BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigitiruan adalah alat untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan
struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan bawah. Gigitiruan terdiri dari anasir gigitiruan yang dilekatkan pada basis gigitiruan. Basis
gigitiruan mendapatkan dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya.
1
Fungsi basis gigitiruan adalah untuk memenuhi faktor kosmetik serta memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada di bawah basis gigitiruan.
2
Pada dasarnya, terdapat dua kelompok bahan yang digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan yaitu logam dan non-logam. Bahan logam yang dapat
digunakan sebagai bahan basis gigitiruan, terdiri dari aloi emas, kobal kromium, alumunium dan stainless steel. Basis gigitiruan non-logam dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu thermohardening dan thermoplastic. Bahan thermohardening merupakan bahan basis yang mengalami perubahan kimia selama proses
pembuatannya dan hanya dapat dibentuk sekali, seperti fenol-formaldehide, vulkanit dan resin akrilik polimetil metakrilat. Bahan thermoplastic adalah bahan basis
gigitiruan yang tidak mengalami perubahan kimia selama pembuatannya, seperti seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, nilon polikarbonat, polietilen dan polystyrene.
Bahan basis gigitiruan yang optimal harus memenuhi sifat-sifat seperti tidak toksik dan tidak mengiritasi, mempunyai kekuatan transversal yang tinggi, konduktivitas
termal yang tinggi, tahan terhadap abrasi, dimensi yang stabil dan akurat, estetis dan stabilasi warna yang baik, perlekatan yang baik dengan anasir gigitiruan, mudah
diproses, mudah direparasi apabila fraktur, mudah dibersihkan, harga murah, tetapi sampai saat ini tidak ada satupun bahan basis gigitiruan yang memenuhi semua syarat
di atas.
3
Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah resin akrilik. Bahan ini telah digunakan sebagai basis gigitiruan selama lebih dari 60
Universitas Sumatera Utara
tahun. Resin akrilik digunakan sebagai salah satu bahan dasar karena bahan ini mudah
didapati, teknik aplikasi yang relatif sederhana, hasil estetik yang memuaskan dan sudah sangat dikenal.
1
Menurut American Dental Association ADA terdapat tiga jenis resin akrilik yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi dan resin akrilik
polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi sinar memerlukan aktivasi sinar dalam proses polimerisasinya. Resin akrilik ini memiliki kelebihan yaitu cepat dan mudah
dalam pemanipulasian tetapi memerlukan alat kuring yang relatif mahal. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang memerlukan aktivasi secara kimia
dalam proses polimerisasinya. Resin akrilik ini tidak selalu digunakan sebagai basis gigitiruan karena memiliki berat molekul yang lebih rendah dibandingkan resin
akrilik polimerisasi panas sehingga lebih rapuh, memiliki lebih banyak porositas dan monomer sisa serta stabilitas warna yang buruk. Resin akrilik polimerisasi panas
memerlukan pemanasan dalam proses polimerisasinya. Terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas yaitu jumlah monomer sisa yang
relatif sedikit bila dibandingkan dengan resin akrilik swapolimerisasi, mudah dalam pemanipulasian dan relatif murah.
4-7
Resin akrilik yang paling banyak digunakan sebagai basis gigitiruan pada saat ini adalah jenis resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas
tersedia dalam bentuk cairan dan bubuk. Bubuk dari resin ini sering dikenal sebagai polimer dan memiliki karakteristik seperti transparan atau memiliki warna merah
yang menyerupai gingiva. Cairan dari resin ini dikenal sebagai monomer dan harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap untuk mencegah terjadinya polimerisasi
dini karena terpapar sinar ataupun radiasi sinar ultraviolet. Manipulasi bahan ini dilakukan dengan cara mencampurkan cairan dan bubuk sesuai petunjuk pabrik,
biasanya pada saat stadium dough diisikan ke dalam mold dan dilakukan pres dilanjutkan dengan proses kuring.
4-7
Resin akrilik polimerisasi panas mempunyai beberapa keunggulan, yaitu estetik, stabilitas warna baik, harga relatif murah, tidak mengiritasi, cara
pengerjaannya mudah, tidak toksik, mudah direparasi tetapi juga memiliki beberapa
Universitas Sumatera Utara
kekurangan, yaitu ketahanan terhadap abrasi rendah, mudah terjadi fraktur, memiliki porositas, terjadi perubahan dimensi dan mengandung monomer sisa sehingga
menimbulkan gejala hipersensitivitas pada pasien.
