Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)

(1)

ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER

(

ADHD

)

DISUSUN OLEH:

Ade Rahmawati Siregar, M.Psi, psikolog

NIP. 19810403 200502 200 1

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER

(

ADHD

)

DISUSUN OLEH:

Ade Rahmawati Siregar, M.Psi, psikolog

NIP. 19810403 200502 200 1

DIKETAHUI OLEH:

DEKAN FAKULTAS PSIKOLOGI USU

Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 19530131 198003 2 001

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena itu penulis berharap mendapat masukan dari para pembaca untuk penyempurnaan tulisan ini.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi penulis kesempatan untuk mengabdikan diri di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada para mahasiswa dan rekan-rekan sejawat di tempat penulis bekerja atas dukungan dan hangatnya persaudaraan.

Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi semua pihak.

Medan, 20 Januari 2012

Ade Rahmawati S, M.Psi, psikolog NIP. 19810314 200501 2 003


(4)

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ………... KATA PENGANTAR ……… DAFTAR ISI …………...……… BAB I. PENDAHULUAN ... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 1. Definisi ADHD………. ... 2. Pembagian Tipe dalam ADHD...……….. 3. Kriteria ADHD...………... 4. Karakteristik terkait ADHD...……….. 5. Penyebab ADHD...……….. 6. Assesmen ADHD...……….. BAB III. KESIMPULAN ...………... DAFTAR PUSTAKA ...

i ii iii 1 5 5 6 9 11 13 15 17 19


(5)

BAB I PENDAHULUAN

Attention Deficit/Hyperactivity Disorder atau yang dikenal luas dengan

istilah ADHD merupakan gangguan yang cukup banyak terjadi pada anak-anak

selama kurun waktu satu abad. Pada masa lalu para ahli klinis menyebut ADHD

dengan istilah organic drivennes, minimal brain dysfunction, hyperkinetic

syndrome atau attention deficit disorder (Conners & Jett, 2001).

Dalam beberapa tahun terakhir ini, ADHD menjadi sorotan dan perhatian

utama di kalangan medis ataupun di masyarakat umum. Berdasarkan data dari

National Institutes of Health pada tahun 1998, prevalensi kejadian ADHD di

dunia sekitar 3-10%. Di Amerika sebanyak 3-7% anak usia sekolah mengalami

masalah ini, sedangkan di negara Jerman, Kanada dan Selandia Baru sekitar

5-10%. Sementara di Asia penelitian terhadap anak ADHD masih sangat sedikit,

namun diperkirakan anak dengan masalah ADHD sekitar 3-10 % dari populasi

anak usia sekolah (Singhi & Malhi,1998). Di Indonesia hingga saat ini belum ada

perkiraan prevalensi kejadian anak yang mengalami ADHD, meskipun sebenarnya

gangguan ini cukup banyak terjadi (Judarwanto,2008). Terdapat kecenderungan

lebih banyak anak laki-laki yang mengalami ADHD dibanding anak perempuan.

Secara epidemologis rasio adalah 2:1 hingga 10:1 (Gelfand & Drew,2003).

Berdasarkan DSM IV TR (2000), seorang anak dapat dikatakan ADHD

bilaterdapat enam atau lebih gejala-gejala inattention, hyperactity- impulsivity dan

sudah berlangsung sejak usia di bawah 7 tahun dan terjadi pada setiap situasi baik


(6)

Conners & Jett (2001) mengatakan seseorang dapat dikatakan mengalami

ADHD bila ia sudah berada dalam lingkungan sekolah formal. Alasannya adalah

pada usia yang lebih muda, anak-anak memang terlihat aktif karena adanya

dorongan dalam diri mereka untuk mengekplorasi lingkungannya. Pada usia ini

anak memang belajar banyak dari lingkungannya untuk merasakan keberadaan

dirinya sendiri dalam lingkungan. Anak juga mempunyai rasa ingin tahu yang

kuat akan apa saja yang terjadi di lingkungan. Namun saat memasuki usia sekolah

formal, seorang anak dituntut untuk memiliki keterampilan lainnya antara lain

kemampuan untuk konsentrasi untuk menyelesaikan tugasnya. Dari sinilah terlihat

adanya anak-anak yang mengalami ADHD.

