Tahap Perencanaan
b. Penyusunan Rencana/Desain Kawasan Kumuh “Khusus” (Peremajaan Kota)
Tujuan Penerjemahan konsep dan desain penanganan kawasan yang telah dirumuskan ke dalam rencana teknis penanganan yang lebih terukur dan presisi baik secara lokasi, besaran/volume, dan terpetakan secara visual, serta menyusun dan menyepakati daftar komponen infrastruktur pembangunan;
Metoda Studio, analisis kebutuhan, penjaringan informasi, observasi dan pengukuran lapangan (ground survey), teknik penelurusan lokasi (transek)
Proses
1. Melakukan penyusunan peta rinci/siteplan, pembuatan siteplan diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan di lapangan siteplan sedikitnya memuat: • plotting komponen rencana • jenis serta ukuran komponen rencana • kondisi eksisting, misal: nama jalan, arah aliran, kontur eksisting serta kondisi 0%
dari komponen yang akan dibangun. Peta kebutuhan infarstruktur yang dipersyaratkan skala 1:1.000 untuk penanganan tahun pertama
2. Penyusunan visualisasi pendukung perancangan, pembuatan komponen kawasan secara visual untuk memberikan pembanding dari kondisi kawasan semula dan kondisi kawasan
3. Penyiapan gambar pra rencana berdasarkan rumusan program kegiatan untuk pembangunan kawasan secara keseluruhan. Gambar ini memuat bentuk dan komponen- komponen fisik apa saja yang diperlukan dalam penanganan kawasan kumuh prioritas, namun jumlah dan besarannya belum terinci yang disepakati antara Pokja Kabupaten/Kota, pemangku kepentingan Kabupaten/Kota serta masyarakat pada kawasan prioritas.
4. Melakukan analisis dan diskusi pemilihan komponen dengan pemangku kepentingan Kabupaten/Kota serta masyarakat pada kawasan prioritas
5. Melakukan ground check dan pengukuran yang di sesuaikan dengan kebutuhan nyata di lapangan. Komponen rencana disusun ulang dan dilihat sejauh mana kemungkinan dapat dilaksanakan pembangunannya di lapangan. Pemilihan komponen yang akan diukur harus melalui beberapa kriteria, yaitu: (a) Komponen harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi penanganan kawasan kumuh; (b) Komponen harus memberikan dampak nyata/manfaat terhadap perbaikan lingkungan kumuh yang ditangani; dan (c) Komponen dapat dilaksanakan pembangunannya dan tidak berada dalam lahan yang disengketakan.
Output Desain kawasan yang dilengkapi dengan rencana investasi, rencana operasional dan pemeliharaan, dan rencana aksi pusat pengembangan usaha (Lampiran 9a: Contoh; rencana penataan kawasan permukiman kumuh prioritas dan 9; Contoh peta tematik rencana penataan kawasan permukiman kumuh)
Pelaksana Pokja PKP & Konsultan Perencanaan Peserta
SKPD, DPRD, BKM, KBP, Perguruan Tinggi, pemerhati permukiman, Forum CSR, Lurah/Kades dan BKM lokasi prioritas dll.
Fasilitator Tim Konsultan
Pokja PKP mengkoordinasikan Lurah/Kades dan BKM terkait program dan kegiatan skala kota yang akan
didesain pada lokasi prioritas penanganan kumuh agar sinergis dengan program dan kegiatan skala lingkungan yang ada dalam RTPLP.
2.2.3.5. Uji Publik Draft Program dan Kegiatan rp2kp-kp
Kegiatan ini intinya dimaksudkan sebagai ajang sosialisasi terhadap proses yang sudah dilakukan dan dokumen rp2kpkp yang sudah disusun untuk medapatkan masukan dan pengakuan dari berbagai pihak. Secara tidak langsung kegiatan ini sekaligus merupakan kegiatan pemasaran sosial kepada seluruh pihak dengan harapan disamping mendapatkan dukungan moril juga mendapatkan dukungan materil.
Tujuan Untuk menjaring masukan dalam rangka mematangkan konsep, skenario, rencana aksi program peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh perkotaan
Metoda Pemaparan hasil dan diskusi terbuka, pleno penyepakatan Proses
1. Memaparkan seluruh capaian kegiatan rp2kp-kp
2. Melakukan diskusi untuk mendapatkan masukan-masukan terhadap muatan rp2kp-kp
3. Melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap capaian kegiatan rp2kp-kp. Output
1. Masukan terhadap pencapaian kegiatan rp2kp-kp
2. Masukan terhadap substansi rp2kp-kp Pelaksana
Pokja PKP Peserta
Kegiatan Konsultasi Publik melibatkan peserta dan pendukung. Peserta kegiatan antara lain mewakili unsur :
1. Dinas/instansi tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi yang terkait dengan penanganan 1. Dinas/instansi tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi yang terkait dengan penanganan
2. Akademisi, pemerhati permukiman, perwakilan masyarakat permukiman kumuh pendukung kegiatan antara lain mewakili unsur
3. Satuan Kerja Pengembangan Permukiman
4. DPRD
5. Lurah/Kades dan BKM lokasi prioritas. Fasilitator
Tim Konsultan
2.2.3.6. Memorandum Program dan Kegiatan rp2kp-kp
Tahapan ini dimaksudkan menyepakati seluruh kegiatan yang telah dirumuskan pada tahapan sebelumnya untuk dikerjakan dan didanai secara kolaboratif oleh seluruh peserta yang diundang dibawah arahan kepala daerah. Kegiatan ini pun sekaligus penandatangan dokumen oleh kepala daerah sebagai dokumen resmi pemda.
Tujuan
1. Menyepakati dokumen rp2kp-kp 2016 – 2019.
2. Menyepakati rencana aksi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat kawasan tahun pertama
3. Menyepakati rencana investasi kegiatan antar sektor dan aktor. Metoda
Presentasi, tanya jawab, diskusi kelompok interaktif, dan pleno penyepakatan Proses
1. Melakukan diskusi sinkronisasi program sektoral tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi terkait peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh.
2. Penyepakatan rencana antar sektor terkait peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh tahun 2016 – 2019.
3. Menyepakati rencana investasi kegiatan tahun pertama
4. Penandatanganan dokumen rp2kp-kp oleh Kepala Daerah Output
1. Dokumen rp2kp-kp 2016 – 2019.
2. Rencana investasi Kegiatan tahun pertama Pelaksana
Bappeda Peserta
SKPD Terkait, DPRD, Pokja PKP, Perguruan Tinggi, CSR, Kelompok peduli, Tenaga Ahli Perencanaan, Lurah/Kades dan BKM lokasi prioritas ,dll
Fasilitator Tim Konsultan
2.2.3.7. Penyusunan Detil Engenering Disain
Penyusunan DED dikhususkan untuk investasi kegiatan yang akan dilaksanakan ditahun berjalan. Tujuan
Tersusunya DED sejumlah investasi kegiatan Infrastruktur Metoda
Survai, Gambar , Hitung RAB Proses
1. Membuat gambar detail bangunan atau bestek bisa terdiri dari gambar rencana teknis. gambar rencana teknis ini meliputi arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, serta tata lingkungan
2. Menghitung Rencana Anggaran Biaya atau RAB
3. Menyusun Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini mencakup persyaratan mutu dan kuantitas material bangunan, dimensi material bangunan, prosedur pemasangan material dan persyaratan-persyaratan lain yang wajib dipenuhi oleh penyedia pekerjaan konstruksi
4. Menyusun laporan akhir tahapan perencanaan
Output
1. Gambar detail bangunan/gambar bestek, yaitu gambar desain bangunan yang dibuat lengkap untuk konstruksi yang akan dikerjakan
2. Engineer's Estimate (EE) atau Rencana Anggaran Biaya (RAB)
3. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
4. Laporan akhir tahap perencanaan Pelaksana
Konsultan Perencanaan Pengendali Pokja PKP Fasilitator
Tim Konsultan
2.3. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahapan pelaksanaan kegiatan baik kegiatan sosial, kegiatan ekonomi maupun kegiatan infrastruktur harus sesuai dengan perencanaan yang disusun dalam dokumen rp2kp-kp (dokumen perencanaan kota) dan dokumen rplp (dokumen perencanaan desa/kelurahan ).