7,10-11
Salah satu sifat fisis dari bahan resin akrilik yang harus diperhatikan adalah stabilitas dimensi karena sifat ini berhubungan erat dengan kemampuan resin akrilik
untuk menyerap air. Penyerapan air yang berlebihan dapat mengakibatkan bahan tersebut mengalami tekanan internal sehingga dapat menyebabkan retaknya resin
akrilik dan terjadinya fraktur.
5,11
Menurut Takashi dkk 1998, menyatakan bahwa molekul air yang berada pada makromolekul resin dapat menyebabkan berpisahnya
makromolekul pada material tersebut. Idealnya, ikatan polimer tidak larut pada bahan kimia yang kuat, namun sebagian besar monomer yang digunakan pada pembuatan
basis gigitiruan dapat menyerap air dan bahan kimia dari media dan juga melepaskan kembali ke media.
8
Terjadinya perubahan dimensi dapat mempengaruhi kestabilan dan retensi dari gigitiruan yang dapat secara langsung mempengaruhi kenyamanan
pemakaian pada pasien.
12,13
Bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekurangan yaitu memiliki sifat mekanis yang rendah menyebabkan basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas menjadi mudah patah. Patahnya basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat terjadi di dalam dan di luar rongga mulut akibat kombinasi
dari kekuatan kompresi, kekuatan tarik dan kekuatan geser. Kombinasi kekuatan tersebut disebut dengan kekuatan transversal. Kekuatan transversal yang terjadi terus
menerus di dalam rongga mulut saat pengunyahan dapat menyebabkan patahnya basis gigitiruan terutama pada midline dari basis gigitiruan. Berdasarkan ISO 1567:1999,
kekuatan transversal yang diperlukan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah 662 kgcm
2
dan Craig 1997 berpendapat bahwa kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas untuk gigitiruan tidak boleh kurang dari
611,83 kgcm
2
.
5-7
Setelah gigitiruan dipasangkan, intruksi serta nasihat harus diberikan kepada pasien, agar gigitiruan dibersihkan setelah makan, sebelum tidur dan pagi hari, agar
menghindari terjadinya inflamasi pada rongga mulut diakibatkan gigitiruan yang
Universitas Sumatera Utara
jarang dibuka dan dibersihkan serta untuk menjamin agar kesehatan jaringan pendukung gigitiruan dilindung sepanjang masa.
7,10
Gigitiruan dapat dibersihkan dengan beberapa metode yaitu secara mekanis, kemis dan kombinasi keduanya. Pembersihan gigitiruan dengan metode mekanis
dapat dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat gigi yang berbulu lembut dengan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih
ultrasonik. Penggunaan bahan pembersih komesial yang tersedia dipasaran merupakan contoh pembersih gigitiruan dengan metode kemis. Metode kombinasi
dapat dilakukan dengan menggabungkan metode pembersihan secara mekanis berupa penyikatan gigi atau alat pembersih ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih
kemis.
6,11,16
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huey Er-Lee 2011, membersihkan gigitiruan dengan cara mekanis, menggunakan larutan pembersih dan
kombinasi kedua cara tersebut dapat secara relevan mengurangi perlekatan Candida albicans.
14
Studi in vivo menyatakan bahwa menyikat gigitiruan menggunakan pasta dan krim lebih berkhasiat dalam menghilangkan biofilm sedangkan Dills dkk 2011,
menerangkan bahwa penggunaan pembersih gigitiruan dengan pasta lebih rendah penggunaanya dibandingkan penggunaan dengan larutan peroksida alkali.
1
Webb dkk 2005, menyatakan bahwa metode pembersihan dengan cara menggosok tidak
seefektif metode kemis dalam mengurangi plak biofilm pada gigitiruan atau dalam mencegah terjadinya denture stomatitis yang berhubungan dengan Candida albicans.
Pada umumnya metode kemis merupakan metode yang sering digunakan pada pasien berusia lanjut dalam membersihkan gigitiruan oleh karena kondisi fungsi motoriknya
sudah menurun.
11,1415
Metode pembersihan gigitiruan secara kemis dapat dibagi menjadi 6 golongan yaitu golongan peroksida alkali, desinfektan, hipoklorit, asam, enzim dan energi
microwave.
16
Desinfektan dapat mengurangi, membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme yang melekat pada gigitiruan. Infeksi jamur Candida albicans pada
denture stomatitis dapat dirawat dengan merendam gigitiruan dalam larutan desinfektan. Dalam penelitian Chantim A dan Suharto 1993, menyatakan bahwa
disinfektan dalam waktu 10 menit cukup efektif untuk membunuh sel vegetatif dan
Universitas Sumatera Utara
menurut penelitan Suparyanto 2012, menyatakan bahwa waktu kontak bahan disinfektan selama 10-30 menit dapat membunuh spora bakteria dan mikroba yang
dapat tumbuh pada basis gigitiruan.