Wenar & Kerig (2000), juga menambahkan bahwa tidak seperti

karakteristik anak normal, anak ADHD juga memiliki keaktifan yang berlebihan

dan kehilangan orientasi dalam tugas. Sebenarnya adanya perilaku aktif, enerjik,

sangat gembira, dan berganti-ganti aktivitas yang dilakukan oleh anak adalah

sesuatu yang biasa. Hal tersebut dilakukan untuk mengeksplorasi lingkungan yang

menyenangkan bagi mereka. Akan tetapi hal ini berbeda pada anak ADHD.

Mereka cenderung mudah bosan terhadap tugas-tugas yang dikerjakan dalam

waktu lama, mudah sekali kehilangan perhatian serta bertindak tanpa berpikir

panjang dan sering sekali disertai dengan reaksi emosional seperti impulsif. Selain

itu anak ADHD juga mengalami kesulitan dalam mendengar instruksi. Mereka

sebenarnya tidak mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dijelaskan

namun lebih pada ketidakmampuan untuk mendengar sesuatu yang tidak menarik

perhatiannya dalam waktu lama. Kondisi-kondisi inilah yang kemudian disebut


(7)

Dampak dari ADHD menurut Green & Chee (1996) adalah munculnya

beberapa masalah antara lain akademik, relasi sosial serta masalah emosi dalam

penyesuaian diri dan kemampuannya. Dibandingkan dengan anak normal, anak

ADHD biasanya lebih mudah cemas dan rendah diri. Anak ADHD juga mudah

mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan ฀actor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan

rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan,

mereka mudah emosional. Hambatan-hambatan tersebut membuat anak menjadi

kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak ADHD juga

sering dipandang “nakal” atau “bandel” oleh lingkungan sehingga sering

mengalami penolakan dari keluarga maupun teman-temannya. Akibatnya anak

mengalami kegagalan bersosialisasi sehingga membuat anak merasa bahwa

dirinya buruk, tidak mampu dan ditolak lingkungan.

Sementara itu dalam bidang akademik, anak ADHD cenderung tidak

mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik.

Konsentrasinya yang mudah terganggu sehingga membuat anak tidak dapat

menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek

membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Kecenderungan berbicara sehingga mengganggu teman yang diajak berbicara dan

guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran (Green &

Chee,1996).

Berdasarkan pendahuluan tersebut penulis ingin mencoba menjelaskan apa

dan bagaimana gangguan ini sehingga dapat menambah pengetahuan serta

menghapus kesimpangsiuran yang ada selama ini di masyarakat.


(8)

BAB II


(9)

1. Definisi ADHD

Attention Deficit/Hyperactivity Disorder atau dikenal luas dengan istilah

ADHD merupakan salah satu jenis gangguan yang terjadi cukup banyak pada

anak-anak. Sattler (1987) mendefinisikan ADHD sebagai suatu sindrom perilaku

yang ditandai dengan inattention, impulsivity dan hyperactivity. Selain itu terdapat

sindrom lain yang menyertai ADHD, yaitu mood yang labil, self esteem rendah

dan toleransi rendah terhadap frustasi.

Pada tahun 2003, Gerald & Drew menambahkan bahwa perhatian anak

ADHD sering tidak terfokus, berfluktuasi pada situasi dan tempat serta mudah

teralih oleh pikirannya sendiri. Pada umumnya anak ADHD tidak memiliki

kontrol diri juga tidak terencana dalam bekerja walaupun mereka tahu benar-salah

tetapi mereka cenderung tidak dapat menahan dirinya dan selalu bergerak serta

sulit melakukan aktivitas dengan tenang.

Sementara itu ADHD didefinisikan oleh American Psychiatric Association

pada tahun 2000 (dalam Mash & Wolfe,2005) sebagai berikut:

ADHD describe children who display persistent age inappropriate

symptoms of inattention, hyperactivity and impulsivity that are sufficient cause imparment in major life activities”.