Tahapan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setelah dokumen rp2kp-kp maupun dokumen rplp disahkan oleh pihak yang berwenang. Kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan yang tertera dalam rencana tahunan dan merupakan kegiatan prioritas penanganan baik skala kota maupun skala lingkungan yang sudah dikoordinasikan antara berbagai stakeholder di tingkat desa/kelurahan dan tingkat Kabupaten/Kota . Tahapan ini dilakukan secara kolaboratif, dengan hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Transparansi pelaksanaan program mulai dari proses pengadaan barang dan jasa, dst
2. Mekanisme penyaluran dana dan mobilisasi sumber daya dari pemangku kepentingan
3. Penggunaan kombinasi pola penanganan swadaya, swakarya dan pihak ketiga
4. Tersedianya tenaga terampil atau ahli yang bertanggung jawab terhadap aspek teknis dan pemanfaatan teknologi
5. Pengawasan dan jaminan kualitas (quality assurance) sesuai standar mutu dan aturan yang berlaku
6. Evaluasi kinerja capaian program dan kegiatan yang disepakati semua pihak
Tahap pelaksanaan mencakup:
1. Penganggaran. Setiap program dan kegiatan (prasarana sarana, sosial, ekonomi termasuk perumahan dan legalisasi tanah, dll) yang sudah direncanakan maka setiap tahun dimasukkan ke dalam proses penganggaran tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat Provinsi/Pusat (untuk program dan kegiatan yang dalam rencana sudah disebutkan untuk meminta dukungan dari pemerintah Provinsi dan Pusat). Untuk tingkat Kabupaten/Kota , Pokja PKP dapat bekerjasama dengan TAPD sehingga dokumen rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dapat menjadi salah satu dokumen acuan sebagai pelengkap RPJMD dan Renstra SKPD dalam setiap pembahasan anggaran antara TAPD dengan SKPD. Perkiraan kebutuhan pembiayaan program KOTAKU dengan sumber-sumber pendanaannya dituangkan dalam Pedoman Teknis Program KOTAKU khususnya di BAB 3.
2. Pra-konstruksi. Setelah penyusunan rp2kp-kp dan rencana/desain kawasan maka kemudian pemerintah Kabupaten/Kota menyiapkan DED (peta 1:100 – 1:20) atau perencanaan detail infrastruktur untuk infrastruktur primer dan sekunder prioritas yang terhubung dengan sistem infrastruktur di kawasan kumuh dan mempengaruhi secara langsung efektifitas penanganan di kawasan kumuh. Pemerintah Kabupaten/Kota merekrut konsultan yang akan menyiapkan DED infrastruktur. Konsultan Management Teknis (KMT) yang direkrut Pemerintah Pusat akan mensupervisi DED yang disiapkan oleh konsultan DED tersebut.
3. Konstruksi. Memasuki pelaksanaan konstruksi infrastruktur, pemerintah Kabupaten/Kota merekrut pihak ketiga (kontraktor dan konsultan supervisi) sesuai dengan prosedur pelelangan public. Pelelangan konstruksi infrastruktur Tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan melalui National Competitive Bidding di Kabupaten/Kota . Pemaketan kontrak untuk pekerjaan infrastruktur akan berdasarkan jenis pekerjaan, sumber pendanaan, dan efisiensi. Mengingat pekerjaan yang dilaksanakan akan menggabungkan berbagai sumber pendanaan maka satu kontrak untuk seluruh pekerjaan tidak selalu bisa dilaksanakan. Dimana pemerintah daerah kurang memiliki kapasitas untuk pengadaan maka pengadaan akan dilakukan di tingkat Provinsi atau Pusat. Pokja PKP memantau setiap usulan kegiatan yang akan dilelangkan atau konstruksi pada setiap SKPD melalui forum pertemuan lintas sektor. KMT memastikan proses dan kualitas konstruksi memenuhi syarat yang ditetapkan. Tata cara pengadaan dan konstruksi untuk jenis infrastruktur yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat melalui Program KOTAKU untuk Kabupaten/Kota terpilih disediakan dalam SOP atau POS terpisah.
2.4. Tahap Keberlanjutan
Tahapan keberlanjutan ini diartikan sebagai tahap setelah pelaksaaan lapangan dilakukan meskipun demikian hal tersebut tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan sejak awal proses dari tahapan persiapan, perencanaan dan pelaksanaan dimana di dalamnya ada tahapan monitoring dan evaluasi.
Untuk memastikan keberlangsungan pelaksanaan program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan, maka pemerintah Kabupaten/Kota perlu menyiapkan kerangka regulasi terkait, misalnya penyusunan SPM dan target kinerja, instruksi Kepala Daerah mengenai tata cara pelaporan, pemantauan dan evaluasi program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dari masing-masing SKPD, penggunaan dan pengadaan lahan, pembaruan struktur organisasi dan tata kelola SKPD terkait, mekanisme penyaluran dana untuk dan pola pemanfaatan ruang. Pokja PKP dapat mengusulkan penyusunan atau perubahan regulasi sesuai dengan hasil pemantauan dan evaluasi serta konsultasi dengan berbagai pelaku.
Upaya keberlanjutan pada program ini diharapkan pada keberlanjutan yang diuraikan sebagai berikut:
2.4.1. Penyusunan Kerangka Regulasi.
Pokja PKP bisa mulai mengidentifikasi seluruh permasalahan kumuh dimulai dari tahap kegiatan persiapan, terutama pada tahap Refleksi Perkara Kumuh baik ditingkat kota maupun ditingkat kawasan. Pada tahapan tersebut diperoleh persoalan yang terkait dengan penyebab utama kekumuhan dari berbagai dimensi misalkan terkait soal ekonomi, fisik , sosial budaya, perencanaan, lahan dan kebijakan. Pada tahap konsolidasi data permukiman kumuh yang output dari kegiatan itu adalah kesepakatan data baseline yang akan digunakan dan profil permukiman kumuh kota yang bisa jadi tidak sesuai dengan SK Kumuh Kota/Kabupaten eksisting, sehingga perlu ada langkah verifikasi SK Kumuh terhadap data baseline dan profil kumuh yang rekomendasinya adalah perubahan SK Kumuh atau membuat SK kumuh baru.
Data dan informasi hasil kegiatan RPK dan Konsolidasi data kumuh dianalisa melalui tahapan kajian kebijakan dan rencana kota untuk penanganan kumuh, pada tahapan ini data dan informasi kumuh disandingkan dengan kebijakan kota dan perencanaan kota khususnya yang terkait dengan permukiman. Hasil dari tahapan ini adalah Kebijakan dasar yang mendukung pencegahan kumuh dan Kebijakan dasar yang mendukung peningkatan kualitas permukiman kumuh. Pada tahapan kegiatan berikutnya sangat dimungkinkan ada kebijakan atau perencanaan kota yang perlu disesuaikan dengan penanganan kumuh, sehingga pokja PKP akan mengusulkan penyusunan atau perubahan regulasi sesuai dengan hasil pemantauan dan evaluasi serta konsultasi dengan berbagai pelaku dari semua tahapan kegiatan.
2.4.2. Pengembangan Kelembagaan
Dari awal proses sudah harus dipikirkan bentuk kelembagaan dengan landasan hukumnya yang diharapkan dapat mengawal seluruh proses pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat desa/kelurahan atau komunitas. Mulai dari membangun gagasan sampai dengan memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan. Untuk itu kelembagaan di Tingkat Kabupaten/Kota seperti fungsi Pokja PKP menjadi sangat penting di level kota guna pencegahan berkembangannya permukiman kumuh. Begitu pun di tingkat komunitas ada lembaga yang khusus seperti dibentuknya lembaga lembaga penjamin mutu seperti penilik sampah, penilik bangunan, penilik kebakaran dan sebagainya. lembaga lembaga tersebut harus diletakkan dasar kerja atau aturan main seperti peraturan bangunan, peraturan sempadan jalan/sungai dan lain-lain. pembinaan oleh SKPD terkait, dan lainnya.
2.4.3. Pengelolaan database & Mekanisme Pemantauan
Database menjadi peran vital dalam program KOTAKU , dikarenakan pengolahan databasis sangat mendukung pelaku yang terlibat dalam penanganan kumuh untuk selalu mendapatkan informasi berkualitas yang dicirikan dengan informasi yang akurat, dapat dipastikan, penggambaran waktu sekarang, terorganisasi, mudah diakses, berguna, dan juga dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh pengelola.
