Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Pertanian
3.1. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Pertanian
3.1.1. Pendapatan Perkapita dan Pendapatan Rumah Tangga Pertanian berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB)
Kesejahteraan petani yang diukur melalui data PDB diantaranya dengan pendapatan perkapita diperoleh dengan menghitung nilai Produk Domestik Bruto (PDB) total dibagi jumlah penduduk dan PDB pertanian sempit dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga petani, yang dihitung scara nominal berdasarkan PDB harga berlaku dan riil berdasarkan harga konstan dengan tahun dasar 2000.
Berdasarkan perhitungan tersebut pada Tabel 3.1. disajikan perkembangan pendapatan perkapita secara nominal dan riil baik pada penduduk secara umum maupun pada anggota rumah tangga pertanian .
Dari Tabel 3.1. menunjukkan bahwa secara nominal pendapatan perkapita pada RTP selama tahun 2011 s.d. 2013 mengalami peningkatan sebesar 8,49% (rata-rata = 12,51 juta/tahun) , namun setelah dikonversi dengan faktor inflasi sejatinya secara riil hanya meningkat sebesar 3,21%. Tabel 3.1. Perkembangan PDB Per kapita secara nominal dan riil pada
penduduk dan rumah tangga petani, 2011 - 2013
(Rp.000)
PDB Pertanian Sempit per kapita
Tahun
PDB Per Kapita
Nominal Riil 2011
Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
3.1.2. Rata-rata pendapatan per rumah tangga pertanian menurut sumber pendapatan utama/terbesar
Berdasarkan hasil Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian sebagai kelanjutan dari Sensus Pertanian 2013, menunjukkan sub sektor perkebunan dan tanaman pangan memberikan sumbangan terbesar terhadap total pendapatan dari rumah tangga di sektor pertanian, yaitu masing-masing sebesar 33,49% dan 32,15%. Rata-rata pendapatan per rumah tangga pertanian sub sektor perkebunan sebesar Rp. 4,16 juta per tahun dan sub sektor tanaman pangan sebesar Rp. 3,99 juta per tahun. Untuk sub sektor lainnya (hortikultura, peternakan, kehutanan dan lainnya) memberikan sumbangan yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perkebunan dan tanaman pangan merupakan sub sektor andalan, khususnya dilihat dari kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga pertanian (Gambar 3.1 dan Tabel 3.2) .
Tan. Pangan
Peternakan Perikanan
Gambar 3.1. Proporsi pendapatan utama rumah tangga pertanian menurut sub sektor, SPP-ST 2013
Tabel 3.2. Rata-rata pendapatan per rumah tangga pertanian menurut sumber pendapatan usaha di sektor pertanian, 2013
Rata-rata Pendapatan
Sub Sektor Share (%)
(000 Rp)
Tanaman Pangan
Sumber : Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian, 2013 - BPS
3.1.3. Sumber Penghasilan/Pendapatan Terbesar
Sejalan dengan hasil Survei Pendapatan RTUP - Sensus Pertanian 2013 tersebut diatas, dalam Susenas yang dilaksankan setiap tahun juga dilakukan pendataan mengenai sumber penghasilan rumah tangga pertanian, dimana diantaranya menurut sumber penghasilan terbesar dalam RTP. Persentase rumah tangga pertanian menurut sumber penghasilan terbesar dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini. Tabel 3.3. Persentase rumah tangga pertanian menurut sumber
penghasilan terbesar di Jawa – Luar Jawa, 2011 – 2013
Sumber Penghasilan
Indonesia terbesar
Jawa
Luar Jawa
Tanaman Pangan 59.20 61.17 58.84 38.29 36.98 37.12 47.75 47.85 46.88 Hortikultura
5.47 5.34 6.67 3.98 4.34 4.53 4.66 4.79 5.49 Perkebunan
3.01 3.39 2.96 38.82 40.73 39.29 22.62 23.96 22.96 Peternakan
5.03 4.26 5.28 1.35 1.43 1.36 3.02 2.70 3.12 Penerima Pendapatan
2.91 3.22 2.15 1.28 1.16 1.13 2.02 2.09 1.59 Lainnya
Sumber : Susenas, BPS
Sumber penghasilan terbesar pada RTP di Indonesia selama tahun 2011 – 2013 juga didominasi oleh RTP sub sektor tanaman pangan (48%), disusul RTP sub sektor perkebunan (23%), hortikultura (5%) dan peternakan (3%). Di Jawa, sumber penghasilan terbesar RTP berasal dari sub sektor tanaman pangan, terlihat pada tahun 2011 sebesar 59,20 persen, tahun 2012 sebesar 61,17 persen dan tahun 2013 sebesar 58,84 persen. Sementara untuk di luar Jawa sumber penghasilan terbesar pada subsektor perkebunan, walaupun hanya berbeda sedikit terhadap subsektor tanaman pangan. Terlihat pada tahun 2011, untuk subsektor perkebunan di luar Jawa sebesar 38,82 persen, tahun 2012 sebesar 40,73 persen dan tahun 2013 sebesar 39,29 persen.
Tiga Provinsi tertinggi dengan sumber penghasilan terbesar dari sub sektor tanaman pangan berada di luar Jawa, yaitu Papua, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat dengan masing-masing persentase sumber penghasilan tahun 2011 sebesar 78,62 persen, 73,55 persen dan 71,09 persen. Untuk tahun 2012 dan 2013 persentase sumber penghasilan ketiga provinsi tersebut juga tidak berbeda jauh.
3.1.4. Pengeluaran Rumah Tangga Pertanian
Pengeluaran rumah tangga pertanian berdasarkan hasil Susenas secara umum dibagi dalam pengeluaran untuk makanan dan non makanan.
Proporsi Pengeluaran Untuk Makanan
Dalam ilmu ekonomi, hukum Engel menyatakan bahwa saat pendapatan meningkat, proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan berkurang, bahkan jika pengeluaran aktual untuk
Menurut Engel, bila persentase pengeluaran makanan terhadap total pengeluaran lebih dari 80%, maka tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut sangat rendah. Pola pengeluaran rumah tangga pertanian berdasarkan hasil Susenas yang ditunjukkan pada proporsi pengeluaran untuk makanan dan non makanan dapat dilihat pada gambar 3.2. Secara umum persentase pengeluaran untuk makanan masih mendominasi pola pengeluaran rumah tangga pertanian di Indonesia, meskipun masih berada pada proporsi sekitar 60%.
Non Makanan
Gambar 3.2. Proporsi pengeluaran RTP untuk makanan dan non makanan, 2013
Tahun 2013, secara nasional persentase pengeluaran RTP untuk makanan adalah sebesar 58,78 persen. Persentase ini sedikit menurun dari tahun sebelumnya, namun masih di atas persentase pengeluaran makanan di tahun 2011. Jika dikaji berdasarkan wilayah Jawa dan Luar Jawa, hasil Susenas menunjukkan persentase pengeluaran untuk makanan oleh RTP di Luar Jawa sedikit berada di atas RTP di Jawa (Tabel 3.4.).