Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di Pesisir Pantai Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI

KECAMATAN SINGKIL UTARA

KABUPATEN ACEH SINGKIL

Tesis

Oleh:

NOMI NOVIANI SIREGAR

NIM : 107039025

PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI

KECAMATAN SINGKIL UTARA

KABUPATEN ACEH SINGKIL

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian Pada Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara

Oleh:

NOMI NOVIANI SIREGAR

NIM : 107039025

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di Pesisir Pantai Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

Nama : Nomi Noviani Siregar

NIM : 107039025

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Ir. Diana Chalil, MSi, PhD) (Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,


(4)

Lampiran 4.

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Selasa, Agustus 26 2013

Tim penguji

Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana MS Anggota : 1. Ir. Diana Chalil, MSi, PhD

2. Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M. Si 3. Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS 4. Ir. Iskandarini, MM, PhD


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI PESISIR PANTAI KECAMATAN SINGKIL UTARA KABUPATEN ACEH SINGKIL

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah di nyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,

Nomi Noviani Siregar NIM. 107039025


(6)

Dipersembahkan kepada:

Bapak dan ibu saya tercinta, dan seluruh keluarga saya


(7)

ABSTRAK

NOMI NOVIANI SIREGAR. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di Pesisir Pantai Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil” Adapun penelitian ini dibimbing oleh Ibu Diana Chalil, Msi, PhD sebagai ketua dan Bapak Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si sebagai anggota.

Secara umum nelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil mempunyai pendapatan yang rendah diduga hal tersebut dipengaruhi oleh harga jual ikan, jumlah tangkapan dan harga input yang digunakan. Tujuan Penelitian untuk mendeskripsikan perbedaan tingkat pendapatan, waktu melaut, dan hasil tangkapan dengan berbagai ukuran mesin di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil. Menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pendapatannelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil. Untuk menganalisis hipotesis tersebut dilakukan penelitian terhadap 80 nelayan di pesisir pantai Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil. Sampel ditentukan dengan metode stratified purposive sampling dengan 3 strata ukuran mesin. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa jumlah tangkapan, harga ikan, biaya bahan bakar, dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata pada pendapatan nelayan, sementara biaya penyusutan tidak berpengaruh nyata. Namun demikian tidak ada perbedaan yang nyata pada pendapatan nelayan dengan ukuran mesin yang berbeda.

Kata kunci : Pendapatan Nelayan, Ukuran mesin, Jumlah tangkapan, Biaya bahan bakar, Regresi linier Berganda.


(8)

ABSTRACT

NOMI NOVIANI SIREGAR. The Factors which Influence Fishermen’s Income on the Coastal Area of Singkil Utara Subdistrict, Aceh Singkil District. The research was supervised by Diana Chalil, M.Si, PhD, as the chairperson and Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si as the member.

In general, fishermen on the coastal area of Singkil Utara Subdistrict, Aceh Singkil District, have low income which is probably influenced by the fish selling price, the number of catches, and the input price. The objective of the research was to describe the disparity of the level of income, time for going to sea, and catching yield, using various machine sizes in Singkil Utara Subdistrict, Aceh Singkil District, and to analyze some factors which influenced the fishermen’s income in Singkil Utara Subdistrict, Aceh Singkil District. The population of the research was 80 fishermen on the coastal area of Singkil Utara Subdistrict, Aceh Singkil District. The samples were taken by using stratified purposive sampling technique with three strata of machine sizes. The result of the research, using multiple linear regression analysis, showed that the number of catches, fish price, the cost of fuel, and the cost of manpower had significant influence on fishermen’s income, while the cost of weight loss did not have any significant influence on fishermen’s income. However, there was no significant disparity between fishermen’s income and different machine sizes.

Keywords: Fishermen’s Income, Machine Size, the Number of Catches, Cost of Fuel, Multiple Linear Regression


(9)

RIWAYAT HIDUP

NOMI NOVIANI SIREGAR, lahir di Aceh Singkil pada tanggal 21 februari 1988 dari bapak H. Pangihutan Siregar dan ibu Hj. Suwarti. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar Mahammadiyah Rimo, Aceh Singkil,

tamat tahun 2000.

2. Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Padang Sidimpuan, tamat tahun 2003.

3. Tahun 2003 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Al-Azhar Medan, tamat tahun 2006

4. Tahun 2006 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumtera Utara Medan, tamat tahun 2010.

5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Diana Chalil, MSi, PhD selaku ketua Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaiannya tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2013 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Ciri-ciri Nelayan ... 7

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Nelayan ... 8

C. Modal dan Biaya Produksi ... 9

D. Faktor Tenaga Kerja ... 9

E. Faktor Waktu Melaut ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu.... ... 10

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Wilayah Pesisir Pantai... 13

2.2.2. Ketidakberdayaan Teknologi dan Ekonomi Nelayan ... 13

2.2.3. Pengelolaan Sumberdaya ikan ... 15

2.2.4. Prinsip Pengolahan Perikanan yang Statis ... 17

2.2.5. Prinsip Pengolahan Perikanan yang Dinamis ... 18

2.2.6. Pola Kegiatan Nelayan ... 20

2.2.7. Pengertian Pendapatan ... 20

2.3. Kerangka Penelitian ... 22

2.4. Hipotesis Penelitian ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Metode Penentuan Lokasi ... 25


(12)

3.4. Metode Analisis Data ... 27

3.5. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 31

3.5.1 Uji Linieritas ... 31

3.5.2 Uji Normalitas ... 32

3.5.3. Uji Multikolinieritas ... 32

3.5.4. Uji Heteroskedastisitas ... 33

3.5.5. Uji Autokorelasi ... 34

3.6. Definisi Operasional... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Deskripsi Wilayah Kecamatan Singkil Utara ... 37

4.1.1. Wilayah Dan Iklim ... 37

4.1.2.Penduduk ... 38

4.2.Karakteristik Sampel ... 39

4.2.1.Usia ... 39

4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 40

4.2.3.Jumlah Tangungan Keluarga... 41

4.2.4.Pengalaman Melaut ... 42

4.2.5.Tenaga Kerja ... 43

4.2.6. Pola Kegiatan Kerja Nelayan ... 44

4.2.7.Kondisi Sosial Nelayan ... 45

4.3. Hasil Dan Pembahasan ... 46

4.3.1. Uji Asumsi Klasik ... 46

4.3.1.1. Uji Linieritas ... 46

4.3.1.2. Uji Multikolinieritas ... 46

4.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 47

4.3.1.4. Uji Normalitas ... 48

4.4. Lama Melaut, Hasil Tangkapan, Pendapatan, Biaya Produksi,dan Penerimaan ... 49

4.4.1. Analisis Biaya ... 50

4.4.2. Hasil Uji Beda Rata-rata ... 52

4.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan di

Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010 – 2011 (ton) ... 2 2 Produksi Perikanan Laut per Bulan Dalam Kabupaten

Aceh Singkil Tahun 2007 – 2011 ... 3 3 Banyaknya Keluarga Pra Sejahtera Menurut Kecamatan

di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2011 ... 4 4 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan di

Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010 – 2011 (ton) ... 25 5 Jumlah Sampel dan Ukuran Mesin Di Kecamatan Singkil

Utara Kabupaten Aceh Singkil ... 26 6 Distribusi Jenis Kelamin Di Kecamatan Singkil Utara

Kabupaten Aceh Singkil ... 38 7 Banyaknya Nelayan di Kecamatan Singkil Utara

Kabupaten Aceh Singkil ... 39 8 Karakteristik Nelayan Sampel Menurut Umur

Berdasakan Jenis Ukuran Mesin Yang Digunakan Di

Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil ... 40 9 Karakteristik Nelayan Sampel Menurut Tingkat

Pendidikan Berdasarkan Ukuran Mesin Yang Digunakan

di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil ... 41

10 Karakteristik Nelayan Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Berdasarkan Dengan Jenis Ukuran Mesin yang Digunakan di

Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil ... 42 11 Karakteristik Nelayan Berdasarkan Pengalaman Melaut

Berdasarkan Dengan Ukuran Mesin Yang Digunakan

di Kabupaten Aceh Singkil Kecamatan Singkil Utara ... 43 12 Tenaga Kerja Nelayan yang Digunakan yang

Berdasarkan dengan Ukuran Mesin yang digunakan di

Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil ... 44 13 Kegiatan dan Pola Melaut Nelayan di Kecamatan Singkil


(14)

14 Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Pendapatan

Nelayan ... 47 15 Nilai dan Persentase dari Masing- Masing Jenis Biaya

Tetap Dan Biaya Variabel Usaha Penangkapan Ikan Per musim Ikan di Kecamatan singkil Utara Kabupaten Aceh

Singkil ... 50 16 Pendapatan Nelayan Menurut Jenis Ukuran Mesin di

Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil ... 51 17 Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Nelayan

Ukuran Mesin 6 Pk, 7 Pk, dan 9 Pk ... 52 18 Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Waktu Melaut Nelayan

Ukuran Mesin 6 Pk, 7 Pk, dan 9 Pk ... 53 19 Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Hasil Tangkapan

Nelayan Ukuran Mesin 6 Pk, 7 Pk, dan 9 Pk ... 54 20 Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Biaya Produksi

Nelayan Ukuran Mesin 6 Pk, 7 Pk, dan 9 Pk ... 55 21 Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Penerimaan Nelayan

Ukuran Mesin 6 Pk, 7 Pk, dan 9 Pk ... 56 22 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1 Grafik Produksi Perikanan Laut Tahun 2007 – 2011 ... 2

2 Kerangka Penelitian ... 23

3 Penentuan Musim Timur Dan Barat ... 45

4 Uji Heteroskedastisitas Model Pendapatan Nelayan ... 47


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal 1. Produksi Perikanan Laut Menurut Jenis Ikan

Diperinci Per Kecamatan Dalam Kabupaten Aceh

Singkil Tahun 2011 ... 65 2. PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional

Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2008 – 2011 (Persen) ... 66 3. Karakteristik Nelayan di Kecamatan Singkil Utara ... 67 4. Distribusi Penggunaan Biaya Variabel Usaha Nelayan

di Kecamatan Singkil Utara ... 70 5. Distribusi Penggunaan Biaya Tetap Usaha Nelayan di

Kecamatan Singkil Utara ... 74 6. Distribusi Penggunaan Biaya Tenaga Kerja Nelayan

di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil... 82 7. Distribusi Total Biaya Nelayan Musim Ikan di

Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil ... 84 8. Distribusi Penerimaan Dan Pendapatan Nelayan

Musim Ikan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten

Aceh Singkil ... 88 9. Hasil Uji ANOVA ... 90 10. Analisis Regresi Berganda ... 98


(17)

ABSTRAK

NOMI NOVIANI SIREGAR. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di Pesisir Pantai Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil” Adapun penelitian ini dibimbing oleh Ibu Diana Chalil, Msi, PhD sebagai ketua dan Bapak Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si sebagai anggota.

