KEDAULATAN PANGAN IKAN AIR TAWAR DI JAWA

KEDAULATAN PANGAN
IKAN AIR TAWAR DI JAWA TIMUR

KELOMPOK 7
DANING KURNIA RAHMATILLAH

101511123071

ELLY NU’MA ZAHROTI

101511123085

NDARU PUSPITA

101511123093

RENDHAR PUTRI HILINTANG

101511123103

RIRIK HARLINISARI


101511123118

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi. Shalawat serta salam Allah SWT tetap
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan orang yang tetap teguh
berada dalam sunnahnya
Terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Kedaulatan Pangan Ikan Air
Tawar di Jawa Timur” ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
yang membantu dalam mencari bahan materi dan untuk anggota kelompok kami
yang saling bekerja sama dalam mengerjakan makalah ini.

Namun meskipun makalah ini telah diselesaikan, tentu masih terdapat
banyak kekurangan yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat
berharap agar diberikan saran dan kritik sebagai perbaikan penulisan makalah
selanjutnya dan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca terutama bagi
penulis.

Surabaya, 4 April 2016

i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel

i
ii
iii
iv


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

1
2
3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Potesi Ikan Air Tawar dan Permasalahannya di Jawa Timur
2.2 Produksi Ikan Air Tawar
2.2.1 Meningkatkan Produksi Ikan Air Tawar
2.3 Ketergantungan Import Ikan Air Tawar
2.4 Keseimbangan Antara Kemampuann Produksi dan Konsumsi
2.5 Meningkatkan Daya Saing Dan Nilai Tambah Produk Ikan Air Tawar
2.5.1 Meningkatkan Daya Saing Ikan Air Tawar
2.5.2 Meningkatkan Nilai Tambah Pangan Ikan Air Tawar
2.5.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Meningkatkan Daya Saing

2.6 Strategi Untuk Akselerasi Mewujudkan Kedaulatan Ikan Air Tawar

4
5
7
9
11
12
12
14
15
16

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

18
19


Daftar Pustaka

v

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Artikel Potensi Kelangkaan Ikan
Gambar 2.2 Artikel Ketergantungan Import Ikan Air Tawar
Gambar 2.3 Artikel Dasar Hukum Perlindungan Ikan Darat

iii

5
9
16

DAFTAR TABEL


Tabel 2.1 Jenis Ikan Air Tawar yang Potensial dibudidayakan di Indonesia
Tabel 2.2 Perkembangan Produksi Perikanan di Jawa Timur (Ton)
Tabel 2.3 Kandungan Gizi Ikan Laut dan Ikan Tawar

iv

8
13
14

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
Nomor
12/Kpts/Kn.210/K/02/2016 Tentang Petunjuk Teknis Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Tahun 2016

Ardiyanto, Anang. 2015. Studi Komparatif Pendapatan Usaha Budidaya
Ikan Nila dengan Ikan Bawal di Desa Baturetno Kecamatan Banguntapan
Kabupaten Bantul. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kabupaten Wonosobo tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah: Pilihan Perikanan.
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun. 2013. DirektoratJenderal
Perikanan Budidaya, KKP.
Sabrina. 2013. E-Fishery Jadikan Budidaya Ikan Air Tawar Lebih
Produktif, Prospektif, danMenguntungkan. Institut Teknologi Bandung
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan
Tim Analisa Kebijakan Bappenas. 2014. Kedaulatan Pangan
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik omor 8 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik tahun 2010-2030
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
25/PERMEN-KP/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2015-2019
Kementerian PPN/Bappenas. 2013. Pembangunan Kelautan dan Perikanan
dalam Prioritas Pembangunan Nasional 2015-2019. Jakarta: Deputi Bidang Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=1&n=0&date=2015-09-30

http://www.rri.co.id/surabaya/post/berita/238096/ekonomi/agar_produksi
_perikanan_lebih_higienis_diskanlut_jatim_akan_lakukan_perombakan_pelabuha
n_perikanan.html
http://ugm.ac.id/id/berita/8867efisiensi.logistik.untuk.kedaulatan.pangan.bangsa
http://www.bappenas.go.id/index.php?cID=8594

v

http://wartaagro.com/berita-diskanla-jatim-berlakukan-zonasi-perikananbudidaya.html
http://krjogja.com/web/news/read/247170/index.html
http://kkpnews.kkp.go.id/index.php/potensi-usaha-budidaya-ikan-airtawar/

vi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan di suatu negara, dapat
menjadi modal bangsa dalam menghadapi dinamika ekonomi global sekaligus

untuk mencegah krisis pangan (Irwandy, 2014). Di Indonesia, kemandirian
pangan dapat diupayakan dengan mengubah pola konsumsi masyarakat yang
tidak hanya berorientasi pada pemenuhan gizi karbohidrat saja, tetapi juga protein
dan lemak. Pada tahun 2013, tercatat bahwa asupan protein yang besar diperoleh
dari ikan yaitu sebesar 7,56 gram.
Produksi perikanan nasional selama 10 tahun terakhir terus meningkat.
Hal tersebut terjadi mengikuti konsumsi masyarakat terhadap ikan yang didapati
telah melebihi ketentuan yang dipersyaratkan dalam AKG maupun PPH, yaitu
dari 22,58 kg/kapita pada tahun 2004 menjadi 33,38 kg/kapita di tahun 2012.
Rata-rata kenaikan tersebut mencapai 5.07% per tahun dan diprediksi akan terus
meningkat di tahun-tahun berikutnya (TAK Bappenas, 2015).
Kebutuhan konsumsi ikan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012,
mencapai 24.55 kg/kapita/tahun. Dengan tingkat konsumsi ikan sebesar 24.55
kg/kapita/tahun maka Provinsi Jawa Timur harus menyediakan 925.139 ton ikan
untuk memenuhi konsumsi ikan penduduknya dalam waktu setahun (Huda,
2015). Oleh karena itu, selain tingkat konsumsi harus dipertahankan, perlu juga
ditingkatkan produksinya (TAK Bappenas, 2015). Namun, mengingat bahwa
1

produksi perikanan tangkapakan mengalami penurunan akibat overfishing. RPJM

Nasional menekankan pada pentingnya peningkatan produksi yang berasal dari
budidaya perikanan, karena potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk
budidaya masih besar. Hal tersebut menjadikan budidaya ikan darat semakin
gencar dikembangkan.
Ikan darat adalah ikan yang didapat dari perikanan darat, yaitu usaha
pemeliharaan dan penangkapan ikan di perairan darat. Perairan darat meliputi
sungai, danau, rawa, waduk, atau bendungan, empang, sawah dan tambak.
Terdapat dua jenis perikanan darat yaitu perikanan air payau dan perikanan air
tawar (Yani, 2007).
Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok kami akan membahas
mengenai kemungkinan kedaulatan ikan darat untuk bisa terwujud dengan
bertumpu pada kemampuan penyediaan ikan darat, khususnya di Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana potensi ikan darat di Jawa Timur?
b. Permasalahan apa yang terkait dengan pangan ikan darat di Jawa Timur?
c. Bagaimana meningkatkan kemampuan produksi ikan darat?
d. Bagaimana mengurangi ketergantungan import atau daerah lain terhadap ikan
darat?
e. Bagaimana menjaga keseimbangan antara kemampuan produksi dan
konsumsi ikan darat?

f. Bagaimana meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk ikan darat?
g. Bagaimana strategi untuk akselerasi mewujudkan kedaulatan ikan darat?
2

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas kemungkinan kedaulatan pangan
Indonesia atas ikan darat yang dihubungkan dengan kemampuan memaksimalkan
penyediaan ikan darat di Indonesia. Sekaligus menjawab berbagai masalah terkait
produksi ikan dara,t sehingga dapat dijadikan referensi bagi Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat dalam mempelajari Ekologi Pangan dan Gizi.

