Panduan KRSI 2017-ver Desember 2016
6
3. Tema:
Tema Kontes Robot Seni Tari Indonesia 2016 adalah:
“Robot Penari Gending Sriwijaya”
Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk
mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah
berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara. Tari ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala
Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir sama dengan tari Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah penari
dan perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya seluruhnya berjumlah 13 orang terdiri dari :
Satu orang penari utama pembawa tepak tepak, kapur, sirih. Dua orang penari pembawa peridon perlengkapan tepak
Enam orang penari pendamping tiga dikanan dan tiga kiri Satu orang pembawa payung kebesaran dibawa oleh pria
Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya Dua orang pembawa tombak pria
Sebagai daerah yang sangat kaya menyimpan koleksi sejarah masa lalu, Palembang juga memiliki banyak ragam seni tari. Dari imajinasi dan khayalan terhadap zaman
keraton Kerajaan Sriwijaya pada abad VI SM, yang sangat tersohor dengan ekspansi wilayah dan pusat Agama Budha sampai zaman keemasan kesultanan Palembang
Darussalam. tahapan sejarah masa lalu itu sampai kini memberikan banyak inspirasi bagi masyarakatnya.
Panduan KRSI 2017-ver Desember 2016
7
Tari Gending Sriwijaya, termasuk lagu pengiringnya, diciptakan tahun 1944 untuk mengingatkan para pemuda bahwa para nenek moyang adalah bangsa dan besar yang
menghormati persaudaraan dan persahabatan antar manusia dan hubungan antara manusia dengan Sang pencipta. Tari tersebut melukiskan kegembiraan gadis-gadis
Palembang saat menerima tamu yang diagungkan. Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah
satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang
ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu. Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana
Adat Aesan
Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.
Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak.
Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam
bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam
gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari
yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon
biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.
4. Ketentuan Umum