68
No. Kelompok Kegiatan
Luas m
2
1. Kelompok Kegiatan Penerima
± 526
2.
Kelompok Kegiatan Utama ± 1730
3.
Kelompok Kegiatan Penunjang ± 3648
4.
Kelompok Kegiatan Pengelola ± 247
5.
Kelompok Kegiatan Pelayanan ± 335
6.
Parkir ± 732
Jumlah ± 7218
Sumber : Analisa Penulis, 2015 Berdasarkan data didapatkan peraturan daerah setempat sebagai berikut :
Koefisien Dasar Bangunan KDB = 50
– 80 Koefisien Lantai Bangunan KLB
= 0,4 – 2,5
Garis Sempadan Bangunan GSB = setengah lebar jalan
Ketinggian Maksimal Bangunan = 4 lantai
4.1.9 Pendekatan Sirkulasi
A. Meliputi pengunjung yang menginap, pengunjungyang tidak menginap, serta pengelola.
69
Datang
Keterangan : : Pola sirkulasi pengunjung menginap dan tidak dan pola sirkulasi
pengelola : Pola sirkulasi pengunjung yang menginap
: Pola sirkulasi pengunjung yang tidak menginap : Pola sirkulasi pengelola
Gambar 4.3 Sirkulasi Pengunjung Menginap dan Tidak serta Pengelola Sumber : Analisa Penulis, 2015
B. Konfigurasi Alur Gerak Secara umum sirkulasi wisata mengarahkan dan memudahkan
pengunjung mencapai tujuan. Untuk itu dibutuhkan elemen penegas dan Menginap
Bersantai Lobby
Rekreasi
Makan
Aktivitas Pendukung
Istirahat, Sholat
Bersantai Melayani
Tamu Beraktivitas
Menerima Tamu
Makan Istirahat,
Sholat Check-in
Check-out Parkir
70
pengarah, penanda sirkulasi, pusat orientasi, elemen estetis dengan memanfaatkan elemen alam dan pengolahan elemen keras seperti jalan
setapak, street furniture dan elemen dekoratif. Bentuk konfigurasi alur gerak sebagai pola sirkulasi pada tempat
wisata harus rekreatif dan dinamis yang dapat dicapai dengan pola linier, radial, spiral, grid atau network organik.
C. Pola Jalan Pola jalan pedestrian ways sebagai bagian dari elemen pembentuk
koridor, direncanakan menyatu dengan lingkungan menggunakan pola dan warna yang cocok sehingga memberikan irama sirkulasi, memudahkan dan
memberi ruang untuk menikmati perjalanan sebagai jalur aktivitas wisata jalan, tracking, hiking, bersepeda, jogging.
4.2 Pendekatan Aspek Kontekstual 4.2.1 Pemilihan Lokasi
Di dalam melakukan pendekatan pemilihan lokasi, parameter yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan lokasi mengacu pada rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Candi Borobudur.
2. Fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung kawasan Candi Borobudur. 3. View yang bapat memberikan nilaik lebih yang dapat mempengaruhi penerimaan
manusia terhadap view yang mengarah ke Candi Borobudur dan lansekap di sekitar tapak.
4. Topografi dapat menjkadi sebuah potensi sehingga perencanaan resort akan menjadi sebuah desain yang mempunyai ciri khas tersendiri.
5. Luasan tapak merupakan sebuah tolak ukur kebutuhan site dengan kebutuhan ruang, sehingga besarnya luasan site harus dapat menampung besaran kebutuhan
ruang.
4.2.2 Pemilihan Tapak
Zona kawasan candi merupakan zona yang sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Taman Purbakala Nasional yang terbagi dalam 3 tiga zona yang masing
– masing ditetapkan peruntukan , luas dan batasnya.
Pasal 4 1 Zona 1 merupakan lingkungan kepurbakalaan yang diperuntukkan bagi perlindungan
dan pemeliharaan kelestarian lingkungan fisik candi. 2 Luas zona 1 untuk Candi Borobudur adalah kurang lebih 44,8 Ha, dan berbentuk
lingkaran dengan titik pusat pada as candi.
Pasal 5 1 Zona 2 merupakan kawasan di sekeliling zona 1 masing-masing candi dan
diperuntukkan bagi pembangunan taman wisata sebagai tempat kegiatan kepariwisataan, penelitian, kebudayaan, dan pelestarian lingkungan candi.