Secara umum nelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil mempunyai pendapatan yang rendah diduga hal tersebut dipengaruhi oleh harga jual ikan, jumlah tangkapan dan harga input yang digunakan. Tujuan Penelitian untuk mendeskripsikan perbedaan tingkat pendapatan, waktu melaut, dan hasil tangkapan dengan berbagai ukuran mesin di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil. Menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pendapatannelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil. Untuk menganalisis hipotesis tersebut dilakukan penelitian terhadap 80 nelayan di pesisir pantai Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil. Sampel ditentukan dengan metode stratified purposive sampling dengan 3 strata ukuran mesin. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa jumlah tangkapan, harga ikan, biaya bahan bakar, dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata pada pendapatan nelayan, sementara biaya penyusutan tidak berpengaruh nyata. Namun demikian tidak ada perbedaan yang nyata pada pendapatan nelayan dengan ukuran mesin yang berbeda.

Kata kunci : Pendapatan Nelayan, Ukuran mesin, Jumlah tangkapan, Biaya bahan bakar, Regresi linier Berganda.


(18)

ABSTRACT

NOMI NOVIANI SIREGAR. The Factors which Influence Fishermen’s Income on the Coastal Area of Singkil Utara Subdistrict, Aceh Singkil District. The research was supervised by Diana Chalil, M.Si, PhD, as the chairperson and Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si as the member.

In general, fishermen on the coastal area of Singkil Utara Subdistrict, Aceh Singkil District, have low income which is probably influenced by the fish selling price, the number of catches, and the input price. The objective of the research was to describe the disparity of the level of income, time for going to sea, and catching yield, using various machine sizes in Singkil Utara Subdistrict, Aceh Singkil District, and to analyze some factors which influenced the fishermen’s income in Singkil Utara Subdistrict, Aceh Singkil District. The population of the research was 80 fishermen on the coastal area of Singkil Utara Subdistrict, Aceh Singkil District. The samples were taken by using stratified purposive sampling technique with three strata of machine sizes. The result of the research, using multiple linear regression analysis, showed that the number of catches, fish price, the cost of fuel, and the cost of manpower had significant influence on fishermen’s income, while the cost of weight loss did not have any significant influence on fishermen’s income. However, there was no significant disparity between fishermen’s income and different machine sizes.

Keywords: Fishermen’s Income, Machine Size, the Number of Catches, Cost of Fuel, Multiple Linear Regression


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata –rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan pada musim barat maksimum 35 knot. Musim hujan antara bulan November – Mei sedangkan musim kemarau antara bulan Juni – Oktober. Iklim tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kondisi perairan laut di Kabupaten Aceh Singkil.

Kabupaten Aceh Singkil terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan, dan 4 (empat) kecamatan diantaranya, Kecamatan Pulau Banyak, Singkil, Singkil Utara, dan Kecamatan Kuala Baru, merupakan daerah yang memiliki perairan laut yang cukup luas, luas wilayah laut kabupaten 2.802.56 km2

Tahun 2011 jumlah produksi perikanan tangkap laut sebanyak 9.877,24 ton/tahun. Jenis ikan yang ditangkap antara lain: tongkol, kakap, kerapu, gembung, tenggiri, dan ekor kuning, jenis ikan tersebut merupakan ikan yang sering ditangkap oleh nelayan setempat dan menjadi konsumsi bagi masyarakat Kabupaten Aceh Singkil. Kecamatan Singkil Utara merupakan penghasil kepiting terbesar di Kabupaten Aceh Singkil sebesar 37,40 ton dan ikan tenggiri terbesar kedua sebesar 88,99 ton (Lampiran 1)

, dan potensi lahan perikanan budidaya laut seluas 1.480 ha dan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, rata – rata 80% penduduk di kecamatan tersebut berprofesi sebagai nelayan (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Aceh Singkil 2012)


(20)

Tabel 1. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010 – 2011 (Ton)

Kecamatan 2010 2011 Persentase

2010 2011

Pulau Banyak Pulau Banyak Barat Singkil

Singkil Utara Kuala Baru

5.363,35 - 711,72 1.021,07 1.104,50

4.468,00 2.267,00 737,55 1.133,09 1.271,60

65,40 - 8,68 12,45 13,47

45,24 22,95 7,47 11,47 12,87 Kabupaten Aceh Singkil 8.200,64 9.877,24 100,0 100,0 Sumber : Aceh Singkil Dalam Angka2012

Berdasarkan Tabel 1. Produksi perikanan tangkap menurut kecamatan produksi tertinggi di Kecamatan Pulau Banyak sebesar 5.363,35 ton, atau 65,40% dari total produksi perikanan tangkap tahun 2010, sedangkan tahun 2011 menurun sebesar 4.468,00 ton atau 45,24% dari total produksi perikanan. Kecamatan Singkil Utara adalah tertinggi ketiga sebesar 1.133,09 ton .

Sumber: Aceh Singkil Dalam Angka 2012


(21)

(22)

Tabel 2. Produksi Perikanan Laut per Bulan Dalam Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2007 – 2011

Bulan 2007 % 2008 % 2009 % 2010 % 2011 %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 502,70 430,10 422,30 389,80 403,40 407,20 458,90 433,70 425,50 544,50 562,70 526,70 9,13 7,81 7,67 7,08 7,33 7,39 8,33 7,88 7,72 9,89 10,22 9,56 497,10 420,80 405,50 399,70 455,60 450,80 479,80 1.080,70 976,60 905,20 570,60 480,30 6,98 5,91 5,69 5,61 6,40 6,33 6,70 15,17 13,71 12,71 8,01 6,74 521,60 482,20 502,30 489,30 487,40 468,50 501,30 669,00 1.202,50 979,020 596,80 582,60 6,59 6,44 7,35 6,54 6,51 6,26 6,70 8,94 16,07 13,08 7,98 7,80 571,60 528,10 550,30 536,30 533,90 513,40 549,40 733,10 1.317,80 1.072,64 654,40 639,60 6,97 6,44 6,71 6,54 6,51 6,26 6,70 8,94 16,07 13,08 7,98 7,79 631,60 587,20 538,30 679,80 688,40 788,50 601,60 991,00 1.105,50 1.815,02 999,30 1.082,60 6,39 5,94 5,44 6,88 6,97 7,98 6,09 10,03 11,19 18,38 10,12 10,95 Jumlah 5.507,10 100,00 7.122,70 100,00 7.482,50 100,00 8.200,64 100,00 9.877,24 100,00 Sumber : Aceh Singkil Dalam Angka 2012


(23)

Berdasarkan Tabel 2. Produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara umum pada musim paceklik produksi hasil tangkapan ikan menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi penghasilan nelayan dari kegiatan penangkapan adalah faktor fisik berupa kondisi lingkungan pesisir, teknologi penangkapan, lokasi penangkapan, dan modal serta faktor – faktor non fisik berupa iklim (musim), umur nelayan, pendidikan, dan pengalaman melaut (Rahim, 2011). Gambar 1. Menunjukkan produksi perikanan tangkap bahwa pada bulan Januari – Juni produksi berfluktuasi karena gelombang besar sedangkan pada bulan Agustus – Desember terjadi kenaikkan dan penurunan dikarenakan cuaca laut yang selalu tidak pasti.

Hasil survey menunjukkan nelayan di Kecamatan Singkil Utara memiliki pengalaman melaut sejak tahun 1970. Sumber modal utama nelayan untuk memiliki kapal mesin tempel dan alat – alat tangkap yaitu dari modal sendiri, sedangkan sebagian kecil nelayan yang tidak memiliki modal untuk membeli peralatan melaut pada umumnya bekerja pada nelayan pemilik kapal. Upah nelayan dihitung dengan menggunakan sistem bagi hasil sebesar 50% dari hasil produksi tangkapan yang diperoleh nelayan setelah dikurangi biaya-biaya melaut.

Tabel 3. Banyaknya Keluarga Pra Sejahtera Menurut Kecamatan dan Di Kabupaten Aceh Singkil, Tahun 2011

No Kecamatan PraSejahtera

Jumlah (KK) Persentase

1 Pulau Banyak 403 15,30

2 Pulau Banyak Barat 201 7,63

3 Singkil 1.433 54,44

4 Singkil Utara 503 19,10

5 Kuala Baru 93 3,53


(24)

Berdasarkan Tabel 3. Banyaknya keluarga pra sejahtera di Kecamatan Singkil Utara sebesar 503 KK, atau sekitar 19,10 %, dari total keluarga pra sejahtera, sedangkan jumlah keluarga prasejahtera terbanyak di Kecamatan Singkil sebesar 1.433 KK keluarga atau 54,44 dari total keluarga pra sejahtera.

Hasil survey menunjukkan pendapatan nelayan rendah karena cuaca yang tidak menentu seperti gelombang besar menyebabkan pendapatan nelayan rata – rata / bulan sekitar yaituRp 1.000 000, – 1.500 000,/bulan. Apabila dibandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR) sebesar Rp 1.550.000, pendapatan rata – rata nelayan masih dikatakan rendah.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana perbedaan tingkat pendapatan, waktu melaut, dan hasil tangkapan dengan berbagai ukuran mesin di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil?

2. Faktor – faktor apa yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan perbedaan tingkat pendapatan, waktu melaut, dan hasil tangkapan dengan berbagai ukuran mesin di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil.

2. Menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil.


(25)

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

2. Memberikan informasi bagi masyarakat desa khususnya nelayan tradisional tentang faktor – faktor pendukung yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan.

3. Bagi peneliti yang lain, digunakan sebagai dasar pengembangan teori maupun bahan untuk melakukan kegiatan penelitian selanjutnya.


(26)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ciri-ciri Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung dari hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan atau pun budidaya. (Mulyadi, 2005)

Ciri – ciri nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut:

a. Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian.

b. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah, atau tanggul penahan gelombang disekitar desa.

c. Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan nelayan bekerja adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara profesional.

d. Dari segi bangunan struktur sosial, komunitas nelayan terdiri atas komunitas yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukim di desa–desa nelayan terpencil yang sulit dijangkau transportasi darat. Komunitas nelayan di desa yang terpencil biasanya menggunakan alat-alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga produktivitas


(27)

rendah. Sementara itu kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar juga akanmenjadi penyebab rendahnya hasil laut di daerah mereka. (Sasmita, 2006)

B. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kegiatan Nelayan

Masyarakat nelayan yang sampai saat ini masih merupakan tema yang sangat menarik untuk didiskusikan. Membicarakan nelayan hampir pasti isu dan selalu muncul adalah masyarakat yang marjinal, miskin dan menjadi sasaran eksploitasi penguasa baik secara ekonomi maupun politik. (Sasmita, 2006)

Berdasarkan pendapatannya, nelayan dapat dibagi menjadi :

a. Nelayan Tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya berasal dari perikanan.

b. Nelayan sambilan utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya berasal dari perikanan.

c. Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya berasal dari perikanan.

d. Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim – musim tertentu saja aktif sebagai nelayan.

Munurut Sasmita (2006), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat produksi nelayan, yaitu:

1. Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan yaitu, perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin (motorisasi), jaring dan pancing.

2. Peralatan/modal nelayan dinilai dari peralatan yang digunakan, seperti : a. Harga perahu, apakah perahu mempergunakan mesin atau tidak. b. Harga dari peralatan penangkapan ikan, misalnya jaring dan pancing.


(28)

c. Bahan bakar, oli (untuk satu kali melaut), konsumsi, es, biaya lapor

restribusi, dan lain – lain merupakan modal kerja dalam melaut.

d. Tenaga kerja, yang digunakan untuk melaut (menangkap ikan) menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga. e. Musim, sangat berpengaruh terhadap kegiatan kerja nelayan yaitu musim

barat dan musim timur.

C. Modal dan Biaya Produksi

Modal ada dua macam, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap diterjemahkan menjadi biaya produksi melalui deprection cost dan bunga modal. Modal bergerak langsung menjadi biaya produksi dengan besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak (Rangkuti, 1995)

Sebagian modal nelayan digunakan untuk biaya operasi, yaitu penyediaan input produksi (sarana produksi), biaya operasi dan biaya – biaya lain dalam satu usaha kegiatan nelayan. Biaya produksi atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari kelompok nelayan kaya atau pemilik modal, karena adanya hubungan pinjam meminjam uang sebagai modal kerja dimana pada musim panen, hasil tangkapan (produksi) ikan nelayan digunakan untuk membayar seluruh pinjaman utang, dan tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal (Sasmita, 2006)

D. Faktor Tenaga Kerja

Tenaga kerja di Indonesia dan sebagian besar negara – negara berkembang termasuk negara maju pada umumnya merupakan tenaga untuk usaha nelayan atau usaha keluarga. Keadaan ini berkembang dengan semakin meningkatnya


(29)

kebutuhan manusia dan semakin majunya suatu kegiatan usaha nelayan karena semakin maju teknologi yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga yang khusus dibayar setiap sekali turun melaut sesuai dengan produksi ikan yang dihasilkan. (Masyuri, 1999)

E. Waktu Melaut

Setidak – tidaknya ada tiga pola penangkapan ikan yang lazim dilakukan oleh nelayan. Pertama, penangkapan ikan lebih dari satu hari. Penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekat daerah tangkapan dan besar kecilnya perahu yang digunakan menentukan lamanya melaut. Kedua, pola penangkapan ikan satu hari, biasanya nelayan berangkat melaut sekitar 14.00 mendarat kembali sekitar jam 09.00 hari berikutnya. Penangkapan ikan seperti ini biasa dikelompokkan sebagai penangkapan ikan lepas pantai. Ketiga, pola penangkapan ikan tengah hari, penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan dekat pantai, umumnya mereka berangkat sekitar jan 03.00 dini hari atau setelah subuh dan mendarat kembali pagi hari sekitar jam 09.00. (Masyuri, 1999)

2.1. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Rahim (2011), di wilayah Pesisir Pantai Sulawesi Selatan menunjukkan terdapat perbedaan jumlah tangkapan dan pendapatan usaha tangkap nelayan dengan perahu motor dan perahu tanpa motor. Rata – rata jumlah tangkapan nelayan dengan perahu adalah 45,25 kg/trip dan 3.993 kg/tahun. Sedangkan jumlah pendapatan perahu tanpa motor adalah 23,13 kg/trip dan 1.192


(30)

kg/tahun, dengan pendapatan masing – masing perahu motor Rp 27.400.476/tahun dan perahu tanpa motor Rp 12.215.298/tahun.

Pendapatan nelayan perahu motor dipengaruhi secara positif dan nyata oleh harga minyak tanah dan produktivitas, dan secara negatif oleh harga bensin, lama melaut, trip dan perbedaan wilayah, sementara pendapatan nelayan perahu tanpa motor dipengaruhi oleh produktivitas, tanggungan keluarga, jaring ingsang tetap, dan perbedaan wilayah produksi

Hasil penelitian Pasaribu (2012) menganalisis: (1) pengaruh intensitas melaut, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, dan jenis perahu yang digunakan terhadap produksi ikan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai, (2) pendapatan bersih nelayan per bulan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai, (3) pengaruh produksi ikan terhadap pendapatan bersih nelayan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Alat analisis yang di gunakan adalah regresi linier sederhana dan berganda dengan metode Ordinary Least Squares (OLS), analisis penerimaan dan pendapatan bersih nelayan.

Dari hasil analisis regresi berganda di ketahui bahwa faktor intensitas melaut, pengalaman melaut, dan jenis perahu yang digunakan nelayan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi ikan. Secara

simultan, intensitas melaut, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, dan jenis

perahu yang di gunakan berpengaruh signifikan terhadap produksi ikan. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa rata-rata pendapatan bersih per orang nelayan perbulan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebesar Rp 2.195.523. Hasil penelitian juga


(31)

menunjukkan bahwa produksiikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih nelayan.

Salim (1999), dalam penelitian tentang analisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, menyatakan bahwa variabel independen (jarak tempuh melaut, modal, pengalaman, jumlah perahu, dan tenaga kerja) dapat menerangkan variasi variabel dependen (pendapatan nelayan) sebesar 98,7% dan variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen adalah pengalaman dan jumlah perahu dan masing – masing berpengaruh nyata.

Sasmita (2006), dalam penelitian tentang analisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha nelayan di Kabupaten Asahan, menyatakan bahwa variasi variabel dependen (pendapatan usaha nelayan) yang diterangkan oleh variable independen sebesar 60,7 %. Variabel independen ( modal kerja dan melaut) berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan nelayan.

Sujarno (2008), menganalisis empat faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat yaitu modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut, dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja, tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut secara bersama – sama berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat.

Dari empat faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan, ternyata modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut. Dengan demikian, dalam kegiatan melaut, para nelayan memperhatikan modal kerja. Hasil penelitian


(32)

menunjukkan bahwa modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor – faktor yang lain terhadap pendapatan nelayan, maka disarankan membuka akses untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bekerjasama dengan koperasi atau lembaga keungan bank dan non bank. Disamping itu, kepada nelayan diberikan pembinaan dan pengembangan kemampuan dalam menangkap ikan dengan menggunakan teknologi yang tepat.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Wilayah Pesisir Pantai

Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat – sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin (Supriharyono, 2007)

Wilayah pesisir merupakan sumberdaya potensial di Indonesia, suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Indonesia merupakan wilayah kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17,508, pulau panjang pantai kurang lebih 81,000 Km sehingga memiliki wilayah pesisir terluas kedua didunia setelah Canada. Dengan garis pantai, Indonesia menyimpan potensi pembangunan yang besar yang didukung dengan adanya ekosistem dengan produktivitas hayati seperti terumbu karang, hutan mangrove, estuari, dan padang lamun (Sidik. et al, 2002).

2.2.2. Ketidakberdayaan Teknologi dan Ekonomi Nelayan

Ketergantungan nelayan terhadap teknologi penangkapan itu sangat tinggi karena kondisi sumberdaya perikanan yang mudah berpindah – pindah dari satu


(33)

tempat ketempat lain, disisi lain, untuk menangkap ikan nelayan perlu sarana bantu untuk dapat bertahan lama hidup diatas air. Umumnya para nelayan mengalami keterbatasan dalam teknologi penangkapan. Dengan alat tangkap yang sederhana, menyebabkan :

1. Wilayah operasi menjadi terbatas hanya disekitar perairan pantai.

2. Ketergantungan terhadap musim sangat tinggi, sehingga nelayan tidak setiap saat bisa turun melaut, terutama pada musim ombak, yang berlangsung lebih dari satu bulan yang mengakibatkan hasil tangkapan menjadi terbatas.

3. Alat tangkap sederhana (teknologi penangkapan yang rendah) yang dimiliki oleh nelayan mengakibatkan jumlah tangkapan rendah. Kondisi ini merugikan nelayan karena pendapatan yang diperoleh nelayan rendah.

4. Sistem bagi hasil yang dilakukan oleh para juragan, cenderung kurang menguntungkan nelayan buruh (Mulyadi, 2005)

Pada umumnya ilmu ekonomi (ekonomika) diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan dari berbagai alat pemuas kubutuhan atau sumberdaya yang terbatas adanya. Alat pemuas kebutuhan ini disebut sebagai sumberdaya, dapat berupa barang konsumsi maupun barang produksi (Suparmoko, 1997)

Pada dasarnya prisip – prinsip dalam ekonomika sumberdaya alam tidaklah terlalu khusus dan menggunakan prinsip – prinsip analisis pada umumnya. Barang – barang sumberdaya alam tidaklah bebas adanya sehingga untuk memperolehnya memerlukan pengorbanan. Selanjutnya dalam melakukan pilihan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan itu selalu dipertimbangkan


(34)

adanya pemuasan kebutuhan dengan tujuan untuk memaksimalkan produksi, baik untuk perorangan ataupun untuk masyarakat.

Penggunaan sumberdaya alam untuk masa datang secara langsung perlu dihubungkan dengan apa yang disebut sebagai imbangan antara penduduk dan sumberdaya alam. Apabila penduduk membutuhkan terlalu banyak barang dan jasa, maka muncul kebutuhan untuk meningkatkan penggalian sumberdaya alam baik yang ekstraktif sifatnya maupun sumberdaya alam seperti lapangan terbuka, tempat rekreasi, dan udara yang bersih. Namun dampaknya adalah justru memburuknya kondisi fisik dari dunia ini, dan sayangnya masyarakat sangat lamban dalam menemukan pemecahan terhadap masalah yang timbul. Beberapa hal yang menjadi alasan dari lambannya penyesuaian itu ialah bahwa :

1. Masyarakat lebih mengenal adanya pemilikan pribadi (privat) dan mekanisme pasar, sehingga pengertian bahwa lingkungan sebagai barang milik bersama dan dipelihara bersama masih sulit dimengerti.

2. Kita tidak mengetahui secara pasti apa yang sesungguhnya diinginkan oleh masyarakat itu, demikian pula tentang teknologi untuk menghasilkan apa yang diinginkan tersebut tidak banyak kita ketahui.

3. Karena adanya eksternalitas, maka biaya produksi barang dan jasa sering menjadi tidak jelas, di samping adanya kelambanan dalam mobalitas manusia (Suparmoko, 1997)

2.2.3. Pengelolaan Sumberdaya Ikan

Perikanan merupakan subsektor yang penting, yaitu sebagai sumber pendapatan dan kesempatan kerja serta menarik perhatian dalam hal efisiensi dan


(35)

distribusi. Masalah efisiensi dikaitkan dengan jumlah persediaan ikan yang terus terancam punah dan masalah distribusi berkaitan dengan siapa yang akan memperoleh manfaat. Ikan merupakan sumberdaya alam yang dapat pulih (renewable resource) yang memerlukan usaha – usaha pengelolaan yang baik agar dapat mempertahankan dan mengembangkan unit populasi yang ada, dalam usaha pengelolaan tersebut diperlukan pengetahuan dan informasi tentang perikanan dalam rangka mempelajari perilaku kehidupan dan sifat – sifat dari unit populasi yang merupakan suatu komunitas dalam sumberdaya alam (Suparmoko, 1997)

Dengan dicetusnya wilayah perikanan dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil laut, maka hal ini mendorong negara – negara yang bersangkutan menyatakan batas – batas lepas pantai penangkapan yang diperluas untuk pengawasan eksklusif terhadap aktivitas – aktivitas ekonomi negara yang bersangkutan. Keberhasilan pembangunan perikanan tidak terlepas dari perencanaan yang mantap berdasarkan informasi tentang semua aspek yang mempengaruhi sumberdaya alam tersebut, terutama aspek sumberdaya kehidupan dan penggunaannya.

Subsektor perikanan memberikan harapan yang menjamin kelangsungan hidup manusia masa kini dan masa yang akan datang, perikanan merupakan satu bagian dari kegiatan ekonomi yang memberikan harapan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui berbagai usaha yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik. Dewasa ini, usaha perikanan di dunia telah mendapatkan banyak perhatian karena meningkatnya keprihatinan terhadap kerusakan permanen dari kelestarian sumberdaya ikan sebagai akibat proses


(36)

pengambilan secara besar – besaran dan tidak terkendali. Dalam rangka mencapai tujuan pokok pembangunan perikanan, dilakukan usaha sebagai berikut :

1. Peningkatan produksi dan produktivitas

2. Peningkatan kesejahteraan petani ikan (nelayan) melalui perbaikan pendapatan 3. Penyediaan lapangan kerja

4. Menjaga kelestarian sumberdaya hayati perikanan 5. Pola manajemen dalam pengelolaan semberdaya ikan

Sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya ikan merupakan sumberdaya alam milik bersama atau milik umum yang berperan dalam kehidupan manusia untuk pemenuhan kebutuhan hidup baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan lainnya seperti keindahan ikan sebagai hiburan (Suparmoko,1997)

2.2.4. Prinsip Pengolahan Perikanan Yang Statis

Sebagaimana diketahui sumberdaya perikanan senantiasa tergantung pada waktu, sehingga perlu diketahui pola atau fungsi produksi ikan, pertumbuhan populasinya dan apa yang ingin dicapai dengan beberapa kendala tertentu. Adapun yang dimaksud dengan nilai kelangkaan (scarcity rent) adalah nilai ikan pada waktu yang akan datang yang cenderung meningkat dengan meningkatnya biaya penangkapan ikan saat ini karena berkurangnya populasi ikan itu sendiri. Untuk mempertahankan keberadaan populasi ikan, berbagai prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman adalah sebagai berikut.

Meningkatkan pertumbuhan populasi ikan dan menekan biaya serta manaikkan scarcity rent. Sedangkan, bila usaha penangkapan ikan dihubungkan dengan tingkat bunga, maka apabila tingkat bunga tinggi, orang cenderung


(37)

menangkap ikan secara berlebihan, sebaliknya bila tingkat bunga rendah, jumlah ikan akan bertambah karena orang cenderung memperlambat proses penangkapan ikan. Apabila sewa kelangkaan sebesar nol maka harga ikan cenderung sama dengan biaya marginal penangkapan ikan sehingga penangkapan ikan cukup tinggi. Jadi pada dasarnya dalam kondisi pengelolaan semberdaya ikan secara statis, tidak menggunakan tingkat pengambilan yang secara ekonomis efisien karena tidak diketahuinya secara pasti mengenai kondisi – kondisi yang ada. (Suparmoko, 1997)

2.2.5. Prinsip Pengelolaan Perikanan Yang Bersifat Dinamis

Bila subsektor perikanan tidak mendapatkan suatu pola pengaturan yang baik maka subsektor tersebut akan menjadi subsektor yang bersifat milik umum. Pengelolaan sumberdaya ikan dalam hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a. Melarang penangkapan ikan pada suatu musim tertentu. b. Menutup daerah penangkapan tertentu.

c. Membatasi jumlah ikan yang ditangkap.

Usaha –usaha tersebut perlu di barengi dengan usaha ekstra yang berupa peningkatan pengawasan dan penerapan hukum secara mendasar di samping pengukuran jenis usaha penangkapan atau teknologi perikanan yang sesuai, seperti penggunaan jala atau alat tangkap lainnya. Disamping itu, ada faktor penting yaitu perlunya campur tangan pemerintah dalam pengaturan pemberian izin lisensi, pengaturan pajak, dan pungutan yang dapat merangsang untuk usaha investasi dengan kombinasi ketiga cara pengelolaan sumberdaya ikan di atas.


(38)

Jadi pada prinsipnya pengelolaan perikanan yang bersifat dinamis menunjukkan maksimisasi nilai yang ada pada saat ini yang dapat mendorong timbulnya kepunahan, karena pengelolaan perikanan yang bersifat dinamis ini menunjukkan dinamika keluar masuknya perusahaan yang dikombinasikan dengan keberadaan tertentu sumberdaya ikan sehingga menorong kearah industri yang tidak menguntungkan dan tidak stabil yang disebabkan oleh kepunahan populasi ikan yang tidak sengaja. Pengelolaan sumberdaya ikan yang optimum dicapai dengan jalan melibatkan masyarakat dan pihak pemerintah karena kondisi perikanan ini bersifat sumberdaya alam milik umum (Suparmoko, 1997)

Pada mulanya, pengelolaan sumberdaya ini banyak didasarkan pada faktor biologis semata, dengan pendekatan yang disebut maximum sustainable yield (MSY). Unit pendekatan ini bahwa setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi yang melebihi kapasitas produksi (surplus), sehingga apabila surplus ini dipanen (tidak lebih dan tidak kurang), maka stok ikan akan mampu bertahan secara berkesinambungan (sustainable). Pendekatan pengelolaan dengan konsep ini belakangan banyak dikritik oleh berbagai pihak sebagai pendekatan yang terlalu sederhana dan tidak mencukupi. Kritik yang paling mendasar diantaranya adalah karena pendekatan MSY tidak mempertimbangkan sama sekali aspek sosial ekonomi pengelolaan semberdaya alam. Lebih jauh Conrad dan

Clark (1987) misalnya, menyatakan bahwa kelemahan pendekatan MSY antara

lain adalah:

1. Tidak bersifat stabil, karena perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa mengarah ke pengurasan stok (stock depletion).


