Kl asifikasi Pe ewarnaan

B. Kl asifikasi Pe ewarnaan

1. Pewarna N Nabati (Vege etable Dry)

a. Tumbuhan n celadin, d diambil bung ganya yang g mempuny ai warna kuning. Ce eladin sama a dengan Ch hamomile di ambil dari tu umbuhan

tertua, zat t pewarnany ya disebut a apegenin (C C 15 O 15 H 15 ) . Bekerja dengan ca ara melapis batang ram but secara p permanent. Pewarna ini cara pemakaia annya dica ampur den ngan kaoli in yang perbanding gannya seba agai berikut t: bubuk bun nga chamom mile 40%, kaolin 40% % dan air p panas 20% digunakan

60 menit sesuai den ngan tingkat warna yang g diinginkan.

15 sampai

b. Tumbuhan n indigo (Ind digofena Ar rgentea), dia ambil dari k kulit kayu dan daun nya yang mempunyai warna bir ru, caranya dengan mencampu urkan kulit k kayu denga an daunnya lalu ditumb buk halus dan diberi larutan air kapur serta air tawar. K Kemudian d igunakan untuk mew warnai rambu ut, supaya p pewarna ram mbut indigo awet dan tahan lam a, kita jadik kan bubuk dengan car ra menjemu ur hingga kering lalu u ditumbuk h halus, sehin gga menjad di bubuk wa arna yang disebut re eng. Cara bekerjanya juga mela apisi batang g rambut dengan p permanent. Indigo tid dak pernah h digunaka n tanpa campuran. . Penggunaa an secara te erus-meneru us dapat me enjadikan rambut ka asar dan rap puh, karena itu tidak d igunakan la agi dalam kosmetolog gi modern.

c. Pewarna rhubarb (Rheum Officinale). Pewarna rhubarb memberi warna kuning muda (blond). Zat pewarnanya disebut chrysophanol (C 15 H 10 O 4 ). Penggunaannya dicampur dengan daun henna, daun teh dan bunga camomile dalam larutan yang bersifat basa, cara kerjanya juga melapisi batang rambut secara permanent.

d. Pewarna sage (salvia officinalis). Pewarna sage menghasilkan warna hijau. Digunakan dalam bentuk larutan teh dan dikenal dengan nama sage tea. Biasanya digunakan untuk menghilangkan warna putih suram pada rambut pirang. Penggunaan secara terus menerus dapat menimbulkan rambut putih nampak keabu-abuan dan kotor. Dengan ditemukannya pembilas rambut modern sage tea tidak digunakan lagi.

e. Pewarna brazilwood (cessalpina braziliensis). Pewarna ini menggunakan bahan ekstrak kayu brazilwood. Zat pewarnanya disebut brazilin (C 16 H 14 O 5 ) menghasilkan warna kuning. Jika dicampur dengan oksigen dalam larutan basa akan terjadi warna kemerahan. Dengan mencampur zat pewarna lainnya dapat diperoleh berbagai warna kecoklatan. Pewarna ekstrak kayu brazilwood digunakan terutama untuk mewarnai wigs dan hair piece.

f. Tumbuhan henna atau pewarna henna (lawnosia inermir). Pewarna henna ini pertama kali digunakan oleh Ratu Ses, ibu suri raja Tetra dari dinasti III Mesir purba yang memerintah sekitar

tahun 2650-2700 SM, zat pewarnanya disebut lawsone (C 10 H 6 O 6 ), memberi warna merah pada rambut, melapisi batang rambut secara permanent sehingga tergolong pewarna tetap yang melapisi atau coating tint. Henna juga digunakan untuk mewarnai kuku, telapak tangan dan kaki para penari, serta rambut tengkuk dan ekor kuda. Pewarna henna digunakan tersendiri tetapi bisa juga sebagai campuran dalam beberapa bentuk sebagai berikut:

1) Henna reng Henna reng merupakan campuran henna dengan daun indigo

dan memberi warna hitam kebiru-biruan.

2) Henna rinse Henna rinse adalah pembilas rambut dari henna yang diberi

campuran berbagai zat warna. Kekurangan utama dari pembilas henna adalah jika mengenai kuku sulit dihilangkan.

3) Henna pack Pewarna ini dibuat dari bubuk daun henna yang diberi asam

sitrat dan dilarutkan dalam air panas. Dengan ph larutan sekitar

5.5. Hasil warna yang diperoleh ditentukan oleh ph larutan, waktu olah dan pourositas larutan yang bersangkutan.

Semula pewarna nabati henna tidak popular di Eropa, tetapi di New York pada tahun 1859 oleh Adelina Path, warna mahoni dari henna menjadi sangat popular di Amerika dan Eropa. Serta di Inggris dipopularkan oleh Daniel Calvin. Hingga kini belum dilakukan penyelidikan mengapa bangsa Mesir purba menyukai warna henna yang merah keemasan itu. Kemungkinan besar mereka memuja dewa matahari Ra, karena sinar matahari warnanya merah keemasan. Semua pewarna rambut nabati mempunyai kekurangan yang sama, yaitu menyebabkan rambut terasa tebal dan kusam. Karena kuatnya daya lapis zat warna ini, imbrikasi rambut dengan rapat, sehingga proses pengeringan, pewarnaan dengan pewarna serap tidak dapat dilakukan lagi. Sehingga keuntungannya tidak menimbulkan alergi.

