Perbedaan Kekuatan Transversal Bahan Basisgigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan Yang Berbeda Dengan dan Tanpa Penambahan Serat Kaca

(1)

PERBEDAAN KEKUATAN TRANSVERSAL BAHAN

BASISGIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI

PANASDENGAN KETEBALAN YANG BERBEDA

DENGANDAN TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

CHRISTO B.S

NIM : 070600060

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2011

Christo B.S

Perbedaan Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan yang Berbeda dengan dan tanpa Penambahan Serat Kaca

xii + 62 Halaman

Bahan basis gigitiruan yang umumnya dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan adalah resin akrilik polimerisasi panas, tetapi bahan ini mempunyai kelemahan yaitu mudah fraktur. Untuk mencegah terjadinya fraktur, kekuatan basis gigitiruan dapat ditingkatkan dengan menambah ketebalan basis gigitiruan. Namun basis yang tebal menyebabkan timbulnya masalah di rongga mulut pasien. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fraktur dan meningkatkan kekuatan basis gigitiruan adalah dengan penambahan serat kaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan dan tanpa penambahan serat kaca.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Penelitian ini dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan tiga ketebalan yang berbeda dengan ukuran sampel 65 mm x 10 mm x 1,5 mm, 65 mm x 10 mm x 2,5 mm dan 65 mm x 10 mm x 3 mm dengan dan tanpa penambahan serat kaca 1 %. Jumlah total sampel sebanyak 54 sampel yang terdiri dari 27 sampel resin akrilik


(3)

tanpa penambahan serat kaca dengan jumlah 9 sampel pada setiap kelompok ketebalan yang berbeda (1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm) dan 27 sampel resin akrilik dengan penambahan serat kaca dengan jumlah 9 sampel pada setiap kelompok ketebalan yang berbeda (1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm). Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan dan tanpa penambahan serat kaca dianalisis dengan uji ANOVA satu arah. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca dilakukan uji-t independen.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca dengan p = 0,001 (p < 0,05). Ada perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat kaca dengan p = 0,001 (p < 0,05). Ada perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca dengan nilai p berturut-turut pada ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm adalah p = 0,001 (p<0,05), p = 0,010 (p<0,05) dan p = 0,001 (p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan ketebalan basis gigitiruan dan penambahan serat kaca dapat meningkatkan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Masalah yang terjadi di


(4)

terlalu tebal dapat diatasi dengan menambahkan serat kaca pada basis gigitiruan yang lebih tipis sehingga menghasilkan kekuatan transversal yang tetap tinggi.


(5)

PERBEDAAN KEKUATAN TRANSVERSAL BAHAN

BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI

PANAS DENGAN KETEBALAN YANG BERBEDA

DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

CHRISTO B.S

NIM : 070600060

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 2 Agustus 2011

Pembimbing Tanda Tangan

1. Syafrinani,drg.,Sp.Pros (K) ...

NIP : 19570831 198503 2 002

2. Ariyani, drg. ...


(7)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 2 Agustus 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Eddy Dahar, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. M.Zulkarnain, drg., M.Kes 2. Syafrinani,drg., Sp.Pros (K)

3. Ariyani, drg 4. Siti Wahyuni, drg


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta yaitu papa (Biston Simanjuntak) dan mama (Susi Margaretha Lubis) yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat dan dukungan baik moril dan materil kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada kedua adik penulis Joy Andrey Simanjuntak dan Daniel Donaldo Simanjuntak. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Iiyani Henyda Tarigan untuk cinta kasih, perhatian, doa dan keberadaannya yang selalu ada untuk penulis.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku dosen pembimbing pertama skripsi penulis sekaligus Ketua Departemen Prostodonsia FKG-USU yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, motivasi, dan perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik

2. Ariyani, drg selaku dosen pembimbing kedua skripsi penulis yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, motivasi dan perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.


(9)

3. Prof. Nazaruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian.

4. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku koordinator skripsi yang memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG-USU.

5. EddyDahar,drg.,M.Kes selaku ketua tim penguji,M.Zulkarnain,drg.,M.Kes dan Siti Wahyuni,drg sebagai anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Abdullah Oes, drg selaku pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG-USU.

7. Seluruh staf pengajar serta karyawan Departemen Prostodonsia atas motivasi dan bantuan sehingga skripsi ini berjalan lancar.

8. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

9. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes.,atas bantuannya dalam analisis statistik. 10. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia : Desi Watri, Chihargo, Jefry, Wee Chun, Stefani, Umaiyal, Ika Astrina, Sandra, Evi Soviani , atas dukungannya dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis Ivan Salomo, Tri Sari DP, Jessica N.S, Dessy Sijabat, Kristina Hutagalung, Sandra Tampubolon, Soli Tambunan, Isfa


(10)

angkatan 2007 yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungan yang diberikan. Teman-teman KTB dan sepelayanan penulis yang juga namanya tidak bisa disebutkan penulis satu-persatu atas perhatian dan doa-doanya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan memberikan kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 2 Agustus 2011 Penulis,

(Christo B.S)


(11)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL………

HALAMAN PERSETUJUAN………. HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR GAMBAR………... xi

DAFTAR LAMPIRAN……….... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Permasalahan………... 4

1.3 Rumusan Masalah……… 5

1.4 Hipotesis Penelitian………... 6

1.5 Tujuan Penelitian... 6

1.6 Manfaat Penelitian... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan ………. 8

2.1.1 Pengertian………... 8

2.1.2 Bahan Basis Gigitiruan... 8

2.1.2.1 Logam………... 8

2.1.2.2 Non-Logam………... 9

2.1.2.2.1 Thermo-plastic... 9

2.1.2.2.2 Thermo-hardening……….. 9

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas………... 11

2.2.1 Komposisi………... 11

2.2.2 Manipulasi………... 12

2.2.3 Keuntungan... 13

2.2.4 Kerugian... 14

2.2.5 Sifat-sifat Mekanis... 14


(12)

2.2.5.2 Kekuatan Geser... 15

2.2.5.3 Kekuatan Fatique... 16

2.2.5.4 Kekuatan Impak... 16

2.2.5.5 Kekuatan Transversal... 17

2.3 Usaha Penanggulangan Fraktur... 18

2.3.1 Penambahan Ketebalan Basis Gigitiruan... 19

2.3.2 Penambahan Serat Kaca... 20

2.3.2.1 Pengertian... 20

2.3.2.2 Komposisi... 20

2.3.2.3 Bentuk-bentuk... 21

2.3.2.3.1 Batang... 22

2.3.2.3.2 Anyaman... 22

2.3.2.3.3 Potongan Kecil... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian... 26

3.2 Sampel Penelitian... 26

3.3 Besar Sampel... 27

3.4 Variabel Penelitian... 27

3.4.1 Variabel Bebas... 27

3.4.2 Variabel Terikat... 27

3.4.3 Variabel Terkendali... 28

3.5 Defenisi Operasional... 28

3.6 Waktu dan Lokasi Penelitian... 30

3.6.1 Waktu Penelitian... 30

3.6.2 Lokasi Penelitian... 30

3.7 Bahan dan Alat Penelitian... 30

3.7.1 Bahan Penelitian... 30

3.7.2 Alat Penelitian... 31

3.8 Cara Penelitian... 33

3.8.1 Pembuatan Sampel... 33

3.8.1.1 Pembuatan Sampel Kelompok A... 33

3.8.1.1.1 Pembuatan Mold... 33

3.8.1.1.2 Pengisian Akrilik pada Mold... 36

3.8.1.1.3 Kuring... 37

3.8.1.1.4 Penyelesaian... 37

3.8.1.2 Pembuatan Sampel Kelompok B dan C... 37

3.8.1.3 Pembuatan Sampel Kelompok D, E dan F... 38

3.8.2 Penentuan Kekuatan Transversal... 39


(13)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa

Penambahan Serat Kaca... 42 4.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas

dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan

Penambahan Serat Kaca... 43 4.3 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi

Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa

Penambahan Serat Kaca... 45 4.4 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi

Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan

Penambahan Serat Kaca... 46 4.5 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi

Panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa

Penambahan Serat Kaca... 47 BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian... 49 5.2 Hasil Penelitian... 49

5.2.1 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm

tanpa Penambahan Serat Kaca... 49 5.2.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi

Panas dengan Ketebalan1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm

dengan Penambahan Serat Kaca... 51 5.2.3 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm,

2,5 mm dan 3 mm tanpa Penambahan Serat Kaca... 52 5.2.4 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm,

2,5 mm dan 3 mm dengan Penambahan Serat Kaca... 53 5.2.5 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan ketebalan yang sama

dengan dan tanpa Penambahan Serat Kaca... 55 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 58 6.2 Saran... 59 DAFTAR RUJUKAN... 60 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa

Penambahan Serat ... 43 2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas

dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan

Penambahan Serat Kaca... 45 3 Hasil Uji Anova Satu Arah pada Kekuatan Transversal

RAPP dengan Ketebalan yang berbeda tanpa

Penambahan Serat Kaca... 46 4 Hasil Uji Anova Satu Arah pada Kekuatan Transversal

RAPP dengan Ketebalan yang Berbeda dengan

Penambahan Serat Kaca... 47 5 Hasil Uji-t pada Kekuatan Transversal RAPP dengan

Ketebalan yang Sama dengan dan tanpa


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Serat Kaca Bentuk Batang………... 22

