Pola pengembangan kapasitas pembudidaya ikan kolam air tawar di Provinsi Jawa Barat

POLA PENGEM
MBANGA
AN KAPAS
SITAS PE
EMBUDID
DAYA
K
A TAW
AIR
WAR DI PR
ROVINSI JAWA BA
ARAT
IKAN KOLAM

ANNA
A FATCH
HIYA

SE
EKOLAH
H PASCAS

SARJANA
A
INS
STITUT PERTANIA
AN BOGO
OR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Pola Pengembangan
Kapasitas Pembudidaya Ikan Kolam Air Tawar di Provinsi Jawa Barat” adalah
karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Mei 2010


Anna Fatchiya
NIM I362060031

ABSTRACT
ANNA FATCHIYA. Development Pattern for Freshwater Fish Pond Farmers
Capacity in West Java Province. Promotored by SUMARDJO, PANG
S.ASNGARI, and SITI AMANAH
Aquaculture plays an important role to improve socio-economic of the
community. Freshwater fish farmers depend their household’s income from
managing the business. However, they are lacking capacity in their business. The
research objectives were to identify the factors influence fish farmers capacity
and their business sustainability, and to design of strategies to lift-up fish farmers
capacities. A number of 278 fish farmer respondents participated in the study from
Bogor and Cianjur Districts of West Java Province. Research analysis by
descriptive statistic, independent-samples T-test, and CHAID (Chi-Squared
Automatic Interaction Detection). Results of the research showed that capacity of
fish farmer to practice their business was low. Factors influence onish farmers
capacity were formal education, non-formal education, income, support service of
input production, and performance of the extension workers on learning activity.

Factors influence the business sustainability were fish farmer capacity, the
function of group leader, performance of the extension workers on networking,
and the support of input production. Strategies to lift-up small scale fish farmer
capacity are as the follow by namely: to design fisheries extension programme
systematically, to improve the extension workers performance, to improve the fish
farmer’s group dynamics, and to raise of support services of financial, input
production, and information institution.
Key words: fish farmer capacity, freshwater fish pond, development pattern,
aquaculture

RINGKASAN

ANNA FATCHIYA. Pola Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan Kolam
Air Tawar di Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh SUMARDJO, PANG S.
ASNGARI, dan SITI AMANAH.
Sektor perikanan berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja,
penyediaan pangan, dan sumber devisa negara. Salah satu sub sektor perikanan
yaitu perikanan budidaya (akuakultur) semakin penting perannya dalam
pembangunan di Indonesia. Pertumbuhan produk budidaya cukup signifikan yaitu
sebesar 9,5 persen di tahun 2004-2007, dibandingkan dari hasil penangkapan

yang sebesar satu persen.
Kondisi sumberdaya manusia pembudidaya ikan sebagai pelaku utama
usaha akuakultur di Indonesia adalah relatif masih rendah. Hal ini antara lain
terindikasikan dari 59,7 persen kepemilikan luas kolam pembudidaya ikan di
Indonesia kurang dari 0,1 ha, dan dijalankan dengan sistem tradisional.
Indikator kapasitas pembudidaya ikan yang tinggi dapat diukur dari
kemampuan menjalankan fungsi-fungsi usaha akuakultur, tidak hanya pada aspek
produksi, melainkan aspek lain, seperti aspek pengelolaan keuangan usaha dan
mengakses modal, pengelolaan tenaga kerja, serta pengelolaan pemasaran. Selain
itu juga diukur dari kemampuan mengatasi segala masalah dalam usaha, baik
aspek produksi, permodalan, informasi maupun pemasaran, dan kemampuan
merencanakan usaha dan beradaptasi dengan perubahan.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kapasitas pembudidaya ikan dalam menjalankan fungsi-fungsi
usaha, memecahkan masalah, merencanakan dan mengevaluasi usaha, dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan di sekitarnya, serta keberlanjutan
usahanya ditinjau dari aspek bisnis, lingkungan hidup, dan sosial; dan (2)
merumuskan strategi yang efektif untuk mengembangkan kapasitas dan
keberlanjutan usaha pembudidaya ikan .
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur,

Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kedua wilayah tersebut didasarkan pada potensi
perikanan air tawar yang cukup signifikan dibandingkan dengan wilayah lain di
Provinsi Jawa Barat. Metode penelitian adalah dengan survai. Jumlah sampel
sebanyak 278 orang pembudidaya ikan dari 3.224 populasi. Data yang
dikumpulkan berupa data primer yang bersumber dari hasil wawancara
terstruktur, wawancara mendalam, dan observasi lapang, serta data sekunder,
antara lain: laporan tahunan Dinas Perikanan dan Badan Penyuluhan, Peraturan
Daerah (Perda), data dari Badan Pusat Statististik (BPS), dan dokumen kelompok.
Data selanjutnya
dianalisis secara deskriptif. Analisis secara inferensial
digunakan untuk melihat perbedaan kondisi di kedua lokasi dengan uji beda Uji-t
dua sampel independen. Analisis statistik ini menggunakan software SPSS versi
13.00. Pengujian hipotesis menggunakan analisis Chi-Squared Automatic
Interaction Detection (CHAID).
Pembudidaya ikan berada pada kondisi sosial ekonomi dan dukungan
kelembagaan usaha yang rendah, khususnya dalam hal penyediaan modal dan

informasi. Dukungan penyuluh kepada pembudidaya ikan dalam menjalankan
usaha juga rendah.
Tidak semua pembudidaya ikan di Kabupaten Bogor maupun Cianjur

memiliki kapasitas yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Rendahnya
kapasitas pembudidaya ikan ini dipengaruhi oleh rendahnya frekwensi kegiatan
pelatihan atau penyuluhan yang diikuti atau pendidikan non formal, dukungan
lembaga penyedia input produksi, pendidikan formal, dan kinerja penyuluh,
khususnya dalam proses pembelajaran. Di lain pihak, akuakultur merupakan
usaha yang prospektif, baik di Kabupaten Bogor maupun di Cianjur. Permintaan
ikan air tawar terus meningkat setiap tahun, dan hampir semua produksi ikan
terserap pasar. Pembudidaya ikan selama dua tahun terakhir juga mengalami
peningkatan keuntungan dan skala usaha, serta pendapatan dari usaha ikan air
tawar. Kondisi lingkungan hidup selama dua tahun terakhir relatif tetap dalam
mendukung keberlangsungan usaha. Kapasitas pembudidaya ikan berperan
penting dalam mempengaruhi kondisi tersebut, selain faktor dukungan lembaga
penyedia input produksi, peran ketua kelompok, dan kinerja penyuluh dalam
menjalin jejaring.
Strategi pengembangan kapasitas pembudidaya ikan ditentukan oleh iklim
usaha yang kondusif. Iklim tersebut dibangun oleh kelembagaan agribisnis yang
mendorong pengembangan usaha, kinerja penyuluh yang tinggi, dan kelompok
yang dinamis:
(a) Mengingat bahwa pendidikan non formal (kegiatan penyuluhan) dan kinerja
penyuluh berperan dalam meningkatkan kapasitas pembudidaya ikan, maka

diperlukan penyelenggaraan kegiatan penyuluhan secara sistematis. Beberapa
hal yang dapat dilakukan antara lain: (1) materi pembelajaran sesuai dengan
masalah yang dihadapi oleh pembudidaya ikan setempat, misalnya teknik
pemijahan ikan, pengendalian penyakit ikan, antisipasi perubahan cuaca yang
mempengaruhi mortalitas ikan, dan materi-materi yang terkait dengan aspek
manajerial, seperti cara mengakses skim kredit UMKM di perbankan dan
membuat analisis usaha ikan tawar; (2) meningkatkan rasio penyuluh
perikanan dengan pembudidaya ikan, karena rata-rata rasio yang ada sekarang
sangat rendah, untuk Kabupaten Bogor adalah 1:996 dan Cianjur adalah
1:3.900; (3) meningkatkan kompetensi penyuluh melalui berbagai pelatihan
terkait dengan budidaya ikan air tawar, terutama pelatihan tentang teknologi
inovasi yang berguna untuk mengatasi pemecahan masalah usaha
pembudidaya ikan; dan (4) penggunaan metode penyuluhan yang bersifat
“praktek langsung,” misalnya: demonstrasi cara untuk pemijahan ikan,
pengobatan ikan, dan sampling; demonstrasi plot di kolam air tawar, dan
sekolah lapang pengendalian hama penyakit ikan.
(b)Ketersediaan benih ikan yang cukup jumlah dan berkualitas berperan dalam
mengembangkan usaha pembudidaya ikan. Oleh karenanya perlu
meningkatkan peran Balai Besar Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi
maupun Balai Perbenihan Budidaya Ikan atau yang sebelumnya dikenal

sebagai Balai Benih Ikan (BBI) di Provinsi Jawa Barat dan di Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Cianjur, sebagai penyedia induk dan benih yang
berkualitas. Peningkatan ketersediaan benih ikan ini juga dapat dilakukan
dengan mengintensifkan penyuluhan kepada para pembenih, agar pembenih ini

mampu menurunkan tingkat mortalitas benih dan meningkatkan kualitas benih
ikan.
(c) Ketua kelompok berperan penting dalam mendorong keberlanjutan
usaha,dengan demikian diperlukan upaya peningkatan kapasitas
kepemimpinan ketua kelompok agar lebih visioner, misalnya dengan pelatihan
tentang kepemimpinan dan pelibatan dalam program-program perencanaan
pembangunan perikanan di pedesaan. Ketua kelompok juga berperan dalam
mendinamisasikan kelompoknya, oleh karenanya ketua kelompok perlu
difasilitasi dalam menggerakkan aktivitas kelompok, seperti gotong royong
membersihkan kolam, memperbaiki saluran air, dan diskusi kelompok untuk
membahas suatu masalah bersama.
(d)Keberlanjutan usaha pembudidaya ikan yang dicirikan dari adanya
perkembangan usaha, daya dukung lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan
dipengaruhi oleh kapasitas pembudidaya tersebut dalam menjalankan
usahanya. Terkait dengan hal tersebut, strategi penyuluhan diprioritaskan

pada: (i) peningkatan pendapatan pembudidaya ikan melalui peningkatan
produksi, peningkatan kualitas produk ikan, peningkatan harga jual ikan, dan
penekanan biaya produksi dengan menjalankan usaha secara efesien dan
terencana; dan (ii) peningkatan daya dukung lingkungan perairan, dengan
program-program penyuluhan yang berbasis pada upaya-upaya pelestarian
lingkungan hidup. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran pembudidaya
ikan
tentang pentingnya menjaga kualitas air dari sumber-sumber
pencemaran, dan menjalankan praktek-praktek usaha yang ramah lingkungan,
seperti penggunaan obat-obatan kimia yang tepat dosis, dan pemberian pakan
pelet sesuai dengan kebutuhan ikan.
Kata kunci: kapasitas pembudidaya ikan, , ikan air tawar, akuakultur, pola
pengembangan

Hak cipta milik IPB, tahun 2010
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak , fotokopi, mikrofiolm, dan sebagainya


POLA PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMBUDIDAYA
IKAN KOLAM AIR TAWAR DI PROVINSI JAWA BARAT

ANNA FATCHIYA

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

Judul Disertasi

: Pola Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan Kolam
Air Tawar di Provinsi Jawa Barat


Nama

: Anna Fatchiya

NIM

: I 362060031

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S.
Ketua

Prof. Dr. Pang S. Asngari
Anggota

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc
Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Ilmu Penyuluhan
Pembangunan

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc

Tanggal Lulus: 18 Maret 2010

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Lulus: 12 Mei 2010

Penguji pada Ujian Tertutup :

1. Prof (Ris). Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM
2. Dr.Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si

Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Dr.Ir. Lenny Stansye Syafei
2. Dr.Basita Ginting Sugihen, MA

PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Disertasi berjudul ”Pola Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan Kolam Air
Tawar di Provinsi Jawa Barat,” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof.Dr.Ir.Sumardjo,MS,
Bapak Prof.Dr.Pang S.Asngari, dan Ibu Dr.Ir. Siti Amanah,M.Sc selaku
pembimbing, dan Ibu Dr.Ir.Erfiani,M.Si yang telah memberikan pengarahan
tentang statistik pengolahan data, Bapak Prof.Dr. Djoko Susanto, SKM dan
Bapak Dr.Eko Sri Wiyono,S.Pi M.Si selaku penguji pada ujian tertutup, serta Ibu
Dr.Ir. Lenny Stansye Syafei dan Dr.Basita Ginting Sugihen selaku penguji pada
ujian terbuka. Kepada Puan Dr.Hajah Hamidah Abd Hamid dari School of
Communication, Universiti Sains Malaysia (USM) sebagai supervisor pada saat
penulis studi literatur di USM diucapkan terimakasih. Terimakasih juga
disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian
Pendidikan Nasional atas beasiswa BPPS dan beasiswa sandwich yang diberikan
kepada penulis Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh responden,
informan, dan nara sumber lainnya di instansi Pemerintah Daerah Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Cianjur, serta para enumerator yang telah membantu dalam
pengumpulan data di lapang. Penghargaan tak terhingga juga penulis tujukan
kepada orang tua, mertua, suami, anak-anak, kakak, adik, dan semua temanteman yang dengan tulus ikhlas memberikan doa dan dukungannya kepada
penulis.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan karya ilmiah ini, saran dan kritik
yang membangun akan diterima dengan senang hati. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, Mei 2010

Anna Fatchiya

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukoharjo pada tanggal 21 November 1968, dari
pasangan Bapak KH.Abu Thoyib Hariomartono (alm) dan Ibu Hj.Munariyah.
Penulis adalah anak kesembilan dari sepuluh saudara. Penulis menikah dengan
Tara Yudistira dan dikarunia dua anak laki-laki
Pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMA Negeri
Sukoharjo tahun 1987, selanjutnya pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
IPB dan lulus tahun 1992. Pada tahun 1999 penulis meneruskan pendidikan
Strata 2 (S2) di Program Studi. Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN), Sekolah
Pascasarjana, IPB dan lulus tahun 2002. Pada program studi yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan program S3 sejak tahun 2006. Pembiayaan pendidikan
S2 dan S3 diperoleh dari Beasiswa BPPS Kementerian Pendidikan Nasional.
Selama studi di S3 penulis aktif sebagai Panitia Simposium Penyuluhan
yang diselenggarakan oleh Program Studi PPN bekerjasama dengan berbagai
pihak terkait. Beberapa karya ilmiah penulis yang telah diterbitkan selama
menempuh program S3, umumnya terkait dengan bidang keilmuan di PPN, lebih
khusus lagi tentang perilaku masyarakat perikanan atau masyarakat pesisir.
Beberapa judul karya ilmiah yang telah terbit di jurnal, khususnya di Buletin
Ekonomi Perikanan, Jurnal Pengetahuan Sosial (terakreditasi), dan Jurnal
Penyuluhan yaitu: ”Analisis Kepemimpinan pada Kelompok Usaha Ikan Hias
(KUIH) Telaga Biru, Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor”
(2007), ”Analisis Teori Belajar Orang Dewasa dan Penerapannya dalam
Pengembangan Kemandirian Pengadaan Energi Alternatif pada Masyarakat
Nelayan” (2007), ”Model Aksi Sosial pada Masyarakat Petambak di Wilayah
Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi” (2008), ”Analisis
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) dalam Perspektif
Pembangunan Masyarakat (Kasus di Kota Medan, Sumatera Utara)” (2008),
”Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Nelayan di Wilayah Perbatasan
Negara (Kasus di Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur)”
(2008), ”Kedinamisan Kelompok Pembudidaya Ikan Air Tawar dalam
Meningkatkan Daya Saing Produk di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur,
Provinsi Jawa Barat” (2010), dan ”Tingkat Kapasitas Pembudidaya Ikan dalam
Mengelola Usaha Akuakultur Secara Berkelanjutan” (2010).
Penulis mendapatkan kesempatan studi literatur di Universiti Sains
Malaysia selama empat bulan (Oktober 2008 hingga Januari 2009) pada program
sandwich yang disponsori oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan Nasional. Cukup banyak manfaat yang diperoleh dari
studi ini, khususnya dalam pengkayaan teoritis pada disertasi penulis.
Saat ini, penulis adalah staf pengajar di Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Sebelumnya
penulis menjadi staf pengajar di Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB (1997-2005). Mata kuliah yang pernah dan
sedang diasuh oleh penulis antara lain: Penyuluhan Perikanan, Koperasi
Perikanan, Kependudukan, Sosiologi Umum, Dasar-dasar Komunikasi,
Komunikasi Bisnis, serta Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …. …………………………………………………….......
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….......
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………

xii
xiv
xv

PENDAHULUAN …………………………………………………………….
Latar Belakang …………………………………………………...………..
Masalah Penelitian …………………………………………......................
Tujuan Penelitian …………………………………………………………
Kegunaan Hasil Penelitian ……………………………………………….
Pendefinisian Istilah …………………………………………………...…

1
1
3
4
4
5

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….
Konsep tentang Kapasitas dan Pengembangan Kapasitas ............................
Faktor-faktor Karakteristik Internal yang Mempengaruhi Kapasitas ..........
Penyuluhan dan Pengembangan Kapasitas ...................................................
Kinerja Penyuluh ..........................................................................................
Peran Penyuluhan dalam Pengembangan Kapasitas .....................................
Kelompok .....................................................................................................
Konsep Akuakultur .......................................................................................
Pembangunan Akuakultur ............................................................................
Penyuluhan Akuakultur ................................................................................
Lembaga Pendukung Agribisnis Akuakultur (Akuabisnis) ……..…………
Perikanan sebagai Suatu Sistem Pembangunan Berkelanjutan ....................

7
7
20
26
34
38
42
48
56
60
68
72

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ....................................................
Kerangka Berpikir ………………………………………………………
Hipotesis Penelitian ……………………………………………………….

76
76
95

METODE PENELITIAN .................................................................................
Rancangan Penelitian ...................................................................................
Lokasi Penelitian .........................................................................................
Populasi dan Sampel ....................................................................................
Data .............................................................................................................
Instrumentasi . ..............................................................................................
Analisis Data ...............................................................................................

