PERSONAL HYGIENE Rambut Kuku

23. Apakah setiap menolong persalinan didampingi oleh bidan ? a. Ya c. Kadang – kadang b. Tidak 24. Jika tidak alasannya ? a. Bidan tidak mengetahui d. Bidan Sibuk b. Bidan tidak ada e. Lain-lain, Sebutkan...... c. Bidan tidak mau 25. Jika mendapatkan kesulitan dalam menolong persalinan apa yang dilakukan ? a. Ditangani sendiri d.Dirujuk ke Rumah sakit b.Minta bantuan dukun lain e. Lain-lain,sebutkan.... c.Minta bantuan bidan 26. Adakah anggota keluarga yang m,eninggal pada satu tahun terakhir ? a. Ada b. Tidak 27. Jika ada, siapa ? a. Ayah d. Balita b. Ibu e. Balita c. Neonatus f. Anak 28. Apakah penyebab kematian tersebut ? a. Penyakit kronis d. Perdarahan Post Partum b. Perdarahan ante partum e. Kelainan Kongenital c. Perdarahan intra partum f. Lain-lain, sebutkan.....

M. PERSONAL HYGIENE

A. Rambut

: B. Kulit :

C. Kuku

: D. Pakaian : 37 DAFTAR PUSTAKA Alimul H, Aziz. 2011. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi KebutuhanDasar Klien . Jakarta: Salemba Medika Departemen Kesehatan RI. 2013. Hipertensi. Jakarta: Depkes RI James E Gangswich, et al. Short sleep duration as a risk factors hypertension. Circulation AHA Journal. 2006. McCloskey, B. 2013. Nursing Intervension Classification NIC. Second Edition. Mosby: St. Louis. Moorhead, S, dkk. 2013. Nursing Outcames Classification NOC. Third Edition. Mosby: Lowa City. Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC:Jakarta. Potter Perry. 2005. Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC Sheps Sheldon. 2005. Mayo Clinic Hipertensi: Mengatasi Tekanan Darah Tinggi . Jakarta: Duta Prima Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta Selatan: Salemba Medika Wartonah Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika 4

BAB II PENGELOLAAN KASUS

1.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Istirahat Tidur

1.1 Definisi

Kata ‘istirahat’ mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan Asmadi, 2008. Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar Asmadi, 2008. Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat, Narrow, yang dikutip oleh Potter dan Perry 1993, mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat, diantaranya: merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya, merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau dimanapun. Juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain, bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan, memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya, mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukan Alimul, 2006. Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas dapat terpenuhi. Hali ini dapat di jumpai apabila pasien merasakan segala kebutuhannya dapat diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria tersebut diatas, maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan keperawatan yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya mendengarkan secara hati-hati tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba meringankannya jika memungkinkan Alimul, 2006. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing- 5 masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda Tarwoto Wartonah, 2010. Tidur juga Merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional fisiologis dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan tidur apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut Asmadi, 2008: aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respons terhadap rangsangan dari luar Asmadi,2008.

1.2 Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dantidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system RAS dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotinin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional BSR, sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan implus yang diterima dipusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR Alimul, 2006.

1.3 Tahapan Tidur

Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement REM dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement NREM. Tidur diawali dengan fase NREM yang terdisi 6 dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga, tidur stadium empat dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur, kemudian diikuti oleh fase REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir. Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4- 6 siklus dalam semalam Potter Perry, 2005. Pertama pada fase NREM ada empat stadium yaitu: Tidur stadium satu, pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan berlangsung beberapa menit, dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak perlahan-lahan, dan aktivitas otot melambat Tarwoto Wartonah, 2010. Tidur stadium dua, biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun. Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti Potter Perry, 2005. Tidur stadium tiga, tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya. Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan berlangsung 15-30 menit, jika terbangun individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa binggung selama beberapa menit Tarwoto Wartonah, 2010. Tidur stadium empat, tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik Potter Perry, 2005. Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam. Selama tidur REM, mata bergerak cepat ke berbagai arah, walaupun kelopak mata tetap tertutup. Pernapasan juga menjadi lebih cepat,tidak teratur, dan dangkal. Denyut jantung dan nadi meningkat. Selama tidur NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang Potter Perry, 2005. Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur akan berlangsung satu jam atau lebih. Ketika seseorang tertidur biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap siklus tidur terdiri dari 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode 7 dari tidur REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM. Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur Potter Perry,2005. Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai contoh, orang yang tidur dapat berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2, 3, dan 4 sebelum masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi Potter Perry,2005. Kegunaan tidur masih tetap belum jelas, tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis. Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM tahap 4, tubuh melempaskan hormon pertumbuhan manusia untuk meperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif . Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran Potter Perry,2005. Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam. Kebutuhan dan pola tidur normal. Neonatus sampai dengan 3 bulan yaitu Kira-kira membutuhkan 16 jamhari, mudah berespons terhadap stimulus, pada minggu pertama kelahiran 50 adalah tahap REM,. Pada bayi yaitu pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam, usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jamhari, tahap REM 20-30. Toddler yaitu Tidur 10-12 jamhari, tahap REM 25. Prasekolah yaitu tidur 11 jam pada malam hari, tahap REM 20. Usia sekolah yaitu tidur 10 jam pada malam hari, Tahap REM 18,5. Remaja yaitu Tidur 8,5 jam pada malam hari, tahap REM 20. Dewasa mudah yaitu tidur 7-9 jamhari, tahap REM 20-25. Usia dewasa pertengahan yaitu Tidur ±7 jamhari, Tahap REM 20. Usia tua 8 yaitu tidur ±6 jamhari, tahap REM 20-25, tahap NREM IV menurun dan kadang-kadang absen, sering terbangun pada malam hari Tarwoto Wartonah, 2010.