(39)

2. Didasarkan pada konsep steady state (keseimbangan) semata, sehingga tidak berlaku pada kondisi non-steady state.

3. Tidak memperhitugkan nilai ekonomis apabila stok ikan tidak dipanen

(imputed value).

4. Mengabaikan aspek interdependensi dari sumberdaya.

5. Sulitditerapkan pada kondisi dimana perikanan memiliki ciri ragam jenis

(multispecies). (Fauzi, 2010)

2.2.6. Pola Kegiatan Nelayan

Di dunia kenelayanan dikenal adanya empat macam musim, yaitu Musim Barat, Musim timur, Musim Utara, dan Musim Selatan. Musim Barat dikenal sebagai musim paceklik, yang biasanya ombak terlalu besar sehingga nelayan tidak dapat melaut.

Pola kerja nelayan melaut cukup bervariasi tergantung pada jenis alat tangkap yang digunakan. Nelayan yang menggunakan rawai biasanya pergi melaut hanya 1–2 hari, kemudian mendaratkan hasil perolehannya. Sementara itu, nelayan yang menggunakan jaring besar, lebih dari lima inci, khususnya yang menangkap ikan untuk keperluan ekspor, melaut 5–7 hari dan kemudian 1–2 hari mendaratkan ikan kepada pedagang pengumpul (Mulyadi, 2005)

2.2.7. Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai produksi


(40)

komoditas secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. (Soekartawi, 1995)

Pengeluaran usahatani sama artinya dengan biaya usaha, biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal ini disebut usahatani untuk petani, melaut untuk nelayan, dan berternak untuk peternak (Rahim dan Retno, 2008).

Ada beberapa konsep biaya dalam ilmu ekonomi yaitu :

1. Biaya tetap (Fixed cost) adalah sebagian biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit.

2. Biaya tidak tetap (Variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh.

3. Biaya total (Total cost) adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan atau penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel tetap total. 4. Biaya tetap rata – rata (average fixed cost) adalah biaya tetap total dibagi

kuantitas keluaran. Ketika keluaran naik, biaya tetap rata – rata menurun karena biaya total yang sama ditanggung oleh kuantitas keluaran yang semakin besar.

5. Biaya variabel rata – rata (Average variable cost) adalah biaya variabel total dibagi kuantitas keluaran.

6. Biaya total rata – rata (Average cost) adalah biaya total dibagi kuantitas keluaran. ATC sama juga dengan jumlah biaya tetap rata – rata dan biaya variabel rata – rata.(Sugiarto, et al, 2002)


(41)

Penerimaan adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Besarnya penerimaan suatu usaha tangkap sangat tergantung pada besarnya produk yang dihasilkan dan harga produk tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan dapat dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut :

1. Faktor internal dan faktor eksternal akan bersama – sama mempengaruhi biaya dan pendapatan. Faktor internal meliputi pengalaman, alat tangkap, lama melaut, biaya operasional, umur, dan jarak tempuh melaut.

2. Faktor eksternal yaitu input dan output. Dari segi faktor produksi (input) terdiri dari dua yaitu ketersediaan dan harga. Faktor ketersediaan dan harga faktor – faktor produksi tidak dapat dikuasai oleh nelayan sebagai individu berapapun dana tersedia. Demikan juga dari segi produksi (output), jika permintaan akan produksi tinggi maka harga ditingkat nelayan tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama nelayan akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula, sebaliknya jika petani berhasil meningkatkan produksi tetapi harga turun maka pendapatan petani akan turun pula. (Suratiyah, 2011)

2.3 Kerangka Penelitian

Beberapa input terkait dengan usaha penangkapan ikan yaitu : pengalaman, alat tangkap, lama melaut, sarana dan prasarana menangkap ikan dan umur. Input menjadi komponen utama dalam usaha penangkapan ikan, dimana masing – masing komponen biaya dipengaruhi jumlah input yang digunakan dengan tingkat harga masing – masing input. Komponen biaya produksi terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Output yang dihasilkan yaitu beberapa jenis


(42)

ikan : tongkol, kakap, kerapu, gembung, tenggiri, ekor kuning, dan ikan laut lainnya.

Hasil tangkapan ikan oleh nelayan setelah dijual ke pedagang ikan, diperoleh penerimaan, selanjutnya pendapatan bersih diperoleh dari pengurangan penerimaan dengan biaya produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut:

Gambar 42. Kerangka Penelitian

Input (biaya penangkapa n)

Penangkapan

Ikan Output ( hasil

Tangkapan)

- alat Tangkap - Bahan Bakar - biaya

operasional

Px

Total Biaya

Pendapatan

Penerimaan Py


(43)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

- Tidak ada perbedaan tingkat pendapatan, waktu melaut, dan hasil tangkapan terhadap pendapatan nelayan

- Hasil tangkapan, harga ikan, biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.


(44)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Lokasi

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil dengan jumlah produksi ikan sebesar 1.133,09 ton atau sekitar 11,47 % dari jumlah produksi ikan. Kecamatan Singkil Utara merupakan produksi ikan terbanyak ke empat. Alasan memilih daerah Kecamatan Singkil Utara dikarenakan akses menuju tempat penelitian yang mudah, sedangkan alasan tidak memilih Kecamatan Pulau Banyak dan Kecamatan Pulau Banyak Barat (produksi ikan terbanyak pertama dan terbanyak kedua) karena akses menuju daerah tersebut tidak mudah, karena menyeberangi lautan dan dibutuhkan waktu 4 jam, untuk sampai ke Kecamatan Pulau Banyak dan dibutuhkan waktu 5 jam menuju Kecamatan Pulau Banyak Barat. Sedangkan alasan tidak memilih produksi ikan terbanyak ketiga yaitu di Kecamatan Kuala Baru dikarenakan akses menunju kecamatan harus menyeberang sungai dengan jarak tempuh sekitar 2 jam.

Tabel 4. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2010 – 2011 (Ton)

Kecamatan 2010 2011 Persentase

2010 2011

Pulau Banyak Pulau Banyak Barat Singkil Singkil Utara Kuala Baru 5.363,35 - 711,72 1.021,07 1.104,50 4.468,00 2.267,00 737,55 1.133,09 1.271,60 65,40 - 8,68 12,45 13,47 45,24 22,95 7,47 11,47 12,87 Kabupaten Aceh Singkil 8.200,64 9.877,24 100,0 100,0 Sumber : Aceh Singkil Dalam Angka 2012


(45)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive atas dasar strata (Stratified purposivesampling), yaitu penarikan sampel berdasarkan ukuran mesin. Terdapat tiga ukuran mesin yang dimiliki nelayan di lokasi penelitian (Tabel 5)

Tabel 5. Jumlah Sampel dan Ukuran Mesin di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

Ukuran Mesin Jumlah Populasi (Unit)

Jumlah Sampel (Unit)

6 68 40

7 30 23

9 21 17

Jumlah 119 80

Sumber : Hasil Survey 2013

Metode penentuan sampel diambil dengan menggunakan rumus Slovin yaitu: (Syofian, 2010)

Sampel untuk ukuran mesin 6 PK 40 unit :

Sampel untuk ukuran mesin 7 PK 23 unit :


(46)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data baik wawancara langsung maupun dengan menggunakan media cetak dan elektronik. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber data dimana data tersebut sudah dipublikasikan.

Teknik pengumpulan data :

- Data primer, diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan yang isinya identitas nelayan, seperti umur nelayan, pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan,

Input produksi yaitu harga perahu, alat tangkap, bahan bakar, tempat penyimpanan ikan, jumlah tenaga kerja, lama melaut, frekuensi melaut, Output produksi yaitu jumlah tangkapan ikan dan harga ikan permusim

- Data sekunder: produksi perikanan, produksi perikanan per bulan, data keluarga pra sejahtera, data PDRB perkapita

3.4. Metode Analisis Data

- Untuk mendeskripsikan waktu melaut (jam perhari) nelayan, dan melihat perbedaan pendapatan nelayan, digunakan rumus :

Π = TR –TC TR = Y. Py TC = FC +VC TC = TFC + TVC


(47)

Dimana :

TR : Total Reveneu TC : Total Cost

Π : Frofit

TFC : Total Fixed cost TVC :Total Variable cost

TVC = i

n

1 i

i.px

x

= xi

px = Harga input dari masing-masing sarana dan prasarana yang digunakan untuk menangkap ikan

= Jumlah input untuk kegiatan menangkap ikan

Penerimaan di hitung dengan rumus

TR= i

n

i

i py

y .

