reaksi. Akan tetapi, setelah konsentrasi substrat dinaikkan lebih lanjut, laju reaksi akan mencapai titik jenuh dan tidak bertambah lagi.
2.3 Pemurnian Protein
Pemurnian pemekatan protein menggunakan amonium sulfat adalah metode yang sering digunakan karena memiliki daya larut tinggi di dalam air, relatif murah,
dan kestabilan protein di dalam larutan amonium sulfat 2 M – 3 M tahan bertahun- tahun. Pemilihan amonium sulfat didasarkan pada kelarutan protein yang berinteraksi
polar dengan molekul air, interaksi ionik protein dengan garam dan daya tolak menolak protein yang bermuatan sama. Kelarutan protein pada pH dan suhu
tertentu yang meningkat akan menaikan konsentrasi garam salting in. Penambahan garam dengan konsentrasi tertentu akan membuat kelarutan protein menurun salting
out . Molekul air yang berikatan dengan ion-ion garam akan menyebabkan semakin
banyak terjadinya penarikan selubung air yang mengelilingi permukaan protein sehingga mengakibatkan protein saling berinteraksi, beragregasi, dan kemudian
mengendap Harris 1989. Presipitasi protein dalam ekstrak dapat dicapai dengan penambahan garam,
larutan organik, atau polimer organik, atau variasi suhu atau pH pada larutan. Agen yang sering digunakan dalam presipitasi tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Agen presipitasi
Agen Tipe Karakteristik
Amonium sulfat Garam
Mudah larut, stabil Sodium sulfat
Garam Mudah larut, stabil
Etanol Solvent
Mudah terbakar, beresiko untuk terdenaturasi
Aseton Solvent
Mudah terbakar, beresiko untuk terdenaturasi
Polietilen glikol Solvent
Bermuatan, tidak mudah terbakar
Sumber: Marshak 1996
Keberhasilan proses presipitasi untuk purifikasi protein tergantung pada beberapa faktor. Pertama, konsentrasi total protein harus cukup tinggi untuk cepat
agregat prosedur dan hasil endapan. Konsentrasi garam yang sangat rendah, akan membuat terbentuknya agregat secara kinetis tidak akan menguntungkan, ukuran
agregatnya terlalu kecil untuk dikumpulkan dengan sentrifugasi. Kedua, aktivitas protein yang diinginkan harus dijaga selama proses pengendapan, sehingga diperoleh
protein aktif. Efek pengendapan yang sama akan terjadi apabila protein terdenaturasi. Konsentrasi garam yang tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein Pace et al.
1989 diacu dalam Marshak 1996. Sampel protein yang telah mengendap kemudian dibersihkan dari garam
pengotor dengan cara dialisis. Garam yang berlebih di dalam sampel dapat dihilangkan dengan cara menempatkan sampel di dalam kantung membran dialisis
semipermeabel yang direndam di dalam larutan buffer. Molekul yang berukuran kecil akan keluar melalui membran, sedangkan molekul yang besar akan tertahan di
dalam membran dialisis. Ukuran pori kantung dialisis yang terbuat dari bahan selulosa asetat ini dinyatakan dalam satuan dalton, yang menunjukkan berat molekul
minimum yang dapat tertahan di dalam membran Harris 1989.
2.4 Elektroforesis