Analisa Data Ruas Outer Ringroad Kota Madiun

4.3 Analisa Data Ruas Outer Ringroad Kota Madiun

Keterangan Sepeda

Truk 3 Truk Motor

Mobil

Bus

Truk 2 Truk 2

as

as

as Gandeng

Faktor Pengali

Volume Lalu Lintas

Volume Lalu Lintas

Perjam LHR

24,800 13,750 10,950 12,467 16,200 (smp/jam)

36,833

13,667

Total LHR

128,667

(smp/jam)

Tabel 4.10. Data Lalu Lintas Harian Rata-Rata Arah Solo-Surabaya

Keterangan Sepeda

Truk 3 Truk Motor

Mobil

Bus

Truk 2 Truk 2

as

as

as Gandeng

Faktor Pengali

Volume Lalu Lintas

Volume Lalu Lintas

Perjam LHR

43,850 38,200 32,700 23,933 27,600 (smp/jam)

Total LHR

(smp/jam)

Tabel 4.11. Data Lalu Lintas Harian Rata-Rata Arah Surabaya-Solo

Keterangan Sepeda

Mobil

Bus

Truk 2 Truk 2

Truk 3 Truk

Total Volume

Lalu Lintas 93,21

Perjam LHR

15,86 20,53 (smp/jam)

Total LHR

162,89

(smp/jam)

Tabel 4.12. Data Lalu Lintas Harian Rata-Rata Arah Solo-Surabaya

Keterangan Sepeda

Truk 2 Truk 2 Truk 3 Truk Motor

as Gandeng

Faktor Pengali

Volume Lalu Lintas

462 533 Total Volume Lalu Lintas

Perjam LHR

26 29,9 (smp/jam)

Total LHR

(smp/jam)

4.3.2 Perkembangan Lalu Lintas

Lalu lintas harian rata-rata dari Tahun 2004 sampai 2009 dari Bina Marga Kota Madiun dilihat pada Gambar 4.4 serta Lampiran B.

Lalu Lintas Harian Rata-rata

Gambar 4.4. Grafik Lalu Lintas Harian Rata-rata Ruas Outer Ringroad Kota Madiun

Untuk menghitung perkembangan lalu lintas (m) LHR pada tahun ke n, dirumuskan dengan = LHR x (1 + m) n .

a. Arah Solo menuju Surabaya LHR Tahun 2004 = 243,95 (smp/jam) LHR Tahun 2009 = 314,24 (smp/jam)

LHR n n = LHR x (1 + m)

314,24 5 = 243,95 x ( 1 + m )

LHR n n = LHR x (1 + m) 162,90 4 = 128,67 x ( 1 + m ) (1+m) 4

= 1,266 m

= 0,0483 Jadi perkembangan lalu lintas (m) = 4,83 % /tahun

4.3.3 Hambatan Samping

a. Arah Surabaya menuju Solo

Pejalan Kaki

Angkutan umum dan kendaraan berhenti

Kendaraan masuk dan keluar = × 100 % = 22,12 %

b. Arah Solo menuju Surabaya

Pejalan Kaki

Angkutan umum dan kendaraan berhenti

Kendaraan masuk dan keluar

Ruas Kanan

b. Solo- Surabaya 166

Ruas Kiri =

Ruas Kanan

Dari hasil survey diperoleh kesimpulan bahwa arus yang melewati ruas Outer Ring-Road pada tiap lajurnya dari kedua arah yang berbeda hampir sama yakni sebesar 70% dan 30%.

4.3.5 Hasil Perhitungan Kapasitas Jalan

Untuk perhitungan kapasitas jalan, diambil pada saat volume jam puncak untuk kedua arah, lebih jelasnya dapat dilihat seperti di bawah ini :

C 0 : dari Tabel 2.2 untuk jalan empat lajur terbagi diperoleh 1650 smp/jam FC W : dari Tabel 2.3 untuk lebar lajur 3,75 dan tipe jalan empat lajur terbagi

diperoleh 1,04.

FC SP : dari Tabel 2.4 untuk pemisah arah 70-30 dua lajur diperoleh 0,94. FC SF : dari Tabel 2.5 untuk jalan dengan bahu, lebar bahu 1m dengan kelas

hambatan samping rendah dan jalan empat lajur terbagi diperoleh adalah hambatan samping rendah dan jalan empat lajur terbagi diperoleh adalah

Kapasitas Jalan

Gambar 4.5. Grafik Kapasitas Jalan dan LHR Outer Ringroad Kota Madiun

864,4644003 am 800

/j p

m 600

(s

28. Hal ini dapat diartikan bahwa kapasitas jalan pada outer ringroad masih dapat menampung LHR sampai dengan 28 tahun yaitu pada tahun 2038.

4.3.6 Kondisi Perkerasan Jalan

Berdasarkan hasil analisis didapatkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Luas Tiap Jenis Kerusakan Jalan Outer Ringroad Kota Madiun yang dapat dilihat pada Tabel 4.13.

b. Nilai PCI awal jalan sebelum direhabilitasi adalah 39,75 berarti jalan dalam kondisi jelek (poor) sehingga jalan perlu penanganan.

Tabel 4.13 Luas Tiap Jenis Kerusakan Jalan Outer Ringroad Kota Madiun

Luas kerusakan Slo-Sby

Sby-Solo

Retak Buaya - Tidak ada - Lebar retak < 2mm

592,59 - - Lebar retak > 2mm

m2

m2

1.691,50 1.826,47

Tabel 4.13 Luas Tiap Jenis Kerusakan Jalan Outer Ringroad Kota Madiun (lanjutan)

Luas kerusakan Slo-Sby

Sby-Solo

Retak - Tidak ada Memanjang &

502,01 - Melintang

- Lebar retak < 2mm (rambut)

m2

30,00 - Penurunan

- Lebar retak > 2mm

m2

- Tidak ada Ambles

436,75 826,95 - Kedalaman > 50mm

- Kedalaman 10 - 50mm

- Tidak ada shoving

- Kedalaman 10 - 50mm

0,65 2,53 - Kedalaman > 50mm

m2

1,20 - Terkelupas

m2

- Tidak ada - Kedalaman < 20mm

- - - Kedalaman > 20mm

4.3.7 Perbaikan Kerusakan Jalan

4.3.7.1 Metode Standar Bina Marga

Untuk menentukan perbaikan kerusakan jalan Outer Ringroad Kota Madiun, maka harus diadakan pemilihan fungsional sebelum dilakukan perbaikan terhadap jenis dan luas

Solo-Sby

Sby-Solo

P2 (Pengaspalan) 2 1273,83 3,00 m P3 (Penutup retak) 2 502,01 - m

P4 (Pengisian retak) 2 30,00 - m

P5 (Penambalan lubang) 2 1.965,23 2481,72 m P6 (Perataan) 2 437,40 829,48 m

4.3.7.2 Metode Overlay

Dari data perencanaan diketahui struktur perkerasan yang ada yaitu menggunakan lapisan pondasi bawah setebal 30 cm, lapisan pondasi atas setebal 25 cm, lapisan permukaan menggunakan Laston setebal 5 cm, dan ATB setebal 7 cm. Untuk mengetahui nilai perkerasan jalan lama dengan menggunakan Metode Analisa 2002 sebagai berikut :

a. Kekuatan jalan lama Koefisien kekuatan relatif (a) dari tiap jenis lapisan berdasar Tabel 2.13 dengan kondisi permukaan terdapat retak buaya lebih dari 10% tingkat kerusakan berat

Koefisien Kekuatan Relatif (a) adalah sebagai berikut : Laston

= 0.08 ATB = 0.08 LPA = 0.14 LPB = 0.12

b. Tebal lapisan jalan lama Tebal lapisan (sumber perencanaan Outer Ring-Road kota Madiun tahun anggaran

D 1 = Laston = 5 cm = 1.97 inchi

D 1 = ATB

= 7 cm = 2.76 inchi

ITP ada

= 3.173

d. Menghitung Angka Ekivalen alen Untuk perhitungan angka gka ekuivalen kendaraan niaga yang lewat dihitung itung dengan

menggunakan rumus 2.13 2.13 ditambah dengan nilai ekuivalen roda gand ganda pada lampiran D.

Angka Ekuivalen = +Lamp amp. D1

Perhitungan angka ekivalen alen (E) masing-masing kendaraan adalah :

4 Kendaraan ringan 2 ton (1+ 4 (1+1) ...................................... (10/53) + (10/53) = 0,00146

Bus 8 ton (3+5) ................... 4 .................................................. (30/53) + 0,1505 = 0,25311 Truk 2 as 6 ton (2+4)........... 4 ................................................. (20/53) + 0,0621 = 0,08239 Truk 2 as 13 ton (5+8) ........ 4 ................................................. (50/53) + 0,9972 = 1,78930 Truk 3 as (6+7.7) ................ 4 ................................................... (60/53) + 0,7910 = 2,43349 Truk Gandeng (6+7.7+5+5) 4 +5) ........................ (60/53) + 0,7910 + 2(0,1505) = 2,73440

e. Menghitung beban gandar dar standar untuk lajur rencana pertahun - ŵ 18 perhari = 994 x 994 x 0,00146 + 1130 x 0,25311 + 984 x 0,08239 + 39 +

= 842 x 842 x 1,78930 + 462 x 2,43349 + 533 × 2,73440 2,73440 = 4.456 4.456,86

- W 18 per hari = 0,5 × 0,5 × 1 × 4.456,86

= 2.228 2.228,429 - W 18 pertahun = 365 × 365 × 2.228,429

= 15000 Psi

h. Menentukan tingkat reliabilitas R

= 75 (dari Tabel 2.8)

i. Menentukan nilai Deviasi Standar (So) yaitu sebesar 0,45 , rentang nilai So adalah 0,40-0,5

j. Indeks Permukaan (IP) IPT

= 2,0

IP 0 = 3,9 – 3,5 ΔPSI = IPo – IPt ΔPSI = 3,9 – 2 = 1,9

k. Mencari ITP Untuk mencari ITP berdasarkan data-data sebagai berikut :

- MR

= 15000 psi

- So

= 0,45

= 75

W 18 = 27.441.526,36

- ΔPSI

= 1,9

Dari Nomogram (Grafik untuk mencari ITP ) pada Gambar 4.8 didapat ITP 20 = 4,10 untuk ruas jalan arah Solo menuju Surabaya mengunakan Laston.

DD 1 (overlay)

=D ITP /a 1

DD 1 (UR = 20 th) = (4,1 – 3,173)/ 0,40

= 0,927/0,4 = 2,3175 inchi = 2,3175 inchi = 5,888 cm ≈ 6 cm

Pada ruas jalan Outer Ringroad Kota Madiun arah Solo-Surabaya digunakan Laston

6 cm dan umur rencana 20 tahun. Kontruksi perkerasan dapat dilihat pada Gambar

4.8, dengan analisa yang sama untuk arah sebaliknya didapat tebal overlay setebal

3 cm yang dapat dilihat pada Lampiran D.

Laston MS 744

6 cm Perkerasan Baru

Laston MS 744

5 cm Laston MS 590

7 cm Batu pecah

25 cm kelas A

Perkerasan Lama

Sirtu kelas B

30 cm

CBR 10 % CBR 10 %

c. 0,5 Kuat tarik lentur (fcf) : 3,13 x 0,7 x (fc)

2 : 37,94 kg/cm » 4,0MPa

d. Bahan pondasi bawah

: Perkerasan aspal

e. Mutu baja tulangan : BJTU 24 (fy = tegangan leleh = 2400

kg/cm2)

f. Bahu jalan

: ya

g. Ruji (dowel)

: ya

h. Data lalu lintas harian rata-rata :

a) Mobil penumpang

c) Truk 2 as kecil

d) Truk 2 as besar

e) Truk 3 as

f) Truk Gandeng

i. Pertumbuhan lalu lintas

j. Umur rencana

: 20 tahun

k. Direncanakan perkerasan beton semen untuk jalan 2 lajur 1 arah untuk jalan arteri, perencanaan meliputi perkerasan beton bersambung tanpa tulangan.

“Jenis perkerasan beton semen yang umumnya digunakan di Indonesia adalah jenis perkerasan beton tanpa tulangan dengan sambungan (JPCP) ” (DPU, 2005)

l. Langkah-langkah perhitungan tebal pelat: 1)

Analisis lalu lintas

Tabel 4.15. Perhitungan Jumlah Sumbu Berdasarkan Jenis dan Bebannya

Konfigurasi Beban

JS BS JS Kendaraan

Jenis

sumbu (ton)

Kend

Sumbu Perkend

(buah) (ton) (buah)

MP

5 1130 - - Truk 2 As Kecil

Truk 2 As Besar

14 462 Truk Gandeng

Truk 3 As

Total

8968

6001

1972 995

2) Pertumbuhan lalu lintas ntas

( 20 1 + 0 , 05194 ) - 1

Jumlah sumbu kendaraa daraan niaga (JKSN) selama umur rencana 20 tahun JSKN =

JSKN rencana =

0,7 x 11 110.481.096,6

4) Perhitungan repetisi sum isi sumbu yang terjadi

Tabel 4.16 Perhitungan Repet petisi Sumbu Rencana

Beban Jenis

Jumlah lah Proporsi Proporsi Lalu Lintas Rep Repetisi Sumbu

Sumbu Sumbu bu

Rencana Yang te ng terjadi (ton)

Beban

sumbu

STRT

0.57 0.26 77.336.767,65 11.461.308,97 Total

5 1130

1972

STdRG

14 995

1 0.08 77.336.767,65 6.186.941,41

Total

995

Kumulatif

77.336.767,65

5) Perhitungan tebal pelat beton -

Sumber Data Beban : Bina Marga Kota Madiun -

Jenis Perkerasan : Beton Bersambung Tanpa Tulangan dengan Ruji (BBTT)

- Jenis Bahu

: Beton

- Umur Rencana

: 20 thn

- 7 Repetisi yang terjadi : 7,733 × 10 -

Faktor Keamanan Beban : 1,2 (Jalan dengan kendaraan niaga

Tinggi)

- Kuat Tarik lentur beton (fcf) : 4 Mpa -

Jenis Lapis pondasi : Perkerasan aspal Lama Tebal 67 cm -

CBR tanah dasar

: 10 %

- CBR efektif : 40 % (dari Gambar 2.8) -

Tebal taksiran pelat beton : Dicoba menggunakan tebal 150 mm

Tabel 4.17. Analisa Fatik dan Erosi (150 mm)

Jenis Sumbu Beban

Analisa Fatik

Analisa Erosi

Persen Ton (KN)

Per Roda (KN)

terjadi

dan Erosi

STRT 5 6 60 36 8.667.081,828 TE = 1,256 1,6×10 5416,926

STRG 6 8 80 24 8.636.183,141 TE = 1,793 TT 0 2×10 431,809

STdRG 7 14 140 21 6.179.737,489 TE = 1,516 TT 0 1,5×10 41,198

Karena % rusak fatik (telah) lebih besar dari 100% maka dicoba tebal plat 160 mm.

Tabel 4.18. Analisa Fatik dan Erosi (160 mm)

Jenis Sumbu Beban

Analisa Fatik

Analisa Erosi

Persen Ton (KN)

Per Roda (KN)

terjadi

dan Erosi

STRT 6 6 60 36 8.667.081,828 TE = 1,14 1,5×10 577,80

STRG 6 8 80 24 8.636.183,141 TE = 1,646 TT 0 4×10 215,90

Karena % rusak fatik (telah) lebih besar dari 100% maka dicoba tebal plat 170 mm.

Tabel 4.19. Analisa Fatik dan Erosi (170 mm)

Jenis Sumbu Beban

Analisa Fatik

Analisa Erosi

Persen Ton (KN)

Per Roda (KN)

terjadi

dan Erosi

STRG 7 8 80 24 8.636.183,141 TE = 1,53 TT 0 2×10 43,180

Karena % rusak fatik (telah) lebih kecil dari 100% maka tebal pelat diambil 170 cm.

6) Nilai sisa perkerasan lam lama -

Surface Course Laston = 5 cm

5 cm

= 1,67cm (Perbandingan beton ton semen

dengan laston yaitu aitu

sebesar 1:3)

ATB = 7 cm

= 2,33 cm (Perbandingan beton eton semen dengan laston yaitu aitu

5 cm

sebesar 1:3)

- Base Course D1 = Laston

D2 = Batu pecah (25 cah (25 cm) a1 = 0,35 a2 = 0,14 konversi nilai batu p atu pecah ke laston:

× 25 cm 5 cm = 10 cm × 25 cm 5 cm = 10 cm

× 30 cm = 10,2 10,28 cm

Konversi nilai laston ston ke beton semen

= 3,42 cm 2 cm

Jadi nilai sisa perke rkerasan lama = 1,67 + 2,33 + 3,33 + 3,42 = 10,75 cm cm

7) Tebal pelat Tebal pelat = Tebal taksir al taksiran pelat – Nilai sisa perkerasan lama

= 17 cm m – 10,75 cm = 6,25 cm 6,25 cm < 15 cm (tebal p bal pelat minimum yang digunakan untuk perkerasan asan

bersam ersambung tanpa tulangan)

8) Perkerasan Bersambung ung Tanpa Tulangan -

Tebal Pelat

: 15 cm

- Lebar Pelat

: 2 x 3,75 m

- Panjang Pelat

: 5,0 m

- Sambungan Susut d sut dipasang setiap jarak 5 m

Perkerasan Pelat beton

15 cm Baru

5 cm Laston MS 590

Laston MS 744

7 cm Batu pecah

25 cm Perkerasan kelas A

Lama

Sirtu kelas B

30 cm

CBR 10 %

Gambar 4.9 Potongan Konstruksi Perkerasan Kaku

4.3.7.4 Metode CTRB

Data parameter perencanaan sebagai berikut:

a. Metode Pelaksanaan

: Metode in Place

b. Lapisan Base Course

: CTRB setebal 30 cm

c. Umur rencana jalan

: 20 tahun.

Seperti data pada perencanaan overlay perkerasan jalan dapat diketahui bahwa: - MR

- W18(sby-slo) = 12.476.790,97 - W18(slo-sby) = 27.441.526,36 - ΔPSI

dari Nomogram (Grafik untuk mencari ITP ) pada Gambar 4.7 didapat ITP 20 = 4,1 untuk ruas jalan arah Solo menuju Surabaya dan ITP 20 = 3,55 untuk ruas jalan

arah Surabaya menuju Solo.

a 1 : 0,4 (laston 744 kg)

a 2 : 0,25 (lapis pondasi yang distabilisasi)

a 3 : 0,12

ITP 10 (sby-slo) = a1.D1 + a2. D2 + a3.D3

= 0,4. D1 + 0,25. 30 + 0,12 . 37

D1. 0,4 = -7,84 (hal ini menandakan secara struktural lapis pondasi masih mampu menahan beban lalu lintas,namun secara struktural dan fungsional lapis perkerasan pada ruas outer ringroad menggunakan laston dengan tebal minimum yaitu setebal 5 cm). Potongan konstruksi perkerasan jalan dengan CTRB ditunjukkan pada Gambar 4.10.

Laston 5 cm

5 cm Perkerasan Baru

CTRB

30 cm

Batu pecah

7 cm Perkerasan kelas A

Lama

30 cm Sirtu kelas B

CBR 10 %

Gambar 4.10 Potongan konstruksi CTRB

4.3.8 Biaya Konstruksi

Perhitungan harga satuan pekerjaan overlay, komposit perkerasan kaku dan lentur serta komposit CTRB dan lentur dapat dilihat pada Lampiran F.

yang paling sering sampai yang paling jarang dilakukan.Adapun pemberian skor pelaksanaan dan biaya dapat dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Skala Penilaian Pelaksanaan Konstruksi dan Biaya Pengerjaannya

No. Pertimbangan

Klasifikasi

Skor

1. Pelaksanaan

Mudah

Sedang

Sulit

2. Biaya

Murah

Sedang

Mahal

3 Pemeliharaan

Sering

Sedang

Jarang

a. Pertimbangan Konstruksi

1) Tinjauan Konstruksi Tabel 4.21. Acuan Tinjauan Konstruksi

No. Kriteria

Overlay

Perkerasan Kaku

CTRB Lapis Laston

1. Persiapan Permukaan

3 - Tidak membutuhkan perbaikan Jalan

1 - Membutuhkan

perbaikan

2 - Membutuhkan

Perbaikan

fungsional jalan

fungsional jalan

fungsional jalan

- Membutuhkan alat berat

- Membutuhkan alat berat

- Tidak membutuhkan alat berat

- Membutuhkan banyak tenaga

- Membutuhkan

banyak

- Membutuhkan sedikit tenaga kerja

kerja

tenaga kerja

- Membutuhkan banyak data

- Membutuhkan banyak data

- Membutuhkan sedikit data

2. Pelaksanaan Konstruksi

2 - Membutuhkan

banyak

3 - Membutuhkan

banyak

1 - Membutuhkan sedikit material

material

material

untuk CTRB dan banyak material

- Membutuhkan cukup banyak

- Membutuhkan sedikit alat

untuk Laston

alat berat

berat

- Membutuhkan banyak alat berat

- Membutuhkan cukup banyak

- Membutuhkan

sedikit

- Membutuhkan banyak tenaga kerja

tenaga kerja

tenaga kerja

3. Waktu Pelaksanaan

1 Membutuhkan waktu yang

2 Membutuhkan waktu yang cukup

lama yaitu minimal 28 hari.

singkat, setelah lapis CTRB selesai

beberapa jam kemudian jalan

Sehingga jalan tidak bisa dilalui

jalan baru bisa dilewati setelah

kendaraan.

dilapisi laston.

Jumlah

2) Tinjauan Biaya Konstruksi Tabel 4.22. Acuan Tinjauan Biaya Konstruksi

No. Kriteria

Overlay

Perkerasan Kaku

CTRB Lapis Laston

1. Biaya Perbaikan

b. Pertimbangan Pemeliharaan

1) Tinjauan Periode Pemeliharaan Tabel 4.23. Acuan Tinjauan Periode Pemeliharaan

No. Kriteria

Overlay

Perkerasan Kaku

CTRB Lapis Laston

1. Pemeliharaan Rutin

1 Sering, hampir setiap tahun

2 Sering, hampir setiap tahun

diadakan pemeliharaan rutin

pemeliharaan secara rutin setiap

diadakan pemeliharaan rutin,

tahun. Pemeliharaan disesuaikan

tetapi periodenya < overlay

dengan kondisi kerusakan berupa

karena lapis pondasi atas (base)

kerusakan non struktural.

lebih bagus dalam menahan air daripada overlay

2. Permeliharaan Berkala

1 Sering, periode pemeliharaan

2 Sering, periode pemeliharaan

secara berkala minimal 3 tahun

pemeliharaan secara berkala secara

secara

berkala, tetapi

sekali.

periodik. Pemeliharaan kerusakan

periodenya < overlay karena

lapis pondasi atas (base) lebih

kondisi kerusakan.

bagus

dalam menahan air daripada overlay

Jumlah

2) Tinjauan Metode Pemeliharaan Tabel 4.24. Acuan Tinjauan Metode Pemeliharaan

No. Kriteria

Overlay

Perkerasan Kaku

CTRB Lapis Laston

1. Pemeliharaan Rutin

2 Sedang, dapat dilaksanakan

1 Sulit, proses pelaksanaanya tidak

3 Mudah, dapat dilaksanakan baik

sederhana atau rumit, lebih

dengan mesin ataupun manual.

baik dengan mesin ataupun

banyak menggunakan peralatan

Proses pelaksanaan sederhana.

manual. Proses pelaksanaan

mesin.

sederhana.

tetapi metodenya lebih mudah dari overlay karena lapis pondasi

atas (base) lebih bagus dalam menahan

air daripada overlay,sehingga kerusakan yang muncul

pada surface lebih sedikit dari overlay.

2. Permeliharaan Berkala

2 Mudah, dapat dilaksanakan

1 Sulit, proses pelaksanaanya tidak

3 Mudah, dapat dilaksanakan baik

baik dengan mesin ataupun

sederhana atau rumit, lebih

dengan mesin ataupun manual.

manual. Proses pelaksanaan

banyak menggunakan peralatan

Proses pelaksanaan sederhana.

sederhana.

mesin.

tetapi metodenya lebih mudah dari overlay karena lapis pondasi atas (base) lebih bagus dalam menahan

air daripada overlay,sehingga kerusakan yang

pada surface lebih sedikit dari overlay.

Jumlah

3) Tinjauan Biaya Pemeliharaan Tabel 4.25. Acuan Tinjauan Biaya Pemeliharaan

No. Kriteria

Overlay

Perkerasan Kaku

CTRB Lapis Laston

1. Pemeliharaan Rutin

karena periode

pemeliharaanya

pemeliharaanya jarang.

pemeliharaanya cukup

sering/banyak. 2. Permeliharaan Berkala

sering/banyak.

karena periode

pemeliharaanya

pemeliharaanya jarang.

pemeliharaanya cukup

sering/banyak.

sering/banyak.

Jumlah

c. Pertimbangan Perbaikan Tabel 4.26. Acuan Pertimbangan Perbaikan

No. Kriteria

Overlay

Perkerasan Kaku

CTRB Lapis Laston

1. Perbaikan Ringan

2 Mudah, metode perbaikan

1 Sulit, metode perbaikan ringan

3 Mudah,

metode perbaikan

sedang sederhana.

rumit/tidak sederhana

ringan

sederhana. tetapi metodenya lebih mudah dari

lebih bagus dalam menahan

air daripada overlay,sehingga kerusakan yang muncul

pada surface lebih sedikit dari overlay.

Tabel 4.26. Acuan Pertimbangan Perbaikan (lanjutan)

No. Kriteria

Overlay

Perkerasan Kaku

CTRB Lapis Laston

2. Perbaikan Sedang

2 Mudah, metode perbaikan

1 Sulit, metode perbaikan sedang

3 Mudah,

metode perbaikan

sedang sederhana.

rumit/tidak sederhana

sedang

sederhana. tetapi metodenya lebih mudah dari overlay karena lapis pondasi atas (base)

lebih bagus dalam menahan

air daripada overlay,sehingga kerusakan yang muncul

pada surface lebih sedikit dari overlay.

3. Perbaikan Berat

2 Mudah, metode perbaikan

1 Sulit, metode perbaikan berat

3 Mudah, metode perbaikan berat

berat sederhana.

rumit/tidak sederhana

sederhana. tetapi metodenya lebih mudah dari overlay karena lapis pondasi atas (base) lebih bagus

dalam menahan air daripada

overlay,sehingga kerusakan yang muncul pada surface lebih sedikit dari overlay.

Jumlah

100

Dari pemberian skor untuk metode perbaikan overlay, perkerasan kaku, dan CTRB lapis Lentur maka di dapat skor yang paling tinggi dari penjumlahan masing-masing pertimbangan yang dapat dilihat pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27 Penjumlahan Nilai dari Masing-masing Metode

No. Pertimbangan

Tinjauan

Overlay

Perkerasan CTRB Kaku

1. Pertimbangan Konstruksi

Konstruksi

3 1 2 2. Pertimbangan Pemeliharaan

Biaya konstruksi

Periode Pemeliharaan

Metode Pemeliharaan

2 6 4 3. Pertimbangan Perbaikan