2 Serat Kaca Bentuk Anyaman... 23

3 Serat Kaca Bentuk Potongan Kecil... 24

4 Ukuran Batang Uji... 26

5 Vibrator (Pulsar-2, Filli Manfredi, Italia)... 32

6 Waterbath (Filli Manfredi, Italia)... 32

7 Penanaman Model Induk (65 mm x 10 mm x 1,5 mm) pada Kuvet Bawah... 34

8 Mold... 35

9 Mold yang Telah Diolesi Could Mould Seal... 35

10 Kuvet Dibuka Kembali dan Kelebihan Akrilik dipotong dengan Lekron ... 36

11 Sampel Kelompok A Resin Akrilik Polimerisasi Panas... 37

12 Gambar Alat Uji Kekuatan Transversal (Torsee’s Electronic Universal Testing Machine Japan)... . 40


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kerangka Konsep Skripsi

2 Kerangka Operasional Penelitian 3 Analisis Statistik


(17)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2011

Christo B.S

Perbedaan Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan yang Berbeda dengan dan tanpa Penambahan Serat Kaca

xii + 62 Halaman

Bahan basis gigitiruan yang umumnya dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan adalah resin akrilik polimerisasi panas, tetapi bahan ini mempunyai kelemahan yaitu mudah fraktur. Untuk mencegah terjadinya fraktur, kekuatan basis gigitiruan dapat ditingkatkan dengan menambah ketebalan basis gigitiruan. Namun basis yang tebal menyebabkan timbulnya masalah di rongga mulut pasien. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fraktur dan meningkatkan kekuatan basis gigitiruan adalah dengan penambahan serat kaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan dan tanpa penambahan serat kaca.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Penelitian ini dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan tiga ketebalan yang berbeda dengan ukuran sampel 65 mm x 10 mm x 1,5 mm, 65 mm x 10 mm x 2,5 mm dan 65 mm x 10 mm x 3 mm dengan dan tanpa penambahan serat kaca 1 %. Jumlah total sampel sebanyak 54 sampel yang terdiri dari 27 sampel resin akrilik


(18)

tanpa penambahan serat kaca dengan jumlah 9 sampel pada setiap kelompok ketebalan yang berbeda (1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm) dan 27 sampel resin akrilik dengan penambahan serat kaca dengan jumlah 9 sampel pada setiap kelompok ketebalan yang berbeda (1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm). Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan dan tanpa penambahan serat kaca dianalisis dengan uji ANOVA satu arah. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca dilakukan uji-t independen.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca dengan p = 0,001 (p < 0,05). Ada perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat kaca dengan p = 0,001 (p < 0,05). Ada perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca dengan nilai p berturut-turut pada ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm adalah p = 0,001 (p<0,05), p = 0,010 (p<0,05) dan p = 0,001 (p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan ketebalan basis gigitiruan dan penambahan serat kaca dapat meningkatkan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Masalah yang terjadi di rongga mulut pasien akibat basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang


(19)

terlalu tebal dapat diatasi dengan menambahkan serat kaca pada basis gigitiruan yang lebih tipis sehingga menghasilkan kekuatan transversal yang tetap tinggi.


(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan.1 Basis

gigitiruan secara umum memiliki syarat seperti: tidak toksis, tidak mengiritasi, tidak larut dalam cairan mulut, cukup kuat, cukup kenyal, biokompatibel dan memiliki ketebalan yang optimum.2 Pada dasarnya, bahan yang digunakan untuk pembuatan

basis gigitiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non-logam. 3,4

Bahan basis gigitiruan non-logam berdasarkan ada tidaknya perubahan kimia yang terjadi dalam proses dan pembuatannya dibedakan menjadi dua yaitu

thermo-hardening dan thermo-plastic.4 Bahan thermo-plastic adalah bahan yang tidak

mengalami perubahan kimia dalam proses pembentukannya, contoh: seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, polikarbonat, nilon dan resin akrilik. Bahan

thermo-hardening adalah bahan yang mengalami perubahan kimia dalam proses dan

pembentukannya, contoh : fenol-formaldehid, vulkanit dan resin akrilik.4,5 Resin

akrilik dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi dan resin akrilik polimerisasi panas.2,4-6

Sejak tahun 1940-an, 90-95 % basis gigitiruan dibuat menggunakan resin akrilik polimerisasi panas.5,6 Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi

bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pemanasan air atau gelombang mikro (microwave). Kebanyakan resin poli(metil-metakrilat) terdiri atas komponen


(21)

bubuk dan cairan. Komponen bubuk terdiri atas butir-butir poli(metil-metakrilat) pra-polimerisasi, sejumlah kecil benzoil peroksida dan sedikit pigmen tercampur dalam butir poli(metil-metakrilat). Komponen cairan didominasi oleh metil-metakrilat tidak terpolimerisasi dengan sejumlah kecil hidroquinon dan kadang-kadang terdapat bahan untuk memacu cross-link, seperti etilen glikodimetakrilat. Resin jenis ini diproses dan dibentuk dengan teknik molding-tekanan.2,5,7

Resin akrilik sangat populer dipakai sebagai bahan basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki banyak kelebihan.9-12 Namun, menurut David dkk (2007),

selain memiliki banyak kelebihan, resin akrilik juga memiliki kekurangan yakni mudah fraktur bila jatuh pada permukaan yang keras dan akibat kelelahan bahan menerima tekanan pengunyahan di dalam mulut.11

Meskipun teknologi kedokteran gigi terus meningkat dengan pesat, masalah fraktur basis gigitiruan masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus fraktur basis gigitiruan yang terus bertambah. Menurut survei yang dilakukan oleh National Health Service, dari tahun 1948 sampai pada tahun 1990 terdapat 34,9 juta gigitiruan yang fraktur.13-15 Fraktur pada basis

gigitiruan dihasilkan dari dua kekuatan berbeda yakni kekuatan impak dan kekuatan transversal (fleksural). Kekuatan impak menyebabkan kerusakan seketika atau fraktur basis gigitiruan akibat dari satu pukulan yang keras. Hal ini sering terjadi di luar mulut, dimana satu pukulan yang keras didapat pada saat basis gigitiruan jatuh secara tiba-tiba ketika membersihkan basis gigitiruan, batuk atau bersin.13,16 Kekuatan


(22)

kekuatan geser. Kekuatan-kekuatan ini secara berulang-ulang terjadi di dalam mulut yang dapat menyebabkan fraktur khususnya fraktur pada daerah midline.15,17

Untuk mencegah terjadinya fraktur, kekuatan basis gigitiruan dapat ditingkatkan dengan menambah ketebalan basis gigitiruan. Menurut Tarik dkk (2009), basis gigitiruan resin akrilik yang lebih tebal memiliki kekuatan transversal yang lebih besar. Tarik dkk membuat sampel dengan tiga ketebalan yang berbeda. Pada ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm, 3 mm berturut-turut dihasilkan kekuatan transversal sebesar 750 Kg/cm2, 821,38 Kg/cm2 dan 938,95 Kg/cm2. Semakin tebal basis

gigitiruan, semakin besar pula kekuatan transversalnya.18 Namun basis yang tebal

menyebabkan perasaan tidak nyaman pada pasien dan banyak menimbulkan masalah di dalam rongga mulut19-21 Dalam pembuatan gigitiruan, ketebalan basis tergantung

kepada bentuk anatomi dan resorpsi linggir alveolaris, tidak mungkin dengan satu ketebalan yang sama. Menurut Kimura dkk (1992), ketebalan basis gigitiruan pada daerah palatal dan bukal berkisar 1,5 milimeter dan daerah alveolar berkisar 3-4,5 milimeter. Haslinda (1996) dalam penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada ketebalan sampel 1,5 mm, 3 mm dan 4,5 mm.22

Usaha lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fraktur dan meningkatkan kekuatan basis gigitiruan adalah dengan penambahan serat penguat. Hasil penelitian tentang serat penguat seperti serat karbon, serat aramid, serat polietilen dan serat kaca menghasilkan hasil yang bervariasi di dalam meningkatkan kekuatan basis gigitiruan. Serat penguat yang umum digunakan pada basis gigitiruan resin akrilik adalah serat kaca karena dapat menambah kekuatan basis gigitiruan resin


(23)

akrilik, mudah dimanipulasi, memiliki estetis yang baik, dan memiliki ikatan kimia yang baik dengan resin akrilik. 23-25

Berdasarkan bentuknya serat kaca dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu batang, anyaman, dan potongan kecil. Pemakaian serat kaca berbentuk potongan kecil lebih praktis dan lebih tersebar merata pada resin akrilik.26 Gulay U dkk (2001),

menyatakan kekuatan transversal resin akrilik yang ditambah serat kaca anyaman sedikit lebih besar dari serat kaca potongan kecil.27 Vallitu (1996) menyatakan

penambahan serat kaca pada basis gigitiruan resin akrilik dapat meningkatkan kekuatan transversal basis gigitiruan.28 IH Tacir dkk (2006) dan Rinda M dkk (2006),

menyatakan resin akrilik yang ditambahkan serat kaca memiliki kekuatan transversal yang secara signifikan lebih besar daripada resin akrilik yang tidak ditambahkan serat kaca.23,28 Sanjiv RD dkk (2008), menyatakan kekuatan transversal resin akrilik yang

ditambahkan serat kaca yang direndam terlebih dahulu di dalam silane coupling agent lebih besar dari serat kaca yang langsung direndam di dalam monomer.11

1.2 Permasalahan

Resin akrilik masih tetap menjadi pilihan sebagai bahan pembuat basis gigitiruan. Namun, basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas lemah terhadap kekuatan impak dan transversal sehingga mudah fraktur. Usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah fraktur tersebut, salah satunya dengan menambah ketebalan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Namun basis gigitiruan yang lebih tebal menyebabkan perasaan yang tidak nyaman pada pasien. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk menambah kekuatan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas


(24)

agar memiliki daya tahan yang tinggi terhadap fraktur adalah dengan penambahan serat kaca. Berdasarkan hal tersebut timbul permasalahan apakah dengan ketebalan basis gigitiruan yang berbeda dengan atau tanpa penambahan serat kaca akan menghasilkan kekuatan transversal bahan basis resin akrilik polimerisasi panas yang berbeda.

1.3 Rumusan Masalah

1. Berapa besar kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca.

2. Berapa besar kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat kaca.

3. Bagaimana perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca.

4. Bagaimana perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat kaca.

5. Bagaimana perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca.


(25)

1. Ada perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca.

2. Ada perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat kaca.

3. Ada perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui besar kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca.

2. Untuk mengetahui besar kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat kaca.

3. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca.

4. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat kaca.


