1. PENDAHULUAN
Kegiatan perkotaan yang meliputi kegiatan di sektor pemukiman, transportasi, komersial, industri dan sektor penunjang lainnya merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah
kualitas udara perkotaan daerah urban. Semakin berkembangnya suatu kota, semakin besar pula beban pencemaran udara yang di keluarkan ke atmosfer perkotaan. Dari
polutan-polutan yang teremisikan tersebut, partikulat partikel di udara menjadi polutan yang sangat penting karena dari beberapa studi yang pernah dilakukan menunjukkan
meskipun partikulat merupakan bagian terkecil dari total massa polutan yang teremisikan ke atmosfer, tetapi pengaruh-pengaruh yang ditimbulkannya lebih berbahaya dari jenis
polutan lainnya. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain membahayakan kesehatan manusia, menurunkan kualitas lingkungan dan mempengaruhi kualitas material. Besarnya
pengaruh-pengaruh ini merupakan fungsi dari distribusi ukuran partikel, konsentrasi dan komposisi fisik dan kimia partikulat Chow, 1995.
Partikulat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyebaran partikel- partikel padat dan partikel-partikel cair di atmosfer dalam kondisi normal, yang memiliki
ukuran lebih besar dari sebuah molekul ± 0,0002 μm dan kecil dari 500 μm. Partikel dengan rentang ukuran ini memiliki waktu tinggal dalam suspensi dari beberapa detik
sampai beberapa bulan. Sumber partikulat di atmosfer dapat berasal dari sumber alami seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan, semburan air laut sea spray dan sumber
antropogenik akibat aktivitas manusia seperti kegiatan industri dan transportasi Hien, 2003.
Karakteristik fisik partikulat yang paling utama adalah ukuran dan distribusinya. Secara umum partikulat berdasarkan ukurannya dibedakan atas dua kelompok, yaitu partikel halus
fine particles, ukuran 2,5 μm dan partikel kasar coarse particles, ukuran 2,5 μm . Perbedaan antara partikel halus dan partikel kasar terletak pada sumber, asal pembentukan,
mekanisme penyisihan, sifat optiknya, dan komposisi kimianya. Partikel halus dan partikel kasar ini dikelompokkan ke dalam partikel tersuspensi yang dikenal dengan Total
Suspended Particulate TSP yaitu partikel dengan ukuran partikel 100 μm. Selain itu, juga dikenal PM
10
yaitu partikel dengan ukuran 10 μm yang berhubungan langsung dengan kesehatan manusia.
2
Komposisi kimia merupakan hal yang penting dalam karakteristik kimia partikulat. Untuk masing-masing distribusi ukuran partikulat, komposisi kimia dalam partikulat pun berbeda-
beda. Kandungan senyawa kimia utama partikulat halus adalah sulfat, nitrat, amonium, Pb, dan C, yang umumnya berasal dari reaksi fasa gas dan dari proses pembakaran seperti
sulfat, nitrat, amonium, karbon, senyawa aromatik dan logam-logam berat seperti Cd, Cu, Zn, Se. Sedangkan kandungan senyawa kimia partikel kasar adalah kandungan logam Fe,
Ca, Na, Si, Al serta senyawa Cl Pakkanen, 2000.
Meningkatnya pertumbuhan perekonomian Kota Padang mengakibatkan semakin pesatnya perkembangan fisik Kota Padang yang diwujudkan dengan penyediaan dan perbaikan
berbagai sarana dan prasarana kota untuk mendukung kelancaran aktivitas perkotaan di berbagai bidang seperti perekonomian, sosial, industri, dan transportasi. Peningkatan
aktivitas perkotaan ini akan mempengaruhi jumlah dan komposisi kandungan pencemar udara, sehingga akan membawa pengaruh juga terhadap kualitas udara ambien Kota
Padang. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan kualitas udara ambien secara kontinu. Namun karena belum adanya stasiun monitoring kualitas udara seperti kota-kota besar
lainnya, maka pemantauan kualitas udara dilakukan hanya dari penelitian, yang jumlahnya masih sedikit. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan pemantauan kualitas
udara ambien Kota Padang untuk polutan jenis partikulat dengan menganalisis karakteristik fisik dan kimianya berdasarkan perbedaan lokasisumber, yaitu daerah urban
daerah dengan banyak dan beragam aktivitas dan daerah non urban daerah dengan sedikit aktivitas. Dari data yang diperoleh akan memudahkan untuk mengidentifikasi
sumber pencemar, sehingga usaha-usaha dalam pencegahan dan pengendalian kualitas udara dapat dilakukan secara optimal.
2. METODOLOGI