PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder)

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Attention Deficit Hiperactivity

Disorder (ADHD) merupakan suatu

gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur
perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan
(Martin, 2008). Faktor penyebabnya meliputi faktor keturunan, kerusakan janin
prakelahiran, makanan, dinamika keluarga dan lingkungan fisik. Gangguan ini
diperkirakan antara kurang dari 1% hingga 5% (Santrock, 2002a).
Tanda-tanda adanya gangguan ADHD sebenarnya sudah dapat dideteksi
sejak anak masa prasekolah. Kurangnya atensi, hiperaktif dan kompulsif
merupakan tanda-tanda yang langsung dapat ditangkap adanya gangguan pada
anak, misalnya saja anak tidak suka atau kehilangan minat untuk bermain, berlari
kesana-kemari dan tidak dapat mengontrol keinginannya untuk menyentuh
benda-benda disekitarnya.

Martin (2008) mengungkapkan anak-anak dengan gangguan perhatian
beresiko tinggi untuk gagal di sekolah. Sembilan puluh persen siswa pengidap
ADHD kurang berprestasi di sekolah. Lebih kurang separuh dari jumlahnya
pernah tinggal kelas. Sekitar 20% lainnya bermasalah dalam membaca.
Kesulitan-kesulitan menulis yang serius terjadi pada sebagian besar siswa ini.
Sekitar sepertiga drop-out sebelum lulus sekolah menengah atas. Sedikit sekali,
mungkin hanya 5 %, yang menyelesaikan kuliah selama empat tahun di
perguruan tinggi.
Judarwanto (2004), mengungkapkan bahwa angka kejadian kelainan ini
adalah sekitar 3 – 10%, di Ameriksa serikat sekitar 3-7% sedangkan di negara
Jerman, Kanada dan Selandia Baru sekitar 5-10%. Diagnosis and Statistic
Manual (DSM IV) menyebutkan prevalensi kejadian ADHD pada anak usia
sekolah berkisar antara 3 hingga 5 persen. Di Indonesia angka kejadiannya masih
belum angka yang pasti, meskipun tampaknya kelainan ini tampak cukup banyak
terjadi. Terkadang seorang anak hanya dianggap 'nakal' atau 'bandel' dan 'bodoh',
1

2

sehingga seringkali tidak ditangani secara benar, seperti dengan kekerasan yang

dilakukan oleh orang

tua dan guru akibat dari kurangnya pengertian dan

pemahaman tentang ADHD. Terdapat kecenderungan lebih sering pada anak
laki-laki dibandingkan anak perempuan. Secara epidemiologis rasio kejadian
dengan perbandingan 4 : 1. Namun tampaknya semakin lama tampaknya
kejadiannya semakin meningkat saja. Sering dijumpai pada anak usia pra sekolah
dan usia sekolah, terdapat kecenderungan keluhan ini akan berkurang setelah
usia Sekolah Dasar. Meskipun tak jarang beberapa manifestasi klinis tersebut
dijumpai pada remaja

atau

orang dewasa.

ADHD

adalah gangguan


perkembangan yang mempunyai onset gejala sebelum usia 7 tahun. Setelah usia
anak, akan menetap saat remaja atau dewasa. Diperkirakan penderita ADHD
akan menetap sekitar 15-20% saat dewasa. Sekitar 65% akan mengalami gejala
sisa saat usia dewasa atau kadang secara perlahan menghilang. Angka kejadian
ADHD saat usia dewasa sekitar 2-7%. Predisposisi kelainan ini adalah 25 persen
pada keluarga dengan Ibu yang membakat.
Sementara dalam Seputar Indonesia (2010, 12 Januari) dinyatakan bahwa di
Amerika Serikat (AS), sekitar 2–10 persen populasi anak sekolah menderita
ADHD. Sementara di Indonesia, dalam populasi anak sekolah, ada 2–4 persen
anak yang menderita ADHD. Namun di kota-kota besar, seperti Jakarta,
persentasenya bisa lebih tinggi lagi. Minimal ada lebih dari 10 persen anak
penderita ADHD, dan yang agak memprihatinkan, diperkirakan akan ada sekitar
7.000 kasus baru setiap tahunnya.
ADHD muncul pada masa kanak-kanak awal. Biasanya mulai timbul di usia
tiga tahun dan 5-13% terjadi pada anak usia sekolah. Sekitar 3-7% anak usia
sekolah dan 4% orang dewasa di Indonesia mengalami ADHD. Gangguan
psikiatri ini bersifat kronis. Lebih dari 50% akan berlanjut sampai remaja atau
dewasa. Namun 30-40% menunjukkan perbaikan dalam perhatian dan
kegiatannya. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan dengan
perbandingan 3-4:1 (Purnama, 2011).

