mengorganisasikan dan memaknai apa yang ia lihat. Untuk itu sebuah obyek harus memiliki
tiga komponen yaitu identitas, struktur dan makna Lynch, 1960. Berikut akan diuraikan
empat obyek yang dianggap memiliki tiga komponen pencitraan tersebut di Malaysia, yaitu
diantaranya adalah jalur KLIA‐Stasiun Sentral‐Petronas‐dan Sistem jaringan ERL‐LRT.
3.1 Kuala Lumpur International Airport KLIA ‐ the gate
Inilah pintu masuk Malaysia. Kuala Lumpur International Airport KLIA, dibangun di atas
lahan seluas ±25.000 ha di Sepang, berada pada posisi sangat strategis dimana ia dikelilingi
oleh empat kota utama di Malaysia yaitu Kuala Lumpur, Shah Alam, Seremban and Malaka.
KLIA boleh jadi merupakan salah satu bandara terbaik yang dimiliki oleh kawasan Asia
Pasifik. Dengan perencanaan dan desain yang menggabungkan kehijauan alam dan
keragaman Malaysia dengan teknologi mutakhir yang mampu memaksimalkan keamanan,
kenyamanan dan kesempurnaan pelayanan, KLIA menjadi titik awal pencitraan Malaysia.
Kisho Kurokawa, arsitek terkenal Jepang yang mendesain bandara ini mengetengahkan tema
“airport in the forest, forest in the airport bandara dalam hutan, hutan dalam bandara”
untuk mencapai citra tersebut.
Dengan hutan tropis yang mengelilingi bandara, KLIA muncul sebagai simbol modernitas di
tengah hijaunya alam Malaysia. Tema ini terus diimplementasikan dengan menanami
puluhan jenis tanaman di sekelilingi fasilitas bandara serta dengan menciptakan arboretum
hutan hujan di bagian inti terminal internasional KLIA.
KLIA menjadi salah satu obyek yang membawa posisi Malaysia sejajar dengan negara‐negara
maju lainnya dengan menjadikan semua yang terkait dengan KLIA sebagai yang terbaik,
misalnya lahan ±25,000 ha tempat KLIA berdiri adalah salah satu lahan konstruksi dan lahan
bandara terbesar di dunia, 4,5 tahun merupakan proses pembangunan bandara tercepat
yang pernah dilakukan, memiliki menara pengawas tertinggi di dunia 120m, sistem bagasi
terpanjang, ruang tunggu penumpang terbesar dengan arus penumpang bandara sebesar
25 juta orang setahun. Sejak dioperasikan penuh pada 29 Juni 1998, KLIA menjadi gerbang
pertama yang sangat penting dalam mewujudkan citra Malaysia.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Stasiun Sentral ‐ the hub of modern transit
Stasiun Sentral yang berdiri di
atas lahan seluas ±30278m²,
merupakan salah satu fasilitas
yang dimiliki oleh komplek KL
Sentral. Stasiun Sentral sendiri
didesain oleh GDP Architects
Sdn Bhd untuk melanjutkan
peran KLIA dalam sistem
linkage citra Malaysia. Stasiun
Sentral yang mulai beroperasi
titik untuk
16 April 2001, menjadi
penting menunjukkan
modernitas sistem transportasi
Malaysia. Stasiun sentral KL
dikenal juga
City Airport Station” karena
calon penumpang pesawat terbang,
stasiun sentral
merupakan bagian awal dari
sistem pelayanan penerbangan
yang nyaman, dimana
juga berfungsi sebagai KL CAT
City Air Terminal yang
memberi kesempatan penumpang melakukan
Gambar 2. Suasana interior terminal utama KLI Airport
A Kuala Lumpur International
sebagai “Virtual
bagi
stasiun
Gambar 3. Suasana interior stasiun sentral KL sentral
check ‐in untuk penerbangan dan bagasi
ne
Stasiun KLIA
tumpang
CAT, Stasiun, dan ruang‐ruang publik yang tidak terpisahkan secara visual namun dengan
sehingga mereka dapat lebih menikmati perjalanan sebelum pe rbangan dengan
memanfaatkan fasilitas‐failitas yang ada baik di KL Sentral maupun KLIA.
Perancangan Sentral, seperti halnya
, menggabungkan identitas Malaysia
karakter dan keunikan pola dan motif budaya dengan teknologi, melalui proses penataan
fungsi ruang yang abstrak,
tindih dan saling berhubungan namun tetap menghargai
individualitas masing‐masingnya. Ini tercermin melalui fungsi‐fungsi komersial,
Universitas Sumatera Utara
teritori dan karakter masing‐masing fungsi yang tegas. Sebagai kelanjutan dari KLIA maka
beberapa elemen desain bandara juga diintegrasikan ke dalam desain keseluruhan stasiun,
seperti konsep desain “Airport in the Forest and Forest in the Airport” yang kembali
diterapkan melalui unsur‐unsur tanaman di luar dan dalam stasiun. Stasiun Sentral
merupakan titik pertemuan antara Express Rail Link ERL yang menghubungkan KL Sentral‐
KLIA dan Commuter Rail Service CRSKTM komuter yang menghubungkan Port Klang‐
Sentul dan Seremban‐Rawang; serta LRT light rail transit dan KL Monorail yang menuju
tasiun ‐stasiun di seluruh penjuru kota.