Pada tahapan konsolidasi data dihasilkan data baseline dan profil permukiman kumuh yang sudah disepakati dan diinput kedalam komputer, begitupun dengan data dan informasi yang ada dalam rp2kpkp semua dijadikan database dalam komputer, untuk selanjutnya dilakukan perekaman secara Pada tahapan konsolidasi data dihasilkan data baseline dan profil permukiman kumuh yang sudah disepakati dan diinput kedalam komputer, begitupun dengan data dan informasi yang ada dalam rp2kpkp semua dijadikan database dalam komputer, untuk selanjutnya dilakukan perekaman secara
Mekanisme pemantauan mencakup pelaksanaan prosedur rutin seperti supervisi dan review atas kegiatan yang terjadi, yang membantu untuk memastikan apakah kegiatan operasional telah sesuai dengan sistem dan prosedur pengendalian yang telah ditetapkan. Lebih lanjut dengan perkembangan teknologi informasi, pemantauan juga sudah memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut, antara lain otomatisasi alat yang secara elektronis melakukan evaluasi terhadap sistem pengendalian dengan memanfaatkan pengelolaan database
2.4.4. Integrasi Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Daerah
Integrasi perencanaan dan penganggaran daerah yang mulai dilaksanakan pada tahap perencanaan dan pemrograman tujuannya adalah untuk memastikan program nasional menjadi target pembangunan di dalam RPJMD dan untuk menjamin keberlanjutan program sampai permukiman kumuh di perkotaan menjadi 0 % pada tahun 2019. Proses integrasi difokuskan pada skenario pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang sudah menghasilkan investasi kegiatan, dapat terintegrasi dengan perencanaan daerah. Mengingat kebutuhan pembiayaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh ini sangat besar dan kemampuan anggaran pemerintah pusat dan Pemda juga terbatas, maka diperlukan Investasi tambahan seperti yang terdapat dalam dokumen rp2kp-kp dan dokumen RPLP/RTPLP. Kegiatan yang sudah direncanakan dalam rp2kp-kp dan RPLP/RTPLP dapat dipasarkan kepada swasta dan kelompok peduli lainnya untuk ikut berkontribusi dalam menangani permukiman kumuh perkotaan. Intinya harus terjadi regularisasi dalam perencanaan dan bukan hanya kegiatan yang bersifat adhoc.
2.4.5. Replikasi Program
Replikasi program diusulkan atas dasar komitmen dan inisiatif dari Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengadopsi Program KOTAKU guna mengembangkan luas pelayanannya dalam pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dan dilaksanakan di wilayah sasaran yang belum tersentuh oleh Program KOTAKU. Replikasi program ini menjadi salah satu indikator keberlanjutan terhadap komitmen dan kepemilikan Pemda terhadap program.
Replikasi program dapat berupa program/kegiatan replikasi PLPBK, replikasi Pusat Pengembangan Usaha kota (BDC), replikasi PPMK maupun replikasi model kolaborasi penanganan kumuh yang pendanaanya dilaksanakan secara mandiri oleh pemerintah Kabupaten/Kota
atau bermitra/kerjasama dengan pemerintah pusat maupun swasta.
2.5. Kegiatan Menerus Dan Berkala
Kegiatan menerus dan berkala ini akan dilaksanakan dari mulai tahap persiapan sampai ke tahap keberlanjutan sesuai dengan kebutuhan, kegiatan- kegiatan tersebut adalah :
2.5.1. Monitoring dan Evaluasi
Pokja PKP memimpin kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh dengan memanfaatkan sistem informasi dan GIS berbasis website yang terintegrasi dalam program KOTAKU. Dengan memanfaatkan sistem tersebut maka Pokja PKP:
a. Mengkaji laporan dari SKPD untuk setiap pelaksanaan program dan kegiatan serta anggaran
b. Mengkaji laporan pelaksanaan tingkat masyarakat
c. Mengkaji laporan hasil audit Bawasda/Auditor Daerah
Subyek pemantauan dan evaluasi adalah:
a. Kesesuaian daftar program dan kegiatan pada tahun berjalan (apakah masih ada gap, misalnya ada program-program yang tidak bisa dilaksanakan karena kendala tertentu)
b. Perbandingan alokasi anggaran dan realisasi (dari yang dibiayai oleh APBN, APBD maupun masyarakat dan pihak lainnya)
c. Pencapaian target dan sasaran (jumlah dan jenis pemanfaat serta luasan kumuh)
d. Ketepatan target dan sasaran (kesesuaian hasil program dengan pemanfaat, kawasan prioritas)
e. Kesiapan keberlanjutan
Indikator program secara lengkap dijelaskan pada kerangka keberhasilan dan monitoring program Lampiran 10. Kerangka kerja hasil dan monitoring evaluasi. Masing-masing Pemerintah Daerah menggunakan kerangka tersebut dan menetapkan taget capaian sesuai dengan kondisi spesifik masing-masing Kabupaten/Kota. Pemerintah dapat menambahkan indikator sesuai kebutuhan masing-masing Kabupaten/Kota. Masing-masing Kabupaten/Kota memanfaatkan data hasil pendataan kumuh sebagai kondisi awal dan merumuskan target capaian mengacu pada kondisi awal tersebut. Begitu pula di tingkat masyarakat kelurahan, dirumuskan pula kerangka keberhasilan dan monitoring program sesuai dengan kondisi awal hasil pendataan kumuh di masing-masing kelurahan.
Pokja PKP dapat melakukan review dalam forum pertemuan lintas sektor dan masyarakat. Hasil pelaksanaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan dilaporkan oleh Pokja PKP kepada Kepala Daerah, dengan salinan kepada Bappeda dan DPPKAD. Format pemantauan dan evaluasi terlampir (Lampiran 12).
Berdasarkan kegiatan pemantauan dan evaluasi, maka Pokja PKP dapat merekomendasikan hal tersebut di bawah ini kepada Kepala Daerah dengan salinan kepada SKPD terkait dan Pokja PKP Provinsi/Pusat (untuk kegiatan yang dilaksanakan melalui pembiayaan Provinsi dan Pusat):
a. Perubahan atau pemuktahiran rencana pelaksanaan tahunan yang termuat dalam rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan;
b. Realokasi anggaran atau reorientasi target/sasaran;
c. Perubahan kawasan prioritas;
d. Penyusunan kebijakan untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan.
2.5.2. Pengembangan kapasitas.
Kegiatan pengembangan kapasitas dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan sosialisasi, kegiatan ini akan dilaksanakan secara berkala pada setiap tahapan kegiatan. Kegiatan pelatihan akan dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas Pokja PKP, Tim Teknis, FKA BKM/LKM, KBP, relawan kota dalam rangka menjalankan setiap tahapan kegiatan. Sebagai rujukan untuk pelaksanaan pengembangan kapasitas menggunakan Prosedur Operasional Standar Kegiatan Pengembangan Kapasitas Tingkat Kabupaten/Kota.
2.5.3. Operasional dan Pemeliharaan
Operasional dan pemeliharaan terhadap kegiatan infrastruktur yang telah dibangun akan dilaksanakan secara menerus. Sebagai rujukan untuk pelaksanaan Operasional dan Pemeliharaan menggunakan Prosedur Operasional Standar Operasional dan Pemeliharaan.
BAB III PERAN PELAKU
Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan nakhoda dalam pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan secara kolaboratif. Dalam implementasinya, Bupati/Walikota melalui Surat Keputusan membentuk Kolompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP) atau lembaga sejenis sebagai motor penggerak terjadinya kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (termasuk swasta). Keberadaan Pokja PKP/lembaga sejenis pada intinya adalah untuk menguatkan peran SKPD yang sudah ada dalam urusan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan.
Anggota Pokja PKP/lembaga sejenis terdiri dari berbagai unsur SKPD yang disesuaikan dengan kebutuhan Kabupaten/Kota dalam menangani permukiman kumuh. Pokja ini diketuai oleh dinas/ pejabat yang memiliki fungsi koordinasi dengan Provinsi dan unsur SKPD yang ada di
Kabupaten/Kota. Pokja PKP akan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan lainnya yang ada di Kabupaten/Kota dan di tingkat masyarakat, seperti perguruan tinggi, city changger, Forum BKM/ LKM dan kelompok peduli lainnya. Dalam pelaksanaannya, Program KOTAKU akan menyediakan dukungan teknis berupa konsultan pendamping yang akan membantu Pokja PKP dalam melaksanakan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan tingkat Kabupaten/Kota hingga Kelurahan/Desa.
