Implementasi distribusi pengolahan zakat wilayah persekutuan Kuala Lumpur Malaysia

(1)

IMPLEMENTASI DISTRIBUSI PENGELOLAAN ZAKAT

WILAYAH PERSEKUTUAN KUALA LUMPUR MALAYSIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah(S.E.Sy)

Oleh: MOHAMAD FAQIH

NIM: 1110046100010

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang belaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 April 2015


(7)

ABSTRAKSI

Mohamad Faqih, 1110046100010, “Implementasi Distribusi Pengelolaan Zakat Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur Malaysia”, Program Strata I, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Peneltitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi distribusi pengelolaan zakat di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur Malaysia. Mulai dari Peran Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan dan peran Baitulmal Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan serta Pusat Pungutan Zakat (PPZ), pengelolaan lembaga pengelola, strategi pemungutan zakat, pemanfaatan dan penditribusian dana zakat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi ketempat penelitian, wawancara langsung kepada narasumber terkait, serta pengumpulan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan: Pertama, hukum yang menaungi pengelolaan zakat di wilayah persekutuan Kuala Lumpur ini tercantum dalam Konstitusi Federal dan UU Administrasi Hukum Islam (Wilayah-Wilayah Persekutuan) 1993 [Akta 505]. Undang-undang ini menjelaskan 2 poin penting yaitu kepemimpinan urusan agama Islam dipimpin langsung oleh Yang di-Pertuan Agong, dan Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan berhak untuk menasehati Yang di-Pertuan Agong dalam mengambil segala keputusan yang berhubungan dengan agama Islam di wilayah persekutuan kecuali mengenai hukum peradilan. Kedua, pengelolaan zakat wilayah persekutuan dinaungi oleh Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan (MAIWP). Kemudian dalam struktur kelembagaan MAIWP terdapat Baitulmal yang bertugas untuk mengelola zakat dalam hal penyaluran dan Harta Suci. Sdn. Bhd., yang disebut sebagai Pusat Pungutan Zakat (PPZ) sebagai perusahaan penghimpun dana zakat. Ketiga, dibalik pencapaiaan yang cukup sukses dalam pengumpulan dana zakat sebesar RM 484,6 juta, terdapat juga beberapa kendala-kendala baik dalam pengumpulan dana zakat maupun penyaluran dana zakat.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya tanpa batas kepada penulis. Sesungguhnya, hanya karena kemurahan hati-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Tak lupa pulaShalawatserta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Rasulullah SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan ummatnya. Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari bahwa terdapat banyak kendala dan hambatan yang menghadang langkah penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini. Namun, berkat doa, bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. H. Asep Saeppudin Jahar, MA., Ph. D., sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., sebagai Ketua Prodi Muamalat (Ekonomi Islam) dan H. Abdurrauf, MA., sebagai Sekretaris Prodi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. Hamid Farihi, MA sebagai Dosen Pembimbing Akademik Penulis. 4. Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag., M.M., M.H., M.Si. sebagai Dosen

Pembimbing Skripsi penulis yang telah memberi arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(9)

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang tak ternilai, hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tersayang, Bapak H. Lukman Machfudz dan Hj. Asmayah. Serta kakak tercinta Ubaidillah, S. Sos., semoga Allah SWT senantiasa memberikan ketenangan.

7. Muhsin Nor Paizin selaku Eksekutif Penyelidikan Unit Pembangunan Korporat (Research and Development) Pusat Pungutan Zakat (PPZ) yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di PPZ-MAIWP dan meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penyelesaian Skripsi. 8. Sutera Manis binti Zamzam selaku Pegawai Penerangan Majelis Agama Islam

Wilayah Persekutuan (MAIWP) yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Baitulmal-MAIWP.

9. Ihwan Perdana yang telah menemani dan membantu penelitian selama di Malaysia.

10. Hanifa Rizali Syarief yang telah banyak membantu penulis ketika melakukan penelitian di Malaysia.

11. Teman-teman pondok kautsar Reza, Adi, Ali, Arif, Fatih, Ardho yang telah menemani masa-masa sulit dikosan.


(10)

indahnya kekuasan Allah SWT.

14. Tim dota PSA Mambo, Asma, Edwin yang membantu penulis menghilangkan stress.

15. Tim gembekpeker yang menemani penulis melanglang buana dengan destinasi yang tidak pasti.

16. Teman-teman Mahasiswa jurusan Perbankan Syariah kelas A angkatan 2010, yang selalu membantu dan menemani penulis selama masa perkuliahan berlangsung. Menjalani susah senang bersama menanggung beban bersama seperti keluarga sendiri yang saling mendukung satu sama lain untuk tetap teguh mencapai cita-cita kita.

17. Teman-teman Remaja Hidayatuttaqwa yang telah memberikan banyak supportdan perhatiannya dalam penyelesaian Skripsi ini.

18. Teman-teman COINS yang sangat mengisnpirasi dalam menggugah pemikiran penulis.

19. Teman-teman KKN Cendikiawan 2013 yang telah menjadi warna baru bagi persahabatan penulis dan berbagi pengalaman dengan penulis.

20. Teman-teman di Fakultas Syariah dan Hukum yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya dalam penyelesaian Skripsi ini.

21. Dan akhirnya, semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Semoga segala kebaikan yang tulus dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT. Kiranya Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun kritik dan saran dari


(11)

para pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya. Besar harapan penulis agar Skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi bagi penulis dan masyarakat seluruhnya.

Jakarta, 16 April 2015


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN... iii

LEMBAR PERNYATAAN... iv

ABSTRAKSI... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan dan Mafaat Penelitian ... 10

E. Kerangka Teori dan Konseptual ... 11

F. Metode Penelitian ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Zakat ... 19

B. Konsep Distribusi ... 35

C. Konsep Pengelolaan Zakat ... 46


(13)

BAB III : DISTRIBUSI DAN PENGELOLAAN ZAKAT DI WILAYAH PERSEKUTUAN KUALA LUMPUR MALAYSIA

A. Sejarah Zakat Malaysia ... 62

B. Perkembangan Hukum Zakat di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur Malaysia ... 64

C. Perkembangan Lembaga Zakat di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur Malaysia ... 67

D. Demografi Wilayah PersekutanKuala Lumpur Malaysia ... 69

BAB IV :ANALISIS MANFAAT DAN KENDALA-KENDALA ZAKAT DI MALAYSIA

A. Ketentuan Hukum Zakat di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur

Malaysia... 72

B. Implementasi Pemungutan, Pengelolaan, dan Distribusi Zakat di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur ... 80

C. Realisasi, Dampak, dan Kendala Program-Program Pengelolaan dan Penyaluran Zakat di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur ... 107

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran-saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 GROSS NATIONAL PRODUCT MALAYSIA 2002-2013 ... 7 Tabel 3.1 PEYEBARAN AGAMA DAN ETNIK PENDUDUK MALAYSIA

TAHUN 2010... 69 Tabel 3.2 PEYEBARAN AGAMA DAN ETNIK PENDUDUK WILAYAH

PERSEKUTUAN KUALA LUMPUR TAHUN 2010 ... 70 Tabel 4.1 PENINGKATAN ZAKAT WILAYAH PERSEKUTUAN KUALA

LUMPUR TAHUN 2012-2013... 109 Tabel 4.2 PEROLEHAN ZAKAT BERDASARKAN JENIS ZAKAT DI

WILAYAH PERSEKUTUAN KUALA LUMPUR TAHUN 2012-2013 (dalam RM) ... 110 Tabel 4.3 JUMLAH MUZAKI BERDASARKAN JENIS ZAKAT DI

WILAYAH PERSEKUTUAN KUALA LUMPUR TAHUN 2012-2013 (orang) ... 111 Tabel 4.4 PENCACAHAN PENYALURAN ZAKAT BAITULMAL MAJELIS

AGAMA ISLAM WILAYAH PERSEKUTUAN ... 113 Tabel 4.5 PENYALURAN DANA ZAKAT OLEH BAITULMAL


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. GRAFIK KUTIPAN ZAKAT PPZ 2002-2013 ... 7 Gambar 1.2. BAGAN STRUKTUR PENGELOLAAN ZAKAT WILAYAH

PERSEKUTUAN... 13 Gambar 4.1. CARTA ORGANISASI MAIWP ... 76 Gambar 4.2. DIAGRAM PEROLEHAN ZAKAT WILAYAH PERSEKUTUAN SETELAH BERDIRINYA PPZ TAHUN 1991-2011...…. 78 Gambar 4.3. PELIPUTAN MEDIA KEPADA PPZ... 82 Gambar 4.4. KARNIVAL ZAKAT DI MASJID MUAZ BIN JABAL

SETIAWANGSA, KUALA LUMPUR ... 85 Gambar 4.5. PERESMIAN USTADZ AMIL ZAKAT DAN KONTER VAN

BERGERAK PLAZA SUNGAI BESI KUALA LUMP ... 87 Gambar 4.6. PEMBAYARAN ZAKAT FITRAH DRIVE THRU DI MASJID TUANKU MIZAN ZAINAL ABIDIN KUALA LUMPUR ... 88 Gambar 4.7. GAMBAR TAMPILAN MENU APLIKASI DARI IZAKAT PADA PERANGKAT ANDROID ... 89 Gambar 4.8. DIAGRAM PEROLEHAN ZAKAT WILAYAH PERSEKUTUAN


