PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN (PAI) TERHADAP PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMAN I BALEENDAH.

(1)

Asep Heryanto, 2015

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP MANAJEMEN MUTU SEKOLAH

PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI

Oleh : Asep Heryanto (1308058)

ABSTRAK

Manajemen Mutu Sekolah merupakan pengelolaan peningkatan mutu yang bertumpu kepada sekolah itu sendiri dalam upaya memberikan kepuasan kepada pelanggan melalui perbaikan secara terus menerus atas jasa yang diberikan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap manajemen mutu sekolah, budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah dan pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah pada sekolah dasar negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer dengan cara menyebarkan quesoner kepada responden, dengan jumlah sampel seluruhnya adalah 45 orang kepala sekolah dan 160 orang guru pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, diambil secara Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik pengumpulan data yaitu dengan penyebaran angket tertutup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan visioner kepala sekolah di kategorikan tinggi, budaya sekolah dikategorikan tinggi, dan manajemen mutu sekolah dikategorikan tinggi. Sedangkan pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap manajemen mutu sekolah, positif dan signifikan. Pengaruh budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah positif dan signifikan. Pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap manajemen mutu sekolah positif dan signifikan. Dari penelitian direkomendasikan agar kepemimpinan visioner kepala sekolah dapat memberikan dampak yang nyata, maka kepala sekolah lebih aktif memberikan pembinaan dan pelatihan terhadap warga sekolah karena peran ini sangat penting untuk dapat membimbing guru beserta staf dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan yang diharapakan. Budaya sekolah dapat lebih kondusif, maka guru lebih bisa menyesuaikan diri dengan sistem sekolah yang terus mengarah kepada arah perbaikan dimana perlu adanya peningkatan peraturan-peraturan yang berlaku disekolah lebih di tingkatkan kembali dengan memberikan sosialisasi kepada warga sekolah terkait dengan peraturan yang ada di sekolah. Peningkatan pemahahaman terhadap warga sekolah terkait dengan slogan, motto, simbol-simbol juga seragam yang berlaku di sekolah. Serta harus adanya peningkatan kebiasaan upacara-upacara hari-hari besar nasional. Dengan begitu maka pengelolaan manajemen dalam rangka mencapai mutu dapat terwujud.


(2)

Asep Heryanto, 2015

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN... ...1

A. Latar Belakang Penelitian ... ...1

B. Identifikasi Masalah... ...10

C. Rumusan Masalah ...13

D. Tujuan Penelitian ...14

E. Manfaat Penelitian ...15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...16

A. Manajemen Mutu Sekolah dalam Kajian Administrasi Pendidikan ...16

1. Pengertian Mutu ...18

2. Konsep Mutu dalam Pendidikan ... 21

3. Prinsif-Prinsif Mutu ...25

4. Manajemen Mutu Terpadu...22

5. Prinsif Manajemen Mutu Terpadu...29

6. Teknik Manajemen Peningkatan Mutu...30

7. Manajemen Mutu Sekolah...35

B. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah... 38

1. Pengeertian Kepemimpinan ... 38

2. Fungsi Kepemimpinan... ... 43

3. Peran Kepemimpinan ...44


(3)

Asep Heryanto, 2015

a. Konsep Visi...45

b. Pengertian Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah...47

c. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah ...49

d. Langkah-langkah menjadi Visionary Leadership ...52

e. Unsur dan Langkah Kepemimpinan Visioner... 53

d. Indikator Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah... 55

C. Budaya Sekolah... 56

1. Konsep Organisasi ...59

2. Konsep Budaya Sekolah ...60

3. Organisasi Sekolah ...63

4. Unsur dan Asfek Budaya Sekolah ...64

3. Fungsi Budaya Sekolah ...66

4. Pengembangan Budaya Sekolah...67

D. Kerangka Berpikir ...68

E. Hipotesis Penelitian...71

BAB III METODE PENELITIAN ...72

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ...72

B.Metode Penelitian ...76

C.DefinisiOperasional...78

D.Instrumen Penelitian... ...80

E. Teknik Pengumpulan Data ...94

F. Teknik Analisis Data...95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...102

A.Hasil Penelitian ...102

B.Pembahasan ...128

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...146

A.Kesimpulan ...146

B.Rekomendasi...147

DAFTAR PUSTAKA ...149

LAMPIRAN-LAMPIRAN...154


(4)

Asep Heryanto, 2015 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12

Jumlah Populasi di Kecamatan Surade ... ... Jumlah Sampel di Kecamatan Surade ... Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Kisi-kisi Instrimen Budaya Sekolah... Kisi-kisi Instrumen Manajemen Mutu Sekolah ... Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)...

Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Sekolah (X2)...

Hasil Uji Validitas Variabel Manajemen Mutu Sekolah (Y).... Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)...

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Budaya Sekolah (X2)...

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Manajemen Mutu Sekolah (Y). Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas ... Kriteria dan Penafsiran... ... Tolok Ukur Koefisien Korelasi... ... Hasil Uji Normalitas Variabel X1...

Hasil Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Variabel Y...

Hasil Uji Linieritas Variabel X2 terhadap Variabel Y...

Hasil Uji Homogenitas Variabel X1 ...

Hasil Uji Homogenitas Variabel X2 ...

Hasil Uji Homogenitas Variabel Y... Hasil Uji Korelasi Variabel X1 terhadap variabel Y...

Hasil Uji Korelasi Variabel X2 terhadap variabel Y...

Hasil Uji Korelasi Variabel X1 dan X2 terhadap Y...

Hasil Uji Regresi Variabel X1 terhadap Variabel Y...

Hasil Uji Regresi Variabel X2 terhadap Variabel Y...

Hasil Uji Regresi VariabelX1 dan X2 terhadap Variabel Y...

72 75 81 82 84 88 89 90 91 92 93 93 95 98 108 109 109 110 111 111 112 114 116 118 120 122


(5)

Asep Heryanto, 2015 Tabel 4.13

Tabel 4.14

Hasil Uji F... Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis...

125 127


(6)

Asep Heryanto, 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4

Identifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Mutu ... The TQM model for school leadership... Kerangka Berpikir... Hubungan Antar Variabel Penelitian... Diagram Batang Skor Rata-rata Variabel X1...

Diagram Batang Skor Rata-rata Variabel X2...

Diagram Batang Skor Rata-rata Variabel Y ... Struktur Pengaruh Variabel X1 dan X2 terhadap Y ...

12 33 70 71 103 105 106 127


(7)

Asep Heryanto, 2015 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22 Lampiran 23

Angket Penelitian ... Pengukuran dengan menggunakan WMS ... Uji Validitas Variabel X1... Uji Validitas Variabel X2 ... Uji Validitas Variabel Y ... Uji Reliabilitas Variabel X1... Uji Reliabilitas Variabel X2 ... Uji Reliabilitas Variabel Y ... Uji Normalitas ... Uji Linieritas Variabel X1 terhadap Variabel Y ... Uji Linieritas Variabel X2 terhadap Variabel Y ... Uji Homogenitas ... Uji Korelasi Variabel X1 terhadap Variabel Y ... Uji Korelasi Variabel X2 terhadap Variabel Y... Uji Korelasi Variabel X1 dan X2 terhadap Y ... Uji Analisis Regresi Variabel X1 terhadap Y ... Uji Analisis Regresi Variabel X2 terhadap Y ... Uji Analisis Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y ... Uji F ... Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ... Surat-surat Izin Penelitian ... Tabulasi Data Responden... Riwayat Hidup ...

155 160 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 210 220


(8)

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan elemen penting dalam pengembangan kepribadian, kecerdasan maupun keterampilan peserta didik, hal ini sesuai dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yaitu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, diperlukan pendidikan yang dapat mengembangkan kepribadian, kecerdasan, keterampilan serta menambah wawasan menjadi lebih luas dan dapat mengembangkan potensi pribadinya secara optimal.

Pendidikan memegang peran penting dan menduduki posisi sentral karena berorientasi kepada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk siap beradaptasi dengan kemajuan dan perkembangan zaman yang sangat pesat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu diatur, dikelola secara sistematis dan diberdayagunakan secara efektif oleh semua pihak, baik Pemerintah Pusat, Daerah , stakeholders sekolah dan masyarakat.

Untuk dapat bersaing di era globalisasi saat ini dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dimana bahwa perkembangan dan kemajuan suatu negara tercermin dengan sumber daya manusianya yang berkualitas melebihi dari sumber daya alam. Oleh sebab itu Indonesia sendiri harus menyiapkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, mandiri agar dapt bersaing di era globalisasi ini. Untuk dapat menghadapai persaingan tersebut ialah melalui pendidikan, dimana pendidikan merupakan usaha secara sadar untuk dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui proses pembelajaran.

Pemerintah beserta seluruh praktisi pendidikan harus berperan aktif dalam mewujudkan penyelenggaraan sistem pendidikan Nasional untuk tercapainya tujuan pendidikan Nasional, seperti tercantum dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:


(10)

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara”.