1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi tidur terdiri dari faktor fisiologis, faktor lingkungan, faktor psikologis, faktor obat-obatan, makanan dan minuman menurut Tarwoto Wartonah, 2010. Faktor Fisiologis, penyebab utama gangguan tidur klien pada tingkat gangguan yang tinggi adalah nyeri, karena nyeri pada bagian tubuh klien sangat berpengaruh untuk memulai tidur dan mempertahankan tidur klien begitu juga, sesak napas, batuk dan kelelahan. Nyeri yang membuat klien terbangun dari tidurnya dan sulit mempertahankan tidur. Nyeri dapat timbul dari kondisi infeksi, pernapasan, pencernaan, sesak napas, batuk, penyakit yang diderita klien, jika seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan klien kurang tidur atau tidak dapat tidur Misalnya pada klien gatal-gatal pada kulit, gangguan pernapasan, batuk, dan inkontinensia mengakibatkan klien sulit memulai tidur dan sering terbangun. Faktor Lingkungan, keadaan lingkungan yang menggangu tidur klien adalah suara bising, suhu ruangan panas, tempat tidur tidak nyaman, lampu terlalu terang. Klien yang biasanya tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidur. Sehingga mengakibatkan klien sulit untuk memulai untuk tidur. Faktor Psikologis, dari klien yang cemas mengalami kualitas tidur buruk, dan klien yang terdentifikasi depresi mengalami kualitas tidur yang buruk. Cemas dan depresi dapat membangunkan klien dari tidurnya, motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk, sulit tertidur kembali dan bangun lebih pagi. Faktor Obat-obatan, di dalam faktor obat-obatan yang mempengaruhi sulit tidur antidepresan: menyupresi REM,kafein: meningkatkan saraf simpatis, Beta- bloker: menimbulkan insomnia, narkottika: menyupresi REM, Alkohol menekan 9 REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah. Faktor makanan dan minuman, ada beberapa makanan yang membuat klien susah untuk memulai tidur yaitu seperti kafein dan teh dapat meningkatkan saraf simpatis kemudian alkohol, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah, kemudian makanan yang mengandung gas dapat membuat klien susah untuk memulai tidur dan makanan dan minuman yang dapat meningkatkan tidur klien yaitu makanan yang dan minuman yang mengandung protein, triptopan seperti wartel, seledri, ikan dencis, ikan tuna, susu dll.

1.5 Masalah Tidur

Ada beberapa masalah tidur seperti insomnia, hipersomnia, parasomnia, narkolepsi, apnea tidur dan mendengkur, kemudian mengigau menurut Tarwoto Wartonah, 2010. Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur . Tiga macam insomnia, yaitu: insomnia inisial initial insomnia adalah tidak adanya ketidakmampuan untuk tidur. Insomnia interniten intermitent insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur karena sering terbangun: dan insomnia terminal terminal insomnia adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmapuan fisik, kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak. Hipersomnia, Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver dan metabolisme. Parasomnia, merupakan sekumpulan penyakit yang menggangu tidur anak seperti samnohebalisme tidur sambil berjalan Narkolepsi, suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur sama dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas darah atau endoktrin. 10 Apnea tidur dan mendengkur, mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan pengeluaran udara dihidung dan mulut, misalnya amandel, adenoid, otot-otot di belakang mulut mengendor dan bergetar. Periode apnea berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit. Kemudian mengigau, hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.

1.6 Hipertensi

Tekanan darah tinggi hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hiper artinya berlebihan, tensi artinya tekanantegangan, jadi hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenanikan tekanan darah diatas normal. Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati akan menimulkan kematian dalam waktu 1 bulan Sheldon, 2002. Hpertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu penigkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-atreriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darh sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan diding arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian terpisah. Menurut, WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 14090 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥16095 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension Garis Batas Hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin Wajan, 2010. Hipertensi ini jarang terjadi, meningkatnya tekanan darah arteri bisa terjadi melalui beberapa cara menurut Wajan, 2010 yaitu: a. Menigkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya 11 b. Arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil arteriola untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan atau hormon di dalam darah. c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

1.7 Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi dua yaitu hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Yang paling sering di jumpai adalah hipertensi esensial, Hipertensi ensensial, hipertensi ensensial berbeda dengan yang sekunder karena tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Sebagian besar orang yang menderita hipertensi sulit mengetahui secara tepat apa yang pemicu peningkatan tekanan darah mereka. Tampaknya hipertensi esensial merupakan hasil dari gabungan beberapa faktor yang berhubungan dengan pergerakan pelebaran dan penyempian pembuluh darah, kenaikan jumlah cairan dalam darah, berfungsinya sensor aliran darah baroreseptor, produksi zat-zat kimia yang mempengaruhi fungsi pembuluh darah, sekresi hormon, volume darah yang dipompa jantung, kontrol saraf terhadap sistem kardiovaskuler Sheldon, 2002. Hipertensi sekunder, hipertensi sekunder biasanya terjadi lebih cepat dan menyebabkan kenaikan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan hipertensi esensial atau primer, yang berkembang secara bertahap selama 12 bertahun-tahun. Dibandingkan dengan hipertensi esensial, hipertensi sekunder kadang-kadang bisa disembuhkan. Bila penyakit atau kondisi klien diperbaiki maka tekanan darah akan menurun. Bahkan pada orang tertentu akan menjadi normal kembaliWajan, 2010.