1

= yi

py

: Jumlah output i

i

Untuk menghitung besarnya penysustan digunakan dengan menggunakan metode garis lurus:

: Harga output i

- Untuk tujuan 1, menganalisisperbedaan tingkat pendapatan terhadap, waktu melaut hasil tangkapan, dengan menggunakan dengan menggunakan Analysis of Variances (ANOVA)

Teknik analisis komparatif dengan menggunakan tes “t” yakni dengan mencari perbedaan yang signifikan dari dua buah mean hanya efektif bila jumlah variabelnya dua. Namun bila jumlah variabel lebih dari dua penggunaan, maka teknik analisis komparatif yang lebih baik untuk digunakan, yaitu Analysis of


(48)

Variances (ANOVA). Teknik analisis komparatif ANOVA memiliki beberapa

asumsi dasar yang harus terpenuhi, antara lain :

a. Distribusi data harus normal.

b. Setiap kelompok hendaknya berasal dari populasi yang sama dengan variansi yang sama pula. Bila banyaknya sampel sama pada setiap kelompok maka kesamaan variansinya dapat diabaikan. Tapi, bila banyaknya sampel pada masing-masing kelompok tidak sama maka kesamaan variansi populasi sangat diperlukan.

c. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (Hartono, 2009).

Menurut Walpole (1993) analisis ragam bagi klasifikasi satu arah dengan mengambil ukuran contoh yang sama memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan ukuran contoh yang tidak sama. Keuntungan pertama adalah bahwa nilai rasio F tidak peka terhadap penyimpangan dari asumsi kehomogenan ragam bagi k populasi tersebut apabila ukuran contohnya sama. Akan tetapi, akan lebih baik bila kita berhati-hati dan melakukan uji bagi kehomogenan ragam tersebut. Uji demikian ini tentu saja sangat disarankan dalam kasus ukuran

contoh yang tidak sama bila ada keragu-raguan mengenai kehomogenan ragam populasinya. Adapun uji yang akan kita digunakan disebut uji Bartlett.

Keuntungan kedua, ukuran contoh yang sama meminimumkan peluang melakukan galat jenis II. Dan terakhir, penghitungan JKK lebih sederhana bila ukuran contohnya sama.

Teknik analisis komparatif ANOVA dapat dilakukan dengan cara manual maupun penggunaan software statistik yang dikenal dengan istilah SPSS. Apabila ANOVA dilakukan dengan cara manual, maka prosedur yang dilakukan sangat


(49)

rumit. Akan tetapi, dengan menggunakan software statistik SPSS 16.0 for

Windows pekerjaan yang rumit tersebut dapat dipermudah dan dilakukan dengan

waktu yang tidak lama (Hartono, 2008).

Untuk tujuan dua dengan menggunakan persamaan regresi berganda: Y = ao + a1 X1 + a2 X2 + a3X3 + a4X4 + a5X5

Dimana:

+e

Y = Pendapatan (Rp/Musim) X1

X

= Harga rata – rata ikan yang ditangkap (Rp/Kg)

2

X

= Jumlah Hasil Tangkapan ikan (Kg/Musim)

3

X

= Biaya Bahan Bakar (Rp/Musim

4

X

= Biaya Tenaga Kerja (Rp/Musim)

5

Untuk menguji apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, digunakan statistik uji F, yaitu dari uji F

= Biaya Penyusutan (Rp/Musim

hitung dan

thitung k n R k R Fhitung − − − = / ) 1 ( 1 / 2 2

dengan rumus : (Gujarati, 1978)

R2

n : Jumlah sampel

: Koefisien determinasi

k : Derajat jumlah pembilang n – k – l : Derajat bebas penyebut Uji hipotesis :

H0

H

:β1 =β2= β3 =β4= β5= 0

1

Pada level α, dimana daerah penolakan Ho apabila F hit < F tabel dan apabila :βi ≠ 0 (salah satu tidak sama dengan nol)


(50)

F hit > F tabel maka hipotesis H0

Untuk menguji nyata tidaknya masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen digunakan statistik uji t, yaitu

ditolak.

Thitung

) ( 1

1

b Se

b

= Keterangan : bi

S

: Koefisien variabel k-i

e : Kesalahan standart b

Dimana H

i

0

Uji hipotesis : adalah

H0 :βi = 0 dan H1

Pada level α, dimana daerah penolakan Ho apabila t hitung ≤ t tabel maka H :βi ≠ 0

0

diterima (H1 ditolak), sebaliknya jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak (H1

diterima).

3.5. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Sebelum melakukan inteprestasi hasil estimasi di lakukan empat uji asumsi yaitu uji linieritas, normalitas, multikolinieritas, heteroskedassitas, dan autokorelasi.

3.5.1 Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah spesifikasi model yang digunakan sebaiknya berbentuk linier atau tidak. H0 : regresi linier, H1 : regresi non


(51)

Ramsey (Ramsey Reset Test), jika nilai Fhitung > nilai Ftabel maka hipotesis nol dapat ditolak, dan model linier tidak dapat digunakan. (Gujarati, 1978)

3.5.2 Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel pengganggu (residual) memiliki distribusi normal. Uji normalitas dengan menggunakan Uji One sampel Kolmogorov-Smirnov yaitu membandingkan fungsi distribusi kumulatif dari pengamatan dengan fungsi distribusi komulatif teoritis.

H0: Tidak ada perbedaan distribusi µi

Jika nilai X

(residual) dengan distribusi normal atau residual berdistribusi normal.

2

hitung > nilai X2tabel, maka hipotesis nol dapat ditolak, dan asumsi

normalitas tidak dapat digunakan (Gujarati, 1978)

3.5.3 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas timbul karena satu atau lebih variabel bebas (penjelas) merupakan kombinasi linier yang pasti (sempurna) dari variabel penjelas lainnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari variabel penjelas tersebut tidak dapat ditentukan dan variansnya bernilai tak terhingga. Jika multikolinieritas kurang sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan namun variansnya sangat besar, sehingga sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat.

Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan, dapat dilakukan dengan regresi antara variabel bebas, sebagai berikut:


(52)

Jika nilai r2 hasil regresi antar variabel bebas > R2 model penelitian, maka hipotesis menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan ditolak. Jika nilai r2 hasil regresi antar variabel bebas < R2

r = koefisien korelasi

model penelitian, maka hipotesis menyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas yang digunakan tidak dapat ditolak (Gujarati, 1978)

r = 0,8 dan VIF = 2

3.5.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Untuk melihat adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Park. Metode uji Park yaitu dengan meregresikan nilai residual dengan masing-masing variabel dependen.

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1. Ho : tidak ada gejala heteroskedastisitas. 2. Ha : ada gejala heteroskedastisitas.

Ho diterima bila –t tabel < t hitung < t tabel berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dan Ho ditolak bila t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel yang berarti terdapat heteroskedastisitas.

Dimana : µ = residual


(53)

3.5.5 Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

2) Jika terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.

3) Jika terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan. Sebagai contoh kasus kita mengambil contoh kasus pada uji normalitas pada pembahasan sebelumnya. Pada contoh kasus tersebut setelah dilakukan uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas maka selanjutnya akan dilakukan pengujian autokorelasi (Gujarati,1978)

t - t-1) 2

t

t= waktu 2

d= nilai durbin watson


(54)

3.6. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut : 1. Pendapatan bersih adalah hasil yang diterima oleh nelayan setelah dikurang

dengan biaya produksi yang diukur dengan satuan (rupiah).

2. Penerimaan dari penangkapan ikan merupakan hasil perkalian antara produksi ikan ditangkap dengan harga jual pada saat itu yang dinilai dengan (rupiah). 3. Lama melaut adalah curahan waktu nelayan untuk memperoleh hasil

produksinya, yang dinyatakan dalam hari.

4. Pendapatan permusim adalah pendapatan yang diterima nelayan setiap musimnya.

5. Pendapatan permusim ikan adalah pendapatan yang diperoleh nelayan pada musim ikan berlangsung.

6. Jenis alat tangkap adalah peralatan yang digunakan nelayan sampel dalam kegiatan menangkap ikan, seperti jaring kepiting, jaring tenggiri, jaring udang, jaring salam, jaring gabu, pancing (long line), pukat kantong, perangkap. 7. Nelayan bermotor adalah nelayan yang dalam kegiatan penangkapan ikan

menggunakan perahu motor.

8. Frekuensi melaut adalah jumlah trip nelayan untuk kegiatan menangkap ikan di laut, dinyatakan dalam trip per bulan.

9. Output adalah hasil tangkapan yang diperoleh dari usaha penangkapan ikan. 10.Harga output (Py) adalah besarnya harga jual ikan yang dinyatakan dalam


(55)

11.Input adalah biaya yang dikeluarkan untuk penangkapan ikan dinyatakan dalam rupiah.

12.Harga input (Px) adalah besarnya biaya input yang dikeluarkan dalam usaha penangkapan ikan dinyatakan dalam rupiah.

13. Total Biaya (Total cost) adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan atau penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel tetap total. 14.Jumlah hasil tangkapan adalah banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh

nelayan sekali turun melaut, dinyatakan dalam Kg.

15.Pola melaut adalah kegiatan kerja yang dilakukan nelayan dengan beranekaragam cara untuk melaut.


(56)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Kecamatan Singkil Utara 4.1.1. Wilayah dan Iklim

Kecamatan Singkil Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Aceh Singkil. Letak geografis Kabupaten Aceh Singkil berada pada posisi 2002’-2027’30” Lintang Utara dan 97004’-97045’00” Bujur Timur. Kabupaten Aceh Singkil memiliki batas administrasi yaitu sebelah Utara berbatasan dengan kota Subulussalam, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah Timur berbatasan dengan propinsi Sumatera Utara, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan. Luas daerah Kabupaten Singkil 2.187 Km2

Kecamatan singkil Utara mempunyai wilayah terluas yaitu 441 Km , yang terdiri dari 11 Kecamatan, 16 Mukim, dan 120 Desa. Kabupaten Aceh Singkil terdiri dari dua wilayah yakni daratan dan kepulauan.

2

atau 20,16 persen dari luas wilayah Kabupaten, dengan ibukota Kecamatan Gosong Telaga, dengan jumlah mukim 1 dan Desa 7, di ikuti Kecamatan Danau Paris dengan luas wilayah 338 Km2 atau 15,45 persen. Sedangkan 9 (sembilan) Kecamatan lainnya secara berurutan yaitu Singkil, Simpang Kanan, Gunung Meriah, Suro, Pulau Banyak, Kuala Baru, Kota Baharu, dan Singkohor mempunyai luas wilayah masing – masing 15,32, 10,84, 9,83, 6,4, 6,17, 5,67, 5,4, dan 4,76% dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Aceh singkil. Seperti umumnya daerah – daerah lainnya, Kabupaten Aceh Singkil termasuk daerah yang beriklim tropis, sehingga daerah ini memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.


(57)

Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan.

Batas – batas Kecamatan Singkil Utara yaitu Sebelah Utara Kecamatan Gunung Meriah, Sebelah Selatan Propinsi Sumatera Utara, Sebelah Timur Kecamatan Danau Paris, Sebelah Barat Kecamatan Singkil.

4.1.2. Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Singkil Utara Tahun 2012 terdiri dari 8.650 jiwa yang terbagi dalam 7 desa yaitu Gosong Telaga Utara, Gosong Telaga Selatan, Gosong Telaga Timur, Telaga Bakti, Kampung Baru, Ketapang Indah, dan Gosong Telaga Barat. Adapun distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Aceh Singkil dapat diuraikan seperti yang tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Jenis Kelamin Di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

No Tahun Laki-laki Perempuan Total Sex Ratio

1 2012 4.624 4.026 8.650 114,86

2 2011 4.567 4.351 8.918 104,96

3 2010 4.624 4.026 8.650 114,86

4 2009 4.455 4.169 8.624 106,86

5 2008 4.041 3.945 7.986 102,43

Sumber : Aceh Singkil Dalam Angka (2012)

Dari Tabel 6. Dijelaskan pertumbuhan penduduk di Kecamatan Singkil Utara tahun 2012 menurut jenis kelamin. Penduduk yang berjenis kelamin laki – laki lebih tinggi ( 4.624 jiwa) lebih tinggi dibanding penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebesar 4.026.


(58)

Tabel 7. Banyaknya nelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

No Tahun Jumlah Nelayan (Orang) %

1 2010 621 -

2 2011 632 1,77

3 2012 641 1.42

Sumber: Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Aceh Singkil (2012) Tabel 7. Menunjukkan bahwa profesi nelayan setiap tahun meningkat di Kabupaten Aceh singkil, tetapi jumlah kenaikannya tidak begitu besar setiap tahunnya. Sebesar 632 orang meningkat pada tahun 2011 dan 2012, jumlah nelayan meningkat masing-masing 1,77 dan 1,42 %.

4.2. Karakteristik Sampel

Unit analisis dalam penelitian adalah nelayan yang menggunakan perahu motor berkapasitas daya mesin 6 Pk, 7 Pk, dan 9 Pk, dengan ukuran panjang perahu 8 – 9 meter dan lebar 1,3 – 1,5 meter dan beranggotakan 2 – 3 orang anak buah kapal. Peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan di laut pada umumnya menggunakan jaring ingsang (Gill Net), dengan jumlah responden sebanyak 80 orang.

4.2.1. Usia

Usia nelayan sangat menentukan kemampuan dalam berusaha, dimana usia produktif akan memberikan hasil tangkapan lebih baik dibanding usia yang kurang produktif. Untuk ukuran mesin 6 Pk, persentase umur nelayan terbanyak yaitu 42,5 dengan interval umur 40 – 49 tahun, terendah 5,0 persen. Untuk usia nelayan yang menggunakan ukuran mesin 7 Pk terbanyak interval umur 40 – 49 dengan persentase 39,1 persen, sedangkan umur nelayan yang menggunakan


(59)

ukuran mesin 9 Pk terbanyak interval umur 50 – 59 dengan persentase 35,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa interval umur 40 – 49 adalah umur produktif untuk melakukan kegiatan melaut dilihat dari persentase ukuran mesin yang nelayannya sebagian besar berumur 40 – 49 tahun.

Tabel 8. Karakteristik Nelayan Sampel Menurut Umur Berdasakan Jenis Ukuran Mesin Yang Digunakan Di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

Ukuran Mesin

(Pk)

Umur (Tahun)

Jumlah Nelayan (Orang)

Persentase (%)

6 0 – 29 2 5,0

30 – 39 7 17,5

40 – 49 17 42,5

50 – 59 14 35,5

> 60 - -

Jumlah 40 100,0

7 0 – 29 - -

30 – 39 3 13,1

40 – 49 9 39,1

50 – 59 5 21,7

> 60 6 26,1

Jumlah 23 100,0

9 0 – 29 - -

30 – 39 5 29,4

40 – 49 5 29,4

50 – 59 6 35,3

> 60 1 5,9

Jumlah 17 100,0

Jumlah

Keseluruhan 80

Sumber: Lampiran 3

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat nelayan terbesar adalah nelayan yang berpendidikan tamat sekolah dasar untuk setiap jenis – jenis ukuran mesin, masing-masing untuk ukuran mesin 6 Pk 75 persen, 7 Pk sebanyak 60,9 persen,


(60)

dan 9 Pk sebanyak 58,8 persen. Data ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan para nelayan pada umumnya rendah dan sebagian besar nelayan sampel hanyak duduk di sekolah dasar.

Tabel 9. Karakteristik Nelayan Sampel Menurut Tingkat pendidikan Berdasarkan Ukuran Mesin Yang Digunakan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

Ukuran Mesin

(Pk)

Pendidikan (Tahun)

Jumlah Nelayan (Orang)

Persentase (%)

6 SD 30 75,0

SMP 8 20,0

SMA 2 5,0

Jumlah 40 100,0

7 SD 14 60,9

SMP 6 26,1

SMA 3 13,0

Jumlah 23 100,0

9 SD 10 58,8

SMP 5 29,4

SMA 2 11,8

Jumlah 17 100,0

Jumlah

Keseluruhan 80

Sumber :Lampiran 3

4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan nelayan pada Tabel 10. Untuk jenis ukuran mesin 6,7, dan 9 Pk adalah 3-4 orang, masing-masing 45.0, 56.5 dan 52.9 persen. Sedangkan yng terendah ukuran mesin 6 dan 9 Pk, yaitu 7,5 dan 11,8 persen, dengan jumlah tanggungan 7-8 pada mesin ukuran 7 Pk, persentase jumlah tanggungan 7-8 orang dengan 1-2 orang tidak ada perbedaan yaitu 4,35 persen. Jumlah tanggungan keluarga nelayan bervariasi dan tidak di sesuaikan terhadap jenis mesinnya.


(61)

Tabel 10. Karakteristik Nelayan Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Berdasarkan Dengan Jenis Ukuran Mesin yang Digunakan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

Ukuran Mesin

(Pk)

Jumlah Tanggungan (Orang)

Jumlah Nelayan (Orang)

Persentase (%)

6 1 – 2 6 15,0

3 – 4 18 45,0

5 – 6 13 32,5

7 – 8 3 7,5

Jumlah 40 100,0

7 1 – 2 1 4,35

3 – 4 13 56,5

5 – 6 8 34,8

7 – 8 1 4,35

Jumlah 23 100,0

9 1 – 2 - -

3 – 4 9 52,9

5 – 6 6 35,3

7 – 8 2 11,8

Jumlah 17 100,0

Sampel

Keseluruhan 80

Sumber:Lampiran 3

4.2.4. Pengalaman Melaut

Pengalaman atau masa kerja nelayan pada umumnya adalah nelayan yang telah melakukan kegiatan penangkapan ikan, untuk ukuran mesin 6 Pk, pengalaman terbanyak 10 – 19 tahun, sedangkan pengalaman 20-40 tahun semakin menurun jumlahnya dikarenakan usia yang mulai tidak produktif lagi. Ukuran mesin 7 Pk pengalaman terbanyak 20 – 29 tahun, sedangkan untuk ukuran mesin 9 Pk pengalaman nelayan jumlah terbanyak 10-19 dan 30 – 39 tahun, masing – masing 35,3 persen, hal ini menjelaskan kan bahwa semakin lama pengalaman nelayan semakin dapat meningkatkan pendapatan usaha penangkapan ikan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11.


(62)

Tabel 11. Karakteristik Nelayan Berdasarkan Pengalaman Melaut Berdasarkan Dengan Ukuran Mesin Yang Digunakan di Kabupaten Aceh Singkil Kecamatan Singkil Utara

Ukuran Mesin

(Pk)

Pengalaman (Tahun)

Jumlah Nelayan (Orang)

Persentase (%)

6 10 – 19 14 35,0

20 – 29 13 32,5

30 – 39 12 30,0

> 40 1 2,5

Jumlah 40 100,0

7 10 – 19 5 21,7

20 – 29 7 30,5

30 – 39 5 21,7

> 40 6 26,1

Jumlah 23 100,0

9 10 – 19 6 35,3

20 – 29 4 23,5

30 – 39 6 35,3

> 40 1 5,9

Jumlah 17 100,0

Jumlah

Keseluruhan 80

Sumber: Lampiran 3

4.2.5. Tenaga Kerja Yang Digunakan

Tenaga kerja (nelayan) pada umumnya bukan dari kalangan keluarga sendiri, tetapi tenaga kerja (nelayan) yang di pakai diupah/dibayar setiap kali turun melaut sesuai dengan upah harian yang telah ditentukan untuk buruh pekerja harian lepas, tetapi ada juga beberapa nelayan yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.