Berdasarkan uraian dapat disimpulkan ADHD adalah suatu gejala yang

ditampilkan anak secara menetap dan tidak sesuai dengan rata-rata anak

seusianya, yang berupa kesulitan dalam memfokuskan perhatian, hiperaktif, dan

impulsif sehingga mengakibatkan berbagai permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari seperti tidak memiliki kontrol diri juga tidak terencana dalam bekerja, serta

cenderung tidak dapat menahan dirinya dan selalu bergerak sehingga sulit


(10)

2. Pembagian tipe dalam ADHD

Mash & Wolfe (2005) membagi ADHD dalam tiga tipe yaitu:

i. Predominantly inattentive type.

Anak yang didiagnosis dengan tipe ADHD memiliki beberapa karakteristik

khusus, diantaranya adalah:

a. Mempunyai masalah yang signifikan dalam memusatkan perhatian.

b. Anak dengan tipe ini dideskripsikan tidak memiliki perhatian dan

suka mengantuk.

c. Suka berkhayal.

d. Mudah bingung.

e. Mudah merasa bosan.

f. Memiliki kasus kesulitan belajar.

g. Memiliki kesulitan dalam memulai, mengatur dan merencanakan

suatu tugas.

h. Tidak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

i. Memproses informasi dengan lamban dan sangat sulit untuk

mengingat informasi yang ada di memori.

j. Jika ada pemberian instruksi secara lisan maupun tulisan, mereka

mempunyai kesulitan untuk mengerti apa yang seharusnya mereka

lakukan dan biasanya banyak melakukan kesalahan.

k. Pemalu dan merasa teracuh

ii. Predominantly hyperactive-impulsive

Anak dengan tipe ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu:


(11)

a. Selalu melakukan gerakan tertentu, seperti berlarian dan memanjat

secara berlebihan dalam situasi yang tidak seharusnya.

b. Enerjik.

c. Tidak dapat duduk tenang, lebih sering loncat dan jatuh dari kursi,

berdiri di atas bangku.

d. Merasa resah sehingga sering melakukan gerakan-gerakan yang

tidak perlu seperti membuat suara-suara yang mengganggu dan

aneh, mengetuk-ngetukkan kaki atau tangan, berjalan-jalan di

ruangan.

e. Memiliki kesulitan untuk tetap dalam ruang lingkup pribadi, sering

sekali mengganggu ruang lingkup pribadi orang lain.

Impulsivity :

a. Bermasalah dalam menahan satu perilaku dan dalam

mempertahankan suatu perilaku.

b. Sering sekali berbicara tanpa diminta atau tidak pada gilirannya.

c. Kesulitan untuk menunjukkan tangannya ketika ingin bertanya.

d. Kesulitan untuk menunggu giliran.

e. Menunjukkan sikap menantang.

f. Cenderung lebih agresif.

g. Seringkali mengalami kecelakaan kecil seperti memar di lutut,

kena goresan kecil di lengan, sering menyenggol atau memecahkan

barang.

h. Terburu-buru dalam menyelesaikan tugas sehingga sering


(12)

i. Lebih banyak mengeluarkan respon terlebih dahulu terhadap suatu

pertanyaan atau tugas, baru kemudian berpikir mengenai

pertanyaan atau tugas tersebut.

iii. Combined type

Tipe ini merupakan gabungan karakteristik tipe predominantly hyperactive

impulsive dan predominantly inattentive type.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak ADHD

memiliki gangguan dalam hal pemusatan perhatian dan hiperaktivitas yang dibagi

atas 3 kategori yaitu: Predominantly inattentive type, Predominantly

hyperactivity-impulsivity type dan Combined type.

3. Kriteria ADHD

Kriteria anak mengalami ADHD, menurut DSM IV TR adalah:

i. Meliputi gejala pada nomor a atau b, sebagai berikut:

a. ADHD dengan ciri-ciri dominan inattention adalah jika terdapat 6 atau lebih

gejala-gejala inattention yang sedikitnya terjadi selama 6 bulan yang bersifat

maladaptive dan tidak sesuai dengan taraf kemampuannya. Adapun ciri-ciri

inattention tersebut adalah:

1. Sulit berkonsentrasi terhadap detail atau melakukan kesalahan akibat

kecerobohan baik di sekolah atau aktivitas lain.

2. Tidak suka kegiatan berpikir terus menerus.

3. Tidak suka mendengarkan pada saat diajak bicara.

4. Tidak mengikuti instruksi dan gagal dalam menyelesaikan tugasnya di

sekolah.


