Universitas Kristen Maranatha
Determinan-Determinan Intention terhadap Intention untuk Tidak Melakukan Premarital intercourse pada Mahasiswa yang berpacaran di Universitas
“X” Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana Kontribusi Determinan- Determinan Intention terhadap Intention untuk tidak melakukan premarital
intercourse pada mahasiswa Universitas “X” Bandung yang berpacaran.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk tidak melakukan premarital
intercourse p ada mahasiswa Universitas “X” Bandung yang berpacaran.
1.3.2 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai seberapa besar kontribusi attitude toward the behavior, subjective norms, dan
perceived behavioral control terhadap intention untuk tidak melakukan premarital intercourse pa
da mahasiswa Universitas “X” Bandung yang berpacaran.
Universitas Kristen Maranatha
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis
Sebagai tambahan pengetahuan bagi ilmu Psikologi Perkembangan mengenai kontribusi determinan intention terhadap intention untuk tidak
melakukan premarital intercourse pada mahasiswa Universitas “X” yang sedang
berpacaran. Memberikan masukan bagi peneliti yang lain yang berminat melakukan
penelitian lanjutan mengenai intention untuk tidak melakukan premarital intercourse.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Untuk membantu mahasiswa meningkatkan intention untuk tidak melakukan premarital intercourse berdasarkan determinan yang memiliki
kontribusi paling besar terhadap perilaku tidak melakukan premarital intercourse.
1.5 Kerangka Pemikiran
Mahasiswa termasuk dalam tahap perkembangan emerging adult, yang merupakan masa peralihan dari remaja akhir menuju dewasa awal. Salah satu
karakter dari individu emerging adult adalah mengeksplorasi identitas. Hal yang biasa dieksplorasi adalah percintaan dan pekerjaan. Hal ini dapat terlihat ketika
mahasiswa mulai menjalin hubungan pacaran dengan lawan jenis Arnett, 2007. Selain karena sedang mengeksplorasi identitas, mahasiswa juga mulai berpacaran
karena mulai bergesernya target intimasi mahasiswa, yaitu jika sebelumya mahasiswa memiliki hubungan yang intim atau dekat dengan temannya maka
Universitas Kristen Maranatha
keintiman tersebut mulai berkurang dan bergeser kepada pasangannya Steinberg, 2002. Sejalan dengan hal tersebut maka alasan utama mahasiswa menjalin
hubungan pacaran adalah untuk intimacy yaitu membentuk hubungan dengan emosi yang mendalam Santrock, 2003.
Hal yang menentukan mahasiswa yang berpacaran akan melakukan premarital intercourse atau tidak adalah intention atau niatnya. Jika mahasiswa
yang berpacaran memiliki intention yang kuat untuk tidak melakukan premarital intercourse maka ia tidak akan melakukan premarital intercourse walaupun
memiliki peluang yang lebih besar untuk melakukannya dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak berpacaran. Begitu juga sebaliknya, jika mahasiswa yang
berpacaran memiliki intention yang lemah untuk tidak melakukan premarital intercourse maka ia akan melakukan premarital intercourse.
Intention yang dimiliki mahasiswa yang berpacaran dibentuk oleh tiga determinan, yaitu attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived
behavioral control. Ketiga determinan ini dibentuk oleh beliefs yang berbeda –
beda, yaitu behavioral beliefs dan evaluation of outcome, normative beliefs dan motivation to comply serta control beliefs dan perceived power.
Determinan pertama, attitude toward behavior mahasiswa yaitu evaluasi mahasiswa yang berpacaran terhadap perilaku tidak melakukan premarital
intercourse merupakan hal yang positif atau negatif. Attitude toward behavior didasari oleh behavioral beliefs , yaitu keyakinan mahasiswa yang berpacaran
terhadap konsekuensi yang akan diperoleh dari tidak melakukan premarital intercourse dan evaluasi terhadap konsekuensi tersebut Ajzen,2005. Misalnya
Universitas Kristen Maranatha
mahasiswa yang berpacaran meyakini bahwa tidak melakukan premarital intercourse dapat menghindarkannya dari kehamilan behavioral belief dan ia
merasa tidak hamil ketika berpacaran merupakan hal yang baik evaluation of outcome, maka mahasiswa tersebut akan memiliki penilaian yang positif untuk
tidak melakukan premarital intercourse dan membentuk sikap yang favorable terhadap perilaku tidak melakukan premarital intercourse.
Selanjutnya subjective norm mahasiswa yang berpacaran terhadap premarital intercourse, yaitu persepsi mahasiswa yang berpacaran tentang
harapan sosial orang yang penting baginya untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku premarital intercourse Ajzen, 2005. Subjective norm didasari oleh
normative belief, yaitu keyakinan mahasiswa yang berpacaran mengenai orang atau kelompok yang penting baginya setuju atau tidak terhadap perilaku
premarital intercourse dan kesediaan mahasiswa yang berpacaran untuk mengikuti harapan orang atau kelompok tersebut. Misalnya mahasiswa merasa
teman-teman di lingkungan sekitarnya menganggap tidak melakukan premarital intercourse merupakan hal yang baik untuk dilakukan dan sebagian besar
temannya menyarankan untuk tidak melakukan premarital intercourse normative belief kemudian mahasiswa bersedia untuk tidak melakukan premarital
intercourse motivation to comply, sehingga subjective norm yang muncul pada mahasiswa tersebut adalah merasa orang-orang terdekatnya mengharapkannya
atau menuntutnya untuk tidak melakukan premarital intercourse. Determinan yang ketiga yaitu perceived behavioral control, yaitu keyakinan
mahasiswa atas kemampuannya untuk tidak melakukan premarital intercourse .
Universitas Kristen Maranatha
Perceived behavioral control didasari oleh control beliefs yaitu keyakinan mahasiswa terhadap ketersediaan sumberdaya untuk tidak melakukan premarital
intercourse Ajzen, 2005. Misalnya mahasiswa yang merasa tidak melakukan premarital intercourse adalah hal yang mudah karena merasa pasangannya dapat
membantu mengingatkannya dan ia merasa tempatnya berpacaran cenderung mendukung untuk tidak melakukan premarital intercourse akan merasa yakin
bahwa ia mampu untuk tidak melakukan premarital intercourse. Attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral
control saling berkaitan satu dengan yang lainnya, hubungan tersebut dapat positif atau negatif Ajzen, 2005. Misalnya jika antara attitude toward the behavior dan
subjective norm terdapat hubungan yang positif, maka mahasiswa yang merasa orang yang penting baginya mengharapkannya untuk tidak melakukan premarital
intercourse dan ia memiliki keinginan untuk mematuhinya, ia juga memiliki evaluasi yang positif terhadap perilaku tidak melakukan premarital intercourse.
Sebaliknya, jika attitude toward the behavior dan subjective norm memiliki hubungan yang negatif, maka mahasiswa yang merasa orang yang penting
baginya mengharapkannya untuk tidak melakukan premarital intercourse dan ia memiliki keinginan untuk mematuhinya namun ia memiliki evaluasi yang negatif
terhadap perilaku tidak melakukan premarital intercourse. Ketiga determinan tersebut, yaitu attitude toward the behavior, subjective
norm dan perceived behavioral control akan berpengaruh pada kuat atau lemahnya intention mahasiswa yang berpacaran untuk tidak melakukan
premarital intercourse. Umumnya semakin favourable attitude toward the
Universitas Kristen Maranatha
behavior, semakin positif subjective norm dan semakin tinggi perceived behavioral control mahasiswa untuk tidak melakukan premarital intercourse,
intention mahasiswa untuk tidak melakukan premarital intercourse akan semakin kuat. Begitu juga kebalikannya, semakin unfavourable attitude toward the
behavior, semakin negatif subjective norm dan semakin rendah perceived behavioral control mahasiswa untuk tidak melakukan premarital intercourse,
intention mahasiswa untuk tidak melakukan premarital intercourse akan semakin lemah. Namun pengaruh ketiga determinan tersebut terhadap intention dapat
berbeda-beda satu dengan yang lain tergantung determinan mana yang dianggap paling berpengaruh terhadap intention mahasiswa yang berpacaran untuk tidak
melakukan premarital intercourse Ajzen,2005. Intention mahasiswa yang berpacaran untuk tidak melakukan premarital
intercourse dapat memprediksi perilaku yang akan ditampilkan oleh mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang memiliki intention kuat untuk tidak melakukan
premarital intercourse akan berperilaku tidak melakukan premarital intercourse, sedangkan mahasiswa yang memiliki intention lemah untuk tidak melakukan
premarital intercourse akan berperilaku melakukan premarital intercourse.
Universitas Kristen Maranatha
R
2
R
2
R
2
Bagan 1.1. Kerangka Pikir
1.6 Asumsi