3.1. Peran Dan Pelaku Kegiatan Pelaku Kegiatan Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan Di Tingkat Kabupaten/Kota No
Pelaku
Peran dan tanggung jawab
1 Walikota/Bupati - Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan di tingkat Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional
dan Provinsi - Menyusun rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
pada tingkat Kabupaten/Kota - Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan pada tingkat Kabupaten/Kota
- Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program KOTAKU pada tingkat
Kabupaten/Kota - Mengalokasikan dana dan/atau biaya untuk program pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh pada tingkat Kabupaten/Kota - Menetapkan lokasi permukiman kumuh dan memfasilitasi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh pada tingkat Kabupaten/Kota - Membentuk dan menguatkan lembaga/ kelompok kerja yang menangani
permukiman kumuh secara inklusif, representatif dan pro-pemberdayaan
No Pelaku
Peran dan tanggung jawab
2 SKPD - Sinkronisasi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh perkotaan sesuai dengan tupoksi masing-masing - Penanggung Jawab pencapaian target pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh sesuai dengan sektor/tupoksi SKPD (perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian)
- Memberikan masukan kepada Pokja PKP/ lembaga sejenis dalam membuat rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan
- Melaksanakan program KOTAKU sesuai dengan tupoksi masing-masing
3 Pokja PKP (Tim - Menyiapkan rumusan rekomendasi kebijakan, strategis, dan program KOTAKU Teknis)
tingkat Kabupaten/Kota - Menyiapkan langkah-langkah koordinasi, pengendalian dan pemantapan
pelaksanaan program KOTAKU tingkat Kabupaten/Kota - Menyiapkan arahan pelaksanaan program KOTAKU tingkat Kabupaten/Kota - Menjamin keterpaduan dan sinergitas penyelenggaraan KOTAKU lintas sekor
dan aktor baik dari pusat hingga tingkat masyarakat - Melaporkan secara berkala perkembangan program KOTAKU di tingkat
Kabupaten/Kota ke Bupati/ Walikota dan Pokja PKP Provinsi - Memfaslitasi pembentukan dan penguatan kelembagaan di Desa/Kelurahan
dan memfasiltasi masyarakat melalui pendampingan pendataan dan perencanaan hingga monitoring dan evaluasi
4 Pemangku
- Pemberi masukan kepada Tim Teknis
Kepentingan - Kontributor (penelitian, pengembangan, diseminasi, pendanaan, dll) dalam Lainnya (termasuk
pencapaian penaganan permukiman kumuh
lembaga keuangan - Keterlibatan dalam mengembangkan alternatif pendanaan yang sesuai dengan non-bank, swasta,
pola penghidupan masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh lembaga keilmuan, dll)
5 Lurah/Kades - Penanggungjawab pencapaian penaganan permukiman kumuh melalui
kolaborasi di tingkat desa/kelurahan - Pemberi arahan dan kebijakan penaganan permukiman kumuh di tingkat
desa/kelurahan - Penanggungjawab terwujudnya integrasi perencanaan penaganan permukiman
kumuh ke dalam RPJM Desa dan Musrenbang
6 Lembaga Lainnya di - Pemberi masukan kepada Lurah/Kades terkait pencapaian penaganan tingkat
permukiman kumuh
Desa/Kelurahan - Kontributor (perencana, pendanaan, pelaksanaan, wasdal) dalam pencapaian
penaganan permukiman kumuh
7 Masyarakat - Menyelenggarakan penanganan kumuh di kawasan permukiman - Melaksanakan pembangunan yang bersifat komprehensif di segala bidang (tri
daya) - Bertanggung jawab melakukan pemeliharaan teradap infrastruktur dan sistem
yang sudah dibangun dibantu dengan tim fasilitator untuk melakukan integrasi perencanaan di tingkat masyarakat dengan Tingkat Kabupaten/Kota
- Melaksanakan pengawasan terhadap proses pembangunan di kawasan
permukiman *Pelaku secara keseluruhan dari tingkat nasional hingga kelurahan dapat dilihat pada Pedoman Teknis Program KOTAKU
3.2. Kegiatan Pembentukan/ Penguatan Pokja PKP
Penguatan atau pembentukan Pokja PKP diserahkan sesuai dengan kebutuhan Kabupaten/Kota , bergantung pada situasi berikut (Gambar 3.1 pembentukan /penguatan Pokja PKP).
Kabupaten/Kota yang berada pada kondisi seperti ini, maka yang harus dilakukan adalah melaksanakan review kelembagaan yang sudah ada (1a). review ini berfungsi untuk memastikan apakah Pokja/lembaga eksisting
dalam implementasinya sudah mengakomodasi seluruh sektor permukiman atau belum. Jika sudah ada (1c), maka Pokja atau lembaga tersebut dapat dikukuhkan yang kemudian akan berperan dalam program KOTAKU di tingkat Kabupaten/Kota . Jika belum (1d), maka pemerintah daerah memiliki dua pilihan, yaitu (a) melakukan penguatan Pokja/lembaga eksisting dengan menambahkan unsur SKPD yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam sektor permukiman sebagai anggota Pokja/ lembaga eksisting; atau (b) membentuk Pokja PKP dengan anggota di luar Pokja/lembaga yang sudah ada karena Pokja PKP yang baru terbentuk dapat berkoordinasi dengan Pokja/lembaga eksisting yang sudah ada (misalnya Pokja AMPL, Pokja Sanitasi, Pokja Perumahan, dll).
b. Bagi Kabupaten/Kota yang belum memiliki Pokja PKP/lembaga sejenis, maka harus membentuk Pokja PKP/ lembaga sejenis.
Kabupaten/Kota yang belum memiliki Pokja PKP ataupun lembaga sejenis lainnya, maka harus menyelenggarakan pembentukan Pokja PKP. Anggota Pokja PKP /Tim Teknis terdiri dari berbagai SKPD yang disesuaikan dengan kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di tingkat Kabupaten/Kota masing-masing.
1c dikukuhkan dan kemudian ja P
k ja Sudah
p il ik ip
oo
berperan dalam Program k
al A m ru 1a e Review kelembagaan eksisting e m
is P
m ja Penguatan Pokja dengan ah d is
(apakah sudah mengakomodasi
uo menambahkan SKPD terkait
seluruh sektor permukiman
g s je n e P i,
dengan sektor permukiman
au Membentuk Pokja PKP yang ab K
at berkoordinasi dengan Pokja lainnya yang sudah ada
2 anggota berbagai SKPD sesuai dengan Membentuk Pokja PKP dengan
o ta ja ki p k /k
kebutuhan Kabupaten/Kota
ili p ab K
Gambar 3.1. Kegiatan Pembentukan/ Penguatan Pokja PKP
BAB IV PENUTUP
Hal – hal yang belum diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan ini akan diatur dalam Prosedur Operasioanl Standar (POS).
Petunjuk Pelaksanaan ini terbuka untuk disempurnakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Kabupaten/Kota .
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Nama Kebutuhan Peta
NO
NAMA KEBUTUHAN PETA
SKALA
1 Peta orientasi wilayah administratif kota
2 Peta rencana tata guna lahan kota
3 Peta arah pengembangan wilayah kota
4 Peta infrastruktur eksisting pada wilayah perkotaan
5 Peta deliniasi sebaran lokasi kawasan permukiman kumuh
1 : 25000 kota
6 Peta deliniasi pada permukiman kumuh kota
7 Peta status legalitas lahan pada wilayah perencanaan
1 : 5000 (planning area)
8 Peta kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan pada
1 : 5000 wilayah perencanaan
9 Peta keberadaan lahan kosong pada wilayah perencanaan (dalam delineasi kawasan permukiman dan menjelaskan
1 : 5000 status kepemilikan)
10 Peta sebaran lokasi banjir/genangan pada wilayah perkotaan
11 Peta rencana infrastruktur (jalan, drainase, air minum perpipaan, persampahan, jaringan air limbah) pada sistem
1 : 5000 perkotaan
12 Peta batas area rencana (planning area) penanganan setiap
1 : 5000 tahunnya pada kawasan kumuh kota
13 Peta tata guna lahan pada area rencana penanganan kawasan
1 : 5000 kumuh kota
14 Peta kebutuhan infarstruktur
Lampiran 2 : Sumber-Sumber Rujukan Data, Informasi, Kebijakan, Program, Rencana, Kegiatan yang digunakan dalam Penyusunan rp2kp-kp
Lampiran 3: Form Kajian-Kajian Kebijakan dan Program/Kegiatan Sektoral Penanganan permukiman Kumuh Perkotaan
Kabupaten/Kota : ……………………
A. Kajian Kebijakan
Strategi
Produk Komponen Sumber dana No
Hukum Program dan Waktu
Rencana
5 Dst.
B. Kajian Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan
Lokasi dan
Komponen No
Tahun Sektoral
*) - Kajian yang dilakukan mencakup program/kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan keterlibatan swasta - Kajian Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan meliputi Program/Kegiatan yang telah/sedang berjalan dan yang masih dalam tahap rencana
**) Skala Penanganan yang dimaksud adalah menyesuaikan dengan fungsi dan pengelolaan infrastruktur tersebut.
Lampiran 4 : Gambar Contoh Keterpaduan Persoalan, Potensi dan Rencana Penanganan Permukiman kumuh dengan permukiman Rawan Sanitasi Kota dan Perencanaan Sektor Lainnya
Lampiran 5a : Contoh Perumusan strategi Pencegahan Permukiman Kumuh Skala Kota dari hasil proses sebelumnya; Refleksi Perkara Kumuh & Penyepakatan Visi Permukiman Kota, Konsolidasi data kumuh/Profil Permukiman Kumuh serta hasil Kajian kebijakan dan perencanaan permukiman kota.
Kebijakan Penanganan
Kondisi Faktual Dan Isu Kumuh Kota
Permukiman Kumuh
N0 (Hasil RPK/Refleksi Perkara Kumuh &
Kebutuhan Pencegahan
Konsep pencegahan
Strategi Pencegahan
(Hasil Kajian kebijakan
Kajian Awal)
& rencana eksisting)
1. URBANISASI & KEMISKINAN • Urbanisasi gak terkontrol
• Meningkatkan sistem regulasi • Kumuh identik dengan Kemiskinan
Pengendalian
• Kaum urban menempati • Sosialisasi
urbanisasi
kawasan permukiman • Pelayanan informasi
urbanisasi,
• Banyak pendatang yang tidak memiliki
• Penempatan kaum urban lahan
yang sudah disediakan.