(16)

Gambar 4.10. PELATIHAN INSTITUT KEMAHIRAN BAITULMAL ... 115 Gambar 4.11. GEDUNG DARUL KIFAYAH ... 116 Gambar 4.12. PENERIMA ZAKAT LANGSUNG KEUANGAN BULANAN TAHUN 2009-2012 ... 118 Gambar 4.13. PENERIMA ZAKAT LANGSUNG AL-GHARIMIN TAHUN 2009-2012 ... 119 Gambar 4.14. PENERIMA BANTUAN ZAKAT PENDIDIKAN TAHUN 2009-2012 ... 121 Gambar 4.15. ANUGERAH KECEMERLANGAN PENGURUSAN KEUANGAN 2012 ... ... 125


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Dosen Pembimbing Skripsi Lampiran 2 : Surat Permohonan Data/ Wawancara

Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Penelitian Lampiran 5 : Brosur Skim Bantuan Zakat Lampiran 6 : Brosur Ringkasan Pengiraan Zakat Lampiran 7 : Brosur Skim Thohir


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat merupakan bagian dari kesempurnaan Islam, zakat sebagai penyucian diri dan pemenuhan kewajiban perintah Allah yang merupakan hablumminallah, dan juga kaitannya pada dimensi sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan dalam pemerataan kekayaan sebagai hablumminannas. Zakat memiliki peran sebagai distribusi dan redistribusi penghasilan dari golongan mampu kepada golongan yang kurang ataupun tidak mampu dan pada dasarnya merupakan pengembalian sebagian harta kekayaan orang-orang yang mampu untuk menjadi milik orang yang tidak berpunya.1 Zakat merupakan salah satu ketetapan Allah SWT menyangkut harta. Karena Allah SWT menjadikan harta benda sebagai sarana kehidupan untuk umat manusia seluruhnya, maka ia harus digunakan untuk kepentingan bersama.2

Pada masa awal Islam zakat mempunyai kedudukan utama dalam kebijakan fiskal.3 Dimana peran zakat dalam menjamin kesejahteraan rakyat masa itu telah terbukti keunggulannya sebagai alat ekonomi fiskal yang banyak digunakan saat ini dengan perluasan alokasi distribusi yang disebut pajak. Zakat disamping sebagai

1

H. Zainal Abidin Ahmad, Dasar-Dasar Ekonomi Islam,cetakan IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 88.

2

M. Quraish Shihab,Membumikan Al-Qur’an, cetakan I, (Bandung: Mizan, 1992), hal. 323.

3

Fiskal yang dimaksudkan sebagai upaya Pemerintah dalam mempengaruhi perekonomian melalui pengeluaran dan pendapatan Negara. Kebijakan merupakan langkah yang diambil Pemerintah dalam mengatasi suatu hal atau mencapai visi dan misi sebuah kepemimpinan Negara. Kebijakan Pemerintah dalam langkah ekonomi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.


(19)

salah satu sumber pendapatan Negara, zakat juga mampu menunjang pengeluaran Negara baik dalam bentuk goverment expenditure (belanja Negara) maupun goverment transfer (redistribusi pemasukan Negara).4 Ditinjau dari aspek keadilan sosial perintah zakat dapat dipahami sebagai satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan dalam pencapaian kesejahteraan ekonomi dan kemasyarakatan. Pada hakikatnya zakat adalah distribusi kekayaan umat Islam untuk mempersempit jurang pemisah antara orang kaya dan miskin. Oleh karena itu menurut ajaran Islam, zakat sebaiknya dipungut oleh Negara atau Pemerintah yang bertindak sebagai wakil untuk memperoleh haknya yang ada pada orang-orang kaya.5

Potensi zakat dalam instrumen fiskal bagi sebuah Negara memanglah menarik. Pada Negara Malaysia, setiap Negara bagian memiliki undang-undang sendiri dalam mengatur zakat. Pengelolaan zakat di Negara Malaysia berada dibawah pengawasan langsung Majelis Agama Islam di setiap negeri bagian yang berjumlah sebanyak 14 buah6. Adapun Pusat Pungutan Zakat (PPZ) berada dibawah Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur (MAIWP). Setiap

4


(20)

Majelis Agama Islam mempunyai karyawan dari jawatan Agama Islam.7 Penerimaan zakat pada Negara Malaysia setiap tahunnya mengalami peningkatan yang diiringi juga peningkatan pajaknya. Ini dikarenakan pembayaran zakat pada Negara ini sudah terintegrasi dengan pemotonganpenghasilan juga dapat diketahui tiap-tiap muslim berpenghasilan yang tidak menunaikan kewajiban zakatnya dan akan dikenakan sanksi individu yang besarnya tergantung pada ketentuan undang-undang setiap Negara bagian. Indonesia sebagai Negara dengan pemeluk agama Islam terbanyak di dunia.8 Menurut Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) 2007 menyatakan bahwa potensi dana zakat nasional pada tahun 2007 sebesar 11.5 trilyun rupiah, atau naik hampir dua kali lipat dari hasil survey potensi zakat 2004 yang hanya mencapai 6.1 trilyun rupiah.9 Menurut ketua BAZNAS Didin Hafidhuddin potensi zakat di Indonesia pada tahun 2014 mencapai Rp. 217 triliun atau 3,4 persen dari Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB). Namun realisasi penghimpunan zakat pada 2011 mencapai Rp. 1,73 triliun atau 0,8 persen dari potensi, sedangkan pada 2012 dan 2013 masing-masing mencapai Rp. 2,3 triliun dan Rp. 2,4 triliun.10

7

Oneng Nurulbariyah, Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktek Pemberdayaan Ekonomi,(FAI UMJ: Wahana Kordafa, 2012), hal. 4.

8

Sekitar 12,7 persen dari total muslim dunia. Pada tahun 2010, Penganut Islam di Indonesia sekitar 205 Juta atau 88,1 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

9

http://www.imz.or.id/new/article/85/pengelolaan-zakat-di-indonesia/?lang=id (diakses tanggal 24 Februari 2014 pukul 03.15)

10

http://sp.beritasatu.com/nasional/hanya-1-dari-rp-217-triliun-potensi-zakat-yang-terkumpul/57362 (diakses tanggal 24 Oktober 2014 pukul 02.26)


(21)

Sungguh sebuah ironi apabila Indonesia dilihat dari penduduk Islam terbanyak di dunia hanya mampu menghimpun zakat kurang dari 1% dari potensi zakat11yang ada. Ini dikarenakan sistem informasi zakat Indonesia yang masih jauh tertinggal, saat ini sistem informasi zakat yang ada di BAZNAS belum terintegrasi antara Bagian Penghimpunan dengan Bagian Penyaluran. Selain itu juga dikarenakan ketegasan hukum Pemerintah Indonesia dalam UU No. 23 tahun 2011 tidak menegaskan sanksi bagi individu muslim yang tidak membayar zakat, dalam undang-undang tersebut hanya mengatur sanksi pengelola zakat yang melakukan pelanggaran. Namun harus diakui bahwa dalam UU No. 23 tahun 2011 tersebut juga telah mampu mendorong pertumbuhan zakat di Indonesia. Sebab, UU tersebut memberikan landasan hukum bagi pengelolaan zakat. Hal tersebut mendorong lahirnya banyak Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang memiliki semangat pengentasan kemiskinan melalui pengelolaan dana zakat. Sayangnya, pada peraturan Pemerintah terbaru yaitu PP No. 14 tahun 2014 terdapat sejumlah kelemahan yang dinilai berpotensi menghambat perkembangan zakat akibat bertentangan dengan UU No. 23 tahun 2011.12 Salah satunya karena tidak adanya pemisahan jelas antara fungsi


(22)

regulasi, pengawasan, dan pelaksanaan dalam mengelola zakat (operator). Kondisi tersebut dikhawatirkan memberikan dampak negatif bagi pengembangan zakat.

Sehingga sungguh menarik bilamana Pemerintah melakukan perbaikan hukum kembali yang menjadikan zakat sebagai pemotong pajak di Indonesia dan memberikan sanksi bagi individu yang tidak zakat diikuti dengan perbaikan manajemen pengelolaan zakat sehingga data Muzaki dapat terkontrol dengan baik. Dari pengalaman penerapan kebijakan-kebijakan13 zakat pada Negara Malaysia menunjukkan bahwa kebijakan tersebut dapat memicu peningkatan penerimaan di kedua instrumen tersebut secara bersamaan. Yang juga sangat penting, dana zakat yang terhimpun tidak dimasukkan ke dalam APBN Malaysia, melainkan langsung ke dalam rekening khusus lembaga zakat yang diawasi secara ketat oleh Pemerintah. Alasannya sederhana, jika masuk ke dalam APBN, maka penyaluran zakat menjadi lebih lambat dan tidak fleksibel, sehingga dikhawatirkan dapat mempersulit Mustahik yang berhak menerimanya.14 Yang terpenting adanya mekanisme pertanggungjawaban penggunaan dana zakat yang transparan, terukur,

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Pasal 62 dan 63 PP Nomor 14/2014 ini juga bertentangan dengan persyaratan pendirian LAZ yang salah satunya harus terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam. Sebagaimana diketahui bahwa hirarki atau struktur organisasi ormas ada dari tingkat pusat hingga tingkat paling bawah yaitu Kelurahan.