(13)

6. Sering menolak dan tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan

usaha mental seperti pekerjaan sekolah maupun pekerjaan rumah.

7. Sering kehilangan barang-barang yang penting untuk tugas dan

aktivitasnya.

8. Perhatian mudah terpecah bila ada rangsangan lain.

9. Sering lupa pada kegiatan hariannya.

b. ADHD dengan ciri-ciri dominan pada hyperactivity-impulsivity adalah jika 6

atau lebih gejala hyperactivity-impulsivity terjadi sedikitnya selama 6 bulan

yang bersifat maladaptive dan tidak sesuai dengan taraf kemampuannya.

Adapun ciri-ciri hyperactivity adalah:

1. Bermain terus dengan tangannya seperti mengetuk-ngetuk jari tangan di

meja atau kaki saat duduk.

2. Tidak bisa duduk lama dengan tenang.

3. Lari atau memajat pada situasi yang tidak tepat.

4. Sulit mengikuti kegiatan dengan tenang.

5. Selalu bergerak sehingga terkesan tidak kenal lelah.

6. Bicara berlebihan.

Adapun ciri-ciri impulsivity adalah sebagai berikut:

1. Terlalu cepat menjawab, seperti menjawab pertanyaan saat pertanyaan

belum selesai disampaikan.

2. Sulit menunggu giliran.

3. Sering menganggu atau menginterupsi orang lain, seperti menganggu


(14)

ii. Beberapa gejala hyperactivity-impulsivity atau inattention sudah terjadi

sebelum usia 7 tahun

iii. Gejala-gejala di atas tersebut terjadi dalam 1 atau lebih situasi, misalnya di

sekolah, di rumah atau lingkungan sosial.

iv. Secara signifikan menghambat fungsi sosial, akademis dan pekerjaan.

v. Gejala yang terjadi bukan karena Pervasive Developmental Disorder, Psikotik,

Skizophrenia dan bukan gangguan mental lainnya, seperti gangguan mood,

gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau gangguan kepribadian.

4. Karakteristik tambahan terkait dengan ADHD

Flick (1998) mengemukakan bahwa selain karakteristik utama ADHD

yaitu inattention, impulsivity, dan hyperactivity terdapat karakteristik tambahan

yang meliputi:

i. Disorganization

Merupakan manifestasi dalam penampilan fisik atau cara anak melakukan

hal-hal penting seperti tidak adanya catatan dari sekolah,buku atau hal-hal

penting lainnya. Sementara beberapa anak ADHD ada yang

mengembangkan rutinitas yang obsesif kompulsif untuk mengatasi

kesulitannya dalam mengorganisasikan diri dalam tugas-tugasnya.

ii. Poor peer/sibling relation

Anak ADHD seringkali tidak dapat menangkap sinyal-sinyal sosial,

berperilaku impulsif, bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu sehingga

kurang dapat diterima baik oleh lingkungannya, meskipun sebenarnya


(15)

iii. Aggressive behavior

Agresivitas anak ADHD termanifestasi secara verbal maupun dalam

perilakunya.

iv. Poor self concept/self esteem

Anak ADHD sering mendapat respon negatif dari teman sebayanya,

sehingga hal ini menimbulkan rasa frustrasi bagi dirinya sendiri. Label-label

negatif ini dapat membuat persepsi diri anak menjadi buruk dan makin

membuatnya gagal dalam menyesuaikan diri terhadap situasi sosial dan

akademik.

v. Sensation-seeking behavior

Anak ADHD sering menunjukkan perilaku mencari suatu sensasi senang

atau bangga misalnya suka akan hal-hal berbahaya seperti memanjat.

vi. Daydreaming

Perilaku ini muncul dalam bentuk seperti: bosan, tidur di kelas, banyak

bicara atau keluar dari tempat duduknya.

vii. Poor coordination

Anak ADHD mempunyai kesulitan dalam koordinasi motorik halus,

sehingga membuat anak ADHD memiliki masalah dalam menulis. Namun

beberapa anak ADHD juga dijumpai memiliki koordinasi motorik kasar

yang kurang baik.

viii. Memory problem

Tampak dari perilakunya yang sering lupa dalam hal, benda-benda yang

dibutuhkan setiap hari dan sering merasa kehilangan barang-barang.