• Pengendalian
disesuaikan dengan tujuan ijin • Urbanisasi dan prilaku/budaya
• Kaum urban mentaati • Penegakan aturan
aturan yang • Menyediakan lapangan tinggal.
• Lemah perencanaan dan keterbatasan
kerja khususnya • Pelibatan semua unsur dalam sumber daya
dikendalikan kota
masyarakat MBR pengendalian dan penempatan • Lemah pengendalian pemb & rencana
dikawasan kumuh
kaum urban sesuai ijin tinggal • Konsistensi penerapan perda/ peraturan urbanisasi • Membangun ekonomi kreatif yang diprakarsai oleh SKPD perdagangan dan UKM
2. WASDAL & KELEMBAGAAN • Mekanisme kendali mandul kerena
• Memfungsikan kelembagaan lembaga tidak ada
• Pengendalian
• Kota memiliki perencaan • Pemberdayaan
yang ada sebagai pengawasan • Pembiaran kondisi/ tidak peduli
pembangunan
permukiman masa masyarakat
dalam hal kesesuaian tataruang, • Pembiaran oleh pemerintah mendirikan
permukiman pada depan yang jelas.
• Sosialisai & edukasi
aturan, SPM dan standar teknis. bangunan, mendirikan usaha
kawasan yang tidak • Kota memiliki lembaga
mengenai aturan dan
perencana dan ketentuan teknis • Penerapan sangsi yang jelas • Adanya pembiaran dari pemerintah
sesuai peruntukanya
• Ada lembaga khusus
yang menangani pembangunan yang kawasan permukiman pengendalian
efektif
perkotaan
permukiman
Kebijakan Penanganan
Kondisi Faktual Dan Isu Kumuh Kota
Permukiman Kumuh
N0 (Hasil RPK/Refleksi Perkara Kumuh &
Kebutuhan Pencegahan
Konsep pencegahan
Strategi Pencegahan
(Hasil Kajian kebijakan
Kajian Awal)
& rencana eksisting)
3 PERENCANAAN & REGULASI • Kebijakan yang tidak adil
• Mereview kebijakan dan • Ketidaksiapan kota menghadapi
• Kebijakan dan • Kota memiliki visi • Sosialisasi
perencanaan kota terkait pertumbuhan / perkembangan
perencanaan
yang
permukiman yang jelas
• Pelayanan informasi
perencanaan permukiman layak • Zonasi/ tata ruang tidak jelas
menghambat
• Penerapan aturan bagi • Pengendalian
penangan kumuh semua kalangan dengan • Penegakan aturan
huni
• Rencana kota tidak diterapkan
harus segera tegas
• Kampanye penyadaran
• Kota tidak direncanakan sebagai pusat dilakukan penyesuain • Kota mempersiapkan (web, TV, radio, poster) • Penyepakatan dan penegakan pertumbuhan
terhadap kondisi daya dukung dan daya aturan yang bisa menciptakan • Ketidaksesuaian dengan rencana/
permukiman layak huni peraturan
yang ada guna tampung demi
• Pelibatan semua unsur dalam • Tidak ada aturan yang jelas dalam
mendukung
permukiman layak huni
menciptakn permukiman kota pengelolaan lingkungan
penanganan kumuh. • Warga memahami
kebijakan dan rencana
layak huni
• Mendorong Gerakan sosial • Rencana kota tidak mengakomodasi
• Rencana kota tidak jelas
permukiman kota
permukiman layak huni kemajuan bangsa
• Pengaturan untuk
menciptakan
• Penyediaan pelayanan dasar
permukiman yang layak
sesuai SPM
huni.
• Penyediaan ruang publik hijau
• Ada lembaga yang
untuk semua
khusus menciptakan permukiman layak huni
4 PERILAKU DAN KAPASITAS • Tidak disiplin / taat peraturan
• Kesepakatan terhadap aturan • Masyarakat yang tidak disiplin terhadap
• Peraturan kota • Warga memiliki • Pemberdayaan
sinergi dengan aturan
harapan/visi hidup masyarakat
bersama.
dipermukiman layak • Mendorong gerakan sosial • Tidak tahu kondisi yang lebih baik →
kebersihan lingkungannya.
bersama yang dibuat
• Kampanye penyadaran permukiman layak huni. tidak punya cita cita
warga kawasan soal
huni
(web, TV, radio, poster) • Mendorong even rutin yang • Miskin = hidup seadanya.
permukiman layak • Warga memahami
huni.
untungnya hidup mendukung permukiman layak
dipermukiman yang
huni.
layak
• Peningkatan pendapatan kaum
• Warga mentaati aturan
miskin
demi terciptanya permukiman layak huni
Kebijakan Penanganan
Kondisi Faktual Dan Isu Kumuh Kota
Permukiman Kumuh
N0 (Hasil RPK/Refleksi Perkara Kumuh &
Kebutuhan Pencegahan
Konsep pencegahan
Strategi Pencegahan
(Hasil Kajian kebijakan
Kajian Awal)
& rencana eksisting)
5 VISUAL FISIK • Hunian tidak teratur
• Meningkatkan sistem regulasi • Banyak kontrakan pendatang
• Pengendalian
• Sosialisasi dan edukasi • Pemberdayaan
terhadap kesesuain perijinan, • Kostan tingkat 3 menutup sinar
pembangunan
mengenai aturan dan masyarakat
permukiman pada ketentuan teknis • Sosialisai & edukasi kesesuaian tata ruang, SPM, matahari
aturan dan standar teknis. • Bangunan hunian yang tidak layak huni
kawasan yang tidak pembangunan kawasan
mengenai aturan dan
ketentuan teknis • Memfungsikan operasional dan • Masih berpikir individu dalam
sesuai peruntukanya
permukiman kota.
pemeliharaan terhadap sarana membangun rumah
• Konektifitas jaringan; pembangunan kawasan
dan prasarana yang sudah ada. • Membangun rumah tidak sesuai IMB /
• Pembangunan sarana
jalan, drainase, saluran
permukiman perkotaan
prasarana dasar limbah, air bersih,
tidak teratur
sesuai SPM
persampahan skala kota • Membangun kepedulian
• Penumpukan sampah
• Pemeliharaan sarana
hingga skala gerakan permukiman
• Tidak ada sarana kebersihan dan
dan prasarana yang lingkung/kawasan
layak huni.
pengelolaan sampah
sudah dibangun.
• Pemenuhan kebutuhan
• Kualitas sapras tidak layak / sesuai
sarana dan prasarana • Menciptakan dan
kebutuhan
permukiman sesuai menerapkan aturan
• Kurangnya RTH
dengan SPM
bersama disetiap
• Buang sampah disembarang tempat
kawasan
• Banyak anak kecil main digang • Kurang mampu masyarakat
membangun mck pribadi • Akses jalan rusak • Tidak ada saluran air bersih • Genangan air • Saluran tidak berfungsi • Tidak tersedia sanitasi dipermukiman • Ternak berkeliaran • Jemuran dijalan dan pagar • Gang kecil belok-belok • Gersang sumpek • Gak ada cahaya matahari gelap
Lampiran 5b : Contoh Perumusan strategi Peningkatan kualitas Permukiman Kumuh Skala Kota dari hasil proses sebelumnya; Refleksi Perkara Kumuh & Penyepakatan Visi Permukiman Kota, Konsolidasi data kumuh/Profil Permukiman Kumuh serta hasil Kajian kebijakan dan perencanaan permukiman kota.
