 Saya dapat menjawab pertanyaan dengan benar terhadap suatu kasus saat kegiatan skills lab

9% 78% 13% -

4 Saya dapat memaparkan informasi obat dengan jelas dan tepat saat kegiatan skills lab

21% 79% - -

5 Saya berani menjawab pertanyaan dengan penuh keyakinan terhadap suatu kasus di dalam kegiatan skills lab

22% 59% 18% -

Empati

6 Saya dapat memahami keluhan pasien saat kegiatan skills lab terhadap suatu kasus yang dialaminya

19% 81% - -

7 Saya dapat merasakan kekhawatiran seorang pasien saat kegiatan skills lab terhadap terapi yang diberikan

29% 55% 16% -

8 Saya senantiasa memberikan motivasi terhadap pasien saat kegiatan skills lab

28% 70% 2% -

9 Saya dapat memahami jika seorang pasien tidak paham terhadap penggunaan obat yang akan dikonsumsi

29% 69% 2% -

10 Saya selalu mendoakan kesembuhan pasien saat kegiatan skills lab


(67)

Dukungan

11 Saya senantiasa bekerjasama dengan teman saat kegiatan skills lab dalam memecahkan suatu masalah

42% 53% 4% -

12 Saya selalu menanyakan kepada dosen ataupun teman terhadap hal yang tidak diketahui saat kegiatan skills lab

47% 51% 2% -

13 Saya senantiasa mengajak teman bekerjasama saat kegiatan skills lab

34% 60% 5% -

14 Saya senantiasa membantu teman dalam

menghadapi kesulitan memecahkan suatu kasus saat kegiatan skills lab

30% 70% - -

15 Saya selalu memecahkan suatu kasus bersama teman di dalam laboratorium ataupun di kelas

27% 59% 14% -

Sikap positif

16 Semua keterampilan komunikasi dalam kegiatan skills lab sangat penting untuk dipelajari

47% 50% 3% -

17 Saya senantiasa percaya bahwa semua kesulitan dalam memecahkan suatu kasus dapat

diselesaikan dengan baik

34% 65% 1% -

18 Saya senang mempunyai teman yang disiplin dalam kegiatan skills lab

44% 54% 2% -

19 Saya senantiasa menghargai pendapat oranglain saat kegiatan skills lab

44% 55% 1% -

20 Saya selalu mengajak teman untuk

berkomunikasi dengan baik saat kegiatan skills lab

41% 55% 3% -

Kesetaraan

21 Saya selalu berkomunikasi dengan teman setiap menghadapi kesulitan saat kegiatan skills lab


(68)

22 Saya akan meniru keberhasilan komunikasi teman sebagai motivasi saya agar berkomunikasi dengan baik

34% 62% 3% -

23 Saya senantiasa memberi masukan terhadap cara berkomunikasi teman saya saat kegiatan skills lab

34% 59% 7% -

24 Saya sadar bahwa kegiatan skills lab

keterampilan komunikasi sangat penting untuk tercapainya keberhasilan komunikasi terhadap pasien

53% 47% - -

25 Saya berpandangan bahwa setiap orang

mempunyai kekurangan dan kelebihan terhadap keterampilan komunikasi di dalam kegiatan skill lab


(69)

Lampiran 7. Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Farmasi UMY

Rumus :

x 100

Kategori Jumlah Persentase (%)

Baik 88 76%

Cukup baik 28 24%

Kurang baik 0 0%


(70)

Rifa Atria Muda

Nim : 20120350013

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Jl, Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 Telp. (0274) 387656 (hunting), 387649 (hotline PENMARU) Fax. (0274) 387646/387649, Website :www.umy.ac.id

Email : rifaatriamuda@yahoo.co.id

ABSTRACT

Problem Based Learning (PBL) is a learning strategy by a problem or a case so that the students are able to think critically, suggest creative idea, communicate well. One of PBL components is skills lab. Skills lab is an activity in the laboratory to exercise the students pharmaceutical skills. The students activite participation on skills lab learning could be seen from how well the students master the materials and their communication ability. Communication is a process of delivering and receiving messages from one person to another. This study aims to discover the pharmacy students communication ability on skills lab learning.

This study used descriptive analysis method using cross sectional approach. The pharmacy students communication skill was obtained from the questionnaire distribution which contained five indicators namely openness, empathy, supports, positive attitude and equality. Validity and reliability tests were conducted before the research by distributing the questionnaire to 30 respondents.

The result of validity test showed that all questionnaire was valid in which r value was positive and r count > r table. The reliability test showed that it was reliable because the alfa cronbach was higher than 0.6 which was 0.926. After the questionnaire was considered as valid and reliable then it was distributed to 116 different respondents who were the students of batch 2012 and 2013. The result of the study showed the students who had good communication skill in skills lab learning were 76%, good enough communication 24% and poor communication 0%.


(1)

b. Tingkat kemampuan komunikasi mahasiswa berdasarkan aspek empati

Hasil penelitian berdasarkan persentase penilaian responden terhadap kemampuan keterampilan komunikasi dalam aspek empati yaitu sebesar 81% mahasiswa berempati dengan memahami keluahan pasien saat kegiatan skills lab terhadap kasus yang dialaminya. Pada setiap kegiatan skills lab yang ada di Prodi Farmasi UMY mahasiswa dilatih untuk selalu berempati kepada pasien simulasi karena diharapkan setelah mahasiswa memasuki dunia kerja akan selalu memiliki rasa empati kepada pasien tanpa melihat kondisi pasien.

Rasa empati yang diberikan kepada pasien dapat membangun rasa percaya diri pasien terhadap sakit yang dialaminya, sehingga pasien merasa senang dengan rasa empati yang diberikan. Pada hasil penelitian aspek empati sebesar 16% mahasiswa yang tidak merasakan kekhawatiran terhadap terapi yang yang diberikan. Mahasiswa dilatih untuk peduli terhadap terapi yang diberikan kepada pasien saat melakukan simulasi kegiatan skills lab.

Pada penelitian ini tidak banyak mahasiswa yang tidak merasa khawatir tehadap terapi pasien. Mahasiswa terkadang saat berkomunikasi dengan pasien simulasi tidak terlalu memperhatikan secara lebih luas terhadap terapi yang diterima oleh pasien, sehingga mahasiswa lupa untuk memberikan konseling, informasi, dan edukasi kepada pasien.

c. Tingkat kemampuan komunikasi mahasiswa berdasarkan aspek dukungan

Hasil penelitian berdasarkan persentase penilaian responden terhadap kemampuan keterampilan komunikasi dalam aspek dukungan yaitu sebesar 70%


(2)

mahasiswa senantiasa membantu teman dalam menghadapi kesulitan memecahkan masalah suatu kasus saat kegiatan skills lab. Pada saat skills lab mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi sehingga mahasiswa dilatih untuk memecahkan masalah bersama dan berkomunikasi dengan teman berkaitan kasus yang diterima.

Pada aspek dukungan ini sebesar 14% mahasiswa yang tidak selalu memecahkan suatu kasus bersama di dalam laboratorium. Mahasiswa cenderung malu untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan teman yang menurutnya tidak dekat, sehingga mahasiswa lebih memilih untuk memecahkan suatu kasus sendiri.

d. Tingkat kemampuan komunikasi mahasiswa berdasarkan aspek sikap positif

Hasil penelitian berdasarkan persentase penilaian responden terhadap kemampuan keterampilan komunikasi dalam aspek sikap positif yaitu sebesar 65% mahasiswa senantiasa percaya bahwa semua kesulitan dalam memecahkan kasus dapat diselesaikan dengan baik. Di dalam laboratorium mahasiswa yang tidak mengerti dengan suatu kasus yang dipelajari dapat bertanya kepada teman yang mengerti ataupun bertanya kepada instruktur saat skills lab, sehingga setiap kasus dapat dipecahkan dengan baik.

Sebanyak 3% mahasiswa tidak selalu berkomunikasi dengan baik saat kegiatan skills lab. Mahasiswa yang sudah merasa dekat dengan temannya cenderung tidak memperhatikan cara berkomunikasi. Komunikasi yang digunakan sehari-hari dengan teman dikelas ataupun ditempat lain sangat berpengaruh pada cara seseorang berkomunikasi.


(3)

Hasil penelitian berdasarkan persentase penilaian responden terhadap kemampuan keterampilan komunikasi dalam aspek kesetaraan yaitu sebesar 62% mahasiswa akan meniru keberhasilan komunikasi teman sebagai motivasi agar dapat berkomunikasi dengan baik. Setelah selesai kegiatan skills lab tidak sedikit mahasiswa yang belajar kembali diluar laboratorium.

Mahasiswa yang tidak paham suatu kasus akan bertanya kepada teman di kelas ataupun di luar kelas untuk dapat memahami kasus yang diberikan saat kegiatan skills lab. Sebesar 7% dari mahasiswa senantiasa tidak memberi masukan terhadap cara berkomunikasi teman dengan alasan karena bukan teman dekat atau karena merasa malu dan tidak percaya diri.

