TINJAUAN PUSTAKA
2.13. Pengendalian Kebijakan
Nugroho (2012) mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah sebuah manajemen, mengagendakan pemahaman bahwa kebijakan publik harus dikendalikan. Pengendalian kebijakan terdiri atas tiga dimensi, yaitu : (1) monitoring kebijakan, atau pengawasan kebijakan, (2) evaluasi kebijakan dan (3) pengganjaran kebijakan.
Monitoring kebijakan atau pengawasan kebijakan berupa pemantauan dengan penilaian untuk tujuan pengendalian pelaksanaan agar pelaksanaan sesuai dengan Monitoring kebijakan atau pengawasan kebijakan berupa pemantauan dengan penilaian untuk tujuan pengendalian pelaksanaan agar pelaksanaan sesuai dengan
Menurut Nugroho (2012) yang mengutip pendapat Kunarjo, monitoring atau pemantauan adalah usaha secara terus menerus untuk memahami perkembangan bidang-bidang tertentu dari pelaksanaan tugas atau proyek yang sedang dilaksanakan. Ada tiga tehnik monitoring yaitu on desk, on site dan gabungan dari keduanya. Tujuan Monitoring hanya dua, yaitu memastikan pelaksanaan tidak menyimpang dari perencanaan, dan membangun early warning system sebagai bagian penting untuk memastikan jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan.
Nugroho (2012) mengatakan evaluasi kebijakan merupakan penilaian pencapaian kinerja dari implementasi. Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan “selesai dilaksanakan” dengan dua pengertian “selesai”, yaitu (1) pengertian waktu (mencapai / melewati “tenggat waktu”) dan (2) pengertian kerja (“pekerjaan tuntas”).
Menurut Nugroho (2012) pengganjaran kebijakan termasuk didalamnya penghukuman. Pengganjaran dengan demikian bermakna pemberian insentif atau disinsentif yang ditetapkan dan diberikan sebagai hasil dari pengawasan dan penilaian yang telah dilakukan. Hal ini penting diangkat karena jika monitoring dan evaluasi tidak memberikan arti penting, tidak diberikan pengganjaran atasnya.
Sebagian besar pemahaman evaluasi kebijakan publik berada pada domain evaluasi implementasi kebijakan publik. Hal ini bisa dipahami karena memang implementasi merupakan faktor penting kebijakan yang harus dilihat benar-benar. Tujuan evaluasi implementasi kebijakan publik adalah untuk mengetahui variasi Sebagian besar pemahaman evaluasi kebijakan publik berada pada domain evaluasi implementasi kebijakan publik. Hal ini bisa dipahami karena memang implementasi merupakan faktor penting kebijakan yang harus dilihat benar-benar. Tujuan evaluasi implementasi kebijakan publik adalah untuk mengetahui variasi
2.14. Landasan Teori
Akreditasi Rumah Sakit secara umum bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan secara khusus bertujuan untuk memberikan jaminan kepuasan dan perlindungan kepada masyarakat, memberikan pengakuan kepada rumah sakit yang telah menerapkan standar yang ditetapkan dan menciptakan lingkungan internal rumah sakit yang kondusif untuk penyembuhan dan pengobatan pasien sesuai standar input / struktur, proses dan hasil (outcome). (Departemen Kesehatan, 2008).
Pelaksanaan akreditasi rumah sakit di Indonesia dimulai pada tahun 1995 dengan mempergunakan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi Lama yang berfokus Pelaksanaan akreditasi rumah sakit di Indonesia dimulai pada tahun 1995 dengan mempergunakan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi Lama yang berfokus
1. Tujuan akreditasi adalah peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan bukan semata-mata sertifikat kelulusan.
2. Standar akreditasi harus memenuhi kriteria-kriteria internasional dan bersifat dinamis.
3. Peran Direktur sangat sentral.
4. Pelayanan berfokus pada pasien.
5. Keselamatan pasien menjadi standar utama.
6. Kesinambungan pelayanan dilakukan, baik saat merujuk keluar maupun serah terima pasien di dalam rumah sakit (antar unit, antar shift, antar petugas).
7. Proses akreditasi tidak semata-mata meneliti secara cross sectional tapi juga longitudinal.
8. Proses akreditasi mencari bukti-bukti terhadap penerapan dan pengembangan standar mutu pelayanan dan keselamatan pasien dengan metode telusur yang 8. Proses akreditasi mencari bukti-bukti terhadap penerapan dan pengembangan standar mutu pelayanan dan keselamatan pasien dengan metode telusur yang
9. Hasil survei merupakan upaya pencapaian rumah sakit terhadap skoring yang ditentukan berupa level-level pencapaian yaitu dasar, madya, utama dan paripurna yang dinyatakan oleh Sutoto (2011), dan diperkuat dengan dasar hukum : (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, (2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/Menkes/Per/I/2010, (3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010, (4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 659/Menkes/Per/VIII/2009, (5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 tahun 2012, (6) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 428/Menkes/SK/XII/2012, (7) Keputusan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK. 02.04/I/2790/11 (Nasution, 2013).
Nugroho (2012) mengemukakan kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Kebijakan publik paling tidak mengandung tiga komponen dasar, yaitu (1) tujuan yang hendak dicapai, (2) sasaran yang memenuhi spesific, measurable, aggressive but attanaible, result oriented dan time bound, (3) cara mencapai sasaran tersebut. Cara mencapai sasaran inilah yang sering disebut dengan implementasi, yang biasanya diterjemahkan ke dalam program-program, ke proyek dan ke kegiatan. Aktivitas implementasi ini biasanya terkandung di Nugroho (2012) mengemukakan kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Kebijakan publik paling tidak mengandung tiga komponen dasar, yaitu (1) tujuan yang hendak dicapai, (2) sasaran yang memenuhi spesific, measurable, aggressive but attanaible, result oriented dan time bound, (3) cara mencapai sasaran tersebut. Cara mencapai sasaran inilah yang sering disebut dengan implementasi, yang biasanya diterjemahkan ke dalam program-program, ke proyek dan ke kegiatan. Aktivitas implementasi ini biasanya terkandung di
Menurut Nugroho (2012), persentase keberhasilan kebijakan terdiri dari 20% rencana, 60% implementasi dan 20% sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan implementasi. Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena masalah- masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama, adalah inkonsistensi implementasi.
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Nugroho (2012) yang mengutip pendapat George Edward III, menyarankan untuk memperhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu communication, resources, disposition or attitudes, dan bureaucratic structures. Keempat isu pokok tersebut tidak berdiri sendiri namun saling berkaitan dalam mempengaruhi proses implementasi yang ditinjau dari perspektif pengambil kebijakan, pelaksana kebijakan dan kelompok penerima manfaat (beneficiaries).
Nugroho (2012) mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah sebuah manajemen, mengagendakan pemahaman bahwa kebijakan publik harus dikendali. Pengendalian kebijakan terdiri atas tiga dimensi, yaitu (1) monitoring kebijakan, atau pengawasan kebijakan berupa pemantauan dengan penilaian untuk tujuan pengendalian pelaksanaan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, (2) evaluasi kebijakan merupakan penilaian pencapaian kinerja dari implementasi dan, (3) pengganjaran kebijakan bermakna pemberian insentif atau Nugroho (2012) mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah sebuah manajemen, mengagendakan pemahaman bahwa kebijakan publik harus dikendali. Pengendalian kebijakan terdiri atas tiga dimensi, yaitu (1) monitoring kebijakan, atau pengawasan kebijakan berupa pemantauan dengan penilaian untuk tujuan pengendalian pelaksanaan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, (2) evaluasi kebijakan merupakan penilaian pencapaian kinerja dari implementasi dan, (3) pengganjaran kebijakan bermakna pemberian insentif atau
2.15. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka berpikir untuk penelitian ini dapat ditunjukkan dalam gambar berikut :
Persiapan Penilaian Akreditasi
Rumah Sakit Umum Deli
Faktor yang Memengaruhi (Teori George Edwards III) :
Implementasi Standar Akreditasi
a. Komunikasi
Rumah Sakit Versi 2012
b. Sumber Daya
c. Disposisi
d. Struktur Birokrasi
Monitoring
Tujuan :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Deli
2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan dalam pemberian asuhan medis
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
2.16. Fokus Penelitian
Penetapan fokus penelitian pada penelitian kualitatif bertujuan untuk membatasi studi, dalam hal ini membatasi penggunaan teori hanya pada yang sesuai dengan masalah yang diteliti dan untuk memenuhi kriteria inklusi seperti perolehan data yang baru di lapangan. Dengan adanya fokus penelitian, maka peneliti akan memiliki panduan data mana yang perlu dikumpulkan dan data mana yang tidak perlu dimasukkan.
Menurut Sugiyono (2010), penetapan fokus dapat dilakukan berdasarkan permasalahan penelitian. Dengan mengacu pada permasalahan penelitian, maka peneliti mengarahkan fokus penelitian pada faktor yang mempengaruhi implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dalam persiapan penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli :
1. Faktor Komunikasi
a. Transmisi (penyaluran) informasi dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
b. Kejelasan informasi dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
c. Konsistensi informasi dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
2. Faktor Sumber Daya
a. Kecukupan dan keahlian sumber daya manusia dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
b. Sumber Daya Anggaran dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
c. Sumber Daya Fasilitas (sarana dan prasarana) dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
d. Sumber Daya Informasi dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
e. Kewenangan yang cukup dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
3. Faktor Disposisi
a. Respon implementor dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah
Sakit Versi 2012.
b. Komitmen implementor dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
4. Faktor Struktur Birokrasi
a. Pembentukan dan dasar pemilihan implementor dalam proses implementasi
Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
b. Adanya pedoman kerja dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
c. Adanya pembagian tugas implementor dalam proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.