Asep Heryanto, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP
MANAJEMEN MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI  DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Dalam  penelitian  ini  yang  dimaksud  dengan  manajemen  mutu  sekolah adalah  tingkat  keunggulan  terhadap  proses  peningkatan  kinerja  secara  terus
menerus  dalam  pelayanan  kepada  konsumen  dengan  melaksanakan  proses manajemen  yang  terdiri  dari  proses  perencanaan,  pengorganisasian,  pelaksanaan
dan pengawasan sekolah yang mengarah kepada visi, misi,program kerja, struktur organisasi sekolah,analisis beban kerja, standar operasi pelaksanaan tugas pokok,
aturan  yang  berlaku,standar  pengawasan,    indikator  pengawasan,  analisis  hasil pengawasan dan rencana perbaikan secara berkelanjutan.
D. Instrumen Penelitian 1. Skala Pengukuran
Dalam  penelitian  ini  peneliti  menggunakan  metode  kuesioner.  Dalam menyusun  kuesioner  ini  peneliti  menggunakan  skala.  Menurut  Sugiyono  2008,
hlm. 93 skala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi sesorang atau sekelompok orang tentang penomena tertentu. Jadi, dengan skala ini peneliti
ingin  mengetahui  bagaimana  kepemimpinan  visioner  kepala  sekolah  dan  budaya sekolah  terhadapa  manajemen  mutu  sekolah  di  Sekolah  Dasar  Negeri  di
Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Instrumen  yang  digunakan  dalam  pengumpulan  data  ketiga  variabel
penelitian  ini  adalah  dengan  menggunakan  skala  likert  dengan  lima  alternatif jawaban, yaitu : Selalu SL, Sering SR, Kadang-kadang KD, Jarang JR dan
Tidak Pernah TP. Pemberian bobot masing-masing kontinum atau berturut-turut untuk  pernyataan  positif  diberi  bobot  :5-4-3-2-1,  sedangkan  bobot  untuk
pernyataan negatif diberi bobot : 1-2-3-4-5.
2. Penyusunan Instrumen
Instrumen  penelitian  ini  disusun  berdasarkan  indikator-indikator  masing- masing  variabel.  Untuk  mendapatkan  kesahihan  konstruk  dilakukan  melalui
pendefinisian  dan  studi  kepustakaan.  Instrumen  pada  masing-masing  indikator disusun  dengan  langkah-langkah  sebagai  bertikut:  1  membuat  kisi-kisi
berdasarkan indikator variabel, 2 menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator  variabel,  3  melakukan  analisis  rasional  untuk  melihat  kesesuaian
dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun angket dari asfek yang diukur.
Asep Heryanto, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP
MANAJEMEN MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI  DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Dalam  penyususnan  butir  pernyataan  mengacu  kepada  kisi-kisi  intrumen penelitian.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah X1 :
Variabel Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Dimensi Indikator
Item
Kepemimpinan Visioner
Kepala Sekolah X1
Menurut Aan
Komariah  dan  Cepi Triatna  2005.  Hlm.
82 :Kepemimpinan
Visioner adalah
kemampuan pemimpin
dalam mencipta,
merumuskan, mengkomunikasikan,
mentransformasikan dan
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran
ideal yang berasal dari dirinya  atau  sebagai
hasil  interaksi  sosial diantara
anggota organisasi
dan stakeholders
yang diyakini  sebagai  cita-
cita organisasi
di masa
depan yang
harus diraih
atau diwujudkan
melalui komitmen
semua personil.
Pemimpin yang  visioner  bekerja
dalam empat
pilar yaitu  sebagai  penentu
arah,  agen  perubahan, juru bicara dan pelatih
Burt  Nanus  dalam Aan  Komariah  dan
Triatna,  2005.  Hlm. 93.
Kepemimpinan visioner
yaitu kepemimpinan
yang harus
dimiliki oleh
seorang kepala
sekolah untuk
menciptakan  dan mengartikulasikan
visi secara
realistik tentang
masa depan
sehingga bisa
menjabarkan  visi dengan
jelas, mengembangkan
komitmen, menginspirasi
keprcayaan, menggunakan
pengaruhnya sebagai
cita-cita dari
suatu organisasi
yang harus  diraih  di
masa  depan  dan diwujudkan
melalui komitmen semua
anggotanya. Kepemimpinan
visioner    harus memiliki
peran sebagai
penentu arah,
agen perubahan,
juru bicara
dan pelatih
.
Penentu Arah
a.  Menentukan  arah  dan  tujuan melalui penyusunan program.
b.Mengarahkan perilaku-perilaku
bergerakmaju  ke  arah    yang  di inginkan.
c. Menganalisis
bersama kemungkinan-kemungkinan  yang  di
tempuh  melalui  teknik-teknik  di masa depan.
d.Kemampuan  menganalisis  posisi, misalnya
dengan menggunakan
analisis SWOT. e.  Memberikan  kejelasan  kepada
pengikutnya  cara-cara  yang  mesti dilakukan
1 2
3
4
5
Agen Perubahan
a. Bertanggungjawab
untuk merangsang
perubahan di
lingkungan internal b.
