Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Dan Kekuatan Transversal

(1)

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN

AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM LARUTAN

PEMBERSIH PEROKSIDA ALKALI TERHADAP

PERUBAHAN DIMENSI DAN KEKUATAN

TRANSVERSAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

THINAGAN A/L RAJENDRAN NIM:110600156

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departmen Prostodonsia Tahun 2015

Thinagan A/L Rajendran

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Dan Kekuatan Transversal.

xiii + 84 halaman

Bahan basis gigitiruan yang sering digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan umumnya adalah resin akrilik polimerisasi panas karena estetis, harganya relatif murah dan mudah direparasi tetapi bahan ini memiliki beberapa kelemahan yaitu mudah mengalami perubahan dimensi dan kekuatan transversal yang rendah. Hal ini dapat menyebabkan basis mudah mengalami perubahan bentuk dan fraktur. Metode pembersihan dengan menggunakan larutan pembersih peroksida alkali merupakan metode yang sering digunakan untuk membersihkan musin, sisa makanan dan mikroorganisme pada basis gigitiruan. Pembersihan basis gigitiruan menggunakan larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit sudah cukup untuk memberikan efek pembersihan yang efektif. Pengunaan bahan pembersih peroksida alkali untuk jangka masa yang panjang dapat menyebabkan terjadinya perubahan dimensi dan penurunan kekuatan transversal pada basis gigitiruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan dimensi dan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dan pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam akuades (kontrol) dan larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratoris, sampel terbuat dari resin akrilik polimerisasi panas berbentuk batang uji berukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm. Jumlah sampel penelitian ini adalah 50 sampel dibagi menjadi 10 kelompok, yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 sampel. Analisis uni varian, digunakan untuk mengetahui nilai perubahan dimensi dan kekuatan transversal setiap kelompok.


(3)

Selanjutnya dilakukan uji t-independen untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal, lalu dilakukan uji Anova, untuk mengetahui pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal dan untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna antara kelompok perlakuan digunakan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan perubahan dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1 hari dengan p = 0,044, 3 hari dengan p = 0,043, 5 hari dengan p = 0,001, 7 hari dengan p = 0,001 dan 10 hari dengan p = 0,001. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1 hari dengan p = 0,044, 3 hari dengan p = 0,042, 5 hari dengan p = 0,040, 7 hari dengan p = 0,041 dan 10 hari dengan p = 0,001. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dengan nilai p = 0,001 dan terhadap kekuatan transversal dengan nilai p = 0,001. Perubahan dimensi yang terjadi pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam akuades selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3 hari dan larutan pembersih peroksida selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3 hari masih dalam batasan yang ditoleransi yaitu belum melebihi 0,290 mm dari ukuran awal sampel serta penurunan kekuatan transversal yang signifikan terjadi pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 10 hari.


(4)

PENYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 03 Agustus 2015

Pembimbing Tanda tangan

M. Zulkarnain, drg., M.Kes ... NIP. 19570919 198601 1 002


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 03 Agustus 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros ANGGOTA : 1. M. Zulkarnain, drg., M.Kes 2. Eddy Dahar, drg., M.Kes


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelaran Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang tua tercinta yaitu Ibunda (Valarmathi A/P Sinnappan) yang telah membesarkan serta kasih sayang yang tidak terbalas, doa, semangat dan dukungan baik moral maupun material kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan untuk kakak dan abang tercinta (Shalini Devi A/P Rajendran dan Kalai Kumar A/L Ponnusamy) yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat pengarahan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. M. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku pembimbing penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan, dorongan serta semangat kepada penulis selama penulisan skripsi hingga selesai.

2. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Syafrinani, drg, Sp.Pros(K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros(K) selaku Koordinator skripsi yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

5. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros selaku ketua tim penguji dan penasehat akademik, Eddy Dahar, drg., M.Kes dan Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc selaku anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan dam motivasi sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.

7. Hendri dan seluruh pimpinan serta karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

8. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil selaku pimpinan Laboratorium FMIPA USU dan Bang Aman atas bantuannya selama peneliti melakukan penelitian.

9. Safitri, selaku laboran pada Laboratorium Material Test Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan yang telah membantu dalam percobaan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

10. Maya Fitria, SKM., M. Kes selaku staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas bantuannya kepada penulis dalam analisis statistik.

11. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Dytha Debrina, Vandersun Lestari, Michiko, Augina Era Pangestika, Yunishara Pratiwi, Tiffany, Maria Lisna Rawaty S, Yulindia Pitri, Citra Purnamasari, Oktia Kiki Triana, Ribka Julia, Grace Asima Siahaan, Garry Beta Gunawan, Dina Fachriza, Rahmi Husni, Sarah Zulaikha, Lulu Fanty Caroline, Jefferson, Khairina Atyqa, Yoges, Jasmin Kaur, Khalilah, Tineshraj dan para senior PPDS Prostodonsia atas dukungan dan bantuannya selama pengerjaan skripsi

12. Sahabat-sahabat penulis: Grace Asima Siahaan, Dina Fachriza, Dytha Debrina, Yoges, Tineshraj, Jasmin Kaur, Khalilah dan teman - teman angkatan 2011 serta senior dan junior yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas bantuan, dukungan moral, dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini.


(8)

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 03 Agustus 2015

Penulis,

(Thinagan A/L Rajendran) NIM : 110600156


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Permasalahan ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.5.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Basis Gigitiruan ... 10

2.1.1 Pengertian ... 10

2.1.2 Persyaratan ... 10

2.1.3 Klasifikasi ... 11

2.1.3.1 Logam ... 12

2.1.3.2 Non-logam ... 13

2.2 Resin Akrilik... 13

2.2.1 Pengertian ... 13

2.2.2 Jenis Resin Akrilik ... 14

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 15

2.3.1 Komposisi ... 15

2.3.2 Manipulasi ... 16

2.3.3 Sifat ... 17

2.3.3.1 Sifat Fisis ... 17


(10)

2.3.3.3 Sifat Kemis ... 19

2.3.3.4 Sifat Mekanis ... 19

2.3.4 Keuntungan ... 20

2.3.5 Kerugian ... 21

2.4 Perubahan Dimensi ... 21

2.4.1 Pengertian ... 21

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Dimensi ... 22

2.4.3 Metode Pengukuran Perubahan Dimensi ... 22

2.5 Kekuatan Transversal ... 23

2.5.1 Pengertian ... 23

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Transversal ... 23

2.5.3 Metode Pengukuran Kekuatan Transversal ... 24

2.6 Bahan Pembersih Gigitiruan ... 24

2.6.1 Persyaratan ... 25

2.6.2 Metode Pembersihan Gigitiruan ... 25

2.6.2.1 Mekanis ... 25

2.6.2.2 Kemis ... 26

2.6.2.3 Kombinasi ... 28

2.6.3 Peroksida Alkali ... 28

2.6.3.1 Komposisi Peroksida Alkali ... 29

2.6.3.2 Mekanisme Kerja Peroksida Alkali... 30

2.6.3.3 Manfaat... 30

2.6.3.4 Kelebihan ... 31

2.6.3.5 Kekurangan ... 31

2.7 Mekanisme Larutan Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 31

2.8 Mekanisme Larutan Peroksida Alkali Terhadap Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 32

2.9 Kerangka Teori ... 34

2.10 Kerangka Konsep ... 35

2.11 Hipotesis Penelitian ... 36

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ... 37

3.1 Rancangan Penelitian ... 37

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 37

3.2.1 Sampel Penelitian ... 37

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 37

3.3 Variabel Penelitian ... 38

3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 38

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 38

3.3.1.2 Variabel Terikat ... 38


(11)

3.3.2 Definisi Operasional ... 39

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel ... 41

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel ... 41

3.4.3 Waktu Penelitian... 41

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 41

3.5.1 Alat Penelitian ... 41

3.5.1.1 Alat yang Digunakan Untuk Menghasilkan Sampel ... 41

3.5.1.2 Alat yang Digunakan Untuk Menguji Sampel ... 43

3.5.2 Bahan Penelitian ... 44

3.6 Cara Penelitian ... 45

3.6.1 Pembuatan Model Induk ... 45

3.6.2 Pembuatan Sampel Untuk Uji Perubahan Dimensi dan Kekuatan Transversal ... 45

3.6.3 Perendaman Sampel ... 48

3.6.4 Pengukuran Perubahan Dimensi ... 49

3.6.5 Pengukuran Kekuatan Transversal ... 50

3.7 Kerangka Operasional Penelitian ... 52

3.8 Analisis Data ... 53

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 54

4.1 Perubahan Dimensi Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Direndam dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari ... 54

4.2 Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Direndam dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari ... 55

4.3 Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari Terhadap Perubahan Dimensi ... 57

4.4 Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari Terhadap Kekuatan Transversal ... 58

4.5 Pengaruh Frekuensi Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari Terhadap Perubahan Dimensi ... 59


(12)

4.6 Pengaruh Frekuensi Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Larutan Pembersih

Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu

1, 3, 5, 7 dan 10 hari Terhadap Kekuatan Transversal ... 60

BAB 5. PEMBAHASAN ... 62

5.1 Perubahan Dimensi Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Direndam dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari ... 62

5.2 Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Direndam dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari ... 66

5.3 Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari Terhadap Perubahan Dimensi ... 70

5.4 Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari Terhadap Kekuatan Transversal ... 71

5.5 Pengaruh Frekuensi Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari Terhadap Perubahan Dimensi ... 72

5.6 Pengaruh Frekuensi Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari Terhadap Kekuatan Transversal ... 73

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

6.1 Kesimpulan ... 76

6.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Definisi operasional variabel bebas ... 39 2 Definisi operasional variabel terikat ... 39 3 Definisi operasional variabel terkendali ... 40 4 Perubahan dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali

selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5 , 7 dan 10 hari... 55 5 Kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali

selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5 , 7 dan 10 hari... 56 6 Pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari

terhadap perubahan dimensi ... 57 7 Pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan10 hari

terhadap kekuatan transversal ... 58 8 Pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap

perubahan dimensi ... 60 9 Pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Basis gigitiruan resin akrilik ... 14

2 Ukuran sampel uji ... 37

3 Model induk ... 42

4 Pres hidrolik ... 42

5 Waterbath ... 43

6 Vibrator ... 43

7 Travelling microscope ... 43

8 Alat uji kekuatan tranversal ... 44

9 Model induk dari logam yang ditanam pada gips dalam kuvet ... 46

10 Polimer dan monomer diaduk ... 47

11 Sampel uji resin akrilik polimerisasi panas ... 48

12 Alat uji kekuatan transversal menekan tepat pada bagian tengah sampel uji ... 51


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Surat Izin Penelitian di Lab. UJI Dental FKG USU 2 Surat Surat Izin Penelitian di Lab. Penelitian PTKI 3 Surat Izin Penelitian di Lab. Penelitian FMIPA 4 Surat Keterangan Komisi Etik

5 Hasil Pengukuran Nilai Perubahan Dimensi

6 Surat Keterangan Selesai Penelitian Lab. Penelitian PTKI 7 Surat Keterangan Selesai Penelitian Lab. Penelitian FMIPA 8 Tabel Analisis Statistik


(16)

Fakultas Kedokteran Gigi Departmen Prostodonsia Tahun 2015

Thinagan A/L Rajendran

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Dan Kekuatan Transversal.

xiii + 84 halaman

Bahan basis gigitiruan yang sering digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan umumnya adalah resin akrilik polimerisasi panas karena estetis, harganya relatif murah dan mudah direparasi tetapi bahan ini memiliki beberapa kelemahan yaitu mudah mengalami perubahan dimensi dan kekuatan transversal yang rendah. Hal ini dapat menyebabkan basis mudah mengalami perubahan bentuk dan fraktur. Metode pembersihan dengan menggunakan larutan pembersih peroksida alkali merupakan metode yang sering digunakan untuk membersihkan musin, sisa makanan dan mikroorganisme pada basis gigitiruan. Pembersihan basis gigitiruan menggunakan larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit sudah cukup untuk memberikan efek pembersihan yang efektif. Pengunaan bahan pembersih peroksida alkali untuk jangka masa yang panjang dapat menyebabkan terjadinya perubahan dimensi dan penurunan kekuatan transversal pada basis gigitiruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan dimensi dan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dan pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam akuades (kontrol) dan larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratoris, sampel terbuat dari resin akrilik polimerisasi panas berbentuk batang uji berukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm. Jumlah sampel penelitian ini adalah 50 sampel dibagi menjadi 10 kelompok, yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 sampel. Analisis uni varian, digunakan untuk mengetahui nilai perubahan dimensi dan kekuatan transversal setiap kelompok.


(17)

Selanjutnya dilakukan uji t-independen untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal, lalu dilakukan uji Anova, untuk mengetahui pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal dan untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna antara kelompok perlakuan digunakan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan perubahan dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1 hari dengan p = 0,044, 3 hari dengan p = 0,043, 5 hari dengan p = 0,001, 7 hari dengan p = 0,001 dan 10 hari dengan p = 0,001. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1 hari dengan p = 0,044, 3 hari dengan p = 0,042, 5 hari dengan p = 0,040, 7 hari dengan p = 0,041 dan 10 hari dengan p = 0,001. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dengan nilai p = 0,001 dan terhadap kekuatan transversal dengan nilai p = 0,001. Perubahan dimensi yang terjadi pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam akuades selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3 hari dan larutan pembersih peroksida selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3 hari masih dalam batasan yang ditoleransi yaitu belum melebihi 0,290 mm dari ukuran awal sampel serta penurunan kekuatan transversal yang signifikan terjadi pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 10 hari.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigitiruan adalah alat untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan bawah. Gigitiruan terdiri dari anasir gigitiruan yang dilekatkan pada basis gigitiruan. Basis gigitiruan mendapatkan dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya.1 Fungsi basis gigitiruan adalah untuk memenuhi faktor kosmetik serta memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada di bawah basis gigitiruan.2

Pada dasarnya, terdapat dua kelompok bahan yang digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan yaitu logam dan non-logam. Bahan logam yang dapat digunakan sebagai bahan basis gigitiruan, terdiri dari aloi emas, kobal kromium, alumunium dan stainless steel. Basis gigitiruan non-logam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu thermohardening dan thermoplastic. Bahan thermohardening

merupakan bahan basis yang mengalami perubahan kimia selama proses pembuatannya dan hanya dapat dibentuk sekali, seperti fenol-formaldehide, vulkanit dan resin akrilik (polimetil metakrilat). Bahan thermoplastic adalah bahan basis gigitiruan yang tidak mengalami perubahan kimia selama pembuatannya, seperti seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, nilon polikarbonat, polietilen dan polystyrene. Bahan basis gigitiruan yang optimal harus memenuhi sifat-sifat seperti tidak toksik dan tidak mengiritasi, mempunyai kekuatan transversal yang tinggi, konduktivitas termal yang tinggi, tahan terhadap abrasi, dimensi yang stabil dan akurat, estetis dan stabilasi warna yang baik, perlekatan yang baik dengan anasir gigitiruan, mudah diproses, mudah direparasi apabila fraktur, mudah dibersihkan, harga murah, tetapi sampai saat ini tidak ada satupun bahan basis gigitiruan yang memenuhi semua syarat di atas.3

Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah resin akrilik. Bahan ini telah digunakan sebagai basis gigitiruan selama lebih dari 60


(19)

tahun.Resin akrilik digunakan sebagai salah satu bahan dasar karena bahan ini mudah didapati, teknik aplikasi yang relatif sederhana, hasil estetik yang memuaskan dan sudah sangat dikenal.1

Menurut American Dental Association (ADA) terdapat tiga jenis resin akrilik yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi dan resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi sinar memerlukan aktivasi sinar dalam proses polimerisasinya. Resin akrilik ini memiliki kelebihan yaitu cepat dan mudah dalam pemanipulasian tetapi memerlukan alat kuring yang relatif mahal. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang memerlukan aktivasi secara kimia dalam proses polimerisasinya. Resin akrilik ini tidak selalu digunakan sebagai basis gigitiruan karena memiliki berat molekul yang lebih rendah dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas sehingga lebih rapuh, memiliki lebih banyak porositas dan monomer sisa serta stabilitas warna yang buruk. Resin akrilik polimerisasi panas memerlukan pemanasan dalam proses polimerisasinya. Terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas yaitu jumlah monomer sisa yang relatif sedikit bila dibandingkan dengan resin akrilik swapolimerisasi, mudah dalam pemanipulasian dan relatif murah.4-7

Resin akrilik yang paling banyak digunakan sebagai basis gigitiruan pada saat ini adalah jenis resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk cairan dan bubuk. Bubuk dari resin ini sering dikenal sebagai polimer dan memiliki karakteristik seperti transparan atau memiliki warna merah yang menyerupai gingiva. Cairan dari resin ini dikenal sebagai monomer dan harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap untuk mencegah terjadinya polimerisasi dini karena terpapar sinar ataupun radiasi sinar ultraviolet. Manipulasi bahan ini dilakukan dengan cara mencampurkan cairan dan bubuk sesuai petunjuk pabrik, biasanya pada saat stadium dough diisikan ke dalam mold dan dilakukan pres dilanjutkan dengan proses kuring.4-7

Resin akrilik polimerisasi panas mempunyai beberapa keunggulan, yaitu estetik, stabilitas warna baik, harga relatif murah, tidak mengiritasi, cara pengerjaannya mudah, tidak toksik, mudah direparasi tetapi juga memiliki beberapa


(20)

kekurangan, yaitu ketahanan terhadap abrasi rendah, mudah terjadi fraktur, memiliki porositas, terjadi perubahan dimensi dan mengandung monomer sisa sehingga menimbulkan gejala hipersensitivitas pada pasien.7,10-11