Kondis Faktual Dan Isu Kumuh Kota (Hasil
Kebijakan Penanganan
Strategi Peningkatan RPK/Refleksi Perkara Kumuh , visi
Kebutuhan
Permukiman Kumuh
Konsep Peningkatan kualitas
N0
kualitas permukiman kota & Kajian Awal serta profil
Peningkatan Kualitas
(Hasil Kajian kebijakan
permukiman kumuh
Permukiman Kumuh kumuh kota)
Permukiman Kumuh
& rencana eksisting)
Pembangunan Rumah Susun Milik ini
Tingkat kekumuhannya sudah sangat tinggi dilakukan oleh Pihak Perumnas atau kondisi lingkungan permukiman yang
Penyediaan fasiltasi bekerjasama dengan Pemda. Penguasaan
sudah tidak layak huni, dimana infrastruktur
Pembangunan dan Rumah dan sarana tanah dilakukan dengan sistem ganti
yang tersedia sangat terbatas, kepadatan
1. pengelolaan rumah prasarana Lingkungan rugi, sedangkan sistem penjualannya Peremajaan kota bangunan sangat tinggi, KDB tinggi, lahan
susun/vertikal.
permukiman yang dilakukan dengan pemberian subsidi
terbatas, namun status lahan umumnya
layak
terhadap penduduk asli, dibandingkan
merupakan lahan hak milik, dan berada di
dengan harga jual terhadap penduduk
permukiman pusat kota
pendatang
permukiman kumuh yang berada pada lahan-
Penyediaan fasiltasi
lahan yang ilegal (bantaran sungai, taman
Pembangunan dan Rumah dan sarana
kota, sempadan pantai, dll) yang umumnya
Peremajaan kota ditempati oleh kaum migran yang sebagian
pengelolaan rumah prasarana Lingkungan Pembangunan Rumah Susun Sewa
susun/vertikal.
permukiman yang
besar merupakan pekerja informal dan buruh
layak
dengan tingkat pendapatan yang rendah
Konsep rumah sederhana dan rumah Pengadaan Perumahan Pembebasan/pengam sangat sederhana (RS dan RSS) dengan
Pembangunan Permukiman kumuh sedang menempati
dan perrmukiman
anan bantaran dari Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat / RsH)
Rumah Sederhana daerah-daerah bantaran / sempadan,
dengan dukungan
aktifitas fungsi yang dituangkan dalam Keputusan
Fasilitas Subsidi
Sehat (RsH)
lindung.
Menteri Kimpraswil Nomor
Perumahan 403/KPTS/M/2002
Meningkatkan mutu kehidupan,
Permukiman kumuh dengan tingkat
terutama bagi golongan masyarakat yang
Peningkatan kualitas
kekumuhan kurang kumuh sampai Kumuh program untuk
berpenghasilan rendah melalui penataan
Penataan lingkungan sedang dimana infrastruktur terbatas atau memperbaiki
perumahan dan
lingkungan dan peningkatan serta
atau perbaikan kurang, sering terkena banjir atau genangan, komponen
sapras lingkungan
penyediaan prasarana dasar, sehingga
kampung merupakan kampung kampung tua, dan infrastruktur
permukiman menjadi
akan meningkatkan jumlah keluarga yang
layak
pendapatan perkapita masyarakat rendah
bertempat tinggal pada rumah-rumah yang layak huni dan sehat
• Tingkat penguasaan lahan secara tidak sah (tidak memiliki bukti primer pemilikan/ Penataan
ulang
penghunian) oleh masyarakat cukup tinggi.
permukiman di atas
Penataan ulang permukiman di atas
• Tata letak permukiman tidak/kurang Program Land
Layak sebagai
lahan yang selama ini
lahan yang selama ini telah dimanfaatkan
permukiman dan
Consolidation
5. berpola, dengan pemanfaatan yang beragam telah dimanfaatkan
sebagai lokasi permukiman dan
(penataan ulang (tidak terbatas pada hunian).
strategis sebagai
sebagai lokasi
Mengembangkan menjadi kawasan
• Berpotensi untuk dikembangkan menjadi permukiman)
fungsi lainya
permukiman dan
fungsional yang lebih strategis
kawasan fungsional yang lebih strategis dari strategis sekedar hunian.
Penyelamatan jiwa program penataan permukiman kumuh
Permukiman berada pada kawasan
penduduk dari resiko melalui pemindahan penduduk yang
permukiman tidak layak sehingga perlu Resettlement
Pengurangan resiko bencana. Perumahan biasanya memakan waktu dan biaya
6. direhabilitasi dan dapat memberikan nilai (pemindahan
bencana
dan permukiman sosial cukup besar, termasuk
ekonomi, sosial, dan estetika serta fisik penduduk)
dilokasi baru yang kemungkinan timbulnya keresahan
lingkungan bagi kehidupan kota.
layak
bahkan kerusuhan oleh masyarakat • Penanganan persolalan jaringan
Terlayaninya sarana infrastruktur skala kota sebagai solusi
Keterbatasan sarana dan sanitasi lingkungan
Kewenangan
dan prasarana peningkatan kualitas permukiman
di permukiman Kumuh perlu diatasi dengan
Peningkatan kualitas pengadaan infrastruktur sanitasi lingkungan
penanganan
peningkatan kualitas
skala kota dan skala kawasan.
permukiman baik • Identifikasi jenis infrastruktur permukiman kumuh skala kota (yang secara teknis maupun peningkatan kualitas dalam kawasan peningkatan kualitas permukiman skala kota pengadaan belum bisa dilaksanakan oleh
pelaksanaan
permukiman
maupun antar berdasarkan kualitas penanganan.
kelompok masyarakat).
kawasan dalam kota
• Pengadaan skala kota • Monitoring skala kota.
Lampiran 6a : Contoh Matrik Program / Kegiatan Pencegahan Permukiman Rawan Kumuh untuk 5 tahun
Target % / Tahun Program
Penanggung
Kegiatan
Indikator Kinerja
jawab
Pengendalian • Sosialisasi
30% 40% 20% 10% Urbanisasi
• Kaum urban menempati kawasan dinas kependudukan,
• Pelayanan informasi
permukiman yang sudah dinas perekonomian,
• Pengendalian
disediakan.
• Penegakan aturan
• Kaum urban mentaati aturan
• Menyediakan lapangan kerja khususnya masyarakat
yang dikendalikan kota
MBR dikawasan kumuh
• Kaum urban berpenghasilan
cukup
Perubahan • Mendorong gerakan sosial permukiman layak huni.
30% 20% 40% 10% Prilaku dan
• Warga memiliki harapan/visi Dinas PU,
• Membangunan Kesepakatan terhadap aturan hidup dipermukiman layak huni
Kependudukan, dinas
peningkatan bersama mewujudkan permukiman layak huni.
• Warga memahami untungnya kesehatan, dinas
kapasitas
masyarakat • Mendorong berbagai even rutin yang mendukung
pendidikan, dinas
hidup dipermukiman yang layak
lingkungan hidup, Dinas
(pemberdaya permukiman layak huni.
• Warga mentaati aturan demi pertanian, perikanan,
an) • Peningkatan pendapatan kaum miskin
terciptanya permukiman layak peternakan, industri dan huni
perdagangan
Pengawasan • Memfungsikan kelembagaan yang ada sebagai • Kota memiliki lembaga Bapeda 30% 20% 30% 20% dan
pengawasan dalam hal kesesuaian tataruang, perencana dan pengendalian PU pengendalian
aturan, SPM dan standar teknis.
pembangunan yang efektif
Kependudukan
lingkungan permukiman
• Penerapan sangsi yang jelas solusinya
• Warga membangun sesuai aturan
• Sosialisai & edukasi mengenai aturan dan yang berlaku ketentuan teknis pembangunan kawasan permukiman perkotaan
Dukungan • Mereview kebijakan dan perencanaan kota terkait • Kota memiliki visi permukiman Bapeda 10% 20% 20% 20% 20%
Perencanaan perencanaan permukiman layak huni
yang jelas
dan regulasi
• Penerapan aturan bagi semua
dalam
kalangan dengan tegas
menciptakan
lingkungan • Penyepakatan dan penegakan aturan yang bisa layak huni
• Kota mempersiapkan daya
menciptakan permukiman layak huni
dukung dan daya tampung demi
• Pelibatan semua unsur dalam menciptakn permukiman layak huni permukiman kota layak huni
• Warga memahami kebijakan dan
• Mendorong Gerakan sosial permukiman layak huni rencana permukiman kota
• Pengaturan untuk menciptakan
• Penyediaan pelayanan dasar sesuai SPM
permukiman yang layak huni.
Penyediaan ruang publik hijau untuk semua
• Ada lembaga yang khusus
menciptakan permukiman layak huni
Pengelolaan Pencegahan & Penertiban Kawasan Bantaran
50% 50% Kawasan
Tidak ada penambahan
Dinas Lingkungan Hidup,
permukiman
Dinas Kelautan, PT. KAI,
Bantaran/
PU, BWS, dll
Sempadan (Sungai, Pantai, Danau, KA, SUTET, dll)
Lampiran 6b : Contoh Matrik Program / Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh untuk 5 tahun
Target % / Tahun
Indikator Kinerja
1 2 3 4 5 Peremajaan
jawab
Penataan Kawasan Bantaran
90 % kawasan tertata
Kota
Penyediaan fasiltasi Rumah dan sarana Dinas PU
Pembangunan Rumah Susun milik
prasarana Lingkungan permukiman yang
Pemda layak
Penyediaan fasiltasi Rumah dan sarana Dinas PU
Pembangunan Rumah Susun Sewa
prasarana Lingkungan permukiman yang
Pemda layak
Pembangunan rumah sehat sederhana dan Dinas PU
Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (RsH)
penyediaan fasilitas lingkungan permukiman
Pemda layak huni.