96
96
97
97
99
99
107

HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………
Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................
Karakteristik Pembudidaya Ikan ……………………….…………………..
Kapasitas Pembudidaya Ikan, Keberlanjutan Usaha, dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ……………………………………
Strategi Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan ……………………

110
110
122

x

147
177

Halaman
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………
Kesimpulan ………………………………………………………………..
Saran ……………………………………………………………………….

196
196
198

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………

200

LAMPIRAN …………………………………………………………………..

210

xi

DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Perbedaan Konsep Kapasitas, Kompetensi, dan Kemandirian ……….....
Tingkat Kesesuaian Berbagai Macam Metode Penyuluhan …………….
Strategi dan Metode untuk Mencapai Tujuan Belajar …………………..
Hubungan antara Beberapa Skema Klasifikasi Skala Sistem Pertanian …
Jumlah Produksi Perikanan Budidaya dan Penangkapan
Indonesia Tahun 2004-2007 .....................................................................
Definisi Kapasitas ……………………………………………………….
Kapasitas Pembudidaya Ikan dalam Mengelola Akuakultur …………...
Perbandingan Paradigma Penyuluhan Berdasarkan Dimensinya ………..
Indikator Kinerja Penyuluh .......................................................................
Paradigma Kinerja Penyuluhan yang Bersifat Partisipatif ........................
Paradigma Dukungan Lembaga Agribisnis Akuakultur ...........................
Paradigma Keefektivan Kelompok Berdasarkan Aspek-aspeknya ............
Karakteristik Keberlanjutan Usaha Akuakultur Air Tawar .......................
Perbedaan Paradigma Pembangunan Akuakultur Menekankan pada
Aspek Produksi dengan Aspek SDM .......................................................
Dimensi Isu dan Alternatif Penanganan Pengembangan Akuakultur .......
Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Loksi Penelitian ……………
Peubah Karakteristik Individu Berdasarkan Indikator dan Parameter ......
Indikator dan Parameter pada Peubah Kinerja Penyuluh ........................
Indikator dan Parameter pada Peubah Dukungan Kelompok ...................
Indikator dan Parameter pada Peubah Dukungan Lembaga Agribisnis ....
Indikator dan Parameter pada Peubah Kapasitas Pembudidaya Ikan
dalam Kapasitas Menjalankan Fungsi-fungsi Usaha ................................
Indikator dan Parameter pada Peubah Kapasitas Pembudidaya Ikan
dalam Kapasitas Memecahakan Masalah .................................................
Indikator dan Parameter pada Peubah Kapasitas Pembudidaya Ikan
dalam Kapasitas Merencanakan dan Mengevaluasi Usaha ......................
Indikator dan Parameter pada Peubah Kapasitas Pembudidaya Ikan
dalam Kapasitas Beradaptasi ...................................................................
Indikator dan Parameter pada Peubah Keberlanjutan Usaha ....................
Koefisien Nilai Reliabilitas Instrumen Penelitian ………………………
Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi Menurut Jenis Usaha
di Kabupaten Cianjur Tahun 2008 dibanding Tahun 2007 ……………..
Perkembangan Produksi Benih Ikan Air Tawar di Kabupaten Cianjur
Tahun 2008 ……………………………………………………………...
Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor 2007-2008 …..
Harga Ikan Berdasarkan Jenis dan Ukuran di Lokasi Studi Tahun 2009 ..
Karakteristik Pembudidaya Ikan ............................. .……………………
Tingkat Dukungan Lembaga Agribisnis …….................................…….
Sumber Modal Usaha Pembudidaya Ikan .................................................
Sebaran Responden Berdasarkan Keinginan Meminjam Modal
ke Lembaga Perbankan ...........................................................................

xii

15
41
42
51
58
81
82
84
85
86
88
90
91
93
94
98
100
100
101
102
103
104
104
105
105
107
111
111
112
120
123
129
130
131

Halaman

35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.

Tingkat Kemahalan Harga Input Produksi ……………………....…….
Kemudahan Menjual Hasil Panen
Cara Pembayaran Pembayaran Hasil Panen ............ ……..……………..
Pembeli Ikan dari Pembudidaya Ikan .......................................................
Tingkat Kemudahan Mengakses Sumber Informasi …………….……...
Pengetahuan Pembudidaya Ikan tentang Informasi Pasar ……………..
Tingkat Dukungan Kelompok Pembudidaya Ikan ...................................
Tingkat Manfaat Kelompok Pembudidaya Ikan ......................................
Manfaat Berkelompok ……..................................................................…
Tingkat Kinerja Penyuluh ………....................................………………
Keterlibatan Pembudidaya Ikan dalam Perencanaan Penyuluhan ……...
Jaringan Penyuluh …………....................................................................
Tingkat Kapasitas Pembudidaya Ikan ........................................………..
Tingkat Ranah Perilaku Menjalankan Fungsi Usaha …………………..
Tingkat Ranah Perilaku Memecahkan Masalah ……………………….
Nilai Minimum, Maksimum, Rataan, dan Standar Deviasi
Pengetahuan Memecahkan Masalah .......................................................
Nilai Minimum, Maksimum, Rataan, dan Standar Deviasi
Menurut Sikap Memecahkan Masalah ...................................................
Nilai Minimum, Maksimum, Rataan, dan Standar Deviasi
Menurut Keterampilan Memecahkan Masalah .......................................
Tingkat Ranah Perilaku Perencanaan dan Evaluasi Usaha ……………..
Pengetahuan tentang Perencanaan dan Evaluasi Usaha ………………..
Nilai Minimum, Maksimum, Rataan, dan Standar Deviasi Menurut
Sikap Perencanaan dan Evaluasi Usaha ………………………………..
Nilai Minimum, Maksimum, Rataan, dan Standar Deviasi Menurut
Keterampilan Perencanaan dan Evaluasi Usaha ………………………..
Tingkat Ranah Perilaku Beradaptasi ……………………………………
Tingkat Keberlanjutan Usaha …………………......................................
Tingkat Keberlanjutan dari Dimensi Bisnis ……....................................
Kondisi Perubahan Lingkungan Hidup di Lokasi Usaha .........................
Perubahan Kondisi Kesejahteraan Pembudidaya Ikan ............................
Paradigma Penyuluhan yang Partisipatif .................................................

xiii

135
135
136
136
137
138
139
140
141
143
144
146
148
149
150
152
152
153
154
154
155
155
156
159
160
160
161
186

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

Komponen Kompetensi (Spencer & Spencer 1993) ...............................
Model Penyuluhan Linier (Rhoades 1990) ……………………………..
Model Penyuluhan Horisontal (Rhoades 1990) ………………………..
Model dari Petani untuk Petani (Rhoades 1990) ……………………….
Tujuan Penyuluhan Pembangunan (Asngari, 2001) ……………………
Kegiatan Produksi Akuakultur on Farm (Effendi 2002) ........................
Lingkup Pembangunan Sistem Agribisnis Akuakultur ...........................
Sistem Manajemen Akuabisnis …………………………………………
Segitiga Keberlanjutan Sistem Perikanan (Charles, 2001) ......................
Kerangka Berpikir Penelitian ..................................................................
Hubungan antar Peubah Penelitian ........................................................
Keterkaitan antara Ability, Kompetensi, Kapasitas, dan Kemandirian …
Rantai Pemasaran Ikan di Lokasi Studi ………………………………...
Hubungan antar Peubah Internal dan Eksternal, Kapasitas, dan
Keberlanjutan …………………………………………………………..
Dendogram Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapasitas
Menjalankan Usaha …………………………………………………….
Dendogram Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapasitas
Memecahkan Masalah ………………………………………………….
Dendogram Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapasitas
Merencanakan dan Mengevaluasi Usaha ……………………………….
Dendogram Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapasitas dalam
Beradaptasi ……………………………………………………………..
Dendogram Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan
Perkembangan Usaha …………………………………………………..
Dendogram Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan
Lingkungan Hidup ……………………………………………………..
Dendogram Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan
Kesejahteraan …………………………………………………………..
Pola Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan ................................
Sistem Pengembangan Kapasitas Pembudidaya Ikan .............................

xiv

13
29
30
33
36
53
69
70
75
76
79
80
118
162
164
165
167
168
172
173
176
178
183

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ….………………………………………………..
2. Contoh Struktur Organisasi Kelompok Pembudidaya Ikan ……………...
3. Foto Dokumentasi Sarana dan Aktivitas Akuakultur Pembudidaya Ikan..

xv

210
211
212

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu masalah global yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara
dunia ketiga pada saat ini adalah krisis pangan. Terkait dengan hal tersebut strategi
ketahanan pangan perlu ditekankan kembali dengan program-program aplikatif
yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan pangan, stabilitas ketersediaan pangan,
aksesibilitas terhadap pangan, dan kualitas atau keamanan pangan, sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Ketahanan Pangan.
Perikanan budidaya (akuakultur) merupakan salah satu alternatif bagi
pencapaian ketahanan pangan. Produk hasil akuakultur yang berupa ikan, udang,
dan moluska merupakan sumber protein yang tinggi. Dibandingkan dengan daging
hewan ternak, ikan memiliki nilai gizi yang lebih tinggi (Murtidjo 2008). Dari segi
produksi, peluang untuk meningkatkan produksi ikan juga sangat besar. Luas
perairan budidaya yang telah diusahakan sekitar 300 ribu ha dari 17.810 ribu ha
total luas areal perairan Indonesia. Produksi akuakultur juga meningkat setiap
tahun, dari

tahun 2004 sampai 2007 terjadi peningkatan sebesar 28 persen

(Ferinaldy 2008).
Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor sebagai daerah sentra air tawar di
Jawa Barat memiliki potensi perikanan air tawar yang cukup besar. Produksi ikan
di Kabupaten Cianjur pada tahun 2008 adalah sebesar 45.269 ton dengan
peningkatan produksi dari tahun sebelumnya sebesar 6,29 persen (Dinas Peternakan
Perikanan dan Kelautan Kab.Cianjur 2008). Produksi ikan air tawar di Kabupaten
Bogor tahun 2007-2008 juga mengalami peningkatan sebesar 5,84 persen, sehingga
menjadi 25.087 ton (Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bogor 2008). Jenis ikan
air tawar yang menjadi primadona, di antaranya adalah ikan mas, nila, lele,
gurame, dan patin.
Pembangunan akuakultur selain berperan untuk menciptakan ketahanan
pangan nasional, tidak kalah penting adalah meningkatkan pendapatan masyarakat
pembudidaya ikan. Salah satu upaya meningkatkan pendapatan masyarakat ini
adalah dengan meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.
perikanan

Indonesia

Produk

harus mampu bersaing dengan produk dari luar negeri,

1

2

terutama dengan Cina dengan berlakunya Asean-China Free Trade Area (ACFTA)
sejak 1 Januari 2010. Produk perikanan nasional harus lebih berkualitas dan harga
yang murah untuk dapat bersaing dengan produk dari Cina.
Terkait dengan kondisi di atas, diperlukan sumberdaya manusia
pembudidaya ikan yang berkualitas, yaitu pembudidaya ikan yang berkapasitas
tinggi dalam menjalankan usahanya. Kapasitas yang tinggi terindikasi dari
kemampuannya dalam menjalankan fungsi-fungsi usaha, memecahkan masalah,
beradaptasi dengan perubahan, dan merancang

tujuan-tujuan usahanya secara

berkelanjutan.
Usaha berkelanjutan pada usaha budidaya ikan dicirikan oleh adanya
perkembangan usaha, terkendalinya kondisi lingkungan hidup khususnya
lingkungan perairan, dan meningkatnya kesejahteraan pembudidaya ikan. Frankic
dan Hershner (2003) mengemukakan bahwa praktek usaha akuakultur yang
berkelanjutan tidak hanya dengan memaksimalkan keuntungan, melainkan juga
meminimalisasi kerusakan, seperti halnya dampak negatif pada lingkungan alam
dan lingkungan sosial.
Kapasitas seseorang berkembang melalui proses pembelajaran dari
lingkungan di sekitarnya. Para penganut paham perilaku (behaviorisme)
menyatakan bahwa perkembangan kemampuan manusia tidak semata dipengaruhi
oleh faktor biologis melainkan justru lebih banyak oleh faktor lingkungan. Dengan
demikian,

kapasitas

seseorang

dapat

ditingkatkan,

yaitu

melalui

proses

pembelajaran. Penyuluhan sebagai pendidikan non formal berperan dalam proses
pembelajaran ini, melalui

pendekatan penyadaran kepada pembudidaya ikan.

Penyadaran tentang segala permasalahan yang dihadapinya, dan adanya kebutuhan
yang nyata (real need) maupun kebutuhan yang dirasakan (felt need).
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku pembudidaya ikan ke arah
yang lebih baik, sehingga usahanya berkembang (better farming, better business),
dan memperoleh pendapatan lebih tinggi dan hidup lebih sejahtera (better living),
dan akhirnya menjadikan komunitas pembudidaya ikan sejahtera (better
community). Menurut Siti (2007), pembangunan tanpa diikuti upaya transformasi
perilaku terutama dari sikap mental yang positif, maka dapat dipastikan akan gagal
mewujudkan tata kehidupan masyarakat yang sejahtera dan bermartabat.

3

Terkait dengan uraian di atas, maka hasil penelitian ini berupa alternatif
strategi pengembangan kapasitas pembudidaya ikan.

Perumusan strategi ini

didukung oleh data empiris dan kajian-kajian teoritis yang berhubungan dengan
pengembangan masyarakat. Beberapa teori pendukung yang digunakan antara lain
teori perilaku, teori perkembangan manusia, teori capacity building, teori dinamika
kelompok dan sebagainya.
Masalah Penelitian
Pelaku utama usaha perikanan budidaya di Indonesia didominasi oleh
pembudidaya ikan skala kecil. Terdapat 59,7 persen pembudidaya ikan di Indonesia
yang berskala kecil dan di Jawa Barat sebanyak 60 persen (Departemen Kelautan
dan Perikanan 2008).

Pembudidaya ikan secara umum memiliki keterbatasan-

keterbatasan dalam menjalankan usahanya. Beberapa hal menunjukkan adanya
indikasi tersebut, misalnya (a) keterbatasan kemampuan dalam menghasilkan ikan
yang sesuai dengan permintaan pasar dalam segi kualitas, kuantitas, dan ketepatan
pengiriman dan keterbatasan dalam mengakses informasi teknologi dan pasar (FAO
2008); (b) keterbatasan dalam mengakses modal dari lembaga keuangan formal,
terkait dengan kesulitan dalam memenuhi persyaratan peminjaman ataupun
ketidaktahuannya tentang prosedur peminjaman (Effendi dan Oktariza 2006); dan
(c) pengelolaan usaha umumnya juga secara tradisional dengan mengandalkan pada
kebiasaan yang selama ini dilakukan (Kuncoro, 2004).
Terkait

dengan

permasalahan

tersebut,

pengembangan

kapasitas

pembudidaya ikan perlu dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan usaha yang
menghasilkan produk ikan yang berdaya saing, tanpa mengabaikan kelestarian
lingkungan hidup.
Dalam hal teknis produksi, kapasitas pembudidaya ikan diperlukan dalam
setiap kegiatan, mulai dari tahap persiapan wadah, pengelolaan air, pemberian
pakan, pengendalian hama penyakit hingga pemanenan. Selain kemampuan teknis
produksi, diperlukan kemampuan untuk mengakses sumberdaya pendukung usaha,
seperti permodalan, informasi, teknologi, serta pasar. Kapasitas pembudidaya ikan
yang tinggi juga diperlukan untuk memecahkan masalah, serta beradaptasi dengan
perubahan kondisi ekonomi dan lingkungan hidup di sekitarnya.

4

Kemampuan lain yang perlu dimiliki oleh pembudidaya ikan adalah dalam
perencanaan dan evaluasi, misalnya menetapkan jenis, jumlah dan kualitas ikan
sesuai dengan kebutuhan pasar, dan mampu memperhitungkan segala resiko usaha
yang akan terjadi berkait dengan keputusan yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan uraian di atas, perumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
(1) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kapasitas

pembudidaya ikan

dalam menjalankan fungsi-fungsi usaha, memecahkan masalah, merencanakan dan mengevaluasi usaha, dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
di sekitarnya, serta keberlanjutan usahanya ditinjau dari aspek bisnis, lingkungan hidup, dan sosial?
(2) Bagaimana strategi yang efektif untuk mengembangkan kapasitas dan
keberlanjutan usaha pembudidaya ikan ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
(1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pembudidaya ikan
dalam menjalankan fungsi-fungsi usaha, memecahkan masalah, merencanakan dan mengevaluasi usaha, dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
di sekitarnya, serta keberlanjutan usahanya ditinjau dari aspek bisnis, lingkungan hidup, dan sosial.
(2) Merumuskan strategi yang efektif untuk mengembangkan kapasitas dan
keberlanjutan usaha pembudidaya ikan .
Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan secara ilmiah dan secara praktis. Beberapa kegunaan hasil penelitian
yang diharapkan dapat digunakan oleh berbagai pihak, antara lain:
(1)

Bagi instansi pemerintah pusat maupun daerah yang berkepentingan dengan
kebijakan akuakultur, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
dalam merumuskan suatu kebijakan perikanan yang berorientasi pada

5

pengembangan kapasitas pembudidaya ikan yang berkelanjutan, peningkatan
iklim usaha yang kondusif, dan pelayanan yang lebih bermutu.
(2)

Bagi pelaku pendukung agribisnis perikanan, seperti lembaga keuangan atau
perbankan, lembaga penyedia input produksi, lembaga pelatihan, dan lembaga
pemasaran produk perikanan, hasil kajian penelitian ini dapat dijadikan bahan
informasi yang bermanfaat untuk menjalankan tugas dan fungsi masingmasing lembaga tersebut.

(3)

Bagi penyuluh atau agen pembaharuan, hasil penelitian ini dapat menjadi
bahan pijakan untuk bergerak dalam mengembangkan program-program
capacity building masyarakat pembudidaya ikan.