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Potensi Ikan Air Tawar dan Permasalahannya di Jawa Timur
Perikanan di Jawa Timur mempunyai potensi yang besar baik dari
perikanan laut, darat maupun pengolahan ikan. Keberadaan potensi sumberdaya
ikan yang besar dan kemampuan dalam menyerap tenaga kerja yang banyak
merupakan alasan yang kuat untuk mengembangkan sektor tersebut di Jawa
Timur. Terdapat beberapa daerah yang memiliki keunggulan kompetitif dan
spesialisasi perikanan yang terdiri dari Kabupaten Lamongan, Pamekasan,
Banyuwangi, Trenggalek, dan Pacitan. Selebihnya, tercatat 23 kabupaten yang
dominan di perikanan darat, lebih banyak dari kabupaten yang dominan di
perikanan laut yaitu sebesar 15 kabupaten. Sehingga strategi pembangunan
perikanan di Jawa Timur, diprioritaskan pada usaha pengolahan ikan darat di
daerah dominan perikanan darat dan diutamakan pada daerah yang tertinggal
secara perekonomian, seperti Pacitan, Lamongan, Malang, Ponorogo, Madiun,
Ngawi, Bojonegoro, Kediri, Jombang, dan Nganjuk (Huda, 2015).
Namun, potensi besar perikanan di Jawa Timur belum dimanfaatkan
secara optimal. Tingkat pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya sampai
dengan tahun 2012 masih mencapai 22.03 persen dari luas lahan yang berpotensi
untuk perikanan darat (KKP, 2013).

4

2.2 Produksi Ikan Air Tawar

Gambar 2.1 Artikel Potensi Kelangkaan Ikan
Berita tersebut di atas menjadi salah satu alasan mengapa diperlukan
upaya meningkatkan produksi ikan darat di Indonesia. Konsumsi ikan per kapita
di Indonesia sejak tahun 2007 hingga 2012 terus meningkat dari 15,49 kg hingga
23,73 kg/kapita/tahun (Ardiyanto, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat konsumsi ikan setiap tahunnya bertambah. Jika hanya mengandalkan ikan
tangkap, kelangkaan atau bahkan ketiadaan ikan laut akan terjadi di masa
mendatang. Oleh karena itu, selain untuk membangun kemandirian dan
ketahanan pangan, produktivitas ikan darat perlu ditingkatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan gizi yang terdapat pada ikan nantinya.

5

Indonesia sebagai kawasan beriklim tropis dan mempunyai wilayah
perairan tawar yang luas dan sangat cocok untuk budidaya ikan, keadaan
demikian menyebabkan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar di
perikanan air tawar (Sutanto, 2014). Tim Analisa Kebijakan Bappenas (2015)
pun menyatakan bahwa peningkatan produksi perikanan budidaya air tawar
memiliki potensi besar untuk memenuhi peningkatan kebutuhan pangan sampai
25 tahun ke depan. Peningkatan produksi ikan hanya dapat dilakukan dengan
pengembangan lahan serta produktivitas dengan memperbaiki sarana dan
prasarana produksi. Namun, dikarenakan belum banyak yang mengetahui bahwa
komoditi perikanan air tawar sangat prospektif untuk dibudidayakan dalam skala
industri maupun rumah tangga, maka pengembangan lahan dan produktivitas
perikanan air tawar masih belum bisa dioptimalkan (Ardiyanto, 2015)
Data Statistika Perikanan Indonesia tahun 2007 menunjukan tiga provinsi
yang menghasilkan produksi perikanan darat terbesar di Indonesia, yaitu
Sumatera, Maluku, dan Jawa. Dibanding di Sumatera dan Maluku, hasil ikan
darat di Jawa lebih rendah, yaitu hanya sebesar 36.369 ton yang dihasilkan oleh
DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Di Jawa
Timur, potensi ikan budidaya setiap kabupaten/kota belum terjabarkan secara
spesifik. Oleh karena itu, Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur mulai
memberlakukan zonasi perikanan budidaya di wilayahnya, sehingga dapat
diketahui wilayah mana yang memproduksi salah satu ikan budidaya skala besar
(Cahyono, 2016). Zonasi tersebut diterapkan untuk mempertemukan supply and
demand. Misalnya di Sidoarjo dan Gresik yang dikenal dengan budidaya
6

