PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA.

(1)

PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMA Negeri 1 Lembang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh Firman Setiawan

1001367

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014 M/ 1435 H


(2)

PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMA Negeri 1 Lembang)

Oleh Firman Setiawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Firman Setiawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014


(3)

FIRMAN SETIAWAN

PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKTRAKURIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

(Studi Deskriptif terhadap siswa SMA Negeri 1 Lembang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. NIP 1987 0303 198803 1 001

Pembimbing II

Agus Fakhruddin, S.Pd, M.Pd. NIP. 19760817 200501 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP 1957 0303 198803 1 001


(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari / Tanggal :

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP 1970 0814 199402 1 001

Sekertaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP 1957 0303 198803 1 001

Penguji :

Dr. H. Syahidin, M.Pd. NIP 19570611 198703 1 001

Dr. H. Fahrudin, M.Ag. NIP 19591008 198803 1 003


(5)

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR...Error!

Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA

KASIH...Error! Bookmark not

defined.

ABSTRAK...Error

! Bookmark not defined.

ABSTRAC...Erro

r! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...Error!

Bookmark not defined.

DAFTAR

GAMBAR...Error!

Bookmark not defined.

DAFTAR

LAMPIRAN...Error!


(6)

PEDOMAN

TRANSLITERASI...Error! Bookmark

not defined.

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Penelitian...1

B. Identifikasi Masalah Penelitian...6

C. Rumusan Masalah ...6

D. Tujuan Penelitian...7

E. Manfaat Penelitian...7

F. Struktur Organisasi Skripsi...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN...10

A. Kajian Pustaka ...10

1. Pendidikan Agama Islam...10

2. Ekstrakurikuler Keagaman...23

3. Akhlak...27

B. Kerangka Pemikiran...36

C. Hipotesis Penelitian...38

BAB III METODE PENELITIAN...39

A. Lokasi Penelitian, Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel...39

B. Pendekatan Penelitian...41

C. Metode Penelitian...41

D. Definisi Oprasional...42


(7)

F. Proses Pengembangan Intstrumen...45

G. Teknik Pengumpulan Data...50

H. Teknik Analisis Data...52

1. Uji Persyaratan Analisa Data...57

2. Analisa Data...57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...62

A. Hasil Penelitian...62

1. Gambaran Umum Prestasi Belajar PAI...65

2. Gambaran Umum Kegiatan Ektrakurikuler Keagamaan...67

3. Gambaran Umum Akhlak Mulia Siswa...74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...97

A. Kesimpulan...97

B. Rekomendasi...99

DAFTAR PUSTAKA...101


(8)

ABSTRAK

Pengaruh PAI dan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Peningkatan Akhlak Mulia Siswa

(Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA Negeri 1 Lembang) Oleh : Firman Setiawan (1001367)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya permasalahan akhlak dan dekadensi moral yang terjadi di kalangan siswa. Di sekolah siswa dididik untuk memiliki akhlak mulia, terutama melalui pembelajaran PAI, juga melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Pertanyaan utama penelitian ini adalah bagaimana pengaruh PAI dan kegiatan ektrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhlak siswa. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Lembang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data penelitian diperoleh melalui angket kegiatan ektrakurikuler keagamaan dan akhlak siswa serta nilai raport mata pelajaran PAI. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensial karena angka yang diperoleh berupa angka-angka dan bersifat kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah

regresi berganda, menghasilkan “F” hitung sebesar 10,88 lebih besar dari pada “F”

tabel pada taraf signifikansi 5 %. Ditemukan bahwa PAI dan kegiatan ektrakurikuler keagamaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap peningkatan akhlak mulia siswa. Adapun perhitungan secara parsial ditemukan bahwa PAI tidak berpengaruh terhadap peningkatan akhlak mulia siswa, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh terhadap peningkatan akhlak mulia siswa.

Kata kunci : Pendidikan Agama Islam, kegiatan ektrakurikuler keagamaan, akhlak mulia


(9)

ABSTRACT

The Influences of Islamic Education and Religious Extracurricular Activities on

the Improvement of Students’ Noble Morals.

By

Firman Setiawan (1001367)

Thebackground to this research was the multiple problems of attitudes and moral decadences among students. In schools, students are educated to have noble morals, ultimately through the teaching and learning of Islamic Education, also through religious extracurricular activities. The main question of this research is how Islamic Education and religious extracurricular activities influence the improvement of

students’ noble morals. The research was conducted in State Senior Secondary

School 1 Lembang. It employed quantitative approach. Data were obtained through questionnaires of religious extracurricular activities and noble morals as well as

students’ Islamic Education end-of-semester grades. The data were then analyzed with descriptive and inferential statistics, because they were in numbers and quantitative in nature. The analysis technique used was double regression, resulting

in the “F” count of 10.88, which was higher than “F” table at the level of significance

of 5%. It was found that Islamic Education and religious extracurricular activities

simultaneously influenced the improvement of students’ noble morals. Meanwhile,

partial calculation found that Islamic Education did not influence improvement of

students’ noble morals, while religious extracurricular activities influenced the

improvement of students’ noble morals.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia merupakan makhluk hidup yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Manusia tentunya diberi akal oleh Allah SWT. untuk berpikir, yakni tempat yang digunakan untuk mewadahi sejagad ilmu yang ada di dunia ini. Kehadiran potensi yang ada di dalam setiap manusia seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya karena itu merupakan suatu anugerah dari Allah SWT. Dengan demikian manusia mempunyai pembawaan sifat dan kedudukan secara alami yang membedakan dirinya dengan bawaan sifat makhuk lainnya (Rosdiana, 2011, hlm. 2)

Selain mempunyai sifat individu, manusia juga sekaligus mempunyai sifat sosial dimana rasa tolong menolong dan kerjasama satu sama lain itu ada pada diri manusia. Segala aspek yang dimiliki oleh manusia seperti pembawaan dari lahir dan juga sifat secara alamiah menyatu dalam diri manusia yang begitu unik dan spesifik. Pembawaan alami manusia yang terdiri dari unsur rohani dan jasmani mempunyai berbagai kebutuhan yang perlu ia penuhi. Pada dirinya ditanamkan berbagai pendorong untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bermacam-macam. Allah SWT melengkapi jasmani dan rohaninya dengan keberadaan daya. Semua daya yang dimiliki manusia jika ditumbuh kembangkan dengan prinsip keadilan dan keseimbangan, akan lahir akhlak dan budi pekerti mulia (al-akhlāq

al-karīmaħ). Namun jika sebaliknya terjadi misalnya dengan ilmu dikembangkan

secara tidak seimbang seperti kepintaran yang disertai kesombongan atau sama sekali teramat bodoh dan dungu merupakan akhlak yang jahat, sebaliknya hikmah arif bijaksana adalah akhlak mulia (Rosdiana, 2011, hlm. 2).

Dalam berakhlak, manusia memiliki penggerak utama bagi kesadarannya. Saebani dan Hamid (2010, hlm. 25) menyebutkan:


(11)

2

kekuatan emosi dalam kekuatan jiwanya sehingga meningkatkan kemampuan intuisinya untuk mengadopsi sesuatu yang dinilai baik dan memberi manfaat.

Dalam Undang-Undang, Pendidikan akhlak merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan nasional sebagaimana yang telah tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 bab 2 pasal 3 (2013, hlm. 5) yang berbunyi:

tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Melihat tujuan pendidikan nasional di atas, ternyata skala prioritas pendidikan adalah mengembangkan potensi siswa menjadi manusia yang beriman dan berakhlak mulia. Namun pada kenyataannya akhlak remaja semakin diluar batas kewajaran. Sebagaimana yang dilansir media online okezone yang ditulis oleh Isnaini (2013) menyebutkan bahwa “Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS PA) sepanjang tahun 2013, mencatat ada 255 kasus tawuran yang terjadi. Kasus tawuran pelajar ini meningkat dibandingkan tahun lalu yakni 147 kasus”. Selain dari itu data dari BKKBN yang ditulis oleh Fitriani (2013) menyebutkan bahwa 63 persen remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA melakukan seks bebas dan 21 Persen melakukan aborsi.

Selanjutnya Hidayat (2013) menyebutkan persentase bentuk kenakalan perilaku seksual remaja yang terjadi di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut: membaca buku porno 33,3%, melihat gambar porno 16,7%, menonton film porno 23,3%, minum-minuman keras 16,7%, hubungan seks luar nikah 80%, menggugurkan kandungan 72,3%. Hasil data survey Departemen Kesehatan RI 2010 yang ditulis oleh Fitriani (2013) menyebutkan dari 15.210 penderita HIV/AIDS, 54 persen adalah remaja.

