Keekspresifan Metafora LANDASAN TEORI

C. Keekspresifan Metafora

Dalam kemetaforaan terdapat beberapa kemiripan atau keserupaan antara dua referen atau elemen kesamaan antara tenor dan wahananya dapat bersifat objektif, perseptual dan kultural. Bersifat objektif berarti memiliki hubungan kesamaan wujudiah atau berwujud dan realistis dianggap benar atau nyata,bersifat perseptual emotif dan kultural berarti memiliki kesamaan atau kemiripan menurut persepsi atau emosi berdasarkan khasanah budaya seorang penutur Edi Subroto 1989: 4. Jika jarak antara tenor dan wahana itu berdekatan, artinya kemiripan kesamaan antara dua referen nyata dan berwujud, maka akan menciptakan metafora yang kurang ekspresif karena kemiripannya begitu jelas Edi Subroto,1996: 39. Contoh metafora ini misalnya panamaan kumis kucing dan lidah buaya. Kumis kucing dan lidah buaya adalah bentuk-bentuk metafora dengan bentuk benda aslinya yaitu bulu-bulu yang tumbuh di bawah hidung seekor kucing, dan bentuk lidah buaya merupakan salah satu bagian mulut dari seekor buaya. Faktor tertentu dalam keekspresifan dan keefektifan metafora adalah jarak antara tenor dan wahana, atau oleh Dr. Sayee disebut sudut bayang angel of image. Manakala jarak antara tenor dan wahana begitu dekat, artinya kemiripan antara dua referent begitu nyata dan berwujud maka menciptakan metafora yang konvensional. Misalnya punggung bukit, kaki gunung, kaki meja, dan sebagainya. Edi Subroto,1989: 4. Adapun keserupaan maupun kemiripan sekaligus perbedaan dari suatu referen dapat diketahui dengan metode analisis komponen, seperti dalam Edi Subroto 1996: 33 yaitu : Yang dimaksud dengan metode analisis komponen dalam semantik adalah menguraikan atau proses mengurai a process of breaking down arti konsep suatu kata ke dalam komponen maknanya atau ke dalam semantik featurenya. Feature semantik atau ciri semantik dari sebuah kata adalah seperangkat ciri pembeda arti yang bersifat hakiki yang benar-benar mewakili dan diperlukan untuk membedakan unit leksikal yang satu dari unit leksikal yang lain yang seranah atau sedomain. Misalnya kata kaki manusia dan kaki meja dapat dianalisis sebagai berikut. Kaki manusia Kaki meja - bagian dari tubuh manusia - terbentuk dari daging dan tulang - untuk berdiri dan berjalan - bagian dari meja - terbuat dari kayu atau besi - untuk berdiri + benda konkret + bagian di bawah + sebagai penyangga atasnya + benda konkret + bagian bawah + sebagai penyangga bagian atasnya Dari analisis di atas diketahui adanya keserupaan atau kemiripan makna yaitu ‘sama-sama benda konkret, sama-sama bagian terbawah dan sama-sama berfungsi sebagai penyangga bagian atasnya’. Dari kaki manusia dapat diterapkan pada bagian meja. Semakin jauh jarak antara tenor dan wahananya, maka metafora tersebut semakin ekspresif. Apabila jarak antara tenor dan wahananya dihayati berdasarkan persepsi si pengarang atau berdasarkan persamaan emosional seseorang maka akan memberikan daya ekspresif yang kuat serta memberikan keterkejutan dan ketegangan yang tinggi, sehingga metafora yang demikian cenderung bersifat individual yang original Edi Subroto,1989: 3. Kemiripan emotif memiliki daya ekspresif yang kuat dan tinggi sehingga pada metafora yang emotif akan sulit menemukan adanya hubungan antara tenor dan wahananya atau tingkat kemiripan yang samar-samar. Contoh dari metafora yang berdaya ekspresif tinggi dalam Edi Subroto,1996: 39 yaitu : Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi Balada Terbunuhnya Atmo Karpo Rendra. Kata menginjak dengan keras bumi dinyatakan dengan menebah yang mengasosiasikan gerakan yang keras dan bertenaga sehingga seluruh isi bumi akan merasakannya. Demikian pula bumi dengan seluruh isinya dinyatakan dengan perut bumi.

D. Macam–Macam Metafora