Memilih teman untuk diajak berkomunikasi merupakan budaya yang tidak baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter dan Perry (1997) bahwa bengaruh kebudayaan menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak dan berkomunikasi. Budaya mempelajari cara berbuat, berpikir, dan merasakan. Komunikator harus bisa menyesuaikan dengan kebudayaan komunikan agar komunikasi yang berjalan menjadi efektif.

H. Penutup


(4)

Kemampuan komunikasi mahasiswa Farmasi UMY pada pembelajaran praktikum keterampilan farmasi (skills lab) mempunyai katagori “BAIK” sebesar 76% sedangkan katagori “CUKUP BAIK” sebesar 24%.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai masukan bagi Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk lebih meningkatkan soft skill mahasiswa dan meningkatkan kegiatan belajar secara berkelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT RinekaCipta. Jakarta.

Arwani, A. 2003. Pengertian Belajar. http://elearningpo.unp.ac.id/. 20 Desember 2003. Cahyono, JB Suharjo. (2008). Komunikasi: Fondasi Hubungan Dokter dan Pasien.

Ethical Digest No 56 Thn VI: hal 68-67.

Christyanni, Y. 2006. Gambaran Faktor Internal Mahasiswa PSIK A Dalam Melaksanakan Pembelajaran Ketrampilan Keperawatan di Skills Lab FK UGM. Yogyakarta : Skripsi. Dallen, J.V. dan Flippo-Berger, J.F.1997. Skillslab. Centre forTraining of Skills. University

Maastricht.

Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajardan Pembelajaran. Jakarta :Rineka Cipta.

Duch, Barbara J., Allen, Deborah E., and White, Harold B. (2000). Problem BasedLearning: Preparing Students to Succeed in the 21st.

Effendy, O.U., (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Greco M, Brownlea A, McGovern J. Impact of patient feedback on the interpersonal skills of general practice registrars: results of a longitudinal study. Med Educ 2001;35:748–56.


(5)

Hargie, O. and Dickson, D. (2004). Skilled Interpersonal Communication: Research,Theory and Practice. Hove: Brunner Routledge.

Harsono. 2004. Pengantar Problem Based Learning. Yogyakarta :Medika FK UGM. Haryati, S. 2008. Lulusan AKPER 17.Surakarta : Pasca SarjanaUNS. Tesis.

Herijulianti, E.,Indriani, T.S., Artini, S. (2001). Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta EGC.

Hovland, Carl, L. (1953). Social communication dalam Bernard Berelson & Morris Janowits, ed. Reader in public opinion and communication, New York: The free press of glencoe. Humphris GM. Communication skills knowledge,understanding and OSCE performance in

medical trainees: a multivariate prospective study using structural equation modelling. Med Educ 2002;36 (9):842–52.

Junger J, Schafer S, Roth C, Schellberg D, Friedman Ben-David M, Nikendei C. Effects of basic clinical skills training on objective structured clinical examination performance. Med Educ 2005;39 (10):1015–20.

Kurtz S, Silverman J, Draper J. (2004). Skills for Communicating with Patients. United Kingdom : Radcliffe Medical Press.

Mahmoud, S.H. 2006. Clinical SkillsLab Faculty of Medicine Suez Canal University.http://csl.nelc.edu.eg. 23Januari 2009.

Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Nikendei C, Zeuch A, Dieckmann P, Roth C, Scha¨fer S, Vo¨lkl M, Schellberg D, Herzog W, Ju¨nger J. Role-playing for a more realistic technical skills training. Med Teach 2004;27:122–26.

Nurini A.A, Suryadi E, Hadianto T,Sutrisno, Yayi S.P. 2002. SkillsLab. Yogyakarta : Medika FKUGM.

Panduan akademik program studi farmasi (2013). Yogyakarta:fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan:UMY

Potter&Perry. (1997/2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik (edisi 4). Buku kedokteran EGC. Jakarta

Riane Disha (2009), Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komunikasi antara dokter gigi dan pasien di pelayanan kesehatan, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta. cit Arvind Kumar (2006), ciri efektifitas komunikasi antar pribadi.


(6)

Roberts J, Norman G. Reliability and learning from the objective structured clinical examination. Med Educ 1990;24 (3):219–23.

Sumintono, Y. 2008. Pembelajaran Keterampilan Klinis. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan profesi Kesehatan Indonesia Vol 1, No.4: 101-106.

Tan, Oon-Seng. (2004). Cognition, Metacognition, and Problem-Based Learning, in Enhancing Thinking through Problem-based Learning Approaches.