Salah satu sifat fisis dari bahan resin akrilik yang harus diperhatikan adalah stabilitas dimensi karena sifat ini berhubungan erat dengan kemampuan resin akrilik untuk menyerap air. Penyerapan air yang berlebihan dapat mengakibatkan bahan tersebut mengalami tekanan internal sehingga dapat menyebabkan retaknya resin akrilik dan terjadinya fraktur.5,11 Menurut Takashi dkk (1998), menyatakan bahwa molekul air yang berada pada makromolekul resin dapat menyebabkan berpisahnya makromolekul pada material tersebut. Idealnya, ikatan polimer tidak larut pada bahan kimia yang kuat, namun sebagian besar monomer yang digunakan pada pembuatan basis gigitiruan dapat menyerap air dan bahan kimia dari media dan juga melepaskan kembali ke media.8 Terjadinya perubahan dimensi dapat mempengaruhi kestabilan dan retensi dari gigitiruan yang dapat secara langsung mempengaruhi kenyamanan pemakaian pada pasien.12,13

Bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekurangan yaitu memiliki sifat mekanis yang rendah menyebabkan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas menjadi mudah patah. Patahnya basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat terjadi di dalam dan di luar rongga mulut akibat kombinasi dari kekuatan kompresi, kekuatan tarik dan kekuatan geser. Kombinasi kekuatan tersebut disebut dengan kekuatan transversal. Kekuatan transversal yang terjadi terus menerus di dalam rongga mulut saat pengunyahan dapat menyebabkan patahnya basis gigitiruan terutama pada midline dari basis gigitiruan. Berdasarkan ISO 1567:1999, kekuatan transversal yang diperlukan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah 662 kg/cm2 dan Craig (1997) berpendapat bahwa kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas untuk gigitiruan tidak boleh kurang dari 611,83 kg/cm2.5-7

Setelah gigitiruan dipasangkan, intruksi serta nasihat harus diberikan kepada pasien, agar gigitiruan dibersihkan setelah makan, sebelum tidur dan pagi hari, agar menghindari terjadinya inflamasi pada rongga mulut diakibatkan gigitiruan yang


(21)

jarang dibuka dan dibersihkan serta untuk menjamin agar kesehatan jaringan pendukung gigitiruan dilindung sepanjang masa.7,10

Gigitiruan dapat dibersihkan dengan beberapa metode yaitu secara mekanis, kemis dan kombinasi keduanya. Pembersihan gigitiruan dengan metode mekanis dapat dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat gigi yang berbulu lembut dengan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih ultrasonik. Penggunaan bahan pembersih komesial yang tersedia dipasaran merupakan contoh pembersih gigitiruan dengan metode kemis. Metode kombinasi dapat dilakukan dengan menggabungkan metode pembersihan secara mekanis berupa penyikatan gigi atau alat pembersih ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis.6,11,16 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huey Er-Lee (2011), membersihkan gigitiruan dengan cara mekanis, menggunakan larutan pembersih dan kombinasi kedua cara tersebut dapat secara relevan mengurangi perlekatan Candida albicans.14 Studi in vivo menyatakan bahwa menyikat gigitiruan menggunakan pasta dan krim lebih berkhasiat dalam menghilangkan biofilm sedangkan Dills dkk (2011), menerangkan bahwa penggunaan pembersih gigitiruan dengan pasta lebih rendah penggunaanya dibandingkan penggunaan dengan larutan peroksida alkali.1 Webb dkk (2005), menyatakan bahwa metode pembersihan dengan cara menggosok tidak seefektif metode kemis dalam mengurangi plak biofilm pada gigitiruan atau dalam mencegah terjadinya denture stomatitis yang berhubungan dengan Candida albicans. Pada umumnya metode kemis merupakan metode yang sering digunakan pada pasien berusia lanjut dalam membersihkan gigitiruan oleh karena kondisi fungsi motoriknya sudah menurun.11,1415

Metode pembersihan gigitiruan secara kemis dapat dibagi menjadi 6 golongan yaitu golongan peroksida alkali, desinfektan, hipoklorit, asam, enzim dan energi

microwave.16 Desinfektan dapat mengurangi, membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme yang melekat pada gigitiruan. Infeksi jamur Candida albicans pada

denture stomatitis dapat dirawat dengan merendam gigitiruan dalam larutan desinfektan. Dalam penelitian Chantim A dan Suharto (1993), menyatakan bahwa disinfektan dalam waktu 10 menit cukup efektif untuk membunuh sel vegetatif dan


(22)

menurut penelitan Suparyanto (2012), menyatakan bahwa waktu kontak bahan disinfektan selama 10-30 menit dapat membunuh spora bakteria dan mikroba yang dapat tumbuh pada basis gigitiruan.17,18

Larutan hipoklorit adalah larutan yang sangat efektif dalam menghilangkan stain dan melarutkan musin. Larutan ini juga sering digunakan karena bersifat bakterisidal dan fungisidal. Salah satu contoh golongan hipoklorit adalah sodium hipoklorit. Penelitian Nike H (2009), menyatakan bahwa penggunaan sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0.5% selama 10 menit pada gigitiruan bersifat biokompatibel dan tidak toksik terhadap jaringan rongga mulut.19 Menurut Mese dkk (2007), menyatakan bahwa perendaman gigitiruan dalam larutan hipoklorit selama 5 jam sangat efektif untuk membunuh Candida albicans tetapi mempunyai beberapa efek samping yaitu menyebabkan gigitiruan berubah warna, korosi dan berbau.20

Golongan peroksida alkali merupakan larutan yang diperoleh dengan cara melarutkan tablet atau bubuk yang mengandung senyawa ke dalam air. Pelarutan tablet ke dalam air dapat membentuk larutan peroksida alkali hidrogen. Degradasi dari senyawa peroksida dapat membebaskan gelembung-gelembung oksigen yang bertindak secara kemis dalam membersihkan gigitiruan ketika berkontak dengan debris. Peroksida alkali dapat membersihkan musin dan sisa makanan serta mencegah terjadinya pembentukan stain dan kalkulus, selain itu peroksida alkali juga dapat bertindak sebagai antimikrobial.16,25,26 Menurut Siripen W (2008), menyatakan bahwa golongan peroksida alkali secara signifikan dapat mengurangi perlekatan Candida albicans pada permukaan resin akrilik.26

Pemilihan bahan pembersih gigitiruan harus mempertimbangkan hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan dimensi dan mengurangkan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik.27 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sartori EA dkk (2006), terjadi perubahan dimensi yang signifikan pada basis gigitiruan yang dibersihkan mengunakan energi microwave, sedangkan basis gigitiruan yang dibersihkan menggunakan larutan klorida dan akuades menunjukkan tidak terjadi perubahan dimensi.28 Menurut Hussen AM dkk (2008), menyatakan bahwa terjadi perubahan dimensi sebanyak (0,18 mm) pada resin akrilik yang direndam dalam


(23)

larutan klorheksidin dan perubahan dimensi sebanyak (0,20 mm) pada resin akrilik yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit. Dalam penelitian Nirale MR dkk (2012), menyatakan basis gigitiruan dengan relining dan tanpa relining dibersihkan menggunakan larutan disinfektan sodium hipoklorit menunjukkan tidak terjadi perubahan dimensi yang signifikan dibandingan dengan dibersihkan menggunakan energi microwave.30 Menurut Jubhari EH dan Muaskab (2011), menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kekuatan transversal sampel akrilik setelah direndam dalam larutan pembersih gigitiruan peroksida alkali selama 5 menit dengan masing-masing perendaman 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari dan 10 hari.1 Beberapa penelitian telah digunakan untuk menilai kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik yang direndam dalam minuman bersoda. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak terdapat perubahan kekuatan transversal. Penelitian yang dilakukan di Brazil oleh Amanda P (2010) mengenai kekuatan transversal sampel resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam peroksida alkali effervescent menunjukkan perbedaan yang signifikan.31 Menurut Robinson dkk (1988) dan Arab dkk (1989), menyatakan bahwa terjadi penurunan kekuatan fleksural resin akrilik polimerisasi panas apabila terpapar terhadap larutan peroksida alkali dan hipoklorit pada temperatur yang tinggi yaitu temperatur di atas 37 0C, hal ini tidak direkomendasikan oleh pabrik.32 Penelitian yang dilakukan oleh Haifa IR (2014), menyatakan bahwa ekstrak biji pinang mengandung flavonoid (fenol) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. Beberapa uji di atas menunjukkan hasil yang berbeda dari perubahan dimensi dan kekuatan transversal sampel resin akrilik yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali.

Berdasarkan latar belakang di atas tidak tertutup kemungkinan larutan pembersih peroksida alkali menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal.


(24)

1.2 Permasalahan

Basis gigitiruan harus memenuhi sifat-sifat yang optimal, antaranya adalah tidak mengalami perubahan dimensi saat penggunaan dan mempunyai kekuatan transversal yang tinggi karena mempengaruhi ketahanan basis gigitiruan terhadap fraktur. Bahan basis gigitiruan yang sering digunakan pada saat ini adalah resin akrilik polimerisasi panas tetapi basis ini mempunyai beberapa kekurangan yaitu dapat mengalami perubahan dimensi dan kekuatan transversal yang rendah. Basis gigitiruan dengan perubahan dimensi dan kekuatan transversal rendah akan lebih mudah mengalami fraktur akibat tekanan pengunyahan secara terus menerus.

Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis ataupun kombinasi keduanya. Salah satu cara yang digunakan untuk membersihkan basis gigitiruan adalah cara kemis yaitu menggunakan bahan pembersih golongan peroksida alkali yang tersedia dipasaran dalam bentuk tablet karena murah dan mudah didapati, bersifat biokompatibel terhadap rongga mulut serta penggunaannya pada basis gigitiruan hanya selama 5 menit. Bahan ini dapat mempengaruhi perubahan dimensi dan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Perubahan dimensi dan kekuatan transversal dapat dipengaruhi oleh pemakaian peroksida alkali sebagai bahan pembersih basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Berdasarkan hal tersebut, timbul permasalahan apakah ada pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal.

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, diperoleh rumusan masalah penelitian, yaitu:

1. Berapa nilai perubahan dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari.


(25)

2. Berapa nilai kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari.

3. Apakah ada pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi.

4. Apakah ada pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap kekuatan transversal.

5. Apakah ada pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi.

6. Apakah ada pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap kekuatan transversal.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui nilai perubahan dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari.

2. Untuk mengetahui nilai kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari.

3. Untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi.

4. Untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap kekuatan transversal.


(26)

5. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap perubahan dimensi.

6. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih peroksida alkali selama 5 menit per hari, dalam waktu 1, 3, 5, 7 dan 10 hari terhadap kekuatan transversal.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi tentang efek lama pemakaian larutan pembersih peroksida alkali terhadap perubahan dimensi dan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi khususnya di bidang Prostodonsia.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pasien pemakai gigitiruan mengenai efek penggunaan larutan pembersih peroksida alkali.

2. Hasil penelitian ini dapat memberi informasi bagi masyarakat tentang bahan pembersih peroksida alkali dan cara penggunaan yang baik.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut. Selain itu, basis gigitiruan juga digunakan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. Fungsi basis gigitiruan antara lain tempat melekatnya anasir gigitiruan yang akan mengembalikan fungsi pengunyahan (mastikasi), mendapatkan dukungan sendi temporomandibula, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga atau linggir sisa, memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada di bawah dasar gigitiruan.2

Pelbagai macam bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti selulosa, vinyl resin, vulkanit, fenol-formaldehide, ivory, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer. Namun bahan-bahan tersebut mempunyai banyak kelemahan. Sebagai contoh, selulosa menyebabkan staining dan perubahan warna pada basis dalam beberapa bulan. Vulkanit menyerap saliva, susah dibersihkan, kurang estetis dan mudah mengalami perubahan dimensi. Selain itu, fenol-formadehide juga sulit dibuat dan mudah terjadi perubahan warna di dalam rongga mulut.5,6,33,34

2.1.2 Persyaratan

Persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigitiruan adalah:2,5,11,35,36

1. Tidak toksik dan tidak mengiritasi.

2. Tidak larut, tidak menyerap serta tidak bereaksi dengan cairan mulut. 3. Mempunyai sifat-sifat mekanis yang adekuat:


(28)

b. Proportional limit tinggi sehingga tidak mudah mengalami perubahan bentuk secara permanen jika menerima tekanan pengunyahan.

c. Tahan terhadap abrasi dan kekerasan yang baik. d. Kekuatan transversal tinggi.

e. Kekuatan impak tinggi sehingga basis gigitiruan tidak mudah patah dan fraktur saat terjatuh atau menerima tekanan pengunyahan.

f. Ketahanan yang cukup. g. Kekuatan fatique tinggi. h. Konduktivitas termal tinggi.

i. Densitas rendah untuk membantu retensi gigitiruan pada rahang atas. j. Temperatur untuk melunakkan harus tinggi dari temperatur makanan dan minuman dalam mulut.

4. Estetis dan stabilitas warna cukup baik.

5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain: a. Radiopak.

b. Mudah dimanipulasi dan direparasi jika patah.

c. Mudah diproses dengan peralatan dan harga yang minimum.

d. Tidak mengalami perubahan dimensi, baik saat pembuatan dan saat pemakaian.

e. Mudah dipoles dan dibersihkan.

Namun sampai saat ini tidak ada satupun bahan basis gigitiruan yang memenuhi semua syarat di atas.

2.1.3 Klasifikasi

Terdapat dua jenis kelompok bahan yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan, diantaranya adalah logam dan non-logam.2,33,36


(29)

2.1.3.1 Logam

Bahan dari kelompok logam memiliki beberapa karakteristik seperti bersifat keras, berkilat, padat, penghantar listrik dan panas yang baik. Sebagai contoh jenis logam yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan adalah kobalt kromium, aloi emas, aluminum dan stainless steel. Bahan logam sebagai basis gigitiruan memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:2,10,11,36

a. Bahan logam tahan terhadap abrasi karena permukaanya licin dan mengkilat, serta tidak menyerap cairan mulut sehingga deposit makanan dan kalkulus sulit melekat.

b. Bahan logam merupakan penghantar termis yang baik, setiap perubahan suhu yang terjadi akan dihantar ke jaringan dibawahnya sehingga akan memberikan rangsangan dan mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut.

c. Basis logam memiliki stabilitas dimensi yang baik sehingga tidak terjadi perubahan bentuk selama pemakaian gigitiruan. Hal ini akan menciptakan kontak yang baik dengan jaringan mulut di bawahnya sehingga meningkatkan retensi gigitiruan, yang disebut dengan interfacial surface tension.

d. Bahan logam memiliki kekuatan yang tinggi dibanding basis gigitiruan non-logam sehingga basis gigitiruan dapat dibuat lebih tipis.

Disamping banyak keunggulan yang dimiliki, bahan logam juga memiliki beberapa kerugian diantaranya: 2,10,11

a. Warna basis logam tidak sesuai dengan warna jaringan sekitarnya sehingga kurang estetis.

b. Basis logam tidak dapat dilapisi atau direparasi kembali. c. Relatif lebih berat.


(30)

2.1.3.2 Non-logam

Oleh karena bahan non-logam sulit diklasifikasikan maka bahan ini diklasifikasikan berdasarkan sifat termal yaitu thermoplastic dan

thermohardening.3,33,36

a. Thermoplastic

Bahan thermoplastic adalah bahan yang tidak mengalami perubahan struktur kimia sewaktu proses pembuatanya dimana hasil akhirnya adalah sama dengan bahan awalnya. Bahan thermoplastic dapat dilunakkan dan dibentuk berulang-ulang dengan cara pemanasan. Contoh bahan thermoplastic adalah seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, nilon polikarbonat, polietilen dan polystyrene.3,33,34

b. Thermohardening

Bahan thermohardening adalah suatu bahan yang mengalami perubahan kimia selama proses pembuatannya dan hanya dapat dibentuk sekali dimana produk akhirnya berbeda dari bahan awalnya. Bahan thermohardening memiliki molekul rantai berbentuk silang yang tidak mengalami perubahan tempat saat pemanasan sehingga bahan ini tidak dapat dilunakkan dan dibentuk kembali menjadi bentuk lain setelah proses pembuatannya selesai. Contoh bahan thermohardening yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan adalah vulkanit, fenol-formaldehid dan resin akrilik.3,33,34

2.2 Resin Akrilik 2.2.1 Pengertian

Resin akrilik merupakan bahan yang terdiri dari cairan dan bubuk. Bahan ini diperkenalkan penggunaannya pertama kali sebagai bahan basis gigitiruan pada tahun 1937 dan bahan ini berkembang dengan cepat menggantikan bahan yang dipergunakan sebelumnya contohnya fenol-formaldehid, nitroselulosa dan vulkanit. Secara umum resin akrilik diklasifikasikan sebagai bahan thermoplastic tetapi dalam bidang kedokteran gigi, resin akrilik banyak dipakai sebagai bahan thermohardening

yaitu setelah selesai pembuatan bahan ini tidak dipanaskan dan dikembalikan ke bentuk semula. Proses pemanipulasian resin akrilik, molekul-molekul monomer akan


(31)

bergabung membentuk molekul yang lebih besar (polimer) yang dikenal sebagai polimetil metakrilat. Oleh karena, bahan ini mudah didapat, teknik aplikasi relatif sederhana dan hasil estetik yang baik maka bahan ini sering digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan basis gigitiruan. Bahan basis gigitiruan resin akrilik memiliki beberapa sifat yang menguntungkan yaitu tekstur dan warna mirip dengan gingiva sehingga estetik di rongga mulut, perubahan dimensi kecil dan daya serap air relatif rendah.3,5,11,35

Gambar 1. Basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas3

2.2.2 Jenis Resin Akrilik

American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa resin akrilik dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi dan resin akrilik polimerisasi panas.3,6,34

Resin akrilik polimerisasi sinar terdiri dari camphorquinone, microfine silica

dan matriks uretan dimetakrilat yang berperanan sebagai inisiator. Aktivator yang digunakan dalam proses polimerisasi adalah sinar tampak (VLC). Proses polimerisasi terjadi di dalam suatu unit kuring khusus yang menggunakan lampu halogen berwarna biru dengan panjang cahaya 400-500 nm selama kira-kira 10 menit.3,6,11,34

Resin akrilik swampolimerisasi merupakan resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Bahan ini mirip dengan resin akrilik polimerisasi panas, tetapi berbeda dalam hal inisiasi polimerisasi. Resin akrilik swapolimerisasi


(32)

mengandung aktivator kimia yang dapat mengaktifkan benzoil peroksida yang terdapat di dalam polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasanya digunakan adalah amina tersier, contohnya adalah dimetil paratoluidin. Disebabkan oleh stabilisasi warna yang kurang baik, kekuatan yang cukup rendah dan jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak dari monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas maka bahan ini sering tidak direkomendasi untuk digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan.3,6,11,34

Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari cairan dan bubuk dimana setelah mengalami proses pemanipulasian dan pemanasan akan membentuk suatu bahan yang kaku. Resin akrilik polimerisasi panas dapat digunakan untuk pembuatan semua basis gigitiruan. Kebutuhan energi panas untuk proses polimerisasi bahan basis gigitiruan ini, dapat diperoleh dengan waterbath ataupun oven gelombang mikro.3,6,11,34

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas digunakan dalam pembuatan semua basis gigitiruan karena harganya murah, estetis yang baik dan mudah dimanipulasi. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan waterbath atau oven gelombang mikro. Penggunaan energi termal akan menyebabkan dekomposisi benzoil peroksida sebagai inisiator yang dapat mengawali proses polimerisasi. Namun resin ini tetap memiliki beberapa kelemahan yaitu mudah mengalami fraktur dan kekuatan terhadap benturan rendah.3,6,11,34

2.3.1 Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari:5,7,11,33,34 A. Bubuk

1. Polimer : poli metil metakrilat

2. Initiator : berupa 0,2 – 0,5 % benzoil peroksida 3. Pigmen : merkuri sulfit atau kadmium sulfide 4. Plasticizer : dibutil phthalate


(33)

5. Opacifiers : Seng / Titanium oksida B. Cairan

1. Monomer : metil metakrilat

2. Cross-linking agent : ethyleneglycol dimethylacrylate

3. Inhibitor : hydroquinone

2.3.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas dapat diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik pressure-moulding. Perbandingan polimer (bubuk) dan monomer (cairan) yang ideal adalah 3:1 berdasarkan volume dan 2,5:1 berdasarkan berat. Pada saat pemanipulasian bubuk dan cairan akan melewati empat tahap (stage) yaitu:3,33,34,37

1. Tahap pertama: Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang meyerupai pasir basah.

2. Tahap kedua: Sticky stage adalah saat bahan akan melekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan dan berserat ketika ditarik.

3. Tahap ketiga: Dough stage adalah tahap dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak melekat lagi serta merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam mold dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.3,37

4. Tahap empat: Rubber hard stage adalah berwujud seperti karet dan tidak dapat dibentuk dengan tekanan konvensional.

Setelah adonan resin akrilik mencapai dough stage, adonan diisi dalam mold gips. Setelah pengisian adonan, dilakukan tekanan pres pertama sebesar 1000 psi untuk mencapai mold terisi dengan padat dan kelebihan resin dibuang. Kemudian dilakukan tekanan press terakhir mencapai 2200 psi lalu kuvet dikunci. Proses pembuatan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam waterbath terbagi menjadi dua teknik. Teknik pertama adalah kuvet dibiarkan pada suhu 60°C – 70 0C selama 9 jam (siklus panjang), teknik kedua adalah kuvet dipanaskan pada suhu 70°C


(34)

selama 90 menit, kemudian suhu dinaikkan menjadi 100°C dan dipertahankan selama 30 menit.3,19,33,34,41

Setelah prosedur polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas selesai, kuvet dibiarkan mendingin secara perlahan sehingga mencapai suhu kamar. Pelepasan

internal stress yang cukup dapat meminimalkan perubahan bentuk basis gigitiruan. Selanjutnya dilakukan pemisahan kuvet dengan hati-hati untuk menghindari terjadi fraktur atau distorsi pada basis gigitiruan. Setelah itu, basis gigitiruan resin akrilik diproses akhir dan dipolis mengunakan bur stone hijau, carbide bur,silicone bur, rag wheel danserbuk pumice basah.3,14,33,34,37

2.3.3 Sifat

Sifat bahan basis gigitiruan terbagi atas sifat fisis, sifat biologis, sifat kemis dan sifat mekanis.

2.3.3.1 Sifat Fisis

Pada saat monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk polimetil metakrilat, kepadatan resin akrilik berubah dari 0,94 gram/cm3 menjadi 1.19 gram/cm3. Perubahan kepadatan ini mengakibatkan terjadinya penyusutan volemetrik sebanyak 21%.3

Konduktivitas termal resin akrilik polimerisasi panas kira-kira sebesar 6 x 10-4 cal/gram.cm2. Konduktivitas termal ini cukup rendah sehingga dapat mengakibatkan masalah selama proses pembuatan gigitiruan. Sifat brittle resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkatkan melalui adanya pemanasan. Hal ini mengakibatkan gigitiruan menjadi rapuh sehingga mudah terjadi fraktur.5,33,38

Sifat lainya adalah terjadi porositas pada gigitiruan, baik pada bagian permukaan maupun di dalam resin akrilik, lazimnya cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas dapat disebabkan oleh udara terjebak di dalam resin, proses pengadukan bubuk dan cairan resin akrilik yang kurang homogen dan kurangnya pengepresan. Selain itu, porositas juga disebababkan oleh volatilisasi monomer ketika suhu resin akrilik melebihi titik didih monomer (100,80C). Ada dua


(35)

jenis porositas yang dapat ditemukan pada basis gigitiruan, yaitu gaseous porosity

dan kontraksi porositas. Porositas dapat mempengaruhi kekuatan, kebersihan dan penampilan basis gigitiruan.3,5,11,33,34

Stabilitas dimensi adalah suatu hal yang memegang peranan penting dalam memperoleh adaptasi yang baik antara jaringan pendukung rongga mulut dengan gigitiruan. Stabilitas dimensi resin akrilik polimerisasi panas dipengaruh oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ekspansi termal dari adonan akrilik, ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik, pengerutan yang terjadi sewaktu proses polimerisasi, pengerutan termal yang terjadi sewaktu proses pendinginan dan penyerapan air terjadi pada saat proses pembersihan gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Perubahan dimensi yang terjadi harus diusahakan seminimal mungkin karena akan mempengaruhi retensi dan stabilitas gigitiruan. Kestabilan dimensi resin akrilik polimerisasi panas berhubungan dengan absorbsi air yang dapat menyebabkan ekspansi resin akrilik dan merubah dimensi resin akrilik. Absorbsi air seharusnya tidak boleh lebih dari 0,8 mg/cm2 karena hal ini dapat mempengaruhi dimensi dan stabilitas basis gigitiruan.28,34,42,45

Gigitiruan juga mengalami crazing, yaitu pembentukan retakan kecil pada permukaan basis gigitiruan resin akrilik. Retakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dimensi tetapi perubahan ini umumnya tidak menyebabkan kesulitan klinis. Crazing pada resin akrilik bersifat transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Crazing dapat mempengaruhi estetis dan kekuatan gigitiruan yang dapat mengakibatkan gigitiruan lebih mudah mengalami fraktur. Crazing dapat terjadi disebabkan adanya tekanan mekanis ataupun efek

solvent.3,5,37,38

2.3.3.2 Sifat Biologis

Dalam bahan kedokteran gigi sifat biologis merupakan suatu ketentuan utama harus diperhatikan agar tidak membahayakan pasien. Resin akrilik yang telah mengalami proses polimerisasi harus biokompatibel dengan jaringan di sekitar rongga mulut. Namun, sering muncul beberapa kasus dimana pasien menunjukkan


(36)

terjadinya reaksi alergi terhadap resin akrilik.5,11 Hal ini karena adanya monomer sisa, berkisar 0,2- 0,5 % dari basis gigitiruan.1,11,34

Kemampuan basis gigitiruan untuk menyerap cairan berhubungan dengan kemampuan mikroorganisme misalnya Candida albicans yang dapat berkolonisasi pada permukaan gigitiruan, terutama pada pasien dengan kebersihan rongga mulut yang buruk.5,11,38

2.3.3.3 Sifat Kemis

Polimetil metakrilat dapat menyerap air, nilai penyerapan adalah sebesar 0,69 mg/cm2. Penyerapan dipengaruhi oleh polaritas dari molekul polimetil metakrilat dan mekanisme difusi. Koefisin difusi resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 0,011 x 10-6 cm3/detik pada suhu 370C. Suhu dapat mempengaruhi daya absorbsi resin akrilik polimerisasi panas. Molekul air penetrasi ke dalam resin akrilik dan menepati posisi di antara rantai polimer sehingga memisahkan ikatan rantai polimer. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1% yang disebabkan oleh absorbsi air akan menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0.23%.3,34

Bahan resin akrilik tidak larut di dalam air dan cairan rongga mulut. Resin akrilik hanya larut dalam keton, ester dan hidrokarbon aromatis, seperti kloroform dan aseton.3,34

