Desentralisasi Fiskal TINJAUAN PUSTAKA
Konsep desentralisasi fiskal berkaitan erat dengan lahirnya kebijakan perimbangan antara pusat dan daerah. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya
pengeluaran-pengeluaran daerah dalam membiayai fungsi dan urusan yang dijalankan oleh pemerintah daerah. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
semaksimal mungkin mengupayakan tercapainya keseimbangan pemerintah dan pengeluaran. Pelaksanaan desentralisasi fiskal didasarkan pada undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Menurut Widjaja 2011:41, perimbangan keuangan antara pusat dan daerah merupakan sistem pembiayaan penyelenggaraan pemerintah yang
mencangkup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Proses pembagian keuangan oleh pemerintah pusat dilaksanakan secara
merata kepada seluruh daerah dengan pembagian yang proporsional, dalam hal ini proses pembagian keuangan didasarkan pada kondisi dan kebutuhan masing-
masing daerah. Saragih 2003:84 mengungkapkan bahwa, konsep perimbangan antara pusat dan daerah merupakan konsekuensi dari adanya tanggung jawab
terhadap kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing tingkatan pemerintahan karena setiap tingkatan pemerintah berkepentingan dalam hal desentralisasi fiskal.
Dari pengertian diatas, dapat disebut bahwa dana perimbangan merupakan inti dari hubungan keuangan antara pusat dan daerah. Perimbangan keuangan antara
pusat dan daerah merupakan suatu sistem hubungan keuangan vertikal antara pusat dan daerah, sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dalam
bentuk penyerahan sebagian wewenang pemerintah. Dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Sebagaimana yang dinyatakan dalam UU No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daearah, yakni
adanya keleluasaan yang lebih besar bagi daerah untuk menggali potensi penerimaan melalui pajak ataupun retribusi. Sedangkan disisi pengeluaran, daerah
akan mendapat kewenangan penuh dalam penggunaan dana perimbangan dari bagi hasil berupa PBB,BPHTB SDA, dan dana alokasi umumDAU. Pada
prinsipnya penggunaan kedua jenis dana perimbangan tersebut ditentukan oleh daerah sendiri.
Bahl dan Linn dalam kumorotomo, 2008:6 menyatakan: “....ada tiga argumentasi pentingnya desentralisasi fiskal. Pertama,
jika unsur-unsur belanja dan pajak ditentukan pada jenjang pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakat, maka layanan
publik di daerah dapat perbaiki dan masyarakat akan lebih puas dengan layanan yang diberikan oleh pemerintah. Kedua,
pemerintah daerah yang lebih kuat akan menunjang pembangunan bangsa betapa pun masyarakat lebih mengidentifikasi diri dengan
pemerintah daerah ketimbang pemerintah pusat. Apabila tanggung jawab mengenai perpajakan, kebijakan keuangan, dan layanan
publik diserahkan kepada pemerintah daerah maka pemerintah daerah akan saling untuk melakukan yang terbaik bagi rakyat yang
tentunya akan memperbaiki pembangunan bangsa. Ketiga, keseluruhan mobilisasi sumber daya akan bertambah baik karena
pihak pemerintah daerah dapat lebih tanggap dan mudah menarik pajak dan sektor-sektor ekonomi yang tumbuh cepat jika dibanding
pemerintah pusat’’ Fungsi desentalisasi fiskal bagi pemerintah daerah adalah untuk
menentukan jumlah uang yang akan digunakan pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada intinya desentralisasi fiskal
memberi kepastian kepada pemerintah daerah bahwa ada penyerahan kewenangan dan sumber-sumber pendapatan yang memadai untuk memberikan pelayanan
publik dengan standart dan alokasi yang telah ditentukan sesuai kebutuhan dan pemerintah daerah. Dari proses desentralisasi fiskal tersebut, kini timbul harapan
besar bahwa desentralisasi fiskal akan memberi manfaat seperti perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pengentasan orang miskin,
manajemen ekonomi makro yang lebih baik, serta sistem tata pemerintahan governance yang baik. Oleh karena itu, sitem transfer merupakan salah satu
pendekatan dalam kebijakan dana perimbangan dan pola transfer keuangan dari pusat ke daerah masih menjadi elemen penting untuk menunjang kapasitas
keuangan daerah. Sebab komponen dalam dana perimbangan sudah mencerminkan unsur dalam mendukung pelaksanaan desentralisasi fiskal.