Rancang Bangun Alat Pencetak Terasi
46
Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian
Mulai
Merancang bentuk alat
Menggambar dan menentukan dimensi alat
Memilih bahan
Mengukur bahan yang akan digunakan
Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar
Merangkai alat
Pengelasan
Menggerinda permukaan yang kasar
Pengecatan
Pengujian alat
Tidak
Layak
Ya
Pengukuran parameter
Analisis data
Selesai
47
Lampiran 2. Spesifikasi Alat Pencetak Terasi
1. Dimensi alat
Panjang
= 120 cm
Lebar
= 30 cm
Tinggi
= 98 cm
2. Bahan yang digunakan
Screw press
= Stainless steel
Tabung silinder
= Stainless steel
Hopper, Saluran cetakan
= Stainless steel
Rangka
= Besi
Belt conveyor
= Kain
3. Transmisi daya pada screw press
Puli motor listrik
= 4 inch
Puli pada screw press
= 3 inch
Sabuk-V
= Tipe A
Gearbox
= 1:60
4. Transmisi daya pada belt conveyor
Puli motor listrik
= 2 inch
Puli pada belt conveyor
= 20 inch
Sabuk-V
= Tipe A
5. Motor Listrik
Tenaga
= 1 HP
Kecepatan tanpa beban
= 1400 rpm
48
Lampiran 3. Perhitungan Daya Motor
A. Gaya pada screw press
Diketahui :
Berat screw press = 3,5 kg
Gaya gravitasi = 9,8 m/s2
Ditanya :
Gaya untuk menggerakkan screw press (F)
F = m.g
= 3,5 kg x 9,8 m/s2
F = 34,3 N
Maka, gaya (F) yang diperlukan untuk menggerakkan screw press sebesar 34,3 N
B. Gaya pada bahan baku
Diketahui :
Berat bahan baku = 5 kg
Gaya gravitasi = 9,8 m/s2
Ditanya :
Gaya untuk menggerakkan bahan baku (F)
F = m.g
= 5 kg x 9,8 m/s2
F = 49 N
Maka, gaya (F) yang diperlukan untuk menggerakkan bahan baku sebesar 49 N
Jadi, total gaya keseluruhan, Ftotal = 34,3 N + 49 N = 83,3 N
C. Kecepatan sudut pada screw press
Diketahui :
Kecepatan putaran motor (n) = 1400 rpm
Diameter puli penggerak = 4 inch = 10,16 cm (R = 5,8 cm)
Ditanya :
kecepatan sudut pada screw press (ω)
2πn 2 (3,14)1400 rpm
ω=
=
= 146,53 rad/s
60
60 s
D. Daya motor
Diketahui :
F = 83,3 N
R = 0,058 m
ω = 146,53 rad/s
Ditanya :
Daya motor yang diperlukan untuk alat (P)
P=FxV
= 83,3 N (146,53 rad/s x 0,058 m)
= 707,94 Nm/s
= 707,94 watt
= 0,70794 kW
0,70794 kW
P=
= 0,94 Hp ≈ 1 Hp
0,7457
Maka daya motor (P) yang diperlukan untuk alat pencetak terasi ini sebesar 1 Hp
49
Lampiran 4. Perhitungan Transmisi Puli (Rpm)
Screw press
Diketahui :
Diameter puli penggerak (D1) = 4 inch
Diameter puli yang digerakkan (D2) = 3 inch
Kecepatan putar motor tanpa beban (S) = 1400 rpm
Speed reducer = 1:60
S1 = 1400 rpm x 1:60 = 23,33 rpm
Ditanya :
Putaran pada screw press (S2)
S1D1 = S2D2
23,33 rpm x 4 inch = S2 x 3 inch
S2 = 31,10 rpm
Maka rpm yang digunakan pada screw press adalah sebesar 31,10 rpm
Belt conveyor
Diketahui :
Diameter puli penggerak (D1) = 2 inch
Diameter puli yang digerakkan (D2) = 20 inch
Kecepatan putar motor tanpa beban (S1) = 1400 rpm
Ditanya :
Putaran pada belt conveyor (S2)
S1D1 = S2D2
1400 rpm x 2 inch = S2 x 20 inch
S2 = 140 rpm
Maka rpm yang digunakan pada belt conveyor adalah sebesar 140 rpm
50
Lampiran 5. Data Penelitian
Kapasitas Efektif Alat
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan
Berat Bahan (kg)
5
5
5
15
5
Waktu Pengolahan (jam)
0,092
0,103
0,097
0,292
0,097
Kapasitas Alat (kg/jam)
54,34
48,54
51,54
154,42
51,54
Perhitungan :
Ulangan 1
5 kg
Produk Yang Diolah
=
= 54,34 kg/jam
KEA =
0,092 jam
Waktu
Ulangan 2
Produk Yang Diolah
5 kg
KEA =
=
= 48,54 kg/jam
Waktu
0,103 jam
Ulangan 3
5 kg
Produk Yang Diolah
=
= 51,54 kg/jam
KEA =
0,097 jam
Waktu
Rendemen
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan
Berat Awal Bahan (kg)
5
5
5
15
5
Berat Bahan Terolah (kg)
3,40
3,70
3,60
10,70
3,57
Rendemen (%)
68
74
72
214
71,33
Perhitungan :
Ulangan 1
Rendemen =
Berat Bahan Yang Dihasilkan
Berat Bahan Baku
x 100% =
3,40 kg
5 kg
x 100% = 68%
Ulangan 2
Rendemen =
Berat Bahan Yang Dihasilkan
Berat Bahan Baku
x 100% =
3,70 kg
5 kg
x 100% = 74%
Ulangan 3
Rendemen =
Berat Bahan Yang Dihasilkan
Berat Bahan Baku
x 100% =
3,60 kg
5 kg
x 100% = 72%
51
Lampiran 6. Analisis Ekonomi
1. Unsur produksi
1. Biaya pembuatan alat (P)
= Rp.6.000.000
2. Umur ekonomi (n)
= 5 tahun
3. Nilai akhir alat (S)
= Rp.600.000
4. Jam kerja
= 8 jam/hari
5. Produksi/hari
= 412 kg/hari
6. Biaya operator
= Rp.80.000/hari
7. Biaya listrik
= Rp.1008,59/jam
8. Biaya perbaikan
= Rp.27,55/jam
9. Bunga modal dan asuransi
= Rp.342.000/tahun
10. Jam kerja alat per tahun
= 2352 jam/tahun (asumsi 294 hari
efektif berdasarkan tahun 2015)
2. Perhitungan biaya produksi
a. Biaya tetap (BT)
1. Biaya penyusutan (Dt)
Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)
Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Akhir Tahun ke
0
1
2
3
4
5
(P-S) (Rp)
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
(A/F, 7.5%, n)
0.1722
0.1722
0.1722
0.1722
0.1722
2. Bunga modal (7,5%) dan asuransi (2%)
I =
=
i(P)(n+1)
2n
(9,5%) Rp.6.000.000 (5+1)
2(5)
= Rp.342.000/tahun
(F/P, 7.5%, n-1)
1
1.075
1.155625
1.2423
1.3355
Dt
929.880
999.621
1.074.529
1.155.189
1.241.854
52
Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
I (Rp)/tahun
342.000
342.000
342.000
342.000
342.000
Dt (Rp)
929.880
999.621
1.074.529
1.155.189
1.241.854
Biaya tetap (Rp)/tahun
1.271.880
1.341.621
1.416.529
1.497.189
1.583.854
b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi =
=
1,2% (P-S)
x jam
1,2% (Rp.6.000.000 - Rp.600.000)
2352 jam
= Rp.27.55/jam
2. Biaya listrik
Motor listrik 1 HP = 0.746 kW
Tarif listrik PLN golongan R-1/TR (maks. 1300 VA) = Rp.1352
Biaya listrik = 0.746 kW x Rp.1.352/kWh = Rp.1008.59/jam
3. Biaya operator
Jumlah jam kerja
= 8 jam/hari
Upah kerja
= Rp.10.000/jam
Biaya Operator
= Rp.80.000
Total Biaya Tidak Tetap (BTT) = Biaya reparasi + Biaya listrik + Biaya operator
= Rp.27.55 + Rp.1008.59 + Rp.10.000
= Rp.11.036/jam
c. Biaya pencetakan terasi
Biaya pokok = [
BT
x
+ BTT] C
Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
BT
(Rp/tahun)
1.271.880
1.341.621
1.416.529
1.497.189
1.583.854
X
(jam/tahun)
2352
2352
2352
2352
2352
BTT
(Rp/jam)
11.036
11.036
11.036
11.036
11.036
C (jam/kg)
BP (Rp/kg)
0.0194
0.0194
0.0194
0.0194
0.0194
224.59
225.16
225.78
226.45
227.16
53
Lampiran 7. Break Even Point
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
Biaya tetap (F) tahun ke- 5
= Rp.1.583.854/tahun
= Rp.673.40/jam (1 tahun = 2352 jam)
= Rp.13.06/kg (1 jam = 51.54 kg)
Biaya tidak tetap (V)
= Rp.11.036
= Rp.214.12/kg (1 jam = 51.54 kg)
Penerimaan setiap produksi (R)
= Rp.500/kg (harga ini diperoleh dari
perkiraan harga di lapangan)
Alat akan mencapai break even point jika alat telah mencetak bahan sebanyak :
N=
=
F
(R-V)
Rp.1.583.854 /tahun
(Rp.500/kg - Rp.214.12/kg )
= 5540.27 kg/tahun
54
Lampiran 8. Net Present Value
Nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus: CIF-COF ≥ 0 (Layak)
Investasi
= Rp.6.000.000
Nilai akhir
= Rp.600.000
Suku bunga bank
= Rp 7.5%
Suku bunga coba-coba
= Rp 9.5%
Umur alat
= 5 tahun
Pendapatan
= Penerimaan x Kapasitas Alat x Jam Kerja Alat 1 tahun
(dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh)
= Rp.500 x 51.54 kg/jam x 2352 jam/tahun
= Rp.60.611.040/tahun
Pembiayaan
=Biaya Pokok x Kapasitas Alat x Jam Kerja Alat 1 tahun
Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun
Tahun
Biaya Pokok
(Rp/kg)
1
2
3
4
5
224.59
225.16
225.78
226.45
227.16
Kapasitas Alat
(kg/jam)
51.54
51.54
51.54
51.54
51.54
Jam kerja
(jam/tahun)
Pembiayaan
2352
2352
2352
2352
2352
27.225.267
27.294.364
27.369.521
27.450.740
27.536.808
Cash in Flow 7.5%
-
Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 7.5%,5)
= Rp.60.611.040 x 4.0459
= Rp.245.226.206
-
Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 7.5%,5)
= Rp.600.000 x 0.6966
= Rp.417.966
Jumlah Cash in Flow = Pendapatan + Nilai Akhir
= Rp.245.226.206 + Rp.417.966
= Rp.245.644.172
55
Cash out Flow 7.5%
-
Investasi
= Rp.6.000.000
-
Pembiayaan
= Biaya x (P/F, 7.5%,n)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Biaya
27.225.267
27.294.364
27.369.521
27.450.740
27.536.808
Total
(P/F, 7.5%, n)
0.9302
0.8653
0.8050
0.7488
0.6966
Pembiayaan (Rp)
25.324.943
23.617.813
22.032.464
20.555.114
19.182.140
110.712.474
Jumlah COF = Investasi + Pembiayaan
= Rp.6.000.000 + Rp.110.712.474
= Rp.116.712.474
NPV 7.5%
= CIF – COF
= Rp.245.644.172 – Rp.116.712.474
= Rp.128.931.698
Jadi besarnya nilai Net Present Value pada suku bunga bank 7.5% adalah
Rp.128.931.698 > 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan.
56
Lampiran 9. Internal Rate of Return
Dengan menggunakan metode IRR akan mendapat informasi yang
berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi
yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya
menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya
dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi.
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. Harga IRR dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
IRR = q% +
X
X- Y
(q% - p%)
Dimana:
p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
Diketahui : Suku bunga bank = Rp 7.5% dan Suku bunga coba-coba = Rp 9.5%
Cash in Flow 7.5%
-
Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 9.5%,5)
= Rp.60.611.040 x 3.8397
= Rp.232.728.210
-
Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 9.5%,5)
= Rp.600.000 x 0.6352
= Rp.381.120
Jumlah Cash in Flow = Pendapatan + Nilai Akhir
= Rp.232.728.210 + Rp.381.120
= Rp.233.109.330
57
Cash out Flow 7.5%
-
Investasi
= Rp.6.000.000
-
Pembiayaan
= Biaya x (P/F, 9.5%,n)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Biaya
27.225.267
27.294.364
27.369.521
27.450.740
27.536.808
Total
(P/F, 7.5%, n)
Pembiayaan (Rp)
0.9132
0.8340
0.7617
0.6956
0.6352
24.862.114
22.763.500
20.847.364
19.094.735
17.491.380
105.059.093
Jumlah COF = Investasi + Pembiayaan
= Rp.6.000.000 + Rp.105.059.093
= Rp.111.059.093
NPV 9.5%
= CIF – COF
= Rp.233.109.330 – Rp.111.059.093
= Rp.121.050.273
Maka dapat dihitung :
IRR
= q% +
X
X- Y
= 9.5% +
= 9.5% +
(q% - p%)
Rp.128.931.698
Rp.128.931.698 – Rp.121.050.273
Rp.128.931.698
Rp.60.634.465
= 9.5% + (16.35 x 2%)
= 9.5% + 32.7%
IRR
= 42.2 %
(2%)
(9.5% - 7.5%)
58
Lampiran 10. Gambar Alat
Tampak Samping
Tampak Depan
Tampak Atas
59
Lampiran 11. Gambar Komponen Alat
Motor Listrik
Gearbox
Puli Penggerak Poros Belt Conveyor
Belt Conveyor
60
Saluran Cetakan
Hopper
Screw press
Tabung Silinder Tampak Atas
61
Lampiran 12. Proses Pengolahan Dan Pencetakan Terasi
Penjemuran Udang Rebon
Penggilingan Udang Rebon Dengan Tambahan Garam Dan Air
Menggunakan Mesin Penggiling
Fermentasi Adonan Terasi
62
Adonan Terasi Siap Untuk Dicetak
Proses Pencetakan Adonan Terasi
Hasil Cetakan Terasi Dan Siap Untuk Dijemur
63
Terasi Yang Selesai Dipotong Menggunakan Mal Cetakan
Siap Untuk Dikemas
Terasi Yang Telah Dikemas
Bahan Yang Tertinggal Dialat
64
Lampiran 13. Gambar Teknik Alat Pencetak Terasi
65
66
67
68
69
70
71
72
Lampiran 14. Tarif Listrik
73
Lampiran 15. Suku Bunga BI Rate
74
Lampiran 16. Tabel Rumus Suku Bunga
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Z., 2006. Elemen Mesin 1. PT Refika Aditama, Bandung.
Afrianto E. dan E. Liviawaty, 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius,
Yogyakarta.
Amanto, H. dan Haryanto, 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.
Anwir., B.S., 1982. Merakit dan Membongkar (Teknik Mekanik). Penerbit
Bharatara Karya Aksara, Jakarta.
Daryanto, 1984. Dasar-dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.
Daywin, F. J., dkk., 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering.
Graha Ilmu, Jakarta.
Djoekardi, D., 1996. Mesin-Mesin Motor Induksi. Universitas Trisakti, Jakarta.
Eska, P., 2011. Higiene Sanitasi Industri Rumah Tangga Pengolahan Terasi dan
Analisa Rhodamin B Pada Terasi Berbagai Merek Di Pasar Kota Medan.
http://repository.usu.ac.id
[25 Februari 2015]
Giatman, M., 2006. Ekonomi Teknik. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hidayat, I., dkk., 1999. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. IPB
Press, Bogor.
Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya.
Legowo, A.M. dan Nurwantoro, 2004. Diktat Kuliah Analisis Pangan. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Mabie, H. H. dan F. W. Ocvirk, 1967. Mechanics dan Dinamycs of Machinery.
Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.
Nieman, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan,
Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo, Erlangga, Jakarta.
Pratomo, M. dan K. Irawanto, 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Purwaningsih, S., 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penebar Swadaya, Jakarta.
Shigley, J. E. dan L. D. Mitchell, 1999. Perencanaan Teknik Mesin. Erlangga,
Jakarta.
44
45
Smith, H. P. dan L. H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.
Soenarta, N. dan S. Furuhama, 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Stolk, J. dan C. Kross, 1981. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan
Mesin. Penerjemah Hdanersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.
Sularso dan K. Suga, 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Sularso dan K. Suga, 2004. Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Sutrisno, 1983. Disain dan Uji Teknis Prototipe Alat Penggiling Rebon dan
Pelumat Adonan Terasi, http://ipb.ac.id
[25 Februari 2015]
Suyanto, S. R., dan Mujiman, A., 2001. Budidaya Udang Windu. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Winarno, F.G., 1993. Pangan: Gizi, Teknologi, dan Konsumen. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, dimulai pada bulan April sampai dengan
bulan Agustus 2015.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja
tabung stainless steel, plat stainless steel, puli (pulley), motor listrik, stainless
steel padu (poros), sabuk-v (v-belt), baut dan mur, bantalan (bearing), speed
reducer (gearbox), belt conveyor, benang, kabel deck, cat, thinner, adonan terasi,
plastik kemasan, merk kemasan, lilin.
Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis,
meteran, mesin las, mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, water pass, kuas, palu,
tang, mal cetakan, kunci pas, kunci ring, jarum, jaring ikan, gunting, timbangan,
nampan, stopwatch, kalkulator dan kamera.
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur
(kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat
pencetak
terasi
ini.
Kemudian
dilakukan
perancangan
bentuk
dan
pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pencetak terasi. Setelah itu,
dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.
Komponen Alat
Alat pencetak yang di gunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa
komponen utama yaitu:
26
27
1. Rangka alat
Rangka alat berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat
lainnya dimana rangka alat pada alat pencetak terasi ini menggunakan besi
siku L dengan dimensi rangka alat yaitu panjang 120 cm, lebar 30 cm dan
tinggi 72 cm.
2. Motor listrik
Motor listrik berfungsi sebagai penggerak dengan daya 1 Hp, 1400 rpm
untuk menggerakkan poros screw press dan poros belt conveyor melalui
perantaraan puli dan sabuk-v.
3. Puli (pulley)
Puli (pulley) berfungsi untuk memindahkan daya dari motor listrik ke
poros screw press dan belt conveyor, ukuran puli pada alat pencetak terasi
ini adalah 4 inch untuk puli penggerak pada motor yang menggerakkan
poros screw press, 3 inch untuk puli yang digerakkan pada poros screw
press, 2 inch untuk puli penggerak pada motor yang menggerakkan poros
belt conveyor, dan 20 inch untuk puli yang digerakkan pada poros belt
conveyor.
4. Sabuk-v (v-belt)
Sabuk-v berfungsi sebagai pemindah putaran, dari puli penggerak
dipindahkan putaran ke puli pada screw press dan belt conveyor, sabuk-v
yang digunakan adalah tipe A.
5. Speed reducer (gearbox)
Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem
reduksi yang besar yang bersinggungan langsung dengan motor listrik
28
dimana rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran, untuk menghitung
perbandingan putaran pada gearbox dapat dihitung berdasarkan persamaan
(3). Perbandingan ukuran gearbox yang digunakan adalah 1:60 sehingga
putaran pada screw press 60 kali lebih lambat dibandingkan putaran pada
motor.
6. Poros
Poros yang berfungsi sebagai pemutar screw press dan belt conveyor
dibuat dari bahan yang cukup kuat sehingga poros tersebut mampu
menahan beban yang diberikan. Poros yang digunakan pada screw press
yang berfungsi sebagai dudukan ulir pada screw press dengan panjang
poros 50 cm dengan diameter poros 2 cm, dimana bahan poros yang
dipilih adalah poros stainless steel padu dengan tipe SS 304.
7. Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing) yang berfungsi sebagai penumpu poros berbeban
sehingga putaran dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama.
Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem
akan menurun karena tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pada alat ini
bantalan yang digunakan adalah bantalan anti gesek atau bantalan bola dan
rol, bantalan ini terdiri dari cincin luar dengan alur lintasan bola dan rol
dan cincin dalam memiliki lintasan yang sama.
8. Belt conveyor
Belt conveyor berfungsi sebagai wadah pengantar bahan agar bahan yang
keluar dari saluran keluaran tidak rusak karena bahan pangan yang diolah
merupakan bahan pangan jenis pasta yang memerlukan perlakuan khusus,
29
dimensi belt conveyor pada alat ini adalah panjang belt 150 cm, lebar belt
12 cm dengan tinggi jarak antar belt 9 cm.
9. Saluran pemasukan (Hopper)
Hopper berfungsi sebagai wadah untuk memasukkan bahan, hopper pada
alat ini berbentuk corong dengan diameter 17,5 cm, saluran corong
berbentuk persegi dengan sisi 8 cm, dan tinggi total hopper 15 cm. Hopper
berbentuk corong agar bahan yang berbentuk pasta dapat dengan mudah
ditekan pada saat memasukkan bahan agar bahan terdorong masuk
kedalam tabung press.
10. Tabung press (silinder pengepress)
Tabung press berfungsi sebagai wadah untuk pengepresan adonan terasi,
tabung press ini berbentuk tabung silinder yang terbuat dari silinder
stainless steel dengan diameter 11 cm dan panjang 30 cm.
11. Screw press
Screw press berfungsi sebagai penghantar dan pengepress bahan secara
perlahan menuju saluran cetakan, screw press yang digunakan dilas pada
poros stainless steel padu dengan jarak ulir 5 cm, tebal plat ulir 5 mm,
jumlah ulir 6 buah, panjang poros ulir 28 cm, diameter ulir 10 cm dan
diameter poros 4 cm.
12. Saluran cetakan
Saluran cetakan berfungsi sebagai alur keluar bahan dari alat pencetak
dengan ukuran yang telah kita tentukan agar bahan yang keluar tercetak
dengan bentuk yang seragam. Dimana saluran cetakan ini berjumlah 2
30
buah lubang saluran dengan panjang mulut saluran 3,5 cm, lebar mulut
saluran 5,5 cm dengan lebar saluran sebesar 2,5 cm pada tiap saluran.
13. Mal cetakan
Mal cetakan dibuat untuk memotong bahan yang telah dikeringkan dimana
mal cetakan ini tersusun atas pisau dengan jarak antar pisau 2,5 cm agar
bahan yang tercetak memiliki ukuran yang seragam dan proses
pengerjaannya jauh lebih cepat.
Komponen alat yang dipakai dalam penelitian ini terbuat dari bahan yang
mudah dijumpai dengan harga relatif terjangkau, dengan kualitas relatif baik.
Kerangka alat yang terbuat dari besi diharapkan mampu meyokong beban yang
dikenakan pada saat pencetakan terasi. Ukuran kerangka disusuaikan dengan
kebutuhan tempat akan alat-alat yang dirancang dan komponen lainnya.
Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan
bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.
a. Pembuatan alat
Adapun langkah-langkah dalam membuat alat pencetak terasi yaitu
sebagai berikut:
1. Merancang bentuk alat pencetak terasi.
2. Menggambar serta menentukan ukuran alat pencetak terasi.
3. Memilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pencetak terasi.
4. Melakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan.
31
5. Memotong bahan sesuai ukuran yang telah ditentukan.
6. Membentuk dan Melas plat bahan untuk membentuk kerangka alat.
7. Menggerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.
8. Merangkai komponen-komponen alat pencetak terasi.
9. Melakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan
menambah daya tarik alat.
b. Bahan yang digunakan
Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah adonan terasi udang
rebon sebanyak 15 kg. Ditimbang bahan yang akan dicetak dan diletakkan di
hopper sebanyak 5 kg lalu dicetak menjadi bentuk cetakan terasi yang diinginkan.
Prosedur Penelitian
1. Menimbang bahan (adonan terasi) sebanyak 5 kg.
2. Membentuk adonan terasi dalam ukuran bola-bola sedang agar mudah
dimasukkan kedalam hopper.
3. Menghidupkan motor listrik pada alat pencetak terasi.
4. Memasukkan bahan ke dalam hopper sambil di dorong agar bahan masuk
ke dalam silinder pengepress.
5. Menunggu bahan sampai selesai dicetak.
6. Melakukan pengujian parameter.
7. Mengulangi langkah 1-6 sebanyak tiga kali ulangan.
Proses Pencetakan Terasi
Proses pencetakan terasi pada alat pencetak terasi ini diawali dengan
menyiapkan bahan berupa adonan terasi sebanyak 15 kg kemudian bahan
ditimbang seberat 5 kg kemudian bahan dibentuk adonan dengan bentuk bola-bola
32
ukuran sedang agar bahan mudah dimasukkan kedalam hopper, hal ini dilakukan
karena adonan terasi merupakan bahan yang berbentuk pasta sehingga sulit untuk
dimasukkan secara bersamaan melainkan secara kontinyu.
