Rancang Bangun Alat Pencetak Terasi

TINJAUAN PUSTAKA

Udang Rebon
Udang diklasifikasikan ke dalam filum Arthopoda, kelas Crustacea, dan
bangsa Decapoda. Setiap udang kemudian dibagi kembali atas suku, marga, dan
jenis yang berbeda-beda. Udang juga dibedakan menurut tempat hidupnya yaitu
udang laut dan udang darat (Purwaningsih, 2000).
Dari sekian banyak jenis udang yang terdapat di perairan Indonesia, jenis
udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting antara lain
Penaeus monodon (udang windu), Penaeus merguiensis (udang putih), dan
Metapenaeus monoceros (udang dogol). Udang air tawar yang memiliki nilai
ekonomis penting antara lain Macrobranchium rosenbergii (udang galah),
Panalirus spp (udang kipas), dan lobster (udang karang) (Purwaningsih, 2000).
Udang rebon terdapat hampir diseluruh perairan Indonesia, terutama pantai
timur Sumatera, pantai barat Sumatera (Meulaboh, Air Bangis, Padang, Painan),
pantai timur Lampung, pantai utara Jawa, pantai selatan Jawa, selat Madura,
Banyuwangi, Muncar, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Pulau Laut, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Bima, Bintuni, Kepulauan Aru, dan
Laut Arafuru (Suyanto dan Mujiman, 2001)
Pengolahan Udang Rebon menjadi Terasi
Cara pembuatan terasi udang rebon sebagai berikut :

1. Pertama-tama, udang rebon dicuci dengan air bersih agar semua kotoran
terbuang. Selanjutnya udang rebon dimasukkan kedalam karung selama
semalam agar bahan baku tersebut menjadi setengah busuk.

4

5

2. Keesokan harinya udang rebon tersebut dicuci kembali dan langsung dijemur
dibawah sinar matahari sampai setengah kering (kurang lebih selama 1-2
hari). Selama penjemuran, udang rebon harus sering dibalik-balik agar
keringnya merata dan kotoran yang mungkin masih melekat dapat
dibersihkan.
3. Setelah agak kering, daging udang rebon ditumbuk sampai halus dan
dibiarkan lagi selama semalam agar protein yang terkandung didalamnya
benar-benar terurai.
4. Selanjutnya kedalam daging udang rebon ditambahkan garam secukupnya
untuk membunuh bakteri pembusuk. Jumlah garam yang ditambahkan
tergantung selera, maksimal 30% dari berat total udang rebon, agar terasi
yang diproduksi tidak terlalu asin.

5. Langkah selanjutnya adalah menggumpalkan dan membungkus bahan terasi
tersebut dengan daun pisang kering. Biarkan bahan terasi tersebut selama satu
malam agar bakteri pembusuk benar-benar mati. Setelah satu malam,
gumpalan bahan terasi tersebut dihancurkan kembali dan dijemur dibawah
sinar matahari selama 3-4 hari.
6. Terasi yang telah kering kemudian ditumbuk kembali sampai benar-benar
halus dan dibungkus kembali dengan tikar atau daun pisang kering.
Selanjutnya terasi tersebut dibiarkan kembali selama 1-4 minggu, agar proses
fermentasi dapat berlangsung secara sempurna. Proses fermentasi dapat
dianggap selesai apabila telah tercium aroma terasi yang khas.
7. Daya tahan terasi diolah dengan cara seperti diatas dapat mencapai 12 bulan.
(Afrianto dan Liviawaty, 1991).

6

Mutu Hasil Terasi Udang Rebon
Perkembangan teknologi pengolahan pangan telah memungkinkan
produksi makanan terbungkus (kemasan) dalam jumlah yang besar dengan daya
tahan yang relatif lama. Berkembangnya pembuatan makanan terolah dalam
kemasan siap pakai secara besar-besaran telah menimbulkan berbagai masalah.