(16)

Perilaku yang sering mengulang permintaan, pertanyaan dan tidak lupa akan

permintaan maupun pertanyaan jika belum merasa puas atau terpenuhi

keinginannya.

x. Inconsistency

Merupakan ciri khas dari anak ADHD, pada satu hari mereka dapat

mengerjakan tugasnya dengan baik tetapai di lain hari mereka tidak dapat

memenuhi tugas-tugasnya. Pola seperti ini dapat berdampak terhadap

kegagalanya dalam belajar di sekolah.

5. Penyebab ADHD

Mash & Wolfe (2005) mengemukakan beberapa hal penyebab ADHD,

yaitu:

i. Genetik

Seorang anak dari orang tua yang mengalami ADHD atau memiliki saudara

kandung yang ADHD, mempunyai kemungkinan sebanyak 2-8 kali terlahir

sebagai individu yang mengalami ADHD. Apabila terdapat anak kembar

monozigot, jika salah satunya mengalami ADHD, maka saudara kembarnya

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami ADHD dibandingkan

anak kembar dizigot. Keterlibatan genetik dan kromosom memang masih

belum diketahui secara pasti. Namun ternyata gen-gen yang memiliki

reseptor dopamine atau mereproduksi serotonin seperti DRD4, DRD5, DAT,

DBH, 5-HTT, dan 5-HTR1B,

ii. Kehamilan, kelahiran dan awal perkembangan.

kini banyak dikaitkan sebagai penyebab


(17)

Komplikasi di masa kehamilan ataupun pada saat kelahiran, prematur, berat

badan yang rendah di masa kelahiran, kurang gizi, mengalami penyakit

tertentu di masa bayi.

iii. Diet dan alergi.

Ketidakmampuan tubuh anak untuk diet terhadap jenis makanan/zat tertentu

ataupun alergi terhadap zat tertentu dapat meningkatkan ADHD atau

setidaknya menyebabkan suatu gejala yang mirip dengan ADHD. Misalnya

alergi terhadap penguat rasa makanan, pengawet makanan. Akan tetapi gula

ternyata tidak menyebabkan ADHD. Meskipun demikian pengaruh diet dan

alergi terhadap ADHD masih kontroversi.

iv. Neurobiologi.

Adanya kerusakan neurobiologis, yaitu brain abnormalities. Brain

abnormalities adalah suatu keadaan dimana otak anak tidak dapat berfungsi

dengan baik saat ia harus menerima atau merespon sebuah stimulus. Bentuk

otak yang brain abnormalities sebenarnya sama seperti bentuk otak normal,

namun karena terjadi sesuatu hal menyebabkan otak tidak dapat berfungsi

dengan baik. Salah satu penyebab terjadinya brain abnormalities adalah

anoxia atau kurangnya suplai oksigen dan tingginya kadar karbon diaksoda.

v. Pengaruh keluarga dan lingkungan

Meskipun pengaruh role model dari keluarga terhadap timbulnya ADHD

masih belum jelas, namun ternyata hal ini dapat memperburuk gejala ADHD

yang telah ada. Selain itu terdapat hubungan antara pengaruh kekerasan dan


(18)

6. Assemen ADHD

Flick (1998) mengemukakan bahwa untuk menegakkan diagnosis ADHD,

disamping panduan dari DSM IV-R, harus ada assemen terstruktur:

i. Anamnesis terhadap anak, orangtua, guru dan orang-orang lain yang

signifikan.

ii. Observasi di rumah, sekolah dan saat pemeriksaan.

iii. Pemeriksaan medis.

iv. Pemeriksaan neuropsikologis.

v. Melakukan wawancara terstruktur.