Pernyataan diatas bermakna bahwa proses pendidikan harus dilaksanakan secara sadar,terencana, dan berlangsung secara sistematis dalam suatu sistem pendidikan untuk tercapainya tujuan yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik dari hasil proses pendidikan. Untuk itu dibutuhkan lembaga pendidikan atau organisasi pendidikan baik dari tataran makro sampai mikro, pada jalur formal, informal maupun non formal yang berwenang untuk menjalankan fungsi dan perannya sebagai wadah berlangsungnya kegiatan proses pendidikan bagi peserta didik untuk tujuan pencapaian mutu hasil belajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 dan Standar Nasional Pendidikan dalam PP No 19 tahun 2007.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan karakter sesorang karena pendidikan akan membentuk karakter baik atau buruknya pribadi seseorang. Maka dari itu pemerintah sangat konsen terhadap bidang pendidikan karena dengan sistem pendidikan yang baik akan dapat menghasilkan sumber daya yang berkualitas sehingga dapat bersaing di era globalisasi saat ini.

Pendidikan merupakan upaya pemerintah untuk dapat mencerdaskan jehidupan bangsa, maka dari itu pendidikan merupakan kunci dalam pembangunan suatu negara karena akan mempengaruhi semua bidang kehidupan. Melalui pendidikan maka diharapkan akan menghasilkan generasi-generasi yang berkualitas dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan sesuai tuntutan zaman.

Pendidikan yang bermutu merupakan sebuah kebutuhan untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi. Mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui mutu sekolah yang mana mutu pendidikan senantiasa berbanding lurus dengan mutu sekolah artinya bila mutu sekolah meningkat maka


(11)

mutu pendidikan pun akan ikut meningkat. Namun pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih belum merata dengan baik secara kuantitas maupun kualitas. Maih ada kesenjangan pendidikan antara sekolah di kota dengan sekolah di daerah terpencil sehingga mutu pendidikan masih belum merata di setiap sekolah di berbagai daerah di Indonesia.

Sekolah merupakan sarana terjadinya proses pembelajaran atau dapat dikatakan pula sebagai agen perubahan bagi masyarakat. Oleh karena itu pengelolaan sekolah harus dilakukan dengan sebaik mungkin, terutama sekolah dasar sebagai pondasi untuk dapat membentuk karakter peserta didik yang lebih baik. Ibrahim Bafadal (2009, hlm. 3) mengatakan bahwa : “Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun.

Sekolah Dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar “. Di dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri atas program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Dengan demikian sekolah dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar.

Tempat yang paling strategis untuk dapat mengembangkan sumber daya manusia yaitu sekolah. Sebagaimana sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran agar peserta didik dapat menjadi manusia seutuhnya. Upaya perbaikan mutu sekolah selama ini kurang berhasil. Hal ini disebabkan strategi pembangunan pendidikan selama ini masih bersifat infut oriented yang lebih berdasar kepada asumsi bahwa jika semua infut pendidikan telah terpenuhi seperti penyediaan buku, media pembelajaran, sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka akan secara otomatis, lembaga pendidikan akan menghasilkan keluaran yang bermutu. Demikian pula pengelolaan pendidikan lebih bersifat macro oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat, sedangkan di tingkat daerah belum begitu berperan.


(12)

Untuk dapat meningkatkan mutu dipelukan proses peningkatan mutu yang tetap terkontrol. Oleh karena itu aharus ada standar yang bisa mengatur dan disepakati secara nasional untuk dapat dijadikan indikator evaluasi dalam keberhasilan peningkatan mutu tersebut. Maka muncullah pendekatan baru yakni pengelolaan peningkatan mutu sekolahyang mampu memberdayakan semua sumber daya yang dimiliki sehingga tujuan sekolah dapat tercapai.

Melalui manajemen mutu sekolah diharapkan sekolah mampu untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Karena dengan menerapkan manajemen mutu sekolah bisa mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk dapat meningkatkan mutu sekolah. Pentingnya mutu sekolah bukan hanya terkait dengan peningkatan manajemen mutu sekolah melainkan hal ini sejalan dengan kebijakan otonomi daerah di bidang pendidikan. Di dalam kerangka implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan tersebut khususnya dalam manajemen mutu sekolah tentunya ada beberapa indikator prasyarat dalam manajemen mutu sekolah yaitu kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah.

Kualitas kepala sekolah sebagai manajer sangat dipengaruhi oleh kinerja (capability) manajerial yang dimiliki dalam upaya memberdayakan guru sehingga terwujud guru yang profesional yang selalu ingin mengaktualisasikan dalam bentuk peningkatan mutu pendidikan. Kepala sekolah yang mempunyai kinerja yang baik yaitu seorang kepala sekolah yang mempunyai kapasitas intelektual, emosional dan spiritual yang baik serta berwawasan luas dan futuristik.

Kapasitas kepala sekolah diperlukan dalam mencermati, memahami dan menganalisis setiap informasi yang diperoleh. Kapasitas emosional diperlukan dalam menghadapi berbagai tekanan dan dalam membangun hubungan. Sedangkan kapasitas spiritual diperlukan pada saat melakukan pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang berpihak pada kebenaran. Adapun wawasan yang luas dan futuristik merupakan modal dasar dalam membaca tanda-tanda perubahan lingkungan sekolah sehingga dapat membawa sekolah yang dipimpinnya tetap eksis dalam kondisi perubahan yang


(13)

terus terjadi. Kepala sekolah ideal mampu mensinergikan kemampuan manajemen dan kemampuan kepemimpinan secara simultan.

Salah satu tugas kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen sekolah adalah mengendalikan , melalui fungsi pengendalian kepala sekolah dapat menjalankan organisasi persekolahan agar tetap berproses pada arah yang benar dan tidak membiarkan deviasi atau penyimpangan yang terlalu jauh dari arah tujuan yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan visioner kepala sekolah ini mempunyai peranan penting guna menunjang manajeman mutu sekolah. Di era otonomi daerah seperti saat ini kepala sekolah memiliki wewenang dan tanggungjawab untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Di tangan kepala sekolahlah peningkatan mutu sekolah bisa tercapai, karena kepala sekolah sebagai seorang pemimpim memiliki peranan untuk dapat mengkoordinir semua personil di sekolah untuk dapat menjalankan tugasnya secara lebih optimal. Kekuatan kepemimpinan kepala sekolah menghasilkan berbagai kebijakan dan opersionalisasi kerja yang dibimbing oleh visi yang akan dijadikan dasar pencapaian tujuan sekolah. Visi yang dijalankan secara konsisten harus menuntut perubahan budaya yang lebih berorientasi pada mutu baik proses maupun hasil pendidikan. Dengan demikian hal penting yang memposisikan diri sebagai komponen yang memberikan pengaruh yang kuat pada efektifitas pencapaian pendidikan yang berkualitas di era desentralisasi adalah Visionary Leadership.

Kepemimpinan visioner merupakan kemampuan pemimpin untuk dapat menciptakan suatu visi yang mampu menjawab berbagai tantangan di masa depan. Visi dapat menyalurkan apa yang ingin dicapai oleh pimpinan yaitu kepala sekolah terkait tujuan dari sekolah bila ditransformasikan secara tepat kepada seluruh warga sekolah untuk dapat berkomitmen sehingga dapat mencapai visi tersebut. Hal senada dikemukakan oleh Engkoswara dan Komariah (2011, hlm. 195) bahwa kepemimpinan visioner (visionary leadership) dapat diartikan sebagai kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial


(14)

diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus dicapai melalui komitmen semua personil.Selain itu faktor pendukung lainnya adalah budaya sekolah. Dengan adanya budaya sekolah yang kondusif memungkinkan dapat meningkatkan prestasi peserta didik sehingga akan berimplikasi terhadap terbangunnya manajemen mutu sekolah.

Dimana sekolah merupakan sebuah organisasi yang didalamnya akan ada interaksi diantara individu, sehingga harus ada antisipasi terhadap perubahan yang cepat sehingga sekolah mampu berperan dengan optimal dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi. Menurut Kent D. Peterson guru besar pada Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Wisconsin Madison yang merangkap sebagai Direktur Institut Kepemimpinan Sekolah (2009) menyatakan

bahwa :” Budaya sekolah adalah seperangkat norma, tata nilai, keyakinan, ritual dan tradisi dalam bentuk aturan-aturan yang tidak tertulis yang mendasari cara

berpikir, cara merasakan dan cara bertindak”. Oleh karena itu budaya merupakan

kebiasaan dari individu dalam berinteraksi sosial. Sekolah memiliki kesadaran akan pentingnya budaya sekolah yang kondusuf namun hal ini sering terabaikan sehingga budaya sekolah sering mengalir begitu saja, aturan-aturan yang tidak tertulis itu mendasari interaksi, pemecahan masalah serta dalam pengambilan keputusan.

Budaya sekolah yang sehat ternyata berkorelasi kuat dengan meningkatnya motivasi dan prestasi para siswa dan berkorelasi kuat juga dengan produktivitas kerja dan kepuasan para guru. Budaya sekolah juga mempengaruhi sikap guru terhadap poekerjaan mereka sehingga akan memberi implikasi kepada mutu. Dalam studi yang dilakukan oleh Cheng (2003) diketahui bahwa budaya sekolah yang lebih kuat telah meningkatkan motivasi kerja guru. Dalam sebuah lingkungan dengan ideologi organisasi yang kuat, partisipasi yang dihayati bersama, kepemimpinan yang kharismatik dan keakraban, menyebabkan para guru merasakan kepuasan kerja yang lebih tinggi dan peningkatan produktivitas.

