Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
kesulitan yang dialaminya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika dapat mewakili kesulitan siswa lainnya.
2. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah salah satu Sekolah Dasar Negeri di Bandung. Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan
peneliti karena peneliti merasa tidak dipersulit dalam melakukan penelitian baik segi administrasi, biaya dan kluster sekolah tersebut.
C. Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana gambaran kesulitan siswa kelas V di salah satu Sekolah Dasar Negeri Bandung dalam menyelesaikan
soal pemecahan masalah matematika sesuai dengan tingkatan kemampuan matematika rendah, sedang dan tinggi, serta sikap matematis siswa yang
mendukung kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
a. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengasakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenoma yang dijadikan obyek pengamatan Djaali, 2004, hlm. 23. Kelemahan dari observasi adalah kecenderungan terganggunya suasana,
sehingga latar tidak lagi alami, dan mungkin beberapa responden merasa terancam karena perilakunya terdokumentasikan. Peneliti harus berhati-hati betul agar
semua responden merasa aman, dan kepentingannya tidak terancam oleh observasi ini.
Langkah pertama penelitian ini adalah melalui teknik observasi. Observasi awal yang peneliti lakukan yaitu mengamati proses pembelajaran dan
mendalaminya. Pengamatan awal ini dimaksudkan untuk mulai mengenal subjek
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
yang nantinya akan diteliti yaitu siswa. Ada beberapa karakteristik yang menjadi pusat pengamatan peneliti yaitu proses pembelajaran yang berupa interaksi guru
dan siswa, sikap yang ditunjukkan siswa saat proses pembelajaran matematika dilaksanakan, kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah yaitu
ketika mereka diberikan permasalahan dalam bentuk soal, bagaimana respon siswa yang timbul dan sikap matematis siswa yang mendukung dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah. Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data melalui pengamatan dan pengindraan Bungin, 2010, hlm. 115. Jenis observasi yang digunakan dengan teknik observasi partisipatif,
dimana Sugiyono 2010, hlm. 64 menyatakan bahwa jenis observasi partisipatif ini melibatkan peneliti dalam kegiatan sehari-hari subjek yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan, maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak, yang dapat menunjukkan bagaimana kesulitan yang lebih cenderung pada subjek penelitian.
Pada tahap observasi ini, peneliti mengamati aktivitas siswa ketika mengerjakan soal-soal pemecahan masalah. Setiap aktivitas dan sikap yang
ditunjukkan subjek saat proses pembelajaran matematika berlangsung diamati, agar meminimalisir terlewatkannya hal-hal yang penting dalam mendukung
penelitian. Hasil pada observasi ini digunakan untuk disesuaikan dengan informasi yang peneliti peroleh dari hasil tes dan wawancara untuk
menggambarkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan sikap matematis yang ditunjukkannya.
Selanjutnya dilakukan observasi kedua dan seterusnya hingga memperoleh informasi yang bersifat jenuh dari subjek penelitian. Observasi
lanjutan dilakukan untuk menggali informasi mengenai sikap matematis siswa yang terbentuk saat proses pembelajaran matematika dilaksanakan. Hal ini
dikaitkan dengan sikap matematis siswa saat menyelesaikan soal pemecahan
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
masalah, kemudian ketika proses wawancara berlangsung sehingga selanjutnya tingkah laku yang mencerminkan sikap matematis subjek penelitian dapat
digambarkan.
2. Angket
Langkah selanjutnya adalah menyusun instrumen angket. Angket yang dibuat berdasarkan skala likert yang terdiri atas 4
pilihan jawaban yaitu : “setuju sekali”, “setuju”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Pernyataan-pernyataan
yang dimunculkan dalam angket dibuat berdasarkan indikator dan definisi serta hal-hal yang terkait secara langsung maupun tidak langsung terhadap sikap
matematis siswa ditinjau dari kompetensi sikap yang terdapat pada Kurikulum Singapura.
Pernyataan-pernyataan yang ada pada angket digunakan untuk memperkuat atau menambahkan informasi-informasi mengenai sikap matematis
siswa yang mendukungnya baik dalam menyelesaikan soal-soal matematis dari subjek maupun sikap yang muncul dalam proses pembelajaran matematika. Hal
ini dilakukan karena dikhawatirkan ada beberapa hal penting yang mungkin tidak bisa digali atau tidak muncul pada observasi maupun wawancara nantinya.