Menciptakan  inovasi  baru  yang dapat memicu kinerja
c. Pemimpin  mampu  berpikir  ke
depan. d.
Pemimpin  mampu  menyesuaikan terhadap perubahan
e. Menjadi
pelopor inovasi
mengarahkan  ke  perubahan  lebih 6
7 8
9
Asep Heryanto, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP
MANAJEMEN MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI  DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu baik  dalam  mengimplementasikan
visi. 10
Juru Bicara
a. Memperkenalkanmensosialisasikan
visi sekolah. b.
Memiliki  kemampuan  meyakinkan orang dalam kelompok internal.
c. Berhubungan  dengan  organisasi
lain,  mengakses  kepada  hierarki yang lebih tinggi.
d. Menyampaikan
gagasan- gagasanpokok  pikiran  baik  secara
lisan maupun tulisan. e.
Berkomunikasi  secara  empatik membangun
komitmen dan
menyampaikan berbagai
kepentingan yang
berhubungan dengan implementasi visi.
f. Menyampaikan
berbagai kepentingan
yang berhubungan
dengan implementasi visi. 11
12 13
14 15
16
Pelatih a.
Memberi  wawasan  yang  dapat dijadikan dasar bertindak.
b. Mampu
mengkomunikasikan dengan  yakin  bahwa  program
sekolah bermanfaat
bagi pengembangan sekolah.
c. Memfokuskan
pada rekayasa
kemajuan  dan  pembelajaran  masa depan.
d. Komitmen
untuk menjadikan
sekolah unggulan bersama guru. e.
Mengembangkan kehangatan
budaya  dan  iklim  sekolah  yang baik.
f. Tanggap terhadap masalah individu
guru  dan  memberi  solusi  dalam konteks
untuk kelancaran
pembelajaran. g.
Melatihmembimbing penuh
kesadaran dan suri tauladan yang di dasari keahlian dan akhlak mulia.
h. Mampu
berkomunikasi, mensosialisasikan dan bekerja sama
untuk membangun
serta mempertahankan
visi yang
dianutnya. 17
18
19 20
21 22
23 24
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Budaya Sekolah X2
Variabel Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Dimensi Indikator
Item
Budaya Sekolah X2
Menurut  Wayne  K. Hoy  dan  Cecil  G.
Miskel 2008,
menyatakan  :  Budaya sekolah adalah budaya
Budaya sekolah
adalah  gambaran perilaku
yang ditunjukkan  oleh
personil  lembaga Pola Nilai
a. Nilai  yang  merujuk  pada  visi
otonomi sekolah. b.
Nilai  yang  merujuk  kepada implementasi spiritual.
c. Nilai profesionalisme.
1-2 3-4
5-6
Asep Heryanto, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP
MANAJEMEN MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI  DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu yang
terjadi pada
konteks perilaku
keseharian  pelayanan pendidikan
baik formal-informal
berdasarkan hal-hal
yang tersirat
baik secara
implisit maupun
eksplisit. Implisit
seperti :keyakinan,
norma, nilai-nilai,
asumsi- asumsi.
Sedangkan eksplisit:
ritual, serimonial,
simbol dan sejarah.
Nilai-nilai dominan
yang didukung oleh sekolah
atau  falsafah yang
menuntun kebijakan
sekolah terhadap
unsur-unsur dan
komponen sekolah,
pola dasar
yang ditemukan
atau dikembangkan
oleh sekelompok  sekolah-
sekolah seperti
mengatasi masalah-
masalah yang
diadaptasi  dari  luar maupun  integrasi  dari
dalam yang
sudah cukup
baik diakui
secara sah,
oleh karena
itu perlu
dirasakan dalam
hubungannya  dengan maslah-masalah
sekolah dengan
adanya pola nilai, pola kebiasaan,  pola  sikap
dan  tindakan,  Miller dalam  Sutrisno  2010.
Hlm. 56-57. dalam
memberikan pelayanan
pendidikan melalui pola nilai,
pola
kebiasaan, pola  sikap  dan
tindakan.
Pola Kebiasaan
a. Peraturan-peraturan.
b. Slogan, moto, simbol-simbol, dan
seragam. c.
Upacara-upacara. 7-10
11-14 15-16
Pola Sikap dan
Tindakan a.
Cara Berkomunikasi. b.
Pembinaan Pegawai. 17-18
19
Asep Heryanto, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP
MANAJEMEN MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI  DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Manajemen Mutu Sekolah Y
Variabel Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Dimensi +Indikator
Item
Manajemen Mutu Sekolah
Y Manajemen
Mutu Terpadu
TQM adalah
proses manajemen
komprehensif  yang berfokus
pada perbaikan  yang terus
menerus dari
aktivitas  organisasi untuk  menjalankan
kualitas dan
jasa yang  di  tawarkan.
Malthis  dan  Jackson 2001. Hlm. 56.
Manajemen Mutu
adalah proses
perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan
pengawasan  usaha- usaha  para  anggota
organisasi dengan
penggunaan  sumber daya-  sumber  daya
organisasi lainnya
agar mencapai
tujuan organisasi
yang telah
ditetapkan. Stoner
dalam T.
Hani Handoko
2009. hlm. 8
Manaje men mutu sekolah
adalah tingkat
keunggulan terhadap
proses peningkatan
kinerja secara
terus menerus
dalam  pelayanan kepada  konsumen
dengan melaksanakan
proses manajemen  yang
terdiri  dari  proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan  dan
pengawasan sekolah
yang mengarah  kepada
visi, misi,program kerja,
struktur organisasi
sekolah,analisis beban
kerja, standar
operasi pelaksanaan tugas
pokok, aturan
yang berlaku,standar
pengawasan, indikator
pengawasan, analisis
hasil pengawasan
dan rencana perbaikan
secara berkelanjutan
.
Perencanaan Mutu
a. Merumuskan  visi  sekolah
secara realitas. b.
Merumuskan  misi  sekolah secara fleksibel.
c. Merumuskan  tujuan  sekolah
dengan  pencapaian  indikator yang jelas.
d. Merumuskan sasaran sekolah
dengan  rentang  waktu  yang jelas.
e. Melakukan  analisis  SWOT
sekolah. f.
Melibatkan  semua  pegawai dalam  merumuskan  renstra
sekolah. g.
Merumuskan program
pengembangan kurikulum
sekolah  dengan  pencapaian indikator yang jelas.
h. Merumuskan
program pengembangan  SDM  dengan
pencapaian  indikator  yang jelas.
i. Merumuskan  pengembangan
sarana sekolah
dengan pencapaian  indikator  yang
jelas. 1
2 3
4 5
6 7
8-9
10
Pengorganisasian Mutu
a. Mengembangkan
struktur organisasi
sekolah dengan
jelas. b.
Membuat  uraian  tugas  pokok untuk
masing-masing pekerjaan dengan jelas.
11 12
Asep Heryanto, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP
MANAJEMEN MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI  DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu c.
Mengkomunikasikan uraian
tugas  pokok  untuk  masing- masing
pekerjaan kepada
seluruh pegawai sekolah. d.
Melakukan analisis beban kerja untuk  setiap  pekerjaan  di
sekolah secara tertulis. e.
Melakukan penempatan
pegawai  berdasarkan  analisis beban kerja.
f. Mengidentifikasi
hubungan kerja yang jelas antar unit kerja
di sekolah. g.
Kewenangan antar satuan kerja sekolah  teridentifikasi  dengan
jelas. h.
Mengembangkan standar
operasi  prosedur  pelaksanaan tugas  pokok  di  setiap  unit
kerja. i.
Memberlakukan aturan
organisasi sekolah
secara konsisten.
13
14 15
16 17
18
19 Pelaksanaan
Mutu a.
Memberikan orientasi tentang mekanisme  kerja  di  semua
unit kerja. b.
Memberikan instruksi
pelaksanaan  tugas  dengan terarah.
c. Memberikan  saran  kepada
pegawai dalam
menyelesaikan beban
kerjanya. d.
Menyediakan  waktu  untuk mendiskusikan  permasalahan
pekerjaan. e.
Mengembangkan  pola  pikir tentang cara kerja yang baik.
f. Memberikan  pengakuan  atas
prestasi kerja pegawai. g.
Menciptakan  gairah  kerja kepada pegawai.
h. Memberikan
kesempatan untuk
berkembang bagi
semua pegawai di sekolah. 20
21 22
23 24
25 26
27
Pengawasan Mutu
a. Menggunakan  alat  ukur
dengan  standar  pengawasan yang jelas.
b. Indikator  pengawasan  sesuai
dengan  perencanaan  sekolah di setiap satuan kerja.
c. Pengawasan dilakukan secara
berkala. d.
Melakukan  analisis  hasil pengawasan
tentang penyimpangan-
penyimpangan program kerja. e.
Pengawasan dilakukan
dengan prinsif saling percaya. 28
29 30
31
32
Asep Heryanto, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP
MANAJEMEN MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI  DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu f.
Melakukan tindakan
perbaikan terhadap
penyimpangan  program  kerja di sekolah.
g. Menyusun
rancangan perbaikan
secara berkelanjutan setiap tahun.
33
34
3. Uji Coba Instrumen