13

Kebijakan Pemerintah Malaysia dengan cara zakat sebagi kredit pajak dan juga koordinasi yang baik antara otoritas zakat dengan otoritas pajak, maka identifikasi wajib zakat (Muzaki) dan wajib pajak akan semakin luas, sehingga pendapatan pajak dan zakat semakin meningkat dan tidak adatrade offantara penerimaan zakat dengan penerimaan pajak. Instrumen zakat ini diyakini akan menjadi alat redistribusi ekonomi yang efektif, di mana ia menjamin aliran kekayaan dari kelompok kaya kepada kelompok miskin, sehingga economic growth with equity (pertumbuhan ekonomi yang adil) dapat terealisasi dengan baik.

14

Pemaparan Ketua BAZNAS, Eri Sudewo, Dukung Amandemen Masuk Prolegnas 2008

http://www.forumzakat.net/index.php?act=viewnews&id=28 (diakses pada 24 Maret 2014 pukul 15.22)


(23)

dan jelas. Dengan melakukan hal-hal tersebut, kepercayaan Pemerintah dan masyarakat dapat terjaga dengan baik. Di wilayah persekutuan Kuala Lumpur Malaysia, pengelolaan zakat dilakukan lembaga bernama Pusat Pungutan Zakat (PPZ). Lembaga tersebut murni perusahaan swasta yang dikelola Pemerintah. Dalam beroperasi, PPZ hanya berwenang untuk menghimpun dana zakat masyarakat Malaysia . Sedangkan, penyaluran dana zakat dilakukan lembaga lain bernama Baitul Maal (BM). Dalam menghimpun dana zakat, PPZ juga menggunakan berbagai strategi pemasaran dan berbasis Teknologi Informasi (TI). Pegawai PPZ merupakan profesional swasta, sedangkan Baitul Maal (BM) berasal dari Pemerintah.

Menurut statistik yang diterbitkan oleh Jabatan Wakaf, Zakat dan Haji (JAWHAR) yang terletak di bawah Jabatan Perdana Menteri. Prestasi pungutan zakat di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur paling cemerlang. Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur juga menunjukkan trend pungutan zakat yang paling progressivedalam tempo 12 tahun sepanjang tahun 2002–2013.15


(24)

Gambar 1.1

GRAFIK KUTIPAN ZAKAT PPZ 2002-2013

Sumber: Grafik laporan pungutan zakat PPZ 2013

Zakat sebgaimana fungsinya sebagai pemberishan harta yang kita miliki dari hak orang lain. Terdapat juga fungsi ekonomi sebagai distribusi kekayaan. Apabila dilihat dari Gross National Product (GNP) per kapita Malaysia dari 2002- 2013 berdasarkan data Bank Dunia, selalu mengalamitrendpositif.

Tabel 1.1

GROSS NATIONAL PRODUCTMALAYSIA 2002-2013

Sumber: World bank data

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013


(25)

Itu menunjukkan sedikitnya program zakat ini dapat bersinergi dalam peningkatan taraf hidup masyarakat dan penumpasan kemiskinan.

Oleh karena itu, dari gambaran permasalahan di atas penulis tertarik untuk mengajukan Skripsi dengan judul “Implementasi Distribusi Pengelolaan Zakat Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur Malaysia”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi perencanaan sistem pengelolaan zakat dan pendistribusian zakat yang dilakukan oleh PPZ danBaitulmal?

2. Bagaimana perkembangan dari pencapaian pengelolaan dan pendistribusian zakat di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur?

3. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan dan pendistribusian zakat di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur?

4. Bagaimana landasan hukum mengenai zakat yang dilakukan oleh Pemerintah Malaysia?


(26)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latarbelakang tersebut, mengingat setiap Negara bagian memiliki hak dan wewenang penuh dalam pengelolaan zakat. Untuk memudahkan penulis dalam menganalisis dan menghindari pemahaman yang melebar luas dan tidak fokus, maka penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti pada implementasi pengelolaan distribusi zakat yang dilakukan oleh PPZ dan Baitul Maal Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan, yaitu Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur.

2. Perumusan Masalah

Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penulisan Skripsi ini, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana ketentuan hukum zakat di wilayah persekutuan Kuala Lumpur Malaysia?

b. Bagaimana implementasi pemungutan, pengelolaan, dan distribusi zakat di wilayah persekutuan Kuala Lumpur Malaysia ?

c. Apa dampak dan kendala dalam pengelolaan dan penyaluran zakat di wilayah persekutuan Kuala Lumpur?

D. Tujuan dan Mafaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian


(27)

a. Untuk mendalami implementasi pemungutan, pengelolaan, dan distribusi zakat di wilayah persekutuan Kuala Lumpur

b. Untuk mengetahui dampak dari pemanfaatan zakat bagi kesejahteraan dan penumpasan kemiskinan wilayah persekutuan Kuala Lumpur

c. Untuk mengevaluasi kendala yang dihadapi dalam pemungutan, pengelolaan, dan distribusi zakat di wilayah persekutuan Kuala Lumpur

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut:

a. Secara akademis, diharapkan dapat menjadi referensi penulisan ataupun pengetahuan para penggiat keilmuan ekonomi Islam dan sebagai persyaratan bagi penulis untuk menyelesaikan jenjang pendidikan strata satu ekonomi syariah. b. Secara praktis, diharapkan penulisan ini dapat menambah wawasan dan juga

pencerahan sebagai evaluasi dalam pengambilan kebijakan baik bagi kepemerintahan secara makro, dan lembaga-lembaga zakat daerah secara mikro. c. Untuk masyarakat umum, khususnya kaum muslim agar dapat menjadi


(28)

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh dan baik. Menurut lisan al Arabkatazaka mengandung arti suci, tumbuh, berkah, dan terpuji. Zakat menurut al Qardawi dalam istilah fiqh adalah ”Sejumlah harta

tertentu yang harus diserahkan kepada orang-orang yang berhak menurut syariat

Allah SWT.” Arti tumbuh dan suci di sini tidak hanya dipakai untuk kekayaan

saja, tetapi juga untuk jiwa orang yang berzakat, sesuai firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 103













Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau bersihkan dan sucikan mereka dengannya.”16

Selain itu, dalam Islam juga telah diatur tentang bagaimana zakat ini diperuntukkan bagi beberapa golongan yang berhak. Golongan-golongan ini telah disebutkan dengan jelas sebagaimana dalam fiman Allah Q.S. At-Taubah ayat 60:

16

Amzah, Al-Qur’an Tajwid Warna dan Terjemahannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal. 203.


(29)

























Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”17

Terdapat delapan golongan orang-orang yang berhak menerima zakat, yaitu: orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), hamba sahaya (riqab), orang yang berhutang (gharimin), orang yang berperang dijalan Allah (sabilillah), dan orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil).

Tentunya ini dapat menjadikan kejelasan bagaimana zakat dikelola secara pasti kemana zakat akan disalurkan secara rinci asnaf yang berhak menerima zakat.

2. Kerangka Konseptual


(30)

Jabatan Kemajuan Islam Malaysia

BAGAN S P

Sumber: Data diola

PM

Jabatan Perdana Meneteri (Hal Ehwal

Agama Islam)

Jabatan Kemajuan Islam Malaysia

Majelis Agama Islam Negeri Wilayah Persekutuan (Kuala Lumpur) Bagian Baitulmal Pungutan Pejabat Zakat Corporate Peyaluran Jabatan Perdana Mentri (Jawatan Kuasa

Pembangunan Islam)

Jabatan Wakaf, Zakat, dan Haji

Gambar 1.2

AN STRUKTUR PENGELOLAAN ZAKAT WIL PERSEKUTUAN KUALA LUMPUR

iolah dari Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan

Jabatan Perdana Mentri (Jawatan Kuasa

Pembangunan Islam)

Jabatan Wakaf, Zakat, dan Haji


(31)

Zakat di Malaysia berada di bawah Perdana Menteri melalui Menteri yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri. Di bawah Jabatan Menteri ini terdapat beberapa lembaga, seperti Jabatan Kemajuan Islam Malaysia dan Majelis Agama Islam yang berada di setiap Negara bagian. Majelis Agama Islam merupakan lembaga yang berwenang mengurus masalah keagamaan di setiap Negara bagian, termasuk juga pengelolaan zakat. Pada wilayah Kuala Lumpur bernama Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan (MAIWP). Selain kedua lembaga ini, di Jabatan Perdana Menteri juga terdapat lembaga lain, yaitu Jabatan Wakaf, Zakat, dan Haji yang diberi tugas untuk mengurus masalah wakaf, zakat, dan haji. Jabatan ini akan berkordinasi dengan Majelis Agama Islam Negara Bagian dalam rangka pemungutan, pengelolaan, dan penyaluran zakat. Di Malaysia zakat dikelola oleh setiap Negara bagian dengan hak dan wewenang penuh. Jadi zakat tidak dihimpun dan didistribusi secara terpusat. Setiap Negara bagian mempunyai organisasi zakat berbentuk perusahaan swasta pengelola zakat dan Baitul Maal atau Jawatan kuasa zakat di bawah kuasa majelis Agama Islam Negeri dengan dasar, tujuan, dan fungsi masing-masing. Baru beberapa Negara bagian yang pengumpulan dan penyaluran zakatnya dilaksanakan oleh 2 lembaga


(32)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulisan menggunakan jenis data kualitatif, yang datanya diperoleh dari hasil wawancara, respon yang berkaitan dengan masalah yang penulis kemukakan. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.18 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yakni menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebihmudah dipahami dan disimpulkan19, artinya penulis berusaha memberikan gambaran mengenai implementasi pengelolaan zakat di Kuala Lumpur Malaysia.