Data di atas menunjukan bahwa belakangan ini terjadi dekadensi moral yakni penurunan nilai-nilai serta moral pada akhlak para remaja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum dengan nuansa keagamaan mutlak diperlukan untuk


(12)

3

mencetak generasi muda yang memiliki moralitas dan keimanan kepada Tuhan. Salah satu muatan materi yang bersifat wajib adalah pendidikan agama Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa muslim baik di sekolah yang berbasis keagamaan ataupun sekolah umum, mulai dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Sebagaimana yang tertera dalam Kurikulum PAI (Majid, 2012, hlm. 16) menyebutkan:

Pada prinsipnya Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah menjadi tumpuan pembinaan dan perbaikan moral para siswa. Namun selama ini masih saja terdengar bahwa pendidikan agama masih cenderung pada perkembangan aspek kognitif dan psikomotirik saja, sedangkan aspek afektif dilupakan. Seharusnya pendidikan itu menyumbangkan tiga ranah tersebut agar para siswa dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela.

Jika kita pehatikan kembali tujuan dari pendidikan nasional, maka seharusnya buah pendidikan tidak hanya menghasilkan manusia yang memiliki pengetahuan akademik saja, tetapi juga mengupayakan menghasilkan manusia yang mempunyai kepribadian religius yang mana dalam diri mereka terbina akhlak yang mulia sehingga dalam pergaulan sosial mereka terbina dengan baik.

Untuk menciptakan pergaulan sosial yang baik, sekolah pastinya mempunyai suatu wadah atau kegiatan yang dapat membantu para siswa untuk mengaplikasikan berbagai pengetahuan secara optimal yang merupakan di luar jam kegiatan belajar mengajar dikelas. Syaidah (2010, hlm. 4) menjelaskan:

Dalam dunia pendidikan, dikenal adanya dua kegiatan yang elementer, yaitu kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler


(13)

4

ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tujuan pendidikan dan kemampuan yang hendak diperoleh peserta didik yakni diantaranya mata pelajaran PAI itu sendiri. Sedangkan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan aspek-aspek tertentu dari apa yang ditemukan pada kurikulum yang dijalankan.

Sementara itu Suryosubroto (2002, hlm. 270) menyatakan bahwa

“kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa yang diselenggarakan di sekolah

di luar jam pelajaran biasa”. Mengenai posisi dari kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri Sya’idah (2010, hlm. 15) menjelaskan:

kegiatan ekstrakurikuler berada dibawah garis koordinasi OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) yaitu organisasi kesiswaan yang berada di bawah naungan sekolah bertujuan untuk melakukan pembinaan terhadap siswa melalui berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang dilakukan oleh ekstrakurikuler harus diketahui oleh OSIS agar dapat berkoordinasi dengan baik dan tidak bertentangan dengan visi dan misi sekolah.

Adapun mengenai tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (dalam Suryosubroto, 2002, hlm. 272) diantaranya:

kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor, Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif, dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Selanjutnya dalam jurnal yang ditulis oleh Fakhruddin (2009, hlm. 175) dipaparkan bahwa:

kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk kegiatan individu atau kegiatan kelompok. Kegiatan individu adalah menyalurkan bakat siswa secara perorangan di sekolah dan masyarakat. Sedangkan kegiatan kelompok adalah untuk menampung kebutuhan dan bakat siswa secara bersama di sekolah dan masyarakat. Contohnya pramuka, paskibra, PMR, dan lain lain. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki kegiatan sentral dalam peningkatan kepribadian siswa adalah kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pembelajaran pendidikan agama di sekolah.


(14)

5

Berbicara mengenai kegiatan ekstrakurikuler keagamaan itu sendiri, terdapat berbagai jenis kegiatan yang dimunculkan atas dasar kesepakatan antara pihak sekolah, orang tua, dan komite masalah. Sya'idah (2010, hal. 6) mengungkapkan beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah

khususnya ektrakulikuler keagamaan diantaranya, “baca tulis al Qur`ān (BTQ), tahfidz al Qur`ān , tilawah, khutbah, PHBI, pesantren kilat (sanlat), marawis,

lomba keterampilan agama, dan lain sebagainya”.

Berbicara mengenai prestasi pendidikan formal seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), beberapa sekolah menengah atas khususnya daerah Bandung Raya yang mencakup wilayah kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat sudah menjadi sekolah yang favorit dengan sejumlah prestasi yang sudah diraih. Salah satu sekolah menengah atas favorit yang ada di Kabupaten Bandung Barat adalah SMA Negeri 1 Lembang. SMA Negeri 1 Lembang terletak di kabupaten bagian utara (sekarang Bandung Barat) Bandung tepatnya di Jalan Maribaya no.68. Sekolah ini merupakan sekolah favorit yang berada di daerah Lembang karena banyaknya prestasi yang diraih oleh sekolah tersebut baik dalam lomba antar sekolah maupun perwakilan para siswanya yang menjadi atlet (Dok. Penelitian).

Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 1 Lembang diantaranya adalah IKRISMA, Pramuka, Paskibra, PMR, Olahraga, Kesenian, dan masih banyak bidang yang lainnya. Ekstrakurikuler yang bersifat keagamaan adalah IKRISMA. ekstrakurikuler IKRISMA (Ikatan Keremajaan Islam Mesjid Al-amanah) merupakan kegiatan yang dapat mengatasi ketimpangan kurangnya waktu materi Pendidikan Agama Islam di kelas. IKRISMA ini merupakan satu-satunya ekstrakurikuler keagamaan yang ada di SMA Negeri 1 Lembang. Tujuan diadakannya IKRISMA ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif dalam mengembangkan pola pikir dan sikap keberagaman siswa agar lebih baik lagi dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diberikan dalam kehidupan sehari-hari (Dok. Penelitian).


(15)

6

Sehubungan dengan akhlak dan ekstrakurikuler di atas, terdapat informasi kesenjangan antara apa yang harusnya terjadi dengan kenyataan yang ada di salah satu sekolah menengah di Kabupaten Bandung Barat yakni di SMA Negeri 1 Lembang. Terdapat beberapa penyimpangan yang terjadi di sekolah di luar jam kegiatan belajar mengajar diantaranya, ada perbedaan yang mencolok mengenai perilaku atau sikap antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dan siswa yang tidak selanjutnya adanya kelompok kecil siswa yang mengikuti geng motor yang dinamakan “Black Speed”, dan terakhir masih adanya siswa yang melanggar aturan sekolah (Dok. Penelitian).

Berdasarkan keterangan yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh PAI dan juga kegiatan ekskurikuler terhadap akhlak. Pengaruh tersebut berkaitan antara PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap akhlak siswa. Maka peneliti tertarik membuat judul

“Pengaruh PAI dan kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Peningkatan Akhlak Mulia Siswa (Studi deskriptif terhadap siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Lembang)”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Pembelajaran PAI merupakan usaha untuk meningkatkan akhlak siswa di sekolah. Selain dari itu usaha sekolah untuk meningkatkan akhlak dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Hal ini terlihat jelas dari data lapangan yang menunjukan bahwa,

1. Adanya perbedaan yang mencolok terkait akhlak siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut.

2. Adanya sekelompok pelajar yang mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilarang seperti geng motor.


(16)

7

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti merasa perlu untuk merumuskan fokus permasalahannya. Secara umum, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Pengaruh PAI dan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Peningkatan Akhlak Mulia Siswa”. Dari rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana prestasi PAI siswa SMA Negeri 1 Lembang?

2. Bagaimana aktivitas siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMA Negeri 1 Lembang?

3. Bagaimana kualitas akhlak mulia siswa SMA Negeri 1 Lembang?

4. Bagaimana pengaruh mata pelajaran PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhlak mulia siswa SMA Negeri 1 Lembang?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai pengaruh PAI dan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan kualitas akhlak mulia siswa. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prestasi siswa pada mata pelajaran PAI.

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMA Negeri 1 Lembang.

3. Untuk mengetahui kualitas akhlak mulia siswa SMA Negeri 1 Lembang. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh mata pelajaran PAI dan kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhlak mulia siswa SMA Negeri 1 Lembang.