Peningkatan kualitas perumahan dan sapras
Dinas PU
Program Perbaikan Kampung 20% 30% 30% 20%
lingkungan permukiman menjadi layak
Pemda
Penyelamatan jiwa penduduk dari resiko bencana.
BPN, PU, Satpol
Resettlement (pemindahan penduduk) 20% 30% 30% 20%
PP, Bappeda Perumahan dan permukiman dilokasi baru
yang layak Layak sebagai permukiman dan strategis
Land Consolidation
BPN, PU, Bappeda
sebagai fungsi lainya
Pembangunan
Jaringan jalan skunder
Jaringan air minum skunder
100 % kawasan permukiman kumuh terlayani
skala kota
Jaringan drainase skunder
infrastruktus skala kota dan terkoneksi
PU
dengan skala lingkungan
Sistem Pengelolaan sampah Kota
20% 30% 30% 20% Sistem IPAL Kota
Dinas Kebersihan
PU
Lampiran 7a : Contoh Matrik Kegiatan Tahunan Pencegahan Permukiman Kumuh
Sumber Penanggung Program
Lokasi dan
pendana No
an kegiatan
1 Pengendalian • Sosialisasi, Pelayanan informasi
Dinas Urbanisasi
Kel A, B,
• Pengendalian 30 %
APBD kependuduk • Penegakan aturan Kawasan an
C,D,E
500 RT
500 jt
2 Perubahan • Mendorong gerakan sosial permukiman layak huni. Prilaku dan
• Membangunan Kesepakatan terhadap aturan bersama Dinas peningkatan
Kel A, B, C
APBD lingkungan kapasitas
mewujudkan permukiman layak huni.
hidup masyarakat
• Mendorong berbagai even rutin yang mendukung
permukiman layak huni.
3 Pengawasan • Memfungsikan kelembagaan yang ada sebagai dan
pengawasan dalam hal kesesuaian tataruang, aturan,
pengendalian
SPM dan standar teknis.
Kel A, B,
Bapeda lingkungan
APBD PU permukiman
• Penerapan sangsi yang jelas solusinya • Sosialisai & edukasi mengenai aturan dan ketentuan
C,D,E
teknis pembangunan kawasan permukiman perkotaan
3 Pengadaan Pembangunan IPAL
sanitasi Pembangunan Jaringan Air Bersih
Kel A, B, C
APBD lingkungan
Dinas PUPR
4 pengadaan Pembangunan Jaringan Jalan APBD,
infrastruktur APBN Jalan
Pembangunan Jaringan Drainase APBD,AP Drainase
APBD Perbaikan
5 Program Sosialisasi
APBD Dinas PUPR Kampung
Penyusunan Rencana
Pembangunan Fisik APBN
Swasta Dst
Lampiran 7b : Contoh Matrik Kegiatan Tahunan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Sumber
Program pendanaan Penanggung
Lokasi dan Luas
1 Peremajaan • Pembangunan Rumah Susun milik
APBD Dinas Kota
APBN kependuduk
Perbangkan an • Program Perbaikan Kampung
APBD Dinas
APBN lingkungan
hidup • Resettlement (pemindahan penduduk)
Tangga
Kawasan 7,8 (5 ha)
APBD PU n akses
2 Pembanguna Jaringan jalan skunder
APBN infrastruktur
(20 ha)
APBD PDAM skala kota
Jaringan air minum skunder
APBN PU Jaringan drainase skunder
APBD Dinas PUPR
(20 ha)
APBN
Sistem Pengelolaan sampah Kota
APBD Dinas
(20 ha)
APBN Kebersihan
Sistem IPAL Kota
APBD PU
(20.ha)
APBN Lingkungan Hidup
Dst
Lampiran 8a : Penilaian Lokasi Prioritas
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi yang telah dilakukan terhadap aspek berikut:
1. Kondisi Kekumuhan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas klasifikasi :
a. Kumuh kategori ringan;
b. Kumuh kategori sedang; dan
c. Kumuh kategori berat.
2. Legalitas Lahan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi :
a. Status lahan legal; dan
b. Status lahan tidak legal.
3. Pertimbangan Lain
Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas :
a. Pertimbangan lain kategori rendah;
b. Pertimbangan lain kategori sedang; dan
c. Pertimbangan lain kategori tinggi.
Identifikasi Lokasi
1. Identifikasi Satuan Perumahan dan Permukiman
Identifikasi satuan perumahan dan permukiman merupakan tahap identifikasi untuk menentukan batasan atau lingkup entitas perumahan dan permukiman dari setiap lokasi dalam suatu wilayah Kabupaten/Kota. Penentuan satuan perumahan dan permukiman untuk perumahan dan permukiman dilakukan dengan pendekatan administratif.
2. Identifikasi Kondisi Kekumuhan
Identifikasi kondisi kekumuhan merupakan upaya untuk menentukan tingkat kekumuhan pada suatu perumahan dan permukiman dengan menemukenali permasalahan kondisi bangunan gedung beserta sarana dan prasarana pendukungnya. Identifikasi kondisi kekumuhan dilakukan berdasarkan kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
3. Identifikasi Legalitas Lahan
Identifikasi legalitas lahan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan status legalitas lahan pada setiap lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagai dasar yang menentukan bentuk penanganan.
Identifikasi legalitas lahan meliputi aspek :
a. Kejelasan Status Penguasaan Lahan
Kejelasan status penguasaan lahan berupa : - Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak atas tanah atau
bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau - Kepemilikan pihak lain (termasuk milik adat/ulayat), dengan bukti izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pengguna tanah.
b. Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang
Kesesuaian dengan rencana tata ruang merupakan kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang, dengan bukti Surat Keterangan Rencana Kabupaten/Kota (SKRK).
4. Identifikasi Pertimbangan Lain
Identifikasi pertimbangan lain merupakan tahap identifikasi terhadap beberapa hal lain yang bersifat non fisik untuk menentukan skala prioritas penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Identifikasi pertimbangan lain meliputi aspek :
a. Nilai Strategis Lokasi
Nilai strategis lokasi merupakan pertimbangan letak lokasi perumahan atau permukiman pada:
- Fungsi strategis Kabupaten/Kota; atau - Bukan fungsi strategis Kabupaten/Kota.
b. Kependudukan
Kependudukan merupakan pertimbangan kepadatan penduduk pada lokasi perumahan dan permukiman dengan klasifikasi :
- Rendah yaitu kepadatan penduduk di bawah 150 jiwa/ha; - Sedang yaitu kepadatan penduduk antara 151-200 jiwa/ha; - Tinggi yaitu kepadatan penduduk antara 201-400 jiwa/ha; - Sangat padat yaitu kepadatan penduduk di atas 400 jiwa/ha.
c. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya
Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya merupakan pertimbangan potensi yang dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa:
- Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan; - Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi masyarakat setempat; - Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya tertentu yang dimiliki masyarakat setempat.
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut diatas, selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel Formula Penilaian Dalam Penentuan Skala Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan
Berbagai Kemungkinan Klasifikasi
Nilai Keterangan A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6
Tingkat Kekumuhan (Total Nilai A)
71 – 95 Kumuh Berat
45- 70 Kumuh Sedang
xxxx X Pertimbangan Lain (Total
19 – 44 Kumuh Ringan
Nilai B)
Pertimbangan 7–9 Lain Tinggi
4–6 Pertimbangan
xx
Lain Sedang Pertimbangan
1- 3 Lain Rendah
Legalitas Lahan (Total Nilai
C)
Status Lahan (+) Legal
xx
(-) Status Lahan
xxx
Tidak Legal
Skala Prioritas Penanganan
Sumber : Rancangan Peraturan Menteri PU tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kualitas TerhadapPermukiman Kumuh Perkotaan, 2014
Berdasarkan penilaian tersebut, maka terdapat 18 kemungkinan klasifikasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh, yaitu :
1. A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan legal;
2. A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan tidak legal;
3. A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan legal;
4. A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan tidak legal;
5. A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan legal;
6. A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan tidak legal;
7. B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan legal;
8. B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan tidak legal;
9. B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan legal;
10. B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan tidak legal;
11. B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan legal;
12. B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan tidak legal;
13. C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan legal;
14. C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi dan status lahan tidak legal;
15. C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan legal;
16. C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang dan status lahan tidak legal;
17. C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan legal;
18. C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah dan status lahan tidak legal.
Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala prioritas penanganan, sebagai berikut:
a. Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2.
b. Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 danB.
c. Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2.
d. Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4.
e. Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4.
f. Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4.
g. Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6.
h. Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6.
i. Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6.
Lampiran 8b : Penilaian Lokasi Prioritas penanganan tahun 1
Contoh dasar pertimbangan penentuan kawasan pembangunan tahap 1
1. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota Terhadap Penanganan Kawasan Semakin tinggi komtmen pemerintah Kabupaten/Kota maka semakin prioritas untuk
ditangani.