Orang-orang yang mengidap ADHD tidak mampu mengorganisir tugas-tugas
dan pekerjaan mereka. Mereka mengalami kesulitan memerhatikan detail-detail
dan tidak mampu mempertahankan perhatian pada tugas-tugas yang diberikan.

3

Mereka juga mungkin mengalami kesulitan untuk mengabaikan berbagai
gangguan, mengawasi sesuatu, dan mengingat apa yang sedang mereka kerjakan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka yang menderita ADHD lebih
bermasalah disekolah, dengan keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
penyalahgunaan zat, mematuhi peraturan-peraturan, dan bahkan hal-hal seperti
penilangan karena ngebut dan kecelakaan mobil. (Martin, 2008).
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah
cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik
(gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan
sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi,
sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak
hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak
segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan

tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya.
Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara
kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh
pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun
menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan
anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi
kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan
bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan
merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak. (Susanto,
2011).
Ibu yang memiliki anak ADHD memiliki beberapa masalah terkait dengan
keadaan anaknya tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Ibu
yang memiliki anak ADHD, Ibu cenderung mudah marah kepada anak
dikarenakan instruksi yang diberikan Ibu tidak didengarkan oleh anak. Sehingga
Ibu merasa anaknya tidak menghiraukan apa yang di sampaikan ataupun
diinstruksikan olehnya sehingga komunikasi dan interaksi ibu dengan anak
menjadi kurang baik dan ibu jadi banyak mengeluh. Selain itu, Ibu juga
terkadang membandingkan kemampuan yang dimiliki anak baik dengan saudara

4


ataupun teman sepermainan anak. Terkadang Ibu juga marah dengan lingkungan
sosial yang melabelisasi anaknya sebagai anak nakal. Masalah-masalah tersebut
merupakan masalah yang dihadapi ibu yang belum menerima anaknya.
Ibrahim (dalam Khotimah, 2009) mengemukakan apabila dalam keluarga
terutama pada ibu ada penerimaan, maka akan dapat membantu dalam
pengasuhan dan akan mendukung perkembangan anak. Besar kecil penerimaan
oleh keluarga akan mempengaruhi pada kualitas hubungan keluarga. Terlebih
penerimaan ibu, semakin kuat perasaan keibuan pada seorang wanita, maka
semakin besar kemampuan untuk mencurahkan kasih sayang dan cintanya
kepada anaknya.
Penerimaan orang tua terhadap anak ADHD sangat berpengaruh pada
tindakan ataupun perlakuan orang tua terhadap anak itu sendiri yang secara
langsung akan mempengaruhi perkembangan anak nantinya. Seperti yang
dikatakan Malika dalam Riau Pos (2012, 26 Februari), dukungan dan penerimaan
dari orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberikan ‘’energi’’ dan
kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan khusus untuk lebih berusaha
mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan keterampilan
hidupnya. Sebaliknya, minimnya dukungan yang diterima dari orang-orang
terdekat akan membuat mereka semakin rendah diri dan menarik diri dari

lingkungan, enggan berusaha karena selalu diliputi oleh ketakutan ketika
berhadapan dengan orang lain maupun untuk melakukan sesuatu. Pada akhirnya
mereka benar-benar menjadi orang yang tidak dapat berfungsi secara sosial serta
selalu tergantung pada bantuan orang lain, termasuk dalam merawat diri sendiri.
Bagi anak berkebutuhan khusus, peran aktif orang tua

merupakan bentuk

dukungan sosial yang menentukan kesehatan dan perkembangannya, baik secara
fisik maupun psikologis.
Ketika sebuah keluarga menerima berita diagnosis ADHD, proses dukacita
pasti menyelimuti mereka. Perasaan dan reaksi yang sama timbul karena rasa
kehilangan yang mendalam, sama seperti menerima berita kematian, begitulah
gambaran emosi keluarga. Reaksi penyangkalan, perasaan bersalah, kemarahan,
depresi, dan penerimaan berputar-putar menjadi satu. Kesedihan yang mendalam,
ketakutan, ketidakberdayaan, keputusasaan, dan perasaan malu merupakan

5

sebagian dari perasaan-perasaan yang mungkin timbul pada saat ini (Martin,

2008).
Seperti dalam konteks lainnya yang hampir serupa, seseorang mungkin
terpaku pada salah satu dari sekian banyak fase emosi ini. Penyangkalan,
kemarahan, atau perasaan bersalah kronis adalah yang paling umum terjadi.
Reaksi penyangkalan yang normal misalnya, akan bisa diduga setelah
mengetahui adanya ADHD pada seorang anak. Namun, jika reaksi tersebut
berlanjut selama berbulan-bulan, bukan berhari-hari, maka kemajuan dan
kesehatan orang tua maupun anak akan terancam. (Martin, 2008).
Tentu bukan merupakan suatu hal yang mudah bagi seorang ibu untuk dapat
menerima keadaan anaknya yang mengalami ADHD. Untuk mencapai sebuah
penerimaan, ada beberapa tahapan yang akan dilalui ibu, yang mana tahapan
tersebut sesuai dengan teori penerimaan (acceptance) Kubbler-Ross (dalam
Santrock, 2002b), yakni: penolakan dan isolasi, kemarahan, tawar-menawar,
depresi dan penerimaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana proses penerimaan ibu yang memiliki anak ADHD.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses penerimaan ibu yang memiliki anak penderita ADHD?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penerimaan ibu yang
memiliki anak penderita ADHD.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memperdalam, memperkaya
dan menambah khazanah keilmuan, khususnya di bidang Psikologi Klinis
mengenai penerimaan ibu yang memiliki anak penderita ADHD.

6

2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kepada ibu
yang memiliki anak penderita ADHD. Sehingga hasil penelitian ini dapat
dijadikan rujukan bagi para ibu yang memiliki anak ADHD khususnya untuk
bagaimana bersikap terhadap anak ADHD dan menyadari betapa pentingnya
penerimaan ibu bagi anak.

PENERIMAAN IBU TERHADAP ANAK ADHD

(Attention Deficit Hiperactivity Disorder)

SKRIPSI

Oleh:
I Made Dwi Widya Permana
08810041

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan KuasaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Penerimaan Ibu Terhadap Anak ADHD”, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dr. Diah Karmiyati, M.Si dan M. Salis Yuniardi, M.Psi selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Dra. Djudiyah, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan
memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi
ini.
4. Oma Wiwik Wiyono dan Dwi Santri Pryambadani yang telah membantu
mencarikan subjek dalam penelitian ini.
5. Ibu Arie R dan Ibu Yulia yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.
6. Ibu Dian, Ibu Yossi, dan Ibu Mila Retnaningsih yang telah bersedia
menjadi significant other.
7. Seluruh keluarga penulis (Ayah, Ibu, Kakak, Adik beserta keluarga besar)
yang selalu memberi dukungan, do’a dan kasih sayang sehingga penulis
memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Sri Rahayu yang telah memberi semangat sehingga penulis memiliki
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2008 khususnya kelas A yang selalu memberikan
semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

i

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

i

INTISARI...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

1

B. Rumusan Masalah .............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penerimaan Orang Tua ......................................................................

7

1. Definisi .......................................................................................

7

2. Tahapan Penerimaan ...................................................................

8

3. Bentuk Penerimaan ..................................................................... 11
4. Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Orang Tua .................. 12
5. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Orang Tua ............................ 14
B. Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) ........................... 15
1. Definisi ....................................................................................... 15
2. Penyebab .................................................................................... 16
3. Kriteria ADHD ............................................................................ 18
4. Macam-macam Terapi bagi AnakADHD ................................... 20
C. Penerimaan Ibu Terhadap Anak ADHD ........................................... 21
D. Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ........................................................................ 23
B. Batasan Istilah ................................................................................... 23
C. Subyek Penelitian .............................................................................. 23
D. Konteks Penelitian ............................................................................ 24
E. Jenis Data, Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data ... 24

iv

1. Jenis Data .................................................................................... 24
2. Instrumen Penelitian.................................................................... 24
3. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 25
F. Prosedur Penelitian............................................................................ 25
G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 26
H. Keabsahan Data ................................................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 29
1. Deskripsi Subyek ........................................................................ 29
2. Deskripsi Data ............................................................................. 29
B. Analisis Data ..................................................................................... 37
C. Pembahasan ....................................................................................... 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 48
B. Saran-saran ........................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 49
LAMPIRAN .................................................................................................. 51