(17)

8

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa tambahan teori dan mengetahui tentang sejauhmana pengaruh PAI dan Ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan kualitas akhlak mulia siswa. 2. Manfaat Praktis

Penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan keluarga seperti:

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini di harapkan bisa memberikan gambaran kepada mereka mengenai sejauhmana kualitas yang mereka miliki selama mempelajari mata pelajaran PAI dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, agar mereka juga bisa memperbaiki kualitas akhlak mulia dengan lebih baik.

b. Bagi Guru Agama

Secara umum bagi guru agama bisa menjadikan hasil penelitian ini menjadi bahan evaluasi untuk memperhatikan kembali bagaimana saat membelajarkan mata pelajaran PAI dan juga membina kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dapat meningkatkan kualitas akhlak mulia siswa.

c. Bagi Praktisi Pendidikan

Khususnya bagi praktisi pendidikan agama Islam, sebagai informasi yang positif dalam rangka meningkatkan dan membentuk akhlak siswa.

d. Bagi Peneliti

Dalam rangka menambah wawasan dan keilmuan tentang pengaruh Pendidikan Agama Islam dan Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap Peningkatan kualitas akhlak mulia siswa.


(18)

9

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk lebih dapat memberikan penjelasan dengan lebih sistematis, dan untuk dapat melihat persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun skripsi ini berdasarkan urutan sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan sebuah pengantar dari penelitian yang berjudul pengaruh Pendidikan Agama Islam dan Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap peningkatan kualitas akhlak mulia siswa SMA Negeri 1 Lembang, yang menjelaskan latar belakang penelitian, Identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab kedua, merupakan kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka atau acuan yang digunakan penulis pada penelitian skripsi ini terdiri pembahasan mengenai Pendidikan Agama Islam, yang meliputi pengertian, tujuan, ruang lingkup, metode, dan juga evaluasi. Pembahasan mengenai Ekstrakurikuler, khususnya ekstrakurikuler keagamaan. Dan juga membahas tentang akhlak.

Bab ketiga, membahas mengenai metode penelitian yang meliputi lokasi penelitian, populasi, sampel, teknik penarikan sampel, pendekatan penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab keempat, membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian meliputi gambaran umum prestasi belajar PAI, gambaran umum kegiatan esktrakurikuler keagamaan dan gambaran umum akhlak mulia siswa. pembahasan meliputi pembahasan prestasi belajar PAI, pembahasan kegiatan ektrakurikuler keagamaan, pembahasan akhlak mulia siswa dan pembahasan pengaruh PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhlak mulia siswa.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang meliputi simpulan dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan rekomendasi.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengambil tempat di SMA Negeri 1 Lembang tepatnya di Jl. Maribaya Kabupaten Bandung Barat. Adapun waktu pelaksanaannya yaitu pada bulan Maret 2014.

SMA Negeri 1 Lembang merupakan sekolah yang lokasinya lumayan dekat dari kampus UPI sehingga mudah dijangkau oleh penulis. Sekolah ini juga merupakan sekolah yang dijadikan sebagai tempat PPL (Praktek Kerja Lapangan) oleh penulis selama satu semester sehingga peneliti setidaknya mengetahui bagaimana keadaan sekolah dan mengenal guru-guru serta siswa-siswinya dan hal ini memudahkan bagi penulis dalam membantu proses penelitian

2. Populasi Penelitian

Untuk memperoleh sumber data dalam menganalisis suatu objek penelitian, diperlukan adanya populasi dan teknik penarikan sampel. Selain itu, dalam penelitian juga diisyaratkan adanya data yang akurat dari sumber data yang dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan tujuan penelitian.

Sugiyono (2012, hlm. 80) mengungkapkan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Senada dengan Sugiyono, Sukardi (2004, hlm. 53) berpandangan bahwa “populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian”.

Dengan demikian penelitian tidak hanya menjadikan manusia sebagai objek, akan tetapi objek lain juga bisa diteliti. Populasi juga bukan hanya objek atau subjek, populasi juga meliputi karakteristik atau sifat yang dimiliki objek


(20)

40

atau subjek itu sendiri. Adapun populasi yang peneliti gunakan adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Lembang yang mengikuti ekstrakurikuler keagamaan baik yang sudah menjadi pengurus maupun masih anggota.

3. Sampel Penelitian dan Teknik Penarikan Sampel

Sugiyono (2012, hlm. 81) menjelaskan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan Sukardi (2004, hlm. 54) mengungkapkan bahwa “sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut”.

Dengan demikian apabila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Teknik penarikan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah studi sensus. Arikunto (2010b, hlm. 185) “apabila peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka studi atau penelitiannya disebut studi

populasi atau studi sensus”. Penelitian populasi dilakukan apabila ingin melihat

semua liku-liku yang ada di dalam populasi. Karena subjeknya meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, maka peneliti mengambil responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang tergabung dalam kepengurusan dan anggota IKRISMA (Ikatan Remaja Mesjid Al-amanah). Jumlah responden yang berpartisipasi berjumlah 54 orang siswa. Berikut adalah daftar responden yang menjadi sample penelitian :

Tabel 3.1

Anggota Sampel Penelitian siswa yang mengikuti ekstrakurikuler keagamaan

No. Nama Responden Kelas No. Nama Responden Kelas

1 Asep Yuhandi XII IPA 2 28 Irfan Permana XI IPS 4 2 Dian Wulansari XII IPA 3 29 Reni Astuti X SOS 5 3 Rani Suryani XII IPA 1 30 Restian Suryani XI IPA 4 4 Novi Sulastini XII IPA 2 31 Lisnawati XI IPA 4 5 Muhammad Malih XII IPA 1 32 Via Oktapiani XII IPS 4 6 Nisa Yunita XII IPA 2 33 Leni Isrianti XI IPA 3


(21)

41

7 Fazar Sukmawan XII IPS 5 34 Syiva Silvia XI IPA 3 8 Maulana Yusuf XII IPS 3 35 Indira Istifarin XI IPA 1 9 Wawan Setiawan XII IPA 2 36 Chandra Wulandari XI IPA 3

No. Nama Responden Kelas No. Nama Responden Kelas

10 Yopi Supriyana XII IPA 4 37 Yana Muhamadinah XII IPA 4 11 Anwar Hudaya XII IPA 1 38 Dinni Septiyani XI IPS 3 12 Dita Sukmayanti X MS 1 39 Rohimat NH XI IPS 4 13 Ayu Wulan W X MS 1 40 Afni Nur Alifah XI IPA 2 14 Ryan Saepul Hayat X MS 5 41 Silvi Salamatu W XI IPS 4 15 Lia Lestari X MS 1 42 Nadya FW X SOS 5 16 Nur Jihan F X SOS 5 43 Nurul Ulfi R X MS 2 17 Muhammad Nuha X SOS 4 44 Rina Sumarni X MS 3 18 Hanan Sadikin X MS 1 45 Maria Ulfah XI IPA 5 19 Sonya Permata XI IPA 2 46 Fitri Milati H XI IPS 2 20 Aep Saepudin XI IPA 5 47 Yuliana XI IPA 5 21 Syifa Islamiati XI IPA 2 48 Siti Nur Azizah X MS 2 22 Indah Nurur Rohmi XI IPA 3 49 Nuraeni X MS 1 23 Rani Triani XI IPA 2 50 Wiwin Winarti X MS 2 24 Qabul Muhammad XI IPA 2 51 Fatin Fauziyyah XI IPA 2 25 Siti Utami N XI IPA 1 52 Nita Pramesti N XI IPA 2 26 Rian Rizki XI IPS 4 53 Tegar Cahyo S XI IPA 1 27 Putri Wulandari XI IPA 2 54 Reno Reptri J XI IPS 1

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 7), “kuantitatif dinamakan metode tradisonal, karena metode ini sudah cukup lama digunakan, disebut juga metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivism”. Metode ini disebut dengan metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

C. Metode Penelitian

Seorang peneliti hendaknya menentukan metode apa yang digunakan terlebih dahulu sebelum melaksanakan suatu penelitian. Metode penelitian yang


(22)

42

digunakan peneliti adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. West (dalam Sukardi, 2004, hlm. 157) mengungkapkan bahwa,

penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena perbuatan manusia.

Selanjutnya, West (dalam Sukardi, 2004, hlm. 157) menjelaskan bahwa, dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan hubungan antarvariabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal. Selain itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadan sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian berdasarkan filsafat positivisme, digunakan pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji dimana sampe tersebut diambil (Arikunto, 2010a, hal. 9).

Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah karena untuk mendapatkan data yang riil yang terjadi di lapangan pada saat melakukan penelitian dan setelah mendapatkan data kemudian dianalisis. Selain itu, penulis ingin memperoleh gambaran antara tiga variabel, yaitu dua variabel bebas (X1 dan X2) dan satu variabel terikat (Y).

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami dan menafsirkan variabel dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:


(23)

43

Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dimaksud dalam penelitian ini ialah mata pelajaran PAI. Adapun prestasi belajar PAI adalah nilai raport PAI dari aspek kognitif yang diraih responden.

2. Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan

Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang ada di sekolah yang diteliti. Dalam penelitian ini kegiatan ekstrakurikuler keagaman merupakan variabel bebas kedua yang akan menjadi tolak ukur akhlak mulia siswa. hal ini dilihat dengan cara menyebarkan angket kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Adapun yang menjadi indikator dalam variabel ini adalah minat, waktu, ketaatan, intensitas, dan manfaat.

3. Akhlak mulia

Akhlak mulia yang dimaksud dalam penelitian ini ialah akhlak mulia siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah yang diteliti. Dalam penelitian ini akhāq mulia merupakan variabel terikat. hal ini akan dilihat dengan cara menyebarkan angket kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Adapun yang menjadi indikator dalam variabel ini adalah akhlak terhadap Allah Swt., akhlak terhadap orangtua dan keluarga, akhlak terhadap guru dan peraturan sekolah, akhlak terhadap teman, dan akhlak terhadap diri sendiri.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2012, hlm. 102) menjelaskan bahwa, “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”. Senada dengan Sugiyono, Arikunto (2010b, hlm. 203) menjelaskan instrumen penelitian

adalah “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap, dan

sistematis sehingga lebih mudah diolah.”

Instrumen disajikan dalam bentuk dokumentasi dan angket. dokumentasi untuk mencari variabel X1 (Bebas/ Indevendent Variabel), variabel ini merupakan


(24)

44

variabel pertama yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Devendent Variabel). Variabel X1 dalam penelitian ini adalah Mata Pelajaran PAI dengan mengkaji prestasi nilai PAI yang diraih responden. Kemudian angket yang digunakan merupakan angket tertutup yang memiliki sifat langsung dan angket yang tersebut terdiri dari 81 pertanyaan. 31 pertanyaan merupakan angket tentang kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan 50 pertanyaan merupakan angket tentang akhlak. Adapun kisi-kisi instrumen kegiatan ekstrakurikuler dan akhlak adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan

NO. KOMPONEN RINCIAN NO. ITEM

+ – Σ

1. Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan

a. Minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan

b. Menyediakan waktu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan c. Ketaatan terhadap

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan

d. Intensitas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan

e. Manfaat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan

1, 14,

3, 15

4, 16

5, 6, 10, 17, 26, 27, 3

7, 8, 19, 28

9, 18, 25

11,20,30

22

2, 12, 21, 23, 29 13, 24, 5 5 3 12 6

Jumlah item 17 14 31

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket Penelitian Akhlak

NO. KOMPONEN

AKHLAK RINCIAN PERILAKU AKHLAK

JML ITEM


(25)

45

1. Akhlak terhadap Allah

Mengukur kualitas perilaku akhlak mulia siswa terhadap Allah dan Rasulullah, yakni:

a. Mentaati Allah b. Ṣalat khusyū’ c. Ṣalat malam

d. Ṣalat sunat menyertai shalat 5 waktu

e. Puasa untuk meningkatkan taqwa f. Puasa sunat

g. Beribadah secara ikhlas

8 1 2 1 1 1 1 1 8 1 2 1 1 1 1 1 16 2 4 2 2 2 2 2 2. Akhlak terhadap

orangtua dan keluarga

Mengukur kualitas perilaku akhlak mulia siswa terhadap orang tua dan keluarga, yakni:

a. Berbakti kepada ibu-bapak b. Lebih mendahulukan bakti

kepada ibu

c. Menyampaikan amanah orangtua d. Membantu permasalahan saudara

4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 8 2 2 2 2

3. Akhlak terhadap guru dan aturan sekolah

Mengukur kualitas perilaku akhlak mulia siswa terhadap guru dan aturan sekolah, yakni:

a. Sopan santun

b. Melaksanakan perintah guru c. Mentaati aturan yang ada di

sekolah 4 2 1 1 4 1 1 1 8 3 2 2 4. Akhlak terhadap

teman

Mengukur kualitas perilaku akhlak mulia siswa terhadap teman, yakni:

a. Berbuat ihsan

b. Meminta maaf dan memaafkan c. Berterima kasih atas kebaikan

orang d. Menutup `aib

4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 8 2 2 2 2 5. Akhlak terhadap

diri sendiri

Mengukur kualitas perilaku akhlak mulia siswa terhadap dirinya sendiri, yakni:

a. Kejujuran vs dusta, khianat, ingkar janji

b. Tawaḍu` (rendah hati) vs sombong

c. Menahan amarah vs marah dan dendam

d. Sederhana vs boros

5 2 1 1 1 5 2 1 1 1 10 4 2 2 2


(26)

46

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum penulis melakukan pengolahan data berikutnya, terlebih dahulu penulis melakukan uji validitas dan uji realibilitas. Uji validitas dan realibilitas tersebut dilakukan hanya untuk alat utama pengumpul data yaitu angket.

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kebenaran suatu instrumen. Arikunto (dalam Riduwan, 2013 hlm. 97) mengungkapkan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. Sedangkan Sugiyono (2012, hlm. 121) menjelaskan, “hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang

diteliti”. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Dengan demikian uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui kevalidan dari suatu instrumen, artinya bahwa instrumen yang dipakai benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Sebelum melaksanakan penelitian, Peneliti melaksanakan uji validitas angket terlebih dahulu karena angket yang baik adalah angket yang sudah diketahui kevalidannya dengan diujicobakan. Uji validitas hanya dilakukan pada instrumen kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, sedangkan instrumen akhlak tidak diuji validitas karena sudah digunakan.

Peneliti melakukan validitas isi dengan pendekatan panel juri. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Zainal (2012, hlm. 248) bahwa, “Pengujian validitas isi dapat menggunakan dua pendekatan yakni panel juri dan validitas

muka”. Selanjutnya, Zainal (2012, hlm 249) juga mengungkapkan :

Untuk menguji apakah butir – butir yang digunakan untuk mengukur sebuah konsep tertentu telah memadai atau mampu menggambarkan maka butir – butir tersebut dimintakan evaluasinya kepada sekelompok juri atau penilai yang dianggap profesional dibidang itu.


(27)

47

Validitas isi dilakukan dengan cara kisi-kisi instrumen yang telah terbentuk sebelum peneliti pergunakan di lapangan terlebih dulu peneliti mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing dan dosen ahli, adapun dosen yang mengevaluasi angket penelitian ini diantaranya: Drs. Udin Supriadi, M.Pd., Dr. Wawan Hermawan, M.Ag., Drs. Toto Suryana, M.Pd., dan Dr. Edi Suresman, S.Pd. M.Ag.

Berdasarkan judgment dari dosen tersebut didapatkan hasil 31 buah item intrumen yang selanjutnya oleh peneliti lakukan validitas kriteria. Instrumen hasil validitas isi ini dilampirkan.

Dalam uji validitas ini, peneliti menggunakan software SPSS versi 20 dengan alasan agar mudah untuk dikerjakan dan data tidak keliru. Peneliti melaksanakan uji validitas di sekolah yang sederajat dengan sekolah yang dijadikan objek penelitian. Adapun uji coba angket dilakukan di SMA Negeri 15 Bandung. Adapun langkah pengujiannya sebagai berikut :

a. Buka file data hasil penelitian yang akan diolah

b. Pilih menu statistic/ analyze, kemudian pilih submenu correlate, lalu

bivariate

c. Box variabel diisi skor butir pertanyaan dan skor total variabel (dilakukan

satu persatu konstruk)

d. Pilih coeficient correlation pearson e. Tekan OK (muncul output SPSS)

Berikut ini adalah hasil dari pengujian validitas menggunakan bantuan

software SPSS versi 20 (lihat lampiran no. 12).