(26)

5. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca.

1.6 Manfaat Penelitian

1.Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan dokter gigi dalam usaha mengatasi fraktur basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

2. Untuk mendapatkan ketebalan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang minimum dengan kekuatan transversal yang optimum.

3. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang prostodonsia dan untuk penelitian lebih lanjut


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan.1 Berbagai macam bahan

telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, ivori, keramik, logam, logam aloi dan berberapa jenis polimer. Perkembangan yang pesat dalam bahan basis gigitiruan menyebabkan terjadinya peralihan dari penggunaan bahan alami menjadi penggunaan resin sintesis dalam pembuatan basis gigitiruan.19

2.1.2 Bahan Basis Gigitiruan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu logam dan non logam. 3,4

2.1.2.1Logam

Bahan yang digunakan sebagai basis gigitiruan pada umumnya berupa aluminium kobalt, logam emas, aluminium, dan stainlesss steel.4 Meskipun bahan

logam memiliki kekuatan yang baik, tahan terhadap fraktur dan abrasi, tetapi bahan ini mempunyai kelemahan seperti pembuatannya memerlukan biaya yang mahal serta estetis yang kurang baik.2


(28)

2.1.2.2Non-Logam

Basis non logam dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan ada tidaknya perubahan kimia yang terjadi dalam proses pembentukannya, yaitu:2,3

1. Thermo-plastic 2. Thermo-hardening

2.1.2.2.1 Thermo-plastic

Bahan thermo-plastic adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia dalam proses pembentukannya. Produk yang dihasilkan serupa dengan bahan dasar, hanya saja terjadi perubahan dalam bentuknya. Bahan ini dapat dilunakkan dengan panas dan dibentuk menjadi bentuk yang lain. Jenis bahan dari kelompok ini yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan antara lain: seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, nilon, polikarbonat, dan resin akrilik.3,4

2.1.2.2.2 Thermo-hardening

Bahan basis thermo-hardening adalah bahan basis yang mengalami perubahan kimia dalam proses dan pembentukan. Hasil produk tersebut berbeda dari bahan dasar setelah diproses, bahan ini tidak dapat dilunakkan dengan panas ataupun dibentuk kembali. Contoh bahan thermo-hardening adalah fenol-formaldehid, vulkanit, dan resin akrilik.3,4

Bahan fenol-formaldehid lebih dikenal dengan Bakelite yang merupakan suatu kondensasi polimer yang terbentuk dari reaksi antara fenol dan formaldehid. Pada tahun 1924, bahan ini mulai diperkenalkan sebagai salah satu bahan pembuatan basis gigitiruan, namun mempunyai berberapa kelemahan seperti dapat terjadi perubahan


(29)

warna, estetis yang kurang, sulit dipreparasi, memiliki kekuaan impak yang rendah, serta lebih sulit dalam pembuatannya.2,4

Vulkanit pertama kali digunakan sebagai bahan basis gigitiruan pada tahun 1855 dan selama bertahun-tahun cukup banyak digunakan sebagai bahan basis gigitiruan dibandingkan dengan bahan lain yang tersedia.3,19 Vulkanit tidak

mengiritasi, tidak bersifat toksis dan mempunyai sifat-sifat mekanis yang sangat baik. Namun bahan ini mempunyai kekurangan seperti: estetis yang jelek karena sifat opak dari karet, mengabsorpsi saliva sehingga bahan menjadi tidak higienis oleh karena terjadinya proliferasi bakteri, dapat terjadi perubahan dimensi serta dapat menyebabkan stomatitis.2,4

Resin akrilik (poli(metil-metakrilat)) adalah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat yang berulang.17 Resin akrilik dapat dibagi menjadi tiga

jenis yaitu : 3,4,10,11

1. Resin akrilik polimerisasi sinar yaitu resin yang diaktivasi menggunakan sinar yang terlihat oleh mata, menggunakan empat buah lampu halogen tungsten yang menghasilkan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm. Bahan ini digambarkan sebagai suatu komposit yang memiliki matriks uretan dimetakrilat, silika ukuran mikro, dan monomer resin akrilik berberat molekul tinggi. Butir-butir resin akrilik dimasukkan sebagai bahan pengisi organik. Sinar yang terlihat oleh mata adalah aktivator, sementara camphoroquinone bertindak sebagai aktivator polimerisasi. 4,10,11


(30)

aktivator kimia sehingga tidak memerlukan energi termal dan dapat dilakukan pada temperatur ruangan. Komposisinya sama dengan resin akrilik polimerisasi panas kecuali pada komponen cairannya mengandung bahan aktivator seperti

dimetil-para-toluidin.4,11

3. Resin akrilik polimerisasi panas yaitu resin yang polimerisasinya menggunakan energi panas lewat pemanasan air atau oven gelombang micro (microwave). Pada umumnya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan.

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas digunakan dalam pembuatan hampir semua basis gigitiruan karena estetisnya yang baik, mudah dimanipulasi dan ekonomis. Namun resin ini memiliki kelemahan yakni mudah fraktur. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pemanasan air atau oven gelombang mikro (microwave). Kebanyakan sistem resin poli(metil-matakrilat) terdiri atas komponen bubuk dan cairan. Resin jenis ini diproses dan dibentuk dengan teknik molding-tekanan.4,9-12

2.2.1 Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari:2,5,19

a. Bubuk

Polimer : butiran atau granul poli(metil-metakrilat) Inisiator peroksida : berupa 0,2-0,5 % benzoil peroksida

Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pigmen organik sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer


(31)

b. Cairan

Monomer : metil metakrilat

Cross-linking agent : etilen glikoldimetakrilat

Inhibitor : sekitar 0,006 % hidroquinon untuk mencegah berlangsungnya polimerisasi selama penyimpanan

2.2.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas pada umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik molding-tekanan.5 Pencampuran bubuk dan cairan

dengan perbandingan volume 3 : 1 atau perbandingan berat 2 : 1 dilakukan di dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan hingga mencapai dough stage.2,5,7

Pada saat pencampuran ada empat tahap yang terjadi yaitu:2,5

1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang meyerupai pasir basah. 2. Sticky stage adalah saat bahan akan melekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan dan berserat ketika ditarik.

3. Dough stage adalah tahap dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak melekat lagi, serta merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.

4. Rubber hard stage adalah berwujud seperti karet dan tidak dapat dibentuk dengan tekanan konvensional.

Setelah adonan resin akrilik mencapai dough stage, adonan diisikan dalam mold gips. Setelah pengisian adonan, dilakukan tekanan pres pertama sebesar 1000 psi untuk mencapai mold terisi dengan padat dan kelebihan resin dibuang kemudian


(32)

dilakukan tekanan press terakhir mencapai 2200 psi lalu kuvet dikunci.32 Selanjutnya

kuvet dibiarkan pada temperatur kamar kemudian kuvet dipanaskan pada suhu 70°C dipertahankan selama 30 menit, kemudian suhu dinaikkan menjadi 100°C dan dipertahankan selama 90 menit. Setelah itu pelan-pelan diturunkan hingga sama dengan suhu ruangan.31

2.2.3 Keuntungan

Keuntungan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut:9,10,12

1. Estetis yang optimum 2. Mudah dimanipulasi 3. Mudah dipoles 4. Mudah direparasi 5. Harga relatif murah

6. Stabil dalam lingkungan rongga mulut 7. Tidak larut dalam cairan rongga mulut 8. Perubahan dimensinya kecil

9. Tidak mengiritasi jaringan

2.2.4 Kerugian

Kerugian bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut :32,33


(33)

1. Kekuatan terhadap benturan rendah 2. Kekuatan fleksural rendah

3. Monomer bebas dapat lepas dari gigitiruan dan mengiritasi jaringan mulut 4. Tidak tahan abrasi

5. Konduktivitas termal rendah

2.2.5 Sifat-sifat Mekanis

Sifat-sifat mekanis adalah respon yang terukur, baik elastik (reversibel/dapat kembali ke bentuk semula bila tekanan dilepaskan) maupun plastis (ireversibel/tidak dapat kembali ke bentuk semula) dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan.5 Akibat yang dapat ditimbulkan dari bahan basis gigitiruan resin akrilik

dengan sifat mekanis yang rendah adalah :

a. Retak : pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak karena adanya tekanan tarik yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul primer.

b. Fraktur : gigitiruan resin akrilik dapat mengalami fraktur yang disebabkan karena benturan (impact) misalnya terjatuh pada permukaan yang kasar, fatique yang terjadi karena gigitiruan mengalami pembengkokan yang berulang-ulang selama pemakaian dan kekuatan transversal yang diterima basis gigitiruan selama proses pengunyahan.


