TERMA-TERMA LAIN SEMAKNA DENGAN AL- AQL

TERMA-TERMA LAIN SEMAKNA DENGAN AL- AQL

Akal menurut Abi Al-Baqa Ayyub ibn Musa Al-Kufi, memiliki banyak nama. Tercatat empat nama yang menonjol: (1) al-lub, karena ia merupakan cerminan kesucian dan kemurnian Tuhan. Aktivitasnya adalah berzikir dan berfikir; (2) al-hujah, karena akal ini dapat menunjukan bukti-bukti yang kuat dan menguraikan hal-hal abstrak, (3) al-hijr, karena akal mampu mengikatkan keinginan seseorang hingga membuatnya dapat menahan diri, dan (4) al-nuha, karena akal merupakan puncak kecerdasan, pengetahuan, dan penalaran. 41

Menurut Yusuf Qardhawi, dalam Al Qur an akal disebut pula dengan term fu ad, baik dalam bentuk tunggal maupun jamak. Karena, ia termasuk dalam salah satu dari tiga perangkat pokok ilmu pengetahuan : pendengaran, penglihatan, dan fu ad (kalbu). Allah SWT berfirman :

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati ((fu ad) semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya (QS.Al-Israa : 36).

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (fu ad) agar kamu bersyukur (QS.An-Nahl : 78). Bentuk-bentuk sama pendengaran , abshar penglihatan, dan af idah - kalbu - disebut dalam Al Qur an dalam beberapa surat. Begitu juga dengan qalb - hati - sebagai ganti fu ad juga terdapat dalam beberapa ayat dalam Al Qur an. Seperti dalam firman Allah SWT berikut ini :

Anbiya [21]: 10; QS al-Zukhruf [43]: 3), 3 tiga ayat berkaitan dengan kehidupan akhirat ( QS Al-Mulk [67]: 10; QS Al- Baqarah [2]: 32; QS Yunus [10]: 16); dan satu ayat yang berhubungan dengan shalat (QS Al-Maidah [5]: 58). Dikutip dalam Taufik Pasiak, Op.cit., h.206.

39 Topik Kosmologis, meliputi enam ayat yang berhubungan dengan tanda kebesaran Tuhan (QS.Al Baqarah [2]: 73 dan 242, QS. Al-An am [6]: 32; QS.Al- Ankabut [29]: 35, QS. Al-Ruum [30]: 28, dan QS. Al-Syu araa [26]: 28), tujuh ayat

yang berhubungan dengan pemahaman proses dinamik manusia (QS. Al-Hajj [22]: 46; S. Yusuf [12]: 109; QS. Huud [11]: 51; QS. Al-Anfaal [8]: 22; QS. Yaa Siin [36]: 68; QS. Yunus [10]: 10; dan QS. AlNuur [24]: 61, dan 12 ayat yang berhubungan dengan pemahaman alam semesta (QS. Al-Baqarah [2]: 164; QS. Al-Mu minuun [23]: 70; QS. Al-Qashash [28]: 60; QS. Al-Shaaffaat [37]: 138; QS. Al-Mulk [67]: 10; QS. Al-Syu ara [26]: 28; QS. Al-Hadiid [57]: 170; QS. Al- Ra d [13]: 4; QS. Al-Nahl [16]: 12 dan 67; QS. Al- Ankabut [29]: 63; QS. Al-Ruum [30]: 24). Dikutip dalam Taufik Pasiak, Op.cit., h.206

40 Topik Moralitas, ditemukan pada 1 ayat saja (QS. Al-An am [6]: 151). Dikutip dalam Taufik Pasiak, Op.cit., h.206

41 Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mudjib, M.Ag dalam karyanya Fitrah dan Kepribadian Islam, Jakarta: Darul falah, 1999, h.66. Dikutip dalam Taufik Pasiak, Op.cit., h.207.

Allah telah mengunci mati hati (qulubihim) dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. Al Baqarah : 7). Katakanlah, Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu (qulubikum), siapakah Tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu? (QS Al An am : 46). Juga disebutkan dalam QS. Al A raf : 179, QS.An Nahl : 108, QS. Al Isra :46, QS.Al Kahfi : 57,

QS. Al Hajj : 46, QS. Al Jaatsiyah : 23 42 Qardhawi melihat kata fu ad dalam beberapa ayat-ayat tersebut terkait kuat atau

merupakan satu kesatuan dengan fungsi pendengaran dan penglihatan yang merupakan fungsi organik dari akal. Sedangkan term fu ad dan af idata, af idati, af idatu yang lain dan tidak tersirat dalam fungsi organik akal, - tercantum dalam Al-Qur an seperti : QS.14:37, QS.23:78, QS.32:9, QS.46:26, QS.67:23, QS.104:7, & QS.6:113 dan QS.28:10, QS.53:11, QS.11:120, & QS.25:32 -tidak dijelaskan oleh Qardhawi.

Di samping menggunakan kata-jadian dari akal, Al-Quran juga menggunakan beberapa kata, yang berada dalam medan semantik 43 kata aql, untuk menyebut kegiatan

mengerti, memahami, mengingat, dan merenungkan.

Kata-kata itu memiliki makna yang hampir sama, tetapi berbeda pada segi yang lain. Semuanya membawa satu makna, namun penekanan masing-masing kata itu berbeda. Terdapat tujuh sinonim kata akal itu : (1) dabbara (merenungkan), (2) faqiha (mengerti), (3)fahima (memahami), (4) nazhara (melihat, dengan mata kepala), (5) dzakara (mengingat), (6) fakkara (berfikir secara dalam), dan (7) alima (memahami dengan

jelas) 44 . Selain tujuh kata itu, masih ada kata-kata lain yang, dari segi fungsi yang ditunjukkannya, memiliki kemiripan dengan kata akal. Yang paling mendekati adalah kata al-

qalb (dalam arti pengganti fu ad dan dikaitkan dengan fungsi organik akal), seperti yang sudah dijelaskan Qardhawi sebelumnya di atas.

Dalam bahasa Persia dan Urdu, kata al-Qalb disebut del dan dalam bahasa Inggris disebut Heart . Dalam bahasa Arab, al-Qalb diartikan secara beragam. Ia juga diartikan organ kenyal yang berada di samping kiri dada. Kata Qalb juga diartikan jantung. Dalam Al Qur an, kata Qalb digunakan untuk menunjuk kepada sesuatu yang berfungsi sebagai

42 Yusuf Qardhawi, Al-Qur an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gema Insani Press, 1998, h.40.

43 Istilah Medan Semantik merupakan istilah linguistik dalam hubungannya dengan telaah sematik Al Quran digunakan oleh Toshihiko Izutsu (Relasi Tuhan Manusia), untuk menunjuk beberapa kata yang kira-kira semakna, atu berdekatan maknanya. Dikutip dalam Taufik Pasiak, Op.cit., h.339

44 Al-Kulaini, Ushul al-Kafi, juz i, hal 16. Dikutip dalam Muhsin Labib, Mengurai Tasawuf Irfan & Kebatinan, Jakarta: Penerbit Lentera, 2004, h.108.

pengendali pikiran dan kehendak, yang kita sebut akal. Dalam al-Kafi, kata Qalb dalam surah Qaf ayat 37 ditafsirkan sebagai akal (al- aql). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-

benar terdapat peringatan (dzikra) bagi orang-orang yang mempunyai qalb . 45 Berikut ini beberapa contoh lain dalam Al Qur an tentang al Qalb yang memiliki arti

secara tersirat dengan kata akal 46 , yaitu :

Tidaklah mereka merenungkan isi Al-Quran, ataukah hati mereka sudah terkunci? . (QS Muhammad [47]: 24)

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda

mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al-A raf [7]: 179)

Contoh ayat di atas memperlihatkan bagaimana sinonim kata aql, juga dipakai untuk melukiskan pekerjaan-pekerjaan akal manusia. Luas dan banyaknya pilihan kata (diksi) ini menunjukan perhatian yang sangat dalam terhadap kegiatan berfikir manusia. Sinonim itu juga menunjukan tingkatan-tingkatan berfikir. Dari yang sederhana, seperti melihat dan berfikir praktis, sebagaimana diwakili oleh kata nadzar, sampai pemikiran-pemikiran yang mendalam, seperti diwakili kata fakkara. Bahkan, lebih dari sekadar berfikir, manusia disuruh untuk mengambil pelajaran dan merenungkan apa yang dipikirkannya, sebagaimana ini diwakili oleh kata dabbara, taddabur.

Terma-terma lainnya yang berada dalam medan semantik kata akal sebagaimana dipakai dalam Al Qur an diantaranya adalah : 47

Kata Al Fikr. Dalam bahasa Indonesia kata ini menjadi pikir dan pakar berasal dari Al Fikr yang dalam Al Qur an menggunakan istilah fakkara dan tafakkaruun. Menurut

45 Lihat Isfahani dan bdk. dengan Al-Munawwar atau Mu jam Lughatul Fuqaha. Juga dengn Yusuf Qardhawi. Dikutip dalam Taufik Pasiak, Op.cit., h.207.