Dari hasil perhitungan software SPSS versi 20 tersebut, bila nilai korelasi diatas 0,05 maka item tersebut valid. Tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi terendah adalah -0,548 dan yang tertinggi 0,702. Jadi, dapat dinyatakan bahwa item yang valid sebanyak 31 item (dapat dilihat pada kolom Corrected

Item-Total Corelation) dan item yang invalid hanya 4 item. Berikut interpretasi

dari setiap itemnya:


(28)

48

Interpretasi Uji Validitas

No. Item

Nilai

Korelasi Interpretasi Keterangan No. Item

Nilai

Korelasi Interpretasi Keterangan

1 0,529 Valid Digunakan 19 0,090 Valid Digunakan 2 0,263 Valid Digunakan 20 0,454 Valid Digunakan 3 0,449 Valid Digunakan 21 0,465 Valid Digunakan 4 0,553 Valid Digunakan 22 0,216 Valid Digunakan 5 0,554 Valid Digunakan 23 0,442 Valid Digunakan 6 0,547 Valid Digunakan 24 0,528 Valid Digunakan 7 0,333 Valid Digunakan 25 0,701 Valid Digunakan 8 0,366 Valid Digunakan 26 0,393 Valid Digunakan

9 -0,002 Invalid Tidak

digunakan 27 0,423 Valid Digunakan 10 0,453 Valid Digunakan 28 0,536 Valid Digunakan 11 0,421 Valid Digunakan 29 0,533 Valid Digunakan

12 0,004 Invalid Tidak

digunakan 30 0,702 Valid Digunakan 13 0,634 Valid Digunakan 31 0,680 Valid Digunakan

14 -0,057 Invalid Tidak

digunakan 32 0,407 Valid Digunakan 15 0,249 Valid Digunakan 33 0,609 Valid Digunakan 16 0,433 Valid Digunakan 34 -0,548 Invalid Tidak digunakan 17 0,595 Valid Digunakan 35 0,241 Valid Digunakan 18 0,604 Valid Digunakan

2. Uji Reliabilitas

Arikunto (2010a, hlm. 221) menyatakan bahwa, “reliabilitas merupakan

persyaratan pokok dari instrumen pengumpulan data”. Hal ini berarti bahwa

instrumen tidak akan bisa dipakai tanpa melaksanakan uji reliabilitas terlebih dahulu.

Sementara itu Sunyoto (2010, hlm. 83) mengungkapkan bahwa

“reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk”. Butir pertanyaan dikatakan reliabel atau

handal atau baik apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan tersebut konsisten. Dapat dinyatakan bahwa reliabilitas harus menunjukan pada sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.


(29)

49

Dalam uji reliabilitas, Sunyoto (2010, hlm. 84) menjelaskan bahwa,

“peneliti menggunakan cara one shot atau pengukuran sekali saja. Perlu diketahui

bahwa pengukuran reliabilitas dilakukan dengan dua cara yaitu yakni repeated

measure atau pengukuran ulang dan one shot atau pengukuran sekali saja.”

Peneliti mengukur kehandalan butir pertanyaan dengan sekali menyebarkan kuesioner pada responden, kemudian hasil skornya diukur korelasinya antar skor jawaban pada butir pertanyaan yang sama dengan bantuan komputer program SPSS statistik 20 dengan fasilitas Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60. Adapun langkah analisisnya sebagai berikut:

a. Buka file data hasil penelitian yang akan diolah

b. Pilih menu statistic/analyze, kemudian pilih submenu scale, lalu pilih

reliability analysis

c. Masukkan skor pertanyaan tiap konstruk kedalam box items d. Kemudian pilih alpha

e. Klik statistic, muncul windows reliability analysis statistic

f. Bagian descriptive for item, scale, scale if item deleted dan correlation g. Kemudian klik continue

h. Klik OK (selesai)

Dalam uji realibilitas ini terdapat kriteria tinggi rendahnya koefisien realibilitas instrument. Adapun klasifikasi koefisien korelasi menurut Azwar (2012, hlm. 149) :

Tabel 3.5

Koefisien Reliabilitas Instrumen Menurut Gulidford

Nilai Klasifikasi

< 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,21 – 0,40 Derajat reliabilitas rendah 0,41 – 0,70 Derajat reliabilitas sedang 0,71 – 0,90 Derajat reliabilitas tinggi


(30)

50

0,91 – 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi Sumber : Azwar (2012, hlm. 149) Berikut ini adalah hasil dari pengujian reliabilitas menggunakan bantuan

software SPSS versi 20 :

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Menggunakan software SPSS versi 20 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items

N of Items

,867 ,882 35

Dari uji reliabilitas ini dihasilkan, bahwa instrumen yang diujikan memiliki nilai reliabilitas 0,867 (lihat pada kolom Cronbach’s Alpha). Data ini menunjukkan bahwa instrumen memiliki reliabilitas tinggi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan informasi atau keterangan mengenai suatu objek penelitian. Tujuan dari teknik pengumpulan data adalah untuk memperoleh ukuran tentang pengaruh PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhlak mulia siswa. Dalam pelaksanaaan pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara atau alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang disebut dengan istilah teknik pengumpulan data.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara:


(31)

51

Sugiyono (2012, hlm. 142) menjelaskan bahwa, “angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Pada tahap pelaksanaanya peneliti menyebarkan angket berisi daftar pertanyaan dan pernyataan yang harus diisi siswa untuk mendapatkan skor akhlak siswa. Angket ini disampaikan pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Lembang.

Bentuk angket yang diberikan kepada seluruh siswa yang tergabung dalam keanggotaan dan kepengurusan Ikrisma (Ikatan Remaja Islam Mesjid Al-Amanah) SMA Negeri 1 Lembang adalah angket tertutup dengan menggunakan kategori Likert skala penilaian tiga, yaitu pada setiap pertanyaan telah disediakan alternatif jawaban untuk dipilih oleh setiap responden.

Penggunaan angket tertutup dengan menggunakan kategori Likert skala penilaian tiga dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa alasan diantaranya yaitu: a) sesuai dengan permasalahan yang diteliti yaitu bersifat kuantitatif; b) responden lebih leluasa dalam memberikan jawaban; c) waktu yang diperlukan relatif singkat dalam penghimpunan data; d) pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan memudahkan dalam pengolahan data.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert, yaitu dengan memberikan nilai pembobotan untuk setiap jenis pertanyaan yang berskala ordinal. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 93) “skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial. Skor 3-2-1 digunakan untuk pertanyaan yang bersifat mendukung dan skor 1-2-3 untuk pertanyaan yang bersifat tidak mendukung”.

Berikut adalah tabel pemberian skor terdapat dua bagian sesuai dengan bentuk item apakah positif atau negatif.

Tabel 3.7

Pemberian Skor pada Instrumen Bentuk

Item

Pemberian Skor


(32)

52

+ (Positif)

3 2 1

- (Negatif)

1 2 3

Untuk pengkategorian interpretasinya, peneliti menggunakan tiga kategori diagnosis untuk tingkat atau jenjangnya, adapun rumus tiga kategori ini adalah sebagai berikut :

X < (µ - 1,0 �) = Rendah (µ - 1,0 �) X < (µ + 1,0 �) = Sedang (µ + 1,0 �) X = Tinggi

Sumber: Azwar (2012, hal. 149)

2. Dokumentasi

Arikunto (2010b, hlm. 274) menjelaskan bahwa,

metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Berbeda dengan metode lain, metode dokumentasi ini tidak begitu sulit karena sumber data yang diperoleh mash tetap dan tidak berubah.

Dalam mengumpulkan data, selain menggunakan angket dan wawancara, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi. Peneliti meminta data nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) seluruh siswa kepada guru yang bersangkutan. Kemudian setelah terkumpul data, peneliti mencari nilai siswa yang aktif di ekstrakurikuler keagamaan untuk dijadikan nilai variabel penelitian yakni variabel X1.

Selain itu, peneliti juga meminta berbagai data sekolah terutama data ekstrakurikuler keagamaan untuk dimasukkan di penyajian data.


(33)

53

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis Data

Peneliti disini menggunakan analisis regresi ganda. Oleh karena itu persyaratan analisis regresi berganda menggunakan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik model regresi berganda meliputi uji multikolieritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Multikolieritas

Sunyoto (2010, hlm. 97) mengungkapkan,

Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas/ independent variable (x1, x2, x3, x4,....xn ), dimana akan di ukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/ pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (r).

Sunyoto (2010, hlm. 97) menambahkan bahwa, “dikatakan multikolieritas, jika koefisien korelasi antar variabel bebas ( x1 dan x2, x2 dan x3, x3 dan x4, dan seterusnya) lebih besar dari 0,60 (pendapat lain 0,50 eqn 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas dapat digunakan cara lain yaitu dengan”:

1) Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara

statistik (α)

2) Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat.

Nilai tolerance (α) dan variance inflation factor (VIF) dapat dicari dengan

menggabungkan kedua nilai tersebut sebagai berikut :  Besar nilai tolerance :

α = 1 / VIF

Besar nilai variance inflation factor (VIF) :

VIF = 1 / α

Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika : α hitung < α dan VIF hitung >


(34)

54

Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika : α hitung > α dan VIF

hitung < VIF

Sunyoto (2010, hlm. 98) menjelaskan mengenai cara mengatasi multikolinieritas:

1) Menghilangkan salah satu atau lebih variabel bebas yang mempunyai koefisien korelasi tinggi atau menyebabkan multikolinieritas.

2) Jika tidak dihilangkan (nomor 1) hanya digunakan untuk membantu memprediksi dan tidak untuk diinterpretasikan.