(34)

Kekuatan tarik adalah ukuran kekuatan suatu bahan ketika bahan tersebut menerima beban yang cenderung merenggangkan atau memperpanjang bahan tersebut. Kekuatan tarik umumnya ditentukan dengan meletakkan suatu bahan berbentuk panjang, kawat atau bentuk dumbbell terhadap gaya tarik (uji tarik satu sumbu). Uji ini hanya dapat digunakan pada bahan yang umumnya menunjukkan deformasi elastik dan sedikit atau tanpa deformasi plastis. Uji kekuatan tarik cukup mudah dilakukan, namun penggunaan uji ini pada bahan yang menunjukkan kecenderungan mengalami deformasi plastis sebelum terjadi fraktur menghasilkan kesalahan dalam penentuan kekuatan tarik yang tinggi.5

2.2.5.2 Kekuatan Geser

Kekuatan geser adalah beban maksimal yang masih dapat ditahan oleh suatu bahan sebelum bahan itu fraktur ketika mendapatkan tekanan geser. Tekanan geser dapat dihasilkan dengan memberikan gerak memutar atau memilin pada suatu bahan. Kekuatan geser menjadi sangat penting ketika meneliti hubungan antara dua bahan misalnya keramik dengan logam atau implan dengan jaringan mulut.5,39

Salah satu metode untuk mengukur kekuatan geser suatu bahan kedokteran gigi adalah dengan metode pukulan dimana beban aksial diberikan untuk mendorong bahan yang satu ke bahan yang lain. Menurut Jhon dkk (2006), besar kekuatan geser basis gigitiruan resin akrilik adalah sekitar 1244,05 Kg/cm2.39


(35)

Kekuatan fatique adalah ukuran kekuatan suatu bahan ketika bahan tersebut menerima beban yang diberikan secara berulang-ulang hingga dapat menyebabkan fraktur pada bahan tersebut. Kekuatan fatique diuji di laboratorium dengan cara memberi sebanyak-banyaknya gerakan menekuk atau memilin terhadap suatu sampel dan menghitung jumlah putaran (N) yang dapat diterima oleh bahan tersebut pada besar stress (S) yang diketahui.2

Basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas di dalam mulut menerima beban pengunyahan secara berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan kelelahan pada basis hingga menyebabkan fraktur.20

2.2.5.4 Kekuatan Impak

Kekuatan impak adalah ukuran kekuatan dari suatu bahan ketika bahan tersebut patah akibat benturan yang terjadi secara tiba-tiba misalnya pada basis gigitiruan resin akrilik yang fraktur apabila jatuh ke lantai.16,20 Kekuatan Impak dapat

diukur dengan dua tipe alat penguji kekuatan impak yaitu Charpy dan Izod. Pada alat penguji Charpy kedua ujung spesimen diikat dalam posisi horizontal, sedangkan pada alat Izod spesimen dipegang oleh alat hanya pada salah satu ujungnya dan spesimen diletakkan pada posisi vertikal.2

Pengukuran kekuatan impak dilakukan menggunakan sampel dengan ukuran tertentu yang diletakkan pada alat penguji kekuatan impak yang mempunyai lengan pemukul yang dapat diayun. Pemukul tersebut kemudian diayun hingga membentur dan mematahkan sampel. Hasil pengurangan amplitudo ayunan pemukul tersebut


(36)

diukur dan energi yang dibutuhkan untuk mematahkan bahan tersebut dapat dihitung.2

2.2.5.5 Kekuatan Transversal

Kekuatan transversal atau fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah benda berbentuk batang yang terdukung pada kedua ujungnya dan beban tersebut diberikan ditengah-tengahnya, selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Load (beban) yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus kekuatan transversal. Kekuatan transversal juga merupakan kombinasi dari kekuatan kompresi, kekuatan tarik dan kekuatan geser dimana uji kekuatan transversal sering digunakan untuk mengukur sifat mekanis dari suatu basis gigitiruan karena cukup mewakili tipe-tipe gaya yang terjadi selama proses pengunyahan.5,19,22

Perhitungan kekuatan transversal digunakan rumus:5 (Philips 2003)

3IP S =

2 bd2

Keterangan:

S = kekuatan transversal (kg/cm2)

I = jarak pendukung (cm) P = beban (kg)

b = lebar batang uji (cm) d = tebal batang uji (cm)


(37)

Nilai kekuatan transversal minimal suatu bahan basis gigitiruan adalah sekitar 652,618 Kg/cm2. Ozlem dkk (2008), dalam penelitiannya mencoba membandingkan

kekuatan transversal dari enam jenis resin akrilik yakni Meliodent HC (resin akrilik polimerisasi panas), Acron HC (resin akrilik polimerisasi panas), Lucitone 199 (resin akrilik polimerisasi panas high impact), Acron MC (resin akrilik pemanasan mikro),

Meliodent SC (resin akrilik swapolimerisasi) dan Triad VLC (resin polimerisasi

sinar). Didapatkan rata-rata nilai kekuatan transversal berturut turut adalah 1223,65 Kg/cm2, 1155,33 Kg/cm2, 1054,38 Kg/cm2, 1267,50 Kg/cm2, 863,08 Kg/cm2 dan

818,01 Kg/cm2.17 Hasil penelitian Lee dkk (2001), menyatakan kekuatan transversal

resin akrilik polimerisasi panas merek Vertex RS adalah 840,24 Kg/cm2.26 Vojvodic

dkk (2009), dalam penelitiannya menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek

Meliodent (Heraeus Kulzer, Hanau, Germany) dengan ketebalan basis 3 mm dengan

penambahan serat kaca berbentuk batang (StickTech Ltt., Turku, Finland) memperoleh kekuatan transversal sebesar 1371,68 Kg/cm2.25 Haslinda (1996) dalam

penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada resin akrilik polimerisasi panas menggunakan pemanasan air dengan pemanasan menggunakan gelombang mikro.22

2.3 Usaha Penanggulangan Fraktur

Kelemahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah mudah fraktur, oleh karena itu dilakukan usaha penanggulangan dengan mempertebal basis gigitiruan dan menambahkan serat kaca.


(38)

2.3.1 Penambahan Ketebalan Basis Gigitiruan

Untuk mencegah terjadinya fraktur, kekuatan basis gigitiruan dapat ditingkatkan dengan menambah ketebalan basis gigitiruan. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Orsi IA (2004), menyatakan nilai kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan merek QC 20 dengan ketebalan 2,5 mm adalah 947,7 Kg/cm2.38 Menurut Tarik dkk (2009), basis gigitiruan resin akrilik yang lebih tebal

memiliki kekuatan transversal yang lebih besar sehingga dapat mencegah terjadinya fraktur. Pada penelitian tersebut, Tarik dkk membuat sampel dengan tiga ketebalan yang berbeda. Pada ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm, 3 mm berturut-turut dihasilkan kekuatan transversal sebesar 750 Kg/cm2, 821,38 Kg/cm2 dan 938,95 Kg/cm2.

Semakin tebal basis gigitiruan, semakin besar pula kekuatan transversalnya.23 Hasil

penelitian Ozlem dkk (2010), menyatakan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas merek Acron HC dengan ketebalan 3 mm adalah 1155,33 Kg/cm2.17 McCabe menyimpulkan kekuatan transversal yang biasanya menjadi

penyebab frakturnya basis gigitiruan sangat tergantung kepada derajat ketebalan suatu basis gigitiruan.18

Basis yang tebal menyebabkan perasaan tidak nyaman pada pasien, kesulitan berbicara dan keluhan karena gigitiruan yang digunakan berat.19,20 Menambah

ketebalan pada basis gigitiruan rahang atas dapat mengganggu pergerakan prosesus koronoideus selama pergerakan rahang bawah. Selain itu, mempertebal daerah palatal pada gigi anterior rahang atas dapat menyebabkan kesulitan mengucapkan huruf “S”.21 Dalam pembuatan gigitiruan, ketebalan basis berdasarkan anatomi rongga


(39)

tergantung kepada bentuk anatomi dan resorpsi linggir alveolaris. Menurut Kimura dkk, ketebalan basis gigitiruan pada daerah palatal dan bukal berkisar 1,5 milimeter sedangkan daerah alveolar berkisar 3-4,5 milimeter. Haslinda (1996) dalam penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang signifikan pada ketebalan 1,5 mm, 3 mm dan 4,5 mm.22

2.3.2 Penambahan Serat Kaca

2.3.2.1 Pengertian

Serat kaca adalah salah satu jenis serat yang dapat ditambahkan ke dalam resin akrilk untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik resin akrilik.13 Serat kaca

merupakan material yang terbuat dari serabut-serabut yang sangat halus dari kaca. Serat kaca dapat beradhesi dengan matriks polimer di dalam resin akrilik sehingga memiliki kekuatan ikatan yang baik dengan resin akrilik, oleh karena itu serat kaca menjadi pilihan untuk ditambahkan ke dalam resin akrilik sebagai bahan penguat.28

John dkk (1996), menyatakan resin akrilik yang ditambahkan serat kaca menghasilkan peningkatan kekuatan transversal. Valitu PK (1994), menyatakan modulus elastisitas yang dihasilkan oleh serat kaca sangat tinggi, hampir seluruh tekanan diterima oleh serat kaca tidak menimbulkan perubahan bentuk atau pembengkokan.12 Serat kaca juga dapat mengasorbsi energi secara merata pada basis

gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca.40

2.3.2.2 Komposisi

Serat kaca mengandung komposisi sebagai berikut:38


(40)

- Al2O3 : 14,8 % - K20 : 0,2 %

- B2O3 : 7,3 % - Na2O3, Fe2O3, F2: 0,3 % - MgO : 3,3 %

Komposisi utama serat kaca adalah silikon oksida (SiO2) yang memiliki sifat kaku sehingga dapat berfungsi sebagai penguat. Konsentrasi serat kaca yang ditambahkan pada resin akrilk juga dapat mempengaruhi kekuatan resin tersebut. Kekuatan transversal basis gigitiruan akan lebih baik jika ditambahkan serat kaca sebesar 1 %. Konsentrasi serat kaca yang tinggi akan bertindak sebagai benda asing di dalam polimer dan mengganggu kehomogenan matriks resin sehingga dapat melemahkan resin akrilik. Stipho dkk (1998), menyimpulkan bahwa penambahan serat kaca pada bahan basis gigitiruan sebesar 1 % dapat meningkatkan kekuatan transversal basis gigitiruan tetapi bila konsentrasi yang diberikan lebih dari 1 % dapat melemahkan kekuatan transversal basis gigitiruan. Konsentrasi serat kaca yang tinggi pada basis gigitiruan menyebabkan serat kaca menggumpal di berberapa bagian sehingga porositas meningkat.35,40

2.3.2.3 Bentuk-bentuk

Serat kaca mempunyai beberapa bentuk diantaranya adalah bentuk batang, anyaman dan potongan kecil.