.3. Petronas Twin Tower ‐ the heart
r dewan juri ketika menganugerahkan Aga Khan Award 2004 kepada Petronas Twin
Tower.
a k
e n
l s
3
Posisi nya dalam skema perjalanan kunjungan ke Malaysia memang bukan yang pertama,
namun Petronas Twin Tower tetap menjadi elemen pencitraan yang paling penting bagi
Malaysia. Status nya sebagai salah satu bangunan tertinggi di dunia mengangkat citra
Malaysia sebagai negara dengan penerapan teknologi yang maju. “Bangunan ini telah
menjadi ikon yang mengekspresikan kebudayaan masyarakat kontemporer Malaysia dan
membangun di Negara yang kaya tradisi untuk membentuk sebuah kota dunia”, demikian
komenta
Menara Petronas adalah bagian utama dari daya tarik
kompleks Kuala Lumpur City Centre KLCC yang berada
tepat dijantung kawasan komersial kota Kuala Lumpur.
Menar ini memili i tinggi 452 meter dengan jumlah
lantai 88. Cesar Pelli, sang arsitek, memadukan
identitas Malaysia dan modernitas melalui pola‐pola
yang dikenal dalam kebudayaan Islam sebagai agama
mayoritas d ngan struktur, teknik, da materia yang
digunakan. Denah masing‐masing menara yang
berbentuk bintang segi delapan diambil dari pola
budaya Islam. Kita juga dapat melihat penggunaan
Gambar 4. Petronas twin towers pada malam
Universitas Sumatera Utara
pola ‐pola geometris kebudayaan Malaysia pada ornamen arsitektur dan dekorasi. Iklim
tropis Malaysia disiasati dengan teritisan yang mengurangi panas matahari yang masuk.
Petronas Twin Towers, seperti yang dituliskan oleh Pelli 2001, bukan saja tinggi dalam
dimensi fisiknya, tapi merupakan puncak dari hasrat kita untuk menghubungkan bumi dan
surga melalui arsitektur. Bagi Malaysia, Menara ini menegaskan posisi negara dalam
ekonomi dunia, dan menunjukkan citra Malaysia sebagai negara yang berhasil memadukan
budaya timur dan barat, dan menjadi gerbang bertemunya kedua budaya.
3.4.
Sistem Express Rail Link ERL dan Light Rail Transit LRT ‐ the linkage
Citra
Malaysia bukan saja didapatkan dari apa yang ditampilkan oleh KLIA, Stasiun Sentral dan
Petronas Twin Tower, tetapi juga pada linkage visual yang diciptakan ketiganya melalui
Sistem transportai yang ada. Linkage visual menjadi sangat penting untuk mengikat dan
menyatukan citra yang telah terbangun, karena seperti yang dikatakan Bacon 1978, obyek‐
obyek pencitraan kota harus mampu menghubungkan dua atau lebih fragmen kota dalam
satu kesatuan visual, serta menyatukan daerah kota dalam berbagai skala.
Gambar 5. Suasana interior salah satu platform ELR Ga b
ng m ar 6. Peta situasi KLIA-ekspress dan fasilitas penduku
Universitas Sumatera Utara
Sistem transportasi yang baik, seperti yang dituliskan Tsukio 1997, memberikan
keberlanjutan makna transportasi antara kedua tempat dan menggambarkannya sebagai
sesuatu yang dekat, bukan dalam ruang tapi dalam waktu, dan seperti yang diterapkan di
Malaysia, jarak KLIA‐Stasiun Sentral sejauh 57 km dapat ditempuh hanya lebih kurang 28
menit dengan Express Rail Link ERL dan jarak Stasiun Sentral‐KLCC Petronas Twin Tower
sejauh kira‐kira 15 km dengan menggunakan Light Rail Transit LRT Kelana Jaya‐Terminal
Putra dapat ditempuh hanya dalam 30 menit saja tanpa terjebak kemacetan kota Kuala
Lumpur, sehingga bagi penumpang transit pesawat terbang dengan waktu lebih kurang dua
jam mereka sudah dapat menikmati Malaysia dan kembali lagi ke KLIA untuk melanjutkan
perjalanan.
Selain ERL dan LRT, wilayah‐wilayah di kota Kuala Lumpur dan Malaysia juga terhubungkan
oleh jaringan KTM komuter dan KL Monorail, sehingga kedekatan yang dihasilkan oleh
Sistem ERL dan LRT ini semakin mampu membangun dan memperkuat citra Malaysia
sebagai Negara dengan identitas timur dan modernitas barat, melalui sistem transportasi
yang nyaman dan aman.
3.5. Kompleks Pemerintahan Puterajaya ‐ the district