2. Respon dan Kesiapan Masyarakat Terhadap Program Penanganan Semakin tinggi respon dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap program maka
semakin prioritas untuk ditangani.
3. Keberadaan dan Aktifitas Sistem/Kelompok Pengelola Lingkungan Semakin baik struktur dan pola kelembagaan di dalam kawasan maka semakin prioritas
untuk ditangani.
4. Karakteristik Daerah dan Kebijakan Daerah
Adanya karakteristik khusus dan kebijakan daerah yang perlu dipertimbangkan
5. Kemampuan Pembiayaan Daerah Adanya kontribusi kemampuan pembiayaan daerah untuk ikut serta dalam penanganan
permukiman kumuh. Dasar pertimbangan penentuan kawasan pembangunan tahap 1, bisa tambahkan atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan daerah
Lampiran 9a : Contoh; Rencana Penataan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas
Lampiran 9b: Contoh Peta Tematik Rencana Penataan Kawasan Permukiman Kumuh
Lampiran 10. Kerangka Kerja Hasil dan Monitoring dan Evaluation
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
TUJUAN
Peningkatan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan di lokasi target kawasan kumuh perkotaan
Target kumulatif Kabupaten/Kota
Nama Indikator
Indikator OUTCOME
Jumlah orang yang menerima “peningkatan Jumlah orang yang tinggal di kawasan kumuh kualitas infrastruktur” yang difasilitasi
yang secara langsung terkena
program (Jumlah orang) dampak/menerima manfaat dari sub program infrastruktur yang difasilitasi oleh program
Jumlah orang yang menerima “peningkatan Jumlah orang yang tinggal di rumah penerima kualitas sumber air” yang difasilitasi
peningkatan penyediaan air bersih yang didanai program (perempuan) (Jumlah orang)
oleh program
Jumlah orang yang menerima “peningkatan Jumlah orang yang tinggal di rumah penerima kualitas sanitasi” yang difasilitasi program
fasilitas sanitasi yang didanai oleh program (perempuan) (Jumlah orang) Jumlah orang yang memiliki akses ke
Jumlah orang yang tinggal di lingkungan yang semua jenis jalan dengan panjang 500
menerima peningkatan kondisi jalan yang meter (perempuan) (Jumlah orang)
didanai oleh program
Jumlah orang yang menerima pembuangan Jumlah orang yang tinggal di lingkungan yang sampah secara berkala (perempuan)
menerima peningkatan pengumpulan sampah (Jumlah orang)
yang didanai oleh program Jumlah orang yang menerima “peningkatan
Jumlah orang yang tinggal di lingkungan yang kualitas drainase” yang difasilitasi program
menerima peningkatan kualitas drainase yang (perempuan) (Jumlah orang)
didanai oleh program
Kawasan Kumuh yang ditangani (Hektar Total kawasan kumuh (Ha) yang menerima (Ha))
investasi dari program, mengalami peningkatan infrastruktur dan pelayanan
Persentase penghuni kawasan kumuh yang
Hasil dari survey kepuasan penerima manfaat
Target kumulatif Kabupaten/Kota
Nama Indikator
puas dengan kualitas infrastruktur dan yang ditujukan kepada penerima manfaat pelayanan di perkotaan (perempuan,
infrastruktur dan pelayanan yang didanai oleh dibawah 40%, miskin) (Persentase)
program
Persentase pengaduan selesai (Persentase) Persentase dari total pengaduan yang selesai/terkumpul dari berbagai sumber (SMS,
email, Telepon, surat, dll) yang sesuai dengan pedoman
Terbentuknya Pokja yang berfungsi dengan Persentase Pemerintah Daerah yang telah baik untuk penanganan kumuh di Tingkat
membentuk Kelompok kerja, didanai dan Kabupaten/Kota
memiliki pertemuan rutin Penerima Manfaat Langsung (Jumlah
Penerima manfaat langsung didefinisikan orang)
sebagai orang atau kelompok yang secara
langsung menerima manfaat dari intervensi (melalui, contoh; pasangan pipa sambungan baru, pengguna jalan dan fasilitas sanitasi)
Penerima Manfaat Perempuan Persentase penerima manfaat perempuan dari
Indikator HASIL Komponen 1: Pengembangan institusi dan
kebijakan
1. Terbangunnya Database kumuh / Profil kumuh/ database partisipatif yang profiling
Ya,
dikumpulkan oleh fasilitator dan BKM melalui
terupda survey dan FGD. Profil meliputi tujuh (7)
te
indikator kumuh, ditambah ketersediaan ruang terbuka/umum
Komponen 2: Perencanaan yang terintegrasi dan peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan masyarakat
2.1 Pemerintah Daerah telah menyusun Pemerintah Daerah telah menyelesaikan rp2kp- rp2kp-kp yang telah disetujui oleh Bupati /
Ya Ya Ya Ya kp , dikonsultasikan dan disetujui oleh Walikota
0.00 Ya
Bupati/Walikota
2.2 Kelurahan yang telah memiliki RPLP Persentase RPLP yang telah diselesaikan oleh
yang telah dikonsolidasi dengan rp2kp-kp masyarakat, dikonsultasikan dengan Pemerintah
Target kumulatif Kabupaten/Kota
Nama Indikator
(Persentase) Daerah (Kelompok Kerja) / total kelurahan yang berpartisipasi
Komponen 3: Perbaikan sarana Prasarana dan Layanan Perkotaan di Kabupaten/Kota Terpilih
3.1 Persentase pekerjaan Infrastruktur Persentase pekerjaan Infrastruktur primer dan primer dan sekunder dan pelayanan yang
sekunder dan pelayanan yang terkoneksi
terkoneksi dengan kawasan kumuh selesai dengan kawasan kumuh selesai (%) (%)
3.2 Persentase kelurahan yang telah Persentase kelurahan yang telah menyelesaikan menyelesaikan 90% pekerjaan Infrastruktur
90% sub-program infrastruktur tersier yang
tersier dan implementasi pelayanan di sesuai dengan RPLP/RTPLP kawasan kumuh (Jumlah)
3.3 Persentase infrastruktur dan pelayanan Persentase dari seluruh sub-program dengan kualitas baik (Persentase)
infrastruktur primer, sekunder dan tersier dan
pelayanan yang berkualitas baik, hasil penilaian dan verifikasi konsultan pusat dan konsultan Provinsi melalui uji petik tahunan
3.4 Persentase infrastruktur terbangun Persentase sub-program infrastruktur yang yang berfungsi baik (persentase)
masih berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekelilingnya
Komponen 4: Dukungan Implementasi dan
Pendampingan Teknis
4.1 Pemerintah Daerah yang memiliki Ppemerintah daerah yang mengadakan struktur monitoring program dan
pertemuan rutin, menyediakan hasil monitoring menyediakan informasi mengenai
Ya Ya Ya Ya dan melaporkan informasi yang up-to-date ke implementasi program secara berkala
0.00 Ya
dalam MIS dan diterbitkan di website program (persentase)
4.2 Persentase kelurahan yang telah Persentase kelurahan yang berpartisipasi yang melaksanakan audit keuangan tahunan
0.00 Ya Ya Ya Ya Ya telah melakukan audit keuangan oleh auditor (persentase)
independen secara tahunan
Lampiran 11. Matriks Program KOTAKU 2016-220
Kode
Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi SKPD No
Kinerja Penanggung 13/2006)*)
Kegiatan Kinerja
Akhir Jawab
Target Rp
Target Rp
Target Rp
Target Rp
Target Rp
*) Khusus bagi program/kegiatan yang diindikasikan dengan sumber dana APBD. Program/kegiatan dengan sumber dana non APBD Kabupaten/Kota tidak dilengkapi dengan kode program/kegiatan Pengisian matriks mengikuti petunjuk pengisian matriks program dan kegiatan RPJMD yang tercantum dalam Permendagri No 54 Tahun 2010.
Lampiran 12. Formulir pemantauan dan evaluasi Program KOTAKU tingkat Kabupaten/Kota
Rasio Capaian pada Tahun ke- No
Data Capaian Sasaran
Program/ pd Awal
Target Capaian
Target RP2KPKP Tahun ke-
Realisasi Capaian Tahun ke-
RP2KPKP Kinerja Perenca
SKPD Kegiatan
Indikator
Akhir Tahun
Rata-rata capaian kinerja (%) Predikat kinerja
Faktor pendorong pencapaian kinerja: Faktor penghambat: Usulan tindak lanjut pada RKPD berikutnya:
Catatan: K = kinerja; Rp = Anggaran Format disusun sesuai format evaluasi Hasil RPJMD dalam Permendagri N0 54/2010
......................., tanggal ...................
Mengetahui
Menyetujui ......................., tanggal ................... ......................., tanggal ...................
Bupati/ Walikota
Pokja PKP
Kepala Bappeda KAB/ KOTA ....................................
KAB/ KOTA ....................................
KAB/ KOTA ....................................