Dalam rangka mengembangkan budaya sekolah yang berkenaan dengan tugas dari kepala sekolah selaku pimpinan di sekolah. Hendaknya kepala sekolah


(15)

mampu melihat lingkungan sekolahnya secara keseluruhan. Sehingga mampu memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh warga sekolahnya. Maka dari itu melalui pemahaman mengenai budaya organisasi sekolah akan mampu memberikan pemahaman mengenai nilai, keyakinan dan sikap diantara warga sekolah sehingga bisa meningkatkan hubungan yang harmonis diantara warga sekolah.

Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Merupakan suatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Merupakan sesuatu yang mustahil pula, terjadi proses pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula.

Terkait dengan hal tersebut maka mutu sekolah di Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi masih rendah, hal ini dilihat berdasarkan hasil ujian nasional dan nilai akreditasi sekolah secara keseluruhan. Mutu pendidikan nya juga masih rendah hal ini dipicu oleh pengelolaan manajemen mutu sekolah yang masih belum optimal. Manajemen mutu sekolah merupakan alternatif dalam pengelolaan sekolah dengan lebih menekankan kepada kemandirian juga kreativitas sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah.

Berdasarkan kenyataan yang ditemukan di lapangan ternyata masih ada sekolah-sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi yang kondisinya adalah sebagai berikut :

a. Tahun 2013 dari 45 sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, peringkat yang diperoleh untuk nilai akreditasi yamg mendapat peringkat akreditas A ( >85) masih sangat rendah yaitu hanya 10 sekolah saja atau jika di prosentase yaitu sebesar 22%, artinya dari 45 sekolah dasar yang ada di Kecamatan Surade hanya 10 sekolah dasar saja yang sudah memenuhi 8 standar pengelolaan pendidikan. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 35 sekolah mendapat nilai akreditasi B (75) atau sebesar 78% jika di prosentasekan, artinya dari data tersebut hanya 35 sekolah dasar yang mendapat nilai 75, data ini menunjukkan dari 8 standar pengelolaan ini ada 2 atau 3 standar pengelolaan yang belum lengkap atau belum memenuhi syarat.


(16)

Sedangkan yang mendapat nilai akreditasi C (<50) pada sekolah dasar negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi tidak ada atau 0%. Ini menandakan bahwa di Kecamatan Surade sudah tidak ada sekolah dasar yang belum memenuhi 8 standar pengelolaan di bawah 50%.

b. Kepala sekolah belum mampu merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah yang sesuai dengan harapan dan tantangan ke arah masa depan, menuju kepada sistem manajemen mutu sekolah yang baik, sehingga mutu sekolah dapat meningkat. Sehingga visi dan misi hanya dijadikan sebagai syarat untuk memenuhi kelengkapan saja, hal ini di sebabkan karena masih banyak kepala sekolah yang belum memahami pentingnya visi, misi dan program sekolah sebagai pedoman pengembangan sekolah.

c. Berdasarkan rata-rata Nilai Ujian Nasional tahun pelajaran 2013/2014, Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, mendapatkan nilai rata-rata hasil ujian adalah sebagai berikut: untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia mendapat nilai rata-rata ujian yaitu 7,20, Matematika mendapatkan rata-rata 7,12 sedangkan untuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mendapat nilai rata-rata ujian 7,52. Dari data ini menunjukkan bahwa Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Surade, masih perlu untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran, karena berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, rata-rata untuk ujian nasional tahun 2013/2014 yaitu 7,50. Jadi masih ada mata pelajaran yang masih berada di bawah rata-rata kabupaten, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya yaitu faktor manajemen mutu di sekolah tersebut yang belum optimal.

Sekolah dasar negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi, merupakan sentra pendidikan di Sukabumi selatan, yang dijadikan sebagai proyek percontohan persekolahan di Sukabumi bagian selatan. Ada sepuluh sekolah dasar negeri yang dijadikan sebagai proyek sekolah percontohan dan empat sekolah dasar negeri yang dijadikan Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN), sehingga Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. Sekolah-sekolah di Kecamatan Surade terdiri dari beberapa karakteristik sesuai dengan lokasi daerah tempat sekolah tersebut berada. Ada


(17)

sekolah yang terletak di pusat kota, pingiran kota, di pinggir pantai bahkan ada sekolah yang terletak di pegunungan yang akses ke sekolahnya sangat terjal dan berliku sehingga membutuhkan tenaga ekstra untuk sampai ke lokasi sekolah tersebut.

Pelaksanaan Manajemen mutu sekolah di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi masih belum dilakukan secara optimal oleh semua sekolah dikarenakan oleh banyak faktor penghambat ataupun kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak sekolah. Dimana perumusan visi belum melibatkan guru dan visi belum mampu diterjemahkan oleh kepala sekolah sehingga proses implementasi visi jadi terhambat. Maka dari itu tidak jarang visi yang telah dirumuskan hanya menjadi hiasan dinding semata. Pada kenyataannya sering kali pernyataan visi misi organisasi kurang tepat menggambarkan tujuan organisasi sehingga sering di jumpai adanya kesulitan pada saat melakukan deploy visi misi menjadi set of action yang akan digunakan untuk mengukur kinerja organisasi dengan menggunakan metode balance scorecard.

Selain itu proses manajemen mutu sekolah belum mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan. Standar ini ditetapkan agar sekolah mampu memenuhi semua kebutuhan dari pelanggan baik internal maupun eksternal. Standar yang harus dipenuhi oleh Sekolah Dasar ialah mengacu kepada Permendiknas no.19 tahun 2007 tentang pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah. Permnediknas nomor 19 tahun 2007 merupakan salah satu penjabaran dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ada enam poin penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pendidikan dasar dan menengah yaitu perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, sistem informasi manajemen dan penilaian khusus.

Namun standar tersebut belum bisa dipenuhi oleh sekolah hal ini bisa terlihat dari komitmen untuk menjalankan manajemen mutu sekolah dari setiap warga sekolah untuk dapat mencapai mutu sesuai dengan yang diharapkan sehingga akan tercipta budaya untuk selalu memperbaiki kinerja secara terus menerus belum terlihat hal ini dikarenakan kurangnya rasa memiliki sekolah dari


(18)

warga sekolah sehingga komitmen menjadi sebuah kata-kata yang tak mampu untuk dijalankan.

Dalam manajemen mutu dibutuhkan profesionalisme guru karena guru merupakan ujung tombak di dalam proses pembelajaran dimana guru harus mampu memberikan pembelajaran yang mendidik sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berprestasi. Namun kenyataannya, profesionalisme guru saat ini masih rendah sehingga perlu selalu ditingkatkan secara terus menerus melalui Continuing Professsional Development (CPD) sebagai sebuah wadah kegiatan pengembangan profesional yang tersedia untuk mendudkung pengembangan kompetensi guru.

Selain itu dibutuhkan kepemimpinan mutu dalam menjalankan manajemen mutu dimana kepemimpinan mutu ini akan selalu memfokuskan kepada pencapaian atau pemenuhan kebutuhan pelanggan tanpa kepemimpinan mutu sulit untuk mewujudkan mutu sekolah. Namun yang menjadi kendala yaitu pimpinan masih belum bisa mendukung stafnya dengan tidak menunjukkan penghargaan atas prestasi yang telah dicapai oleh stafnya sehingga hal ini berdampak terhadap staf yang bekerja tanpa adanya motivasi.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas maka melihat pentingnya manajemen mutu untuk dapat mencapai mutu sekolah. Sehingga dengan pengaruh dari kepemimpinan Visioner kepala sekolah juga dukungan budaya sekolah akan bisa menunjang manajemen mutu dalam usaha mencapai mutu sekolah sesuai dengan harapan dari pelanggan.

Bertitik tolak pada uraian diatas maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai: “Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Manajemen Mutu Sekoalah pada Sekolah Dasar Negeri”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan pengalaman historis yang telah diungkapkan melalui berbagai kinerja ilmiah, peneliti dapat mengidentifikasi masalah berkaitan dengan manajemen mutu sekolah pada sekolah dasar negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.


(19)

Semua usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menciptakan mutu sekolah yaitu dengan penerapan manajemen mutu sekolah sebagai salah satu kebijakan. Implementasi manajemen mutu sekolah sangat penting karena keberhasilan manajemen mutu sekolah akan berbanding lurus dengan peningkatan mutu sekolah. Mutu merupakan hal yang sangat penting di dalam pendidikan karena pendidikan yang bermutu akan mampu menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi sehingga mampu bersaing di era globalisasi saat ini dan mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada.

Manajemen mutu sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah pada sekolah dasar negeri di Kabupaten Sukabumi. Karena berdasarkan hasil studi awal di lapangan , kedua variabel tersebut memiliki pengaruh dan meningkatkan manajemen mutu sekolah di Kabupaten Sukabumi.