(41)

Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serat kaca continuous unidirectional yang terdiri atas 1.000 – 200.000 serabut serat kaca dan diameternya adalah 3 – 25

μm.34

Beberapa penelitian menyatakan bahwa penggabungan serat kaca pada bahan basis gigitiruan resin akrilik akan meningkatkan kekuatan basis gigitiruan, tetapi terdapat beberapa kekurangan yaitu penanganan yang lebih sulit dan penyerapan serat dengan resin akrilik tidak adekuat.26,34

Gambar 1. Serat kaca bentuk batang34

2.3.2.3.2 Anyaman

Serat kaca berbentuk anyaman sesuai sebagai bahan penguat karena bentuk ini memiliki ukuran yang bervariasi. Serat ini memiliki ketebalan 0,005 mm dan lebih mudah untuk dibasahi monomer. Serat kaca bentuk anyaman dapat digunakan untuk mereparasi basis gigitiruan. Hasil peneltian Uzun dkk (1999), menyatakan bahwa serat kaca berbentuk anyaman yang ditambahkan pada bahan basis gigitiruan dapat


(42)

meningkatkan kekuatan impak dan kekuatan transversal. Namun serat ini juga memiliki kekurangan yaitu penempatannya pada mold lebih sulit dan cenderung mengalami perubahan dimensi yang besar.26,27

Gambar 2. Serat kaca bentuk anyaman26

2.3.2.3.3 Potongan Kecil

Penggunaan serat kaca berbentuk potongan kecil telah banyak dilakukan dalam beberapa penelitian. Serat kaca bentuk ini memiliki banyak kelebihan diantaranya lebih mudah digunakan di klinik. Hal ini disebabkan proses pencampuran antara serat kaca dan resin yang lebih sederhana serta ukuran serat yang kecil memudahkan untuk dimanipulasi dan dimasukkan ke dalam adonan resin akrilik. IH Tacir dkk (2006) dan Rinda M dkk (2006), menyatakan resin akrilik yang ditambahkan serat kaca memiliki kekuatan transversal yang secara signifikan lebih besar daripada resin akrilik yang tidak ditambahkan serat kaca.23,28 Lee (2001) dalam

penelitiannya menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek vertex dengan ketebalan basis 3 mm dengan penambahan serat kaca potongan kecil sepanjang 3 mm


(43)

sebanyak 1 %, 3 %, 6 % dan 9 % berat menghasilkan kekuatan transversal berturut-turut 825,97 Kg/cm2, 856,56 Kg/cm2, 948,33 Kg/cm2 dan 987,08 Kg/cm2. Kemudian

dengan menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek vertex dengan penambahan serat kaca potongan kecil sepanjang 6 mm sebanyak 1 %, 3 %, 6 % dan 9 % berat menghasilkan kekuatan transversal berturut-turut 806,59 Kg/cm2, 839,22

Kg/cm2, 999,32 Kg/cm2 dan 819,85 Kg/cm2.26 Stipho (1998) menyatakan bahwa

kekuatan transversal tertinggi diperoleh dari penambahan serat kaca 1 % dari total berat polimer dan monomer.35,40

Gambar 3. Serat kaca bentuk potongan kecil23

Penambahan serat kaca ke dalam resin akrilik sering menimbulkan kesulitan dalam hal penyatuan serat ke dalam matriks polimer, tetapi masalah ini diatasi dengan mengubah viskositas campuran antara resin akrilik dan serat kaca dengan cara


(44)

meningkatkan kandungan monomer ke dalam campuran sehingga serat lebih mudah meresap ke dalam resin akrilik.36 Salah satu cara penambahan serat kaca bentuk

potongan kecil ke dalam resin akrilik polimerisasi panas adalah dengan merendam serat kaca yang akan digunakan ke dalam sejumlah monomer selama beberapa menit untuk meningkatkan penyatuannya ke dalam resin akrilik. Serat kaca kemudian dikeluarkan dari monomer dan ditiriskan. Serat kaca kemudian dimasukkan ke dalam campuran resin akrilik dan diaduk sampai merata, setelah mancapai fase dough campuran dimasukkan ke dalam mold.23 Sanjiv dkk (2008) dalam penelitiannya

menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek DPI dengan ketebalan 3 mm dengan penambahan serat kaca (Voltas Ltd., Pune, India) berbentuk potongan kecil sepanjang 5 mm yang terlebih dahulu direndam di dalam silane coupling agent dimana berat serat kaca yang digunakan sebanyak 2 % berat satu sampel menghasilkan kekuatan transversal yang jauh lebih besar dari resin akrilik polimerisasi panas dengan serat kaca yang hanya direndam dalam larutan monomer.

Silane coupling agent secara kimia mengikat serat kaca dan resin matriks jauh lebih

kuat daripada merendam serat kaca yang akan digunakan ke dalam sejumlah monomer selama beberapa menit.12

BAB 3


(45)

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris, yaitu penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Korelasi sebab akibat ini dipelajari dengan memberikan perlakuan atau manipulasi pada subjek penelitian, untuk kemudian dipelajari efek perlakuan tersebut.30

3.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah batang uji resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah dan yang tidak ditambah serat kaca dengan tiga ukuran ketebalan yang berbeda-beda, yakni 65 mm x 10 mm x 1,5 mm, 65 mm x 10 mm x 2,5 mm dan 65 mm x 10 mm x 3 mm.18 Ketebalan spesimen standard suatu basis gigitiruan menurut

ADA Specification adalah 2,5 milimeter.29

65 mm x 10mm x 1,5 mm 65 mm x 10mm x 2,5 mm

65 mm x 10mm x 3 mm

Gambar 4. Ukuran batang uji

3.3 Besar Sampel

Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai berikut:


(46)

(t-1) (r-1) ≥ 1530 Keterangan:

t : Jumlah perlakuan r : Jumlah ulangan

Dalam penelitian ini digunakan t = 3 dan terdapat enam kelompok sampel, maka jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

(3– 1 ) (r – 1) ≥ 15 2 ( r – 1)≥15 2r –2 ≥ 15

2r ≥ 15 + 2 5r ≥ 17 r ≥ 8,5

r = 9

Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 9 maka jumlah keseluruhan sampel adalah 54 sampel.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel bebas: Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan

basis 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan dan tanpa penambahan serat kaca.

3.4.2 Variabel Terikat: Kekuatan transversal

3.4.3 Variabel Terkendali

1. Bentuk, ukuran , konsentrasi dan teknik penambahan serat kaca 2. Jenis resin akrilik polimerisasi panas


(47)

3. Ukuran batang uji dengan tiga ketebalan yang berbeda 4. Perbandingan adonan resin akrilik

5. Perbandingan adonan gips 6. Waktu pengadukan gips

7. Proses kuring resin akrilik polimerisasi panas 8. Tekanan press hidrolik

9. Suhu dan waktu perendaman sampel

3.5 Defenisi operasional

1. Kekuatan transversal: kombinasi dari kekuatan kompresi, kekuatan tarik dan kekuatan geser.

2. Serat kaca yang digunakan adalah sebanyak 1 % dari total berat polimer dan monomer.

3. Bentuk, ukuran dan berat serat kaca yang ditambahkan adalah merek

Juneng, Taiwan Glass berbentuk potongan kecil yang dipotong-potong menjadi 5

mm.23 Cara perhitungan berat serat kaca untuk satu buah sampel:

Ketebalan

Sampel Berat Polimer Monomer Total Berat Serat Kaca 1%

1,5 mm 1,8 gr 0,9 ml 2,7 gr 0,027 gr

2,5 mm 3 gr 1,5 ml 4,5 gr 0,045 gr

3 mm 3,6 gr 1,8 ml 5,4 gr 0,054 gr

4. Teknik penambahan serat kaca: serat kaca direndam terlebih dahulu di dalam monomer selama 10 menit kemudian ditiriskan. Setelah itu polimer, monomer dan serat kaca dicampurkan hingga homogen.22


(48)

5. Jenis resin akrilik: resin akrilik polimerisasi panas dengan proses polimerisasi yang dilakukan dengan pemanasan air merek QC-20(England).

6. Perbandingan adonan gips: perbandingan gips dan air pada kuvet bawah 300 gr : 100 ml dan kuvet atas 250 gr : 150 ml

7. Perbandingan adonan resin akrilik : perbandingan polimer dan monomer yang dipakai untuk ketebalan 1,5 mm adalah 1,8 gr : 0,9 ml, untuk ketebalan 2,5 mm 3 gr : 1,5 ml dan untuk ketebalan 3 mm 3,6 gr : 1,8 ml.

8. Waktu pengadukan gips: adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik hingga homogen kemudian dengan vacum mixer selama 30 detik.

9. Proses kuring dilakukan dengan pemanasan air menggunakan waterbath mulai suhu 70 ˚C selama 30 menit suhu dinaikkan menjadi 100 ˚C dibiarkan selama 90 menit.

10. Tekanan press hidrolik untuk mengepres kuvet dilakukan dengan tekanan sebesar 1000 psi dan 2200 psi.

11. Suhu dan waktu perendaman sampel: Sampel direndam dalam larutan akuades selama 48 jam dengan suhu ruangan.

12. Ukuran batang uji dengan tiga ketebalan yang berbeda: 65 mm x 10 mm x 1,5 mm, 65 mm x 10 mm x 2,5 mm, 65 mm x 10 mm x 3 mm dimana model induk dibuat dari logam.