1.8 Faktor Resiko

Faktor-faktor yang bisa dimasukkan dalam hipertensi dibagi dua yaitu faktor yang tidakdapat diubah dan faktor yang dapat diubah menurut Wajan, 2010 yaitu Faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain: Umur, dengan bertambahnya umur resiko mendapat hipertensi pun meningkat. Meski penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya biasa saja bila tekanan darah kita sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Hanya saja bila perubahan ini disertai faktor-faktor resiko lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh arterioskelrosis. Keturunan, sekitar 70-80 penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi. Di dalam keluarga, apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak di jumpai pada penderita yang kembar apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi. Jenis kelamin, hipertensi lebih muda menyerang kaum laki-laki dari pada perempuan. Hal ini mungkin karena laki-laki memiliki banyak faktor pendorong terjadinya hipertensi, seperti stress, kelelahan dan makan tidak terkontrol. Adapun hipertensi pada perempuan peningkatan resiko terjadi setelah masa menopause. Faktor yang dapat dikontrol antara lain: Kegemukan, berdasarkan penyelidikan kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Telah dibuktikan pula bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Konsumsi garam berlebih, garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang berlebihan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah. 13 Sebaiknya hindari pemakaian garam yang berlebihan atau makanan yang diasinkan, gunakan garam seperlunya saja. Kurang olahraga, Olahraga isotonik, seperti bersepeda, jogging dan aerobik yang teratur dapat mempelancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam kedalam tubuh. Garam akan keluar dari tubuh bersama keringat. Merokok dan konsumsi alkohol, hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah. Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah. Efek dari konsumsi alkohol juga merangsang hipertensi karena adanya peningkatan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah. 2.Asuhan Keperawatan 2.1 Pengkajian Pengkajian keperawatan pada masalah tidur dapat meliputi pengkajian khusus masalah kebutuhan pola tidur antara lain: 1. Identitas a. Umur Pengkajian ini terkait dengan tumbuh kembang klien pada dewasa pertengahan kualitas tidur kurang lebih 7 jamhari. b. Jenis kelamin Perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi pola tidur seseorang, kaum wanita tidur lebih nyenyak dan bangun lebih sedikit pada malam hari dibandingkan dengan pria. Wanita juga lebih bisa mengatasi efek kekurangan tidur yang dialami. Pola tidur yang berbeda antara pria dan wanita juga membuat wanita lebih segar ketika bangun tidur. c. Tinggi badan dan berat badan Hal ini mempengaruhi gangguan pola tidur. Pada saat tidur, kadar melatonin dalam tubuh bertambah melatonin ini adalah pengatur di mana hormonpertumbuhan berperan sangat penting. 14 d. Lingkungan tidur klien Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien? Apakah kondisinya bising, gelap, atau suhunya dingin? e. Status emosi dan mental klien Status emosi dan mental mempengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur 2. Riwayat Tidur Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas lama tidur dan kualitas tidur disiang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan klien mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur. 3. Riwayat kesehatan saat ini Kesehatan klien yang dialami saat itu juga. 4. Riwayat kesehatan masaa lalu Riwayat kesehatan yang dialami klien pada masa lalu 5. Pemeriksaan fisik a. Observasi penampilan wajah, perilaku dan tingkat energi pasien b. Adanya lingkaran hitam di sekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah c. Perilaku: iritabel, kurang perhatian, peergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, binggung, dan kurang koordinasi 6. Gejala klinis Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala. 7. Penyimpangan tidur Pentimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya kegelisahan, ganguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung dan disorientasi tempat dan waktu, gangguan koordinasi, serta bicara racu dan tidak sesuai. 15

2.2 Analisa Data

Data dasar adalah sekumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri. Pengumpulan data yang didapat pada gangguan pola tidur yaitu: Masalah keperawatan, etiologi, data : data subjektif dan data objektif.

2.3 Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan pada gangguan pola tidur harus aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian dimana perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi kebutuhan istirahat tidur atau gangguan pola tidur Potter Perry,2005. Dignosa keperawatan adalah pernyataan yang mengurangi respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin berkompeten untuk mengatasinya. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur yaitu; 1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penuaan, gaya hidup kurang gerak, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, pola aktivitas siang hari, kecemasan, immobilitas, ketidaknyamanan fisik, konsumsi alkohol, lingkungan yang menggangu. 2. Cemas berhubungan dengan kemampuan untuk tidur, henti napas saat tidur, dan ketidakmampuan mengawasi perilaku. 3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia. 4. Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan obesitas 5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan henti nafas saat tidur. 6. Potensial cedera berhubungan dengan somnambolisme. 7. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangan tidur hipersomnia Kemungkinan data yang ditemukan adalah: Perubahan penampilan dan perilaku, sering menguap, lingkaran hitam disekitar mata, perubahan tingkat aktivitas, matakonjungtiva merah, stress, faktor usia. 16