Pemberian angket sikap kepada subjek penelitian ini dimaksudkan untuk untuk memperkuat atau bahkan menambahkan informasi-informasi mengenai
sikap matematis siswa karena dikhawatirkan ada beberapa hal penting yang mungkin tidak bisa digali atau tidak muncul pada observasi maupun wawancara
nantinya. Pengumpulan data dengan menggunakan angket jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga, Sudjiono 2011, hlm. 84 menyatakan bahwa
angket questionnaire juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar.
Angket dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert. Dalam skala Likert, responden subjek diminta untuk membaca dengan seksama setiap
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pernyataan yang disajikan, kemudian ia diminta untuk menilai pernyataan- pernyataan itu. Penilaian terhadap pernyataan-pernyataan itu sifatnya subjektif,
tergantung dari kondisi sikap masing-masing individu. Faktor dari luar yang bisa mempengaruhi diusahakan tidak ada. Derajat penilaian siswa terhadap suatu
pernyataan terbagi ke dalam 5 lima kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari Sangat Tidak Setuju STS, Tidak Setuju TS, Setuju S, dan Sangat
Setuju SS atau bisa pula disusun sebaliknya.
Tabel 3.1 Sistem Penetapan Skor untuk Skala Sikap
Pernyataan Sikap
Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Pernyataan Positif
4 3
2 1
Pernyataan Negatif
1 2
3 4
modifikasi Djaali dan Padji M., 2004, hlm. 37-38 Keterangan :
Skor Maksimum = 4 x jumlah pertanyaan Skor Minimum = 1 x jumlah pertanyaan
Dengan kategori kriteria 4, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :
Kategori angket siswa ditentukan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kategori Angket Sikap Siswa
Persentasi Skor Sikap Kategori Penilaian
0 - 20 Sangat Negatif
21 - 40 Negatif
41 - 60 Cukup Positif
61 - 80 Positif
81 - 100 Sangat Positif
Modifikasi Djaali 2004
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
3. Tes
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mempersiapkan instrumen Tes. Soal-soal yang nantinya digunakan merupakan tipe soal pemecahan
masalah, yang dirancang sedemikian rupa agar bisa menggali penggambaran kesulitan siswa dalam dalam menyelesaikannya berdasarkan tingkatan
kemampuam matematika subjek penelitian yang terdiri dari rendah, sedang dan tinggi. Untuk mengetahui dan mengelompokkan siswa sesuai dengan
kemampuan matematikanya, maka peneliti telah menyiapkan soal KAM Kemampuan Awal Matematis yang terdiri dari 15 soal berupa materi yang
telah dipelajari dari kelas I hingga kelas V semester I. Tes ini berupa soal kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan
secara tertulis untuk memperoleh data berupa kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika siswa kelas V Sekolah Dasar. Soal tes
terlebih dahulu di validasi oleh pembimbing dan guru serta diuji cobakan ke beberapa siswa. Seperti yang dibahas sebelumnya, peneliti akan melihat
gambaran kesulitan siswa dari kemampuan matematika siswa yang dimilikinya yaitu rendah, sedang dan tinggi. Soal kemampuan pemecahan masalah yang
diberikan terdiri dari dua materi yaitu bilangan pecahan serta bangun datar dan bangun ruang. Dimana masing-masing materi terdiri dari 5 soal yang dibuat dari
5 indikator kemampuan pemecahan masalah. Soal yang diberikan beragam, yaitu terdiri dari soal cerita, non cerita, soal rutin, non rutin, masalah terbuka di
dalam matematika dan di luar matematika serta masalah terdefinisi terdefinisi lemah ill defined.
Dengan demikian maka untuk menentukan kategori siswa berdasarkan tingkat kemampuan matematika, terlebih dahulu kelas di bagi menjadi 3
kelompok yaitu siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Tiga kelompok siswa ini, dikategorikan melalui soal KAM yang diberikan ke siswa, berikut
pedoman peneliti dalam menentukan kategori kemampuan matematika siswa ke dalam 3 kelompok.
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Kategori KAM Kemampuan Awal Matematis Siswa
Arikunto, 2009, hlm. 263-265 Keterangan:
= nilai rata-rata jumlah skor dibagi dengan banyaknya siswa yang memeiliki skor itu.
SD = Standar Deviasi
= tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N.
= semua skor dijumlahkan, dibagi N, lalu dikuadratkan.
4. Wawancara
Tujuan dilakukan wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai kesulitan subjek penelitian dalam menyelesaikan soal pemecahan
masalah dan mengetahui bagaimana sikap matematis yang mendukung dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah serta sikap yang muncul saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara semiterstruktur,
dimana wawancara dengan jenis ini merupakan kategori in-depth interview,
Rentang Kategori KAM Siswa
KAM + SD
Tinggi - SD KAM + SD
Sedang KAM
- SD Rendah
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Sugiyono 2010, hlm. 73 mengatakan bahwa pelaksanaan jenis wawancara semistruktur ini lebih terbuka, bebas dimana tujuannya adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, pihak diwawancarai diminta pendapatnya dan ide-idenya. Dalam wawancara, peneliti perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu membuat
pedoman wawancara. Pedoman wawancara dipersiapkan untuk mempermudah pelaksanaan wawancara, sehingga materi wawancara yang nantinya diberikan
kepada subjek terarah untuk mengetahui bagaimana penggambaran kesulitan subjek penelitian dalam membangun kemampuan memecahkan permasalahan
matematika berdasarkan tingkatan berpikir matematika. Akan tetapi, wawancara dapat dikembangkan sendiri oleh peneliti pada saat wawancara berlangsung.
Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian. Tujuan dilakukannya wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi awal mengenai bagaimana
kesulitan subjek penelitian dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika. Dengan wawancara ini, peneliti akan mendapatkan informasi yang
mendalam, seperti yang dikatakan Alwasilah 2003, hlm. 154 mengatakan bahwa wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak
mungkin diperoleh lewat observasi. Melalui interview peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam in-depth information, antara lain:
a. Peneliti dapat menjelaskan atau mem-parafrase pertanyaan yang tidak
dimengerti responden. b.
Peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan follow-up question. c.
Responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan. d.
Responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silang dan masa mendatang.
Selanjutnya dilakukan kembali wawancara kedua dari tes kemampuan pemecahan masalah materi kedua yaitu bangun datar dan bangun ruang, hingga
memperoleh informasi yang bersifat jenuh dari subjek penelitian. Informasi
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
jenuh yang dimaksud disini adalah informasi yang diberikan oleh siswa dan ditangkap oleh peneliti yang berupa pernyataan atau berupa informasi yang
tetap, tidak ada perubahan lagi ketika dilakukan penelurusan dengan fokus yang sama sekalipun. Hal ini menandakan bahwa informasi yang diberikan
sudah berupa informasi yang benar-benar menggambarkan sikap matematis subjek penelitian berdasarkan tingkatan kemampuan matematika yang
dimilikinya. Wawancara kedua ini dilakukan setelah soal pemecahan masalah diberikan ke siswa.
Wawancara dilakukan tidak hanya dengan subjek penelitian saja, akan tetapi peneliti juga mewawancarai guru matematika yang mengajar di kelas
peneliti mengadakan penelitian. Wawancara dilakukan saat awal peneliti melakukan penelitian, saat berlangsungnya proses pembelajaran dan setelah
diperoleh jawaban penelitian dari subjek yang diteliti. Wawancara akhir yang dilakukan dengan guru ini, bermaksud untuk mengkonfirmasi kumpulan dari
data-data penelitian yaitu dari observasi, hasil tes, dan angket sikap siswa.
5. Triangulasi Data
Teknik pengumpulan data dengan triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan
data yang sekaligus menuju pada kredibilitas data Sugiyono, 2010, hlm. 83. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik, yang artinya
peneliti menggunkan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam penelitian ini akan dilakukan
pengecekkan terhadap penggunaan metode pengumpulan data berupa sumber data dari metode observasi, wawancara, tes, dan angket akan memberikan
informasi yang sama atau berbeda menggunakan metode triangulasi. Apabila berbeda, maka peneliti harus bisa menjelaskan perbedaan itu, atau bahkan harus
Vina Amilia Suganda M., 2014 ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
terus menggali mengenai alasan mengapa perbedaan itu bisa terjadi. Tujuannya adalah mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.
Sugiyono 2010, hlm. 83 menyatakan bahwa bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan
data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekkan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat sama dengan metode
lainnya Bungin, 2010, hlm. 257.
b. Teknik Analisis Data