v

DAFTAR LAMPIRAN

1. Guide Interview .........................................................................................

52

2. Verbatim ....................................................................................................

54

3. Chek list penerimaan orang tua ...............................................................

101

4. Inform consent ...........................................................................................

104

5. Chek list identifikasi gangguan ADHD .....................................................

107

6. Rincian kegiatan .......................................................................................

116

vi

Daftar Pustaka

Anastri, R. 2009. Penerimaan Diri Pada Remaja Yang Memiliki Orang Tua
Berpoligami. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma,
Depok, Jawa Barat). Diakses pada tanggal 17 Oktober 2011. Diperoleh
dari:
http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/viewFile/86
4/823.
Anggraini, D. S. 2010. Studi Fenomenologis tentang Penerimaan Orangtua
terhadap Anak Autis di SLB Negri Semarang (Skripsi, Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang,
Jawa
Tengah).
Diperoleh
dari
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunim
us-gdl-dwisuswant5528&PHPSESSID=ca0aea489fb3aab69226f4ad7330b971.
Davison, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2010). Psikologi Abnormal (ed.
kesembilan). (Terj. N. Fajar). Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Handayani, N. (2011). Penerapan Prinsip Operant Conditioning dalam
Mengurangi Perilaku Mengganggu Teman Sebaya pada Anak ADHD
(Attention Deficit Hyperaktive Disorder) (Skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadyah Malang, Jawa Timur).
Judarwanto, W. (2004). Deteksi Dini ADHD (Attention Deficit Hyperactive
Disorders). Diakses pada tanggal 18 Desember 2011. Diperoleh dari:
http://puterakembara.org/rm/adhd2.shtml.
Khotimah, N. (2008). Penerimaan Ibu Yang Memiliki Anak Tunarungu (Skripsi,
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat). Di
akses pada tanggal 17 Oktober 2011. Diperoleh dari:
http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/view/440/39
7.
Laurent, J. (2011). Acceptance Of Parents On Children Psoriasis (Skripsi,
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat).
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2011. Diperoleh dari:
http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/viewFile/96
3/920.
Malika, A. (2012 , 26 Februari). Penerimaan Orang tua, Energi untuk Anak. Riau
Pos. Diakses pada tanggal 28 Februari 2012. Diperoleh dari:
http://www.riaupos.co/spesial.php?act=full&id=271&kat=4
Martin, G. L. (2008). Terapi untuk Anak ADHD. (Terj. T. Hendy). Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer.

vii

Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif (Ed. revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nuswantari, M. (2010). Modifikasi Perilaku pada Anak dengan Gejala ADHD
melalui Terapi Bermain Angklung (Skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadyah Malang, Jawa Timur).
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development
(Perkembangan Masa Hidup, jil. 2) (ed. kesepuluh). (Terj. B.
Marswendy). Jakarta: Salemba Humanika.
Purnama, D. A. (2011). Ayo Kenali dan Pahami Anak Anda. Diakses pada tanggal
18 Desember 2011. Diperoleh dari:
http://www.tanyadokteranda.com/anak/2011/09/ayo-kenali-dan-pahamiadhd-anak.
Rachmayanti, S. (2007). Gambaran Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak
Autisme serta Perannya Dalam Terapi Autisme (Skripsi, Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat). Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2011. Diperoleh dari:
http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/view/193/19
4
Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development (Perkembangan masa Hidup, jil.
1) (ed. kelima). (Terj. A. Chusari & J. Damanik). Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development (Perkembangan masa Hidup, jil.
2) (ed. kelima). (Terj. A. Chusari & J. Damanik). Jakarta: Erlangga.
Seputar Indonesia. (2010, 12 Januari). Hiperaktifkah Anak Anda?. Diakses pada
tanggal 18 Desember 2011. Diperoleh dari:
http://lifestyle.okezone.com/read/2010/01/12/196/293263/hiperaktifkahanak-anda.
Soleh, M. (2011). Penerimaan Keluarga Terhadap Anaknya yang Tunanetra
(Studi Kasus di Keluarga yang Memiliki Anak Tunanetra Kedua dari
Dua Bersaudara) (Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia). Diakses pada tanggal 26 Oktober 2011.
Diperoleh dari:
http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=4546.
Susanto, D. (2011). Mengenal & membimbing anak Hiperaktif. Diakses pada
tanggal
18
Desember
2011.
Diperoleh
dari:
http://pemulihanjiwa.com/mengenal-membimbing-anak-hiperaktif.html
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (ed.
kesebelas). Bandung: Alfabeta.
Wulandari, R. S. (2010). Proses Penerimaan Ibu Terhadap Anak yang Mengalami
Gangguan Penglihatan (Tunanetra) (Skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadyah Malang, Jawa Timur).

viii