bandeng. Sehingga konsumen bisa datang langsung ke wilayah itu.Potensi
perikanan darat lain seperti ikan nila juga kemudian dizonasikan ada di
Kabupaten Blitar, Gurame di Tulungagung, dan ikan mas di Banyuwangi (Dinas
Kelautan dan Perikanan Jatim, 2014).
2.2.1 Meningkatkan Produksi Ikan Air Tawar
Kebijakan berikut ditempuh dalam rangka peningkatan produksi dan
produktivitas komoditas perikanan (LKPJ, 2010):
a.

Mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan budidaya dan perikanan
tangkap

b.

Meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan dalam rangka
mencukupi kebutuhan protein hewan asal ikan dan memperluas kesempatan
berusaha dan kesempatan kerja produktif sehingga dapat menyerap tenaga
pengangguran baik pengangguran terdidik maupun pengangguran tidak
terdidik.

c.

Terpeliharanya sumberdaya perikanan yang berkesinambungan
Menurut kelompok kami, meningkatkan produksi ikan darat dapat
dilakukan dengan mengatasi masalah keterbatasan insfrastuktur, biaya input
produksi, nilai tambah dan daya saing, kapasitas SDM serta rendahnya
pemanfaatan IPTEK.
Sebagai salah satu contoh dari pemanfaatan IPTEK, budidaya ikan air
tawar di Indonesia saat ini dapat terbantu dengan hadirnya teknologi eFishery. E-Fishery memudahkan pengelola usaha budidaya air tawar karena
dapat melakukan kontrol secara otomatis dari jarak jauh cukup dengan
7

menggunakan layanan pesan singkat (SMS). Kontrol dapat dilakukan mulai
dari pemberian pakan, penjadwalan pakan otomatis, kuantitas pakan yang
digunakan, sampai sistem keamaan sehingga dapat mencegah pencurian.
Selain itu, produktivitas ikan air tawar pun akan terdata dengan baik
menggunakan e-Fishery (Shabria, 2013).
Sedangkan untuk meningkatkan kapasitas SDM, salah satu strategi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah adalah melakukan pendidikan dan
penyuluhan tentang pemanfaatan lahan di rumah untuk budidaya ikan.
Selebihnya, untuk meningkatkan daya saing ikan darat akan dibahas di point
berikutnya.
Tabel 2.1 Jenis Ikan Air Tawar yang Potensial dibudidayakan di Indonesia
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Jenis Ikan
1.
Ikan Karper/Mas
Cyprinus carpio L
Ikan air tawar
2.
Ikan Nila (nila merah Tilapia nilotica L
Ikan air tawar
dan nila hitam)
3.
Ikan Mujair
Tilapia mossambica
Ikan air tawar
4.
Ikan Tawe
Puntius javanicus
Ikan air tawar
5.
Ikan Sepat Siam
Trichogastio pectoralis R Ikan air tawar
(rawa)
6.
Ikan Gurami
Osphyronemus gouramyi Ikan air tawar
7.
Ikan Nilem
Ostiochilus hasseltii
Ikan air tawar
8.
Ikan Jelawat
Leptobarbus hoeven Blkr Ikan air tawar
9.
Ikan Patin
Pangasius pangasus
Ikan air tawar
10. Ikan Lele
Claris batrachus
Ikan air tawar
11. Ikan Betok
Anabas testudineus
Ikan air tawar
Bloch
(rawa
12. Ikan Gabus
Ophiocephalus striatus
13. Ikan Tambakan
Helostoma Sp
Ikan air tawar
Sumber: Djajadiredja dan Cholik (1981)

8

2.3 Ketergantungan Import Ikan Air Tawar

Gambar 2.2 Artikel Ketergantungan Impor
Meskipun Indonesia merupakan negara kepulauan dan lautnya terhampar
luas, Indonesia masih harus mengimport berbagai jenis ikan salah satunya yaitu
lele. Lele import berasal dari Malaysia, digunakan untuk memenuhi 40%
kebutuhan lele di Jawa Timur dan sekitarnya. Selain itu bahan utama pakan ikan
berupa tepung ikan juga masih di import dari Cile.
Kondisi itu membuat harga pakan ikan mahal. Padahal biaya pakan
mengambil porsi 40% dari total biaya produksi. Akibatnya, harga produksi lele
Indonesia sudah mencapai Rp 8000 per kilogram, sedangkan harga jualnya

9

Rp10.000 per kilogram. Sementara, harga jual lele import hanya Rp 7500 per
kilogram. Jumlah import ikan budidaya memang masih sedikit, tetapi
kecenderugannya terus naik (Arif, 20014).
Berdasarkan data Kementrian Kelautan dan Perikanan, import produk
perikanan triwulan 1-2010 mencapai 77 juta dollar AS. Padahal, import periode
yang sama tahun 2009 hanya 58 juta dollar AS.
Salah satu cara menghemat biaya produksi adalah dengan menurunkan
harga pakan. Industri pakan ikan yang selama ini dikuasai perusahaan besar perlu
diarahkan

untuk

bisa

diproduksi

perusahaan

menengah

dan

kecil.

Ketergantungan terhadap bahan pakan luar negeri juga harus dikurangi memalui
riset yang terarah.
Perguruan tinggi dapat dijadikan basisi pembentukan wirausaha baru
berbasis teknologi. Karena itu, pemerintah perlu menciptakan kondisi di kampus
serta memberikan stimulus khusus agar muncul pengusaha-pengusaha baru.
Technopreneur penemu tomografi empat dimensi, Warsito Purwo
Taruno, menegaskan agar dapat menjadi techopreneur sukses, mahasiswa perlu
memiliki jaringan yang luas, motivasi yang kuat, dan konsisten dalam bertindak.
Penciptaan wirausaha baru di kampus dinilai Aminudi mahasiswa
program sarjana Departemen Proteksi Tanaman, IPB, tidak cukup hanya dengan
memberi bantuan modal. Mahasiswa juga butuh informasi, pendampingan,
hingga pelatihan berkelanjutan.

10

Maka dari itu kita perlu melakukan beberapa usaha agar dapat
mengurangi ketergantungan import, diantaranya yaitu:
a. Melakukan perluasan area budidaya lele.
b. Meningkatkan produktifitas pada para petani lele agar dapat menghasilkan
lebih banyak jumlah produksi lele yang berkualitas.
c. Memasang harga dasar yang sesuai dan menguntungkan para produsen dan
konsumen.
d. Memperlancar ketersediaan info data terhadap iklim untuk keperluan petani.
e. Membuat kebijakan mengenai areal budidaya lele dan areal tempat tinggal. Di
mana areal budidaya lele tidak perlu lagi dipersempit akibat keperluan untuk
membuat tempat tinggal bagi para penduduk karena pengaruh pertumbuhan
penduduk yang melonjak.
2.4 Keseimbangan Antara Kemampuan Produksi Dan Konsumsi
Di Indonesia sendiri sebanyak 54% konsumsi protein hewani bersumber
dari ikan, angka ini relatif lebih rendah dibanding Bangladesh (56), Sri Lanka
(57), Kamboja (65), dan Maladewa (71). Perkembangan konsumsi ikan per
kapita rakyat Indonesia menunjukkan pertumbuhan rata-rata 4% setiap tahunnya
Program kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang
diluncurkan pertama kali pada 2004 oleh Presiden RI Ke-5 Megawati
Soekarnoputri; dan dilanjutkan pada dua periode Pemerintahan Susilo Bambang
Yudhonono telah berhasil mendongkrak konsumsi ikan per kapita rakyat
Indonesia: dari kurang 23 kg per tahun menjadi lebih dari 35 kg pada 2013. Hal
ini menunjukkan peningkatan konsumsi ikan yang cukup signifikan di masyakat.
11

Beberapa hal berikut dapat dilakukan untuk mengimbangi tingkat
konsumsi dan menyeimbangkan produksi ikan diantaranya:

a. Pemerataan infrastruktur pelabuhan dan perikanan yang selama ini sebanyak
60% lebih dari infrastruktur pelabuhan perikanan dan Unit Pengolahan Ikan
(UPI) terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera saja.

b. Menambah armada armada ikan di atas 50 GT untuk beroperasi secara
berkelanjutan di perairan ZEEI. Produktivitas perikanan budidaya juga
ditingkatkan

dalam

menghadapi

ancaman

perubahan

iklim

dengan

memperkuat sinergi antar lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat.

c. Memperluas jangkauan pemulihan ekosistem pesisir karena dengan
lingkungan bersih dan sehat kegiatan budi daya perikanan dapat berkembang
ke arah optimal.
2.5 Meningkatkan Daya Saing Dan Nilai Tambah Produk Ikan Air Tawar
2.5.1 Meningkatkan Daya Saing Ikan Air Tawar
Sumberdaya ikan (fin fish dan shell fish) diharapkan menjadi salah satu
tumpuan ekonomi nasional di masa yang akan datang. Para ahli memperkirakan
bahwa konsumsi ikan masyarakat global akan semakin meningkat, yang
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (a) meningkatnya jumlah
penduduk

disertai

meningkatnya

pendapatan

masyarakat

dunia,

(b)

meningkatnya apresiasi terhadap makanan sehat (healthy food) sehingga
mendorong konsumsi daging dari pola red meat ke white meat, (c) adanya
globalisasi menuntut adanya makanan yang bersifat universal (d) berjangkitnya

12

penyakit hewan sumber protein hewani selain ikan sehingga produk perikanan
menjadi pilihan alternatif terbaik. Dengan demikian daya saing ikan air tawar
dengan produk lain cukup tinggi.
Tabel 2.2 Perkembangan Produksi Perikanan di Jawa Timur (Ton)
TW I
Uraian
2012
2013
2014
2015
Penangkapan
381.802,70
395.046,80
399.372,20 53.642,76
Laut
367.921,10
381.573,90
385.856,10 50.477,40
Perairan
13.881,60
13.472,90
13.516,10
3.165,40
umum
Budidaya
929.173,90
995.962,40 1.043.885,50 182.151,30
Total
1.310.976,60 1.391.009,20 1.443.257,70 235.794,06
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur
Jika dilihat dari kandungan gizi, kandungan gizi ikan air tawar cukup
tinggi dan hampir sama dengan ikan air laut, sehingga dianjurkan untuk
dikonsumsi dalam jumlah cukup. Tingginya kandungan protein dan vitamin
membuat ikan yang mudah dibudidayakan ini sangat membantu pertumbuhan
anak-anak balita. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk yang mudah
didapat, harga terjangkau dan memiliki nilai gizi yang cukup. Selain itu, ikan
air tawar juga dapat menjadi salah satu alternatif hasil perikanan untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani.