46 Taufik Pasiak, Op.cit., h.209-10.

47 Taufik Pasiak, Op.cit., h.210-17.

Quraish Shihab, kata fikr berasal dari kata fark dalam bentuk faraka yang dapat berarti : (1) mengorek sehingga apa yang dikorek itu muncul, (2) menumbuk sampai hancur, dan (3) menyikat (pakaian) sehingga kotorannya hilang. Salah satu bentuk berfikir adalah tafakur. Kata ini telah mengalami pemadatan makna melebihi sekedar makna harfiahnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Al Fudhail bahwa tafakur adalah cermin yang akan memperlihatkan padamu kebaikan dan keburukanmu. Ibnu Qayyim Al-Jauziy juga berpendapat bahwa bertafakur merupakan pekerjaan hati yang paling utama dan paling bermanfaat. Kegiatan berfikir yang diselingi dengan refleksi berupa tafakur akan mengarahkan seseorang kepada kedalaman makna obyek ilmu pengetahuan. Dengan bertafakur dapat dipahami adanya hubungan yang erat antara

pikiran dan perasaan hubungan antara fikr dan dzikr. Kata Al Dzikr. Hanna Kassis (1983) melihat hubungan organik antara fikr dan dzikr melalui penulusuran kata fakkara. Kata itu, disamping bermakna seperti disebut di atas, juga mengandung arti to reflect (merenung) sehingga dalam proses berpikir terkandung juga kegiatan yang bersifat refleksi (permenungan) terhadap obyek yang dipikirkan itu. Ketika seseorang berpikir, ia tidak hanya memperoleh informasi (data- data atau fakta-fakta) saja. Ia juga dan ini yang paling utama- memperoleh hikmah dan kebijaksanaan. Banyak orang memiliki ilmu, tetapi sedikit saja yang memiliki kebijaksanaan. Dan seutama-utamanya berfikir adalah berpikir menuju hikmah itu. Semakin dalam seseorang berpikir, semakin tajam kekuatannya, dan itu berarti semakin bijaksanalah dia. Al Quran berulang-ulang menandaskan bahwa hikmah itu dapat diberikan kepada siapa saja. Siapa yang telah memperoleh hikmah, ia sesungguhnya telah diberi nikmat yang banyak (QS Al Baqarah [2]: 269). Tadzakkur adalah salah satu tugas akal yang paling tinggi. Dan dzakirah (ingatan) adalah tempat penyimpanan pengetahuan dan informasi yang diperoleh manusia untuk dipergunakannya pada saat dibutuhkan. Manusia, menurut Qardhawi, tidak bisa hidup tanpa tadzakkur dan dzakirah. Entah di dunia, entah di akhirat. Ada perbedaan penekanan makna antara tafakkur dan tadzakkur. Untuk memperoleh pengetahuan baru dan segar, maka tafakur diperlukan. Sedangkan untuk mengingatnya, supaya tidak lupa dan lalai, tadzakkur diperlukan. Imam Al-Ghazali mempertegas posisi keduanya, Setiap orang yang berpikir adalah ber-tadzakkur namun, tidak setiap ber-tadzakkur itu berpikir. Kata Ilm . Dari semua pekerjaan akal, akar kata ilm dan kata turunannya paling banyak disebut. Menurut Quraish Shihab ada sekitar 854 kali disebut. Istilah ini pikiran dan perasaan hubungan antara fikr dan dzikr. Kata Al Dzikr. Hanna Kassis (1983) melihat hubungan organik antara fikr dan dzikr melalui penulusuran kata fakkara. Kata itu, disamping bermakna seperti disebut di atas, juga mengandung arti to reflect (merenung) sehingga dalam proses berpikir terkandung juga kegiatan yang bersifat refleksi (permenungan) terhadap obyek yang dipikirkan itu. Ketika seseorang berpikir, ia tidak hanya memperoleh informasi (data- data atau fakta-fakta) saja. Ia juga dan ini yang paling utama- memperoleh hikmah dan kebijaksanaan. Banyak orang memiliki ilmu, tetapi sedikit saja yang memiliki kebijaksanaan. Dan seutama-utamanya berfikir adalah berpikir menuju hikmah itu. Semakin dalam seseorang berpikir, semakin tajam kekuatannya, dan itu berarti semakin bijaksanalah dia. Al Quran berulang-ulang menandaskan bahwa hikmah itu dapat diberikan kepada siapa saja. Siapa yang telah memperoleh hikmah, ia sesungguhnya telah diberi nikmat yang banyak (QS Al Baqarah [2]: 269). Tadzakkur adalah salah satu tugas akal yang paling tinggi. Dan dzakirah (ingatan) adalah tempat penyimpanan pengetahuan dan informasi yang diperoleh manusia untuk dipergunakannya pada saat dibutuhkan. Manusia, menurut Qardhawi, tidak bisa hidup tanpa tadzakkur dan dzakirah. Entah di dunia, entah di akhirat. Ada perbedaan penekanan makna antara tafakkur dan tadzakkur. Untuk memperoleh pengetahuan baru dan segar, maka tafakur diperlukan. Sedangkan untuk mengingatnya, supaya tidak lupa dan lalai, tadzakkur diperlukan. Imam Al-Ghazali mempertegas posisi keduanya, Setiap orang yang berpikir adalah ber-tadzakkur namun, tidak setiap ber-tadzakkur itu berpikir. Kata Ilm . Dari semua pekerjaan akal, akar kata ilm dan kata turunannya paling banyak disebut. Menurut Quraish Shihab ada sekitar 854 kali disebut. Istilah ini

kejelasan itu. Misalnya, alam (bendera), ulmat (bibir sumbing), a lam (gunung- gunung), alamat (alamat). Tiap-tiap kata itu menjadi penjelas bagi apa yang ditunjuk. Misalnya, gunung menjadi jelas karena langsung terlihat pada bibir seseorang. Makna dasar lain dari kata ilm adalah, menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Ia juga dipakai untuk menyebut suatu pengenalan yang sangat jelas terhadap suatu objek. Karena itu, menurut pandangan Al-Quran, seseorang yang menjangkau sesuatu dengan benaknya, tetapi jangkauannya itu masih disertai keraguan, maka ia tidak bisa disebut sebagai orang yang mengetahui apa yang dijangkaunya itu. Kondisi ini bukan ilm, tetapi zhann. Secara semantik, jalan yang dilalui kata ilm sedikit berbeda dengan kata aql. Bila kata aql mengalami pemadatan makna dalam makna dasarnya, maka kata ilm justru dalam makna relasionalnya. Makna dasar kata ilm sama pada setiap sistem yang memakainya, baik pra-Islam, Al- Quran, maupun teologi Islam. Namun, makna relasionalnya menjadi berbeda sejauh menyangkut sumber ilmu itu sendiri. Kata Nazhar . Kata ini oleh Quraish Shihab, diartikan sebagai nalar . Kata ini digunakan secara tegas sebagai memandang dengan mata kepala dan mata hati . Secara harfiah, kata itu dekat dengan kata al fahsu (penyelidikan) atau kontemplasi ( al-ta ammul). Juga semakna dengan melihat (ra yu) dan memandang dengan mata (bashar). Secara istilah, ia menggambarkan proses pengertian terhadap sesuatu hal atau objek. Mula-mula melalui pandangan mata (kepala) yang memaksa seseorang memperhatikan suatu objek . Setelah itu, ia akan berpikir untuk meyakinkan dirinya tentang kebenaran objek tersebut. Mungkin makna itu dapat diwakili oleh kalimat pleonastis berikut: melihat dengan mata kepala sendiri. Seseorang akan betul-betul yakin terhadap sebuah objek jika ia melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri. Metode empiris dalam ilmu pengetahuan dapat dijelaskan melalui penelusuran kata nazhar itu. Pengetahuan yang dihasilkan melalui metode ini cukup akurat, karena telah melalui penyelidikan yang mendalam (al-ma rifat hashila al-ba da fahshi).

Kata al Albaab atau uqul 48 adalah bentuk jamak dari term lubbu artinya isi , yaitu antonim dari kulit . Seakan-akan Al Quran ingin menunjukkan bahwa manusia terbagi

atas dua bagian yaitu kulit dan isi. Bentuk fisik bagian luar manusia adalah kulit sedangkan isi nya manusia adalah akal . Menurut Imam al-Biqa i berkata, Albab adalah yang memberi manfaat kepada pemiliknya dengan memilah sisi substansial dari kulitnya . Al Harali berkata, Ia adalah sisi terdalam akal yang berfungsi untuk menangkap perintah Allah dalam hal-hal yang dapat diinderai, seperti halnya sisi luar akal yang berfungsi untuk menangkap hakikat-hakikat makhluk, mereka adalah orang- orang yng menyaksikan Rabb mereka melalui ayat-ayatNya (lihat tafsir Nuzhumud Dhurar [3/32]). Term ulul albaab atau ulil albaab terulang dan disebut dalam Al Quran sebanyak 16 kali, 9 diantaranya dalam ayat-ayat Makkiyah, tujuh lainnya terdapat dalam ayat-ayat Madaniyah. Empat ayat Madaniyah diantaranya dengan redaksi memanggil yaa ulil-albaab yaitu : 1). QS al Baqarah [2]: 179, 2) QS. QS al Baqarah [2]: 197, 3) QS al Maa idah [5]: 100, dan 4) QS al Thalaq [65]: 10-11.

Wallaahu alam bish shawaab.

48 Yusuf Qardhawi, Op.cit., hh.30-1