Perkembangan dalam pewarnaan rambut ini semakin kreatif walaupun sangat lambat. Pewarna tumbuh-tumbuhan dapat dicampurkan dengan pewarna dari bahan logam. Contohnya adalah bubuk tawas dan bubuk soda dicampur dengan kayu-kayuan yang dibuat abu. Pewarnaan ini disebut mix dye atau compond dye. Pewarnaan ini kurang disenangi kerena menimbulkan efek samping pada kulit. Pada abad ke 19 para ilmuan telah melakukan exsperimen dan menemukan suatu bahan Aniline turunan (tiruan) yang dikenal dengan nama sintetis organic atau organic sintetis. Kemudian disempurnakan pada abad ke 20 hingga sekarang banyak digemari, karena pewarnaan ini tidak membahayakan. Pewarnaan sintetis organic (aniline tiruan) ini memerlukan campuran hydrogen peroxida agar dapat beroxidasi dengan pigmen melanin rambut yang berada dalam cortex kulit rambut. Warna ini disebut jenis para karena mengandung suatu bahan yang disebut parapinilin diamin serta Aniline dirvatif tint yang tidak menimbulkan kerusakan pada rambut.

2. Pewarna Logam (Metallic Dye) Pewarna logam dibuat dari unsur logam juga sudah digunakan

setua usia pewarna tumbuh-tumbuhan. Para wanita Romawi biasa menyisir dengan sisir timah yang dibasahi dengan cuka guna menambah kehitamannya, pewarna logam juga melapisi rambut dengan kuat secara permanent dan diklasifikasikan sebagai pewarna tetap melapis (coating tint).

Jenis logam terpenting yang digunakan sebagai bahan dasar pewarna serta warna yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

a. Perak (silver) menghasilkan warna hitam kehijauan

b. Timah (lead) menghasilkan warna hitam lembayung

c. Tembaga (copper) menghasilkan warna hitam pekat

Pewarna logam juga disebut color restorer. Pemakaiannya harus berkali-kali dan warnanya juga timbul bertahap. Pewarna logam tidak dapat dicampur dengan hydrogen peroksida, karena dapat menimbulkan reaksi yang merusak dan menghancurkan rambut.

Ra ambut yang telah diwarn nai dengan p pewarna log gam tidak dib benarkan un ntuk dikeritin ng, diwarna i dengan p pewarna jen nis para, di luruskan, ma aupun dihila angkan warn nanya mela alui proses penghilanga an warna ata au bleachin ng, karena proses di atas meng ggunakan h hydrogen pe eroksida. Gu una menget tahui apaka ah telah dig unakannya pewarna log gam dapat d dilakukan te s garam ata au metalik s salt test yaitu u dengan

ca ra sebagai berikut; S ebuah beja ana berisi a air 100 gra am diberi hy ydrogen pero oksida 20 vo olume, dan 2 20 tetes amo onia 28%, m masukkan gu untingan ram mbut yang te lah dicuriga i telah diwar rnai dengan pewarna log gam ke da alamnya dan n biarkan untuk bebe erapa waktu u. Dalam ke adaan norm mal warna ra ambut akan menjadi leb bih muda, te etapi bila ram mbut telah d diwarnai den ngan pewarn na logam ma aka tidak ak an terjadi pe erubahan wa arna.

3. Pewarna C Campuran. Pewarna c campuran d dibuat deng an mencam mpur unsur pewarna

na abati dan u unsur logam m yang te erpenting d i dalamnya a adalah co ompound hen nna.

4. Pewarna S Sintetik Orga anic (Synthe tic Organic T Tint) Pewarna y yang dibuat d dari bahan d dasar sinteti k organic me erupakan

pe ewarna palin ng sempurn na dan pa aling banya k digunaka an dalam ko osmetologi m modern dan n dapat dibe edakan dala am 3 kateg gori yakni se bagai beriku ut:

a. Pewarna s sementara (a azo dye) Pewarna s sementara memiliki me elekul zat p pewarna yan ng besar

de engan laruta n yang bers sifat asam. K Karena itu h hanya dapat t melekat dib batang ramb but, dan bisa a hilang deng gan penyam mpoan.