3) Mengurangi hubungan linier antar variabel bebas dengan menggunakan logaritma natural (ln).

4) Menggunakan metode lain misalnya metode regresi Bayesian, dan metode regresi ridge.

Adapun yang peneliti gunakan untuk melakukan uji multikolieritas adalah dengan menggunakan Statistik SPSS versi 20. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1) Buka file data (atau sebelumnya buat dulu data mengenai satu variabel terikat dan dua atau lebih variabel bebas)

2) Klik menu statistic/ analyze

3) Pilih submenu regression, klik linier

4) Box dependent isikan : variabel terikatnya (Y= akhlak)

5) Box independent isikan : variabel bebasnya (X1 = PAI, X2 = Ekskul)

6) Klik method, pilih enter

7) Klik tombol statistic, akan muncul regression statistic: Non aktifkan : estimates dan model fit

Aktifkan : covariance matrix dan collinieritas diagnotics 8) Klik continue


(35)

55

b. Uji Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidaknya varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Sunyoto (2010, hlm. 100) Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi Heteroskedastisitas.

Sunyoto (2010, hlm. 100) kemudian menjelaskan persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi Heteroskedastisitas. Misalkan :

1) Nilai statistik dari 5 mahasiswa kelas A yaitu 70, 69, 71, 73, 70 cenderung lebih seragam atau tidak bervariasi karena selisihnya kecil, kejadian ini disebut homoskedastisitas

2) Nilai statistik dari 5 mahasiswa kelas B yaitu 30, 90, 60, 80, 40 cenderung tidak seragam atau sangat bervariasi, karena selisihnya besar, kejadian ini disebut heteroskedastisitas

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik

scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas (sumbu

X= Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y= Y prediksi – Y riil). Ketentuannya adalah:

1) Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur. 2) Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola

yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang. Adapun langkah pengujiannya peneliti menggunakan Statistik SPSS versi 20 sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Sunyoto (2010, hlm. 101) sebagai berikut :

1) Buka file data yang berisi variabel bebas dan variabel terikat 2) Klik menu statistic/ analyze

3) Pilih submenu regression, klik linier, muncul dialog linier regression 4) Box dependent isikan : variabel terikatnya (Y= akhlak)


(36)

56

5) Box independent isikan : variabel bebasnya (X1 = PAI, X2 = Ekskul)

6) Klik plots, muncul linier regression plots dan isikan : 7) Variabel SRESID disumbu Y

8) Variabel ZPRED disumbu X 9) Klik continue

10) Klik OK (muncul output SPSS)

c. Uji Normalitas

Sunyoto (2010, hlm. 103) mengungkapkan,

Selain uji asumsi klasik multikolinieritas dan heteroskedastisitas, uji asumsi klasik yang lain adalah uji normalitas, dimana akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi bisa dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Uji asumsi klasik normalitas dalam diktat ini ada dua cara yang dibahas yaitu cara statistik dan semi manual.

Dalam menguji data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi normal atau tidak pada cara statistik ini melalui nilai kemiringan kurva (skewness= α3) atau nilai keruncingan kurva (kurtosis= α4) diperbandingkan dengan nilai Z tabel.

Rumusan nilai Z untuk kemiringan kurva (skewness) : Z skewness = Skewness / 6 / N atau Zα3 = α3 / 6 / N Rumusan nilai Z untuk keruncingan kurva (kurtosis) : Z kurtosis =kurtosis / 24 / N atau Zα3 = α4 / 24 / N Dimana N = banyak data

Ketentuan analisis :

1) Variabel (bebas atau terikat) berdistribusi normal jika Z hitung (Zα3 atau


(37)

57

2) Misalnya diketahui Z5% = 1,96 (Z tabel) lebih besar dari Z hitung atau dengan kata lain Z hitung lebih kecil dari Z tabel (1,96), dapat dituliskan Z hitung < 1,96

3) Variabel berdistribusi tidak normal jika Z hitung (Zα3 atau Zα4) > Z tabel. 4) Misal nomor (a), dapat ditulis Z hitung > 1,96

Adapun langkah pengujian asumsi klasik normalitas Sunyoto (2010, hlm. 104)

dapat dilakukan semi manual, maksudnya kita dalam mencari nilai

skewness (α3) dan nilai kurtoris (α4) dari data variabel bebas (X) maupun

data variabel terikat (Y) menghitung dengan rumus yang ada dalam buku statistik deskriptif, baru setelah ketemu nilainya, kemudian dicari Zα3 dan

Zα4 rumus di atas. Atau dapat pula melalui perhitungan komputer program

SPSS untuk mencari nilai skewness (α3) dan nilai kurtosis (α4)

Kemudian Sunyoto (2010, hlm. 104) menjelaskan langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Buka file data yang berisi variabel bebas dan variabel terikat 2) Klik menu statistic/ analyze, pilih deskriptive statistic 3) Klik frequencies

4) Kemudian masukkan data variabel (bebas atau terikat, hanya satu variabel dulu diolah)

5) Klik tombol statistic, tandai √ pada skewness dan kurtosis

6) Tekan continue, kemudian OK 7) Muncul output SPSS

d. Uji Autokorelasi

Sunyoto (2010, hlm. 110) menjelaskan bahwa,

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah dan autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya).

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut :


(38)

58

 Terjadi autokorelasi positif, jika DW dibawah -2 (DW < -2)

 Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada di antara -2 dan 2 atau -2 ≤

DW ≤ 2

 Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW > +2

Sunyoto (2010, hlm. 104) kemudian menjelaskan mengenai langkah pengujian Durbin-Watson menggunakan statistik SPSS versi 20 sebagai berikut:

1) Buka file data

2) Klik menu statistic/ analyze, pilih regression, pilih linier 3) Box dependent isikan : variabel terikatnya (Y= akhlak)

4) Box independent isikan : variabel bebasnya (X1 = PAI, X2 = Ekskul)

5) Case labels isikan : periode waktunya 6) Klik tombol statistic

7) Aktifkan durbin-watson 8) Tekan continue

9) Klik OK (muncul output SPSS)

2. Analisis Data

Untuk keperluan analisis data, peneliti menggunakan regresi sederhana dan regresi ganda. Peneliti menggunakan kedua analisis ini adalah untuk menjawab rumusan masalah nomor empat. Sunyoto (2010, hlm. 29) mengungkapkan bahwa “analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat”. Selanjutnya Riduwan

dan Sunarto (2010, hlm. 96) menyebutkan :

Regresi atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkercil


(39)

59

Kemudian Riduwan dan Sunarto (2010, hlm. 96) menjelaskan bahwa: kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan atau memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Sunyoto (2010, hlm. 29) menjelaskan bahwa,

Jika pengukuran pengaruh ini melibatkan satu variabel bebas (X) terhadap satu variabel terikat (Y) dinamakan analisis regresi linier sederhana yang dirumuskan : Y = a + bX. Nilai konstanta dan nilai b adalah koefisien regresi untuk variabel X. Dan apabila pengukuran melibatkan dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat dinamakan analisis regresi berganda.

Riduan (2013, hlm. 155) mengungkapkan bahwa “analisis regresi ganda adalah pengembangan dari analisis regresi sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau

lebih”. Kemudian Riduan (2013, hlm. 155) menjelaskan bahwa,

Analisis regresi ganda ialah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X1), (X2), (X3),... (Xn) dengan satu variabel terikat.

Analisis regresi sederhana digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor empat secara parsial. Sedangkan analisis regresi ganda digunakan untuk menjawab rumusan masalah masih nomor empat secara ganda.

Asumsi dan arti persamaan regresi sederhana berlaku pada regresi ganda, tetapi bedanya terletak pada rumusnya, sedangkan analisis regresi ganda dapat dihitung dengan cara komputer dengan program Statistical Product and Service

Solutions (SPSS) versi 20 dan ada juga dengan menggunakan kalkulator atau

manual. Berikut persamaan estimasi regresi linier berganda sebagai berikut: Y = a + b1X1+ b2X2


(40)

(41)

61

Keterangan :

a = nilai konstanta dan b1, b2= nilai koefisien regresi variabel �1, �2

Sebenarnya secara statistik penggunaan nilai konstanta dilakukan jika satuan-satuan variabel X dan variabel Y tidak sama. Sebaliknya jika variabel X dan variabel Y baik linier sederhana maupun linier berganda mempunyai satuan yang sama, maka nilai konstanta dihilangkan atau diabaikan dengan asumsi setiap perubahan variabel Y akan proporsional dengan perubahan nilai variabel bebas (X) (Sunyoto, 2010, hlm. 29).

Dalam menganalisis, peneliti menghitung nilai yang didapatkan oleh setiap responden diperoleh dengan menggunakan rumus sebagaimana yang dirumuskan oleh Arikunto (2009, hlm. 236) sebagai berikut :

Jumlah Benar

Jumah item keseluruhan 100%

Riduwan (2013, hlm. 155) menjelaskan mengenai langkah-langkah menjawab regresi ganda sebagai berikut :

a. Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat b. Membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik

c. Membuat tabel penolong untuk menghitung angka statistik d. Hitung nilai-nilai persamaan b1, b2, dan a dengan rumus: Rumus nilai persamaan untuk 2 variabel bebas cara pertama :

Y = a1+ b1 X1+b2 X2

X1Y = a X1+ b1 X12+ b2 X1X2 X2Y = a X2+ b1 X1X2 + b2 X22


(42)

62

Rumus nilai persamaan untuk dua variabel bebas cara kedua : Tabel 3.8

Persamaan regresi ganda

Resp. X1 X2 Y X1 2 X2 2 Y2 X1Y X2Y X1X2

1 2 3 .. N

Statistik X1 X2 Y X1 2 X2 2 Y2 X1Y X2Y X1X2

Kemudian memasukkan hasil dari jumlah kuadrat ke persamaan b1, b2, dan a : b1= X2

2 . X

1Y − X1X2 .( X2Y)

X1 2 . X2 2 −( X1X2)2 b2=

X1 2 . X2Y − X1X2 .( X1Y)

X1 2 . X2 2 −( X1X2)2 a = Y−b1.

( X1) −b2.

( X2)

e. Mencari korelasi ganda dengan rumus:

(� 1 2 ) = b1. X1Y+b2. X2Y

Y2

f. Mencari nilai kontribusi korelasi ganda dengan rumus: KP= (� 1 1 )2 . 100%

g. Menguji signifikansi dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan rumus:


(43)

63

Dimana:

n= jumlah responden m=jumlah variabel bebas Kaidah pengujian signifikansi :

Jika Fhitung Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan Fhitung Ftabel, maka terima Ho artinya signifikan

Dengan taraf signifikan: α = 0,05

Carilah nilai Ftabel menggunakan tabel F dengan rumus:

Ftabel = F 1− α dk pembilang = m , dk penyebut = n−m−1 h. Membuat kesimpulan


(44)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Penelitian

Secara umum, terdapat pengaruh antara PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhāq mulia siswa. Adapun secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Prestasi belajar PAI siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan mempunyai kategori yang baik. hal tersebut dibuktikan dengan adanya siswa yang memperoleh nilai tertinggi sebesar 95, nilai terendah sebesar 76 dan nilai rata-ratanya sebesar 85,37. Sebanyak 12 orang siswa atau 22,22 % memiliki kategori pestasi belajar PAI yang baik sekali, 39 orang siswa atau 72,22 % memiliki prestasi belajar PAI yang baik, sedangkan sisanya 3 orang siswa atau 5,56 % memiliki pestasi belajar yang cukup. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti ekstrakurikuler keagamaan IKRISMA memiliki prestasi belajar PAI yang baik, karena rata-rata nilai paling rendahnya sebesar 76 dan pada ketentuan kategorinya tidak ada siswa yang mendapat kategori sedang maupun buruk.

2. Aktifitas siswa SMA Negeri 1 Lembang yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan IKRISMA mempunyai keaktifan yang tegolong kategori cukup tinggi. Terbukti dengan perhitungan angket secara keseluruhan sebanyak 48 orang siswa atau 88,89 % berkategori tinggi dan 6 orang siswa atau 11,11 % berkategori sedang. Apabila dirincikan setiap indikatornya, minat siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan IKRISMA ini sebesar 16,74%, ketersediaan waktu siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan IKRISMA sebesar 15,94%, ketaatan siswa dalam mematuhi peraturan ekstrakurikuler keagamaan IKRISMA sebesar 9,07%, Intensitas siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan IKRISMA sebesar 37,66%, dan manfaat yang


(45)

98

IKRISMA sebesar 20,59%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa indikator intensitas siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan merupakan persentase paling besar diantara indikator lainnya yakni sebesar 37,66%, sedangkan sisanya indikator lain.

3. Kualitas akhlak siswa SMA Negeri 1 Lembang yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan IKRISMA tergolong baik. Terbukti dengan perhitungan angket secara keseluruhan sebanyak 13 orang siswa atau 24,1 % memiliki kategori tinggi, 40 % orang siswa atau 74,1 % memiliki kategori sedang, dan sisanya 1 orang siswa atau 1,8 % memiliki kategori rendah. Apabila dirincikan setiap indikatornya, persentase dimensi akhlak terhadap Allah sebesar 32%, akhlak terhadap guru dan aturan sekolah sebesar 15%, akhlak terhadap guru dan peraturan sekolah sebesar 16%, akhlak terhadap teman sebesar 17%, dan akhlak terhadap diri sendiri sebesar 20%. Dari hasil perhitungan tersebut, menunjukkan bahwa persentase indikator akhlak terhadap Allah merupakan persentase paling besar diantara indikator lainnya yakni sebesar 32%, sedangkan sisanya indikator lain.

4. Hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa pengaruh prestasi belajar PAI terhadap akhlak mulia siswa sebesar 17,8 %, jika dibandingkan dengan r tabel maka hasil tersebut tergolong pada kategori yang lemah. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh prestasi nilai mata pelajaran PAI terhadap peningkatan akhlak mulia siswa sangat lemah atau tidak signifikan. Walaupun demikian, peneliti berasumsi bahwa rendahnya pengaruh PAI siswa terhadap akhlak bukan disebabkan oleh pembelajaran PAI itu sendiri, akan tetapi data prestasi yang peneliti gunakan hanya dari aspek kognitif saja tanpa nilai psikomotor dan afektif. Sehingga data yang peneliti gunakan tidak menggambarkan prestasi PAI siswa secara utuh. Hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa pengaruh kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap akhlak mulia siswa sebesar 57 %, jika dibandingkan dengan r tabel maka hasil tersebut tergolong pada kategori yang kuat. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap


(46)

99

peningkatan akhlak mulia siswa. Selanjutnya, Hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa hubungan prestasi belajar PAI dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dibawah angka positif yakni hanya -0,7 %, jika dibandingkan dengan r tabel maka hasil tersebut tergolong pada korelasi yang sangat lemah. Dapat disimpulkan bahwa hubungan prestasi belajar PAI dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sangat lemah atau tidak signifikan. Hasil perhitungan analisis secara simultan atau bersama-sama menunjukkan bahwa pengaruh prestasi belajar PAI dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap akhlak mulia siswa sebesar 35,8 % sedangkan sisanya disebabkan oleh faktor lain. Dari kaidah pengujian signifikansi yang sudah dibahas sebelumnya, mendapatkan hasil yang tergolong pada kategori yang cukup. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Prestasi belajar PAI siswa dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap peningkatan akhlak mulia siswa.

B. Saran

Melihat hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang ingin peneliti kemukakan kepada pihak sekolah, diantaranya:

1. Bagi staf pengajar SMA Negeri 1 Lembang khususnya para guru PAI hendaknya dalam setiap pembelajaran di kelas, tidak hanya materi pelajaran saja yang disampaikan, akan tetapi perlu adanya penekanan tentang penerapan nilai-nilai akhlak yang baik pada siswa.

2. Bagi siswa agar berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler keagamaan IKRISMA. Karena kegiatan ekstrakurikuler keagamaan IKRISMA ini mempunyai peranan yang cukup baik dalam peningkatan akhlak mulia siswa dan terbukti merupakan kegiatan yang positif dan bermanfaat.

3. Bagi guru PAI dan pembina ekstrakurikuler agar berkoordinaasi dengan baik agar hubungan diantara keduanya bisa mempengaruhi perilaku siswa terutama pada akhlaknya.


(47)

100

4. Bagi peneliti berikutnya yang meneliti tentang prestasi PAI siswa (sehubungan dalam penelitian ini hanya diambil dari kognitif saja) agar datanya diambil dari tiga aspek, yaitu nilai kognitif, psikomotor, dam afektif. Sehingga lebih komprehensif dalam menggambarkan prestasi siswa.


(48)

101

DAFTAR PUSTAKA

...(2010). al Quran dan Terjemahnya. (Tim Penerjemah Depag RI, Penerj) Bandung : Sygma Publishing.

Ahmadi, A., dan Salimi, N. (2008). Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Arikunto, S. (2010a). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010b). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daradjat, Z. (2008). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi

Aksara.