17,18
Larutan hipoklorit adalah larutan yang sangat efektif dalam menghilangkan stain dan melarutkan musin. Larutan ini juga sering digunakan karena bersifat
bakterisidal dan fungisidal. Salah satu contoh golongan hipoklorit adalah sodium hipoklorit. Penelitian Nike H 2009, menyatakan bahwa penggunaan sodium
hipoklorit dengan konsentrasi 0.5 selama 10 menit pada gigitiruan bersifat biokompatibel dan tidak toksik terhadap jaringan rongga mulut.
19
Menurut Mese dkk 2007, menyatakan bahwa perendaman gigitiruan dalam larutan hipoklorit selama 5
jam sangat efektif untuk membunuh Candida albicans tetapi mempunyai beberapa efek samping yaitu menyebabkan gigitiruan berubah warna, korosi dan berbau.
20
Golongan peroksida alkali merupakan larutan yang diperoleh dengan cara melarutkan tablet atau bubuk yang mengandung senyawa ke dalam air. Pelarutan
tablet ke dalam air dapat membentuk larutan peroksida alkali hidrogen. Degradasi dari senyawa peroksida dapat membebaskan gelembung-gelembung oksigen yang
bertindak secara kemis dalam membersihkan gigitiruan ketika berkontak dengan debris. Peroksida alkali dapat membersihkan musin dan sisa makanan serta mencegah
terjadinya pembentukan stain dan kalkulus, selain itu peroksida alkali juga dapat bertindak sebagai antimikrobial.
16,25,26
Menurut Siripen W 2008, menyatakan bahwa golongan peroksida alkali secara signifikan dapat mengurangi perlekatan Candida
albicans pada permukaan resin akrilik.
26
Pemilihan bahan pembersih gigitiruan harus mempertimbangkan hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan dimensi dan mengurangkan kekuatan transversal basis
gigitiruan resin akrilik.
27
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sartori EA dkk 2006, terjadi perubahan dimensi yang signifikan pada basis gigitiruan yang
dibersihkan mengunakan energi microwave, sedangkan basis gigitiruan yang dibersihkan menggunakan larutan klorida dan akuades menunjukkan tidak terjadi
perubahan dimensi.
28
Menurut Hussen AM dkk 2008, menyatakan bahwa terjadi perubahan dimensi sebanyak 0,18 mm pada resin akrilik yang direndam dalam
Universitas Sumatera Utara
larutan klorheksidin dan perubahan dimensi sebanyak 0,20 mm pada resin akrilik yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit. Dalam penelitian Nirale MR dkk
2012, menyatakan basis gigitiruan dengan relining dan tanpa relining dibersihkan menggunakan larutan disinfektan sodium hipoklorit menunjukkan tidak terjadi
perubahan dimensi yang signifikan dibandingan dengan dibersihkan menggunakan energi microwave.
30
Menurut Jubhari EH dan Muaskab 2011, menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kekuatan transversal sampel akrilik setelah
direndam dalam larutan pembersih gigitiruan peroksida alkali selama 5 menit dengan masing-masing perendaman 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari dan 10 hari.
1
Beberapa penelitian telah digunakan untuk menilai kekuatan transversal basis gigitiruan resin
akrilik yang direndam dalam minuman bersoda. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak terdapat perubahan kekuatan transversal. Penelitian yang dilakukan di Brazil
oleh Amanda P 2010 mengenai kekuatan transversal sampel resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam peroksida alkali effervescent menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
31
Menurut Robinson dkk 1988 dan Arab dkk 1989, menyatakan bahwa terjadi penurunan kekuatan fleksural resin akrilik polimerisasi
panas apabila terpapar terhadap larutan peroksida alkali dan hipoklorit pada temperatur yang tinggi yaitu temperatur di atas 37
C, hal ini tidak direkomendasikan oleh pabrik.
32
Penelitian yang dilakukan oleh Haifa IR 2014, menyatakan bahwa ekstrak biji pinang mengandung flavonoid fenol tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. Beberapa uji di atas menunjukkan hasil yang berbeda dari perubahan dimensi dan
kekuatan transversal sampel resin akrilik yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali.
Berdasarkan latar belakang di atas tidak tertutup kemungkinan larutan pembersih peroksida alkali menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap
perubahan dimensi dan kekuatan transversal pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan