Salah satu bahan pencemar udara adalah debu yang mempunyai diameter 0,1 sampai 100 µm dan menjadi perhatian bersama khususnya debu yang dihasilkan
oleh pengolahan bahan padat dari industri. Partikel udara dalam wujud padat yang berdiameter kurang dari 10 µm yang biasanya disebut dengan PM
10
particulate matter dan kurang dari 2,5 µm di dalam rumah PM
2,5
diyakini oleh para pakar lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai pemicu timbulnya infeksi saluran
pernafasan, karena partikel padat PM
10
dan PM
2,5
dapat mengendap pada saluran pernafasan daerah bronki dan alveoli. Partikel debu yang berdiameter kurang dari
10 µm PM
10
sangat memprihatinkan, karena memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menembus ke dalam paru-paru. Rambut di dalam hidung dapat
menyaring debu yang berukuran lebih besar 10 µm. PM
10
diperkirakan berada diantara 50 dan 60 dari partikel melayang yang mempunyai diameter hingga 45
µm total suspended particulate. Partikel yang lebih besar dari 10 µm, seperti TSP, tidak terhirup ke dalam paru-paru. Partikel dibawah 2,5 µm PM
2,5
tidak disaring dalam sistem pernapasan bagian atas dan menempel pada gelembung
paru-paru, sehingga dapat menurunkan pertukaran gas Gindo dan Hari, 2007.
2.3. Hidrogen Sulfida H
2
S
Hidrogen sulfida H
2
S merupakan gas yang dapat menghasilkan bau tidak sedap. Gas tersebut bersifat toksik bagi manusia dan ternak, dapat meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit, dan dapat mengganggu efisiensi aktivitas para pekerja yang berada di sekitar kawasan tersebut. Hidrogen sulfida diproduksi oleh
pembusukan mikrobiologi dari senyawa sulfat dan resuksi mikroba dari sulfat, uap panas bumi, serbuk kayu, aktivitas antropogenik seperti pembakaran batu bara
Universitas Sumatera Utara
dan residu minyak bumi. Gas hidrogen sulfida yang masuk ke atmosfer secara cepat diubah menjadi senyawa SO
2
melalui reaksi berikut Achmad, 2004: 2 H
2
S + 3 O
2
2 SO
2
+ 2 H
2
O 2.4.
Sulfur Dioksida SO
2
Pencemaran udara oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida SO
2
dan sulfur trioksida SO
3
dan keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur
trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur dioksida, tetapi
jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup. Sulfur dioksida selalu
terbentuk dalam jumlah terbesar. Jumlah SO
3
yang terbentuk dipengaruhi oleh kondisi reaksi, terutama suhu yang bervariasi dari 1 sampai 10 dari total SO
2
Rusmayadi, 2010.
2.5. Amoniak NH
3
Amoniak adalah salah satu indikator pencemar udara pada bentuk kebauan. Gas amoniak adalah gas yang tidak berwarna, memiliki bau yang
menyengat. Biasanya, amoniak berasal dari aktifitas mikroba, industri amoniak, perngolahan limbah dan pengolahan batu bara. Amoniak di atmosfer bereaksi
dengan nitrat dan sulfat sehingga terbentuk garam amoniak yang sangat korosif. Amoniak yang menguap akan mencemari udara dan mengganggu pernapasan.
Titik leburnya ialah -75°C dan titik didihnya ialah -33.7°C. Larutan amoniak
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 10 dalam air mempunyai pH 12. Sumber amoniak adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri dan
domestik. Amoniak disintesis dengan reaksi reversibel antara hidrogen dengan nitrogen Pohan, 2002.
2.6. Nitrogen Dioksida NO