dengan menggunakan program pengolahan citra yang terdapat dalam komputer Anonim, 2012.
SEM Scanning Elektron Microscope memiliki resolusi yang lebih tinggi dari pada mikroskop optic. Hal ini di sebabkan oleh panjang gelombang de Broglie yang
memiliki elektron lebih pendek dari pada gelombang optic. Karena makin kecil panjang gelombang yang digunakan maka makin tinggi resolusi mikroskop. SEM
mempunyai depthoffield yang besar, yang dapat memfokuskan jumlah sampel yang lebih banyak pada satu waktu dan menghasilkan bayangan yang baik dari sampel tiga
dimensi Anonim, 2012.
2.8.5 Spektroskopi FTIR
Spektroskopi infra merah dapat digunakan untuk penentuan struktur, khususnya senyawa-senyawa organik Khopkar, 2002 dan polimer Stevens, 2001.
Walaupun spektrum infra merah suatu molekul poli atom sangat rumit untuk di analisis, namun gugus fungsional suatu molekul tampak pada daerah spesifik
Hendayana, 1994. Metode spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang meliputi
teknik serapan absorption, teknik emisi emission, teknik fluoresensi fluorescence. Analisis FTIR dapat digunakan untuk analisis seacara kualitatif
maupun kuantitatif. Analisa kualitatif spektroskopi FTIR secara umum digunakan untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa
yang dianalisa Silverstain, 1986. Metode Spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
suatu senyawa yang belum diketahui, karena spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut. Gugus fungsi yang ada pada rantai selulosa adalah hidroksil.
Gugus tersebut terikat pada setiap unit glukosa. Gugus hidroksil pada selulosa
tidak hanya menentukan struktur supramolekul, tetapi juga menentukan sifat fisika dan kimia selulosa Fengel dan Wegener, 1995.
1
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus 2012 sampai Maret 2013 di Laboratorium Kimia Fisik dan Laboratorium Analitik Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Fakultas Farmasi Universitas Jember Uji SEM dilakukan di LSIH Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Biosains
Universitas Brawijaya Malang.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat-alat gelas, hot plate penangas, pengaduk, neraca analitis merk OHAUS, kompresor, micrometer,
selotip, spectrophotometer UVVIS 756CRT, botol semprot, alat pencetak membran pelat kaca dan lampu neon, bak koagulasi, stopwatch, dan satu set alat ultrafiltrasi
modul flat sistem dead-end, scanning electron microscopy SEM tipe HITACHI dan spektrofotometer Fourier Transform Infrared FTIR.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : CA Aldrich mw 30.000, 39,9 wt, Asam Format Aldrich, aseton Merck;
ρ = 0,79 gmL, pa, MSG Sasa dengan kemurnian 99, aquades, dekstran 100-200 kDa merk Sigma
Aldrich, fenol 5 dan H
2
SO
4
pekat Merck, kertas saring, selotip elektric, aluminium
foil dan aquades.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Membran Pembuatan membran selulosa asetat ini menggunakan metode inversi fasa.
Selulosa asetat dengan berat dari 2 gram dilarutkan dalam aseton berturut-turut 2,9: