KEBUTUHAN, TEKANAN DAN KONFLIK PADA NARAPIDANA REMAJA KASUS PEMBUNUHAN(Study di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan
teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi memunculkan banyak
masalah sosial. Maka usaha adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat
modern yang sangat kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan
adaptasi dan adjustment menyebabkan banyak kebimbangan, kebingungan,
kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal yang terbuka, maupun yang
internal dalam batin sendiri yang tersembunyi dan tertutup sifatnya. Sebagai
dampaknya orang lalu mengembangkan pola tingkah-laku menyimpang dari
norma-norma umum, dengan jalan berbuat semau sendiri demi keuntungan
sendiri dan kepentingan pribadi, kemudian mengganggu dan merugikan pihak
lain.
Dampak negative dari suatu perubahan era adalah suatu perilaku-perilaku
yang semakin menyimpang dari norma-norma yang ada, salah satunya adalah
juvenile delinquency atau kenakalan-kejahatan remaja. Semua ini dikarenakan
perilaku agresi yang termanifestasi dalam bentuk pembunuhan, perampokan,
kerusuhan bahkan peperangan merupakan realitas yang terjadi dibelahan bumi
ini sejak dahulu kala. Jika disimak dari berita-berita dimedia massa, berita-berita

mengenai kriminalitas dan tindak kekerasan selalu mewarnai dan dalam porsi
yang semakin meningkat (www.foxitsoftware.com/pdf/po_intro.php).
Salah satu problem pokok yang dihadapi oleh kota besar, dan kota-kota
lainnya tanpa menutup kemungkinan terjadi di pedesaan, adalah kriminalitas
dikalangan remaja. Dalam berbagai acara liputan kriminal ditelevisi misalnya,
hampir setiap hari selalu ada berita mengenai tindak kriminalitas dikalangan
remaja. Hal ini cukup meresahkan, dan fenomena ini terus berkembang
dimasyarakat.
Crime Index atau daftar sebelas kejahatan yang meresahkan masyarakat
juga bertambah, dari 18.677 kasus pada tahun 2001 menjadi 19.011 kasus pada
1

2

tahun 2002. Adapun yang termasuk dalam Crime Index adalah pencurian dengan
kekerasan (curas), pencurian dengan penganiayaan berat (curat), penganiayaan
berat (anirat), pembunuhan, pencurian kendaraan bermotor (curanmor),
kebakaran, perjudian,
pemerkosaan, narkotika, dan kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang
terjadi diberbagai wilayah di Indonesia, dan dunia pada umumnya, dapat

dikategorikan sebagai sebuah bentuk perilaku menyimpang dimasyarakat.
(http://www.scribd.com/doc/12007831/KENAKALAN-REMAJA).
Sedangkan kata “Remaja”, itu sendiri mengandung aneka kesan. Ada
orang berkata bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tiada beda
dengan kelompok manusia yang lain. Sementara pihak lain menganggap bahwa
remaja adalah kelompok orang-orang yang sering menyusahkan orang-orang tua.
Pada pihak lainnya lagi, menganggap bahwa remaja sebagai potensi manusia
yang perlu dimanfaatkan. Tetapi, manakala remaja sendiri yang dimintai
kesannya, maka mereka akan menyatakan yang lain. Mungkin mereka berbicara
tentang ketakacuhan, atau ketidak-perdulian orang-orang dewasa terhadap
kelompok mereka. Diantara berbagai kesan tersebut diatas, agaknya kesan
terakhir lebih banyak benarnya. Lebih benar lagi bahwa sekarang remaja
merupakan kelompok manusia yang penuh potensi. Kelompok yang penuh
vitalitas, semangat patriotis; harapan penuh generasi. Tetapi terdapat dua hal
pokok yang secara bersahaja menggambarkan adanya dua titik ekstrem yang
dapat terjadi dalam masa remaja ataupun setelah masa remaja. Secara umum
digambarkan bahwa kebahagiaan dialami oleh remaja berdasarkan adanya
beberapa peryaratan tertentu. Ketiadaan persyaratan dapat menimbulkan
ketidakbahagiaan (netral). Beberapa keadaan yang bersifat sebaliknya dan
beberapa kondisi tertentu dapat menimbulkan masalah bagi remaja; atau dari

segi subjeknya, dikatakan adanya “remaja bermasalah” (Mappiare, 1982:11-21).
Masa remaja sendiri dikenal dengan masa strom and stress, yaitu terjadi antara
pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang cepat dan
pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada masa remaja terdapat beberapa
fase dan setiap individu memiliki variasi tersendiri yang memberi dampak pada
bentuk fisik dan psikis terutama emosi, karena masa pubertas berada tumpang

3

tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga adanya kesulitan pada masa
tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase
berikutnya. Pergolakan emosi yang terjadi pada masa remaja tidak terlepas dari
bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan
teman-teman sebaya, serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam
kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial
tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk menyesuaikan diri secara
efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah tidak memadai untuk
memenuhi tuntutan gejolak energinya, remaja sering meluapkan kelebihan
energinya kearah yang tidak positif, misalnya terlibat dalam tawuran. Beberapa
bukan hanya kenakalan saja, tetapi juga melakukan perilaku lainnya yakni

pembunuhan, sehingga akhirnya para remaja tersebut menjadi narapidana.Hal ini
menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila
berinteraksi dengan lingkungannya.
Adanya kriminalitas dikalangan remaja pun mendorong kita bertanya
penyebab terjadinya tindakan tersebut. Ada beberapa sebab, antara lain: adanya
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi dan adanya tekanan yang dirasa
terlalu berat, sehingga menimbulkan konflik.
Salah satu tuduhan mengenai tingginya angka kriminalitas remaja– atau
lebih tepatnya kenakalan remaja/juvenile delinquency dapat disebabkan oleh
banyak hal salah satu sebabnya – adalah tidak berfungsinya keluarga dan
ketidakberfungsian sosial masyarakat. Keluarga dianggap gagal dalam mendidik
remaja sehingga menyebabkan mereka melakukan tindakan penyimpangan yang
berujung dengan diberikannya sanksi sosial oleh masyarakat.

Keluarga

memegang peranan yang penting, dan hal ini diakui oleh banyak pihak. Keluarga
merupakan elemen penting dalam melakukan sosialisasi nilai, norma, dan
tujuan-tujuan yang disepakati dalam masyarakat, dan tingginya angka
kriminalitas remaja sebagai konsekuensi dari tidak berjalannya aturan dan norma

yang berlaku dimasyarakat dianggap sebagai kesalahan keluarga. Jika melihat
dari sisi teoritis, tentu saja bukan hanya keluarga yang dipersalahkan,
masyarakat pun dapat dipersalahkan dengan tidak ditegakkan aturan secara ketat

4

atau

membantu

sosialisasi

norma

dan

tujuan

dalam


masyarakat

(http://www.scribd.com/doc/12007831/KENAKALAN-REMAJA).
Menurut Kartono (2005:57), Sebab pengaruh keluarga terhadap
kemunculan kenakalan remaja bisa jadi berasal dari struktur keluarga
berantakkan dan kriminal karena, keluarga merupakan unit sosial terkecil yang
memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Disamping itu,
kriminalitas remaja ini pada umumnya adalah akibat dari kegagalan sistem
pengontrol diri, yaitu gagal mengawasi dan mengatur perbuatan instinktif
mereka. Jadi, merupakan produk ketidakmampuan anak remaja dalam
mengendalikan emosi primitif mereka, yang kemudian disalurkan dalam
perbuatan jahat. Sementara itu, kualitas rumah tangga atau kehidupan keluarga
jelas memainkan peranan paling besar dalam membentuk kepribadian remaja
delinkuen. Misalnya, rumah tangga yang berantakkan disebabkan oleh kematian
ayah atau ibu, perceraian diantara bapak dengan ibu, hidup terpisah, poligami,
ayah mempunyai simpanan “istri lain”, keluarga yang diliputi konflik keras,
semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi
remaja. Sebabnya antara lain :
1.


Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih-sayang dan tuntunan pendidikan
orang tua, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masingmasing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri.

2.

Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja menjadi tidak terpenuhi.
Keinginan dan harapan anak-anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan,
atau tidak mendapatkan kompensasinya.

3.

Anak-anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat
diperlukan untuk hidup susila. Mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan
kontrol-diri yang baik.
Sebagai akibat ketiga bentuk pengabaian diatas, anak menjadi bingung,

risau, sedih, malu, sering diliputi perasaan dendam benci, sehingga anak menjadi
kacau dan liar. Di kemudian hari mereka mencari kompensasi bagi kerisauan
batin sendiri diluar lingkungan keluarga, yaitu menjadi anggota dari suatu gang
kriminal; lalu melakukan banyak perbuatan brandalan dan kriminal.


5

Secara umum dapat dinyatakan bahwa anak delinkuen pada umumnya
datang dari rumah tangga dengan relasi manusiawi penuh konflik dan
percekcokan, yang disharmonis. Hal ini sesuai dengan temuan awal peneliti
yang didukung dengan beberapa data dari peneliti ketika melakukan survey awal
untuk pertama kalinya pada tanggal 12 Januari 2010 di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar yang sesuai untuk mendukung beberapa
teori mengenai kenakalan remaja terutama mengenai tidak berfungsinya
keluarga dan/atau ketidakberfungsian sosial masyarakat. Beberapa subyek
narapidana remaja ini memang berasal dari keluarga yang kualitas rumah tangga
atau kehidupan keluarganya jelas memainkan peranan paling besar dalam
membentuk kepribadian remaja delinkuen. Misalnya, rumah tangga yang
berantakkan disebabkan oleh kematian ayah atau ibu, perceraian diantara bapak
dengan ibu, hidup terpisah, poligami, ayah mempunyai simpanan “istri lain”,
keluarga yang diliputi konflik keras, semua itu merupakan sumber yang subur
untuk memunculkan delinkuensi remaja.
Para narapidana remaja tersebut beberapa diantara mereka memang
ditinggal mati oleh salah satu orang tua ketika usia mereka masih terbilang kecil

entah itu ditinggal mati oleh ayah atau ibunya dan beberapa dari pasangan yang
ditinggalkan tersebut memilih untuk menikah lagi tanpa seijin subyek dan untuk
sementara waktu subyek hidup terpisah dari orang tuanya yang bekerja mencari
nafkah di negeri orang sehingga subyek pun tinggal bersama kakek dan
neneknya yang semakin membuat subyek merasa jauh dari orang tua
kandungnya.Subyek mengetahui jika ayah atau ibu mereka menikah lagi ketika
mereka menjenguk subyek di penjara dan subyek pun hanya bisa menerima
secara pasrah.
Diantara subyek yang terlibat kasus pembunuhan tersebut ada pula yang
ternyata orang tua subyek tersebut sebelumnya sudah menikah terlebih dahulu,
jadi dapat dikatakan bahwa subyek adalah anak dari ibu yang berbeda dan
hubungan subyek dengan sang ibu juga tidak terlalu dekat karena menurut
anggapan subyek sang ibu lebih memilih anak majikannya untuk dirawat di
bandingkan dengan subyek selaku anak kandungnya sendiri, tetapi subyek juga
mengenal beberapa saudara tirinya tersebut. Sang ayah kini telah meninggal

6

beberapa tahun yang lalu ketika saat itu subyek masih duduk di kelas 6 SD
sehingga selama ini subyek pun tinggal dan diasuh oleh kakek dan neneknya

yang sudah dianggapnya seperti orang tua kandungnya sendiri, tetapi terkadang
subyek masih mengingat dan masih merindukkan sosok ayahnya yang telah
meninggal tersebut.
Subyek terakhir yang berusia 21 tahun ini juga terlibat kasus pembunuhan
bersama temannya dan subyek adalah orang yang menjadi otak dari
berlangsungnya peristiwa pembunuhan tersebut sedangkan temannya hanya
membantu subyek dengan cara mengawasi jalannya pembunuhan. Subyek pun
terkena pasal 340 mengenai ‘ Pembunuhan Berencana’ , pasal 365 mengenai
‘ perampasan’ , pasal 388 mengenai Pembunuhan ‘ dan pasal 170 mengenai ‘
pengeroyokkan’ , sehingga subyek terkena hukuman penjara selama 8 tahun.
Subyek, hanya memiliki ibu dan hubungan subyek dengan ibu tidak begitu dekat
sebelum subyek masuk penjara, sedangkan sang ayah sudah lama meninggal
semenjak subyek baru duduk di kelas 3 SD,sehingga subyek mendapatkan figur
ayah hanya sedikit. Subyek tidak memiliki hubungan baik dengan kakak lakilakinya. Subyek hanya sedikit memiliki perasaan bersalah tersebut tetapi lebih
banyak memiliki perasaan ketakutan dalam artian subyek merasa tidak tenang
berada di mana-mana. Para ketiga narapidana remaja itu menyadari akibat dari
perbuatannya yang terlibat kasus pembunuhan tersebut yang membuat subyek
memiliki perasaan bersalah dan perasaan ketakutan yang berlebihan secara terusmenerus sampai ke depannya.
Inilah beberapa hal yang sedikitnya dapat menjelaskan mengenai tidak
berfungsinya keluarga dan/atau ketidakberfungsian sosial masyarakat yang dapat

menjadi penyebab utama timbulnya juvenile delinquency, karena subyek merasa
bahwa dirinya kekurangan kasih sayang dari kedua orang tua kandungnya yang
seharusnya mengasuhnya sehingga dapat memberikan pengaruh positif bagi
perkembangan anak yang masih remaja ini sedangkan keluarga yang seharusnya
mengenal beberapa kebutuhan pada anak usia remaja sangat disayangkan karena
keluarga tidak mengenali kebutuhan remaja tersebut sehingga remaja merasa
tertekan yang akhirnya dapat menimbulkan konflik dan karena konflik itu dapat
timbul masalah yang kemudian remaja tersebut tidak bisa menyelesaikannya,

7

sehingga kemudian mereka mencari kompensasi bagi kerisauan batin sendiri di
luar lingkungan keluarga, yaitu menjadi anggota dari suatu gang kriminal dan
kebanyakkan dari mereka terdiri dari sekelompok remaja yang sama-sama
memiliki perasaan kecewa sehingga ada semacam tindakkan untuk melarikan
diri dari masalah yang ada ;lalu melakukan banyak perbuatan brandalan dan
kriminal yang menyebabkkan munculnya perilaku delinquency. Salah satu
bentuk dari perilaku delinquency remaja ini adalah pembunuhan yang
menyebabkan kematian atau menghilangkan nyawa orang lain dengan tindak
kekerasan yakni membunuh.
Hal ini pernah diteliti sebelumnya di luar negeri yaitu penelitian yang
dilakukan tentang beberapa perhatian/pandangan penting yang harus diberikan
kepada anak muda dan masalah perilakunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Richard Dembo,et.al. Hasil penelitian Richard Dembo,et.al (Marlina, 2009:6162) mengatakan, bahwa anak muda yang dalam perjalanan kehidupannya banyak
mendapatkan pengalaman kesulitan-kesulitan, seperti kesulitan sosialisasi dalam
keluarga, tertekan secara ekonomi atau masyarakat ekonomi rendah beresiko
lebih tinggi menjadi pelaku delinquency daripada seorang anak yang menderita
kekurangan fisik dan seksual.
Anak-anak yang berisiko tinggi sejak awal dapat diketahui/diidentifikasi
oleh guru, petugas panti asuhan, pelatih bermain anak, dan pekerja-pekerja lain
yang dekat dengan anak. Menurut hasil penelitian ada tujuh latar belakang dan
karakteristik pribadi untuk memprediksikan perilaku anak yang berisiko tinggi
pelaku delinquency, yaitu: umur (anak yang lebih muda jika dia masuk ke suatu
sistem tertentu akan berisiko tinggi); Pscyhological variables (sifat pembantah,
susah diatur, merasa kurang dihargai); School Perfomance, (anak yang
bermasalah di sekolah dengan tingkah lakunya, pembolos); Home Adjusment,
(kurang interaksi dengan orang tua dan saudara, kurang disiplin dan pengawasan
dan minggat dari rumah); Drugs and alcohol use, (penggunaan alkohol dan obat;
anak yang sudah mulai memakai alkohol apabila orang tua punya riwayat
pemakai alkohol); neighbourhood (lingkungan tetangga), lingkungan mudah
mempengaruhi anak seperti kemelaratan, masalah sosial dan perilaku; Social
adjustment

of

peers

(pengaruh

kekuatan

teman

sebaya)

pertemanan

8

mempengaruhi perilaku termasuk delinquency, obat-obatan, bolos, dan
kekacauan di sekolah (onar), geng, sex, dan lain-lain. Jadi perilaku membunuh
ataupun perilaku delinquency lainnya dapat terjadi karena banyak sebab, antara
lain: Kebutuhan yang seharusnya terpenuhi tapi tidak dapat terpenuhi,
kurangnya pengawasan dan disiplin dari orang tua, pengaruh pergaulan, kurang
perhatian, keluarga broken home (keluarga berantakkan), ekonomi dan
pendidikan.
Remaja-remaja

yang

melakukan

kriminalitas

memang

harus

mempertanggung jawabkan tindakan-tindakan kriminalitas mereka dalam
kehidupan penjara dengan menjadi seorang narapidana di usianya yang masih
remaja, karena mereka melanggar norma hukum dan sudah dijatuhi hukum
pidana oleh hakim. Pastinya mereka memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus yang
tidak dimiliki orang lain, karena mereka hidup dalam penjara yang serba terbatas
dan memiliki pola kehidupan yang keras. Maka dari itu mereka juga harus bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sebelumnya dirasa bebas sekarang
menjadi lingkungan yang serba terbatas. Maka kebutuhan, tekanan dan konflik
yang dirasakan berbeda dengan orang pada umumnya.
Berangkat dari adanya kenakalan remaja pasti terdapat konflik dalam
keluarga yang menjadikan hal tersebut menarik untuk diteliti . Melalui penelitian
dalam skripsi ini, peneliti mencoba untuk mencari tahu tentang kebutuhankebutuhan, tekanan dan konflik yang membuatnya kehilangan kontrol emosi
yang terjadi dalam diri mereka tersebut serta tidak biasa pada narapidana remaja
kasus pembunuhan tersebut. Karena, perilaku membunuh tersebut merupakan
tindakan kriminal yang kejam. Pemicu yang umum dari agresi adalah ketika
seseorang mengalami satu kondisi emosi tertentu, yang sering terlihat adalah
emosi marah. Perasaan marah berlanjut pada keinginan untuk melampiaskannya
dalam satu bentuk tertentu pada objek tertentu. Marah adalah sebuah pernyataan
yang disimpulkan dari perasaan yang ditunjukkan yang sering disertai dengan
konflik atau frustasi. Bahwa frustasi yang muncul disebabkan adanya faktor dari
luar yang menekan begitu kuat sehingga muncul perilaku agresi. Sedangkan
psikolog mengacu pada pandangan Freud, bahwa kenakalan remaja disebabkan

9

oleh terjadinya inner conflict, kelabilan emosional dan emosi alam bawah sadar
lainnya.
Tekanan-tekanan dan masalah-masalah interpersonal lainnya dapat
menimbulkan “empty shell” dalam keluarga, yaitu tidak lagi memiliki perasaan
kehangatan dan kemenarikan diantara anggota-anggota keluarga karena tekanan
dari luar. Di dalam keluarga tidak ada lagi strong attachment, saling
mengabaikan kewajiban, dan berkomunikasi seminimal mungkin. Situasi rumah
seperti demikian merupakan tempat yang subur untuk tumbuh

dan

berkembangnya masalah kenakalan remaja terutama pembunuhan. Rumah atau
keluarga yang bahagiapun dapat mengakibatkan terjadinya masalah kenakalan
remaja, bila keluarga lost event dalam memperhatikan anak remajanya.
Apakah perilaku membunuh tersebut merupakan aksi sebagai bentuk
kepuasan dalam rangka mempertahankan diri pada saat mereka emosi dengan
membalas orang yang menyerang ataukah sebagai bentuk penyaluran need of
aggression, juga tindakan dari para narapidana remaja tersebut yang melakukan sesuatu
yang tidak diperbolehkan, berbuat jahat, melanggar aturan atau tidak mau patuh serta
melawan standar moral atau sosial. Misalnya, berbohong, menipu, berjudi, minum dan
melakukan kejahatan selain mencuri

adalah sebagai bentuk dari

kompensasi

pembalasan terhadap perasaan minder (kompleks inferior) yang ingin
“ditebusnya” ataukah sebagai bentuk dari need of autonomy asocial, karena
adanya kendala bagi para narapidana remaja, selain mencuri dan ada juga yang
membunuh. Sehingga, dengan adanya hal ini para narapidana remaja merasa
tidak bebas seperti dulu.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah
kebutuhan, tekanan dan konflik pada narapidana remaja kasus pembunuhan?
(Study di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar).

10

C. Fokus Penelitian
3 anak yang terlibat kasus pembunuhan di usia yang masih sangat muda
sehingga mereka menjadi narapidana remaja kasus pembunuhan (Study di
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar).

D. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
bagaimanakah kebutuhan, tekanan dan konflik pada narapidana remaja kasus
pembunuhan? (Study di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar).

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :
1.

Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah yang berarti dalam disiplin ilmu psikologi, khususnya psikologi
perkembangan dan psikologi klinis .

2.

Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan
mengenai kebutuhan, tekanan dan konflik yang muncul pada diri subyek
remaja pelaku pidana pembunuhan sehingga sumber informasi ini dapat
dijadikan rujukan dan penanganan yang tepat pada narapidana remaja kasus
pembunuhan. Selain itu, penelitian ini di harapkan dapat dijadikan referensi
bagi peneliti selanjutnya yang berminat dengan tema ini.

KEBUTUHAN, TEKANAN DAN KONFLIK PADA NARAPIDANA REMAJA
KASUS PEMBUNUHAN
(Study di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Guna Memenuhi Persyaratan Sebagai Tugas Akhir
Untuk Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Di susun Oleh :
Pramitasari Anggraeni
05810013

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KEBUTUHAN, TEKANAN DAN KONFLIK PADA NARAPIDANA REMAJA
KASUS PEMBUNUHAN
(Study di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Guna Memenuhi Persyaratan Sebagai Tugas Akhir
Untuk Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Di susun Oleh :
Pramitasari Anggraeni
05810013

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

i

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi

: Kebutuhan, Tekanan Dan Konflik Pada Narapidana
Remaja Kasus Pembunuhan (Study Di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar)

Nama Peneliti

: Pramitasari. Anggraeni

NIM

: 05810013

Fakultas

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Waktu Penelitian

: 6 September 2010

Tanggal Ujian

: 22 Januari 2011

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Siti Suminarti, M.SI

M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Si

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji
Tanggal, 22 Januari 2011

Dewan Penguji
Ketua Penguji

: Dra. Siti Suminarti, M.SI

(

)

Anggota Penguji

: 1. M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Si

(

)

2. Ni’ matuzahroh, S.Psi, M.Si

(

)

3. Zainul Anwar, S.Psi

(

)

Mengesahkan
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Drs. H. Tulus Winarsunu, M.SI

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

: Pramitasari. Anggraeni

NIM

: 05810013

Fakultas

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Judul Skripsi

: Kebutuhan, Tekanan Dan Konflik Pada Narapidana
Remaja Kasus Pembunuhan (Study di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar).

Menyatakan bahwa skripsi tersebut adalah karya saya sendiri dan bukan
karya orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan
yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi akademis.

Malang, 22 Januari 2011
Mengetahui,
Kepala Program

Yang menyatakan

M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.si

Pramitasari Anggraeni

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya saya
diberi kemudahan menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “ Kebutuhan,
Tekanan Dan Konflik Pada Narapidana Remaja Kasus Pembunuhan”. Saya
sangat berharap segala sesuatu yang saya lakukan demi menyelesaikan tugas ini
mendapat limpahan berkah dan ridho dari Allah SWT, karena hanya Allah yang patut
disembah dan paling dicintai.
Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan akademis dan kelengkapan
kurikulum pada fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Malang diwajibkan
bagi mahasiswa untuk meraih gelar Sarjana Strata Satu (S-1) psikologi.
Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, bantuan berupa kritik dan saran yang
sangat berharga telah kami dapatkan. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1.

Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M. Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.

2.

Ibu Dra. Siti Suminarti, M.SI selaku dosen pembimbing I dalam kesibukannya
tetap memberikan masukan dan bimbingan dengan penuh kesabaran hingga
terselesaikannya penelitian dan penulisan skripsi ini.

3.

Bapak M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.si selaku dosen pembimbing II atas
dukungan,

4.

bimbingan dan arahannya selama menyusun skripsi.

Pihak Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Anak Blitar, yang telah memberikan
ijin kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5.

Semua subjek dan informan penelitian. Tanpa kesediaan anda skripsi ini tidak
mungkin dapat terselesaikan.

6.

Untuk Mamaku tersayang Setyo Koenhartiningsih, Bapak Margi Santoso dan
Ibunda Setyo Hariani, terima kasih yang tak terhingga atas doa, kasih sayang,
perhatian, kesabaran, serta dukungan sehingga ananda dapat menyelesaikan
skripsi ini.

7.

De topik, De arip, De riri, De bayu serta semua keluargaku, terima kasih atas
support dan doa selama ini.

v

8.

Yanuar Rizki Maulana S.Psi, terima kasih atas doa, cinta, kesabaran dan
dukungannya selama ini dalam menemaniku menjalani hari-hari. Semoga apa
yang kita cita-citakan selama ini dapat tercapai karena jalan kita masih panjang.

9.

Para sahabatku yang menemaniku sehari-hari, (mas ade, ijul dan andika desita
sari) thanks atas kebersamaannya, support, sharing, canda tawa, dan selalu ada di
saat penulis butuhkan.

10. Teman-teman psikologi kelas A 2005, Terutama untuk nepo dan jojo thanks atas
kebersamaan, diskusinya yang sangat berkesan berkat kalian penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ini yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, tiada satu pun karya manusia yang sempurna. Saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan untuk kemajuan bersama. Dan semoga
karya ilmiah bermanfaat bagi banyak pihak.

Malang, January 2011
Penulis

Pramitasari. Anggraeni

vi

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................

v

DAFTAR ISI................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL........................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................

1

B. Rumusan Masalah.....................................................................

9

C. Fokus Penelitian .......................................................................

10

D. Tujuan Penelitian .....................................................................

10

E. Manfaat Penelitian ....................................................................

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan ................................................................................

11

B. Tekanan (Pressure)...................................................................

20

C. Konflik .....................................................................................

24

D. Remaja .....................................................................................

29

E. Narapidana................................................................................

39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .........................................................................

43

B. Batasan Istilah ..........................................................................

43

C. Kebutuhan ................................................................................

43

D. Tekanan ....................................................................................

43

E. Konflik .....................................................................................

43

F. Narapidana Remaja Kasus Pembunuhan ...................................

44

G. Subyek Penelitian .....................................................................

44

H. Metode Pengumpulan Data .......................................................

45

I. Prosedur Penelitian ..................................................................

46

vii

J. Metode Analisis Data................................................................

47

K. Keabsahan Data .......................................................................

47

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Identitas Subyek Penelitian .......................................................

49

B. Deskripsi Data .........................................................................

49

C. Analisis Hasil............................................................................

87

D. Pembahasan ..............................................................................

93

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................

99

B. Saran ........................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 :Identitas Subjek Penelitian ...........................................................

ix

49

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Lampiran 1 Subyek BA
Hasil Wawancara Subyek BA ................................................................. 103
Reduksi Data Subyek BA ....................................................................... 115
Interpretasi Grafis Test BA ..................................................................... 117
Interpretasi TAT Test BA ....................................................................... 124

2.

Lampiran 2 Subyek NE
Hasil Wawancara Subyek NE ................................................................. 141
Reduksi Data Subyek NE ....................................................................... 149
Interpretasi Grafis Test NE ..................................................................... 151
Interpretasi TAT Test NE ....................................................................... 156

3.

Lampiran 3 Subyek MK
Hasil Wawancara Subyek MK ................................................................ 172
Reduksi Data Subyek MK ...................................................................... 181
Interpretasi Grafis Test MK .................................................................... 183
Interpretasi TAT Test MK ...................................................................... 191

4.

Lampiran 4 Tabel analisis
Subyek BA ............................................................................................. 211
Subyek NE ............................................................................................. 217
Subyek MK ............................................................................................ 221

x

DAFTAR PUSTAKA

Kartono, .2005. Patologi Sosial / Kenakalan Remaja : Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada
Kartono . 1981. Kamus Lengkap Psikologi : Jakarta : PT Raja Grafindo
Alwisol . 2006. Psikologi Kepribadian . Malang. UMM Press
Walgito Bimo.2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi OFFSET
Hurlock Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan / Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentan Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Mappiare Andi. Psikologi Remaja . Surabaya : ‘ Usaha Nasional’
Moleong Lexy. 2000.Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Ashori Ali. 2009. Psikologi Remaja . Jakarta : PT Bumi Aksara
Marlina. 2009. Peradilan Pidana Anak di Indonesia : pengembangan konsep diversi
dan restorative justice . Bandung : PT Refika Aditama
Chazami Adami. 2004. Kejahatan Terhadap Nyawa. Jakarta Utara : PT Raja
Grafindo Persada
Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta : PT Asdi Mahasatya
Santrock, John. 2002. Life- Span Development . Jakarta : Erlangga
Handout psikologi. 2005. Daftar Defend Mechanism, Need dan Press / Thematic
Apperception Test (TAT) . Malang. UMM
Perambahan Sarwinda. 2008. Diktat TAT & CAT . Surabaya .
Handout Psikologi. 2005. Test Grafis (BAUM TES, DAP TES, dan HTP TES) .
Malang. UMM
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga
Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer

Fatimah Enung. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung : CV PUSTAKA SETIA
Httpwww. Scribd comdoc Kriminalitas Remaja. html.
http.whandi.net.
200905dunia-remajamemahami-kebutuhan-khas-remaja-antarapsikologis-dan sosiologis. html