(4)

Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian dapat menambah khasanah keilmuan
di bidang penyuluhan pembangunan, serta mendorong peneliti lain untuk
melakukan penelitian lanjutan tentang permasalahan pembudidaya ikan.
Pendefinisian Istilah

Kapasitas
Kapasitas

pembudidaya

ikan

didefinisikan

sebagai

kemampuan

pembudidaya ikan dalam menjalankan fungsi-fungsi usaha, memecahkan masalah,
merencanakan dan mengevaluasi usaha, serta memiliki daya adaptasi dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.

Pengembangan kapasitas

pembudidaya ikan adalah suatu upaya untuk mencapai kondisi kapasitas yang lebih
tinggi, dengan harapan pembudidaya ikan akan memiliki kemampuan yang lebih
baik dalam menjalankan usahanya dan pada akhirnya memiliki kemandirian
tangguh yang dicirikan dari kemampuannya bekerjasama dengan pihak lainnya.
Keberlanjutan Usaha
Keberlanjutan

usaha

merujuk

pada

usaha

yang

terjamin

keberlangsungannya baik pada aspek bisnis, lingkungan hidup, maupun sosial. Pada
dimensi bisnis, usaha yang berkelanjutan adalah usaha yang berkembang,
diindikasikan dari peningkatan keuntungan dan skala usaha. Keberlanjutan
lingkungan hidup diindikasikan dari terjaganya lingkungan perairan dan
terkendalinya hama penyakit ikan. Pada dimensi sosial diindikasikan dari
meningkatnya kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan.

6

Penyuluhan Perikanan (Akuakultur)
Merujuk pada Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006, konsep penyuluhan
perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam kelestarian fungsi
lingkungan hidup.

Pada dasarnya penyuluhan perikanan (akuakultur) memiliki

prinsip dasar yang sama dengan penyuluhan pada sektor lainnya, perbedaannya
hanya pada pelaku utama dan pelaku usahanya, yaitu pada masyarakat
pembudidaya ikan, dan jenis materi penyuluhannya terkait dengan usaha budidaya
ikan, baik pada aspek yang sifatnya teknis, ekonomis, maupun manajerial.
Kelompok
Secara harafiah kelompok diartikan sebagai kumpulan dari dua orang atau
lebih yang memiliki kebutuhan bersama. Konsep kelompok yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sekumpulan pembudidaya ikan yang memiliki usaha yang
sama, secara sadar bergabung dalam suatu kelompok usaha. Orang tersebut
menyatakan dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok. Kelompok ini ada yang
diakui secara formal dan memiliki struktur organisasi yang lebih jelas, serta dicatat
sebagai suatu kelompok oleh pemerintah, ada pula kelompok yang tidak tercatat
sebagai suatu kelompok, namun memiliki pimpinan dan “anggota” yang relatif
tetap dan secara aktif melakukan aktivitas yang terkait dengan usaha budidaya.
Kelembagaan Agribisnis
Usaha akuakultur terikat dalam suatu sistem agribisnis, mulai dari aspek
hulu hingga hilir. Pada sisi hulu, diperlukan kelembagaan pendukung yang terkait
dengan penyediaan input produksi, informasi dan teknologi, serta modal, sedangkan
dari sisi hilir diperlukan lembaga pemasaran.

Lembaga pendukung agribisnis

berasal dari organisasi pemerintah, swasta, maupun dari masyarakat sendiri.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep tentang Kapasitas dan Pengembangan Kapasitas
Penelitian tentang perilaku sebagaimana yang banyak dilakukan dalam
penelitian penyuluhan, tidak jarang terdapat kerancuan pemahaman tentang
beberapa konsep yang terkait dengan perilaku subjek penelitian, seperti kapasitas,
kompetensi, dan kemandirian. Oleh karena itu, berikut akan dijelaskan tentang
ketiga konsep tersebut, sehingga dapat diperoleh pemahaman tentang perbedaan
yang mendasar antara ketiga konsep tersebut.
Konsep Kapasitas
Konsep kapasitas pada awalnya mengacu pada konteks objek fisik yang
berarti menunjukkan suatu size atau ukuran suatu daya dukung objek. Sebagai
contoh

kapasitas

mesin

produksi

dengan

ukuran

tertentu

menunjukkan

kemampuannya dalam memproduksi pada batasan tertentu sesuai dengan
ukurannya. Selanjutnya, konsep kapasitas ini diintroduksi untuk konsep kapasitas
pada objek orang, baik sebagai individu, kelompok, organisasi, maupun
masyarakat.
Konsep kapasitas mengacu pada tiga makna, yaitu sebagai (a)

ABILITY,

power, strength, facility, gift, intelligence, efficiency, genius, faculty, capability,
forte, readiness, aptitude, aptness, competence or competency, (b)

SIZE,

room,

range, space, volume, extent, dimensions, scope, magnitude, compass, amplitude,
dan (c)

FUNCTION,

position, role, post, appointment, province, sphere, service,

office (Collins Essential Thesaurus 2006).
Liou (2004) menyatakan bahwa kapasitas mengarah pada konteks kinerja
(performance), kemampuan (ability), kapabilitas (capability) dan potensi kualitatif
suatu objek atau orang. Selaras dengan hal tersebut, Milen (2001) mendefinisikan
kapasitas sebagai kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk menjalankan
secara tepat fungsi-fungsinya secara efektif, efesien, dan berkelanjutan. Kapasitas
ini berhubungan dengan kinerja yang ditetapkan, dan ketepatan dalam menjalankan
fungsi dan tugas, misalnya tingkat kontribusi seseorang dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan. Govnet (Morgan 2008) menyatakan bahwa kapasitas sebagai “the
ability of people, organization, and society as a whole to manage their affairs
succesfully” atau dengan kata lain kapasitas sebagai kemampuan orang-orang,
7

8

organisasi, dan masyarakat dalam mengelola segala urusannya secara sukses.
Kaplan (Morgan 2008) mendefinisikan kapasitas sebagai kemampuan mengorganisir sesuai kegiatan, sehingga bersifat ulet, strategis, dan mandiri.