13

Tabel 2.3 Kandungan Gizi Ikan Laut dan Ikan Tawar
Kandungan Gizi per 100 gram
Jenis Ikan
Protein
Lemak Kolesterol
Kalori
(gr)
(gr)
(mr)
Ikan Salmon
116
19,9
3,45
52
Ikan tenggiri
112
21,4
2,3
33
Ikan tongkol
111
24
1
46
Ikan kakap
111
24
1
46
Ikan bandeng
84
14,8
2,3
58
Ikan cue
74
13
2
50
Ikan lele
84
14,8
2,3
58
Belut
112
21,4
2,3
33
Ikan mas
130
18,3
5,8
67
Ikan wader
84
14,8
2,3
58
Ikan mujair
84
18,2
0,7
44
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur

Zat besi
(mg)
0,77
0,9
0,7
0,7
0,3
0,3
0,3
0,9
1,3
0,3
0,4

2.5.2 Meningkatkan Nilai Tambah Ikan Air Tawar
Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang berkualitas dapat
meningkatkan nilai tambah ikan air tawar. Sejauh ini pengolahan ikan air tawar
masih minim, sebagian besar ikan tawar dijual dalam bentuk ikan segar. Masih
jarang masyarakat yang mengolah ikan tawar menjadi bahan makanan olahan
seperti, baso ikan, abon ikan, nuget ikan, dan lain sebagainya. Padahal dengan
cara pengolahan tersebut dapat membantu daya tahan ikan, sehingga awet dan
tidak mudah basi. Pemasaran ikan air tawar juga terbatas pada daerah
budidayanya, meskipun ada juga beberapa yang dikirim ke daerah lain namun
pemasarannya juga kurang pesat. Berbeda dengan ikan laut yang sebagaian
besar dijadikan bahan oleh-oleh tempat wisata daerah pinggir pantai, sehingga
pemasarannya bisa lebih luas.

14

Selain pengolahan dan pemasaran, penguatan keamanan produk pangan
perikanan juga bisa meningkatkan nilai tambah ikan air tawar. Hal ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Penguatan pengendalian, pengawasan, dan advokasi mutu da keamanan
produk perikanan, sertifikasi dan standarisasi mutu dalam negeri (SNI) serta
pengembangan dan penerapan sertifikasi eco-labeling dan ketelusuran
product (product traceability), serta Cara Penanganan Ikan yang Baik
(CPIB), Cara Budidaya Ikan yang Baik, dan penerapan Sertifikasi Hasil
Tangkapan Ikan (SHTI)
2. Peningkatan efektivitas karantina perikanan untuk pengendalian penyakit,
jaminan mutu produksi dan keamanan pangan melalui sistem karantina yang
terintegrasi (Integrated Quarantine and Safety Control Mechanism) dan
pencegahan/ penanggulangan penyakit ikan (Biosecurity).
3. Pengembangan produk perikanan berkualitas dan memenuhi standart Hazard
Analysis and Critical Control Point (HACCP) untuk menjamin keamanan
produk dan mutu pangan olahan
2.5.3 Kebijakan Pemerintah Dalam Meningkatkan Daya Saing
Ada beberapa rencana pemerintah dalam meningkatkan daya saing dan
nilai tambah bahan pangan perikanan. Rencana tersebut dijelaskan dalam
Undang–undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005–2025. Pelaksanaa RPJP Nasional 2005–
2025 terbagi dalam tahap–tahap perencanaan pembangunan jangka menengah
nasional 5 tahunan, yang dituangkan dalam Rencana Jangka Menengah (RPJM)
15

Nasional I Tahun 2005-2009, RPJM Nasional II Tahun 2010-2014, RPJM
Nasional III Tahun 2015-2019, RPJM Nasional IV Tahun 2020-2024.
Peningkatan daya saing dan nilai tambah perikanan terdapat dalam RPJM
Nasional III Tahun 2015-2019. Dalam RPJM Nasional III Tahun 2015-2019,
ada beberapa strategi yang akan pemerintah lakukan, yaitu:
1. Peningkatan mutu produk perikanan
2. Pengembangan sistem logistik nasional
3. Peningkatan utility Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan kepastian pasokan bahan
baku
4. Pengendalian impor
2.6 Strategi Untuk Akselerasi Mewujudkan Kedaulatan Ikan Air Tawar

Gambar 2.3 Artikel Dasar Hukum Perlindungan Ikan Darat
Mengingat bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembangunan perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Timur antara lain yaitu:
a. Menurunnya stok sumberdaya ikan

16

b. Belum optimalnya sarana dan prasarana perikanan dan kelautan
c. Masih belum optimalnya daya saing produk hasil perikanan
d. Terbatasnya ketersediaan induk unggul dan benih bermutu
e. Rendahnya mutu garam rakyat
f.