2. Sumber Data a) Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, dari individu seperti hasil wawancara maupun hasil observasi secara langsung.20 Data primer yang diperoleh penulis terkait penelitian ini yaitu berupa hasil wawancara dengan Pejabat Coroprate Zakat, Baitul Maal Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan (MAIWP) dan Petugas Pelaksana Pusat Pungutan Zakat (PPZ) Wilayah. Wawancara yang dilakukan peneliti merupakan wawancara terstruktur,

18

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cetakan I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 324.

19

Azwar Sifudin,Metode Penelitian,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal. 6.

20

M. Burhan Bungin,Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya,(Jakarta: Kencana, 2007), hal. 16.


(33)

yaitu wawancara di mana penulis menggunakan daftar pertanyaannya yang telah disusun sebelumnya. Pennulis menggunakan wawancara terstruktur agar pertanyaan lebih terfokus, sehingga data yang diperoleh tidak akan melenceng dari pokok permasalahan.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang telah tersedia sehingga penulis dapat memperolehnya dengan cara melihat dan membaca data-data tersebut, yaitu berupa data informasi lokasi, struktur organisasi dan kebijakan terkait zakat. Pengumpulan data diperoleh penulis dari PPZ wilayah persekutuan dan Baitul Maal MAIWP maupun internet yang ada relevansinya dengan penelitian. 3. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca literature-literatur yang ada di perpustakaan yang berhubungan erat dengan masalah pengelolaan zakat di Malaysia.

b. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian langsung terjun kelapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pokok permasalahan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:


(34)

atau data-data yang mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, pengumpulan data.21

2) Wawancara, yaitu meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya. Pengambilan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tanya jawab yang ditujukan kepada pihak PPZ danBaitulmalMAIWP.

3) Obesrvasi, merupakan sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu. Dalam hal ini proses penelitian secara mendalam untuk mengetahui implementasi dari pengelolaan zakat di Kuala Lumpur Malaysia. 4. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan Skripsi ini, mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang di terbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori dan sistematika penulisan.

21

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan II, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 202.


(35)

BAB II : KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini membahas tentang tinjauan secara umum mengenai pengertian dari zakat, dasar hukum, manfaat dan tujuan, serta pengumpulan, pengelolaan dan distribusi zakat.

BAB III : DISTRIBUSI DAN PENGELOLAAN ZAKAT DI

WILAYAH PERSEKUTUAN KUALA LUMPUR MALAYSIA

Menjelaskan tentang metode peenelitian. Kemudian sejarah dan struktur pengelolaan zakat di Kuala Lumpur Malaysia, kedudukan Baitulmal MAIWP dan PPZ, serta prestasi pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat di Kuala Lumpur Malaysia.

BAB IV : ANALISIS MANFAAT DAN KENDALA-KENDALA

ZAKAT DI KUALA LUMPUR MALAYSIA

Pada bab ini dijelaskan tentang pengumpulan, pengelolaan dan pendistribusian zakat di Kuala Lumpur Malaysia, manfaat zakat bagi kesejahteraan serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan zakat di Kuala Lumpur Malaysia.


(36)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Zakat

1. Penegertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-Barakatu atau keberkahan, al-Nama’ atau pertumbuhan dan perkembangan, at-Thaharatu atau kesucian, dan ash-Shalahu atau keberesan dan kemaslahatan. Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dengan lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama bahwa zakat merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.1

Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah, nilai dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang berzakat (Muzaki), penerimannya (Mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan.

Secara etimologi (bahasa) kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari ( ) . Zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan menurut istilah zakat ialah sejumlah harta (berupa uang/benda) yang wajib dikeluarkan dari

1

Prof. K. H. Didin Hafidhuddin, M. Sc.,Membangkitkan Nilai-Nilai Zakat Untuk Menyadarkan Umat,(Jakarta: FOZ, Dompet Dhuafa, Pemkot Padang, 2008), hal. 12.


(37)

milik seseorang, untuk kepentingan fakir miskin serta anggota masyarakat lainnya yang memerlukan bantuan dan berhak menerimanya.2

Dalam terminologi fiqh, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak, disamping berarti mengeluarkan sejumlah harta itu sendiri demikian Qardhawi mengutip pendapat Zamakhsari. Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan. Sedangkan menurut terminologi syariat, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syariat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.

2. Pandangan Ulama Tentang Zakat

Para ulamafiqh, memiliki pemahaman yang sangat beragam tentang masalah zakat. Diantaranya sebagaimana di bawah ini:

Wahbah Zuhaili dalam karyanya Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu sebagaimana yang dikutip oleh Suyitno dalam buku Anatomi Fiqih Zakat mendefinisikan zakat dari sudut empat Imam Mazhab sebagai berikut:


(38)

kepemilikan itu penuh dan sudah mencapai haul (setahun) selain barang tambang dan pertanian;

b. Madzhab Hanafi berpandangan bahwa zakat adalah menjadikan kadar tertentu dari harta tertentu pula sebagai hak milik yang sudah ditentukan oleh

pembuat syari at semata-mata karena Allah SWT;

c. Menurut Madzhab Syafi i, zakat adalah nama untuk kadar yang dikeluarkan

dari harta atau benda dengan cara-cara tertentu.

d. Madzhab Hambali memberikan definisi zakat ialah sebagai hak (kadar tertentu) yang diwajibkan untuk dikeluarkan dari harta tertentu untuk golongan yang tertentu dalam waktu yang tertentu pula.3

3. Landasan Hukum Zakat

Ada beberapa ayat dalam Alquran yang menjadi dasar kewajiban untuk menunaikan zakat. Diantaranya:

1. QS. At-Taubah ayat 103

ð







“Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan diri dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

3

Wahba Al-Zahayly,Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1997), hal. 29-31.


(39)

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.4

2. QS. Al-Baqarah ayat 43.





!





“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku”.5

3. QS. Al-Hajj ayat 78.





...

“Maka dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan berpegang teguhlah kamu dengan tali Allah yangDia merupakan Wali bagi kamu”.6

4. QS. Ali 'Imran ayat 180.















“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka, harta yang


(40)

Berdasarkan beberapa ayat Alquran itu telah jelaslah bagaimana sebenarnya kedudukan zakat dalam Islam. Alquran telah mendeskripsikan zakat secara jelas dan dengan jumlah intensitas yang banyak. Tidak dapat dipungkiri bahwa zakat merupakan kewajiban yang sifatnya simultan. Bahkan kata zakat dalam Al-Qur an selalu berdampingan dengan salat. Oleh karena itu, salat dan puasa tidaklah cukup untuk membuktikan kesaksian seorang manusia di hadapan Allah, tetapi perlu ada kesaksian lain yang bisa dilihat dan dirasakan bagi sesama manusia. Sebagai amalan yang mulia, zakat merupakan rangkaian panggilan Tuhan pada satu sisi, dan panggilan dari rasa kepedulian dan kasih sayang terhadap sesamanya pada sisi lain.

4. Prinsip, Fungsi, dan Tujuan Zakat

Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena zakat merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. M.A. Mannan dalam bukunya Islamic Economics: Theory and Practice, sebagaimana yang dikutip oleh Hikmat Kurnia dan A. Hidayat menyebutkan bahwa zakat mempunyai 6 prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip keyakinan keagamaan, yaitu bahwa orang yang membayar zakat merupakan salah satu manifestasi dari keyakinan agamanya.


(41)

2. Prinsip pemerataan dan keadilan; merupakan tujuan sosial zakat, yaitu membagi kekayaan yang diberikan Allah lebih merata dan adil kepada manusia.

3. Prinsip produktivitas, yaitu menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu.

4. Prinsip nalar, yaitu sangat rasional bahwa zakat harta yang menghasilkan itu harus dikeluarkan.

5. Prinsip kebebasan, yaitu bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas atau merdeka (hurr).

6. Prinsip etika dan kewajaran, yaitu zakat tidak dipungut secara semena-mena, tapi melalui aturan yang disyariatkan.8

Secara umum tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin.