Gambar. 10.1. B G Batang Rambu ut Dan Melekul Pewarna Azo S Sumber : Kusum madewi (1981)

Pewarna a azo dye ini b banyak dibua at dari para hidoksi-azo -venzene (pa ara-hydroxi- azo-venzen e) menghas silkan warn na kuning; fenil-azo- na aftol (phenil l-azo-naptho ol) member i warna m merah dan pembilas pe ewarna (colo or rinse); k krim pewar na (color c cream); dan n crayon ter rmasuk kate egori pewar na sementa ara. Adapun n kelebihan pewarna se mentara in i yaitu: “ba anyak varia asi warnany ya, mudah dihapus,

be erguna untuk k warna per rcobaan seb belum meng ggunakan w warna asli (te etap)”.

b. Pewarna s setengah teta ap (nitro dye e). Pewarna s setengah te etap juga m memiliki mo lekul pewar rna yang

ma asih cukup b besar untuk dapat mele ewati imbrika asi rambut m meskipun lar rutannya be rsifat basa. Sebagian d dari moleku l zat pewar rna dapat ma asuk ke dala am kulit ram mbut dan ber rgabung den ngan ikatan h hydrogen ke eratin rambu t, sebagian lagi meleka at dipermuk aan dan ce elah-celah im brikasi selap put rambut.

Pewarna s setengah tet tap juga dike enal sebaga ai pewarna n nitro atau nit tro dye. Ba anyak dibu at dari ba han nitro-fe enilin-diamin na (nitro- ph henylene-dia amine) yang menimbulk kan warna biru, yang t tergolong

da alam warna a setengah tetap ada alah sham po pewarn na (color sh ampoo) yan ng tahan hing gga beberap pa kali pencu ucian.

Gambar. 10 0.2. Batang Ram mbut Dan Pew warna Nitro Sumber : Kusum S madewi (1981)

Kelebihan dari pewar rna azo ad alah daya lekatnya ya ang lebih lam ma, warnan ya lebih be eraneka rag gam, peruba ahan warna ke arah wa arna asli ram mbut terjadi bertahap, se ehingga per rubahan ram mbut tidak ak kan memperl lihatkan peru ubahan warn na yang men ncolok.

c. Pewarna te etap (perma anent tint) Pewarna t tetap memil iki molekul zat pewarn na yang san ngat kecil

da an tidak berw warna. Sifat t larutannya a basa, mole ekul zat pew warnanya

de engan muda ah dapat ma asuk ke dal am kulit ram mbut lewat imbrikasi ya ng terbuka. Dengan hyd drogen pero ksida sebag gai oksidator r molekul- mo olekul kecil tak berw warna dioks sidasi menja adi moleku ul-molekul rak ksasa yang berwarna s sehingga me enjadi terlal u besar unt tuk dapat ke luar lagi me elalui imbrik kasi rambut t (lihat gam bar). Pewar rna tetap jen nis sintetik organic ba anyak dibua at dengan bahan-baha an dasar ke turunan an niline, yan g terpentin ng diantara anya adala ah para fen nilendiamine e, (para-phe enylene–diam mine) yang menghasilka an warna hit tam.

Gambar. 10.3. M G Molekul Pewarn na Pada Dalam m Kulit Rambut t S Sumber : Kusum madewi (1981)

Para-tolue ne-diamine sebagai penyempur rnaan para a fenilen dia amina;

m meta-toluene- -diamina (meta-tolue ene-diamine) ) yang

me enimbukan warna co oklat: para- -amin-finol (para-amino o-phenol) me emberi war rna coklat kemerahan ; dan met ta-dihidroksi i-venzene (m meta-dihydrox xi-venzene) menghas ilkan abu-a abu. Lain dengan pe ewarna tetap p dari bahan n tumbuh-tu mbuhan dan n bahan log gam yang me elapisi bata ang rambut t. Karena itu juga d diklasifikasi sebagai pe enerating tin t atau pewa arna yang m meresap, gu una membed dakannya

de engan pewar rna melapis atau coatin ng tint. Keku rangan jenis s para ini

ad dalah reaksi alergi yang g sering diti mbulkan da an bila terke ena mata ak kan menimbu ulkan kebuta aan. Dengan b banyaknya l aporan ten tang kasus alergi yan ng terjadi ak kibat penggu unaan inecto o (para-feni ilen-diamine e) maka Sab baouroud

da an Roussea au pada ta ahun 1911 dilakukan tes kulit sebelum da an Roussea au pada ta ahun 1911 dilakukan tes kulit sebelum

Dibeberapa Negara Eropa dan Amerika penggunaan pewarnaan rambut para-femilen-diamine sudah dilarang, sebagai gantinya digunakan bahan dasar para-toluene-diamine yang merupakan hasil penyempurnaan yang dilakukan oleh Dr. Ralph Evans dari Universitas Colombia pada tahun 1926. Meskipun para–toluene-diamine masih menimbulkan reaksi alergi tetapi tidak sering.

Pewarna jenis para juga disebut pewarna pengenaan tunggal atau single application tint, pada penggunaanya warna asli rambut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum diberi warna baru. Karena larutan pewarna jenis para bersifat lindi, maka setelah pembilasan perlu diberikan pengkondisi (conditioner).