Adonan yang masuk melalui hopper harus ditekan atau ditempa dengan
alat bantu berupa kayu broti agar bahan yang berbentuk pasta ini dapat masuk
untuk dapat diolah dalam silinder pengepres. Bahan yang diolah dalam silinder
pengepres akan di press dan dihaluskan oleh screw press maka bahan menjadi
kalis dan padat sehingga adonan yang keluar melalui saluran cetakan akan padat.
Bahan yang telah tercetak kemudian ditempatkan pada wadah penjemuran
untuk selanjutnya bahan dijemur hingga kering kemudian bahan dapat dipotong
dengan mal cetakan agar bahan tercetak dengan ukuran dan bentuk yang seragam
untuk kemudian dijemur kembali dan siap untuk dikemas.
Parameter Penelitian
Kapasitas efektif alat
Kapasitas efektif alat dilakukan dengan menghitung banyaknya adonan
terasi yang tercetak keluar melalui saluran cetakan (kg) tiap satuan waktu yang
dibutuhkan selama proses pencetakan (jam). Hal ini dapat dihitung berdasarkan
persamaan (4).
Rendemen
Rendemen didapat dengan menghitung berat hasil setelah pencetakan
dengan berat bahan sebelumnya. Rendemen biasanya dihitung dalam satuan
persen. Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (5).
33
Analisis ekonomi
1. Biaya pencetakan adonan terasi
Perhitungan biaya pencetakan adonan terasi dilakukan dengan cara
menjumlahkan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap,
atau lebih dikenal dengan biaya pokok. Hal ini dapat dihitung berdasarkan
persamaan (6).
a. Biaya tetap
Menurut Hidayat dkk (1999), biaya tetap terdiri dari :
-
Biaya penyusutan (metoda sinking fund). Hal ini dapat dihitung
berdasarkan persamaan (7).
-
Biaya bunga modal dan asuransi. Hal ini dapat dihitung berdasarkan
persamaan (8).
-
Biaya pajak
-
Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 1% pertahun dari nilai awalnya.
b. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari:
-
Biaya listrik (Rp/Kwh) = Rp.1.352
-
Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan
persamaan (9).
-
Biaya Operator
Biaya operator tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji
bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.
34
2. Break event point (BEP)
Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk
mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha
yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang
diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya
keuntungan. Untuk menentukan (BEP) maka dapat dihitung berdasarkan
persamaan (10).
3. Net present value (NPV)
Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode analisis
financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang
digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini
dapat dihitung berdasarkan persamaan (11).
Dengan kriteria:
-
NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan
dikembangkan.
-
NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak
menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan.
-
NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
4. Internal rate of return (IRR)
Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali
investasi yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan IRR. Hal
ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (12).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pencetak Terasi
Alat pencetak terasi ini adalah alat yang dirancang untuk mencetak adonan
terasi dengan metode pencetakan secara mekanis dimana pengoperasian alat
dilakukan oleh operator. Perancangan dan pembuatan alat ini bertujuan untuk
membantu dan mempermudah masyarakat dalam usaha pembuatan terasi, dimana
proses pencetakan terasi sangatlah penting karena dapat meningkatkan hasil jual
karena bentuk terasi yang seragam dan lebih menarik serta dapat mengurangi
waktu kerja dan mengurangi biaya tenaga kerja.
Data hasil pencetakan terasi yang dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dapat
dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Data hasil pencetakan terasi
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan
Berat Bahan
(kg)
5
5
5
15
5
Waktu Pengolahan
(jam)
0,092
0,103
0,097
0,292
0,097
Kapasitas Alat
(kg/jam)
54,34
48,54
51,54
154,42
51,54
Rendemen
(%)
68
74
72
214
71,33
Berdasarkan tabel 2 di atas untuk mencetak adonan terasi seberat 5 kg
diperlukan waktu selama 0,097 jam atau 5,82 menit sehingga diperoleh kapasitas
efektif alat pencetak terasi 51,54 kg/jam dan persentase rendemen alat sebesar
71,33%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi data hasil pencetakan terasi
seperti: kinerja alat, bahan baku dan kemampuan operator.
Kinerja alat pada saat proses pencetakan terasi sangat penting untuk
diperhatikan, hal ini dikarenakan jika salah satu komponen alat tidak bekerja
secara maksimal maka akan mempengaruhi hasil pencetakan terasi baik mutu dan
35
36
kualitas terasi yang tercetak. Perawatan dan pemeliharaan komponen alat
pencetak terasi merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum dan sesudah
pengoperasian alat.
Kemampuan operator dalam pengoperasian alat pencetak terasi juga
sangat berpengaruh terhadap data hasil pencetakan terasi, operator yang telah
mahir dalam proses pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi
dan memahami cara pengoperasian alat pencetak terasi akan dengan mudah
melakukan pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi ini
sehingga waktu pengolahan terasi dan hasil terasi yang dihasilkan jauh kebih baik
dibandingkan dengan operator yang belum mahir menggunakan alat pencetak
terasi.
Untuk memperoleh hasil pencetakan terasi secara maksimal, maka kinerja
alat pencetak terasi harus diperhatikan baik perawatan dan pemeliharaan
komponen alat dan kemampuan operator dalam pengoperasian alat pencetak terasi
juga sangat penting untuk meningkatkan hasil mutu dan kualitas terasi yang
tercetak.
Kapasitas Efektif Alat
Kapasitas efektif alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin
dalam menghasilkan suatu produk persatuan waktu. Dalam hal ini kapasitas
efektif alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya adonan terasi yang
diolah (kg) dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengolahan (jam). Data
kapasitas efektif alat dapat dilihat dari Tabel 3 berikut:
37
Tabel 3. Kapasitas efektif alat
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan
Berat Bahan (kg)
5
5
5
15
5
Waktu Pengolahan (jam)
0,092
0,103
0,097
0,292
0,097
Kapasitas Alat (kg/jam)
54,34
48,54
51,54
154,42
51,54
Kapasitas efektif alat pencetak terasi ini sebesar 51,54 kg/jam sehingga
dengan jam kerja produksi selama 8 jam kerja/hari maka alat pencetak terasi ini
dapat mencetak adonan terasi sebanyak 412 kg/hari, dengan hasil produksi yang
cukup tinggi alat pencetak terasi ini selain dapat digunakan untuk skala industri
rumah tangga dapat juga digunakan untuk skala industri pabrik.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, untuk setiap pencetakan terasi
oleh operator profesional secara manual dengan menggunakan cetakan sederhana
dibutuhkan waktu sekitar 75 detik untuk mencetak satu adonan terasi dengan berat
bahan sekitar 100 gr, maka untuk jumlah bahan seberat 5 kg dibutuhkan waktu
selama 3750 detik atau 1,041 jam, sedangkan pencetakan terasi secara mekanis
dengan menggunakan alat pencetak terasi ini untuk pencetakan sebanyak 5 kg
hanya memerlukan waktu sekitar 349,2 detik atau 0,097 jam. Oleh karena itu, alat
pencetak terasi ini merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan produksi
terasi oleh industri pengolahan terasi guna mencukupi permintaan terasi yang
semakin meningkat.
Pada penelitian ini, lama waktu pengolahan dihitung dari saat bahan
dimasukkan kedalam saluran masukan alat hingga semua bahan tercetak keluar
melalui saluran cetakan alat. Pada alat ini menunjukan bahwa kapasitas rata-rata
alat pencetak untuk pencetakan adonan terasi adalah 51,54 kg/jam. Dimana
kapasitas tertinggi terdapat pada ulangan ke 1 yaitu sebesar 54,34 kg/jam,
sedangkan kapasitas terendah terdapat pada ulangan ke 2 yaitu sebesar 48,54
38
kg/jam. Dari data tersebut dapat dilihat ada perbedaan kapasitas yang dihasilkan
walaupun dengan jumlah bahan yang sama. Perbedaan ini dapat terjadi
dikarenakan kemampuan operator dan kinerja alat juga sangat berpengaruh
terhadap angka kapasitas efektif alat ini.
Kemampuan operator dalam pengoperasian alat sangat mempengaruhi
nilai kapasitas efektif alat, proses pencetakan terasi diawali dengan memasukkan
bahan melalui saluran masukan (hopper) hanya saja karena sifat bahan dasar
adonan terasi yang berbentuk pasta (lembek) maka bahan yang dimasukkan harus
diberikan dorongan (ditempa) dengan bantuan kayu broti agar adonan terasi yang
berbentuk pasta ini dapat masuk dan terpress oleh screw press. Oleh karena itu,
jika operator kurang mahir dalam mendorong bahan melalui hopper maka waktu
yang dibutuhkan selama pengolahan akan lebih banyak sehingga akan
mempengaruhi nilai kapasitas efektif alat.
Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara berat hasil setelah pengolahan
dengan berat bahan sebelumnya dalam satuan persen (%). Penelitian ini dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan, dimana berat bahan setiap ulangan adalah 5 kg.
Rendemen pada alat ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Rendemen
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan
Berat Awal Bahan (kg)
5
5
5
15
5
Berat Bahan Terolah (kg)
3,40
3,70
3,60
10,70
3,57
Rendemen (%)
68
74
72
214
71,33
Dari tabel 4 di atas untuk alat pencetak terasi ini didapat hasil rendemen
sebesar 71,33%. Rendemen tertinggi diperoleh pada ulangan ke 2 yaitu sebesar
39
74% dan rendemen terendah diperoleh pada ulangan ke 1 yaitu sebesar 68%, hal
yang mempengaruhi besar rendemen adalah kinerja alat dan kemampuan operator.
Nilai rendemen yang dihasilkan juga dapat menunjukkan banyak atau
sedikitnya bahan (adonan terasi) yang tertinggal di alat pencetak terasi. Rendemen
merupakan perbandingan berat bahan yang tercetak dengan berat bahan sebelum
dicetak, maka jika rendemen rendah maka bahan yang tidak tercetak (tertinggal di
alat) banyak, sebaliknya jika nilai rendemen tinggi maka bahan yang tidak
tercetak (tertinggal di alat) sedikit.
Proses Pencetakan Terasi
Poses pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi ini
memiliki beberapa kendala yaitu: kecepatan belt conveyor yang lebih cepat
dibandingkan kecepatan screw press mengakibatkan bahan yang tercetak dapat
mengalami putus akibat adanya gesekan antara permukaan terasi dan permukaan
belt conveyor, kemampuan operator dalam proses pencetakan terasi ini sangat
penting demi menunjang kinerja alat serta menunjang hasil produksi pencetakan
terasi.
Pada saat penelitian, dibentuk adonan terasi dengan bentuk bola-bola
ukuran sedang agar bahan mudah dimasukkan kedalam hopper, hal ini dilakukan
karena adonan terasi merupakan bahan yang berbentuk pasta sehingga sulit untuk
dimasukkan secara bersamaan melainkan secara kontinyu.
Adonan yang masuk melalui hopper harus ditekan atau ditempa dengan
alat bantu berupa kayu broti agar bahan yang berbentuk pasta ini dapat masuk
untuk dapat diolah dalam silinder pengepres. Bahan yang diolah dalam silinder
pengepres akan di press dan dihaluskan oleh screw press maka bahan menjadi
40
kalis dan padat sehingga adonan yang keluar melalui saluran cetakan akan padat.
Oleh karena itu, kemampuan operator sangat dibutuhkan pada saat proses
pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi ini.
Bahan akan terus keluar melalui saluran cetakan selama proses pencetakan
terus berlangsung, bahan yang keluar melalui saluran cetakan akan turun dan
ditampung oleh belt conveyor agar bahan tidak rusak dan hasil cetakan masih
utuh, hanya saja putaran poros belt conveyor yang terlalu cepat mengakibatkan
bahan yang keluar terkadang akan putus akibat adanya gesekan antara adonan dan
permukaan belt conveyor oleh karena itu perlu adanya perlakuan terhadap
diameter puli pada screw press agar bahan terdorong dengan cepat sehingga
putaran pada screw press dapat mengimbangi putaran pada belt conveyor.
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan,
misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk
kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Dengan analisis ekonomi ini juga akan diperoleh hasil apakah alat ini
dapat menunjang produksi pengolahan terasi dan dapat memperoleh peningkatan
hasil produksi sehingga alat ini layak untuk di produksi secara massal.
41
Biaya pencetakan terasi
Dari penelitian yang dilakukan (Lampiran 6) diperoleh biaya untuk
mencetak terasi berbeda tiap tahun. Diperoleh pencetakan terasi sebesar
Rp.224.59/kg pada tahun pertama, Rp.225.16/kg pada tahun ke dua,
Rp.225.38/kg pada tahun ke tiga, Rp.226.45/kg pada tahun ke empat, dan
Rp.227.16 pada tahun ke lima. Hal ini disebabkan perbedaan nilai biaya
penyusutan pada tiap tahunnya sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap
tahunnya berbeda juga.
Biaya pencetakan terasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk
setiap setiap proses pencetakan terasi, biaya pencetakan terasi ini sudah mencakup
biaya modal, biaya perbaikan, biaya operator, dan biaya listrik, sehingga dengan
mengetahui biaya pencetakan terasi yang harus dikeluarkan maka kita dapat
menentukan berapa biaya (upah) yang akan dibayarkan oleh konsumen untuk
setiap kali pencetakan adonan terasi dalam proses pencetakan per kg.
Break even point
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di peroleh
nilai BEP yang diperoleh (Lampiran 7) alat ini akan mencapai titik impas apabila
telah mencetak terasi sebanyak 5540.27 kg/tahun. Menurut Waldiyono (2008),
analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat
produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang digunakan dapat membiayai
sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing).
Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan titik
impas adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan
dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi
42
ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa
adanya keuntungan.
Net present value
Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur
suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal
dalam penambahan alat pada suatu usaha maka NPV ini dapat dijadikan salah satu
alternatif dalam analisis financial.
Dari percobaan dan data yang diperoleh (Lampiran 8) pada penelitian
dapat diketahui besarnya NPV dengan suku bunga 7,5% adalah Rp.128.931.698,
Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar
ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Giatman (2006) yang
menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:
-
NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
-
NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi usaha tidak
menguntungkan
-
NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
Internal rate of return
Hasil yang didapat dari perhitungan IRR adalah
sebesar 42.2%
(Lampiran 9). Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank
tidak melebihi 42.2%, jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka
usaha ini tidak layak lagi dijalankan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank
maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas alat pencetak terasi ini adalah sebesar 51.54 kg/jam.
2. Rendemen yang didapat pada alat pencetak terasi ini adalah sebesar 71,33%.
3. Biaya untuk mencetak terasi sebesar Rp.224.59/kg pada tahun pertama,
Rp.225.16/kg pada tahun kedua, Rp.225.38/kg pada tahun ketiga,
Rp.226.45/kg pada tahun keempat, dan Rp.227.16/kg pada tahun kelima.
4. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah mencetak adonan
terasi sebanyak 5540.27 kg/tahun.
5. Net present value alat ini dengan suku bunga 7.5% adalah Rp.128.931.698
yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan.
6. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 42.2%
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jarak ulir pada screw press
sehingga rendemen dapat ditingkatkan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan putaran pada puli
penggerak screw press agar kapasitas alat dapat ditingkatkan.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan kadar air adonan
terasi agar mengetahui persentase kadar air yang sesuai untuk alat pencetak
terasi.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan komoditi yang
akan dicetak pada alat pencetak ini untuk membandingkan efektivitas alat.
43
TINJAUAN PUSTAKA
Udang Rebon
Udang diklasifikasikan ke dalam filum Arthopoda, kelas Crustacea, dan
bangsa Decapoda. Setiap udang kemudian dibagi kembali atas suku, marga, dan
jenis yang berbeda-beda. Udang juga dibedakan menurut tempat hidupnya yaitu
udang laut dan udang darat (Purwaningsih, 2000).
Dari sekian banyak jenis udang yang terdapat di perairan Indonesia, jenis
udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting antara lain
Penaeus monodon (udang windu), Penaeus merguiensis (udang putih), dan
Metapenaeus monoceros (udang dogol). Udang air tawar yang memiliki nilai
ekonomis penting antara lain Macrobranchium rosenbergii (udang galah),
Panalirus spp (udang kipas), dan lobster (udang karang) (Purwaningsih, 2000).
Udang rebon terdapat hampir diseluruh perairan Indonesia, terutama pantai
timur Sumatera, pantai barat Sumatera (Meulaboh, Air Bangis, Padang, Painan),
pantai timur Lampung, pantai utara Jawa, pantai selatan Jawa, selat Madura,
Banyuwangi, Muncar, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Pulau Laut, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Bima, Bintuni, Kepulauan Aru, dan
Laut Arafuru (Suyanto dan Mujiman, 2001)
Pengolahan Udang Rebon menjadi Terasi
Cara pembuatan terasi udang rebon sebagai berikut :
1. Pertama-tama, udang rebon dicuci dengan air bersih agar semua kotoran
terbuang. Selanjutnya udang rebon dimasukkan kedalam karung selama
semalam agar bahan baku tersebut menjadi setengah busuk.
4
5
2. Keesokan harinya udang rebon tersebut dicuci kembali dan langsung dijemur
dibawah sinar matahari sampai setengah kering (kurang lebih selama 1-2
hari). Selama penjemuran, udang rebon harus sering dibalik-balik agar
keringnya merata dan kotoran yang mungkin masih melekat dapat
dibersihkan.
3. Setelah agak kering, daging udang rebon ditumbuk sampai halus dan
dibiarkan lagi selama semalam agar protein yang terkandung didalamnya
benar-benar terurai.
4. Selanjutnya kedalam daging udang rebon ditambahkan garam secukupnya
untuk membunuh bakteri pembusuk. Jumlah garam yang ditambahkan
tergantung selera, maksimal 30% dari berat total udang rebon, agar terasi
yang diproduksi tidak terlalu asin.
5. Langkah selanjutnya adalah menggumpalkan dan membungkus bahan terasi
tersebut dengan daun pisang kering. Biarkan bahan terasi tersebut selama satu
malam agar bakteri pembusuk benar-benar mati. Setelah satu malam,
gumpalan bahan terasi tersebut dihancurkan kembali dan dijemur dibawah
sinar matahari selama 3-4 hari.
6. Terasi yang telah kering kemudian ditumbuk kembali sampai benar-benar
halus dan dibungkus kembali dengan tikar atau daun pisang kering.
Selanjutnya terasi tersebut dibiarkan kembali selama 1-4 minggu, agar proses
fermentasi dapat berlangsung secara sempurna. Proses fermentasi dapat
dianggap selesai apabila telah tercium aroma terasi yang khas.
7. Daya tahan terasi diolah dengan cara seperti diatas dapat mencapai 12 bulan.
(Afrianto dan Liviawaty, 1991).
6
Mutu Hasil Terasi Udang Rebon
Perkembangan teknologi pengolahan pangan telah memungkinkan
produksi makanan terbungkus (kemasan) dalam jumlah yang besar dengan daya
tahan yang relatif lama. Berkembangnya pembuatan makanan terolah dalam
kemasan siap pakai secara besar-besaran telah menimbulkan berbagai masalah.
Terjadinya kesalahan dalam proses pengolahan suatu produk terbungkus secara
besar-besaran dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada masyarakat luas
(Winarno, 1993).
Persyaratan mutu terasi udang rebon berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-2716.1-2009, dalam Eska (2011) dapat dilihat pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1. Persyaratan Mutu Terasi
Jenis Uji
I. Organoleptik
II. Cemaran Mikroba *
- Escherichia coli
- Salmonella
- Staphylococcus aureus
- Vibrio cholerae
III. Kimia
- Kadar Air
- Kadar Abu Tak Larut dalam Asam
- Kadar Garam
- Kadar Protein
- Kadar Karbohidrat
Satuan
Angka (1-9)
Persyaratan
Minimal 7
APM/g
Per 25 g
Koloni / g
Per 25 g
Minimal < 3
Negatif
1 x 103
Negatif
% Fraksi Massa
% Fraksi Massa
% Fraksi Massa
% Fraksi Massa
% Fraksi Massa
30-50
Maksimal 1,5
Maksimal 10
Maksimal 15
Maksimal 2
Kadang-kadang pengusaha terasi yang ingin mengeruk banyak keuntungan
dengan sengaja menambahkan tepung tapioka dan zat pewarna kedalam adonan
terasi. Tindakan demikian sangat merugikan konsumen, karena selain mutu terasi
menjadi rendah, kadang-kadang zat pewarna yang digunakan sebagai campuran
terasi banyak mengandung logam Cu atau Mg yang berbahaya bagi kesehatan
(Afrianto dan Liviawaty, 1991).
7
Teknik Pengolahan Terasi
Komposisi bahan baku terasi merupakan hal utama dalam pembuatan
terasi, terutama jika terasi dicetak menggunakan alat/mesin. Adapun komposisi
bahan baku terasi harus sesuai untuk memperoleh hasil cetakan terasi yang baik
dan memperoleh efisiensi yang maksimum. Diharapkan hasil yang diperoleh
dapat lebih optimal, dengan mengetahui komposisi bahan baku terasi yang sesuai
untuk alat pencetak terasi.
Selain bahan baku, air merupakan komponen penting dalam bahan pangan,
karena air dapat mempengaruhi kenampakan, kesegaran, tekstur, serta cita rasa
pangan. Didalam beberapa bahan pangan, air ada dalam jumlah yang relatif besar
dan pada produk pangan yang kering kandungan air perlu mendapat perhatian
secara seksama (Legowo dan Nurwantoro, 2004).
Komponen Alat Pencetak Terasi
Rangka alat
Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen alat lainnya yang
terbuat dari besi yang berbentuk siku yang akan disambung dengan menggunakan
teknik pengelasan.
Motor listrik
Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari
magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan
tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan
8
sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada
suatu kedudukan yang tetap (Soenarta dan Furuhama, 2002).
Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor
litrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan separti mesin untuk
menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas
angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996)
Setiap mesin sesudah dirakit, porosnya menonjol hingga ujung penutup
(lubang pelindung) pada sekurang-kurangnya suatu sisi supaya dapat dilengkapi
dengan sebuah cakra sabuk mesin (pulley) atau sebuah gandengan untuk
menghubungkan kesuatu pengerak mula (pada generator) atau kesuatu mesin yang
akan digerakan (Daryanto, 1984).
Menurut Soenarta dan Furuhama (2002) motor listrik mempunyai
keuntungan sebagai berikut:
1. Dapat dihidupkan hanya dengan memutar saklar.
2. Suara dan getaran tidak menjadi gangguan.
3. Udara tidak ada yang dihisap, juga tidak ada gas buang, karena itu tidak perlu
mengukur polusi lingkungannya dan membuat ventilasi. Tetapi di ruang yang
berbahaya terhadap percikan api, perlu digunakan motor listrik agar tidak
terjadi kebakaran.
Puli (pulley)
Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari
motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke v-belt dan akan memutar poros. Puli
dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk
9
konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).
Rumus yang digunakan untuk menghitung percepatan putaran atau ukuran
roda transmisi adalah:
SD(penggerak) = SD(yang digerakan) .................................................... (1)
dimana:
S
= kecepatan pulley (rpm)
D
= diameter pulley (mm)
(Smith dan Wilkes, 1990).
Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana
pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.
- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli
adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada
bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.
(Mabie dan Ocvirk, 1967).
Sabuk-v (v-belt)
Sabuk-v terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Tenunan tetoron atau semacam di pergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa
tarikan yang besar. Sabuk-v dibelitkan di keliling puli yang berbentuk v pula.
Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan
sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Transmisi dengan
menggunakan sabuk hanya dapat menghubungkan poros-poros yang dengan arah
putaran yang sama. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk
bekerja lebih halus dan tidak berisik (Sularso dan Suga, 2004).
10
Gambar 1. Konstruksi Sabuk-v
Menurut Sularso dan Suga (2004), Sabuk-v digunakan untuk menurunkan
putaran maka perbandingan yang umum di gunakan adalah:
n1/n2 = Dp/Dp ............................................................................ (2)
dimana:
n1
= putaran pulley penggerak
n2
= putaran pulley yang digerakan
Dp
= diameter pulley yang digerakan
Dp
= diameter pulley penggerak
Sabuk bentuk trapesium atau v dinamakan demikian karena sisi sabuk
dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk v. Kontak
gesekan yang terjadi antara sisi sabuk-v dengan dinding alur menyebabkan
berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang
lebih kecil dari pada sabuk yang pipih (Smith dan Wilkes, 1990).
Speed reducer
Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem
reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara
bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (output speed).
Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini
perbandingan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi.
11
i=
N1
. ........................................................................................ (3)
N2
dimana:
i
= perbandingan reduksi
N1
= input putaran (rpm)
N2
= output putaran (rpm)
(Nieman, 1982).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros untuk meneruskan daya
diklasifikasikan menjadi poros transmisi (line shaft), spindle, gandar (axle), poros
(shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).
Poros umumnya berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran bentuk
dari poros adalah silinder baik pejal maupun berongga. Namun ukuran
diameternya tidak selalu sama. Biasanya dalam permesinan, dibuat bertangga agar
bantalan, roda gigi maupun puli mempunyai dudukan dan penahan agar dapat
diperoleh ketelitian mekanisme (Pratomo dan Irawanto, 1983).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros,
yaitu:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau
tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil atau bil
Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian
Mulai
Merancang bentuk alat
Menggambar dan menentukan dimensi alat
Memilih bahan
Mengukur bahan yang akan digunakan
Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar
Merangkai alat
Pengelasan
Menggerinda permukaan yang kasar
Pengecatan
Pengujian alat
Tidak
Layak
Ya
Pengukuran parameter
Analisis data
Selesai
47
Lampiran 2. Spesifikasi Alat Pencetak Terasi
1. Dimensi alat
Panjang
= 120 cm
Lebar
= 30 cm
Tinggi
= 98 cm
2. Bahan yang digunakan
Screw press
= Stainless steel
Tabung silinder
= Stainless steel
Hopper, Saluran cetakan
= Stainless steel
Rangka
= Besi
Belt conveyor
= Kain
3. Transmisi daya pada screw press
Puli motor listrik
= 4 inch
Puli pada screw press
= 3 inch
Sabuk-V
= Tipe A
Gearbox
= 1:60
4. Transmisi daya pada belt conveyor
Puli motor listrik
= 2 inch
Puli pada belt conveyor
= 20 inch
Sabuk-V
= Tipe A
5. Motor Listrik
Tenaga
= 1 HP
Kecepatan tanpa beban
= 1400 rpm
48
Lampiran 3. Perhitungan Daya Motor
A. Gaya pada screw press
Diketahui :
Berat screw press = 3,5 kg
Gaya gravitasi = 9,8 m/s2
Ditanya :
Gaya untuk menggerakkan screw press (F)
F = m.g
= 3,5 kg x 9,8 m/s2
F = 34,3 N
Maka, gaya (F) yang diperlukan untuk menggerakkan screw press sebesar 34,3 N
B. Gaya pada bahan baku
Diketahui :
Berat bahan baku = 5 kg
Gaya gravitasi = 9,8 m/s2
Ditanya :
Gaya untuk menggerakkan bahan baku (F)
F = m.g
= 5 kg x 9,8 m/s2
F = 49 N
Maka, gaya (F) yang diperlukan untuk menggerakkan bahan baku sebesar 49 N
Jadi, total gaya keseluruhan, Ftotal = 34,3 N + 49 N = 83,3 N
C. Kecepatan sudut pada screw press
Diketahui :
Kecepatan putaran motor (n) = 1400 rpm
Diameter puli penggerak = 4 inch = 10,16 cm (R = 5,8 cm)
Ditanya :
kecepatan sudut pada screw press (ω)
2πn 2 (3,14)1400 rpm
ω=
=
= 146,53 rad/s
60
60 s
D. Daya motor
Diketahui :
F = 83,3 N
R = 0,058 m
ω = 146,53 rad/s
Ditanya :
Daya motor yang diperlukan untuk alat (P)
P=FxV
= 83,3 N (146,53 rad/s x 0,058 m)
= 707,94 Nm/s
= 707,94 watt
= 0,70794 kW
0,70794 kW
P=
= 0,94 Hp ≈ 1 Hp
0,7457
Maka daya motor (P) yang diperlukan untuk alat pencetak terasi ini sebesar 1 Hp
49
Lampiran 4. Perhitungan Transmisi Puli (Rpm)
Screw press
Diketahui :
Diameter puli penggerak (D1) = 4 inch
Diameter puli yang digerakkan (D2) = 3 inch
Kecepatan putar motor tanpa beban (S) = 1400 rpm
Speed reducer = 1:60
S1 = 1400 rpm x 1:60 = 23,33 rpm
Ditanya :
Putaran pada screw press (S2)
S1D1 = S2D2
23,33 rpm x 4 inch = S2 x 3 inch
S2 = 31,10 rpm
Maka rpm yang digunakan pada screw press adalah sebesar 31,10 rpm
Belt conveyor
Diketahui :
Diameter puli penggerak (D1) = 2 inch
Diameter puli yang digerakkan (D2) = 20 inch
Kecepatan putar motor tanpa beban (S1) = 1400 rpm
Ditanya :
Putaran pada belt conveyor (S2)
S1D1 = S2D2
1400 rpm x 2 inch = S2 x 20 inch
S2 = 140 rpm
Maka rpm yang digunakan pada belt conveyor adalah sebesar 140 rpm
50
Lampiran 5. Data Penelitian
Kapasitas Efektif Alat
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan
Berat Bahan (kg)
5
5
5
15
5
Waktu Pengolahan (jam)
0,092
0,103
0,097
0,292
0,097
Kapasitas Alat (kg/jam)
54,34
48,54
51,54
154,42
51,54
Perhitungan :
Ulangan 1
5 kg
Produk Yang Diolah
=
= 54,34 kg/jam
KEA =
0,092 jam
Waktu
Ulangan 2
Produk Yang Diolah
5 kg
KEA =
=
= 48,54 kg/jam
Waktu
0,103 jam
Ulangan 3
5 kg
Produk Yang Diolah
=
= 51,54 kg/jam
KEA =
0,097 jam
Waktu
Rendemen
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan
Berat Awal Bahan (kg)
5
5
5
15
5
Berat Bahan Terolah (kg)
3,40
3,70
3,60
10,70
3,57
Rendemen (%)
68
74
72
214
71,33
Perhitungan :
Ulangan 1
Rendemen =
Berat Bahan Yang Dihasilkan
Berat Bahan Baku
x 100% =
3,40 kg
5 kg
x 100% = 68%
Ulangan 2
Rendemen =
Berat Bahan Yang Dihasilkan
Berat Bahan Baku
x 100% =
3,70 kg
5 kg
x 100% = 74%
Ulangan 3
Rendemen =
Berat Bahan Yang Dihasilkan
Berat Bahan Baku
x 100% =
3,60 kg
5 kg
x 100% = 72%
51
Lampiran 6. Analisis Ekonomi
1. Unsur produksi
1. Biaya pembuatan alat (P)
= Rp.6.000.000
2. Umur ekonomi (n)
= 5 tahun
3. Nilai akhir alat (S)
= Rp.600.000
4. Jam kerja
= 8 jam/hari
5. Produksi/hari
= 412 kg/hari
6. Biaya operator
= Rp.80.000/hari
7. Biaya listrik
= Rp.1008,59/jam
8. Biaya perbaikan
= Rp.27,55/jam
9. Bunga modal dan asuransi
= Rp.342.000/tahun
10. Jam kerja alat per tahun
= 2352 jam/tahun (asumsi 294 hari
efektif berdasarkan tahun 2015)
2. Perhitungan biaya produksi
a. Biaya tetap (BT)
1. Biaya penyusutan (Dt)
Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)
Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Akhir Tahun ke
0
1
2
3
4
5
(P-S) (Rp)
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
(A/F, 7.5%, n)
0.1722
0.1722
0.1722
0.1722
0.1722
2. Bunga modal (7,5%) dan asuransi (2%)
I =
=
i(P)(n+1)
2n
(9,5%) Rp.6.000.000 (5+1)
2(5)
= Rp.342.000/tahun
(F/P, 7.5%, n-1)
1
1.075
1.155625
1.2423
1.3355
Dt
929.880
999.621
1.074.529
1.155.189
1.241.854
52
Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
I (Rp)/tahun
342.000
342.000
342.000
342.000
342.000
Dt (Rp)
929.880
999.621
1.074.529
1.155.189
1.241.854
Biaya tetap (Rp)/tahun
1.271.880
1.341.621
1.416.529
1.497.189
1.583.854
b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi =
=
1,2% (P-S)
x jam
1,2% (Rp.6.000.000 - Rp.600.000)
2352 jam
= Rp.27.55/jam
2. Biaya listrik
Motor listrik 1 HP = 0.746 kW
Tarif listrik PLN golongan R-1/TR (maks. 1300 VA) = Rp.1352
Biaya listrik = 0.746 kW x Rp.1.352/kWh = Rp.1008.59/jam
3. Biaya operator
Jumlah jam kerja
= 8 jam/hari
Upah kerja
= Rp.10.000/jam
Biaya Operator
= Rp.80.000
Total Biaya Tidak Tetap (BTT) = Biaya reparasi + Biaya listrik + Biaya operator
= Rp.27.55 + Rp.1008.59 + Rp.10.000
= Rp.11.036/jam
c. Biaya pencetakan terasi
Biaya pokok = [
BT
x
+ BTT] C
Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
BT
(Rp/tahun)
1.271.880
1.341.621
1.416.529
1.497.189
1.583.854
X
(jam/tahun)
2352
2352
2352
2352
2352
BTT
(Rp/jam)
11.036
11.036
11.036
11.036
11.036
C (jam/kg)
BP (Rp/kg)
0.0194
0.0194
0.0194
0.0194
0.0194
224.59
225.16
225.78
226.45
227.16
53
Lampiran 7. Break Even Point
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
Biaya tetap (F) tahun ke- 5
= Rp.1.583.854/tahun
= Rp.673.40/jam (1 tahun = 2352 jam)
= Rp.13.06/kg (1 jam = 51.54 kg)
Biaya tidak tetap (V)
= Rp.11.036
= Rp.214.12/kg (1 jam = 51.54 kg)
Penerimaan setiap produksi (R)
= Rp.500/kg (harga ini diperoleh dari
perkiraan harga di lapangan)
Alat akan mencapai break even point jika alat telah mencetak bahan sebanyak :
N=
=
F
(R-V)
Rp.1.583.854 /tahun
(Rp.500/kg - Rp.214.12/kg )
= 5540.27 kg/tahun
54
Lampiran 8. Net Present Value
Nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus: CIF-COF ≥ 0 (Layak)
Investasi
= Rp.6.000.000
Nilai akhir
= Rp.600.000
Suku bunga bank
= Rp 7.5%
Suku bunga coba-coba
= Rp 9.5%
Umur alat
= 5 tahun
Pendapatan
= Penerimaan x Kapasitas Alat x Jam Kerja Alat 1 tahun
(dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh)
= Rp.500 x 51.54 kg/jam x 2352 jam/tahun
= Rp.60.611.040/tahun
Pembiayaan
=Biaya Pokok x Kapasitas Alat x Jam Kerja Alat 1 tahun
Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun
Tahun
Biaya Pokok
(Rp/kg)
1
2
3
4
5
224.59
225.16
225.78
226.45
227.16
Kapasitas Alat
(kg/jam)
51.54
51.54
51.54
51.54
51.54
Jam kerja
(jam/tahun)
Pembiayaan
2352
2352
2352
2352
2352
27.225.267
27.294.364
27.369.521
27.450.740
27.536.808
Cash in Flow 7.5%
-
Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 7.5%,5)
= Rp.60.611.040 x 4.0459
= Rp.245.226.206
-
Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 7.5%,5)
= Rp.600.000 x 0.6966
= Rp.417.966
Jumlah Cash in Flow = Pendapatan + Nilai Akhir
= Rp.245.226.206 + Rp.417.966
= Rp.245.644.172
55
Cash out Flow 7.5%
-
Investasi
= Rp.6.000.000
-
Pembiayaan
= Biaya x (P/F, 7.5%,n)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Biaya
27.225.267
27.294.364
27.369.521
27.450.740
27.536.808
Total
(P/F, 7.5%, n)
0.9302
0.8653
0.8050
0.7488
0.6966
Pembiayaan (Rp)
25.324.943
23.617.813
22.032.464
20.555.114
19.182.140
110.712.474
Jumlah COF = Investasi + Pembiayaan
= Rp.6.000.000 + Rp.110.712.474
= Rp.116.712.474
NPV 7.5%
= CIF – COF
= Rp.245.644.172 – Rp.116.712.474
= Rp.128.931.698
Jadi besarnya nilai Net Present Value pada suku bunga bank 7.5% adalah
Rp.128.931.698 > 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan.
56
Lampiran 9. Internal Rate of Return
Dengan menggunakan metode IRR akan mendapat informasi yang
berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi
yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya
menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya
dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi.
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. Harga IRR dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
IRR = q% +
X
X- Y
(q% - p%)
Dimana:
p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
Diketahui : Suku bunga bank = Rp 7.5% dan Suku bunga coba-coba = Rp 9.5%
Cash in Flow 7.5%
-
Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 9.5%,5)
= Rp.60.611.040 x 3.8397
= Rp.232.728.210
-
Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 9.5%,5)
= Rp.600.000 x 0.6352
= Rp.381.120
Jumlah Cash in Flow = Pendapatan + Nilai Akhir
= Rp.232.728.210 + Rp.381.120
= Rp.233.109.330
57
Cash out Flow 7.5%
-
Investasi
= Rp.6.000.000
-
Pembiayaan
= Biaya x (P/F, 9.5%,n)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Biaya
27.225.267
27.294.364
27.369.521
27.450.740
27.536.808
Total
(P/F, 7.5%, n)
Pembiayaan (Rp)
0.9132
0.8340
0.7617
0.6956
0.6352
24.862.114
22.763.500
20.847.364
19.094.735
17.491.380
105.059.093
Jumlah COF = Investasi + Pembiayaan
= Rp.6.000.000 + Rp.105.059.093
= Rp.111.059.093
NPV 9.5%
= CIF – COF
= Rp.233.109.330 – Rp.111.059.093
= Rp.121.050.273
Maka dapat dihitung :
IRR
= q% +
X
X- Y
= 9.5% +
= 9.5% +
(q% - p%)
Rp.128.931.698
Rp.128.931.698 – Rp.121.050.273
Rp.128.931.698
Rp.60.634.465
= 9.5% + (16.35 x 2%)
= 9.5% + 32.7%
IRR
= 42.2 %
(2%)
(9.5% - 7.5%)
58
Lampiran 10. Gambar Alat
Tampak Samping
Tampak Depan
Tampak Atas
59
Lampiran 11. Gambar Komponen Alat
Motor Listrik
Gearbox
Puli Penggerak Poros Belt Conveyor
Belt Conveyor
60
Saluran Cetakan
Hopper
Screw press
Tabung Silinder Tampak Atas
61
Lampiran 12. Proses Pengolahan Dan Pencetakan Terasi
Penjemuran Udang Rebon
Penggilingan Udang Rebon Dengan Tambahan Garam Dan Air
Menggunakan Mesin Penggiling
Fermentasi Adonan Terasi
62
Adonan Terasi Siap Untuk Dicetak
Proses Pencetakan Adonan Terasi
Hasil Cetakan Terasi Dan Siap Untuk Dijemur
63
Terasi Yang Selesai Dipotong Menggunakan Mal Cetakan
Siap Untuk Dikemas
Terasi Yang Telah Dikemas
Bahan Yang Tertinggal Dialat
64
Lampiran 13. Gambar Teknik Alat Pencetak Terasi
65
66
67
68
69
70
71
72
Lampiran 14. Tarif Listrik
73
Lampiran 15. Suku Bunga BI Rate
74
Lampiran 16. Tabel Rumus Suku Bunga
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Z., 2006. Elemen Mesin 1. PT Refika Aditama, Bandung.
Afrianto E. dan E. Liviawaty, 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius,
Yogyakarta.
Amanto, H. dan Haryanto, 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.
Anwir., B.S., 1982. Merakit dan Membongkar (Teknik Mekanik). Penerbit
Bharatara Karya Aksara, Jakarta.
Daryanto, 1984. Dasar-dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.
Daywin, F. J., dkk., 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering.
Graha Ilmu, Jakarta.
Djoekardi, D., 1996. Mesin-Mesin Motor Induksi. Universitas Trisakti, Jakarta.
Eska, P., 2011. Higiene Sanitasi Industri Rumah Tangga Pengolahan Terasi dan
Analisa Rhodamin B Pada Terasi Berbagai Merek Di Pasar Kota Medan.
http://repository.usu.ac.id
[25 Februari 2015]
Giatman, M., 2006. Ekonomi Teknik. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hidayat, I., dkk., 1999. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. IPB
Press, Bogor.
Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya.
Legowo, A.M. dan Nurwantoro, 2004. Diktat Kuliah Analisis Pangan. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Mabie, H. H. dan F. W. Ocvirk, 1967. Mechanics dan Dinamycs of Machinery.
Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.
Nieman, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan,
Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo, Erlangga, Jakarta.
Pratomo, M. dan K. Irawanto, 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Purwaningsih, S., 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penebar Swadaya, Jakarta.
Shigley, J. E. dan L. D. Mitchell, 1999. Perencanaan Teknik Mesin. Erlangga,
Jakarta.
44
45
Smith, H. P. dan L. H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.
Soenarta, N. dan S. Furuhama, 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Stolk, J. dan C. Kross, 1981. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan
Mesin. Penerjemah Hdanersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.
Sularso dan K. Suga, 2002. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Sularso dan K. Suga, 2004. Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Sutrisno, 1983. Disain dan Uji Teknis Prototipe Alat Penggiling Rebon dan
Pelumat Adonan Terasi, http://ipb.ac.id
[25 Februari 2015]
Suyanto, S. R., dan Mujiman, A., 2001. Budidaya Udang Windu. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Winarno, F.G., 1993. Pangan: Gizi, Teknologi, dan Konsumen. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, dimulai pada bulan April sampai dengan
bulan Agustus 2015.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja
tabung stainless steel, plat stainless steel, puli (pulley), motor listrik, stainless
steel padu (poros), sabuk-v (v-belt), baut dan mur, bantalan (bearing), speed
reducer (gearbox), belt conveyor, benang, kabel deck, cat, thinner, adonan terasi,
plastik kemasan, merk kemasan, lilin.
Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis,
meteran, mesin las, mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, water pass, kuas, palu,
tang, mal cetakan, kunci pas, kunci ring, jarum, jaring ikan, gunting, timbangan,
nampan, stopwatch, kalkulator dan kamera.
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur
(kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat
pencetak
terasi
ini.
Kemudian
dilakukan
perancangan
bentuk
dan
pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pencetak terasi. Setelah itu,
dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.
Komponen Alat
Alat pencetak yang di gunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa
komponen utama yaitu:
26
27
1. Rangka alat
Rangka alat berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat
lainnya dimana rangka alat pada alat pencetak terasi ini menggunakan besi
siku L dengan dimensi rangka alat yaitu panjang 120 cm, lebar 30 cm dan
tinggi 72 cm.
2. Motor listrik
Motor listrik berfungsi sebagai penggerak dengan daya 1 Hp, 1400 rpm
untuk menggerakkan poros screw press dan poros belt conveyor melalui
perantaraan puli dan sabuk-v.
3. Puli (pulley)
Puli (pulley) berfungsi untuk memindahkan daya dari motor listrik ke
poros screw press dan belt conveyor, ukuran puli pada alat pencetak terasi
ini adalah 4 inch untuk puli penggerak pada motor yang menggerakkan
poros screw press, 3 inch untuk puli yang digerakkan pada poros screw
press, 2 inch untuk puli penggerak pada motor yang menggerakkan poros
belt conveyor, dan 20 inch untuk puli yang digerakkan pada poros belt
conveyor.
4. Sabuk-v (v-belt)
Sabuk-v berfungsi sebagai pemindah putaran, dari puli penggerak
dipindahkan putaran ke puli pada screw press dan belt conveyor, sabuk-v
yang digunakan adalah tipe A.
5. Speed reducer (gearbox)
Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem
reduksi yang besar yang bersinggungan langsung dengan motor listrik
28
dimana rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran, untuk menghitung
perbandingan putaran pada gearbox dapat dihitung berdasarkan persamaan
(3). Perbandingan ukuran gearbox yang digunakan adalah 1:60 sehingga
putaran pada screw press 60 kali lebih lambat dibandingkan putaran pada
motor.
6. Poros
Poros yang berfungsi sebagai pemutar screw press dan belt conveyor
dibuat dari bahan yang cukup kuat sehingga poros tersebut mampu
menahan beban yang diberikan. Poros yang digunakan pada screw press
yang berfungsi sebagai dudukan ulir pada screw press dengan panjang
poros 50 cm dengan diameter poros 2 cm, dimana bahan poros yang
dipilih adalah poros stainless steel padu dengan tipe SS 304.
7. Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing) yang berfungsi sebagai penumpu poros berbeban
sehingga putaran dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama.
Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem
akan menurun karena tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pada alat ini
bantalan yang digunakan adalah bantalan anti gesek atau bantalan bola dan
rol, bantalan ini terdiri dari cincin luar dengan alur lintasan bola dan rol
dan cincin dalam memiliki lintasan yang sama.
8. Belt conveyor
Belt conveyor berfungsi sebagai wadah pengantar bahan agar bahan yang
keluar dari saluran keluaran tidak rusak karena bahan pangan yang diolah
merupakan bahan pangan jenis pasta yang memerlukan perlakuan khusus,
29
dimensi belt conveyor pada alat ini adalah panjang belt 150 cm, lebar belt
12 cm dengan tinggi jarak antar belt 9 cm.
9. Saluran pemasukan (Hopper)
Hopper berfungsi sebagai wadah untuk memasukkan bahan, hopper pada
alat ini berbentuk corong dengan diameter 17,5 cm, saluran corong
berbentuk persegi dengan sisi 8 cm, dan tinggi total hopper 15 cm. Hopper
berbentuk corong agar bahan yang berbentuk pasta dapat dengan mudah
ditekan pada saat memasukkan bahan agar bahan terdorong masuk
kedalam tabung press.
10. Tabung press (silinder pengepress)
Tabung press berfungsi sebagai wadah untuk pengepresan adonan terasi,
tabung press ini berbentuk tabung silinder yang terbuat dari silinder
stainless steel dengan diameter 11 cm dan panjang 30 cm.
11. Screw press
Screw press berfungsi sebagai penghantar dan pengepress bahan secara
perlahan menuju saluran cetakan, screw press yang digunakan dilas pada
poros stainless steel padu dengan jarak ulir 5 cm, tebal plat ulir 5 mm,
jumlah ulir 6 buah, panjang poros ulir 28 cm, diameter ulir 10 cm dan
diameter poros 4 cm.
12. Saluran cetakan
Saluran cetakan berfungsi sebagai alur keluar bahan dari alat pencetak
dengan ukuran yang telah kita tentukan agar bahan yang keluar tercetak
dengan bentuk yang seragam. Dimana saluran cetakan ini berjumlah 2
30
buah lubang saluran dengan panjang mulut saluran 3,5 cm, lebar mulut
saluran 5,5 cm dengan lebar saluran sebesar 2,5 cm pada tiap saluran.
13. Mal cetakan
Mal cetakan dibuat untuk memotong bahan yang telah dikeringkan dimana
mal cetakan ini tersusun atas pisau dengan jarak antar pisau 2,5 cm agar
bahan yang tercetak memiliki ukuran yang seragam dan proses
pengerjaannya jauh lebih cepat.
Komponen alat yang dipakai dalam penelitian ini terbuat dari bahan yang
mudah dijumpai dengan harga relatif terjangkau, dengan kualitas relatif baik.
Kerangka alat yang terbuat dari besi diharapkan mampu meyokong beban yang
dikenakan pada saat pencetakan terasi. Ukuran kerangka disusuaikan dengan
kebutuhan tempat akan alat-alat yang dirancang dan komponen lainnya.
Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan
bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.
a. Pembuatan alat
Adapun langkah-langkah dalam membuat alat pencetak terasi yaitu
sebagai berikut:
1. Merancang bentuk alat pencetak terasi.
2. Menggambar serta menentukan ukuran alat pencetak terasi.
3. Memilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pencetak terasi.
4. Melakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan.
31
5. Memotong bahan sesuai ukuran yang telah ditentukan.
6. Membentuk dan Melas plat bahan untuk membentuk kerangka alat.
7. Menggerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.
8. Merangkai komponen-komponen alat pencetak terasi.
9. Melakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan
menambah daya tarik alat.
b. Bahan yang digunakan
Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah adonan terasi udang
rebon sebanyak 15 kg. Ditimbang bahan yang akan dicetak dan diletakkan di
hopper sebanyak 5 kg lalu dicetak menjadi bentuk cetakan terasi yang diinginkan.
Prosedur Penelitian
1. Menimbang bahan (adonan terasi) sebanyak 5 kg.
2. Membentuk adonan terasi dalam ukuran bola-bola sedang agar mudah
dimasukkan kedalam hopper.
3. Menghidupkan motor listrik pada alat pencetak terasi.
4. Memasukkan bahan ke dalam hopper sambil di dorong agar bahan masuk
ke dalam silinder pengepress.
5. Menunggu bahan sampai selesai dicetak.
6. Melakukan pengujian parameter.
7. Mengulangi langkah 1-6 sebanyak tiga kali ulangan.
Proses Pencetakan Terasi
Proses pencetakan terasi pada alat pencetak terasi ini diawali dengan
menyiapkan bahan berupa adonan terasi sebanyak 15 kg kemudian bahan
ditimbang seberat 5 kg kemudian bahan dibentuk adonan dengan bentuk bola-bola
32
ukuran sedang agar bahan mudah dimasukkan kedalam hopper, hal ini dilakukan
karena adonan terasi merupakan bahan yang berbentuk pasta sehingga sulit untuk
dimasukkan secara bersamaan melainkan secara kontinyu.
Adonan yang masuk melalui hopper harus ditekan atau ditempa dengan
alat bantu berupa kayu broti agar bahan yang berbentuk pasta ini dapat masuk
untuk dapat diolah dalam silinder pengepres. Bahan yang diolah dalam silinder
pengepres akan di press dan dihaluskan oleh screw press maka bahan menjadi
kalis dan padat sehingga adonan yang keluar melalui saluran cetakan akan padat.
Bahan yang telah tercetak kemudian ditempatkan pada wadah penjemuran
untuk selanjutnya bahan dijemur hingga kering kemudian bahan dapat dipotong
dengan mal cetakan agar bahan tercetak dengan ukuran dan bentuk yang seragam
untuk kemudian dijemur kembali dan siap untuk dikemas.
Parameter Penelitian
Kapasitas efektif alat
Kapasitas efektif alat dilakukan dengan menghitung banyaknya adonan
terasi yang tercetak keluar melalui saluran cetakan (kg) tiap satuan waktu yang
dibutuhkan selama proses pencetakan (jam). Hal ini dapat dihitung berdasarkan
persamaan (4).
Rendemen
Rendemen didapat dengan menghitung berat hasil setelah pencetakan
dengan berat bahan sebelumnya. Rendemen biasanya dihitung dalam satuan
persen. Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (5).
33
Analisis ekonomi
1. Biaya pencetakan adonan terasi
Perhitungan biaya pencetakan adonan terasi dilakukan dengan cara
menjumlahkan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap,
atau lebih dikenal dengan biaya pokok. Hal ini dapat dihitung berdasarkan
persamaan (6).
a. Biaya tetap
Menurut Hidayat dkk (1999), biaya tetap terdiri dari :
-
Biaya penyusutan (metoda sinking fund). Hal ini dapat dihitung
berdasarkan persamaan (7).
-
Biaya bunga modal dan asuransi. Hal ini dapat dihitung berdasarkan
persamaan (8).
-
Biaya pajak
-
Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 1% pertahun dari nilai awalnya.
b. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari:
-
Biaya listrik (Rp/Kwh) = Rp.1.352
-
Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan
persamaan (9).
-
Biaya Operator
Biaya operator tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji
bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.
34
2. Break event point (BEP)
Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk
mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha
yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang
diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya
keuntungan. Untuk menentukan (BEP) maka dapat dihitung berdasarkan
persamaan (10).
3. Net present value (NPV)
Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode analisis
financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang
digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini
dapat dihitung berdasarkan persamaan (11).
Dengan kriteria:
-
NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan
dikembangkan.
-
NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak
menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan.
-
NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
4. Internal rate of return (IRR)
Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali
investasi yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan IRR. Hal
ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (12).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pencetak Terasi
Alat pencetak terasi ini adalah alat yang dirancang untuk mencetak adonan
terasi dengan metode pencetakan secara mekanis dimana pengoperasian alat
dilakukan oleh operator. Perancangan dan pembuatan alat ini bertujuan untuk
membantu dan mempermudah masyarakat dalam usaha pembuatan terasi, dimana
proses pencetakan terasi sangatlah penting karena dapat meningkatkan hasil jual
karena bentuk terasi yang seragam dan lebih menarik serta dapat mengurangi
waktu kerja dan mengurangi biaya tenaga kerja.
Data hasil pencetakan terasi yang dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dapat
dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Data hasil pencetakan terasi
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan
Berat Bahan
(kg)
5
5
5
15
5
Waktu Pengolahan
(jam)
0,092
0,103
0,097
0,292
0,097
Kapasitas Alat
(kg/jam)
54,34
48,54
51,54
154,42
51,54
Rendemen
(%)
68
74
72
214
71,33
Berdasarkan tabel 2 di atas untuk mencetak adonan terasi seberat 5 kg
diperlukan waktu selama 0,097 jam atau 5,82 menit sehingga diperoleh kapasitas
efektif alat pencetak terasi 51,54 kg/jam dan persentase rendemen alat sebesar
71,33%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi data hasil pencetakan terasi
seperti: kinerja alat, bahan baku dan kemampuan operator.
Kinerja alat pada saat proses pencetakan terasi sangat penting untuk
diperhatikan, hal ini dikarenakan jika salah satu komponen alat tidak bekerja
secara maksimal maka akan mempengaruhi hasil pencetakan terasi baik mutu dan
35
36
kualitas terasi yang tercetak. Perawatan dan pemeliharaan komponen alat
pencetak terasi merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum dan sesudah
pengoperasian alat.
Kemampuan operator dalam pengoperasian alat pencetak terasi juga
sangat berpengaruh terhadap data hasil pencetakan terasi, operator yang telah
mahir dalam proses pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi
dan memahami cara pengoperasian alat pencetak terasi akan dengan mudah
melakukan pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi ini
sehingga waktu pengolahan terasi dan hasil terasi yang dihasilkan jauh kebih baik
dibandingkan dengan operator yang belum mahir menggunakan alat pencetak
terasi.
Untuk memperoleh hasil pencetakan terasi secara maksimal, maka kinerja
alat pencetak terasi harus diperhatikan baik perawatan dan pemeliharaan
komponen alat dan kemampuan operator dalam pengoperasian alat pencetak terasi
juga sangat penting untuk meningkatkan hasil mutu dan kualitas terasi yang
tercetak.
Kapasitas Efektif Alat
Kapasitas efektif alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin
dalam menghasilkan suatu produk persatuan waktu. Dalam hal ini kapasitas
efektif alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya adonan terasi yang
diolah (kg) dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengolahan (jam). Data
kapasitas efektif alat dapat dilihat dari Tabel 3 berikut:
37
Tabel 3. Kapasitas efektif alat
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan
Berat Bahan (kg)
5
5
5
15
5
Waktu Pengolahan (jam)
0,092
0,103
0,097
0,292
0,097
Kapasitas Alat (kg/jam)
54,34
48,54
51,54
154,42
51,54
Kapasitas efektif alat pencetak terasi ini sebesar 51,54 kg/jam sehingga
dengan jam kerja produksi selama 8 jam kerja/hari maka alat pencetak terasi ini
dapat mencetak adonan terasi sebanyak 412 kg/hari, dengan hasil produksi yang
cukup tinggi alat pencetak terasi ini selain dapat digunakan untuk skala industri
rumah tangga dapat juga digunakan untuk skala industri pabrik.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, untuk setiap pencetakan terasi
oleh operator profesional secara manual dengan menggunakan cetakan sederhana
dibutuhkan waktu sekitar 75 detik untuk mencetak satu adonan terasi dengan berat
bahan sekitar 100 gr, maka untuk jumlah bahan seberat 5 kg dibutuhkan waktu
selama 3750 detik atau 1,041 jam, sedangkan pencetakan terasi secara mekanis
dengan menggunakan alat pencetak terasi ini untuk pencetakan sebanyak 5 kg
hanya memerlukan waktu sekitar 349,2 detik atau 0,097 jam. Oleh karena itu, alat
pencetak terasi ini merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan produksi
terasi oleh industri pengolahan terasi guna mencukupi permintaan terasi yang
semakin meningkat.
Pada penelitian ini, lama waktu pengolahan dihitung dari saat bahan
dimasukkan kedalam saluran masukan alat hingga semua bahan tercetak keluar
melalui saluran cetakan alat. Pada alat ini menunjukan bahwa kapasitas rata-rata
alat pencetak untuk pencetakan adonan terasi adalah 51,54 kg/jam. Dimana
kapasitas tertinggi terdapat pada ulangan ke 1 yaitu sebesar 54,34 kg/jam,
sedangkan kapasitas terendah terdapat pada ulangan ke 2 yaitu sebesar 48,54
38
kg/jam. Dari data tersebut dapat dilihat ada perbedaan kapasitas yang dihasilkan
walaupun dengan jumlah bahan yang sama. Perbedaan ini dapat terjadi
dikarenakan kemampuan operator dan kinerja alat juga sangat berpengaruh
terhadap angka kapasitas efektif alat ini.
Kemampuan operator dalam pengoperasian alat sangat mempengaruhi
nilai kapasitas efektif alat, proses pencetakan terasi diawali dengan memasukkan
bahan melalui saluran masukan (hopper) hanya saja karena sifat bahan dasar
adonan terasi yang berbentuk pasta (lembek) maka bahan yang dimasukkan harus
diberikan dorongan (ditempa) dengan bantuan kayu broti agar adonan terasi yang
berbentuk pasta ini dapat masuk dan terpress oleh screw press. Oleh karena itu,
jika operator kurang mahir dalam mendorong bahan melalui hopper maka waktu
yang dibutuhkan selama pengolahan akan lebih banyak sehingga akan
mempengaruhi nilai kapasitas efektif alat.
Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara berat hasil setelah pengolahan
dengan berat bahan sebelumnya dalam satuan persen (%). Penelitian ini dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan, dimana berat bahan setiap ulangan adalah 5 kg.
Rendemen pada alat ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Rendemen
Ulangan
1
2
3
Jumlah
Rataan
Berat Awal Bahan (kg)
5
5
5
15
5
Berat Bahan Terolah (kg)
3,40
3,70
3,60
10,70
3,57
Rendemen (%)
68
74
72
214
71,33
Dari tabel 4 di atas untuk alat pencetak terasi ini didapat hasil rendemen
sebesar 71,33%. Rendemen tertinggi diperoleh pada ulangan ke 2 yaitu sebesar
39
74% dan rendemen terendah diperoleh pada ulangan ke 1 yaitu sebesar 68%, hal
yang mempengaruhi besar rendemen adalah kinerja alat dan kemampuan operator.
Nilai rendemen yang dihasilkan juga dapat menunjukkan banyak atau
sedikitnya bahan (adonan terasi) yang tertinggal di alat pencetak terasi. Rendemen
merupakan perbandingan berat bahan yang tercetak dengan berat bahan sebelum
dicetak, maka jika rendemen rendah maka bahan yang tidak tercetak (tertinggal di
alat) banyak, sebaliknya jika nilai rendemen tinggi maka bahan yang tidak
tercetak (tertinggal di alat) sedikit.
Proses Pencetakan Terasi
Poses pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi ini
memiliki beberapa kendala yaitu: kecepatan belt conveyor yang lebih cepat
dibandingkan kecepatan screw press mengakibatkan bahan yang tercetak dapat
mengalami putus akibat adanya gesekan antara permukaan terasi dan permukaan
belt conveyor, kemampuan operator dalam proses pencetakan terasi ini sangat
penting demi menunjang kinerja alat serta menunjang hasil produksi pencetakan
terasi.
Pada saat penelitian, dibentuk adonan terasi dengan bentuk bola-bola
ukuran sedang agar bahan mudah dimasukkan kedalam hopper, hal ini dilakukan
karena adonan terasi merupakan bahan yang berbentuk pasta sehingga sulit untuk
dimasukkan secara bersamaan melainkan secara kontinyu.
Adonan yang masuk melalui hopper harus ditekan atau ditempa dengan
alat bantu berupa kayu broti agar bahan yang berbentuk pasta ini dapat masuk
untuk dapat diolah dalam silinder pengepres. Bahan yang diolah dalam silinder
pengepres akan di press dan dihaluskan oleh screw press maka bahan menjadi
40
kalis dan padat sehingga adonan yang keluar melalui saluran cetakan akan padat.
Oleh karena itu, kemampuan operator sangat dibutuhkan pada saat proses
pencetakan terasi dengan menggunakan alat pencetak terasi ini.
Bahan akan terus keluar melalui saluran cetakan selama proses pencetakan
terus berlangsung, bahan yang keluar melalui saluran cetakan akan turun dan
ditampung oleh belt conveyor agar bahan tidak rusak dan hasil cetakan masih
utuh, hanya saja putaran poros belt conveyor yang terlalu cepat mengakibatkan
bahan yang keluar terkadang akan putus akibat adanya gesekan antara adonan dan
permukaan belt conveyor oleh karena itu perlu adanya perlakuan terhadap
diameter puli pada screw press agar bahan terdorong dengan cepat sehingga
putaran pada screw press dapat mengimbangi putaran pada belt conveyor.
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan,
misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk
kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Dengan analisis ekonomi ini juga akan diperoleh hasil apakah alat ini
dapat menunjang produksi pengolahan terasi dan dapat memperoleh peningkatan
hasil produksi sehingga alat ini layak untuk di produksi secara massal.
41
Biaya pencetakan terasi
Dari penelitian yang dilakukan (Lampiran 6) diperoleh biaya untuk
mencetak terasi berbeda tiap tahun. Diperoleh pencetakan terasi sebesar
Rp.224.59/kg pada tahun pertama, Rp.225.16/kg pada tahun ke dua,
Rp.225.38/kg pada tahun ke tiga, Rp.226.45/kg pada tahun ke empat, dan
Rp.227.16 pada tahun ke lima. Hal ini disebabkan perbedaan nilai biaya
penyusutan pada tiap tahunnya sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap
tahunnya berbeda juga.
Biaya pencetakan terasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk
setiap setiap proses pencetakan terasi, biaya pencetakan terasi ini sudah mencakup
biaya modal, biaya perbaikan, biaya operator, dan biaya listrik, sehingga dengan
mengetahui biaya pencetakan terasi yang harus dikeluarkan maka kita dapat
menentukan berapa biaya (upah) yang akan dibayarkan oleh konsumen untuk
setiap kali pencetakan adonan terasi dalam proses pencetakan per kg.
Break even point
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di peroleh
nilai BEP yang diperoleh (Lampiran 7) alat ini akan mencapai titik impas apabila
telah mencetak terasi sebanyak 5540.27 kg/tahun. Menurut Waldiyono (2008),
analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat
produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang digunakan dapat membiayai
sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing).
Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan titik
impas adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan
dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi
42
ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa
adanya keuntungan.
Net present value
Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur
suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal
dalam penambahan alat pada suatu usaha maka NPV ini dapat dijadikan salah satu
alternatif dalam analisis financial.
Dari percobaan dan data yang diperoleh (Lampiran 8) pada penelitian
dapat diketahui besarnya NPV dengan suku bunga 7,5% adalah Rp.128.931.698,
Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar
ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Giatman (2006) yang
menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:
-
NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
-
NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi usaha tidak
menguntungkan
-
NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
Internal rate of return
Hasil yang didapat dari perhitungan IRR adalah
sebesar 42.2%
(Lampiran 9). Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank
tidak melebihi 42.2%, jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka
usaha ini tidak layak lagi dijalankan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank
maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas alat pencetak terasi ini adalah sebesar 51.54 kg/jam.
2. Rendemen yang didapat pada alat pencetak terasi ini adalah sebesar 71,33%.
3. Biaya untuk mencetak terasi sebesar Rp.224.59/kg pada tahun pertama,
Rp.225.16/kg pada tahun kedua, Rp.225.38/kg pada tahun ketiga,
Rp.226.45/kg pada tahun keempat, dan Rp.227.16/kg pada tahun kelima.
4. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah mencetak adonan
terasi sebanyak 5540.27 kg/tahun.
5. Net present value alat ini dengan suku bunga 7.5% adalah Rp.128.931.698
yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan.
6. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 42.2%
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jarak ulir pada screw press
sehingga rendemen dapat ditingkatkan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan putaran pada puli
penggerak screw press agar kapasitas alat dapat ditingkatkan.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan kadar air adonan
terasi agar mengetahui persentase kadar air yang sesuai untuk alat pencetak
terasi.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan komoditi yang
akan dicetak pada alat pencetak ini untuk membandingkan efektivitas alat.
43
TINJAUAN PUSTAKA
Udang Rebon
Udang diklasifikasikan ke dalam filum Arthopoda, kelas Crustacea, dan
bangsa Decapoda. Setiap udang kemudian dibagi kembali atas suku, marga, dan
jenis yang berbeda-beda. Udang juga dibedakan menurut tempat hidupnya yaitu
udang laut dan udang darat (Purwaningsih, 2000).
Dari sekian banyak jenis udang yang terdapat di perairan Indonesia, jenis
udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting antara lain
Penaeus monodon (udang windu), Penaeus merguiensis (udang putih), dan
Metapenaeus monoceros (udang dogol). Udang air tawar yang memiliki nilai
ekonomis penting antara lain Macrobranchium rosenbergii (udang galah),
Panalirus spp (udang kipas), dan lobster (udang karang) (Purwaningsih, 2000).
Udang rebon terdapat hampir diseluruh perairan Indonesia, terutama pantai
timur Sumatera, pantai barat Sumatera (Meulaboh, Air Bangis, Padang, Painan),
pantai timur Lampung, pantai utara Jawa, pantai selatan Jawa, selat Madura,
Banyuwangi, Muncar, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Pulau Laut, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Bima, Bintuni, Kepulauan Aru, dan
Laut Arafuru (Suyanto dan Mujiman, 2001)
Pengolahan Udang Rebon menjadi Terasi
Cara pembuatan terasi udang rebon sebagai berikut :
1. Pertama-tama, udang rebon dicuci dengan air bersih agar semua kotoran
terbuang. Selanjutnya udang rebon dimasukkan kedalam karung selama
semalam agar bahan baku tersebut menjadi setengah busuk.
4
5
2. Keesokan harinya udang rebon tersebut dicuci kembali dan langsung dijemur
dibawah sinar matahari sampai setengah kering (kurang lebih selama 1-2
hari). Selama penjemuran, udang rebon harus sering dibalik-balik agar
keringnya merata dan kotoran yang mungkin masih melekat dapat
dibersihkan.
3. Setelah agak kering, daging udang rebon ditumbuk sampai halus dan
dibiarkan lagi selama semalam agar protein yang terkandung didalamnya
benar-benar terurai.
4. Selanjutnya kedalam daging udang rebon ditambahkan garam secukupnya
untuk membunuh bakteri pembusuk. Jumlah garam yang ditambahkan
tergantung selera, maksimal 30% dari berat total udang rebon, agar terasi
yang diproduksi tidak terlalu asin.
5. Langkah selanjutnya adalah menggumpalkan dan membungkus bahan terasi
tersebut dengan daun pisang kering. Biarkan bahan terasi tersebut selama satu
malam agar bakteri pembusuk benar-benar mati. Setelah satu malam,
gumpalan bahan terasi tersebut dihancurkan kembali dan dijemur dibawah
sinar matahari selama 3-4 hari.
6. Terasi yang telah kering kemudian ditumbuk kembali sampai benar-benar
halus dan dibungkus kembali dengan tikar atau daun pisang kering.
Selanjutnya terasi tersebut dibiarkan kembali selama 1-4 minggu, agar proses
fermentasi dapat berlangsung secara sempurna. Proses fermentasi dapat
dianggap selesai apabila telah tercium aroma terasi yang khas.
7. Daya tahan terasi diolah dengan cara seperti diatas dapat mencapai 12 bulan.
(Afrianto dan Liviawaty, 1991).
6
Mutu Hasil Terasi Udang Rebon
Perkembangan teknologi pengolahan pangan telah memungkinkan
produksi makanan terbungkus (kemasan) dalam jumlah yang besar dengan daya
tahan yang relatif lama. Berkembangnya pembuatan makanan terolah dalam
kemasan siap pakai secara besar-besaran telah menimbulkan berbagai masalah.
Terjadinya kesalahan dalam proses pengolahan suatu produk terbungkus secara
besar-besaran dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada masyarakat luas
(Winarno, 1993).
Persyaratan mutu terasi udang rebon berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-2716.1-2009, dalam Eska (2011) dapat dilihat pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1. Persyaratan Mutu Terasi
Jenis Uji
I. Organoleptik
II. Cemaran Mikroba *
- Escherichia coli
- Salmonella
- Staphylococcus aureus
- Vibrio cholerae
III. Kimia
- Kadar Air
- Kadar Abu Tak Larut dalam Asam
- Kadar Garam
- Kadar Protein
- Kadar Karbohidrat
Satuan
Angka (1-9)
Persyaratan
Minimal 7
APM/g
Per 25 g
Koloni / g
Per 25 g
Minimal < 3
Negatif
1 x 103
Negatif
% Fraksi Massa
% Fraksi Massa
% Fraksi Massa
% Fraksi Massa
% Fraksi Massa
30-50
Maksimal 1,5
Maksimal 10
Maksimal 15
Maksimal 2
Kadang-kadang pengusaha terasi yang ingin mengeruk banyak keuntungan
dengan sengaja menambahkan tepung tapioka dan zat pewarna kedalam adonan
terasi. Tindakan demikian sangat merugikan konsumen, karena selain mutu terasi
menjadi rendah, kadang-kadang zat pewarna yang digunakan sebagai campuran
terasi banyak mengandung logam Cu atau Mg yang berbahaya bagi kesehatan
(Afrianto dan Liviawaty, 1991).
7
Teknik Pengolahan Terasi
Komposisi bahan baku terasi merupakan hal utama dalam pembuatan
terasi, terutama jika terasi dicetak menggunakan alat/mesin. Adapun komposisi
bahan baku terasi harus sesuai untuk memperoleh hasil cetakan terasi yang baik
dan memperoleh efisiensi yang maksimum. Diharapkan hasil yang diperoleh
dapat lebih optimal, dengan mengetahui komposisi bahan baku terasi yang sesuai
untuk alat pencetak terasi.
Selain bahan baku, air merupakan komponen penting dalam bahan pangan,
karena air dapat mempengaruhi kenampakan, kesegaran, tekstur, serta cita rasa
pangan. Didalam beberapa bahan pangan, air ada dalam jumlah yang relatif besar
dan pada produk pangan yang kering kandungan air perlu mendapat perhatian
secara seksama (Legowo dan Nurwantoro, 2004).
Komponen Alat Pencetak Terasi
Rangka alat
Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen alat lainnya yang
terbuat dari besi yang berbentuk siku yang akan disambung dengan menggunakan
teknik pengelasan.
Motor listrik
Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari
magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan
tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan
8
sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada
suatu kedudukan yang tetap (Soenarta dan Furuhama, 2002).
Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor
litrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan separti mesin untuk
menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas
angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996)
Setiap mesin sesudah dirakit, porosnya menonjol hingga ujung penutup
(lubang pelindung) pada sekurang-kurangnya suatu sisi supaya dapat dilengkapi
dengan sebuah cakra sabuk mesin (pulley) atau sebuah gandengan untuk
menghubungkan kesuatu pengerak mula (pada generator) atau kesuatu mesin yang
akan digerakan (Daryanto, 1984).
Menurut Soenarta dan Furuhama (2002) motor listrik mempunyai
keuntungan sebagai berikut:
1. Dapat dihidupkan hanya dengan memutar saklar.
2. Suara dan getaran tidak menjadi gangguan.
3. Udara tidak ada yang dihisap, juga tidak ada gas buang, karena itu tidak perlu
mengukur polusi lingkungannya dan membuat ventilasi. Tetapi di ruang yang
berbahaya terhadap percikan api, perlu digunakan motor listrik agar tidak
terjadi kebakaran.
Puli (pulley)
Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari
motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke v-belt dan akan memutar poros. Puli
dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk
9
konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).
Rumus yang digunakan untuk menghitung percepatan putaran atau ukuran
roda transmisi adalah:
SD(penggerak) = SD(yang digerakan) .................................................... (1)
dimana:
S
= kecepatan pulley (rpm)
D
= diameter pulley (mm)
(Smith dan Wilkes, 1990).
Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana
pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.
- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli
adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada
bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.
(Mabie dan Ocvirk, 1967).
Sabuk-v (v-belt)
Sabuk-v terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Tenunan tetoron atau semacam di pergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa
tarikan yang besar. Sabuk-v dibelitkan di keliling puli yang berbentuk v pula.
Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan
sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Transmisi dengan
menggunakan sabuk hanya dapat menghubungkan poros-poros yang dengan arah
putaran yang sama. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk
bekerja lebih halus dan tidak berisik (Sularso dan Suga, 2004).
10
Gambar 1. Konstruksi Sabuk-v
Menurut Sularso dan Suga (2004), Sabuk-v digunakan untuk menurunkan
putaran maka perbandingan yang umum di gunakan adalah:
n1/n2 = Dp/Dp ............................................................................ (2)
dimana:
n1
= putaran pulley penggerak
n2
= putaran pulley yang digerakan
Dp
= diameter pulley yang digerakan
Dp
= diameter pulley penggerak
Sabuk bentuk trapesium atau v dinamakan demikian karena sisi sabuk
dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk v. Kontak
gesekan yang terjadi antara sisi sabuk-v dengan dinding alur menyebabkan
berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang
lebih kecil dari pada sabuk yang pipih (Smith dan Wilkes, 1990).
Speed reducer
Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem
reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara
bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (output speed).
Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini
perbandingan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi.
11
i=
N1
. ........................................................................................ (3)
N2
dimana:
i
= perbandingan reduksi
N1
= input putaran (rpm)
N2
= output putaran (rpm)
(Nieman, 1982).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros untuk meneruskan daya
diklasifikasikan menjadi poros transmisi (line shaft), spindle, gandar (axle), poros
(shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).
Poros umumnya berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran bentuk
dari poros adalah silinder baik pejal maupun berongga. Namun ukuran
diameternya tidak selalu sama. Biasanya dalam permesinan, dibuat bertangga agar
bantalan, roda gigi maupun puli mempunyai dudukan dan penahan agar dapat
diperoleh ketelitian mekanisme (Pratomo dan Irawanto, 1983).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros,
yaitu:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau
tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil atau bil