Para cendekiawan muslim banyak yang menerangkan tentang tujuan-tujuan zakat, baik secara umum yang menyangkut tatanan ekonomi, sosial dan


(42)

1. Menyucikan harta dan jiwaMuzaki. 2. Mengangkat derajat fakir miskin.

3. Membantu memecahkan masalah para Gharimin, Ibnu Sabil, dan Mustahik lainnya.

4. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya.

5. Menghilangkan sifat kikir dan dan loba para pemilik harta.

6. Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.

7. Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam masyarakat agar tidak ada kesenjangan di antara keduanya.

8. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama bagi yang memiliki harta.

9. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain padanya.

10. Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah. 11. Berakhlak dengan akhlak Allah.

12. Mengobati hati dari cinta dunia. 13. Mengembangkan kekayaan batin.


(43)

15. Membebaskan si penerima (Mustahik) dari kebutuhan, sehingga dapat merasa hidup tenteram dan dapat meningkatkan kekhusyukan beribadat kepada Allah SWT.

16. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial. 17. Tujuan yang meliputi bidang moral, sosial, dan ekonomi.9

Dalam bidang moral, zakat mengikis ketamakan dan keserakahan hati si kaya. Dalam bidang sosial, zakat berfungsi untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat. Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan di tangan sebagian kecil manusia dan merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan negara.

5. Golongan Penerima Zakat

Dalam firman Allah Q.S. At-Taubah ayat 40 telah disebutkan 8 asnaf yang berhak menerima zakat.Asnaf adalah orang-orang yang berhak menerima zakat. Diantara 8asnaftersebut antara lain:

a) Asnaf Fakir dan Miskin : Keperluan utama zaman ini adalah makanan, pakaian, tempat tinggal dan keperluan lain seperti rawatan kesehatan,


(44)

minimalnya).Had al-kifayahnya berbeda definisi antara kerajaan dan institusi zakat dengan Baitul maal yang ada.

b)Asnaf Amil : Tujuan peruntukan asnaf Amil ini supaya pengurusan zakat dapat diurus dan dilaksanakan sepanjang tahun oleh Amil zakat dalam pengumpulan dan pendistribusian zakat kepada asnaf yang lain. Ini termasuk upah Amil dan biaya pengurusan yang melibatkan urusan pengumpulan dan pendistribusian.

c) AsnafMualaf : Pemberian kepadaasnafMualaf ini bertujuan untuk membantu melindungi mereka supaya tetap berada didalam agama Islam sewaktu menghadapi tekanan dari keluarga dan sebagainya. Selain itu juga, bertujuan untuk mengukuhkan pengetahuan dan perilaku mereka sebagai muslim.

d)Asnaf al-Riqab (Hamba): Zaman ini sudah tidak ada istilah penghambaan, maka uang zakat untuk asnaf ini dapat diartikan sebagai pembebasan dari penghambaan bentuk modern seperti pelacuran, kejahilan dan pembebasan dari tuannya yang bukan Islam yang berlaku zalim ke atasnya.

e) Asnaf al-Gharim (Orang Yang Berhutang): Bertujuan untuk membantu membebaskan pemohon yang meminta bantuan untuk menyelesaikan hutang kebutuhan asasinya seperti seorang petani yang berhutang untuk barang makanan dari sebuah kedai.

f) Asnaf Fisabilillah (Di Jalan Allah): Pengertian asalnya berkonsep kepada jihad dan menegakkan agama Islam serta memperluas ajaran Islam. Dengan


(45)

itu, Majelis Agama Islam negeri telah menafsirkan asnaf ini secara umum yaitu perkara-perkara yang berkaitan dengan agama.

g)Asnaf Ibnu Sabil (Musafir Yang Terkandas Dalam Perjalanan): Bertujuan untuk membantuasnafini pulang ke negeri/tempat asalnya.10

6. Jenis Zakat

Secara garis besar zakat terbagi menjadi dua, yang paling populer yaitu zakat fitrah yang setiap bulan ramadhan kita tunaikan dalam bentuk makanan pokok dan zakatmaalatau zakat harta yang dikeluarkan dengan persyaratan tertentu.

1) Zakat Fitrah a) Pengertian

Zakat fitrah atau zakat jiwa merupakan zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim ketika menjelang hari raya Idul Fitri yang berguna untuk menyempurnakan ibadah puasa.

b) Hukum

Membayar zakat fitrah hukumnya fardhu’ain, bagi setiap orang islam baik laki-laki perempuan, tua muda, kecil besar, bahkan kepada bayi yang


(46)

Syarat untuk menjadikan zakat fitrah merupakan suatu keharusan, sebagai berikut:

1. Islam, orang kafir tidak wajib membayar zakat.

2. Orang yang masih hidup atau telah sebelum matahari terbenam pada malam hari raya Idul Fitri pada akhir bulan Ramadhan.

3. Mempunyai kelebihan makanan (bahan makanan pokok), baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya pada malam hari raya Idul Fitri.

d) Rukun

Dalam berzakat fitrah terdapat rukun-rukun sebagai berikut:

1. Niat berzakat fitrah baikuntuk diri sendiri maupun untuk orang yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Orang yang mengeluarkan zakat (Muzaki). 3. Orang yang berhak menerima zakat. 4. Makanan pokok11yang dizakatkan. e) Tujuan

Tujuan zakat fitrah untuk menyucikan diri dari dosa-dosa yang menodai seorang muslim selama bulan Ramadhan sehingga menjadi bersih kembali.

..

Makanan pokok sebesar lebih kurang 1 sha (atau setara 2,5 kg) berupa beras, gandum, atau makanan pokok lain yang digunakan. Atau dapat berupa uang yang nilainya sepadan dengan maknan pokok sebanyak 1shayang kemudian uangnya digunakan Amil untuk dibelanjakan menjadi makanan pokok kemudian didistribusikannya. Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, Yogyakarta: EKONISIA, 2002, hal. 120


(47)

2) ZakatMaal a) Pengertian

Menurut terminologi bahasa (lughat), harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya.

Sedangkan menurut terminologi syari ah (istilah syara’), harta adalah

segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurutghalibnya (lazim).

b) Syarat

1. Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, disimpan 2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya c) Sumber-sumber ZakatMaal

1. Zakat Harta Perniagaan

DalamhaditsRasulullah SAW bersabda

“Dari Samurah bin Jundab RA. Dia berkata, bahwa Rasulullah SAW memerintahkan pada kami untuk mengeluarkan zakat dari segala macam yang diperjualbelikan.”(H. R. Abu Daud).12


(48)

Selain harta perniagaan, zakat juga diwajibkan pada harta simpanan baik berupa emas, perak, maupun uang tunai. Sebagaimana harta pernaigaan, emas, perak, dan uang simpanan wajib dizakati jika telah mencapai nishab dan telah mencapai haul dalam batas nishabnya yang sama seperti harta perniagaan.

3. Zakat Hasil Pertanian

Yang diwajibkan zakat dari hasil pertanian layaknnya tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan. Syarat wajib zakat bagi hasil pertanian sama dengan ketentuan umum syarat wajib zakat emas, perak dan harta simpanan.13

4. Zakat Binatang Ternak

Binatang ternak yang wajib dizakati meliputi sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan unta. Nishab sapi adalah 30 ekor. Pembayaran zakatnya sebagai berikut:

3 4

Persyaratan khusus dalam syarat wajib zakat pertanian ini, menurut Wahbah Al-Zuhayliy: a. Lahan pertanian tersebut tidak dikenakan pajak

b. Hasil pertanian tumbuh di lahan produktif

c. Tumbuhan ditanam untuk kepentingan kehidupan manusia dan meningkatkan produktifitas lahan potensialnya

5. Besaran zakat yang dikeuarkan bergantung pada jenis pengairan yang digunakan (bila

pengairan alamiah zakatnya 1/10, namun bila pengairan buatan zakatnya 1/20)

Wahbah al-Zuhayliy, Al-Fiqh al-IslamiWa ’Adilla,Terj. Agus Efendi dan BahrudinFanani ZakatKajianBerbagaiMazhab ,(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. ke-1, 2000), hal. 98


(49)

Jumlah Ternak Zakat

30 39 ekor 1 ekor sapi umur 1 tahun 40 59 ekor 1 ekor sapi umur 2 tahun 60 69 ekor 2 ekor sapi umur 1 tahun

70 79 ekor 1 ekor sapi umur 1 tahun dan 2 tahun 80 89 ekor 2 ekor sapi umur 2 tahun

Setiap kali bertambah 30 ekor, zakatnya ditambah seekor sapi berumur 1 tahun dan setiap kali bertambah 40 ekor, zakatnya ditambah seekor sapi berumur 2 tahun.

Nishab ternak kerbau dan kuda sama dengan sapi. Nishab kambing atau domba adalah 40 ekor. Pembayaran zakatnya sebagai berikut. Jumlah Ternak Zakat

40 120 ekor 1 ekor kambing atau domba 121 200 ekor 2 ekor kambing atau domba 201 300 ekor 3 ekor kambing atau domba

Setiap kali bertambah 100 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor kambing atau domba.