2.4 Perencanaan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dalam intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut Potter Perry,2005. Tujuan dari perencanaan keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur ialah untuk mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal, penurunan waktu mulai tidur dan peningkatan jumlah jam tidur malam serta secara verbal klien mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar saat terbangun dari tidur Wilkinson, 2006; Tarwoto Wartonah, 2010. Rencana tindakan keperawatan pada gangguan pola tidur dan intervensi yaitu lakukan pengkajian masalah tidur klien, anjurkan klien untuk mengurangi informasi distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu tidur, anjurkan klien untuk tidur dengan posisi yang nyaman, ajurkan klien untuk meningkatkan aktivitas pada siang hari, anjurkan klien untuk mengurangi aktivitas sebelum tidur, anjurkan klien untuk tidak banyak tidur pada siang hari, anjurkan klien makan yang cukup satu jam tidur yang berlebihan sebelum tidur, berikan pengetahuan kesehatan kepada klien. Rasional: memberikan karakteristik dan penyebab kurang tidur, menggurangi gangguan saat tidur, meningkatkan tidur, mengurangi tidur disiang hari, dapat mempercepat jadwal tidur, cara mengurangi stres dan cemas serta latihan relaksasi, tidur siang hari dapat menyebabkan tidak bisa tidur pada malam hari, meningkatkan tidur, meningkatkan pola tidur. 17 3. Asuhan Keperawatan Kasus 3.1 Pengkajian PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU 1. Biodata Ny. T a. Seorang perempuan Ny.T berusia 45 tahun sudah menikah, agama islam. Bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD, yang beralamt di Jl. SM. Raja Gg. Patri No. 5B. b. Ny.T Mengatakan untuk memulai tidur pada malam hari sulit, klien mengatakan sakit kepala, kurang aktivitas pada siang hari . c. Riwayat kesehatan saat ini Ny.T mengatakan saat ini mempunyai penyakit hipertensi, Penyakit ini sudah dialami klien semenjak klin berumur 40 tahun. Klien sering mengeluh sakit di bagian tekuk dan sakit kepala ketika tekanan darah naik. d. Riwayat kesehatan masa lalu Ny.T tidak memiliki riwayat kesehatan pada masa lalu, hanya saja klien mempunyai penyakit hipertensi e. Riwayat kesehatan keluarga Saat dilakukan pengkajian, orang tua dari Ny.T mempunyai riwayat hipertensi. Sehingga mempunyai penyakit keturunan dari orang tua f. Riwayat sehari-hari 1. Pesepsi klien terhadap sehat sakit Ny.T mengatakan bahwa dirinya sehat jika ia dapat melakukan kegiatan aktivitas sehari-hari yang biasa ia lakukan, sedangkan sakit adalah ketika saat klien lemah dan tidak mampu mellakukan kegiatan sehari-hari yang biasa ia lakukan 2. Kebiasaan Ny.T memiliki kebiasaan menonton TV bersama anaknya, dan juga memiliki kebiasaan untuk menemani anaknya tidur siang. 18 3. Pola nutrisi Ny.T makan 3 kali sehari dengan porsi besar yaitu pagi,siang, dan malam. Jenis makanan biasa yaitu: nasi, lauk, sayur. Klien juga memiliki kebiasaan ngemil pada siang dan malam hari, dan tidak memiliki kesulitan unruk makan. 4. Pola istirahat dan tidur Ny.T mulai masuk kamar 22:00 WIB, tetapi klien susah untuk memulai tidur. Klien berusaha untuk memulai tidur dengan cara menghayal, tetapi klien mengatakan dengan cara itu pun tidak bisa. Sehingga klien mengatakan bahwa klien tidur pukul 01:00 gagi dan kadang cepat bangun. Sehingga klien hanya bisa tidur 5 jam setiap malam. 5. Pola Eliminasi a Pola eliminasi BAK Ny. T mengatakan BAK lancar, tidak ada hambatan, dan tidak ada rasa nyeri pada saat berkemih, 5-7 kalihari, warna urin jernih kekuningan tidak ada riwayat penyakit ginjal. b Pola eliminasi BAB Frekuensi buang air besar 1 kalihari yaitu pada pagi hari, BAB lancar dan tidak susah mengedan. 6. Ny. T jarang melakukan olahrahga, hanya saja kadang-kadang berjalan sekitar rumah bersama anaknya. 7. Kemampuan Ny. T adalah membersihkan rumah dan memasak 8. Ny. T mengatakan biasanya menonton TV bersama anaknya, untuk rekreasi dilakukan keluarga untuk mengunjungi keluarga minimal 1 kali sebulan g. Riwayat psikologi Ny. T mengatakan cemas dengan penyakit hipertensinya dan gangguan kebutuhan tidur yang di alami klien a. Ny. T mengikuti acara perwiritan setiap hari jumat yang dilakukan dirumah warga lingkungan I tersebut. b. Riwayat spiritual dan kultural 19 Ny. T menganut agama islam dan klien mengatakan selalu sholat lima waktu a. Status mental Dari hasil pengkajian didapat kondisi perasaan klien stabil, ingatan pasien kuat. b. Secara umum didapati pasien sadar. Tekanan darah 14090 mmHg, pernapasan 22 kalimenit, nadi 87 kalimenit dansuhu tubuh klien 36,0 C. Berat badan klien 55 kg dan tinggi badan klien 148 cm. Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. pemeriksaan kepala dan rambut didapati bentuk kepala bulat dan simetris, ubun- ubun tidak ada benjolan. Penyebaran rambut merata dan keadaan rambut bersih. Pada pemeriksaan wajah, warna kulit pasien sawo matang dengan struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra merah muda, lembab, konjungtiva merah muda, sklera putih, pupil isokor dan hitam, kornea dan iris bening, ketajaman penglihatan baik tekanan bola mata baik. Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung simetris, posisi septum nasi di tengah, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada pernapasan menggunakan cuping hidung. Bentuk daun telinga normal dan simetris, ukuran telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik. Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir lembab dan simetris, keadaan lidah bersih, pita suara baik. Posisi trachea medial, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba. Akral hangat, warna kulit sawo matang. Kelembaban kulit baik, dan tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan payudara dan ketiak didapat ukuran dan bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan, payudara berwarna putih, aerola berwarna hitam, aksila dan clavicula normal, tidak ada kelainan Pengkajian ini di dapat dari hasil wawancara kepada klien. Pada pemeriksaan thoraksdada normal, simetris, pernapasan frekuensi irama 22 kalimenit dan tidak ada tanda kesulitan saat bernapas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal, suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara napas vesikuler dan tidak ada suara tambahan. Pada pemeriksaan kelamin tidak ada kelaianan genitalia dan anus 20 Pengkajian ini didapat dari hasil wawancara kepada klien. Pada pemeriksaan muskuloskeletal kesimetrisan, kekuatan otot, edema otot tampak simetris, tidak ada edema. Pasien dapat merasakan sentuhan, getaran, panas, dingin, dan tajam tumpul. 2. Biodata Ny. S a. Seorang perempuan Ny.S berusia 47 tahun sudah menikah, agama islam. Bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD, yang beralamt di Jl. SM. Raja Gg. Patri No. 5. b. Ny.S Mengatakan untuk memulai tidur pada malam hari sulit, klien mengatakan sakit kepala, kurang aktivitas pada siang hari . c. Riwayat kesehatan saat ini Ny.S mengatakan saat ini mempunyai penyakit hipertensi, Penyakit ini sudah dialami klien semenjak klin berumur 40 tahun. Klien sering mengeluh sakit di bagian tekuk dan sakit kepala ketika tekanan darah naik. d. Riwayat kesehatan masa lalu Ny.S tidak memiliki riwayat kesehatan pada masa lalu, hanya saja klien mempunyai penyakit hipertensi e. Riwayat kesehatan keluarga Saat dilakukan pengkajian, orang tua dari Ny.S mempunyai riwayat hipertensi. Sehingga mempunyai penyakit keturunan dari orang tua f. Riwayat sehari-hari a. Pesepsi klien terhadap sehat sakit Ny.S mengatakan bahwa dirinya sehat jika ia dapat melakukan kegiatan aktivitas sehari-hari yang biasa ia lakukan, sedangkan sakit adalah ketika saat klien lemah dan tidak mampu mellakukan kegiatan sehari-hari yang biasa ia lakukan b. Kebiasaan Ny.S memiliki kebiasaan menonton TV bersama anaknya, dan juga memiliki kebiasaan untuk menemani anaknya tidur siang. c. Pola nutrisi 21 Ny.S makan 3 kali sehari dengan porsi besar yaitu pagi,siang, dan malam. Jenis makanan biasa yaitu: nasi, lauk, sayur. Klien juga memiliki kebiasaan ngemil pada siang dan malam hari, dan tidak memiliki kesulitan unruk makan. d. Pola istirahat dan tidur Ny.S mulai masuk kamar 22:00 WIB, tetapi klien susah untuk memulai tidur. Klien berusaha untuk memulai tidur dengan cara menghayal, tetapi klien mengatakan dengan cara itu pun tidak bisa. Sehingga klien mengatakan bahwa klien tidur pukul 01:00 gagi dan kadang cepat bangun. Sehingga klien hanya bisa tidur 5 jam setiap malam. e. Pola Eliminasi a Pola eliminasi BAK Ny. S mengatakan BAK lancar, tidak ada hambatan, dan tidak ada rasa nyeri pada saat berkemih, 5-7 kalihari, warna urin jernih kekuningan tidak ada riwayat penyakit ginjal. b Pola eliminasi BAB Frekuensi buang air besar 1 kalihari yaitu pada pagi hari, BAB lancar dan tidak susah mengedan. f. Ny. S jarang melakukan olahrahga, hanya saja kadang-kadang berjalan sekitar rumah bersama anaknya. g. Kemampuan Ny. S adalah membersihkan rumah dan memasak h. Ny. S mengatakan biasanya menonton TV bersama anaknya, untuk rekreasi dilakukan keluarga untuk mengunjungi keluarga minimal 1 kali sebulan g. Riwayat psikologi Ny. S mengatakan cemas dengan penyakit hipertensinya dan gangguan kebutuhan tidur yang di alami klien c. Ny. S mengikuti acara perwiritan setiap hari jumat yang dilakukan dirumah warga lingkungan I tersebut. d. Riwayat spiritual dan kultural 22 Ny. S menganut agama islam dan klien mengatakan selalu sholat lima waktu c. Status mental Dari hasil pengkajian didapat kondisi perasaan klien stabil, ingatan pasien kuat. d. Secara umum didapati pasien sadar. Tekanan darah 180100 mmHg, pernapasan 22 kalimenit, nadi 87 kalimenit dansuhu tubuh klien 36,0 C. Berat badan klien 57 kg dan tinggi badan klien 150 cm. Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati bentuk kepala bulat dan simetris, ubun-ubun tidak ada benjolan. Penyebaran rambut merata dan keadaan rambut bersih. Pada pemeriksaan wajah, warna kulit pasien sawo matang dengan struktur wajah bulat dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra merah muda, lembab, konjungtiva merah muda, sklera putih, pupil isokor dan hitam, kornea dan iris bening, ketajaman penglihatan baik tekanan bola mata baik. Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung simetris, posisi septum nasi di tengah, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada pernapasan menggunakan cuping hidung. Bentuk daun telinga normal dan simetris, ukuran telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik. Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir lembab dan simetris, keadaan lidah bersih, pita suara baik. Posisi trachea medial, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba. Akral hangat, warna kulit sawo matang. Kelembaban kulit baik, dan tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan payudara dan ketiak didapat ukuran dan bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan, payudara berwarna putih, aerola berwarna hitam, aksila dan clavicula normal, tidak ada kelainan Pengkajian ini di dapat dari hasil wawancara kepada klien. Pada pemeriksaan thoraksdada normal, simetris, pernapasan frekuensi irama 22 kalimenit dan tidak ada tanda kesulitan saat bernapas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal, suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara napas vesikuler dan tidak ada suara tambahan. Pada pemeriksaan kelamin tidak ada kelaianan genitalia dan anus Pengkajian ini didapat dari hasil 23 wawancara kepada klien. Pada pemeriksaan muskuloskeletal kesimetrisan, kekuatan otot, edema otot tampak simetris, tidak ada edema. Pasien dapat merasakan sentuhan, getaran, panas, dingin dan tajam tumpul. 3. Biodata Ny. Y a. Seorang perempuan Ny.Y berusia 49 tahun sudah menikah, agama islam. Bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD, yang beralamt di Jl. SM. Raja Gg. Jadi b. Ny.Y Mengatakan untuk memulai tidur pada malam hari sulit, klien mengatakan sakit kepala, kurang aktivitas pada siang hari . c. Riwayat kesehatan saat ini Ny.Y mengatakan saat ini mempunyai penyakit hipertensi, Penyakit ini sudah dialami klien semenjak klin berumur 45 tahun. Klien sering mengeluh sakit di bagian tekuk dan sakit kepala ketika tekanan darah naik. d. Riwayat kesehatan masa lalu Ny.Y tidak memiliki riwayat kesehatan pada masa lalu, hanya saja klien mempunyai penyakit hipertensi e. Riwayat kesehatan keluarga Saat dilakukan pengkajian, orang tua dari Ny.Y mempunyai riwayat hipertensi. Sehingga mempunyai penyakit keturunan dari orang tua f. Riwayat sehari-hari a. Pesepsi klien terhadap sehat sakit Ny.Y mengatakan bahwa dirinya sehat jika ia dapat melakukan kegiatan aktivitas sehari-hari yang biasa ia lakukan, sedangkan sakit adalah ketika saat klien lemah dan tidak mampu mellakukan kegiatan sehari-hari yang biasa ia lakukan b. Kebiasaan Ny.Y memiliki kebiasaan menonton TV bersama anaknya, dan juga memiliki kebiasaan untuk menemani anaknya tidur siang. c. Pola nutrisi Ny.Y makan 3 kali sehari dengan porsi besar yaitu pagi,siang, dan malam. Jenis makanan biasa yaitu: nasi, lauk, sayur. Klien juga 24 memiliki kebiasaan ngemil pada siang dan malam hari, dan tidak memiliki kesulitan unruk makan. d. Pola istirahat dan tidur Ny.Y mulai masuk kamar 22:00 WIB, tetapi klien susah untuk memulai tidur. Klien berusaha untuk memulai tidur dengan cara menghayal, tetapi klien mengatakan dengan cara itu pun tidak bisa. Sehingga klien mengatakan bahwa klien tidur pukul 01:00 gagi dan kadang cepat bangun. Sehingga klien hanya bisa tidur 5 jam setiap malam. e. Pola Eliminasi a Pola eliminasi BAK Ny. Y mengatakan BAK lancar, tidak ada hambatan, dan tidak ada rasa nyeri pada saat berkemih, 5-7 kalihari, warna urin jernih kekuningan tidak ada riwayat penyakit ginjal. b Pola eliminasi BAB Frekuensi buang air besar 1 kalihari yaitu pada pagi hari, BAB lancar dan tidak susah mengedan. f. Ny. Y jarang melakukan olahrahga, hanya saja kadang-kadang berjalan sekitar rumah bersama anaknya. g. Kemampuan Ny. Y adalah membersihkan rumah dan memasak h. Ny. Y mengatakan biasanya menonton TV bersama anaknya, untuk rekreasi dilakukan keluarga untuk mengunjungi keluarga minimal 1 kali sebulan g. Riwayat psikologi Ny. Y mengatakan cemas dengan penyakit hipertensinya dan gangguan kebutuhan tidur yang di alami klien e. Ny. Y mengikuti acara perwiritan setiap hari jumat yang dilakukan dirumah warga lingkungan I tersebut. f. Riwayat spiritual dan kultural Ny. Y menganut agama islam dan klien mengatakan selalu sholat lima waktu. 25 h. Status mental Dari hasil pengkajian didapat kondisi perasaan klien stabil, ingatan pasien kuat. i. Secara umum didapati pasien sadar. Tekanan darah 15090 mmHg, pernapasan 22 kalimenit, nadi 87 kalimenit dansuhu tubuh klien 36,0 C. Berat badan klien 60 kg dan tinggi badan klien 152 cm. Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati bentuk kepala bulat dan simetris, ubun-ubun tidak ada benjolan. Penyebaran rambut merata dan keadaan rambut bersih. Pada pemeriksaan wajah, warna kulit pasien sawo matang dengan struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra merah muda, lembab, konjungtiva merah muda, sklera putih, pupil isokor dan hitam, kornea dan iris bening, ketajaman penglihatan baik tekanan bola mata baik. Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung simetris, posisi septum nasi di tengah, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada pernapasan menggunakan cuping hidung. Bentuk daun telinga normal dan simetris, ukuran telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik. Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir lembab dan simetris, keadaan lidah bersih, pita suara baik. Posisi trachea medial, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba. Akral hangat, warna kulit sawo matang. Kelembaban kulit baik, dan tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan payudara dan ketiak didapat ukuran dan bentuk payudara simetris, tidak ada benjolan, payudara berwarna putih, aerola berwarna hitam, aksila dan clavicula normal, tidak ada kelainan Pengkajian ini di dapat dari hasil wawancara kepada klien. Pada pemeriksaan thoraksdada normal, simetris, pernapasan frekuensi irama 22 kalimenit dan tidak ada tanda kesulitan saat bernapas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal, suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara napas vesikuler dan tidak ada suara tambahan. Pada pemeriksaan kelamin tidak ada kelaianan genitalia dan anus Pengkajian ini didapat dari hasil wawancara kepada klien. Pada pemeriksaan muskuloskeletal kesimetrisan, kekuatan otot, edema otot tampak simetris, tidak ada edema. Pasien dapat merasakan sentuhan, getaran, panas, dingin, dan tajam tumpul. 26

3.2 Analisa Data No

Data Penyebab Masalah Keperawatan 1 Dari hasil pengkajian di dapat data: Data Subjektif: - Klien mengatakan tempat tinggalnya dilingkungan yang ramai - Klien mengatakan tidak bisa tidur karena suhu kamar telalu panas, cahaya terlalu terang, tempat tidur kurang nyaman Data objektif: - Hipertensi TTV TD: 14090 mmHg HR: 87 xmenit RR: 22 xmenit T: 36,5 o C - Lingkungan klien tampak padat penduduk Tempat tidur klien tampak berantakan Hipertensi Internal: Lingkungan suhu ruangan, tempat tidur kurang nyaman, lampu terlalu terang, suara bising Eksternal: Faktor ekonomi dan masalah dalam keluarga Gangguan pola tidur Gangguan pola tidur 2 Data Subjektif: - Klien mengatakan sakit dibagian tekuk leher dan kepala - Klien mengatakan kurang tidur Klien cemas akibat adanya masalah keluarga Hipertensi Stress Nyeri Perubahan kualitas tidur 27 Data objektif: - Hipertensi TTV TD: 180100 mmHg HR: 86 xmenit RR: 20 xmenit T: 36,2 o C - Jam tidur biasanya klien 7 jam - Jam tidur ketika hipertensi klien kambuh 4 jam Kurang tidur Perubahan kualitas tidur

3.3 Rumusan Masalah

1. Gangguan pola tidur 2. Perubahan kualitas tidur Diagnosa Keperawatan Prioritas 1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan suhu ruangan panas, tempat tidur kurang nyaman, lampu terlalu terang, suara bising 2. Perubahan kualitas tidur berhubungan dengan faktor psikologis: cemas, nyeri. 28

3.4 Perencanan Hari

Tanggal Diagnosa Rencana Tindakan Selasa, 17 Mei 2016 Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan suhu ruangan panas tempat tidur tidak nyaman, lampu terlalu terang, suara bising Tujuan: Masalah gangguan istirahat tidur klien dapat teratasi Kriteria Hasil: 1. Klien tidur malam ± 7 jam 2. Tidak ada keluhan insomnia 3. Tidak ada tanda-tanda kurang tidur lingkaran hitam dimata, lesu, menguap terus 4. Klien melakukan tindakan-tindakan yang mempercepat tidur Rencana Tindakan Rasional 1. Kaji pola tidur klien 2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat kepada klien dan keluarga 3. Identifikasi penyebab gangguan tidur klien 4. Fasilitas klien untuk tidur yang adekuat: rubah posisi tidur klien sesuai kondisi 5. Ciptakan lingkungan yang tenang 6. Kurangi kebisingan 7. Hindari suara keras 8. Atur suhu ruangan 9. Atur cahaya lampu 1. Menentukan rencana keperawatan 2. Untuk memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan 3. Mengatur pola tidur 4. Meningkatkan tidur 5. Mengurangi gangguan tidur 6. Mengurangi gangguan tidur 7. Mengurangi gangguan tidur 8. Meningkatkan tidur 9. Meningkatkan tidur 29 10. Anjurkan klien untuk membersihkan tempat tidur 10. Meningkatkan tidur Perubahan kualitas tidur berhubungan dengan faktor Psikologis: cemas, nyeri Tujuan: Mempertahankan pola tidur dalam batas rentang normal ±7 jam tanpa terputus-putus Kriteria Hasil: 1. Klien mampu menunjukkan pola tidur dalam batas rentang normal ±7 jam 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab ansietas Rencana Tindakan Rasional 1. Kaji penyebab ansietas 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 3. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab ansietasnya 4. Pantau pola tidur klien 5. Kaji tingkat aktifitas klien 6. Kaji gangguan pola tidur yang langsung berhubungan dengan rasa takut dan ansietas tertentu 7. Berikan lingkungan yang tenang dengan tingkat stimulus yang rendah 1. Untuk mendapatkan informasi 2. Untuk mendapatkan informasi 3. Untuk mendapatkan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan 4. Menentukan rencana keperawatan 5. Meningkatkan pola tidur 6. Meningkatkan tidur 30 8. Sebelum tidur berikan tindakan keperawatan yang mendukung tidur seperti minum hangat dan latihan relaksasi 9. Cegah minuman yang mengandung kafein seperti teh, kopi dan yang mengandung gas seperti sprite cola-cola dll 10. Lakukan massage punggung 11. Anjurkan klien mengonsumsi makanan yang mengandung triptofan yaitu: susu kedelai, tahu, kacang- kacangan,biji-bijian, ikan, telur 12. Anjurkan klien untuk kepelayanan kesehatan 13. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat 14. Jelaskan pada klien penyebab nyeri 15. Lakukan teknik nonfarmakologis relaksasi dan massage punggung 7. Menggurangi gangguan tidur 8. Mengurangi gangguan tidur 9. Menggurangi gangguan tidur 10. Meningkatkan tidur 11. Meningkatkan tidur 31