3.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

3.6.1 Waktu Penelitian


(49)

3.6.2 Lokasi Penelitian

a. Tempat pembuatan Sampel :

1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU 2. Laboratorium Prostodonsia FKG USU b. Tempat Pengujian Sampel :

1. Laboratorium Penelitian FMIPA USU

3.7 Bahan dan Alat Penelitian

3.7.1 Bahan Penelitian

a. Resin akrilik polimerisasi panas (QC-20, England)

b. Serat kaca berbentuk potongan kecil dengan ukuran 5 mm (Juneng, Taiwan

Glass)

c. Vaselin

d. Plastik selopan

e. Gips keras (Moldano, China) f. Could mould seal (QC-20, England) g. Akuades

h. Air

3.7.2 Alat Penelitian

a. Model induk dari logam ukuran : 65 mm x 10 mm x 1,5 mm, 65 mm x 10 mm x 2,5 mm, 65 mm x 10 mm x 3 mm, masing-masing tiga buah.18


(50)

b. Alat uji kekuatan transversal Torsee’s Electronic System Universal Testing

Machine (2tf ‘Senstar’, SC-2-DE Tokyo – Japan)

c. Timbangan digital (Sartorius AG Gontingen, Germany) d. Mangkuk karet dan spatula

e. Vibrator (Pulsar-2, Italy) (Gambar 5) f. Pot porselen, pipet dan gelas ukur g. Press hidrolik (OL 57 Manfredi, Italy) h. Kuvet (Smic, China)

i. Kamera digital (Samsung)

j. Sarung tangan (Prestige, Indonesia) k. Masker

l. Kertas amplas no. 600 (Atlas Brand, England) m. Waterbath (Gambar 6)

n. Vacum mixer (Manfredi,Italy)


(51)

Gambar 6. Waterbath (Filli

Manfredi, Italia)

3.8 Cara Penelitian

3.8.1 Pembuatan Sampel

Sampel yang dibuat terdiri dari enam kelompok, yaitu kelompok sampel resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca sebanyak tiga kelompok (Kelompok A, B dan C) dimana setiap kelompok mempunyai ketebalan berbeda yaitu: 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm. Tiga kelompok sampel berikutnya ( Kelompok D,


(52)

E dan F) merupakan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca dengan ketebalan yang berbeda juga yaitu: 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm.

3.8.1.1 Pembuatan Sampel Kelompok A

3.8.1.1.1 Pembuatan Mold

a. Membuat adonan gips dengan air dengan perbandingan 300 gr gips keras : 100 ml air untuk pengisian satu kuvet bawah.

b. Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik, kemudian dengan vacum

mixer 30 detik.

c. Adonan dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas vibrator.

d. Model induk dari logam dengan ukuran 65 mm x 10mm x 1,5 mm dibenamkan pada kuvet bawah sampai setinggi permukaan adonan gips keras, satu kuvet berisi tiga buah model induk. (Gambar 7)

e. Setelah agak mengeras lalu gips dirapikan dan didiamkan sampai mengeras selama 60 menit.

f. Permukaan gips diolesi dengan vaselin dan kuvet atas disatukan dengan kuvet bawah kemudian diisi adonan gips (perbandingan gips dan air 250 gr : 150 ml) di atas vibrator dan dipress.

g. Setelah gips pada kuvet atas mengeras, kuvet dibuka, model induk diangkat dan disiram air panas sampai bersih. (Gambar 8)


(53)

h. Setelah kering, permukaan gips pada kuvet bawah dan kuvet atas diolesi dengan could mould seal dan ditunggu selama 20 menit (sesuai petunjuk pabrik). (Gambar 9)

Gambar 7. Penanaman model induk(65 mm x 10 mm x 1,5 mm) pada kuvet bawah


(54)

Gambar 8. Mold

Gambar 9. Mold yang telah diolesi could


(55)

3.8.1.1.2 Pengisian Akrilik pada Mold

a. Polimer dicampurkan ke dalam monomer yang telah disiapkan di dalam pot porselen dengan perbandingan 5,4 gram bubuk : 2,7 ml cairan (untuk tiga buah sampel), lalu diaduk perlahan-lahan.

b. Setelah adonan mencapai fase dough kemudian adonan dimasukkan ke dalam mold.

c. Kuvet ditutup, sebelumnya resin akrilik ditutup dengan plastik selopan dan ditekan perlahan-lahan dengan hidrolik press, kuvet dibuka kembali dan kelebihan akrilik dipotong dengan lekron (Gambar 10), kemudian kuvet ditutup kembali, dilakukan penekanan dengan tekanan 2200 psi, prosedur diulang tiga kali kemudian plastik selopan dilepas kemudian baut dipasang dan dibiarkan selama15 menit (aturan pabrik).

Gambar 10. Kuvet dibuka kembali dan kelebi- han akrilik dipotong dengan lekron


(56)

3.8.1.1.3 Kuring

Waterbath yang akan digunakan untuk melakukan kuring diisi air kemudian

suhu dan waktu diatur, pada tahap I suhu dipertahankan 70 o C selama 30 menit, tahap

II suhu dinaikkan menjadi 100o C dan dipertahankan selama 90 menit. Setelah itu

pelan-pelan diturunkan hingga sama dengan suhu ruangan. 31

3.8.1.1.4 Penyelesaian

Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu kelebihan akrilik dibuang dan dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dan dihaluskan dengan kertas amplas nomor 600 sampai diperoleh ukuran yang diinginkan 65 mm x 10 mm x 1,5 mm. (Gambar 11)

Gambar 11. Sampel Kelompok A Resin Akrilik Polimerisasi Panas

3.8.1.2 Pembuatan Sampel Kelompok B dan C.

Prosedur pembuatan sampel kelompok B dan C sama dengan prosedur pembuatan kelompok A tapi ketebalan model induk dan perbandingan berat polimer


(57)

dan monomernya berbeda. Untuk kelompok B digunakan ketebalan model induk 2,5 mm dan perbandingan berat polimer dan monomer untuk tiga buah sampel adalah 9 gr : 4,5 ml. Untuk kelompok C digunakan ketebalan model induk 3 mm dan perbandingan berat polimer dan monomer untuk tiga buah sampel adalah 10,8 gr : 5,4 ml.

3.8.1.3 Pembuatan Sampel Kelompk D, E dan F

Prosedur pembuatan sampel kelompok D sama dengan prosedur pembuatan kelompok A tapi dilakukan penambahan serat kaca sewaktu mencampur monomer dengan polimer resin akrilik. Serat kaca dipotong-potong dengan ukuran 5 mm. Serat kaca direndam di dalam monomer selama 10 menit di dalam pot porselen kemudian ditiriskan. Polimer, monomer dan serat kaca untuk tiga buah sampel dicampurkan dengan perbandingan berat 5,4 gr : 2,7 ml : 0,081 gr, lalu diaduk perlahan-lahan. Seterusnya pembuatan sampel kelompok D sama dengan kelompok A.

Prosedur Pembuatan sampel kelompok E dan F sama dengan prosedur pembuatan sampel kelompok D tetapi ketebalan model induk dan perbandingan berat polimer, monomernya dan serat kaca berbeda. Untuk kelompok E digunakan ketebalan model induk 2,5 mm dan perbandingan berat polimer, monomer dan serat kaca untuk tiga buah sampel adalah 9 gr : 4,5 ml : 0,135 gr. Untuk kelompok F digunakan ketebalan model induk 3 mm dan perbandingan berat polimer, monomer dan serat kaca untuk tiga buah sampel adalah 10,8 gr : 5,4 ml : 0,162 gr.


(58)

3.8.2 Penentuan Kekuatan Transversal

Pengukuran kekuatan transversal dilakukan dengan menggunakan alat

Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine (2tf ‘Senstar’, SC-2-DE Tokyo – Japan) (Gambar 12) dengan kelajuan tekan 1/10 mm per detik. Jarak antara kedua

penyangga adalah 50 mm. Sebelum dilakukan tes, sampel direndam dalam akuades selama 48 jam. Batang uji diberi nomor pada kedua ujungnya dan garis pada bagian tengah serta ditempatkan pada alat sedemikian rupa, sehingga alat menekan batang uji tepat pada garis tersebut hingga fraktur (Gambar 13).

Cara perhitungan kekuatan transversal digunakan rumus: 5

3IP S =

2 bd2

Keterangan:

S = kekuatan transversal (kg/cm2)

I = jarak pendukung (cm) P = beban (kg)

b = lebar batang uji (cm) d = tebal batang uji (cm)


(59)

Gambar 12. Alat Uji Kekuatan Transversal (Torsee’s Electronic System

Universal Testing Machine Japan)

Gambar13. Alat menekan tepat pada bagian tengah sampel


(60)

Untuk melihat adanya perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan dan tanpa penambahan serat kaca, data dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Untuk melihat adanya perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca, data dianalisis menggunakan uji-t independen.30

BAB 4


(61)

4.1 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa Penambahan Serat Kaca

Kekuatan transversal diuji dengan memberikan beban di tengah-tengah batang uji yang tertumpu pada masing-masing sisi yang menyebabkan patahnya batang uji resin akrilik polimerisasi panas dengan menggunakan alat penguji kekuatan transversal dan dinyatakan dengan satuan Kg/cm2. Kekuatan transversal kelompok A

(resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 1,5 mm tanpa penambahan serat kaca) yang terkecil adalah 642,867 Kg/cm2, terbesar adalah 866,800 Kg/cm2, serta

rerata ± SD adalah 739,33 ± 67,88 Kg/cm2. Kekuatan transversal kelompok B (resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 2,5 mm tanpa penambahan serat kaca) yang terkecil adalah 854,376 Kg/cm2, terbesar adalah 989,064 Kg/cm2 serta rerata ±

SD 918,00 ± 51,64 Kg/cm2. Kekuatan transversal kelompok C (resin akrilik

polimerisasi panas dengan ketebalan 3 mm tanpa penambahan serat kaca) yang terkecil adalah 1003,216 Kg/cm2, terbesar adalah 1092,533 Kg/cm2 serta rerata ± SD

1030,93 ± 36,20 Kg/cm2. Kekuatan transversal pada kelompok C lebih besar dari

kelompok A dan kelompok B, hal ini menunjukkan kekuatan transversal tertinggi terdapat pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 3 mm tanpa penambahan serat kaca. Berdasarkan hasil yang diperoleh terlihat semakin tebal resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca, semakin besar kekuatan transversalnya. (Tabel 1)

Tabel 1. KEKUATAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DENGAN KETEBALAN 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA


(62)

No.

Kelompok A Kelompok B Kelompok C

Beban (kg)

Kekuatan Transversal

(kg/cm2)

Beban (kg)

Kekuatan Transversal

(kg/cm2)

Beban (kg)

Kekuatan Tranversal

(kg/cm2) 1. 2,184 728,200 8,184 982,152 12,048 1004,050 2. 2,112 704,067 7,389 886,704 12,344 1028,700 3. 1,928 642,867** 7,970 956,448 13,021 1085,133 4. 2,249 749,800 7,857 942,936 12,049 1004,133 5. 2,342 780,867 7,398 887,808 12,048 1004,05 6. 1,987 662,533 7,566 908,016 13,110 1092,533* 7. 2,357 785,933 7,119 854,376** 12,038 1003,216** 8. 2.600 866,800* 7,120 854,496 13,580 1048,350 9. 2,198 732,930 8,242 989,064* 12,098 1008,216

X = 739,33 SD= 67,88

X = 918 SD= 51,64

X = 1030,93 SD= 36,20

Kel. A : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 1,5 mm tanpa penambahan serat kaca

Kel. B : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 2,5 mm tanpa penambahan serat kaca

Kel. C : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 3 mm tanpa penambahan serat kaca

* Nilai Terbesar ** Nilai Tekecil

4.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan Penambahan Serat Kaca

Kekuatan transversal kelompok D (resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 1,5 mm dengan penambahan serat kaca) yang terkecil adalah 804,533 Kg/cm2, terbesar adalah 1203,467 Kg/cm2, serta rerata ± SD adalah 931,14 ± 125,93


(63)

ketebalan 2,5 mm dengan penambahan serat kaca) yang terkecil adalah 920,304 Kg/cm2, terbesar adalah 1080,000 Kg/cm2 serta rerata ± SD 995,58 ± 61,35 Kg/cm2.

Kekuatan transversal kelompok F (resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 3 mm dengan penambahan serat kaca) yang terkecil adalah 1019,133 Kg/cm2,

terbesar adalah 1230,183 Kg/cm2 serta rerata ± SD 1144,75 ± 68,96 Kg/cm2.

Kekuatan transversal pada kelompok F paling besar dibandingkan dengan kelompok D dan E. Berdasarkan hasil yang diperoleh terlihat semakin tebal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca maka semakin besar kekuatan transversalnya. (Tabel 2)

Tabel 2. KEKUATAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DENGAN KETEBALAN 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm DENGAN PENAMBAHAN SERAT KACA


(64)

No.

Kelompok D Kelompok E Kelompok F

Beban (kg)

Kekuatan Tranversal

(kg/cm2)

Beban (kg)

Kekuatan Tranversal

(kg/cm2)

Beban (kg)

Kekuatan Tranversal

(kg/cm2) 1. 2,648 882,733 7,789 934,728 14,762 1230,183* 2. 2.428 809,600 8,872 1064,664 14,199 1183,316 3. 3,000 1000,000 9,000 1080,000* 14,576 1214,700 4. 3,065 1021,800 8,245 989,472 13,549 1129,100 5. 2,413 804,533** 8,768 1052,208 14,348 1195,741 6. 2,716 904,467 7,948 953,856 13,519 1126,650 7. 3,610 1203,467* 8,537 1024,464 12,229 1019,133** 8. 2,628 876,267 7,837 940,536 12,867 1072,316 9. 2,632 877,467 7,669 920,304** 13,579 1131,616

X = 931,14 SD= 125,93

X = 995,58 SD= 61,35

X = 1144,75 SD= 68,96

Kel.D : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 1,5 mm dengan penambahan serat kaca

Kel E : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 2,5 mm dengan penambahan serat kaca

Kel. F : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 3 mm dengan penambahan serat kaca

* Nilai Terbesar ** Nilai Tekecil

4.3 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa Penambahan Serat Kaca

Perbedaan kekuatan transversal RAPP dengan ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa penambahan serat kaca dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum pengujian ANOVA, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil


(65)

uji homogenitas diperoleh nilai 1,180 dengan tingkat signifikansi p = 0,324 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen.

Hasil uji ANOVA diperoleh signifikansi p = 0,001 (p < 0,05), hal ini menunjukkan adanya perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca. (Tabel 3)

Tabel 3. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA KEKUATAN TRANSVERSAL RAPP DENGAN KETEBALAN YANG BERBEDA TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between

Groups 389114,6 2 194557,322 67,975 0,001*

Within Groups 68692,125 24 2862,172

Total 457806,8 26

* : Signifikan

4.4 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan Penambahan Serat Kaca

Perbedaan kekuatan transversal RAPP dengan ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan penambahan serat kaca dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum pengujian ANOVA, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh nilai 2,133 dengan tingkat signifikansi p = 0,140 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen.


(66)

Hasil uji ANOVA diperoleh signifikansi p = 0,001 (p < 0,05), hal ini menunjukkan adanya perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat kaca. (Tabel 4)

Tabel 4. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA KEKUATAN TRANSVERSAL RAPP DENGAN KETEBALAN YANG BERBEDA DENGAN PENAMBAHAN SERAT KACA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between

Groups 216087,1 2 108043,559 13,295 0,001*

Within Groups 195039,2 24 8126,632

Total 411126,3 26

* : Signifikan

4.5 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan yang Sama dengan dan tanpa Penambahan Serat Kaca

Perbedaan kekuatan transversal resin akrilk polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca diperoleh dengan analisis secara statistik dengan uji-t indpenden (Tabel 5). Pada ketebalan 1,5 mm, diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05), maka hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan kekuatan transversal yang signifikan antara resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 1,5 mm dengan dan tanpa penambahan serat kaca.


(67)

Pada ketebalan 2,5 mm, diperoleh nilai p = 0,010 (p < 0,05), maka terdapat perbedaan kekuatan transversal yang signifikan antara resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 2,5 mm dengan dan tanpa penambahan serat kaca.

Pada ketebalan 3 mm, diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05), maka hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan kekuatan transversal yang signifikan antara resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 3 mm dengan dan tanpa penambahan serat kaca. (Tabel 5)

Tabel 5. HASIL UJI-t PADA KEKUATAN TRANSVERSAL RAPP DENGAN KETEBALAN YANG SAMA DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA

Resin Akrilik

Ketebalan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

1,5 mm 2,5 mm 3 mm

RAPP dengan Penambahan Serat

Kaca

931,14±125,93 995,58±61,35 1144,75±68,96

RAPP tanpa Penambahan Serat

Kaca

739,33±67,88 918±51,64 1030,93±36,20

p 0,001* 0,010* 0,001*


(68)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris, yaitu penelitian yang dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Korelasi sebab akibat ini dipelajari dengan memberikan perlakuan atau manipulasi pada subjek penelitian, untuk kemudian dipelajari efek perlakuan tersebut.Penelitian ini menyelidiki kemungkinan adanya pengaruh antara beberapa kelompok eksperimen dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.30

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa Penambahan Serat Kaca

Pada tabel 1 terlihat bahwa kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) dengan ketebalan 1,5 mm tanpa penambahan serat kaca (Kelompok A) adalah 642,867 Kg/cm2, terbesar adalah 866,800 Kg/cm2, kekuatan

transversal terkecil kelompok RAPP dengan ketebalan 2,5 mm (-) SK (Kelompok B) adalah 854,376 Kg/cm2, terbesar adalah 989,064 Kg/cm2 dan kekuatan transversal

terkecil RAPP dengan ketebalan 3 mm (-) SK (Kelompok C) adalah 1003,216 Kg/cm2, terbesar adalah 1092,533 Kg/cm2. Kekuatan transversal yang bervariasi pada


(69)

setiap sampel kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak dapat dikendalikan pada proses pembuatan sampel selama penelitian berlangsung antara lain kandungan monomer sisa, teknik pengadukan yang manual dan teknik pemolesan.28

Pada penelitian ini diperoleh nilai rerata kekuatan transversal pada kelompok A adalah 739,33 ± 67,88 Kg/cm2, kelompok B adalah 918 ± 51,64 Kg/cm2 dan

kelompok C adalah 1030,93 ± 36,20 Kg/cm2. Nilai kekuatan transversal minimal

suatu bahan basis gigitiruan adalah sekitar 652,618 Kg/cm2. Nilai kekuatan

transversal yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi dari nilai kekuatan transversal minimal suatu bahan basis gigitiruan.

Hasil yang diperoleh kelompok basis gigitiruan dengan ketebalan 2,5 mm pada penelitian ini sama dengan hasil yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan Orsi IA (2004) yaitu nilai kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan merek QC 20 adalah 947,7 Kg/cm2.38 Hasil yang diperoleh kelompok C juga

sesuai dengan hasil penelitian Ozlem dkk (2010), yang menyatakan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas merek Acron HC dengan ketebalan 3 mm adalah 1155,33 Kg/cm2.17

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tarik (2009) menyatakan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm berturut-turut adalah 750 Kg/cm2, 821,38

Kg/cm2 dan 938,95 Kg/cm2.18 Menurut Tarik, mempertebal basis gigitiruan resin


(70)

basis menjadi 1,5 mm, kekuatan tranversal basis tersebut menjadi berkurang secara signifikan. Begitu juga dengan hasil penelitian ini, yang menunjukkan semakin tebal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas maka kekuatan transversal semakin meningkat.

5.2.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2, 5 mm dan 3 mm dengan Penambahan Serat Kaca

Pada tabel 2 terlihat bahwa kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) dengan ketebalan 1,5 mm dengan penambahan serat kaca (Kelompok D) adalah 804,533 Kg/cm2, terbesar adalah 1203,467 Kg/cm2, kekuatan

transversal terkecil kelompok RAPP dengan ketebalan 2,5 mm (+) SK (Kelompok E) adalah 920,304 Kg/cm2, terbesar adalah 1080,000 Kg/cm2 dan kekuatan transversal

terkecil RAPP dengan ketebalan 3 mm (+) SK (Kelompok F) adalah 1019,133 Kg/cm2, terbesar adalah 1230,183 Kg/cm2. Berdasarkan hasil tersebut terlihat

semakin tebal basis gigtiruan resin akrilik yang ditambah serat kaca maka kekuatan transversal semakin meningkat.

Pada penelitian ini diperoleh nilai rerata kekuatan transversal pada kelompok D adalah 931,14 ± 125,93 Kg/cm2, kelompok E adalah 995,58 ± 61,35 Kg/cm2 dan

kelompok F adalah 1144,75 ± 68,96 Kg/cm2.

Vojvodic dkk (2009), dalam penelitiannya menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek Meliodent (Heraeus Kulzer, Hanau, Germany) dengan ketebalan basis 3 mm dengan penambahan serat kaca berbentuk batang (StickTech

Ltt., Turku, Finland) memperoleh kekuatan transversal sebesar 1371,68 Kg/cm2.


(71)

disebakan oleh bentuk serat kaca yang digunakan berbeda.25 Hasil penelitian di atas

juga sejalan dengan Lee (2001), yang dalam penelitiannya menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek Vertex dengan ketebalan basis 3 mm dengan penambahan serat kaca potongan kecil sepanjang 3 mm sebanyak 1 %, 3 %, 6 % dan 9 % berat menghasilkan kekuatan transversal berturut-turut 825,97 Kg/cm2, 856,56 Kg/cm2,

948,33 Kg/cm2 dan 987,08 Kg/cm2 kemudian dalam penelitiannya dengan

menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek Vertex dengan penambahan serat kaca potongan kecil sepanjang 6 mm sebanyak 1 %, 3 %, 6 % dan 9 % berat menghasilkan kekuatan transversal berturut-turut 806,59 Kg/cm2, 839,22 Kg/cm2,

999,32 Kg/cm2 dan 819,85 Kg/cm2.26 Jumlah dan ukuran serat kaca yang digunakan

juga mempengaruhi kekuatan transversal.

5.2.3 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Serat Kaca dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 1 terlihat bahwa kelompok C memiliki nilai rerata kekuatan transversal terbesar (1030,93 ± 36,20 Kg/cm2)

dibandingkan dengan kelompok kelompok A (739,33 ± 67,88 Kg/cm2) dan kelompok

B (918,00 ± 51,64 Kg/cm2). Dari hasil uji statistik pada tabel 3 diperoleh signifikansi

p = 0,001 (p < 0,05) yang berarti ada perbedaan kekuatan transversal yang sig nifikan pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Tarik (2009) dengan menggunakan resin akrilik polimerisasi panas (Major Prodotti,


(72)

Italy) tanpa penambahahan serat kaca dengan tiga ketebalan yang berbeda yaitu 1,5

mm, 2,5 mm , 3 mm, menyatakan bahwa terdapat perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada ketiga ketebalan tersebut.18 Ketebalan 3 mm menghasilkan

kekuatan transversal yang paling besar. Semakin tebal basis gigitiruan, maka semakin besar kekuatan transversalnya sehingga dapat mencegah terjadinya fraktur. Hal ini disebabkan oleh basis gigitiruan yang lebih tebal mempunyai kekuatan yang lebih besar dan mampu mengurangi defleksi saat gaya diberikan. McCabe menyimpulkan kekuatan transversal yang biasanya menjadi penyebab frakturnya basis gigitiruan sangat tergantung kepada derajat ketebalan suatu basis gigitiruan.18 Haslinda (1996)

dalam penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang signifikan pada ketebalan sampel 1,5 mm, 3 mm dan 4,5.22

5.2.4 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan Penambahan Serat Kaca

Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tabel 2 terlihat bahwa kelompok F memiliki nilai rerata kekuatan transversal terbesar (1144,75 ± 68,96 Kg/cm2)

dibandingkan dengan kelompok D (931,14 ± 125,93 Kg/cm2) dan kelompok E

(995,58 ± 61,35 Kg/cm2). Hasil ini sesuai dengan kesimpulan McCabe yang

menyatakan derajat ketebalan suatu basis gigitiruan sangat mempengaruhi besar kekuatan transversal. Semakin tebal basis gigitiruan, semakin besar pula kekuatan transversal yang dihasilkan.18 Ketebalan basis gigitiruan 3 mm menghasilkan


(1)

2. Perlu dilakukan uji klinis dengan pengaplikasian penambahan serat kaca pada ketebalan basis yang minimal pada pasien yang selalu mengalami fraktur basis gigitiruan.


(2)

2. Combe EC. Sari Dental Material. Trans. Slamat Tarigan. Jakarta: Balai Pustaka, 1992: 277.

3. Wilson HJ, Mansfield MA, Health JR, Spence D. Dental materials 8th ed. Oxford: Blackwell Scientific Publication, 1987: 353-71.

4. Manappalil JJ. Basic dental materials 1st ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher, 1998:106.

5. Anusavice KJ. Philips buku ajar ilmu kedokteran gigi. Trans.Johan Suci Purwoko, Lilian Juwono, ed.10. Jakarta: EGC, 2003: 51, 197-207.

6. O’Brien WJ. Dental materials and their selection 3rd ed. Canada: Quintessence Publishing Co Inc, 2002: 77-84.

7. Zarb AG, Bolender CL, Eckert SE, et al. Prostodontic treatment for edentulous

patient 12th ed. India: Mosby, 2004:190-195.

8. Ferracane JL. Materials in dentistry 2nd ed. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins, 2001: 256.

9. Durkan R, Ozel MB, Bagis B, et al. In vitro comparison of autoclave

polymerization on the tranverse strength of denture base resins. Dent Materials J

2008; 27(4): 640-642.

10. Hirajima Y, Takahashi H, Minakuchi S. Influence of denture stengthener on the

deformation of a maxillary complete denture. Dent Materials J 2009 ;


(3)

11. David, Munadziroh E. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam

dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan klorhexidin. Surabaya: Bagian

ilmu material dan teknologi kedokteran gigi Universitas Airlangga: 1 .

12. Dagar SR, Pakhan AJ, Thombare RU, et al. The evaluation of flexural strength

and impact strength of heat polymerized polymethyl methacrylate denture base resin reinforced with glass and nylon fibers : An in vitro study. J Ind Pros Soc

2008, 8(2):98-105.

13. Jagger D, Harrison A. Complete denture-problem solving. London: British Dental Association, 1999: 9-10.

14. Khasawneh SF, Arab JM. A clinical study of complete denture fractures at four

military hospitals in Jordan. Amman-Jordan: Dental Depatment King Husein

Medical Center (KHMC), 2002.

15. Darbar UR, Huggett R, Harrison A. Denture fracture-a survey. Br Dent J 1994;176:342.

16. Cowles KR. Denture fracture and repairs.

November 2008).

17. Gurbuz O, Unalan F, Dikbas I. Comparison of transverse strength of six acrylic

denture resins. Turkey: University of Istanbul,2008: 21-24.

18. Bashi TK, Al-Nema LM. Evaluation of Some Mechanical Properties of Reinforced


(4)

19. Kortrakulkij K. Effect of denture cleanser on color stability and flexural strength

of denture base materials. Thesis: Mahidol University, 2008: 1.

20. Anderson JN. Applied Dental Material 4th ed. London: Blackwell Scientific Publication, 1972: 227.

21. Meng TR, Latta MA. Physical properties of four acrylic denture base resins. J of Contemporary Dent Practise 2005; 6(4).

22. Tamin HZ. Pengaruh ketebalan dan jenis resin akrilik heat cured basis gigitiruan

terhadap jumlah monomer sisa, porositas dan kekuatan transversa. M.S.Tesis.

Surabaya : Universitas Airlangga,1996: 59-60.

23. Tacir IH, Kama JD, Zortuk M, et al. Flexural properties of glass fibre reinforced

acrylic resin polymers. Australian Dent J 2006;51(1):52-56.

24. Vojdani M, Khaledi AAR. Tranverse strength of reinforced denture base resin

with metal wire and E-glass fibers. J of Dentistry Tehran of Medical Sciences

2006;3(4): 167-172.

25. Vojodic D, Komar D, Schauperl Z, et al. Influence of different glass fiber

reinforcement on denture base polymer strength (fiber reinforcements of dental polymer). Med Glas 2009; 6(2): 227-234.

26. Lee SI, Kim CW, KimYS. Effect of chopped glass fiber on the strength of

heat-cured PMMA resin. J Korean Acad Prosthodont 2001 ; 39(6) : 590-591,596.

27. Uzun G, Keyf F. Effect of woven, chopped and longitudinal glass fiber

reinforcement on the transverse strength of a repair resin. J Biomater appl 2001;


(5)

28. Mahalistiyanti, R. Ratwita, DF. Pengaruh bahan penguat serat gelas terhadap

kekuatan transversa lempeng akrilik. Majalah Imiah Kedokteran Gigi 2006;

21(4):141-5.

29. Revised American Dental Association. No.12. For Denture Base Polymers

(resins). 4th revision American Dental Association. 1976.

30. Sostroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta : Binarupa Aksara, 1995 : 55, 179-180.

31. Itjiningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepasan. Jakarta : EGC, 1997:147-67. 32. Craig RG, Powers JM, Wataha JC. Dental Material: properties and manipulation.

7th ed. India: Mosby, 2000: 264.

33. Mc Cabe JF. Anderson’s applied of dental materials. 6th ed. Oxford : Blackwell Scientific Publications, 1985 : 83-86 .

34. Obukuro M, Takahashi Y, Shimizu H. Effect of diameter of glass fibers on flexural

properties of fiber-reinforced composites. Dent Mater J 2008; 27(4): 541-8.

35. Stipho HD. Repair of acrylic resin denture base reinforced with glass fiber. J Prosthet Dent 1998; 80: 549.

36. Polat TN, Karacaer O, Tezvergil A, et al. Water sorbtion, solublity and

dimensional changes of denture base polymers reinforced with short glass fibers. J

Biomater Appl 2003; 17:321-35.

37. Hyer MW. Stress analysis of fiber-reinforces composite material. Singapore : McGraw Hill Book Co, 1998 : 19 .


(6)

38. Orsi IA, Andrade VG. Effect of chemical desinfectants on the transverse strength

of heat-polymerized acrylic resins submitted to mechanical and chemical polishing. J Prosthet Dent 2004;92:328-8.

39. Powers JM, Sakaguchi RL. Restorative dental materials.12th ed. Missouri:Mosby, 2006: 64-70.

40. Othmer, K. Encyclopedia of chemical technology. 7th ed. New York: John Wiley& Sons, 1992: 6-9