Nishab unta adalah 5 ekor. Pembayaran zakatnya sebagai berikut. Jumlah Ternak Zakat

5 9 ekor 1 ekor kambing atau domba 10 -14 ekor 2 ekor kambing atau domba 15 19 ekor 3 ekor kambing atau domba 20 24 ekor 4 ekor kambing atau domba 25 34 ekor 1 ekor unta betina umur 1 tahun 35 45 ekor 1 ekor unta betina umur 2 tahun 46 60 ekor 1 ekor unta betina umur 3 tahun 61 75 ekor 1 ekor unta betina umur 4 tahun 76 90 ekor 2 ekor unta betina umur 2 tahun 91 124 ekor 2 ekor unta betina umur 3 tahun

Setiap kali bertambah 40 ekor, zakatnya ditambah seekor unta betina berumur 2 tahun, dan setiap kali bertambah 50 ekor, zakatnya ditambah seekor unta betina berumur 3 tahun.


(50)

bara dan lain-lain. Barang-barang tambang yang cair seperti aspal, minyak bumi, belerang, gas dan sebagainya.14

6. Zakat Barang Temuan (Rikaz)

Yang dimaksud denganrikazadalah barang temuan dari warisan atau peninggalan orang-orang kafir, seperti kerajaan-kerajaan kuno, kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, kerajaan-kerajaan orang Majusi, atau lainnya, bila ditemukan harta mereka (misalnya: peti emas / lainnya, berupa perak, perunggu, atau perhiasan lainnya, yang memiliki nilai jual / dianggap sebagai harta yang bernilai oleh masyarakat) selama itu merupakan barang-barang peninggalan orang-orang jahiliyah, kuffar, kerajaan-kerajaan non-Muslim, atau masyarakat non-Muslim, maka barang temuan tersebut wajib dikeluarkan zakatnya sebesar seperlima (1/5).

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari. Sahabat Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda:

“… Dan pada barang temuan (dari peninggalan masa-masa jahiliyah / orang-orang kuffar) wajib dikeluarkan seperlimanya.” (HR Bukhari)15

7. Zakat Profesi

9 :

Fakhruddin,Fiqh dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 90.

15


(51)

Orang yang yang mengerjakan sesuatu (berolah raga, melukis, musik dan lain-lain), karena jabatan dan profesinya bukan hanya untuk kesenangan saja, tetapi merupakan suatu pencarian. Pada zaman sekarang ini orang mendapatkan uang dari pekerjaan atau profesi yang sedang di gelutinya. Jadi pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam, pertama yaitu pekerjaan yang di kerjakan sendiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain, seperti seorang dokter yang mengadakan praktek, pengacara, seniman, penjahit dan lain-lain. Kedua pekerjaan yang di kerjakan untuk orang (pihak) lain dengan imbalan mendapat upah atau honorium seperti pegawai (negeri atau swasta). Kedua macam pekerjaan tersebut jelas menghasilkan uang sebagai harta kekayaan. Dengan demikian wajib di keluarkan zakatnya karena telah mencapai satu tahun.

8. Zakat Aset

Alat-alat transportasi seperti kuda sebagai binatang tunggangan di masa Nabi digunakan sebagai angkutan pribadi untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga atau sebagai sarana angkutan perang,


(52)

Pada masa kini, aset tersebut juga dapat berupa gedung yang diewakan, mesin yang disewakan dan berbagai macam benda yang tidak memiliki unsur perkembangan namun memiliki keuntungan sebagai usaha produkif bagi pemiliknya.

9. Zakat Saham & Obligasi

Diantara hal-hal yang perlu mendapat perhatian untuk dikeluarkan zakat nya dalam harta modern ini adalah surat-surat berharga, diantara nya adalah saham (al-sahm) dan obligasi (al-sanadah) saham dan obligasi adalah kertas berharga yang berlaku dalam

transaksi-transaksi perdagangan khusus yang disebut bursa kertas-kertas

berharga . Dengan demikian saham dan obligasi adalah juga harta

kekayaan dan setiap harta kekayaan ada hak orang lain di dalamnya.16 Yusuf Qardhawi mengklasifikasikan menjadi dua kategori, saham yang dialokasikan untuk alat produksi (mendapatkan deviden) dan saham untuktrading(jual-beli) yang hasilnya dapat berupa deviden.17

B. Konsep Distribusi 1. Pengertian Distribusi

Distribusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat; pembagian barang keperluan sehari-hari (terutama dalam masa darurat) oleh

16

M. Ali Hasan,Zakat dan Infak, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 78.

17


(53)

pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk, dsb. Sedangkan distrbusi menurut para ahli ekonomi antara lain:

• Menurut Winardi: Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk-produk kepada pembeli.18

• Menurut Sofjan Assauri: Saluran distribusi merupakan lembaga-lembaga yang memasarkan produk, yang berupa barang atau jasa dari produsen ke konsumen.19

• Sedangkan Philip Kotler: Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.20

Dalam ekonomi Islam, makna distribusi sangatlah luas, yaitu mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-sumber kekayaan. Dimana Islam memperbolehkan kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, dan meletakkan masing-masingnya kaidah-kaidah untuk mendapatkan dan mempergunakannya, dan kaidah kaidah untuk warisan, hibah dan wasiat. Sebagaimana ekonomi Islam juga memiliki politik dalam distibusi pemasukan,


(54)

kelompok kelompoknya, disamping pengembalian distribusi dalam sistem jaminan sosial yang disampaikan dalam ajaran Islam.

Karena memperhatikan bahayanya pendistribusian harta yang bukan pada haknya dan terjadinya penyelewengan distribusi pada jalannya yang benar ini, maka Islam mengutamakan tema distribusi dengan perhatian besar yang nampak dalam beberapa fenomena, dimana yang terpenting adalah sebagai berikut :

1) Banyaknya nash Al Quran dan hadist Nabawi yang mencakup tema distribusi dengan menjelaskan sistem manajemennya, himbauan komitmen dan cara-caranya yang terbaik dan memperingatkan penyimpangan dari sistem yang benar.

2) Syariat Islam tidak hanya menetapkan prinsip prinsip umum bagi distribusi dan pengembalian distribusi, namun juga merincikan dengan jelas dan lugas cara pendistribusian harta dan sumber-sumbernya.

3) Banyaknya dan komperhensifnya sistem dan cara distribusi yang ditegakkan dalam Islam, baik dengan cara pengharusan (wajib) maupun yang secara suka rela (sunnah).21

2. Tujuan Distribusi

Secara umum dapat dikatakan bahwa system distribusi ekonomi dalam ekonomi Islam mempunyai andil bersama sistem dan politik syariah lainnya dalam merealisasikan beberapa tujuan umum syariat Islam. Dimana tujuan distribusi

21


(55)

dalam ekonomi Islam di kelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi. Hal yang terpenting kedalam tujuan tersebut sebagai berikut:

• Tujuan Dakwah

Yang dimaksud dakwah disini adalah dakwah kepada Islam dan menyatukan hati kepadanya. Diantaranaya contoh yang paling jelas adalah bagian mualaf di dalam zakat, dimana Mualaf itu adakalnya orang kafir yang diharapkan keislamannya atau dicegah keburukannya, atau orang Islam yang di harapkan kuat keislamannya. Sebagaimana sistem distribusi dalamghanimahdan fa’ijuga memiliki tujuan dakwah yang jelas.

Pada sisi lain, bahwa pemberian zakat kepada mualaf juga memiliki dampak dakwah terhadap orang yang menunaikan zakat itu sendiri.

• Tujuan Pendidikan

Di antara tujuan pendidikan dalam distribusi adalah seperti yang di sebutkan dalam firman Allah QS At-Taubah : 103

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan22 mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”


(56)

a) Pendidikan terhadap akhlak terpuji, seperti suka memberi, berderma dan mengutamakan orang lain.

b) Mensucikan dari akhlak tercela, seperti kikir, loba dan mementingkan diri sendiri (egois).

• Tujuan Sosial

Tujuan sosial terpenting dalam distribusi adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan, dan menghidupkan prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim.

2. Menguatkan ikatan cinta dan kasih sayang diantara individu dan kelompok di dalam masyarakat

3. Mengikis sebab sebab kebencian dalam masyarakat, dimana akan berdampak pada terealisasinya keamanan dan ketentraman masyarakat, sebagai contoh bahwa distribusi yang tidak adil dalam pemasukan dan kekayaan akan berdampak adanya kelompok dan daerah miskin, dan bertambahnya tingkat kriminalitas yang berdampak pada ketidak tentraman. 4. Keadilan dalam distribusi mencakup sebagai berikut:

a) Pendistribusian sumber sumber kekayaan


(57)

c) Pendistribusian diantara kelompok masyarakat yang ada, dan keadialan dalam pendistribusian diantara generasi yang sekarang dan generasi yang akan datang.23

• Tujuan Ekonomi

Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai tujuan tujuan ekonomi yang penting, dimana yang terpenting diantaranya dapat kami sebutkan sperti berikut ini :

1. Pengembangan harta dan pembersihannya, karena pemilik harta ketika menginfakkan sebagian hartanya kepada orang lain, baik infak wajib maupun sunnah, maka demikian itu akan mendorongnya untuk menginvestasikan hartanya sehingga tidak akan habis karena zakat.

2. Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan terpenuhi kebutuhannya tentang harta atau persiapan yang lazim untuk melaksanakannya dengan melakukan kegiatan ekonomi. Pada sisi lain, bahwa system distribusi dalam ekonomi Islam dapat menghilangkan faktor faktor yang menghambat seseorang dari andil dalam kegiatan ekonomi; seperti utang yang membebani pundak orang orang yang berhutang atau


(58)

3. Andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi, di mana tingkat kesejahteraan ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi. Sedangkan tingkat konsumsi tidak hanya berkaitan dengan bentuk pemasukan saja, namun juga berkaitan dengan cara pendistribusiannya di antara individu masyarakat. Karena itu kajian tentang cara distribusi yang dapat merealisasikan tingkat kesejahteraan ekonomi terbaik bagi umat yaitu suatu keharusan dan keniscayaan.24

Dapat kita lihat pada QS Al-Baqarah : 265

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya Karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.”25

Yang artinya dapat dimaknakan bahwasanya orang orang yang membelanjakan hartanya karena keridhoaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka kepada iman dan ibadah-ibadah yang lain, sebagai bentuk pelatihan kepadanya, sehingga setiap manusia terus tetap bertakwa kepada Allah SWT.

3. Fungsi Distribusi

Fungsi distribusi dilakukan oleh badan usaha atau perorangan sejak pengumpulan barang dengan jalan membelinya dari produsen untuk disalurkan ke

24

Yusuf Al-Qordhowi,Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Penerbit Gema Insani Press, 2006), hal. 20.

25

Pengertian menafkahkan "harta di jalan Allah" meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. Amzah, Al-Qur’an Tajwid Warna dan Terjemahannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal. 44.


(59)

konsumen, berdasarkan hal tersebut maka fungsi distribusi dapat dibagi sebagai berikut:

• Fungsi pertukaran, dimana kegiatan pemasaran atau jual beli barang atau jasa yang meliputi pembelian, penjualan, dan pengambilan resiko (untuk mengatasi resiko bisa dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi pergudangan yang baik, mengasuransikan barang dagangan yang akan dan sedang dilakukan).

• Fungsi penyediaan fisik, berkaitan dengan menyediakan barang dagangan dalam jumlah yang tepat mencakup masalah pengumpulan, penyimpanan, pemilahan, dan pengangkutan.

• Fungsi penunjang, ini merupakan fungsi yang berkaitan dengan upaya memberikan fasilitas kepada fungsi-fungsi lain agar kegiatan distribusi dapat berjalan dengan lancar, fungsi ini meliputi pelayanan, pembelanjaan, penyebaran informasi, dan koordinasi.26

4. Distribusi Pendapatan dalam Islam dan Sistem Ekonomi Lain

Al Jarhi dan Zarqa berpendapat bahwa ilmu ekonomi memberikan perhatian yang besar terhadap ranah distribusi dalam pengertian tujuan penentuan bagian


(60)

redistribusi dalam pengertian penggapaian level tertentu dari keadilan sosial dan ekuitas.27

Dalam ekonomi kapitalis, misalnya, kepemilikan harta pribadi diakui juga tidak ada kebebasan yang sempurna, sebagian dapat memperoleh kebebasan lebih dari yang lain. Di samping itu adanya trade-offantaraequalitydan efisiensi dalam alokasi sumber daya guna memaksimalkan output dan kesejahteraan sosial mengakibatkan adanya distribusi yang tidak merata.28 Efesiensi alokasi dalam ekonomi konvensional hanya menjelaskan bahwa bila semua sumber daya yang ada habis teralokasi, maka alokasi yang efisien tercapai, namun tidak mengatakan apapun perihal apakah alokasi tersebut adil.

5. Distribusi Pendapatan Dalam Negara

Prinsip prinsip ekonomi yang dibangun di atas nilai moral Islam mencanangkan kepentingan distribusi pendapatan secara adil. Para sarjana muslim banyak membicarakan objektivitas perekonomian berbasis Islam pada level Negara terkait dengan, diantaranya: penjaminan level minimum kehidupan bangsa bagi mereka yang berpendapatan di bawah kemampuan. Negara wajib bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan materi bagi ligkungan sosial maupun individu dengan pemafaatan sebesar-besarnya atas sumber daya yang tersedia. Karena itu

27

Mabid Ali al Jarhi and Muhammad Anas Zarqa, Redistributive Justice in a Developed Economy: An Islamic Perspective, Paper Presented at 6th International Conference on Islamic Economics and Finance, (Jakarta: Bank Indonesia, 2004), hal. 14.

28


(61)

negara wajib mengeluarkan kebijakan29 yang mengupayakan stabilitas ekonomi, kesetaraan, ketenagakerjaan, pembangunan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.

Kemudian dilanjutkan dengan model ekonomi politik dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah yang berdampak secara langsung dan tidak langsung kepada distribusi pendapatan, seperti anggaran pendapatan dan belanja Negara, kebijakan fiskal dan moneter dengan basis hipotesis kepda ketidaksempurnaan pasaran teori-teori, yang berkaitan denganmoral hazard (suatu perilaku manusia yang dapat menimbulkan kerugianatau yang berunsur negatif yang mengandung resiko diatas rata-rata) dan adverse selection (dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain).

Dalam pengelolaan sumberdaya yang tersedia, Pemerintah (Negara) harus mampu mendistribusikan secara baik atas pemanfaatan tanah/lahan dan industri. Ajaran Islam memberikan otoritas kepada pemerintah dalam menentukan kebijakan penggunaan lahan untuk kepentingan Negara dan publik, distribusi tanah kepada sektor swasta, penarikan pajak, subsidi, dan keistimewaan non


(62)

keistimewaan tersebut harus diarahkan untuk memenuhi kepentingan publik dan pembebasan kemiskinan.

Dalam negara Islam, kebijaksanaan fiskal30 merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan syariah yang dijelaskan Imam al-Ghazali termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Pada masa kenabian dan kekhalifahan setelahnya, kaum Muslimin cukup berpengalaman dalam menerapkan beberapa instrumen sebagai kebijakan fiskal, yang diselenggarakan pada lembaga baitul maal (national treasury)31.

Dari berbagai macam instrumen, pajak diterapkan atas individu (jizyahdan pajak khusus Muslim), tanah kharaj, dan ushur (cukai) atas barang impor dari negara yang mengenakan cukai terhadap pedagang kaum Muslimin, sehingga tidak memberikan beban ekonomi yang berat bagi masyarakat. Pada saat perekonomian sedang krisis yang membawa dampak terhadap keuangan negara karena sumber-sumber penerimaan terutama pajak merosot seiring dengan merosotnya aktivitas ekonomi, maka kewajiban-kewajiban tersebut beralih kepada kaum Muslimin.

30

Kebijaksanaan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola/mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jadi kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang sama persis dengan kebijakan moneter. Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar, maka dalam kebijakan fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya. Prathama Rahardja, Pengantar Ilmu Ekonomi (Makroekonomi dan Mikroekonomi)Penerbit Gramedia, Jakarta, 2008, hal. 445.

31

Baitulmaladalah kas negara yang dikhususkan untukpemasukan dan pengeluaran harta yang menjadi hak kaummuslimin dimana mekanismenya ditentukan oleh syariat Islamatas dasar Al Quran dan Sunnah Rasul. Abdul Hamid Mahmud Al-Ba ly. Ekonomi Zakat, Jakarta :RajaGrafindo, 2006. Hal. 11.


(63)

Semisal krisis ekonomi yang menyebabkan warga negara jatuh miskin otomatis mereka tidak dikenai beban pajak baik jizyah maupun pajak atas orang Islam, sebaliknya mereka akan disantuni negara dengan biaya yang diambil dari orang-orang Muslim yang kaya.

Dalam Islam kita kenal adanya konsep zakat, infaq, sadaqah, wakaf dan lain-lain (ZISWAF). Zakat merupakan kewajiban untuk mengeluarkan sebagian pendapatan atau harta seseorang yang telah memenuhi syarat syariah Islam guna diberikan kepada berbagai unsur masyarakat yang telah ditetapkan dalam syariah Islam. Sementara Infaq, Sadaqah, Wakaf merupakan pengeluaran sukarela yang

juga sangat dianjurkan dalam Islam. Dengan demikian ZISWAF merupakan unsur-unsur yang terkandung dalam kebijakan fiskal. Unsur-unsur-unsur tersebut ada yang bersifat wajib seperti zakat dan ada pula yang bersifat sukarela seperti sadaqah, infaq dan wakaf. Rasulullah SAW membangun peradaban baru di Madinah melalui penghimpunan zakat, infak, sedekah, dan wakaf dalam berbagai bentuk untuk memberdayakan umat mengentaskan kemiskinan dan mengembangkan dakwah Islam. 32Pembagian dalam kegiatan wajib dan sukarela ini khas di


(1)

129

kesejahteraan, bukan hanya sekedar bantuan langsung. Yaitu asnaf fisabilillah yang mendapatkan porsi paling besar dalam penyalurannya. Dalam penyaluran zakat Baitulmal membutuhkan lebih banyak lagi pegawai agar lebih efisien. Masyarakat juga perlu untuk lebih mengetahui mana lembaga yang berwenang dalam menyalurkan zakat dan menghimpun dana zakat. Sebagian kecil masyarakat yang jauh dari pusat kota dan media masih belum mengetahui secara pasti mana fungsi lembaga tersebut. Pada fundrising dana zakat, pencapaian zakat pun sebenarnya masih belum memenuhi target, walaupun jumlahnya terbilang cukup besar mencapai RM 484,6 juta namun ini masih meleset tipis dari target sebesar 30% dari pencapaian tahun sebelumnya. PPZ juga harus mengembangkan pengetahuan tentang metode zakat terbaru karena seiring perkembangan zaman, banyak terdapat kepemilikan jenis harta baru. Sehingga PPZ harus terus melakukan penelitian dan pengkajian terhadap pengetahuan tentang hukum zakat kontemporer.

B. Saran-Saran

1. Hukum yang diberikan terhadap orang yang melanggar zakat di wilayah persekutuan Kuala Lumpur ini sebagaimana dijelaskan dalam seksyen 16 Akta 559 masih tergolong lemah. Perlunya pembaharuan nominal denda pada undang-undang ini terhadap pelangggar zakat harus direalisasikan. Pemungutan zakat harus lebih represif demi pencapaian potensi dana zakat yang lebih optimal.


(2)

130

2. Penambahan staf ahli pada PPZ sangat diperlukan untuk dapat menentukan harta zakat terbaru dan mediumisasi pembayarannya lebih optimal. Akses informasi zakat harus lebih menyeluruh ke wilayah urban. Baitulmal perlu menambahkan pegawai dalam menyalurkan bantuan zakat agar lebih efisien. Pemusatan penyaluran zakat menyulitkan masyarakat yang berada jauh dari gedungBaitulmalbangunanDaruzzakah.

3. Kreatifitas penyaluran zakat masih minim dibanding penyaluran zakat yang memiliki banyak opsi pembayaran zakat. Seharusnya Baitulmal dapat lebih berinovasi dalam menyalurkan zakat seperti membuka akses penyaluran baru kepada masyarakat urban yang baru dijangkau melalui jejak asnaf. Pemerintah pun harus lebih mendukung dalam penyediaan akses dalam penyampaian informasi mengenai zakat.

4. Pada negara kita tentunya pengelolaan seperti ini masih dapat diterapkan apabila melihat dari karakter masyarakat yang tidak jauh berbeda dan landasan hukum Islam yang masih segaris. Namun dari struktur pemerintahan dan lembaga pengelolaan zakat yang jauh berbeda menjadikan penerapan pengelolaan zakat seperti di wilayah persekutuan Kuala Lumpur masih butuh perombakan cukup besar untuk diterapkan di Indonesia. Kiranya pemerintah dapat memfokuskan sinergi hukum zakat dengan pengelolaan yang lebih terstruktur dan jelas agar potensi zakat di negeri ini bisa dioptimalkan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Shofian. Zakat Membangun Ummah. Kuala Lumpur: Utusan Publications, 2002

Ahmad, Zainal Abidin.Dasar-Dasar Ekonomi Islam.cetakan IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1979

Al-Arif, M. Nur Rianto.Teori Makro Ekonomi Islam. Bandung: Alfabeta, 2010 Al-Habsyi, Muhammad Bagir.Fikih Praktis.Bandung: Mizan, 1999

Al-Harisi, Jaribah bin Ahmad.Fiqih Umar Bin Khatab. Jakarta: Khalifah, 2008 Ali, Muhammad Daud.Sistem Ekonomi Islam.cetakan I, Jakarta: UI Press, 1989 Ali, Nurdin Mhd. Zakat Sebagai Instrumen Kebijakan Fiskal. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2006

Al-Jarhi, Mabid Ali.Redistributive Justice in a Developed Economy: An Islamic Perspective.Jakarta: Bank Indonesia, 2004

Al-Qordhowi, Yusuf . Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Penerbit Gema Insani Press, 2006

Al-Zahayly, Wahba. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997

Amzah, Al-Qur’an Tajwid Warna dan Terjemahannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2002

Arifin, Mahamad. Pentadbiran Undang-undang Islam Di Malaysia. cetakan 1, Selangor: Dawama, 2007

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan II, Jakarta: Rineka Cipta, 1993

Assauri, Sofjan. Manajemn Pemasaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002


(4)

Bari, Abdul Aziz. Islam Dalam Perlembagaan Malaysia. Selangor: Intel Multimedia and Publication, 2005

Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta: Kencana, 2007

Fakhruddin,Fiqh dan Manajemen Zakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001 Hafidhuddin, Didin. Membangkitkan Nilai-Nilai Zakat Untuk Menyadarkan

Umat.Jakarta: FOZ, Dompet Dhuafa, Pemkot Padang, 2008

Hafidhuddin, Didin.Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani, 2002

Harahap, Sumuran. Wakaf Uang dan Prospek Ekonominya di Indonesia, Solusi Efektif Pemberantasan Pengangguran dan Kemiskinan. Jakarta: Mitra Abadi Press, 2012

Hasan, M. Ali.Zakat dan Infak. Jakarta: Kencana, 2008

Hassan, Nik Mustafa Nik. Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam.Kuala Lumpur: IKIM, 2001

Karim, Adiwarman A.Ekonomi Mikro Islam.Jakarta: Rajawali Press, 2007 Kotler, Philip.Priciples of Marketing. New Jersey: Prentice Hall, 2001

Kurnia, Hikmat. Panduan Pintar Zakat Harta Berkah, Pahala Bertambah Plus Cara Tepat & Mudah Menghitung Zakat. Jakarta: QultumMedia, 2008 Mohamed, Abdul-Wahab.“Malaysia (A Case Study of Zakah Management)”, in

el-Ashker and Sirajul Haq (eds.), Institutional Framework of Zakah: Dimensions and Implications. Jeddah: IRTI/ IDB, 1995

Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. cetakan I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001


(5)

Nurulbariyah, Oneng. Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktek Pemberdayaan Ekonomi.FAI UMJ: Wahana Kordafa, 2012

Paizin, Muhin Nor. Amlan Dakwah Zakat di Wilayah Persekutuan Malaysia: Satu Pemerhatian.Kuala Lumpur: PPZ-MAIWP, 2014

Prihartini, Faridah. Hukum Islam Zakat dan Wakaf: Teori dan Praktiknya di Indonesia.Jakarta: Papan Sinar Sinanti, 2005

Pusat Pungutan Zakat Wilayah Persekutuan, Laporan Zakat 2013. Kuala Lumpur: Pusat Pungutan Zakat Wilayah Persekutuan, 2013

Rahardja, Prathama. Pengantar Ilmu Ekonomi (Makroekonomi dan Mikroekonomi).Jakarta: Penerbit Gramedia, 2008

Rahman, Azman Ab.Keengganan Membayar Zakat: Menurut Perspektif Syarak dan Perundangan Islam di Malaysia. Negeri Sembilan: USIM, 2012 Said, Moh.Pengantar Ekonomi Islam. Pekanbaru: Suska Pers, 2008

Shihab, M. Quraish.Membumikan Al-Qur’an. cetakan I, Bandung: Mizan, 1992 Sifudin, Azwar.Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999

Sudewo, Eri. Manajemen Zakat : Tinggalkan 15 Tradisi, Terapkan 4 Prinsip Dasar. Ciputat: IMZ, 2004

Sudjiman, Panuti. Petunjuk Penelitian Karya Ilmiah. Jakarta: Kelompok 24 Pengajar Prakasa Indonesia, 1991

Swastha, Basu.Saluran Pemasaran. Yogyakarta: BPFE, 1999

Tarimin, Mujaini. Zakat Amalan dan Pengalaman di Malaysia. Kuala Lumpur: PPZ, 2012

Wibisono, Manajemen Kinerja: Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saling Perusahaan. Jakarta: Erlangga, 2006


(6)

Sumber dari Wawancara

Wawancara langsung dengan Sutera Manis binti Zamzam (Pegawai Penerangan Majelis Agama Islam Wilayah Persekutuan, MAIWP, Kuala Lumpur) 23 November 2014

Wawancara langsung dengan Muhsin Nor Paizin (Pegawai Penyelidikan Unit Penyelidikan & Pembangunan Korporat (Research & Development), PPZ, Kuala Lumpur) 24 November 2014

Sumber dari Internet

http://www.imz.or.id/new/article/85/pengelolaan-zakat-di-indonesia/?lang=id (diakses tanggal 24 Februari 2014 pukul 03.15)

http://sp.beritasatu.com/nasional/hanya-1-dari-rp-217-triliun-potensi-zakat-yang-terkumpul/57362 (diakses tanggal 24 Oktober 2014 pukul 02.26)

Pemaparan Ketua BAZNAS, Eri Sudewo, Dukung Amandemen Masuk

Prolegnas 2008

http://www.forumzakat.net/index.php?act=viewnews&id=28 (diakses pada 24 Maret 2014 pukul 15.22)

http://kprumalaysia.org/2012/01/06/prestasi-pungutan-zakat-dan-soal-tadbir-urus/(diakses pada 14 Juni 2014 pukul 05.12)