Dalam

kaitannya dengan pembangunan masyarakat, menurut Morgan (2008) kapasitas
merupakan aset dan keterampilan yang diperlukan dalam implementasi program
pembangunan, dan diperlukan pengorganisasian

infrastruktuktur kolektif dari

keterampilan, kepandaian dan pemecahan masalah dan efeknya bagi kehidupan
masyarakat itu sendiri
United Nation Development Program (UNDP 1998) mendefinisikan
kapasitas sebagai kemampuan individu, lembaga atau masyarakat dalam
menjalankan fungsi-fungsinya, memecahkan masalah, dan dalam menyusun dan
mencapai tujuan yang berkelanjutan, seperti yang dinyatakan bahwa "capacity as
the ability of individuals, institutions and societies to perform functions, solve
problems, and set and achieve objectives in a sustainable manner.”
Kapasitas yang ditunjukkan dalam suatu performa mengacu pada adanya
tiga ranah yang mendasarinya, yaitu ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan
atau

tindakan (konatif).

Menurut Kenneth dan Stanley (McKenzie 1991),

pengetahuan (knowladge) merujuk pada konteks segala sesuatu yang diketahui,
dengan demikian cakupannya sangat luas terhadap segala sesuatu yang diketahui
manusia.
Thurstone, Likert, dan Osgood (Azwar 1997) menyatakan bahwa sikap
diartikan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap juga diartikan sebagai
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, seperti
yang dinyatakan oleh Chave, Borgadus, LaPiere, Mead, Allport (Azwar 1997).
Pengertian sikap yang lain adalah sikap sebagai konstelasi komponen-konponen
kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan,
dan berperilaku terhadap suatu objek, seperti yang dinyatakan oleh Secord &
Backman (Azwar 1997).
Spencer dan Spencer (1993) mendefinisikan keterampilan sebagai
kemampuan untuk mengerjakan tugas secara fisik dan mental.

Adapun kategori

keterampilan oleh Yukl (1998) dibagi menjadi tiga jenis, yaitu keterampilan teknis,
keterampilan antar pribadi, dan keterampilan konseptual.

9

Kapasitas yang dimiliki oleh seseorang tidak serta merta diperoleh dengan
sendirinya, melainkan berkembang sesuai dengan perkembangan dirinya sebagai
manusia yang meliputi perkembangan biologi, psikologi, dan tingkah laku. Teori
maturity model yang dikemukakan oleh Gessel (Salkind 1985) menyatakan bahwa
kematangan manusia melalui tahapan secara biologis dan mengikuti sejarah evolusi
suatu spesies. Tingkatan kemajuan pertumbuhan anak manusia melalui urutan dan
bersifat individualistik yang ditentukan genotip dari anak itu sendiri, dengan
demikian tingkat pertumbuhan tidak dapat dirubah secara mendasar. Penganut teori
ini mempercayai, kemampuan seseorang hanya dapat dicapai pada tahap-tahap
tertentu sesuai sebatas pada kemampuan biologis yang diperoleh secara genetis.
Pengaruh lingkungan sosial terhadap perkembangan psikologis dinyatakan
dalam teori psikososial Erik Erikson. Erikson (Salkind 1985) menyatakan bahwa
perkembangan psikologikal merupakan hasil dari sebuah interaksi antara proses
menuju kedewasaan atau kebutuhan biologis dengan permintaan sosial, serta
kekuatan-kekuatan sosial yang dialami dalam setiap kehidupan sehari-hari. Erikson
tidak mengabaikan kenyataan, secara biologi seseorang memiliki beberapa unsurunsur dasar dalam konsepsi, tetapi seiring waktu unsur-unsur tersebut bergabung
membentuk struktur yang baru.

Dengan cara yang sama, bagian-bagian

psikologikal yang berbeda-beda secara bersama-sama menjadi bentuk yang baru
dan secara kualitatif menjadi kesatuan yang unik. Tahapan dalam menuju bentuk
sebagai fungsi yang menyeluruh tersebut, sebagai pengontrol proses pendewasaan,
yang merupakan prinsip epigenetik.
Erikson (Salkind 1985) menggambarkan delapan tahapan perkembangan
yang diatur oleh kekuatan kematangan yang mendasarinya. Pada setiap tahapan
terjadi konflik sebagai akibat secara tidak langsung dari perjuangan antara
pendewasaan seseorang anak (kebutuhan biologi/insting) dan suatu permintaan
sosial yang berlangsung pada seseorang. Ego menjadi kekuatan penengah utama
dalam proses perkembangan tersebut.
Sigmund Freud (Salkind 1985) dalam model psikoanalitik menyatakan
bahwa perkembangan manusia terjadi secara dinamis, bersifat struktural, dan
sequential. Komponen dinamis didasarkan pada asumsi bahwa manusia sebagai
suatu sistem energi, energi tersebut tidak akan berubah apabila sistem tersebut

10

tertutup, dan distribusi energi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kebutuhan
biologis tubuh, tingkatan perkembangan individu, pengalaman hidup, dan
lingkungan. Insting merupakan sesuatu hal yang menggerakkan psikologikal yang
tidak dipelajari, dan merupakan sifat yang asli di dalam kebutuhan biologis dan
merupakan proses metabolisme pada setiap organisme/manusia. Tujuan insting
adalah mencapai kepuasan. Menurut Freud (Salkind 1985), sebagian besar energi
psikis pada kondisi di bawah sadar akan mempengaruhi tingkah laku, namun tidak
pada tingkatan organisme tersebut sadar atau berfikir tentang sesuatu hal.
Lebih lanjut Freud menguraikan bahwa dalam diri setiap manusia ada tiga
tingkatan struktural, yaitu id, ego, dan superego. Pada tingkatan id, energi psikis
sebagai energi yang bertujuan untuk mencapai kepuasan memenuhi kebutuhan
dasar banyak dituangkan, maka organisme tersebut berada pada tahap proses
berfikir tahap awal. Tahap selanjutnya adalah ego, merupakan hasil interaksi antara
organisme dengan lingkungan.

Ego dibangun akibat tidak sanggupnya id

memenuhi

mencapai

kebutuhan

sendiri

membutuhkan bantuan lingkungan.
identifikasi

ditandai

oleh

adanya

kepuasan,

sehingga

Proses ini disebut identifikasi.
kesadaran,

membedakan antara kenyataan dan khayalan.

sehingga

organisme
Mulainya

organisme

dapat

Proses ego difasilitasi adanya

perencanaan dengan menggunakan pem