3.5 Implementasi dan Evaluasi Hari

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Rabu, 18 Mei 2016 Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan suhu ruangan panas tempat tidur tidak nyaman, lampu terlalu terang, suara bising 1. Mengkaji pola tidur klien 2. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat kepada klien dan keluarga 3. Mengidentifikasi penyebab gangguan tidur klien 4. Menganjurkan klien untuk tidur yang adekuat: rubah posisi tidur klien sesuai kondisi 5. Menciptakan lingkungan yang tenang 6. Mengurangi kebisingan 7. Menghindari suara keras 8. Mengatur suhu ruangan 9. Mengatur cahaya lampu 10. Menganjurkan klien untuk membersihkan tempat tidur S: Klien mengatakan dapat tidur nyenyak di malam hari O: Tidak ada tanda-tanda kurang tidur TTV TD: 12080 mmHg HR: 86 xmenit RR: 20 xmenit T: 36,0 o C A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan 32 Perubahan kualitas tidur berhubungan dengan faktor psikologis: cemas, nyeri 1. Mengkaji penyebab ansietas 2. Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 3. Membantu klien untuk mengungkapkan penyebab ansietasnya 4. Memantau pola tidur klien 5. Mengkaji tingkat aktifitas klien 6. Mengkaji gangguan pola tidur yang langsung berhubungan dengan rasa takut dan ansietas tertentu 7. Membuat lingkungan yang tenang dengan tingkat stimulus yang rendah 8. Memberikan tindakan keperawatan yang mendukung tidur seperti minum hangat dan latihan relaksasi, dengan cara: duduk tegak tidak ada gerakan fisik, mata terpejam, telapak tangan menutup dan S: Klien mengatakan malam hari sudah dapat tidur nyenyak Klien mengatakan tidak terbangun- bangun pada saat tidur O: Klien tidur malam 7 jam TTV TD: 14080 mmHg HR: 87 xmenit RR: 22 xmenit T: 36,6 o C A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan 33 menempel diatas paha dan bernapas normal selama 5-10 menit 9. Mencegah minuman yang mengandung kafein seperti teh, kopi dan yang mengandung gas seperti sprite, coca-cola dll 10. Melakukan massage punggung 11. Menganjurkan klien mengonsumsi makanan yang mengandung triptofan yaitu: susu kedelai, tahu, kacang- kacangan,biji-bijian, ikan, telur 12. Menganjurkan klien untuk ke pelayanan kesehatan 13. Meningkatkan istirahat dan tidur yang adekuat 14. Menjelaskan pada klien penyebab nyeri 15. Melakukan teknik nonfarmakologis relaksasi dan massage punggung 34