Hal ini diperkuat oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tentang pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah dan pendapat J. Supranto (2007, hlm. 12) bahwa standar manajemen mutu terdiri dari : Perencanaan Program, Pelaksanaan Program, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Pengawasan dan Evaluasi serta Sistem Informasi Manajemen.


(20)

Gambar 1.1

Identifikasi Faktor yang mempengaruhi Standar Manajemen Mutu Diadopsi dari J. Supranto (2007, hlm. 12) dan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007, tentang standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian ialah kepemimpinan dan budaya sekolah. Kepemimpinan Visioner kepala sekolah merupakan kepemimpinan yang memiliki kerja pokok untuk memfokuskan pada rancangan masa depan yang penuh dengan tantangan. Sehingga mampu menjadi agen perubahan dan penentu arah organisasi yang akhirnya mampu menciptakan

Standar Manajem Mutu Perencanaan Program Pengawasan dan Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Budaya Sekolah Pelaksanaan Program Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah

• Budaya sekolah masih belum dilaksanakan secara optimal seperti pengembangan tata nilai, keyakinan, ritual dan tradisi dalam bentuk aturan-aturan tidak tertulis, sehingga kadang bersebrangan dengan aturan-aturan di masyarakat.

• Sekolah belum memiliki kesadaran akan pentingnya budaya sekolah yang kondusif, padahal aturan-aturan tidak tertulis ini mendasari interaksi pemecahan masalah serta pengambilan keputusan.

• Budaya sekolah yang sehat akan berkorelasi kuat dengan meningkatnya motivasi dan prestasi para siswa dan berkorelasi kuat juga dengan produktivitas kerja dan kepuasan para guru.

• Budaya sekolah yang kuat akan

mempunyai ideologo organisasi yang kuat

• Kepala Sekolah belum mampu merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah yang sesuai dengan harapan dan tantangan ke arah masa depan, menuju kepada sistem manajemen mutu sekolah yang baik,

• Perumusan visi belum melibatkan guru dan visi belum mampu diterjemahkan olehkepala sekolah sehingga prosesimplementasi visi jadi terhambat.


(21)

budaya sekolah yang baik dan mampu menciptakan profesionalisme kerja bagi setiap personil sekolah untuk dapat menghasilkan output yang berkualitas. Sehingga melalui kepemimpinan yang visioner diharapkan mampu meningkatkan manajemen mutu sekolah.

Budaya sekolah yang efektif juga mampu meningkatkan manajemen mutu sekolah karena dengan budaya sekolah yang efektif akan mampu membentuk karakter peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi peserta didik yang tentunya akan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Namun budaya sekolah sering terganjal oleh kepemimpinan kepala sekolah yang tidak mampu membentuk budaya sekolah yang efektif di sekolah.

Oleh karena itu, melalui kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah diharapkan mampu meningkatkan manajemen mutu sekolah dasar negeri di Kabupaten Sukabumi.

Penelitian ini dibatasi dalam lingkup masalah pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (� ) dan Budaya Sekolah (� ) sebagai variabel bebas, terhadap Manajemen Mutu Sekolah (Y) sebagai variabel terikat. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Sekolah dan Guru yang terlibat dalam Manajemen Mutu Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Di kabupaten Sukabumi.

C. Rumusan Masalah

Bertitik tolak kepada latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini ialah : 1. Bagaimana Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi?

2. Bagaimana Budaya Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi?

3. Bagaimana Manajemen Mutu sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi?

4. Berapa besar Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Terhadap Manajemen Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi?


(22)

5. Berapa besar Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Manajemen Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi?

6. Berapa besar Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadap Manajemen Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah ingin memperoleh data dan informasi mengenai pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

2. Tujuan Khusus :

a. Terdeskripsikannya Kepemimpinan Visioner kepala sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

b. Terdeskripsikannya Kepemimpinan budaya sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

c. Terdeskripsikannya Kepemimpinan manajemen Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

d. Tereanalisanya besaran Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah terhadap Budaya Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

e. Tereanalisanya besaran Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Manajemen Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

f. Teranalisanya besaran Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadapa Manajemen Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.


(23)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitianyang dilakukan di pada sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi ini adalah :

1. Sebagai klarifikasi kebenaran teori dilihat dari sudut empirikal.

2. Sebagai Informasi bagi para kepala sekolah dalam menjalankan manajemen mutu di sekolah yang dipimpinnya, sehingga tercapainya visi, misi, tujuan dan program sekolah yang di harapkan.

3. Meningkatkan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah dan guru, sehingga memperkaya pola dan strategi peningkatan manajemen mutu sekolah yang akhirnya harapan daripada semua warga sekolah dapat terealisasikan dengan peningkatan manajemen mutu sekolah.

4. Sebagai bahan masukan bagi intansi yang berwenang pada dunia pendidikan dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan terhadap kepala sekolah dalam peningkatan manajemn mutu sekolah, khususnya manajemen mutu pada sekolah dasar negeri.


(24)

Asep Heryanto, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1). Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Dalam penelitian ini, lokasi dipilih secara keseluruhan berdasarkan jumlah sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Surade yaitu berjumlah 45 sekolah.

2). Populasi

Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2010. hlm. 80) bahwa “populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas :objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”. Untuk itu, yang menjadi populasi dari

penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan Guru sekolah dasar negeri se-Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

Tabel 3.1

Jumlah Kepala Sekolah dan Guru SDN di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi

No Nama Sekolah Jumlah Kepala

Sekolah

Jumlah

Guru Akreditasi

1 SDN 1 Cipeundeuy 1 9 B

2 SDN 1 Cisaat 1 7 A

3 SDN 1 Citanglar 1 10 B

4 SDN 1 Pasiripis 1 7 B

5 SDN 1 Surade 1 11 A

6 SDN 2 Cipeundeuy 1 9 A

7 SDN 2 Cisaat 1 11 B

8 SDN 2 Citanglar 1 8 B

9 SDN 2 Pasiripis 1 9 B

10 SDN 2 Surade 1 7 B

11 SDN 3 Cipeundeuy 1 9 B

12 SDN 3 Citanglar 1 11 B

13 SDN 3 Pasiripis 1 7 B


(25)

Asep Heryanto, 2015

No Nama Sekolah Jumlah Kepala

Sekolah

Jumlah

Guru Akreditasi

15 SDN 4 Citanglar 1 9 B

16 SDN 4 Pasiripis 1 9 B

17 SDN 4 Surade 1 9 B

18 SDN 5 Pasiripis 1 12 B

19 SDN Babakanpanjang 1 8 B

20 SDN Bagasih 1 7 A

21 SDN Bojongloa 1 8 B

22 SDN Cibarehong 1 9 B

23 SDN Cibeunteur 1 8 B

24 SDN Cicurug 1 7 B

25 SDN Cidadap 1 9 B

26 SDN Cihaurkuning 1 7 B

27 SDN Cijambe 1 8 B

28 SDN Cikaret 1 9 B

29 SDN Cikondang 1 7 A

30 SDN Cimanggu 1 9 B

31 SDN Cipicung 1 10 B

32 SDN Citaritih 1 8 A

33 SDN Ciwaruhilir 1 8 A

34 SDN Jagamukti 1 9 A

35 SDN Linggajaya 1 10 B

36 SDN Margabakti 1 8 B

37 SDN Minajaya 1 5 B

38 SDN Pasirgaling 1 6 B

39 SDN Pasirmalang 1 14 A

40 SDN Ratumandala 1 8 B

41 SDN Salenggang 1 8 B

42 SDN Sukarata 1 8 B

43 SDN Sukaresmi 1 8 A

44 SDN Sukatani 1 10 B

45 SDN Pasekon 1 8 B

Jumlah 45 385

3). Sampel

Menurut Udin Saefudin Sa’ud (2007, hlm. 113-114), sampel adalah sekolompok subjek yang menghasilkan data yang diambil (walaupun subjek tersebut tidak diambil dari populasi). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari para ahli.


(26)

Asep Heryanto, 2015

Berdasarkan pendapat Arikunto yang dikutif oleh Akdon dan Hadi (2005, hlm. 98) mengemukakan bahwa :

”Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang

diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dikarenakan populasi dalam penelitian ini adalah dalam jumlah yang cukup besar, maka dilakukan penarikan sampel.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Probability Sampling, dan Proportionate Stratifed Random Sampling.

Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2010. hlm. 82). Sedangkan Proportionate Stratifed Random Sampling dipilih karena populasi dalam penelitian ini mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Adapun cara menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 2010, hlm. 86) yaitu dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

-λ dengan dk = 1, tarap kesalahan bisa 1%,5%,10% 1%, 5%,

P = Q : 0,5

d : 0,05 , � = 2, 0 (tarap kesalahan 5%) N : Populasi

S : sampel

Dengan jumlah populasi 45 kepala sekolah dan 385 guru dan taraf kesalahan 5%

(λ =2,706), maka diperoleh jumlah total sampel penelitian melalui perhitungan

sebagai berikut :

λ .N.P.Q , . 385 . 0,5 . 0,5 260,452

S = = = = 160

(N-1) + π .P.Q . (385-1) + 2,706. 0,5 . 0,5 1,636

Jadi jumlah sampel penelitian ini sebanyak 160 orang guru dan seluruh kepala sekolah yang jumlahnya 45 orang dijadikan sampel, jumlah ini kemudian

λ .N.P.Q S =


(27)

Asep Heryanto, 2015

menjadi responden penelitian. Jumlah sampel tersebut jika diprosentasekan lagi menjadi 160/385 x 100% = 41,56%.

Setelah di hitung secara keseluruhan, maka jumlah data sampel penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Kepala Sekolah dan Guru SDN di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi

No Nama Sekolah

Jumlah Populsai

KS

Jumlah Populasi

Guru

Jumlah Sampel (41,56%)

Jumlah Sampel Guru

1 SDN 1 Cipeundeuy 1 9 3,74 4

2 SDN 1 Cisaat 1 7 2,90 3

3 SDN 1 Citanglar 1 10 4,15 4

4 SDN 1 Pasiripis 1 7 2,90 3

5 SDN 1 Surade 1 11 4,57 5

6 SDN 2 Cipeundeuy 1 9 3,74 4

7 SDN 2 Cisaat 1 11 4,57 5

8 SDN 2 Citanglar 1 8 3,32 3

9 SDN 2 Pasiripis 1 9 3,74 4

10 SDN 2 Surade 1 7 2,90 3

11 SDN 3 Cipeundeuy 1 9 3,74 4

12 SDN 3 Citanglar 1 11 4,57 5

13 SDN 3 Pasiripis 1 7 2,90 3

14 SDN 3 Surade 1 7 2,90 3

15 SDN 4 Citanglar 1 9 3,74 4

16 SDN 4 Pasiripis 1 9 3,74 4

17 SDN 4 Surade 1 9 3,74 4

18 SDN 5 Pasiripis 1 12 4,98 5

19 SDN Babakanpanjang 1 8 3,32 3

20 SDN Bagasih 1 7 2,90 3

21 SDN Bojongloa 1 8 3,32 3

22 SDN Cibarehong 1 9 3,74 4

23 SDN Cibeunteur 1 8 3,32 3

24 SDN Cicurug 1 7 2,90 3

25 SDN Cidadap 1 9 3,74 4

26 SDN Cihaurkuning 1 7 2,90 3

27 SDN Cijambe 1 8 3,32 3

28 SDN Cikaret 1 9 3,74 4

29 SDN Cikondang 1 7 2,90 3

30 SDN Cimanggu 1 9 3,74 4


(28)

Asep Heryanto, 2015 No Nama Sekolah

Jumlah Populsai

KS

Jumlah Populasi

Guru

Jumlah Sampel (41,56%)

Jumlah Sampel Guru

32 SDN Citaritih 1 8 3,32 3

33 SDN Ciwaruhilir 1 8 3,32 3

34 SDN Jagamukti 1 9 3,74 4

35 SDN Linggajaya 1 10 4,15 4

36 SDN Margabakti 1 8 3,32 3

37 SDN Minajaya 1 5 2,07 2

38 SDN Pasirgaling 1 6 2,49 2

39 SDN Pasirmalang 1 14 5,81 6

40 SDN Ratumandala 1 8 3,32 3

41 SDN Salenggang 1 8 3,32 3

42 SDN Sukarata 1 8 3,32 3

43 SDN Sukaresmi 1 8 3,32 3

44 SDN Sukatani 1 10 4,15 4

45 SDN Pasekon 1 8 3,32 3

Jumlah 45 385 160

Sehingga jumlah sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 orang kepala sekolah dan 160 orang guru sekolah dasar negeri se-Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi.

B. Metode Penelitian

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadap Manajemen Mutu Sekolah. Oleh karena itu peneliti berusaha menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Sebagaimana mestinya bahwa sebuah penelitian tidak akan mencapai kriteria sesungguhnya apabila tidak menggunakan sebuah metode penelitian yang tepat. Dengan metode penelitian yang tepat, diharapkan sebuah penelitian nantinya akan menjadi penelitian yang ilmiah, logis, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Berikut metode yang akan digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini :

1). Pendekatan Kuantitatif

Menurut Arikunto (2002, hlm. 86) mengatakan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian


(29)

Asep Heryanto, 2015

dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat diperoleh gambaran umum dan kesimpulan masalah penelitian.

Pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang terencana dan cermat, dengan desain yang terstruktur ketat, pengumpulan data secara sistematis terkontrol dan tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara empiris. Pendekatan kuantitatif merupakan upaya mengukur variabel-variabel yang ada dalam penelitian (variabel X1, X2 dan variabel Y) untuk kemudian dicari hubungan antar variabel-variabel tersebut.

2). Metode Deskriptif

Metode deskriptif merupakan metode yang ditujukan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada masa sekarang. Menurut Arikunto (2002, hlm. 86) bahwa :

”Metode deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan dalam

mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini atau masa

sekarang”. Metode deskriptif pun diartikan sebagai perolehan informasi

atau data yang relevandengan masalah yang diteliti melalui poenelaahan berbagai konsep atau teori yang dikemukakan oleh para ahli.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena masalah yang diambil terpusat pada masalah aktual dan berada pada saat penelitian dilaksanakan dengan melalui prosedur pengumpulan data, mengklasifikasi data kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulannya.

3. Studi Kepustakaan (Studi Bibliografi)

Studi Bibliografi sering disebut dengan studi kepustakaan, digunakan untuk melengkapi metode deskriptif. Studi bibliografi merupakan proses penelusuran sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal dan sejenisnya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

Melalui studi bibliografi ini, penulis akan memperoleh tambahan informasi dan pengetahuan dalam bentuk teori-teori yang dapat dijadikan landasan berpikir dalam mengkaji, menganalisis dan memecahkan masalah yang diteliti.


(30)

Asep Heryanto, 2015 C. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun dan Effendi (2003, hlm. 46-47) menjelaskan bahwa definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur satu variabel. Artinya bahwa definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan sebuah makna dalam variabel yang sedang diteliti. Berikut ini definisi operasional dari penelitian ini :

1). Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1).

Menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna (2005, hlm. 82) :

Kepemimpinan Visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan, mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.

Pemimpin yang visioner bekerja dalam empat pilar yaitu sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih (Burt Nanus dalam Aan Komariah dan Triatna, 2005, hlm. 93).

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kepemimpinan visioner yaitu kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah untuk menciptakan dan mengartikulasikan visi secara realistik tentang masa depan sehingga bisa menjabarkan visi dengan jelas, mengembangkan komitmen, menginspirasi keprcayaan, menggunakan pengaruhnya sebagai cita-cita dari suatu organisasi yang harus diraih di masa depan dan diwujudkan melalui komitmen semua anggotanya. Kepemimpinan visioner harus memiliki peran sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih.

2). Budaya Sekolah (X2)

Menurut Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (2008), menyatakan : Budaya sekolah adalah budaya yang terjadi pada konteks perilaku keseharian pelayanan pendidikan baik formal-informal berdasarkan hal-hal yang tersirat baik secara implisit maupun eksplisit. Implisit seperti :keyakinan, norma, nilai-nilai, asumsi-asumsi. Sedangkan eksplisit: ritual, serimonial, simbol dan sejarah.

Nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap unsur-unsur dan komponen sekolah, pola


(31)

Asep Heryanto, 2015

dasar yang ditemukan atau dikembangkan oleh sekelompok sekolah-sekolah seperti mengatasi masalah-masalah yang diadaptasi dari luar maupun integrasi dari dalam yang sudah cukup baik diakui secara sah, oleh karena itu perlu dirasakan dalam hubungannya dengan maslah-masalah sekolah dengan adanya pola nilai, pola kebiasaan, pola sikap dan tindakan, Miller dalam Sutrisno (2010, hlm. 56-57).

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tadi maka, Budaya Sekolah adalah suatu alat yang digunakan sebagai alat pemecahan masalah atau pencari solusi yang dilakukan secara konsisten dan dapat berjalan dengan baik bagi suatu kelompok atau lembaga tertentu, sehingga menjadi pegangan berperilaku dari seluruh anggotanya dalam menghadapi persoalan-persoalan baik eksternal maupun internal, sehingga dapat ditularkan dan diajarkan kepada anggotanya baik yang baru maupun yang lama sebagai suatu metoda berpikir, persepsi dan merasakan dalam hubungannya dengan persoalan-persoalan tersebut.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan budaya sekolah adalah gambaran perilaku yang ditunjukkan oleh personil lembaga dalam memberikan pelayanan pendidikan melalui pola nilai, pola kebiasaan, pola sikap dan tindakan. 3). Manajemen Mutu Sekolah (Y)

Manajemen Mutu Terpadu (TQM) adalah proses manajemen komprehensif yang berfokus pada perbaikan yang terus menerus dari aktivitas organisasi untuk menjalankan kualitas dan jasa yang di tawarkan. Malthis dan Jackson (2001, hlm. 56).