Khusus dalam pemeriksaan neuropsikologis maupun tes kemampuan, meliputi:

a. Ability test, seperti Weschler intelligence Scale for Children (WISC).

b. Achievement test, seperti The Weschler Individual Achievement Test .

c. Executive control, seperti The Trail Making Test, The Stroop Color Word

Test dan The Wisconsin Card Sorting Test.

d. Kemampuan visual-motorik, seperti Tes Bender Gestalt, VMI dan The

Minnesota Perception-Diagnostic Test.

e. Memori, seperti The Wide Range Assesment of Memoryand Learning

(WRAML).

f. Kemampuan pemusatan perhatian, seperti Continuous Performance Test

(CPT), Gordon Diagnostic System, Test of Variables of Attention (TOVA),

The Intermediate Visual and Auditory Continuous Performance Test

(IVA) dan The Conners Continous Performance Test.

g. Kemampuan sosial, seperti The Social Rating System dan The Walker Mc-


(19)

h. Kemampuan visual-spatial, seperti The Minnesota Perception-Diagnostic

Test, The Motor-Free Visual Perception Test-Revised dan The Jordan

Left-Right Reversal Test-Revised.

i. Kemampuan bahasa, seperti Test of Language Development-Primary dan

Test of Language Development-Intermediate.

j. Perilaku emosi, seperti CBCL dan The Personality Inventory for Children


(20)

BAB III KESIMPULAN

ADHD adalah suatu sindrom perilaku yang ditandai dengan inattention,

impulsivity dan hyperactivity dan sudah berlangsung sejak usia di bawah 7 tahun

dan terjadi pada setiap situasi baik di rumah, sekolah maupun lingkungan sosial.

Seseorang dapat dikatakan mengalami ADHD bila ia sudah berada dalam

lingkungan sekolah formal. Alasannya adalah pada usia yang lebih muda,

anak-anak memang terlihat aktif karena adanya dorongan dalam diri mereka untuk

mengekplorasi lingkungannya. Pada usia ini anak memang belajar banyak dari

lingkungannya untuk merasakan keberadaan dirinya sendiri dalam lingkungan.

Anak juga mempunyai rasa ingin tahu yang kuat akan apa saja yang terjadi di

lingkungan. Namun saat memasuki usia sekolah formal, seorang anak dituntut

untuk memiliki keterampilan lainnya antara lain kemampuan untuk konsentrasi

untuk menyelesaikan tugasnya. Dari sinilah terlihat adanya anak-anak yang

mengalami ADHD.

Dalam pengklasifikasiannya ADHD terbagi atas 3 tipe yaitu (1) tipe

dominan inattentive, (2) tipe dominan hyperactivity-impulsivity dan (3) tipe

kombinasi keduanya. Sebenarnya anak ADHD bukan anak yang kurang perhatian

tetapi perhatian yang tidak terfokus serta mudah terdistraksi oleh pikirannya

sendiri. Sementara anak ADHD yang tipe dominan impulsivity umumnya kurang

memiliki perencanaan, walau mereka terkadang mengetahui konsep “benar-salah”

tetapi mereka cenderung tidak bisa menahan dirinya sehingga berakibat menjadi

“celaka”. Pada anak hyperactivity menunjukkan perilaku selalu bergerak dan


(21)

Untuk melakukan assesmen terhadap anak ADHD bukan merupakan hal

yang mudah karena seringkali gejala ADHD juga ditemui pada anak normal.

Disamping itu banyak gangguan perilaku lain yang gejalanya hamper tumpang

tindih dengan gejala ADHD seperti gangguan medis tertentu, Autisme dan

sebagainya. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis ADHD perlu mengikuti

serangkaian pemeriksaan dan pengukuran seperti wawancara dengan guru dan

orangtua, melakukan beberapa tes psikologis serta melakukan observasi dengan

cermat.

Demikianlah gambaran sekilas mengenai ADHD pada anak, semoga


(22)

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics. (2001) Clinical Practice Guideline: Treatment

of the School-Aged Child With Attention Deficit Hyperactivity Disorder.

Pediatrics Vol. 108 No. 4. USA.

American Psychology Association, (2001). Publication Manual,fifth Edition.Washington, DC:APA Press..

Barkley, R.A., Murphy, K.P., & Bush, T (2001). Time perception and reproduction in young adults with attention deficit hyperactivity disorder. Journal Neuropsychology,15,351-360.

Bauermeister, J.J, Matos, M., Reina, G., Salas, C.C, Marinez, J.V, Cumba,E., & Barkley, R.A. (2005). Comparison of the DSM-IV combined and inattentive types of ADHD in a school based sample of latino/Hispanic children. Journal of child psychology and psychiatry 46:2,pp 166-179.

Conners, C.K & Jett, J.L (2001). ADHD in adults and children: The Latests

Assesment and Treatment Strategies. Compact Clinicals, Kansas City.