Darwan, S., Supardi, Nurdin, A., dan Hasibuan, A. A. (2007). Perencanaan

Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada

Press.

Fakhruddin, A. (2009). Manajemen Ekstrakurikuler Keagamaan di Sekolah.

Jurnal Pendidikan Agama Islam , 169-184.

Fitriani, N. (2013, Februari 5). Kenakalan Remaja Usia sekolah SMP dan SMA. Dipetik Maret 21, 2014, dari My Blog: http://niafitriani-nia.blogspot.com/2013/02/kenakalan-remaja-usia-sekolah-smp-dan.html Hidayat, F. (2013, Maret 17). Social Project Firman Hidayat (Indonesia Youth

Forum 2013). Dipetik Maret 21, 2014, dari Dayat Ahoy Bloggers:

http://ahoys.blogspot.com/2013_03_01_archive.html

Isnaini. (2013, Desember 20). Sepanjang Tahun 2013, 20 Pelajar Tewas Akibat

Tawuran. Dipetik Maret 20, 2014, dari Okezone.com:

http://jakarta.okezone.com/read/2013/12/20/500/915133/sepanjang-tahun-2013-20-pelajar-tewas-akibat-tawuran

Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(49)

102

Majid, A., dan Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Mujib, A., dan Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Muslim, dkk. (2010). Pendidikan Islam Humanistik. Bandung: PT. Refika

Aditama

Pusat Bahasa Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Riduwan. (2013). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan, dan Sunarto. (2010). Pengantar Statistika untuk penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Rosdiana. (2011). Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pembiasaan

Akhlakul Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir.

Jakarta: Tidak Diterbitkan

Saebani, B. A., dan Hamid, A. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia. Salamullah, A. (2008). Akhlak Hubungan Horizontal. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani.

Salamullah, A. (2008). Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandani.

Sauri, S. (2011). Filsafat dan Teosofat Akhlak. Bandung: Rizqi Press.

Sub Koordinator MKDP Mata Kuliah Landasan Pendidikan. (2010). Landasan

Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RdanD. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sunyoto, D. (2010). Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(50)

103

Supriyadi, U. (2013). Pendidikan Akhlak. Bandung: Value Press.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Syah, dkk. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Putra Grafika.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur'an. Bandung. Alfabeta

Sya'idah. (2010). Efektifitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakulikuler Rohis

Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMA Negeri 29 Jakarta. Jakarta:

Tidak Diterbitkan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. (2013). Himpunan Peraturan

Perundang-undangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Bandung: Fokusmedia. Zahruddin dan Sinaga. (2004). Pengantar Studi

Akhlak. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

Zahruddin dan Sinaga. (2004). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada


(51)

(52)

226

DAFTAR PUSTAKA

...(2010). al Quran dan Terjemahnya. (Tim Penerjemah Depag RI, Penerj) Bandung : Sygma Publishing.

Ahmadi, A., dan Salimi, N. (2008). Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Arikunto, S. (2010a). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010b). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daradjat, Z. (2008). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Darwan, S., Supardi, Nurdin, A., dan Hasibuan, A. A. (2007). Perencanaan Sistem

Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.

Fakhruddin, A. (2009). Manajemen Ekstrakurikuler Keagamaan di Sekolah. Jurnal

Pendidikan Agama Islam , 169-184.

Fitriani, N. (2013, Februari 5). Kenakalan Remaja Usia sekolah SMP dan SMA. Dipetik Maret 21, 2014, dari My Blog: http://niafitriani-nia.blogspot.com/2013/02/kenakalan-remaja-usia-sekolah-smp-dan.html Hidayat, F. (2013, Maret 17). Social Project Firman Hidayat (Indonesia Youth

Forum 2013). Dipetik Maret 21, 2014, dari Dayat Ahoy Bloggers:

http://ahoys.blogspot.com/2013_03_01_archive.html

Isnaini. (2013, Desember 20). Sepanjang Tahun 2013, 20 Pelajar Tewas Akibat

Tawuran. Dipetik Maret 20, 2014, dari Okezone.com:

http://jakarta.okezone.com/read/2013/12/20/500/915133/sepanjang-tahun-2013-20-pelajar-tewas-akibat-tawuran

Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Majid, A., dan Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi


(1)

Firman Setiawan, 2014

PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Majid, A., dan Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Mujib, A., dan Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Muslim, dkk. (2010). Pendidikan Islam Humanistik. Bandung: PT. Refika

Aditama

Pusat Bahasa Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Riduwan. (2013). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan, dan Sunarto. (2010). Pengantar Statistika untuk penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Rosdiana. (2011). Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pembiasaan

Akhlakul Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir.

Jakarta: Tidak Diterbitkan

Saebani, B. A., dan Hamid, A. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia. Salamullah, A. (2008). Akhlak Hubungan Horizontal. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani.

Salamullah, A. (2008). Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandani.

Sauri, S. (2011). Filsafat dan Teosofat Akhlak. Bandung: Rizqi Press.

Sub Koordinator MKDP Mata Kuliah Landasan Pendidikan. (2010). Landasan

Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RdanD. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sunyoto, D. (2010). Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(2)

103

Firman Setiawan, 2014

PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supriyadi, U. (2013). Pendidikan Akhlak. Bandung: Value Press.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Syah, dkk. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Putra Grafika.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur'an. Bandung. Alfabeta

Sya'idah. (2010). Efektifitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakulikuler Rohis

Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMA Negeri 29 Jakarta. Jakarta:

Tidak Diterbitkan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. (2013). Himpunan Peraturan

Perundang-undangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Bandung: Fokusmedia. Zahruddin dan Sinaga. (2004). Pengantar Studi

Akhlak. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

Zahruddin dan Sinaga. (2004). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada


(3)

104


(4)

226

Firman Setiawan, 2014

PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

...(2010). al Quran dan Terjemahnya. (Tim Penerjemah Depag RI, Penerj) Bandung : Sygma Publishing.

Ahmadi, A., dan Salimi, N. (2008). Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Arikunto, S. (2010a). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010b). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daradjat, Z. (2008). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Darwan, S., Supardi, Nurdin, A., dan Hasibuan, A. A. (2007). Perencanaan Sistem

Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press.

Fakhruddin, A. (2009). Manajemen Ekstrakurikuler Keagamaan di Sekolah. Jurnal

Pendidikan Agama Islam , 169-184.

Fitriani, N. (2013, Februari 5). Kenakalan Remaja Usia sekolah SMP dan SMA. Dipetik Maret 21, 2014, dari My Blog: http://niafitriani-nia.blogspot.com/2013/02/kenakalan-remaja-usia-sekolah-smp-dan.html Hidayat, F. (2013, Maret 17). Social Project Firman Hidayat (Indonesia Youth

Forum 2013). Dipetik Maret 21, 2014, dari Dayat Ahoy Bloggers:

http://ahoys.blogspot.com/2013_03_01_archive.html

Isnaini. (2013, Desember 20). Sepanjang Tahun 2013, 20 Pelajar Tewas Akibat

Tawuran. Dipetik Maret 20, 2014, dari Okezone.com: http://jakarta.okezone.com/read/2013/12/20/500/915133/sepanjang-tahun-2013-20-pelajar-tewas-akibat-tawuran

Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Majid, A., dan Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja


(5)

Firman Setiawan, 2014

PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mujib, A., dan Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Muslim, dkk. (2010). Pendidikan Islam Humanistik. Bandung: PT. Refika Aditama Pusat Bahasa Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Riduwan. (2013). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan, dan Sunarto. (2010). Pengantar Statistika untuk penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Rosdiana. (2011). Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pembiasaan Akhlakul

Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir. Jakarta: Tidak

Diterbitkan

Saebani, B. A., dan Hamid, A. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia. Salamullah, A. (2008). Akhlak Hubungan Horizontal. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani.

Salamullah, A. (2008). Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandani.

Sauri, S. (2011). Filsafat dan Teosofat Akhlak. Bandung: Rizqi Press.

Sub Koordinator MKDP Mata Kuliah Landasan Pendidikan. (2010). Landasan

Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RdanD. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sunyoto, D. (2010). Uji Khi Kuadrat dan Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Supriyadi, U. (2013). Pendidikan Akhlak. Bandung: Value Press.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


(6)

228

Firman Setiawan, 2014

PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syah, dkk. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Putra Grafika.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur'an. Bandung. Alfabeta

Sya'idah. (2010). Efektifitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakulikuler Rohis

Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMA Negeri 29 Jakarta. Jakarta:

Tidak Diterbitkan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. (2013). Himpunan Peraturan

Perundang-undangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:

Fokusmedia. Zahruddin dan Sinaga. (2004). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.

Zahruddin dan Sinaga. (2004). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada