kebutuhan manusia dan semakin majunya suatu kegiatan usaha nelayan karena semakin maju teknologi yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan,
sehingga dibutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga yang khusus dibayar setiap sekali turun melaut sesuai dengan produksi ikan yang dihasilkan. Masyuri, 1999
E. Waktu Melaut
Setidak – tidaknya ada tiga pola penangkapan ikan yang lazim dilakukan oleh nelayan. Pertama, penangkapan ikan lebih dari satu hari. Penangkapan ikan
seperti ini merupakan penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekat daerah tangkapan dan besar kecilnya perahu yang digunakan menentukan lamanya
melaut. Kedua, pola penangkapan ikan satu hari, biasanya nelayan berangkat melaut sekitar 14.00 mendarat kembali sekitar jam 09.00 hari berikutnya.
Penangkapan ikan seperti ini biasa dikelompokkan sebagai penangkapan ikan lepas pantai. Ketiga, pola penangkapan ikan tengah hari, penangkapan ikan seperti
ini merupakan penangkapan ikan dekat pantai, umumnya mereka berangkat sekitar jan 03.00 dini hari atau setelah subuh dan mendarat kembali pagi hari
sekitar jam 09.00. Masyuri, 1999
2.1. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Rahim 2011, di wilayah Pesisir Pantai Sulawesi Selatan menunjukkan terdapat perbedaan jumlah tangkapan dan pendapatan usaha
tangkap nelayan dengan perahu motor dan perahu tanpa motor. Rata – rata jumlah tangkapan nelayan dengan perahu adalah 45,25 kgtrip dan 3.993 kgtahun.
Sedangkan jumlah pendapatan perahu tanpa motor adalah 23,13 kgtrip dan 1.192
Universitas Sumatera Utara
kgtahun, dengan pendapatan masing – masing perahu motor Rp 27.400.476tahun dan perahu tanpa motor Rp 12.215.298tahun.
Pendapatan nelayan perahu motor dipengaruhi secara positif dan nyata oleh harga minyak tanah dan produktivitas, dan secara negatif oleh harga bensin,
lama melaut, trip dan perbedaan wilayah, sementara pendapatan nelayan perahu tanpa motor dipengaruhi oleh produktivitas, tanggungan keluarga, jaring ingsang
tetap, dan perbedaan wilayah produksi Hasil penelitian Pasaribu 2012 menganalisis: 1 pengaruh intensitas
melaut, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, dan jenis perahu yang digunakan terhadap produksi ikan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten
Kepulauan Mentawai, 2 pendapatan bersih nelayan per bulan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai, 3 pengaruh produksi
ikan terhadap pendapatan bersih nelayan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Alat analisis yang di gunakan adalah
regresi linier sederhana dan berganda dengan metode Ordinary Least Squares OLS, analisis penerimaan dan pendapatan bersih nelayan.
Dari hasil analisis regresi berganda di ketahui bahwa faktor intensitas melaut, pengalaman melaut, dan jenis perahu yang digunakan nelayan secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi ikan. Secara simultan, intensitas melaut, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, dan jenis
perahu yang di gunakan berpengaruh signifikan terhadap produksi ikan. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa rata-rata pendapatan bersih per
orang nelayan perbulan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebesar Rp 2.195.523. Hasil penelitian juga
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa produksiikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih nelayan.
Salim 1999, dalam penelitian tentang analisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala Banda
Aceh, menyatakan bahwa variabel independen jarak tempuh melaut, modal, pengalaman, jumlah perahu, dan tenaga kerja dapat menerangkan variasi variabel
dependen pendapatan nelayan sebesar 98,7 dan variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen adalah pengalaman dan jumlah perahu
dan masing – masing berpengaruh nyata. Sasmita 2006, dalam penelitian tentang analisis faktor – faktor yang
mempengaruhi pendapatan usaha nelayan di Kabupaten Asahan, menyatakan bahwa variasi variabel dependen pendapatan usaha nelayan yang diterangkan
oleh variable independen sebesar 60,7 . Variabel independen modal kerja dan melaut berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan nelayan.
Sujarno 2008, menganalisis empat faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat yaitu modal kerja, tenaga kerja,
pengalaman dan jarak tempuh melaut, dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja, tenaga
kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut secara bersama – sama berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat.
Dari empat faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan, ternyata modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor
tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut. Dengan demikian, dalam kegiatan melaut, para nelayan memperhatikan modal kerja. Hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor – faktor yang lain terhadap pendapatan nelayan, maka
disarankan membuka akses untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bekerjasama dengan koperasi atau lembaga keungan bank dan non bank.
Disamping itu, kepada nelayan diberikan pembinaan dan pengembangan kemampuan dalam menangkap ikan dengan menggunakan teknologi yang tepat.
2.2. Landasan Teori