USA.

Flick, G.L (1998). ADD/ADHD Behavior Change Resourrces Kit. The Center for Applied Reseach in Education. New York.

Flint, J.L (2001). Teaching Exceptional Children. Vol.33.No.4. pp 62 – 69.

Gelfand, D.M & Drew, C.J (2003). Understanding Child Behavior Disorders. The Fourth Edition. Thomsom Wadsworth. USA.

Green, C & Chee, K.(1996). Understanding Attention Deficit Disorder. Doubleday.Sydney.

Haugaard, J.J. (2008). Child Psychopathology. Mc.Graw Hill. New York

Judarwanto, W. (2008). Deteksi Dini ADHD.

http://.www. putrakembara.org/rm/adhd2.sthml.

Marnat, G.G (1997). Handbook of Psychological Assesment. Third Edition. John Wiley & Sons Inc. Singapore

Mash, E.J & Barkley, R.A (1996), Child Psychopathology. The Guilford Press, New York. Landon.

Mash, E.J & Wolfe, D.A (2005), Abnormal Child Psychology. Third Edition. Wadsworth a division of Thomson Learning, Inc. USA.

Papalia, D.E & Olds,S.W. (1998), Human Development . Seventh Edition. USA: MG Graw Hill.


(23)

Sattler, J. M, (1987). Assesment For Children. Third Edition. Jerome M. Sattler Publisher. San Diego.

Wenar, C. & Kerig, P. (2000). Developmental Psychopathology from Infancy Through Adolescence. Fourth Edition. MG Graw Hill.


(1)

6. Assemen ADHD

Flick (1998) mengemukakan bahwa untuk menegakkan diagnosis ADHD, disamping panduan dari DSM IV-R, harus ada assemen terstruktur:

i. Anamnesis terhadap anak, orangtua, guru dan orang-orang lain yang signifikan.

ii. Observasi di rumah, sekolah dan saat pemeriksaan. iii. Pemeriksaan medis.

iv. Pemeriksaan neuropsikologis. v. Melakukan wawancara terstruktur.

Khusus dalam pemeriksaan neuropsikologis maupun tes kemampuan, meliputi: a. Ability test, seperti Weschler intelligence Scale for Children (WISC). b. Achievement test, seperti The Weschler Individual Achievement Test . c. Executive control, seperti The Trail Making Test, The Stroop Color Word

Test dan The Wisconsin Card Sorting Test.

d. Kemampuan visual-motorik, seperti Tes Bender Gestalt, VMI dan The Minnesota Perception-Diagnostic Test.

e. Memori, seperti The Wide Range Assesment of Memory and Learning (WRAML).

f. Kemampuan pemusatan perhatian, seperti Continuous Performance Test (CPT), Gordon Diagnostic System, Test of Variables of Attention (TOVA), The Intermediate Visual and Auditory Continuous Performance Test (IVA) dan The Conners Continous Performance Test.

g. Kemampuan sosial, seperti The Social Rating System dan The Walker Mc- Donnell Scale of Social Competence and School Adjustment.


(2)

h. Kemampuan visual-spatial, seperti The Minnesota Perception-Diagnostic

Test, The Motor-Free Visual Perception Test-Revised dan The Jordan

Left-Right Reversal Test-Revised.

i. Kemampuan bahasa, seperti Test of Language Development-Primary dan Test of Language Development-Intermediate.

j. Perilaku emosi, seperti CBCL dan The Personality Inventory for Children (PIC).


(3)

BAB III KESIMPULAN

ADHD adalah suatu sindrom perilaku yang ditandai dengan inattention, impulsivity dan hyperactivity dan sudah berlangsung sejak usia di bawah 7 tahun dan terjadi pada setiap situasi baik di rumah, sekolah maupun lingkungan sosial.

Seseorang dapat dikatakan mengalami ADHD bila ia sudah berada dalam lingkungan sekolah formal. Alasannya adalah pada usia yang lebih muda, anak-anak memang terlihat aktif karena adanya dorongan dalam diri mereka untuk mengekplorasi lingkungannya. Pada usia ini anak memang belajar banyak dari lingkungannya untuk merasakan keberadaan dirinya sendiri dalam lingkungan. Anak juga mempunyai rasa ingin tahu yang kuat akan apa saja yang terjadi di lingkungan. Namun saat memasuki usia sekolah formal, seorang anak dituntut untuk memiliki keterampilan lainnya antara lain kemampuan untuk konsentrasi untuk menyelesaikan tugasnya. Dari sinilah terlihat adanya anak-anak yang mengalami ADHD.