Manajemen Mutu adalah :

Proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dengan penggunaan sumber daya- sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner dalam T. Hani Handoko (2009, hlm. 8)

Sedangkan menurut Danim (2006, hlm. 23), menyatakan bahwa :

Manajemen mutu merupakan upaya mewujudkan proses pembelajaran yang mengandung makna bahwa kemampuan sumber daya sekolah mampu mentransformasikan multijenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik


(32)

Asep Heryanto, 2015

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan manajemen mutu sekolah adalah tingkat keunggulan terhadap proses peningkatan kinerja secara terus menerus dalam pelayanan kepada konsumen dengan melaksanakan proses manajemen yang terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan sekolah yang mengarah kepada visi, misi,program kerja, struktur organisasi sekolah,analisis beban kerja, standar operasi pelaksanaan tugas pokok, aturan yang berlaku,standar pengawasan, indikator pengawasan, analisis hasil pengawasan dan rencana perbaikan secara berkelanjutan.

D. Instrumen Penelitian 1. Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kuesioner. Dalam menyusun kuesioner ini peneliti menggunakan skala. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 93) skala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi sesorang atau sekelompok orang tentang penomena tertentu. Jadi, dengan skala ini peneliti ingin mengetahui bagaimana kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadapa manajemen mutu sekolah di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ketiga variabel penelitian ini adalah dengan menggunakan skala likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu : Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR) dan Tidak Pernah (TP). Pemberian bobot masing-masing kontinum atau berturut-turut untuk pernyataan positif diberi bobot :5-4-3-2-1, sedangkan bobot untuk pernyataan negatif diberi bobot : 1-2-3-4-5.

2. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan indikator-indikator masing-masing variabel. Untuk mendapatkan kesahihan konstruk dilakukan melalui pendefinisian dan studi kepustakaan. Instrumen pada masing-masing indikator disusun dengan langkah-langkah sebagai bertikut: 1) membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel, 2) menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator variabel, 3) melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun angket dari asfek yang diukur.


(33)

Asep Heryanto, 2015

Dalam penyususnan butir pernyataan mengacu kepada kisi-kisi intrumen penelitian.

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1) :

Variabel Definisi Konseptual Definisi

Operasional Dimensi Indikator Item

Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)

Menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna (2005. Hlm. 82) :Kepemimpinan Visioner adalah kemampuan

pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan, mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil. Pemimpin yang visioner bekerja dalam empat pilar yaitu sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih (Burt Nanus dalam Aan Komariah dan Triatna, 2005. Hlm. 93).

Kepemimpinan visioner yaitu kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah untuk menciptakan dan mengartikulasikan visi secara realistik tentang masa depan sehingga bisa menjabarkan visi dengan jelas, mengembangkan komitmen, menginspirasi keprcayaan, menggunakan pengaruhnya sebagai cita-cita dari suatu organisasi yang harus diraih di masa depan dan diwujudkan melalui komitmen semua

anggotanya. Kepemimpinan visioner harus memiliki peran sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih.

Penentu Arah

a. Menentukan arah dan tujuan melalui penyusunan program. b.Mengarahkan perilaku-perilaku

bergerakmaju ke arah yang di inginkan.

c. Menganalisis bersama kemungkinan-kemungkinan yang di tempuh melalui teknik-teknik di masa depan.

d.Kemampuan menganalisis posisi, misalnya dengan menggunakan analisis SWOT.

e. Memberikan kejelasan kepada pengikutnya cara-cara yang mesti dilakukan 1 2 3 4 5 Agen Perubahan

a.Bertanggungjawab untuk merangsang perubahan di lingkungan internal

b.Menciptakan inovasi baru yang dapat memicu kinerja

c.Pemimpin mampu berpikir ke depan.

d.Pemimpin mampu menyesuaikan terhadap perubahan

e.Menjadi pelopor inovasi mengarahkan ke perubahan lebih

6

7

8


(34)

Asep Heryanto, 2015

baik dalam mengimplementasikan

visi. 10

Juru Bicara

a.Memperkenalkan/mensosialisasikan visi sekolah.

b.Memiliki kemampuan meyakinkan orang dalam kelompok internal. c.Berhubungan dengan organisasi

lain, mengakses kepada hierarki yang lebih tinggi.

d.Menyampaikan gagasan-gagasanpokok pikiran baik secara lisan maupun tulisan.

e.Berkomunikasi secara empatik membangun komitmen dan menyampaikan berbagai kepentingan yang berhubungan dengan implementasi visi.

f.Menyampaikan berbagai kepentingan yang berhubungan dengan implementasi visi.

11 12 13 14 15 16

Pelatih a.Memberi wawasan yang dapat dijadikan dasar bertindak.

b.Mampu mengkomunikasikan dengan yakin bahwa program sekolah bermanfaat bagi pengembangan sekolah.

c.Memfokuskan pada rekayasa kemajuan dan pembelajaran masa depan.

d.Komitmen untuk menjadikan sekolah unggulan bersama guru. e.Mengembangkan kehangatan

budaya dan iklim sekolah yang baik.

f.Tanggap terhadap masalah individu guru dan memberi solusi dalam konteks untuk kelancaran pembelajaran.

g.Melatih/membimbing penuh kesadaran dan suri tauladan yang di dasari keahlian dan akhlak mulia. h.Mampu berkomunikasi,

mensosialisasikan dan bekerja sama untuk membangun serta mempertahankan visi yang dianutnya. 17 18 19 20 21 22 23 24 Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Budaya Sekolah (X2)

Variabel Definisi Konseptual Definisi

Operasional Dimensi Indikator Item

Budaya Sekolah (X2)

Menurut Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (2008), menyatakan : Budaya sekolah adalah budaya

Budaya sekolah adalah gambaran perilaku yang ditunjukkan oleh personil lembaga

Pola Nilai a. Nilai yang merujuk pada visi otonomi sekolah.

b. Nilai yang merujuk kepada implementasi spiritual. c. Nilai profesionalisme.

1-2

3-4


(35)

Asep Heryanto, 2015

yang terjadi pada konteks perilaku keseharian pelayanan pendidikan baik formal-informal berdasarkan hal-hal yang tersirat baik secara implisit maupun eksplisit. Implisit seperti :keyakinan, norma, nilai-nilai, asumsi-asumsi. Sedangkan eksplisit: ritual, serimonial, simbol dan sejarah.

Nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap unsur-unsur dan komponen sekolah, pola dasar yang ditemukan atau dikembangkan oleh sekelompok sekolah-sekolah seperti mengatasi masalah-masalah yang diadaptasi dari luar maupun integrasi dari dalam yang sudah cukup baik diakui secara sah, oleh karena itu perlu dirasakan dalam hubungannya dengan maslah-masalah sekolah dengan adanya pola nilai, pola kebiasaan, pola sikap dan tindakan, Miller dalam Sutrisno (2010. Hlm. 56-57).

dalam memberikan pelayanan pendidikan melalui pola nilai, pola kebiasaan, pola sikap dan tindakan.

Pola Kebiasaan

a.Peraturan-peraturan.

b.Slogan, moto, simbol-simbol, dan seragam. c.Upacara-upacara. 7-10 11-14 15-16 Pola Sikap dan Tindakan

a. Cara Berkomunikasi. b. Pembinaan Pegawai.

17-18 19


(36)

Asep Heryanto, 2015

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Manajemen Mutu Sekolah (Y)

Variabel Definisi Konseptual Definisi

Operasional Dimensi +Indikator Item

Manajemen Mutu Sekolah (Y)

Manajemen Mutu Terpadu (TQM) adalah proses manajemen

komprehensif yang berfokus pada perbaikan yang terus menerus dari aktivitas organisasi untuk menjalankan kualitas dan jasa yang di tawarkan. Malthis dan Jackson (2001. Hlm. 56). Manajemen Mutu adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dengan penggunaan sumber daya- sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner dalam T. Hani Handoko (2009. hlm. 8)

Manaje men mutu sekolah adalah tingkat keunggulan terhadap proses peningkatan kinerja secara terus menerus dalam pelayanan kepada konsumen dengan

melaksanakan proses

manajemen yang terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan sekolah yang mengarah kepada visi, misi,program kerja, struktur organisasi sekolah,analisis beban kerja, standar operasi pelaksanaan tugas pokok, aturan yang

berlaku,standar pengawasan, indikator pengawasan, analisis hasil pengawasan dan rencana perbaikan secara berkelanjutan. Perencanaan Mutu

a. Merumuskan visi sekolah secara realitas.

b. Merumuskan misi sekolah secara fleksibel.

c. Merumuskan tujuan sekolah dengan pencapaian indikator yang jelas.

d. Merumuskan sasaran sekolah dengan rentang waktu yang jelas.

e. Melakukan analisis SWOT sekolah.

f. Melibatkan semua pegawai dalam merumuskan renstra sekolah.

g. Merumuskan program pengembangan kurikulum sekolah dengan pencapaian indikator yang jelas.

h. Merumuskan program pengembangan SDM dengan pencapaian indikator yang jelas.

i. Merumuskan pengembangan sarana sekolah dengan pencapaian indikator yang jelas. 1 2 3 4 5 6 7 8-9 10 Pengorganisasian Mutu

a.Mengembangkan struktur organisasi sekolah dengan jelas.

b.Membuat uraian tugas pokok untuk masing-masing pekerjaan dengan jelas.

11


(37)

Asep Heryanto, 2015

c.Mengkomunikasikan uraian tugas pokok untuk masing-masing pekerjaan kepada seluruh pegawai sekolah. d.Melakukan analisis beban kerja

untuk setiap pekerjaan di sekolah secara tertulis. e.Melakukan penempatan

pegawai berdasarkan analisis beban kerja.

f. Mengidentifikasi hubungan kerja yang jelas antar unit kerja di sekolah.

g.Kewenangan antar satuan kerja sekolah teridentifikasi dengan jelas.

h.Mengembangkan standar operasi prosedur pelaksanaan tugas pokok di setiap unit kerja.

i. Memberlakukan aturan organisasi sekolah secara konsisten. 13 14 15 16 17 18 19 Pelaksanaan Mutu

a. Memberikan orientasi tentang mekanisme kerja di semua unit kerja.

b. Memberikan instruksi pelaksanaan tugas dengan terarah.

c. Memberikan saran kepada pegawai dalam menyelesaikan beban kerjanya.

d. Menyediakan waktu untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan.

e. Mengembangkan pola pikir tentang cara kerja yang baik. f. Memberikan pengakuan atas

prestasi kerja pegawai. g. Menciptakan gairah kerja

kepada pegawai.

h. Memberikan kesempatan untuk berkembang bagi semua pegawai di sekolah.

20 21 22 23 24 25 26 27 Pengawasan Mutu

a. Menggunakan alat ukur dengan standar pengawasan yang jelas.

b. Indikator pengawasan sesuai dengan perencanaan sekolah di setiap satuan kerja. c. Pengawasan dilakukan secara

berkala.

d. Melakukan analisis hasil pengawasan tentang

penyimpangan-penyimpangan program kerja. e. Pengawasan dilakukan dengan prinsif saling percaya.

28

29

30

31


(38)

Asep Heryanto, 2015

f. Melakukan tindakan perbaikan terhadap penyimpangan program kerja di sekolah.

g. Menyusun rancangan perbaikan secara berkelanjutan setiap tahun.

33

34

3. Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian yang telah disusun , kemudian di uji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kesahihan dan kehandalannya. Uji coba instrumen ini dilakukan di Kecamatan Cibitung Kabupaten Sukabumi di luar sampel dan populasi yang ditentukan. Jumlah sampel uji coba ini yaitu 5 sekolah dasar negeri dengan responden terdiri atas 25 orang guru dan 5 orang kepala sekolah di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi. Jumlah ini dianggap sudah memenuhi syarat untuk diuji cobakan. Uji coba ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (a)peneliti mendatangi setiap sekolah, (b) membagikan angket pada guru dan kepala sekolah, (c) para guru dan kepala sekolah melakukan pengisian angket, dan (d) setelah guru dan kepala sekolah selesai mengisi angket , kemudian angket dikumpulkan kembali.

Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item pernyataan angket, baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang tersedia, maupun dalam pernyataan dan jawaban tersebut. Uji coba dilakukan untuk analisis terhadap instrumen sehingga diketahui sumbangan butir-butir pernyataan terhadap indikator yang telah di tetapkan pada masing-masing variabel. Selanjutnya untuk memperoleh butir pernyataan yang valid dan reliabel dilakukan dengan pengujian validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas Instrumen

Pada Pengujian validitas instrumen dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai antara variabel X dan variabel Y. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono,(2008, hlm. 95) :


(39)

Asep Heryanto, 2015 Keterangan :

n = Jumlah Responden

∑XY = Jumlah perkalian X dan Y

∑X = Jumlah Skor tiap butir

∑Y = Jumlah skor total

∑ = Jumlah skor X yang dikuadratkan

∑ = Jumlah skor Y yang dikuadratkan

Selanjutnya dihitung dengan uji t atau uji signifikansi. Uji coba ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variabel Y. Uji signifikansi ini dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2006, hlm. 380), yaitu :

2

1 2

r n r thitung

   Keterangan :

r = Koefisien Korelasi n = Jumlah Responden t = Uji Signifikansi

Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2), dengan keputusan, jika �ℎ� �� > � �� berarti valid, sebaliknya jika �ℎ� �� < � �� , berarti tidak valid.

1) Variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah ()

Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pernyataan variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah (X1), yaitu dengan membandingkan nilai


(40)

Asep Heryanto, 2015

�ℎ� �� dengan � �� . Jika nilai �ℎ� �� lebih besar daripada nilai � �� , maka

ite pernyataan tersebut dinyatakan valid. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah )

No. Item α ��

= 0,05 ; n = 30 Keputusan Keterangan

1 0,552 0.361 Valid Digunakan

2 0,403 0.361 Valid Digunakan

3 0,614 0.361 Valid Digunakan

4 0,395 0.361 Valid Digunakan

5 0,623 0.361 Valid Digunakan

6 0,089 0.361 Tidak Valid Diganti

7 0,538 0.361 Valid Digunakan

8 0,292 0.361 Tidak Valid Diganti

9 0,597 0.361 Valid Digunakan

10 0,365 0.361 Valid Digunakan

11 0,534 0.361 Valid Digunakan

12 0,543 0.361 Valid Digunakan

13 0,594 0.361 Valid Digunakan

14 0,731 0.361 Valid Digunakan

15 0,677 0.361 Valid Digunakan

16 0,662 0.361 Valid Digunakan

17 0,396 0.361 Valid Digunakan

18 0,120 0.361 Tidak Valid Diganti

19 0,502 0.361 Valid Digunakan

20 0,368 0.361 Valid Digunakan

21 0,523 0.361 Valid Digunakan

22 0,693 0.361 Valid Digunakan

23 0,507 0.361 Valid Digunakan

24 0,578 0.361 Valid Digunakan

2) Variabel Budaya Sekolah ()

Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pernyataan variabel budaya sekolah (� ), yaitu dengan membandingkan nilai �ℎ� �� dengan � �� . Jika


(41)

Asep Heryanto, 2015

nilai �ℎ� �� lebih besar daripada nilai � �� , maka item pernyataan tersebut dinyatakan valid. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7. Budaya Sekolah )

No. Item α = 0,05 ; n = 30 �� Keputusan Keterangan

1 0,600 0.361 Valid Digunakan

2 0,486 0.361 Valid Digunakan

3 0,752 0.361 Valid Digunakan

4 -0,158 0.361 Tidak Valid Diganti

5 0,468 0.361 Valid Digunakan

6 0,149 0.361 Tidak Valid Diganti

7 0,328 0.361 Tidak Valid Diganti

8 0,582 0.361 Valid Digunakan

9 0,696 0.361 Valid Digunakan

10 0,602 0.361 Valid Digunakan

11 0,553 0.361 Valid Digunakan

12 0,364 0.361 Valid Digunakan

13 0,342 0.361 Tidak Valid Diganti

14 0,664 0.361 Valid Digunakan

15 0,692 0.361 Valid Digunakan

16 0,357 0.361 Tidak Valid Diganti

17 0,551 0.361 Valid Digunakan

18 0,507 0.361 Valid Digunakan

19 0,660 0.361 Valid Digunakan

3). Variabel Manajemen Mutu Sekolah (Y)

Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pernyataan variabel manajemen mutu sekolah (Y), yaitu dengan membandingkan nilai �ℎ� �� dengan � �� . Jika nilai �ℎ� �� lebih besar daripada nilai � �� , maka item pernyataan


(42)

Asep Heryanto, 2015

Tabel 3.8. Manajemen Mutu Sekolah (Y)

No. Item α ��

= 0,05 ; n = 30 Keputusan Keterangan

1 0,654 0.361 Valid Digunakan

2 0,604 0.361 Valid Digunakan

3 0,644 0.361 Valid Digunakan

4 0,723 0.361 Valid Digunakan

5 0,321 0.361 Tidak Valid Diganti

6 0,654 0.361 Valid Digunakan

7 0,443 0.361 Valid Digunakan

8 0,740 0.361 Valid Digunakan

9 0,586 0.361 Valid Digunakan

10 0,396 0.361 Valid Digunakan

11 0,670 0.361 Valid Digunakan

12 0,767 0.361 Valid Digunakan

13 0,578 0.361 Valid Digunakan

14 0,658 0.361 Valid Digunakan

15 0,434 0.361 Valid Digunakan

16 0,588 0.361 Valid Digunakan

17 0,715 0.361 Valid Digunakan

18 0,530 0.361 Valid Digunakan

19 0,569 0.361 Valid Digunakan

20 0,544 0.361 Valid Digunakan

21 0,392 0.361 Valid Digunakan

22 0,560 0.361 Valid Digunakan

23 0,380 0.361 Valid Digunakan

24 0,359 0.361 Tidak Valid Diganti

25 0,518 0.361 Valid Digunakan

26 0,426 0.361 Valid Digunakan

27 0,169 0.361 Tidak Valid Diganti

28 0,619 0.361 Valid Digunakan


(43)

Asep Heryanto, 2015

30 0,749 0.361 Valid Digunakan

31 0,711 0.361 Valid Digunakan

32 0,607 0.361 Tidak Valid Diganti

33 0,699 0.361 Valid Digunakan

34 0,603 0.361 Valid Digunakan

Saran : setelah dilakukan diskusi bersama dengan pembimbing disertai dengan penelaahan teori, makan item pernyataan dari setiap variabel yang tidak valid dilakukan revisi dan atau perbaikan tata kalimat pada item pernyataannya, hal ini dilakukan untuk kelancaran penelitian dan kepentingan penelitian itu sendiri. b. Uji Realibilitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2002, hlm. 170) bahwa :”Realibilitas

menunjuk pada pengertian bahwa cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah cukup baik”. Maksud dari

dapat “dipercaya” pada kalimat tersebut bahwa data yang dihasilkan harus

memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Dalam penelitian ini, uji reliabel dilakukan melalui bantuan komputer dengan program SPSS 18.0.. Dalam analisis ini apabila data dikatakan reliabel harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas perhatikan angka pada Guttman Split-Half Coefficient. Adapun kaidah pengambilan keputusannya adalah : jika �ℎ� �� > � �� , maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya jika �ℎ� �� < � �� , maka instrumen tersebut tidak reliabel.

1. Reliabilitas Variabel (Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah) Tabel. 3.9.

Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,740

N of Items 12a

Part 2 Value ,772

N of Items 12b

Total N of Items 24


(44)

Asep Heryanto, 2015

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,809

Unequal Length ,809

Guttman Split-Half Coefficient ,806

a. The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004, VAR00005, VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009, VAR00010, VAR00011, VAR00012. b. The items are: VAR00013, VAR00014, VAR00015, VAR00016, VAR00017, VAR00018, VAR00019, VAR00020, VAR00021, VAR00022, VAR00023, VAR00024.

Pengujian reliabilitas pada variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah ( ini dengan melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,806. Korelasi berada pada kategori sangat kuat, bila dibandingkan dengan � �� 0,361, maka �ℎ� �� > � �� .

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pernyataan pada variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah ( adalah reliabel.

2. Reliabilitas Variabel Budaya Sekolah (Budaya Sekolah) Tabel. 3.10.

Uji Reliabilitas Variabel Budaya Sekolah

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,618

N of Items 10a

Part 2 Value ,748

N of Items 9b

Total N of Items 19

Correlation Between Forms ,596

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,747

Unequal Length ,747

Guttman Split-Half Coefficient ,742

a. The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004, VAR00005, VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009, VAR00010.

b. The items are: VAR00010, VAR00011, VAR00012, VAR00013, VAR00014, VAR00015, VAR00016, VAR00017, VAR00018, VAR00019.

Pengujian reliabilitas pada variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah ( ini dengan melihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coeficient yaitu sebesar 0,742. Korelasi berada pada kategori sangat kuat, bila dibandingkan dengan � �� 0,361, maka �ℎ� �� > � �� .

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pernyataan pada variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah ( adalah reliabel.


(1)

Ketiga, Variabel Manajemen Mutu Sekolah pada sekolah dasar negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi, umumnya sudah berada pada kategori tinggi, namun keterlibatan Kepala Sekolah dan guru serta warga sekolah dalam pengelolaan manajemen mutu sekolah harus di tingkatkan lagi. Dari seluruh komponen sekolah terutama kepala sekolah dan guru yang terlibat dalam pengelolaan manajemen mutu sekolah harus dapat menghasilkan output yang sesuai dengan harapan sehingga mutu pendidikan yang diharapkan akan terwujud. Disamping itu juga manajemen mutu pada sekolah dasar negeri di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi sangat kurang, untuk itu peneliti merekomendasikan berdasarkan hasil analisis maka harus ada pelatihan mutu secara terstruktur dan berkesinambungan baik itu melalui KKG, MGMP, KKKS, IHT, Lesson Study, dan lain-lain.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A.A Anwar Prabu Mangkunegara. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian Untuk Administrasi

Pendidikan dan Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.

Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk

Administrasi & Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.

Anwar, Qomari. Syaiful Sagala. (2004). Profesi Jabatan : Kependidikan dan

Guru Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta :

UHAMKA Press.

Amri, Sofyan. (2013). Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan

Menengah. Surabaya : Prestasi Pustaka

Arcaro S. Jerome. (1995). Quality in Education, St.Lucie Press.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Atmosudirdjo, Prajudi. (1982). Administrasi dan Manajemen Umum. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Bafadal, Ibrahim. (2009). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar ; Teori

dan Aplikasinya. Jakarta : Bumi Aksara.

Danim, Sudarman. (2003). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdiknas. (2002). Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill)

Melalui Pendekatan Broad-Based Education (Draft). Jakarta :

Departemen Pendidikan Nasional.

Engkoswara. Dan Komariah, Aan. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Etzioni, Amiati. (1985). Organisasi-organisasi Modern, Terjemahan Suryatim, Jakarta : UI Press.

Fandy, Tjiptono dan Anastasia Diana. (2003). TQM (Total Quality Management). Yogyakarta : Andi Offset.


(3)

Field, Andy. (2000). Discovering Statistic Using SPSS for Windows Advanced

Techniques for the Beginner. London : SAGE Publishing.

Gaspersz, Vincent. (2008). Total Quality Management. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Gyrna, Frank M. (2001). Quality Planning and Analysis : From Product

Development Throught Use. 4th ed. McGraw-Hill, New York.

Goleman, Daniel. (2006). Kecerdasan Emosional : Mengapa EI lebih penting dari

IQ. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.

Handoko, Hani T. (2009). Manajemen. Yogyakarta : BPFE

Hassellbein, Francces. Et al. (1997). The Organization of The Future, San Francisco: Jossey-Bass Publisher.

Hoy, W.K, and Miskel, C.G. (2008). Educational Administration :Theory,

Research and Practice. (8thed) New York :McGraw-Hill Companies,

Inc.

Jones, Gareth R. (2001). Organizational Theory, Text and Casesi, Prentice Hall, New York.

Komariah, Aan dan Triana, Cepi. (2005). Visionary Leadership Menuju Sekolah

Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Kristianty, T. (2005). Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming. Jurnal Pendidikan Penabur. Nomor 04/Th.IV/Juli 2005.

Mangkunegara, A. A. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Masaong, Abdul Kadim dan Ansar. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah. Cetakan III. Malang : Sentra Media.

Moh, Nasir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

_____________. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfa beta

Morgan, Colin. & Stephen Murgatroyd. (1994). Total Quality Management and

The School. Buckingham : Open University Press.

Mulyasa. E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan

Implementasi. Bandung.


(4)

Nurochim. (2010). Peningkatan Mutu Sekolah.

[URL:http://nurochim.multiply.com/journal/item/].

Octavian, HS. (2005).Manajemen Pemasaran Sekolah sebagai Salah Satu Kunci

Keberhasilan Persaingan Sekolah. Jurnal Pendidikan Penabur Nomor 05/

Th.IV/Desember 2005.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Praptiningsih. (2010). Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Inkoma Undaris Nomor 1 Februari 2010.

Putro, K. Z dan Mahlani, M. (2008). Pendekatan Total Quality Management

(TQM) dalam Pendidikan.

Robbin, Stephen. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.

Sagala, Syaiful. (2012). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta.

Sallis, Edward. (2002). Total Quality Mangement in Education. Third Edition. Jersey : Kogan Page.

____________. (2008). Total Quality Mangement in Education Manajemen Mutu

Pendidikan. Yogyakarta : IRCISoD

Schermerhorn, John D. James G Hunt, Richard N Osborn (2005). Organizational

Behaviour, Joh Willey and Son Inc.

Siagian P. Sondang. (2012). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Singarimbun, dan Effendi. (2003). Metode Penelitian Survey, cetakan kedua. Jakarta : PT Pustaka LP3ES.

Sudjana. (1996). Metode Statistik. Bandung : Tarsito.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Suhardan, Dadang. (2006). Supervisi Bantuan Profesional. Bandung : Mutiara Ilmu.

Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.


(5)

Supranto, J. (2007). Statistik Untuk Pemimpin Berwawasan Global. Jakrta : Salemba Empat.

Susanto, A.B. (2007). Budaya Manajemen dan Persaingan. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Sutisna, Oteng. 1989 : Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek

Profesional. Bandung : Angkasa.

Suti, Marcus. (2011). Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Pendidikan. Jurnal MEDTEK, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011.

Sutrisno, Edy. (2010). Budaya Organisasi. Jakarta : Kencana.

Syaefudin, Udin. 2007 : Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Terry, George R. (2006). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : PT Bumi Aksara Thoha, Miftah. (2007). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.

Jakarta : Pustaka Binaman Presindo.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. 2012 : Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Umaedi. (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah- Sebuah

Pendekatan Baru dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum. [URL:http://www.ssep. net/director. Html].

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Bandung : CV Nuansa Aulia.

Usman, Husaini. (2006). Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

______________. (2009). Manajemen :Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Edisi Ketiga. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. (2003). Kepemimpinan dan Perilaku

Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Vethzal, Rivai. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.


(6)

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran (Learning Organization). Bandung : Alfabeta.

Wibisono, Dermawan. (2006). Manajemen Kinerja. Jakarta : Erlangga. Yukl, Gary. 2009 : Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarata : PT. Indeks. Yuniarsih, Tjutju dan Suwanto. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia.

Bandung : Alfabeta.

Zamroni. (2003). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : BIGRAF Publishing.