2.3.3.4 Sifat Mekanis

Sifat-sifat mekanis merupakan respon yang terukur, baik elastik yaitu dapat kembali ke bentuk semula bila tekanan dilepaskan (reversible) maupun plastis yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula (ireversibel) bila terkena distribusi tekanan atau gaya. Kekurangan yang dapat timbul akibat bahan basis gigitiruan resin akrilik dengan sifat mekanis yang rendah adalah:3,39

a. Fraktur: benturan atau lebih dikenal sebagai impact misalnya terjatuh pada permukaan yang kasar dapat menyebabkan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas mengalami fraktur. Kekuatan transversal yang diterima basis gigitiruan selama proses pengunyahan dan basis gigitiruan yang mengalami pembengkokan yang


(37)

berulang-ulang selama pemakaian dapat menyebabkan terjadi fatique. Fatique

merupakan salah satu penyebab terjadi frakur pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.34,41

b. Retak: adanya efek tekanan tarik pada permukaan resin akrilik dapat menyebabkan terpisahnya molekul-molekul primer yang dapat menyebabkan terjadi retak pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.3,44

Sifat mekanis bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas terdiri atas kekuatan transversal, kekuatan tarik, kekuatan impak, kekuatan fatique dan crazing. Kekuatan tarik dapat ditentukan dengan uji kekuatan tarik satu sumbu dengan memanjangkan bahan. Kekuatan impak merupakan energi dari gaya benturan yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan.34,40,43 Kekuatan fatique adalah patahnya suatu bahan yang disebabkan oleh beban berulang di bawah batas tahanan bahan tersebut. Kekuatan transversal adalah uji kekuatan pada batang yang terdukung pada kedua unjungnya kemudian diberi beban secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah.34,39,40,43Crazing berupa kumpulan retakan yang terbentuk pada permukaan gigitiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigitiruan.3,34

2.3.4 Keuntungan

Berikut adalah keuntungan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas:2,5,33

a. Mudah diproses dan dimanipulasi.

b. Proses pengerjaannya mudah dan menggunakan peralatan yang sederhana.

c. Harga relatif murah.

d. Stabilisasi warna stabil dan menyerupai ginggiva. e. Tidak toksik.

f. Tidak mudah larut dalam cairan mulut. g. Perubahan dimensinya kecil.

h. Mudah direparasi. i. Mudah dipoles.


(38)

2.3.5 Kerugian

Berikut adalah kerugian basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas:2,5,33 a. Daya penghantar termal rendah.

b. Mudah terjadi fraktur.

c. Ketahanan terhadap abrasi rendah.

d. Kekuatan terhadap benturan (impact) rendah. e. Memiliki porositas dan perubahan dimensi. f. Mengandung monomer sisa.

2.4 Perubahan Dimensi 2.4.1 Pengertian

Perubahan dimensi pada resin akrilik polimerisasi panas dipengaruhi oleh pengerutan polimerisasi dan absorpsi air.45 Beberapa penelitian menyatakan bahwa perubahan dimensi volumetrik yang diukur dengan pengukuran tiga kali perubahan dimensi berkisar antara 0,186 - 0,465 mm.5,45,47 Perubahan dimensi yang terjadi berkisar antara 0,093 - 0,372 mm tidak terlalu berpengaruh terhadap adaptasi gigitiruan di rongga mulut sehingga masih bisa ditoleransi oleh kompresibilitas mukosa. Kompresibilitas mukosa ini tidak dapat mengkompensasi bila ketidaksesuaian yang terjadi melebihi 1 mm terutama jika terjadi di daerah posterior palatal karena dapat menimbulkan celah antara basis gigitiruan serta jaringan pendukung di rongga mulut. Hal ini dapat mengurangi stabilisasi gigitiruan karena kestabilan gigitiruan dipengaruhi oleh adaptasi yang rapat antara basis gigitiruan dan jaringan pendukung rongga mulut.48,49 Basis gigitiruan yang mengalami absorbsi air sebanyak 1% akan mengakibatkan terjadinya perubahan dimensi yang nilainya berkisar antara 0 - 0,290 mm dari ukuran awal basis gigitiruan. Philips (2009) menyatakan bahwa, penyerapan air pada basis gigitiruan dapat menyebabkan perubahan dimensi sebanyak 0,100 - 0,200 mm dan hal ini sering kurang disadari oleh pemakai gigitiruan. 3,5,11,45


(39)

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Dimensi

Perubahan dimensi resin akrilik polimerisasi panas dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: 28,34,42,45

a. Tipe resin akrilik yang digunakan. b. Perbandingan polimer dan monomer. c. Ekspansi termal dari adonan resin akrilik. d. Metode flasking yang digunakan.

e. Ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik. f. Suhu dan proses kuring.

g. Pengerutan termal yang terjadi sewaktu pendinginan.

h. Penyerapan air yang terjadi pada saat pembersihan resin akrilik polimerisasi panas.

2.4.3 Metode Pengukuran Perubahan Dimensi

Perubahan dimensi dapat diukur dengan metode vektor untuk mendapatkan nilai perubahan dimensi secara keseluruhan dari suatu sampel. Metode ini biasanya digunakan untuk mengukur perubahan dimensi. Pengukuran perubahan dimensi dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan titik acuan pada sampel dan model induk. Nilai vektor diperoleh dengan menghitung akar dari jumlah jarak titik-titik acuan yang dikuadratkan pada masing-masing sampel dan model induk. Perubahan dimensi diperoleh dari selisih antara vektor model induk dan vektor sampel.45,50-52

Keterangan: V

1 = vektor sampel

V

0 = vektor model induk

Alat ukur digunakan untuk uji perubahan dimensi adalah Travelling microscope.47


(40)

2.5 Kekuatan Transversal 2.5.1 Pengertian

Kekuatan transversal atau fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah batang uji berbentuk batang yang terdukung pada kedua ujungnya dan beban diberikan ditengah-tengahnya, selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan akan berhenti saat batang uji patah.Ketahanan dan sifat mekanis suatu basis gigitiruan dalam menerima beban atau gaya selama proses pengunyahan dapat digambarkan dan diukur dengan mengunakan uji kekuatan transversal. Kekuatan transversal yang diperlukan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas berdasarkan ISO 1567:1999 adalah 662 kg/cm2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Orsi IA (2004) menyatakan bahwa nilai kekuatan transversal resin resin akrilik polimerisasi panas merek QC 20 adalah 947,7 kg/cm2.3,7,34,39,44,53

2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Transversal

Kekuatan transversal dari resin akrilik polimerisasi panas dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:

a. Ukuran partikel polimer. b. Berat molekul.

c. Plasticizer dan monomer sisa. d. Porositas.

e. Ketebalan dari basis gigitiruan.

f. Jumlah ikatan silang pada rantai polimer.

g. Penambahan bahan penguat contohnya serat kaca dan serat propiolin. h. Perendaman dalam larutan contohnya larutan pembersih gigitiruan, minuman beralkohol atau soda dan larutan kopi dan teh.

Lazimnya, absorbsi air dengan cara berdifusi ke dalam matriks resin akan menyebabkan penurunan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas karena terjadinya peningkatan air yang akan menyebabkan bertambahnya jarak antar rantai molekul yang akan bertindak sebagai plasticizer.53,54


(41)

2.5.3 Metode Pengukuran Kekuatan Transversal

Pengukuran kekuatan transversal merupakan pengukuran gabungan antara kekuatan gesek, kekuatan kompresi dan kekuatan tarik, tetapi untuk batang uji resin akrilik yang tipis biasanya didominasi oleh kekuatan tarik yang terjadi sepanjang permukaan sampel resin akrilik. Jika diberikan beban, sampel resin akrilik akan melengkung, akibatnya terjadi pengurangan panjang pada permukaan atas dan perpanjangan pada permukaan bawah.

Akibatnya, tekanan pada permukaan atas dikenal sebagai kompresi, sedangkan pada permukaan bawah dikenal sebagai tarikan.

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk perhitungan kekuatan transversal (Philips, 2009):3,7,32,44,56

Keterangan:

S = Kekuatan transversal (kg/cm2 ) P = Beban maksimum diterapkan (kg) L = Jarak antara kedua mendukung (cm) b = Lebar batang uji (cm)

d = Ketebalan spesimen (cm)

Alat yang digunakan untuk uji kekuatan transversal adalah Torsee’s

Electronic System Universal Testing Machine, Japan.

2.6 Bahan Pembersih Gigitiruan

Bahan pembersih gigitiruan adalah sebuah bahan yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan. Bahan pembersih gigitiruan dapat berupa gel, krim, pasta, tablet, bubuk atau larutan yang dibuat untuk membersihkan gigitiruan. Bahan pembersih gigitiruan yang efektif harus mempunyai kemampuan untuk


(42)

menghilangkan debris makanan, lapisan plak bakteri, kalkulus dan stain serta mencegah terbentuknya kembali.11,32,34,57

2.6.1 Pensyaratan

Berikut merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh bahan pembersih gigitiruan yang ideal:9,11,37,38

1. Bersifat tidak mengiritasi.

2. Bersifat bakterisidal dan fungisidal.

3. Tidak toksik dan tidak berbahaya terhadap kesehatan pasien.

4. Mudah digunakan dan bersifat biokompatibel dengan bahan basis gigitiruan.

5. Tidak meninggalkan bau serta rasa pada basis gigitiruan.

6. Masa pemakaian yang singkat.

7. Harga yang murah.

2.6.2 Metode Pembersihan Gigitiruan

Metode pembersihan basis gigitiruan dibagi atas beberapa cara berupa secara mekanis, kemis atau gabungan keduanya.11,16,32,38

2.6.2.1 Mekanis

Metode pembersihan basis gigitiruan secara mekanis dapat dilakukan dengan menyikat basis gigitiruan menggunakan sikat dan pasta pembersih gigitiruan atau sabun, serta menggunakan pembersih ultrasonik. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan yaitu cepat, mudah dan murah, tetapi pembersihan seperti ini memiliki efek samping yaitu dapat mengikis dan menyebabkan kekasaran pada basis gigitiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Tindakan pembersihan mekanis biasanya cukup untuk menghilangkan sisa-sisa makanan yang melekat pada gigitiruan, namun tidak efektif untuk desinfeksi basis gigitiruan.11,16,38


(43)

2.6.2.2 Kemis

Metode pembersihan basis gigitiruan secara kemis dapat dilakukan dengan merendam basis ke dalam bahan kimia sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh pabrik. Keuntungan dari metode pembesihan secara kimia adalah pembersihan yang mencakup seluruh bagian dari gigitiruan. Umumya bahan kimia tersebut tersedia dalam bentuk bubuk, cairan dan tablet. Bahan pembersih kemis dapat dibagi menjadi enam kelompok yaitu:11-16

1. Peroksida alkali

Peroksida alkali merupakan bahan pembersih yang sering digunakan. Peroksida alkali tersedia dalam bentuk bubuk dan tablet. Bahan ini mengandung senyawa alkali, bubuk, deterjen dan sodium perborat. Pencampuran bahan ini dengan air, menyebabkan sodium perborat peroksida terurai dan melepaskan oksigen. Pembersihan yang terjadi adalah hasil dari kemampuan oksidasi dari dekomposisi peroksida dan reaksi effervescent menghasilkan oksigen. Hal ini sangat efektif untuk membunuh mikroorganisme dan menghapus deposit organik. Metode pembersihan dan sterilisasi basis gigitiruan mengunakan peroksida alkali adalah metode aman, khususnya di kalangan pasien geriatri.11,16,25,32,56

2. Hipoklorit

Sodium hipoklorit adalah salah satu hipokrolit yang umumnya digunakan sebagai pembersih gigitiruan untuk menghilangkan plak dan noda ringan dan mampu membunuh mikroorganisme pada basis gigitiruan. Salah satu teknik pembersihan basis gigitiruan adalah dengan merendam basis gigitiruan dalam larutan sodium hipoklorit 5% dan dilakukan penyikatan pada basis gigitiruan. Selain itu, basis gigitiruan juga dapat direndam dalam larutan yang mengandung hipoklorit (Clorox) dan glassy phosphate (Calgon) dalam setengah gelas air, untuk mengontrol kalkulus pada basis gigitiruan.6,16

Hipoklorit alkalin tidak dianjurkan untuk basis gigitiruan yang dibuat dari paduan logam tuang. Korosi pada logam mudah terjadi karena larutan hipoklorit mengandung zat ion klorin. Penggunaan jangka panjang larutan terkonsentrasi hipoklorit dapat mengubah warna basis gigitiruan resin akrilik.11,16,24,38


(44)

3. Asam

Asam yang diencerkan contohnya asam asetat, asam klorida, asam ethanoat atau isopropil alkohol dapat digunakan untuk menghilangkan endapan keras yaitu plak dan stain pada basis gigitiruan. Jika dibandingkan dengan larutan bleaching, asam kurang efektif dalam membunuh mikroorganisme. Pembersihan dengan bahan asam yang diencerkan harus dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan korosi pada beberapa gigitiruan logam dan basis gigitiruan juga harus dibilas secara menyeluruh dan sampai bersih untuk menghindari iritasi apabila berkontak dengan kulit dan mukosa.11,16,25

4. Desinfektan

Klorheksidin adalah salah satu contoh bahan pembersih jenis desinfektan yang dapat menurunkan jumlah plak pada basis gigitiruan secara signifikan dan disarankan direndam selama 15 menit dua kali sehari. Banyak penelitian menunjukkan bahwa perendaman basis gigitiruan dengan klorheksidin memiliki efek samping yaitu akan menyebabkan diskolorisasi berat pada basis gigitiruan sehingga tidak cocok untuk penggunaan sehari-hari.11,16

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme, serta untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus.11,16,25,44

5. Enzim

Pembersih gigitiruan enzim merupakan penggunaan gabungan enzim (proteolitik dan yeastlisik) yang dapat meningkatkan efektivifitas pembersih dengan mendegradasi protein plak gigitiruan yaitu protein pelikel dan matriks interseluler sehingga susunan plak menjadi rusak dan plak terlepas dari gigitiruan. Bahan pembersih gigitiruan jenis enzim yang mengandung chelating agent (ethylene diamine tetra acetic acid, EDTA) dan campuran enzim (amylase, lipase, tripsin dan papain) efektif dalam menghilangkan deposit kalkulus dan musin pada gigitiruan, serta bersifat antibakteri dan antijamur.11,16


(45)

6. Energi Microwave

Energi microwave adalah gelombang elektromagnetik yang pendek dan bergerak dengan kecepatan cahaya (186.282 mil/detik). Penggunaan energi

microwave lebih dipertimbangkan untuk pembersihan gigitiruan karena energi

microwave dapat membunuh beberapa mikroorganisme, dapat mencegah denture

stomatitis, waktu pembersihan yang lebih singkat, tidak mengubah warna atau bau dan tidak menyebabkan resistensi pada Candida albicans.21,22

2.6.2.3 Kombinasi

Metode kombinasi atau gabungan adalah metode pembersihan basis gigitiruan dengan menggabungkan kedua metode pembersih yaitu secara kemis dan mekanis. Alat ultrasonik berupa pembersih secara mekanis dengan ditambah bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersih kombinasi kemis dan mekanis. Ultrasonik adalah suatu alat pembersih basis gigitiruan berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Untuk meningkatkan efektifitas pembersih, penggunaan alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan tablet atau bubuk pembersih pada air yang digunakan.11,16,25

2.6.3 Peroksida Alkali

Peroksida alkali merupakan bahan pembersih basis gigitiruan yang tersedia di pasaran dalam dua bentuk, yaitu bubuk dan tablet. Larutan peroksida alkali dapat diperoleh dengan melarutkan tablet atau bubuk yang mengandung senyawa ke dalam air. Bahan ini sering digunakan karena harganya murah, mudah didapat dan bersifat biokompatibel terhadap rongga mulut. Menurut Dills dkk (2011), menerangkan bahwa penggunaan pembersih gigitiruan pasta lebih sedikit penggunaanya dibandingkan penggunaan dengan larutan peroksida alkali. Menurut Siripen W (2008), menyatakan bahwa golongan peroksida alkali secara signifikan dapat mengurangi perlekatan Candida albicans pada permukaan resin akrilik.11,16,25,56


(46)

2.6.3.1 Komposisi Peroksida Alkali

Komposisi peroksida alkali adalah:11,17,37

1. Deterjen(surfactants): a) Sodium polifosfat

Sodium polifosfat adalah suatu bahan yang dapat digunakan dalam deterjen pembersih gigitiruan sebagai larutan, pengatur keasaman, pengental dan stabilsasi. Kandungan fosfat dari sodium polifosfat dapat digunakan untuk memecah atau melarutkan stain pada gigitiruan dan menghilangkan plak pada basis gigitiruan.60,61

b) Sodium lauryl sulphoacetates

Sodium lauryl sulphoacetates merupakan antibakteri yang digunakan untuk menghilangkan bakteri dan plak pada basis gigitiruan serta dapat meningkatkan kekuatan pembersih gigitiruan peroksida alkali.61,62

2. Sodium bikarbonat dan asam sitrat(effervescent) a) Sodium bikarbonat

Sodium bikarbonat adalah bahan kimia yang berbentuk kristal putih yang dapat larut dalam air, bahan ini sering digunakan dalam industri pembersih gigitiruan dan pembuatan pasta gigi. Bahan ini merupakan agen effervescent yang menghasilkan pembersihan kimia pada gigitiruan.11,37,59-63

b) Asam sitrat

Asam sitrat merupakan bahan pengawet yang alami dan baik serta dapat digunakan sebagai anti oksidan dan zat pembersih. Asam sitrat memberikan aksi pembersihan kimia pada basis gigitiruan yang dapat menghilangkan deposit plak dan biofilm Candida albicans.59-65

3. Larutan oksidasi11,37 a) Sodium perborat

Sodium perborat digunakan sebagai sumber oksigen aktif dalam pembersih basis gigitiruan, formula pemutih gigi dan deterjen. Senyawa ini juga digunakan sebagai larutan untuk memberikan aksi pemutih dan menghilangkan noda pada basis gigitiruan. Selain itu, sodium perborat juga bersifat antiseptik dan dapat bertindak sebagai desinfektan.55,61,66


(47)

b) Potassium monopersulfate

Potassium monopersulfate digunakan sebagai larutan pengoksidasi.

Kandungan klorin pada potassium monopersulfate dapat berfungsi untuk membersihkan gigitiruan dari komponen organik dan noda.60,67,68

4. Bahan Tambahan a) Minyak peppermint

Minyak peppermint dalam tablet pembersih gigitiruan sangat efektif untuk menghilangkan bau dan memberikan rasa segar mint pada basis gigitiruan.11,60,61,69

2.6.3.2 Mekanisme Kerja Peroksida Alkali

Mekanisme kerja peroksida alkali adalah:16 Reaksi kimia:

 Bubuk atau tablet + air H2O2 (peroksida alkali) + Alkali

Mekanisme kerja

 Alkali (reagent kemis) berfungsi dalam menurunkan tegangan permukaan.

 2H2O2 (peroksida alkali) 2H2O + 2 (O) (nascent oxygen) pelepasan

nascent oxygen memberikan efek membersihkan secara mekanis

2.6.3.3 Manfaat 56,58-61

a. Aplikasi

Mudah, cepat dan nyaman digunakan pada pasien usia lanjut. b. Effervescense

Memberikan aksi pembersihan kimia untuk menghilangkan deposit plak dan bakteri pada basis gigitiruan.

c. pH (kadar keasaman)

6,8 (mirip dengan air, tidak memiliki risiko chemical burn dan aman untuk merendam di malam hari.


(48)

d. Bahan aktif (obat kumur) membantu menghilangkan bau dan memberikan rasa segar pada basis gigitiruan.

2.6.3.4. Kelebihan56,58-61

a. Bersifat bakterisidal dan fungisidal.

b. Bersifat tidak toksik dan tidak berbahaya terhadap kesehatan.

c. Aksi pembersihan yang dapat menghilangkan bakteri dan kuman yang menyebabkan bau pada gigitiruan.

d. Menghilangkan sisa makanan dan stain pada basis gigitiruan. e. Tidak menyebabkan kekasaran pada basis gigitiruan.

f. Dapat mencapai bagian-bagian sempit yang tidak dicapai dengan sikat gigi konvensional.

2.6.3.5 Kekurangan56,58-61

Aksi mekanik lebih kecil karena pembersihan dilakukan secara kimia. Oleh karena itu lebih dianjurkan basis gigitiruan untuk disikat.

2.7 Mekanisme Larutan Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Arthur dkk (2005) menyatakan bahwa bahan polimer yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi dapat mengalami absorsi cairan. Jaringan polimer menyerap air serta bahan kimia dari lingkungan sekitarnya. Resin akrilik mempunyai kemampuan untuk mngabsobsi air yang menyebabkan perubahan dimensi.29 Penyerapan ini disebabkan oleh sifat polar dari molekul resin akrilik karena polimetil metakrilat ini bersifat hydrophilic.

Penyerapan air ke dalam resin akrilik dipengaruhi oleh polaritas molekul PMMA dan kemampuan molekul air untuk berdifusi ke dalam ruang interstitial rantai polimer. Peningkatan penyerapan air dapat menganggu rantai polimer karena dapat menyebabkan ikatan antar polimer menurun. Hal ini dapat mengakibatkan tekanan internal resin akrilik tersebut meningkat. Tekanan yang berlanjutan dapat


(49)

menyebabkan basis gigitiruan tersebut mengalami retak dan secara tidak langsung patah. Perubahan dimensi resin oleh absorbsi air menyebabkan makromolekul berpisah. Hal ini menyebabkan resin untuk mengalami perubahan secara struktural dan fungsional. Efek ini dapat menyebabkan perubahan volumetrik yaitu terjadi ekspansi.29,46,70,71

Penelitian yang dilakukan oleh Pow EHN (1995) menyatakan penyerapan air sebanyak 1 % akan mengakibatkan perubahan dimensi yang nilainya berkisar antara 0 – 0,290 mm dari ukuran awal basis gigitiruan. Menurut penelitian Rimple dkk (2011) menyatakan bahwa penyerapan air pada basis gigitiruan resin akrilik menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan. Skinner dan Chung (1951) juga menyatakan bahwa terjadi perubahan dimensi pada basis gigitiruan yang mengalami penyerapan air.45,70

2.8 Mekanisme Larutan Peroksida Alkali Terhadap Kekuatan

Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Larutan peroksida alkali mengandung zat-zat kimia seperti sodium polifosfat,

sodium lauryl sulphacetates, sodium bikarbonat, asam sitrat, sodium perborat,

potassium monopersulfate dan minyak peppermint.60,62,64,66,68 Antara zat kimia tersebut, larutan oksidasi yaitu sodium perborat dan potassium monopersulfate adalah zat yang signifikan mempengaruhi kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.1,56

Apabila basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas berkontak dengan sodium perborat dan potassium monopersulfate akan menyebabkan kerusakan pada basis gigitiruan secara kimiawi. Zat sodium perborat dan potassium monopersulfate

yang terkandung dalam larutan peroksida alkali mengalami penyerapan ke dalam intermolekular resin akrilik dan jarak antar rantai polimer akan meningkat serta terjadi ekspansi matriks. Hal ini mengakibatkan ikatan rantai polimer terganggu dan kekuatan ikatan antar molekul menurun, perusakan secara kimia atau lebih dikenal sebagai crazing (retak), penurunan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Raj N dan Souza MD


(50)

(2011), menyatakan bahwa penurunan kekuatan transversal karena larutan pembersih gigitiruan, disebabkan adanya potassium monopersulfate yang merupakan agen pengoksidasi yang kuat.56 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jubhari EH (2012), terlihat ada penurunan kekuatan transversal sampel resin akrilik yang direndam dalam larutan peroksida alkali yang mengandung sodium perborat dan potassium monopersulfate karena rantai polimer mengalami ekspansi.1


(1)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Kekuatan Transversal

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

F G 50.16000* 15.19126 .002 19.4573 80.8627 H 63.84000* 15.19126 .000 33.1373 94.5427 I 89.04000* 15.19126 .000 58.3373 119.7427 J 130.32000* 15.19126 .000 99.6173 161.0227 E 74.16000* 15.19126 .000 43.4573 104.8627 G H 13.68000 15.19126 .373 -17.0227 44.3827

I 38.88000* 15.19126 .014 8.1773 69.5827 ANOVA

Kekuatan Transversal

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 97814.131 9 10868.237 18.838 .000

Within Groups 23077.440 40 576.936


(2)

H I 25.20000 15.19126 .105 -5.5027 55.9027

J 66.48000* 15.19126 .000 35.7773 97.1827 I J 41.28000* 15.19126 .010 10.5773 71.9827 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

T- Test (INDEPENDENT)

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kekuatan Transversal A 5 974.1600 22.01926 9.84731

F 5 943.6800 21.35865 9.55188

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Kekuatan Transvers al

Equal variances assumed

.331 .581 2.222 8 .044 30.48000 13.71889 -1.15582 62.11582

Equal variances not assumed


(3)

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kekuatan Transversal B 5 930.9600 30.79818 13.77337

G 5 893.5200 15.79721 7.06473

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differenc

e

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Kekuatan Transversal

Equal variances assumed

.475 .510 2.419 8 .042 37.44000 15.47953 1.74413 73.13587

Equal variances not assumed

2.419 5.968 .052 37.44000 15.47953 -.48557 75.36557

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kekuatan Transversal C 5 917.2800 37.43731 16.74247


(4)

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differenc

e

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Kekuatan Transversa l

Equal variances assumed

.911 .368 2.000 8 .040 37.44000 18.71769 -5.72308 80.60308

Equal variances not assumed

2.000 5.881 .053 37.44000 18.71769 -8.58516 83.46516

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kekuatan Transversal D 5 893.2800 25.33677 11.33095


(5)

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differenc

e

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Kekuatan Transversal

Equal variances assumed

.000 .992 2.438 8 .041 38.64000 15.84727 2.09613 75.18387

Equal variances not assumed

2.438 7.996 .041 38.64000 15.84727 2.09291 75.18709

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kekuatan Transversal E 5 869.5200 16.40098 7.33474


(6)

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Kekuatan Transversal

Equal variances assumed

.079 .786 5.032 8 .001 56.16000 11.16065 30.42351 81.89649

Equal variances not assumed


Dokumen yang terkait

Perubahan Warna pada Lempeng Resin Akrilik Polimerisasi Panas setelah Perendaman dalam Ekstrak Daun Jambu Biji 30%

2 65 69

Perbedaan Kekuatan Transversal Bahan Basisgigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan Yang Berbeda Dengan dan Tanpa Penambahan Serat Kaca

2 77 83

Perbedaan Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Termoplastik Nilon

4 44 64

Modifikasi Jembatan Sementara Resin Akrilik Untuk Pemakaian Jangka Panjang

0 63 55

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Dan Kekuatan Transversal

0 0 15

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Dan Kekuatan Transversal

0 0 2

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Dan Kekuatan Transversal

0 0 9

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Dan Kekuatan Transversal

0 2 27

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Dan Kekuatan Transversal

0 4 7

Pengaruh Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Larutan Pembersih Peroksida Alkali Terhadap Perubahan Dimensi Dan Kekuatan Transversal

0 0 24