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan Mayoritas klien mengalami total tidur kurang dari 5 jam, waktu memulai tidur kuarang lebih 30 menit, frekuensi terbangun 3 kali atau lebih, tidur tidak nyenyak, tidak merasa segar pada saat bangun pagi di pagi hari, tidur tidak puas dan mengantuk di siang hari. Secara umum kualitar tidur klien buruk. Gangguan tidur utama dari faktor fisik adalah nyeri di belakang leher pada saat tekanan darah klien tinggi. Faktor psikologis adalah cemas akibat penyakit yang diderita klien. Sedangkan dari lingkungan suara bising, suhu ruangan panas, lampu terlalu terang menggangu tidur klien. Kemudian setiap klien kurang tidur maka tekanan darah klien meningkat Hipertensi sehingga kualitas tidur klien semakin memburuk dan menyebabkan nyeri di daerah tekuk leher. Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan semua orang. Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Dengan pola istirahat dan tidur yang baik, benar, dan teratur akan memberikan efek yang baik terhadap kesehatan. Kemudian disinilah kita dapat mengetahui tanda dan gejala dari pola tidur yang baik sehingga setelah mendapatkan pengetahun mengenai istirahat tidur maka klien sudah dapat melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya pola tidur yang tidak baik. Hipertensi disebut juga pembunuh diam-diam sebab sering tanpa dibarengi tanda atau gejala yang memberi peringatan akan adanya masalah. Hipertensi atau darah tinggi merupakan tekanan darah yang meninggkat dari hasil pengkajian dari klien, jika tensi klien meningkat maka keluhan utama klien adalah nyeri dibagian tekuk leher. Terkadang membuat klien lemas lesu sehingga mengurangi aktivitas yang berat. Hipertensi adalah penyakit yang tidak dapat di sembuhkan namun dapat dikontrol. Dari pola diet dan yang paling utama adalah olahraga. Karena jika hipertensi ini dibiarkan begitu saja atau klien tidak dapat mengontrol tekanan darahnya maka akan berakibatkan fatal seperti dapat mengakibatkan penyakit 35 jantung, stroke, hingga sampai dengan kematian.Sehingga klien harus memulai pola hidup yang sehat dan bersih. Dari seluruh uraian, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu, pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian yang penulis angkat pada kasus klien terdiri atas pengumpulan data, perumusan masalah klien, analisa data subjektif yaitu klien mengatakan sakit dibagian tekuk leher dan kepala ketika hipertensinya kambuh, tempat tinggal klien di lingkungan yang ramai, klien tidak bisa tidur karena suhu kamar terlalu panas, cahaya terlalu terang, tempat tidur kurang nyaman dan data objektif klien tidak bisa tidur karena suhu kamar terlalu panas, cahaya terlalu terang, tempat tidur kurang nyaman, lingkungan klien tampak padat penduduk, tempat tidur klien tampak berantakan. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian. Diagnosa yang penulis angkat pada kasus klien adalah gangguan pola tidur. Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan pada permasalahan yang di hadapi yaitu klien mampu tidur pada malam hari tanpa adanya gangguan. Intervensi adalah merencanakan kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan yang akan perawat lakukan adalah menjelaskan tidur pada malam hari. Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai perencanaan yaitu membina hubungan saling percaya, menanyakan apakah klien sudah bisa tidur pada malam hari tanpa adanya gangguan, perawat mengatakan akan memberi bagaimana cara membuat klien untuk tidur nyaman tanpa adanya gangguan dengan cara mengatur suhu ruangan dan cahaya lampu klien kemudian membersihkan tempat tidur, mengurangi kebisingan. Evaluasi adalah menilai hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Dan pada kasus ini, masalah keperawatan yang teratasi yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan suhu ruangan panas tempat tidur tidak nyaman, lampu terlalu terang, suara bising di tandai denganklien sudah mampu tidur tanpa adanya gangguan pada malam hari. Pada data subjektif klien mengatakan sudah dapat tidur nyenyak pada malam hari, dan data objektif adalah tidak ada tanda-tanda kurang tidur pada klien. Masalah keperawatan yang belum diatasi yaitu Perubahan kualitas tidur berhubungan dengan faktor psikologis: 36 cemas, nyeri ditandai dengan klien masih memikirkan bagaimana cara untuk mengatasi masalah ekonomi di dalam keluarga klien sehingga klien masih cemas.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengambil saran dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan, sebagai berikut: 1. Institusi Pendidikan Diharapkan kepada Institusi Pendidikan untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan mahasiswa, menyediakan buku-buku lebih banyak tentang masalah kebutuhan dasar istirahat tidur serta khususnya mempersiapkan mahasiswa sebelum praktik di lapangan dan penempatan praktik sesuai dengan sasaran. 2. Pelayanan Kesehatan Karya Tulis Ilmiah KTI ini dapat menjadi masukkan bagi pelayanan kesehatankeperawatan puskesmas dan di masyarakat untuk mendukung pemenuhan kebutuhan istirahat tidur klien dirumah. 3. Masyarakat Hasil implementasi Karya Tulis Ilmiah KTI ini dapat memberikan masukan dan pegertian terapinya pemenuhan kebutuhan dasar istirahat tidur bagi klien dimana melalui program edukasi. 1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal dan proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh Alimul, 2006. Kebutuhan aktivitas istirahat dan tidur merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling memengaruhi Tarwoto Wartonah, 2010. Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan Alimul, 2006. Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar Alimul, 2006. Tidur merupakan suatu proses yang sangat diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang rusak natural healing mechanisme, memberi waktu organ-organ tubuh untuk beristirahat dan menjaga keseimbangan metabolisme dan kimiawi tubuh tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur, keadaan tidur yang normal dapat berubah, perubahan keadaan tidur ini dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan non fisiologis faktor fisiologi yaitu penyakit fisik sedangkan faktor non fisiologis yaitu obat-obatan dan substansi, gaya hidup, pola tidur yang biasa 2 dan mengantuk berlebihan pada siang hari, stress emosional, lingkungan, latihan fisik dan kelelahan serta asupan makanan dan kalori Potter Perry, 2005. Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun Alimul, 2006.Pada dewasa pertengahan kualitas tidur berubah menjadi 7 jam perhari, 20 tidur REM, mengkin mengalami insomnia dan sulit tidur Asmadi, 2008. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahattenang. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan. Sampai saat ini, hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia Menkes,2013. Kualitas tidur yang baik dapat mencegah kejadian hipertensi. Apabila terjadi kekurangan waktu tidur akan secara akut menaikan tekanan darah dan mengaktivasi sistem saraf simpatis yang dalam jangka waktu lama hal tersebut akan memicu terjadinya hipertensi.Sehingga dampak dari pola tidur dapat menyebabkan penyakit, salah satunya adalah penyakit hipertensi. Hipertensi dapat mempengaruhi pola tidur di buktikan dengan penelitian bahwa 24 dari responden berusia antara 32-59 tahun tidur selama 5 jam atau kurang dalam semalam dapat mengalami hipertensi, sedangkan responden yang tidur 7-8 jam semalam, hanya 12 mengalami hipertensi Gangwisch et al,2006.

Dokumen yang terkait

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur: Gangguan Pola Tidur pada Kasus Post Partum di Kelurahan Siti Rejo II Kecamatan Medan Amplas

0 4 41

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur: Gangguan Pola Tidur pada Kasus Post Partum di Kelurahan Siti Rejo II Kecamatan Medan Amplas

0 0 6

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur: Gangguan Pola Tidur pada Kasus Post Partum di Kelurahan Siti Rejo II Kecamatan Medan Amplas

0 0 1

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur: Gangguan Pola Tidur pada Kasus Post Partum di Kelurahan Siti Rejo II Kecamatan Medan Amplas

0 0 3

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur: Gangguan Pola Tidur pada Kasus Post Partum di Kelurahan Siti Rejo II Kecamatan Medan Amplas

0 0 25

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur: Gangguan Pola Tidur pada Kasus Post Partum di Kelurahan Siti Rejo II Kecamatan Medan Amplas

0 0 1

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur di Kelurahan Siti Rejo II Kecamatan Medan Amplas

0 0 6

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur di Kelurahan Siti Rejo II Kecamatan Medan Amplas

0 0 3

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur di Kelurahan Siti Rejo II Kecamatan Medan Amplas

0 0 1

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur di Kelurahan Siti Rejo II Kecamatan Medan Amplas

0 0 19