Terjadinya kesalahan dalam proses pengolahan suatu produk terbungkus secara
besar-besaran dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada masyarakat luas
(Winarno, 1993).
Persyaratan mutu terasi udang rebon berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-2716.1-2009, dalam Eska (2011) dapat dilihat pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1. Persyaratan Mutu Terasi
Jenis Uji
I. Organoleptik
II. Cemaran Mikroba *
- Escherichia coli
- Salmonella
- Staphylococcus aureus
- Vibrio cholerae
III. Kimia
- Kadar Air
- Kadar Abu Tak Larut dalam Asam
- Kadar Garam
- Kadar Protein
- Kadar Karbohidrat


Satuan
Angka (1-9)

Persyaratan
Minimal 7

APM/g
Per 25 g
Koloni / g
Per 25 g

Minimal < 3
Negatif
1 x 103
Negatif

% Fraksi Massa
% Fraksi Massa
% Fraksi Massa

% Fraksi Massa
% Fraksi Massa

30-50
Maksimal 1,5
Maksimal 10
Maksimal 15
Maksimal 2

Kadang-kadang pengusaha terasi yang ingin mengeruk banyak keuntungan
dengan sengaja menambahkan tepung tapioka dan zat pewarna kedalam adonan
terasi. Tindakan demikian sangat merugikan konsumen, karena selain mutu terasi
menjadi rendah, kadang-kadang zat pewarna yang digunakan sebagai campuran
terasi banyak mengandung logam Cu atau Mg yang berbahaya bagi kesehatan
(Afrianto dan Liviawaty, 1991).

7

Teknik Pengolahan Terasi
Komposisi bahan baku terasi merupakan hal utama dalam pembuatan

terasi, terutama jika terasi dicetak menggunakan alat/mesin. Adapun komposisi
bahan baku terasi harus sesuai untuk memperoleh hasil cetakan terasi yang baik
dan memperoleh efisiensi yang maksimum. Diharapkan hasil yang diperoleh
dapat lebih optimal, dengan mengetahui komposisi bahan baku terasi yang sesuai
untuk alat pencetak terasi.
Selain bahan baku, air merupakan komponen penting dalam bahan pangan,
karena air dapat mempengaruhi kenampakan, kesegaran, tekstur, serta cita rasa
pangan. Didalam beberapa bahan pangan, air ada dalam jumlah yang relatif besar
dan pada produk pangan yang kering kandungan air perlu mendapat perhatian
secara seksama (Legowo dan Nurwantoro, 2004).
Komponen Alat Pencetak Terasi
Rangka alat
Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen alat lainnya yang
terbuat dari besi yang berbentuk siku yang akan disambung dengan menggunakan
teknik pengelasan.
Motor listrik
Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari
magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan

tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan

8

sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada
suatu kedudukan yang tetap (Soenarta dan Furuhama, 2002).
Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor
litrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan separti mesin untuk
menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas
angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996)
Setiap mesin sesudah dirakit, porosnya menonjol hingga ujung penutup
(lubang pelindung) pada sekurang-kurangnya suatu sisi supaya dapat dilengkapi
dengan sebuah cakra sabuk mesin (pulley) atau sebuah gandengan untuk
menghubungkan kesuatu pengerak mula (pada generator) atau kesuatu mesin yang
akan digerakan (Daryanto, 1984).
Menurut Soenarta dan Furuhama (2002) motor listrik mempunyai
keuntungan sebagai berikut:
1. Dapat dihidupkan hanya dengan memutar saklar.
2. Suara dan getaran tidak menjadi gangguan.

3. Udara tidak ada yang dihisap, juga tidak ada gas buang, karena itu tidak perlu
mengukur polusi lingkungannya dan membuat ventilasi. Tetapi di ruang yang
berbahaya terhadap percikan api, perlu digunakan motor listrik agar tidak
terjadi kebakaran.
Puli (pulley)
Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari
motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke v-belt dan akan memutar poros. Puli
dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk

9

konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).
Rumus yang digunakan untuk menghitung percepatan putaran atau ukuran
roda transmisi adalah:
SD(penggerak) = SD(yang digerakan) .................................................... (1)
dimana:
S

= kecepatan pulley (rpm)


D

= diameter pulley (mm)

(Smith dan Wilkes, 1990).
Pemasangan puli dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana
pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.
- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli
adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada
bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.
(Mabie dan Ocvirk, 1967).
Sabuk-v (v-belt)
Sabuk-v terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Tenunan tetoron atau semacam di pergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa
tarikan yang besar. Sabuk-v dibelitkan di keliling puli yang berbentuk v pula.
Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan
sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Transmisi dengan
menggunakan sabuk hanya dapat menghubungkan poros-poros yang dengan arah
putaran yang sama. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk

bekerja lebih halus dan tidak berisik (Sularso dan Suga, 2004).

10

Gambar 1. Konstruksi Sabuk-v
Menurut Sularso dan Suga (2004), Sabuk-v digunakan untuk menurunkan
putaran maka perbandingan yang umum di gunakan adalah:
n1/n2 = Dp/Dp ............................................................................ (2)
dimana:
n1

= putaran pulley penggerak

n2

= putaran pulley yang digerakan

Dp

= diameter pulley yang digerakan


Dp

= diameter pulley penggerak

Sabuk bentuk trapesium atau v dinamakan demikian karena sisi sabuk
dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk v. Kontak
gesekan yang terjadi antara sisi sabuk-v dengan dinding alur menyebabkan
berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang
lebih kecil dari pada sabuk yang pipih (Smith dan Wilkes, 1990).
Speed reducer
Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem
reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara
bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (output speed).
Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini
perbandingan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi.

11

i=

N1
. ........................................................................................ (3)
N2

dimana:
i

= perbandingan reduksi

N1

= input putaran (rpm)

N2

= output putaran (rpm)

(Nieman, 1982).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros untuk meneruskan daya
diklasifikasikan menjadi poros transmisi (line shaft), spindle, gandar (axle), poros
(shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).
Poros umumnya berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran bentuk
dari poros adalah silinder baik pejal maupun berongga. Namun ukuran
diameternya tidak selalu sama. Biasanya dalam permesinan, dibuat bertangga agar
bantalan, roda gigi maupun puli mempunyai dudukan dan penahan agar dapat
diperoleh ketelitian mekanisme (Pratomo dan Irawanto, 1983).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros,
yaitu:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau
tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan.

12

Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban
di atasnya.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan kekeliruan
(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis.
Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya.
Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran
kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang
terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang berhenti lama sampai batas-batas
tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difis, baja karbon konstruksi mesin yang dihasilkan dari baja yang
dideokasikan dengan ferrosilikon dan dicor. Poros-poros yang dipakai untuk
meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan
dengan kulit yang sangat tahan terhadap keausan seperti baja khrom nikel, baja

13

khrom nikel molibden, baja khrom dan baja khrom molibden, dan lain-lain.
(Sularso dan Suga, 2004).
Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros
berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara
halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan
poros serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat
bekerja secara semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan
peranannya dengan pondasi pada gedung. Bantalan radial, arah beban yang
ditumpu bantalan ini adalah gerak lurus sumbu poros, arah beban bantalan ini
sejajar sumbu poros. Bantalan gelinding khusus dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros (Sularso dan Suga, 2004).
Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:
1.

Gerakan bantalan terhadap poros
- Bantalan luncur
- Bantalan gelinding

2.

Beban terhadap poros
- Bantalan radial
- Bantalan aksial
- Bantalan gelinding khusus

(Sularso dan Suga, 2002).
Menurut Anwir (1982) bantalan dengan gesekan menggelinding memiliki
keuntungan sebagai berikut:

14

1.

Kerugian gesekan kecil, juga di waktu awal gerak

2.

Jumlah minyak pelumas yang akan digunakan sedikit

3.

Keausannya sedikit

4.

Bantalan hanya sedikit membutuhkan pengawasan

5.

Tidak mengalami kesulitan waktu percobaan berjalan

6.

Penyesuaian bantalan tidak perlu dilakukan

Belt conveyor
Belt conveyor atau sabuk konveyor adalah pesawat pengangkut yang
digunakan untuk memindahkan muatan dalam bentuk satuan atau tumpahan,
dengan arah horizontal atau membentuk sudut dakian/inklinasi dari suatu sistem
operasi yang satu ke sistem operasi yang lain dalam suatu garis proses produksi,
yang menggunakan sabuk sebagai penghantar muatannya.
Belt conveyor pada dasarnya merupakan peralatan yang cukup sederhana.
Alat tersebut terdiri dari sabuk yang tahan terhadap pengangkutan benda padat.
Sabuk yang digunakan pada belt conveyor ini dapat dibuat dari berbagai jenis
bahan misalnya dari karet, plastik, kulit ataupun logam yang tergantung dari jenis
dan sifat bahan yang akan diangkut.
Belt conveyor (sabuk konveyor) memiliki komponen utama berupa sabuk
yang berada diatas roller-roller penumpu. Sabuk digerakkan oleh motor penggerak
melalui suatu puli, sabuk bergerak secara translasi dengan melintas datar atau
miring tergantung kepada kebutuhan dan perencanaan. Material diletakkan diatas
sabuk dan bersama sabuk bergerak kesatu arah. Pada pengoperasiannya sabuk
konveyor menggunakan tenaga penggerak berupa motor listrik dengan perantara
roda gigi yang dikopel langsung ke puli penggerak. Sabuk yang berada diatas

15

roller-roller akan bergerak melintasi roller-roller dengan kecepatan sesuai putaran
dan puli penggerak.
Saluran pemasukan bahan (hopper)
Merupakan saluran pemasukan bahan untuk selanjutnya dilakukan
pengolahan dengan proses pengepresan bahan oleh screw press.
Tabung press
Tabung press berfungsi sebagai tempat pengepresan bahan dimana tabung
ini akan menentukan jumlah bahan maksimal yang berada di dalam tabung press
untuk dapat diolah. Tabung press berbentuk tabung silinder yang terbuat dari
material yang padat dan kokoh.
Screw press
Ulir penggerak digunakan untuk meneruskan gerakan secara halus dan
merata serta untuk menghasilkan gerakan linear dari gerakan berputar.
Kinematika dari gerakan ulir penggerak sama dengan gerakan kinematika dari
baut dan mur, hanya terdapat perbedaan dari geometri dari ulirnya. Sehingga ulir
penggerak memberikan aplikasi gerakan, sedang ulir baut dan mur memberikan
aplikasi sebagai pengikat. Macam-macam aplikasi dari ulir penggerak:
1. Dongkrak mobil
2. Ulir penggerak pada mesin bubut
3. Ulir penggerak pada mesin pres
4. Tempat tidur rumah sakit
5. C klem dan lain sebagainya
(Achmad, 2006).

16

Saluran cetakan
Saluran pengeluaran berfungsi untuk tempat keluaran bahan yang telah
selesai dicetak, saluran pengeluaran dibuat agar bahan yang keluar memiliki
dimensi yang sama.
Mal cetakan
Mal cetakan tersusun atas pisau-pisau pemotong yang berfungsi untuk
memotong bahan agar bahan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan, pisau
pemotong tepat berada sejajar yang disusun pada mal dengan jarak yang sama
agar menghasilkan hasil pemotongan yang seragam untuk mempermudah proses
pemotongan bahan.
Logam yang Digunakan
Baja tahan karat (stainless steel)
Logam yang digunakan merupakan logam baja tahan karat (stainless
steel). Baja tahan karat yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda.
Seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang
membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi dalam tiga
kelompok dasar, yakni :
1. Baja tahan karat ferit
Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04 % C) dan
sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu
kromium sekitar 13% - 20% dan tambahan kromium tergantung pada
tingkat ketahanan karat yang diperlukan.
2. Baja tahan karat austenit

17

Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat
tinggi, nikel akan membuat temperatur transformasinya rendah, sedangkan
kromium akan membuat kecepatan pendinginan kritisnya rendah.
3. Baja tahan karat martensit
Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon. Baja
yang mengandung 0,1 % C, 13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan
untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan.
(Amanto dan Haryanto, 1999).
Campuran yang bahan dasarnya besi yang mengandung paling sedikitnya
12 persen chromium disebut baja tak-berkarat (stainless steel). Sifat yang paling
penting dari baja ini adalah ketahanannya terhadap berbagai macam, walaupun
tidak semua, kondisi korosi. Ada empat jenis baja tak-berkarat yang ada, yaitu
ferritic-chromium steel, austentic chromium-nickel steel, dan martensitic and
precipitation hardenable stainless steel (Shigley dan Mitchell, 1999).
Hampir semua komponen alat menggunakan bahan tahan karat (stainless
steel), hal ini dikarenakan dalam proses pengolahan bahan pangan harus
menggunankan bahan yang aman untuk bahan pangan, seperti bahan yang harus
tahan terhadap korosi. Stainless steel merupakan logam tahan korosi yang umum
digunakan pada alat pengolahan bahan pangan. Komponen alat yang akan
bersentuhan langsung dengan bahan akan menggunakan stainless steel seperti
saluran pemasukan (hopper), silinder pengepres, screw press, dan saluran
pengeluaran.

18

Besi
Besi adalah logam putih seperti perak, dapat di poles, keras, dapat
ditempa, dapat dilengkungkan, dan bersifat magnetik. Besi adalah unsur yang
sangat stabil dan merupakan unsur terbanyak kedelapan di bumi ini setelah
silikon, juga merupakan unsur logam terbanyak ketiga pada lapisan kulit bumi
setelah aluminium dan silikon. Bijih besi yang banyak dikenal diantaranya
Magnetite (Fe3O4), Hermanite (Fe2O3), Siderite (FeCO3), Pirite (FeS2).
Mekanisme Pembuatan Alat
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan
dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan
sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas,
antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin
asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).
Sabuk-v dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk v. Selain koefisien
gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk-v lebih
sering dipakai (Sularso dan Suga, 2002).
Puli dapat dipasangkan antara lain secara vertikal, pemasangan puli
dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli adalah pada sumbu vertikal.
Pada pemasangan vertikal ini akan mengakibatkan getaran pada bagian
mekanisme serta penurunan umur sabuk (Mabie dan Ocvirk, 1967).
Perlu diperhatikan dalam pembuatan alat pengolahan hasil pertanian adalah
bahan yang dipakai. Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan
usaha tani bergantung pada jenis dan kualitas bahan yang digunakan untuk
pembuatannya.

Dalam

pembuatannya

terdapat

kecenderungan

konstruksi

19

peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti
dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan
biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat
sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan
yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan
dalam logam dan bukan logam (Smith dan Wilkes, 1990).
Prinsip Kerja Alat Pencetak Terasi
Alat pencetak terasi ini bekerja dengan prinsip mengempa atau mengepres
bahan dengan menggunakan screw press sehingga bahan akan terpres dan akan
keluar melalui saluran pengeluaran kemudian bahan akan tertampung oleh belt
conveyor agar bahan tidak rusak sehingga diharapkan agar hasil pencetakan sesuai
dengan ukuran yang kita inginkan dengan demikian diharapkan hasil cetakan akan
seragam bentuknya.
Kapasitas Kerja Alat
Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu
produk (contoh: ha, kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja
dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi:
Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis
sebagai berikut:
Kapasitas Alat =

Produk Yang Diolah
Waktu

.................................... (4)

20

Rendemen
Rendemen

adalah

presentase

produk

yang

didapatkan

dengan

membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehingga didapat
kehilangan berat proses pengolahan. Rendemen didapat dengan cara menimbang
berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses di bandingkan dengan berat bahan
awal.
Rendemen

=

Berat Bahan Yang Dihasilkan
Berat Bahan Baku

x 100% ............ (5)

Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang
dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin
banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak
tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan
(Soeharno, 2007).
Biaya pemakaian alat
Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).
Biaya pokok = [

BT
x

+BTT] C................................................. (6)

dimana :
BT

= total biaya tetap (Rp/tahun)

21

BTT

= total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x

= total jam kerja pertahun (jam/tahun)

C

= kapasitas alat (jam/satuan produksi)

1. Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari:
- Biaya penyusutan (metode sinking fund)
Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1) .................................................(7)
dimana:
Dt = biaya penyusutan tiap akhir tahun (Rp/tahun)
P = harga beli (Rp)
S = nilai akhir (10% dari P) (Rp)
n = perkiraan umur ekonomi (tahun)
t

= umur perkiraan mesin/alat pada permulaan tahun berikutnya

(Hidayat dkk, 1999).
- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya:
I=

i(P)(n+1)
2n

.............................................................................. (8)

dimana :
i = total persentase bunga modal dan asuransi
- Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesinmesin dan peralatan pertanian, beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya
pajak alat dan mesin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai
awalnya.

22

2. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai
sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :
Biaya reparasi =

1,2% (P-S)
x

................................................... (9)

Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini
tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji
pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Hidayat dkk, 1999).
Break even point
Break even point (BEP) adalah suatu titik atau keadaan dimana perusahaan
di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita rugi.
Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan dan kerugian sama dengan nol.
Hal ini biasa terjadi apabila perusahaan didalam operasinya menggunakan biaya
tetap dan volume penjualannya hanya cukup untuk menutupi biaya tetap dan
variabel.
Penerapan analisis BEP adalah untuk menentukan tingkat produksi agar
perusahaan berada pada titik impas. Analisis BEP dapat memberikan informasi
kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, biaya dan
tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu.
Break even point (analisis titik impas) umumnya berhubungan dengan
proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usahan yang
dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing) dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada disebelah kiri titik impas

23

maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila disebelah kanan
titik impas akan memperoleh keuntungan.
Analisis titik impas juga digunakan untuk:
1.

Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.

2.

Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi
untuk peralatan produksi.

3.

Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan)
dari dua alternatif usulan investasi

(Waldiyono, 2008).
Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk
mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha
yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang
diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya operasional dan ada keuntungan.
Untuk mendefinisikan antara titik impas pada keuntungan (P) nol dan titik impas
dengan kontribusi keuntungan, keuntungan sebelum pajak (P) yaitu:
N=

F
(R-V)

............................................................................... (10)

dimana:
F

= biaya tetap pada tahun ke- 5

R

= penerimaan setiap produksi

V

= biaya tidak tetap

(Waldiyono, 2008).

24

Net present value
Net present value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto)
pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal per
hitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke nol
dalam perhitungan cash flow investasi. Cash flow yang benefit saja
perhitungannya disebut dengan cash in flow (CIF), sedangkan jika yang
diperhitungkan hanya cash out (cost) disebut dengan cash out flow (COF).
Sementara itu NPV diperoleh dari CIF dikurangi COF, yaitu:
NPV= CIF - COF .................................................................... (11)
dimana:
CIF

= cash in flow

COF

= cash out flow

Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak secara
ekonomi atau tidak, maka diperlukan kriteria tertentu dalam merode NPV yaitu:
NPV

> 0 artinya investasi akan menguntungkan/layak

NPV

< 0 artinya investasi tidak menguntungkan

(Giatman, 2006).
Internal rate of return
Tingkat suku bunga yang menyebabkan terjadinya keseimbangan antara
pemasukan dengan pengeluaran pada suatu periode tertentu disebut dengan
internal rate of return (IRR). Dengan kata lain, IRR adalah suatu tingkat suku
bunga yang mengurangi harga sekarang dari serangkaian pemasukan dan
pengeluaran menjadi nol (Purnomo, 2004).

25

Dengan menggunakan metode internal rate of return (IRR) akan
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow
dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu.
Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam
mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi
(Giatman, 2006).
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. Harga IRR dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
IRR = p% +
dan
IRR = q% +
Dimana:



(q% - p%) (positif dan negatif)



(q% - p%) (positif dan positif). .............................. (12)

�+�

�− �

p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
(Kastaman, 2006).