Dalam pengklasifikasiannya ADHD terbagi atas 3 tipe yaitu (1) tipe dominan inattentive, (2) tipe dominan hyperactivity-impulsivity dan (3) tipe kombinasi keduanya. Sebenarnya anak ADHD bukan anak yang kurang perhatian tetapi perhatian yang tidak terfokus serta mudah terdistraksi oleh pikirannya sendiri. Sementara anak ADHD yang tipe dominan impulsivity umumnya kurang memiliki perencanaan, walau mereka terkadang mengetahui konsep “benar-salah” tetapi mereka cenderung tidak bisa menahan dirinya sehingga berakibat menjadi “celaka”. Pada anak hyperactivity menunjukkan perilaku selalu bergerak dan kurang terkontrol sehingga sulit melakukan aktivitas dengan seperti menulis.


(4)

Untuk melakukan assesmen terhadap anak ADHD bukan merupakan hal yang mudah karena seringkali gejala ADHD juga ditemui pada anak normal. Disamping itu banyak gangguan perilaku lain yang gejalanya hamper tumpang tindih dengan gejala ADHD seperti gangguan medis tertentu, Autisme dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis ADHD perlu mengikuti serangkaian pemeriksaan dan pengukuran seperti wawancara dengan guru dan orangtua, melakukan beberapa tes psikologis serta melakukan observasi dengan cermat.

Demikianlah gambaran sekilas mengenai ADHD pada anak, semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics. (2001) Clinical Practice Guideline: Treatment of the School-Aged Child With Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Pediatrics Vol. 108 No. 4. USA.

American Psychology Association, (2001). Publication Manual,fifth Edition.Washington, DC:APA Press..

Barkley, R.A., Murphy, K.P., & Bush, T (2001). Time perception and reproduction in young adults with attention deficit hyperactivity disorder. Journal Neuropsychology,15,351-360.

Bauermeister, J.J, Matos, M., Reina, G., Salas, C.C, Marinez, J.V, Cumba,E., & Barkley, R.A. (2005). Comparison of the DSM-IV combined and inattentive types of ADHD in a school based sample of latino/Hispanic children. Journal of child psychology and psychiatry 46:2,pp 166-179.

Conners, C.K & Jett, J.L (2001). ADHD in adults and children: The Latests Assesment and Treatment Strategies. Compact Clinicals, Kansas City. USA.

Flick, G.L ( 1998). ADD/ADHD Behavior Change Resourrces Kit. The Center for Applied Reseach in Education. New York.

Flint, J.L (2001). Teaching Exceptional Children. Vol.33.No.4. pp 62 – 69.

Gelfand, D.M & Drew, C.J (2003). Understanding Child Behavior Disorders. The Fourth Edition. Thomsom Wadsworth. USA.

Green, C & Chee, K.(1996). Understanding Attention Deficit Disorder. Doubleday.Sydney.

Haugaard, J.J. (2008). Child Psychopathology. Mc.Graw Hill. New York Judarwanto, W. (2008). Deteksi Dini ADHD.

http://.www. putrakembara.org/rm/adhd2.sthml.

Marnat, G.G (1997). Handbook of Psychological Assesment. Third Edition. John Wiley & Sons Inc. Singapore

Mash, E.J & Barkley, R.A (1996), Child Psychopathology. The Guilford Press, New York. Landon.

Mash, E.J & Wolfe, D.A (2005), Abnormal Child Psychology. Third Edition. Wadsworth a division of Thomson Learning, Inc. USA.

Papalia, D.E & Olds,S.W. (1998), Human Development . Seventh Edition. USA: MG Graw Hill.


(6)

Sattler, J. M, (1987). Assesment For Children. Third Edition. Jerome M. Sattler Publisher. San Diego.

Wenar, C. & Kerig, P. (2000). Developmental Psychopathology from Infancy Through Adolescence. Fourth Edition. MG Graw Hill.