Kurangnya kapasitas kelembagaan usaha perikanan dan kelautan

g. Masih maraknya kegiatan Illegal Unreported dan Unregulated Fishing
h. Belum meratanya kualitas SDM pelaku usaha di bidang perikanan dan

kelautan
Sehingga perlu dilaksanakan strategi-strategi yang dapat mengakselerasi
pembangunan perikanan menuju kedaulatan ikan di Indonesia, khususnya
perikanan darat. Salat satu strategi untuk mengakselerasi terwujudnya kedaulatan
pangan atas ikan darat adalah dengan melakukan pendekatan terhadap
masyarakat agar dapat memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian ikan di
alam. Seperti di Kebumen, terdapat program pelestarian ikan darat yaitu
pembentukan kelompok pengawas dan pemasangan reservanrt atau rumah ikan di
dasar waduk dan sungai (Sudianto, 2015).
Di Kabupaten Gresik, salah satu daerah di provinsi Jawa Timur,
menyebutkan beberapa strategi mengenai budidaya ikan darat, yaitu:
1. Memelihara kualitas waduk dan sungai untuk pengembangan perikanan darat
2. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan perikanan yang terpadu dengan pusatpusat koleksi dan distribusi (minapolitan)
3. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat dalam pengembangan
budidaya perikanan
4. Mengembangkan sistem pemasaran hasil perikanan sampai ekspor
(Perda Kabupaten Gresik, 2011)

17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perikanan di Jawa Timur mempunyai potensi yang besar baik dari
perikanan laut, darat maupun pengolahan ikan, sehingga mempunyai alasan yang
kuat untuk mengembangkan sektor tersebut. Namun potensi besar perikanan di
Jawa Timur belum dimanfaatkan secara optimal, padahal tingkat konsumsi ikan
setip tahunnya terus bertambah. Oleh karena itu, perlu membangun kemandirian
dan ketahanan pangan serta meningkatkan produktivitas ikan darat untuk
memenuhi kebutuhan manusia akan gizi yang terdapat pada ikan nantinya.
Saat ini, Indonesia masih harus mengimpor berbagai jenis ikan, salah
satunya adalah ikan lele. Hal tersebut dikarenakan harga ikan lokal yang lebih
mahal dibandingkan dengan ikan impor. Harga ikan lokal yang mahal tersebut
dipengaruhi oleh jumlah budidaya ikan yang masih sedikit. Berdasarkan hal
tersebut kita perlu melakukan usaha untuk mengurangi ketergantungan impor.
Untuk meningkatkan nilai tambah produk ikan air tawar dapat dilakukan
beberapa cara, yaitu meningkatkan pengolahan dan pemasaran ikan tawar. Hal
tersebut dikarenakan sampai saat ini pengolahan ikan ikan air tawar masing
sangat minim dan pemasarannya pun juga kurang pesat.

18

3.2 Saran
a. Meningkatkan produksi ikan darat dapat dilakukan dengan mengatasi masalah
keterbatasan insfrastuktur, biaya input produksi, nilai tambah dan daya saing,
kapasitas SDM serta rendahnya pemanfaatan IPTEK
b. Untuk meningkatkan kapasitas SDM, salah satu strategi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah adalah melakukan pendidikan dan penyuluhan tentang
pemanfaatan lahan di rumah untuk budidaya ikan. Selebihnya, untuk
meningkatkan daya saing ikan darat akan dibahas di point berikutnya
c. Nilai tambah pangan ikan air tawar dapat ditingkatkan dengan dengan
memperbaiki cara pengolahan dan pemasaran. Selain itu juga dapat dengan
penguatan keamanan produk pangan ikan air tawar.

19