Banyaknya tenaga kerja yang digunakanpada umumnya disesuaikan dengan kapasitas kapal atau daya mesin (Pk). Tetapi untuk ukuran mesin 6, 7, dan 9 Pk jumlah tenaga kerja yang dipergunakan relatif sama. Banyaknya tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 12.


(63)

Tabel 12. Tenaga kerja (Nelayan) Yang Digunakan Berdasarkan Dengan Ukuran Mesin Yang Digunakan Di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

Ukuran Mesin

(Pk)

Banyaknya (Orang)

Jumlah Nelayan (Orang)

Persentase (%)

6 0 – 1 40 100,0

Jumlah 40 100,0

7 0 – 1 23 100,0

Jumlah 23 100,0

9 0 – 1 17 100,0

Jumlah 17 100,0

Jumlah Keseluruhan 80 Sumber:Lampiran 6

4.2.6. Pola Kegiatan Kerja Nelayan

Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil musim timur terjadi di bulan Juni sampai Oktober, sedangkan musim barat terjadi bulan November sampai Mei. Pada musim barat nelayan tetap menangkap ikan tetapi tidak secara rutin seperti musim timur, karena cuaca yang kurang bagus dan gelombang yang besar, dan umumnya pada musim paceklik nelayan berpindah lokasi dalam mencari daerah tangkapan yang memungkinkan untuk tetap melaut maupun menggunakan alat yang tidak sesuai dengan keberadaan ikan. Pada musim timur nelayan melaut setiap hari Kecuali hari Jum’at dan Minggu. Intensitas hari kerja nelayan setiap bulan yaitu 20-25 hari, sedangkan pada musim barat frekuensi melaut nelayan hanya berkisar 14-18 hari perbulan. Gambar 3. Penentuan musim timur dan barat.


(64)

Juni Oktober November Mei

Gambar 3. Penentuan musim timur dan musim barat ikan

Pola kerja nelayan melaut umumnya menggunakan jenis alat tangkap jaring ingsang (gill net), atau istilah daerah setempat disebut juga dengan jaring salam, jaring tenggiri, jaring gabu. Nelayan juga menggunakan pacing (long line), serta rawe senggol dalam istilah daerah setempat.

Tabel 13. Menunjukkan waktu nelayan melaut bervariasi, yaitu jam 04.00 pagi sampai 12.00 siang, jam 09.00 pagi sampai 05.00 sore, dan jam 07.00 sampai 02.00 siang. Pola penangkapan seperti ini adalah pola penagkapan ikan satu hari termasuk kategori penangkapan lepas pantai. Pola kegiatan kerja nelayan tidak dipengaruhi ukuran mesin, karena nelayan berkerja tidak pernah menyesuaikan waktu dengan ukuran mesin yang dipergunakan.

Tabel 13. Kegiatan dan pola melaut nelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

Pola Waktu

(wib)

Lama Melaut/Trip (Jam)

1 04.00 – 12.00 8

2 09.00 – 17.00 8

3 07.00 – 14.00 7

Sumber : Lampiran 3

4.2.7. Kondisi Sosial Nelayan

Masyarakat nelayan yang menjadi responden, pada umumnya memiliki rumah dengan status milik sendiri dan sebagian kecil yang statusnya milik


(65)

keluarga. Rumah nelayan umumnya papan, dan ada juga yang sudah semen, begitu juga dengan dinding rumah nelayan umumnya papan dan bertongkat kayu tetapi ada juga yang setengah permanen dan permanen penuh. Untuk alat penerangan mereka sudah memakai listrik kemudian untuk sumber air umumnya menggunakan air sumur.

4.3. Hasil dan Pembahasan 4.3.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan ( goodness of fit) model uji F test dan t-test, maka perlu dilakukan uji asumsi klasikuntuk mendekati terpenuhinya asumsi – asumsi dalam model regresi linier pendapatan nelayan yang di spesifikasi, pengujian asumsi klasik ini meliputi : uji Linieritas, uji multikolinieritas, uji noemalitas, dan uji heterokedastisitas

4.3.1.1. Uji Linieritas

Nilai Fhitung > nilai Ftabel makanilai F hiting : 283.566 > 2,226 maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi model digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar ditolak.

4.3.1.2. Uji Multikolinieritas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier diantara variabel – variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendektesian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tolerance Value dan variance Infaction Factor (VIF). Jika nilai tolerance mendekati 1 dan VIF dibawah angka 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinieritas. Namun, jika nilai tolerance dibawah 0,1 dan


(66)

VIF diatas 0,8 maka terjadi multikolinieritas (Gujarati, 1978). Setelah dilakukan analisis pada data faktor – faktor pendapatan (produksi, harga ikan, bahan bakar, dan tenaga kerja).

Tabel 14. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Pendapatan Nelayan

Model Collinearity

Statistics

Tolerance VIF (Constant)

Hasil tangkapan (X1) 0,271 3,694 Harga Ikan (X2) 0,254 3,940 Biaya Bahan Bakar (X3) 0,398 2,514 Biaya Tenaga Kerja (X4) 0,385 2,600 Biaya Penyusutan rata rata (X5) 0,790 1,266

Sumber : lampiran 9

Dari Tabel 14. Menunjukkan bahwa masing – masing variabel bebas memiliki nilai toleransi lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas. Dapat disimpulkan bahwa model regresi linier pendapatan nelayan terbebas dari masalah multikolinieritas.

4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier pendapatan nelayan disajikan pada gambar 3.


(67)

Hasil uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model pendapatan nelayan disajikan pada gambar 4 menunjukkan bahwa penyebaran titik – titik varian residual adalah sebagai berikut:

a. Titik – titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka nol. b. Titik data tidak mengumpul hanya diatas dan dibawah saja.

c. Penyebaran titik – titik data tidak dapat membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastisitas. Maka dapat dinyatakan model regresi linier pendapatan nelayan terbebas dari heteroskedastisitas.

4.3.1.4. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas residual model regresi linier pendapatan nelayan dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada Gambar 4.


(68)

Gambar 5. Menunjukkan bahwa grafik normal p-plot terlihat titik – titik menyebar disekitar garis diagonal serta arah penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier pendapatan nelayan memenuhi asumsi normalitas.

4.4. Lama Melaut, Hasil Tangkapan dan Pendapatan

Biaya yang dikeluarkan nelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil dibagi menjadi dua yaitu : biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari penyusutan sedangkan biaya variabel terdiri dari bahan bakar, umpan, es batu, tenaga kerja, dan oli mesin.

Besarnya biaya tetap seperti penyusutan peralatan hampir tidak ada keragaman, karena penyusutan peralatan yang dilihat dari umur ekonomi nya umumnya sama dan kualitas peralatan relatif juga sama.

Guna mengetahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak, maka perlu adanya analisis untuk itu diperlukan informasi ekonomi yang menyangkut biaya produksi dan pendapatan. Biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel memiliki persentase yang berbeda. Besarnya nilai dan persentase dari biaya variabel permusim ikan tahun 2012 di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel 15.


(1)

ANOVAb Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.865E14 5 5.730E13 283.566 .000a

Residual 1.495E13 74 2.021E11

Total 3.014E14 79

a. Predictors: (Constant), penyusutan rata rata, biaya tenaga kerja, hasil tangkapan, biaya bahan bakar, harga ikan

b. Dependent Variable: pendapatan

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

Toleranc

e VIF

1 (Constant) -2.858E7 1.412E6 -20.242 .000

hasil tangkapan 9307.082 262.726 1.763 35.425 .000 .393 .972 .917 .271 3.694

harga ikan 2787.000 89.786 1.595 31.040 .000 -.061 .964 .804 .254 3.940

biaya bahan bakar -.941 .057 -.682 -16.623 .000 -.307 -.888 -.430 .398 2.514

biaya tenaga kerja -1.039 .063 -.683 -16.369 .000 -.205 -.885 -.424 .385 2.600

penyusutan rata

rata -1.003 1.052 -.028 -.953 .344 -.203 -.110 -.025 .790 1.266

a. Dependent Variable: pendapatan Lampiran 10. Lanjutan


(2)

Model Dimensio n

Eigenvalue Condition Index Variance Proportions

(Constant) hasil tangkapan harga ikan

biaya bahan bakar

biaya tenaga

kerja penyusutan rata rata

1 1 5.901 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .051 10.734 .00 .01 .00 .31 .03 .01

3 .026 15.102 .00 .09 .04 .00 .03 .04

4 .014 20.253 .00 .02 .02 .36 .53 .10

5 .007 29.788 .02 .01 .09 .20 .28 .80

6 .001 86.720 .98 .88 .86 .12 .14 .05

a. Dependent Variable: pendapatan


(3)

Predicted Value 1.0313E7 1.8339E7 1.4023E7 1.90435E6 80

Std. Predicted Value -1.948 2.266 .000 1.000 80

Standard Error of Predicted Value 6.285E4 2.371E5 1.181E5 35073.501 80

Adjusted Predicted Value 1.0319E7 1.8459E7 1.4034E7 1.90842E6 80

Residual -9.77222E5 8.02381E5 .00000 4.35061E5 80

Std. Residual -2.174 1.785 .000 .968 80

Stud. Residual -2.262 1.848 -.011 1.009 80

Deleted Residual -1.05783E6 8.60504E5 -1.06671E4 4.73133E5 80

Stud. Deleted Residual -2.328 1.880 -.014 1.019 80

Mahal. Distance .557 20.985 4.937 3.627 80

Cook's Distance .000 .104 .015 .023 80

Centered Leverage Value .007 .266 .062 .046 80

a. Dependent Variable: pendapatan


(4)

(5)

(6)