Hubungan Interaksi Suami Istri dengan Kualitas Perkawinan pada Keluarga Poligami (Analisis Kasus di Kota Bekasi)

HUBUNGAN INTERAKSI SUAMI ISTRI DENGAN
KUALITAS PERKAWINAN PADA KELUARGA POLIGAMI
(Analisis Kasus di Kota Bekasi)

SALSABILA KHOTIBATUNNISA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Interaksi
Suami Istri dengan Kualitas Perkawinan pada Keluarga Poligami (Analisis Kasus
di Kota Bekasi) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014

Salsabila Khotibatunnisa
NIM I24090075

ABSTRAK
SALSABILA KHOTIBATUNNISA. Hubungan antara Interaksi Suami Istri
dengan Kualitas Perkawinan Keluarga Poligami. Dibimbing oleh HERIEN
PUSPITAWATI.
Penelitian ini menyoroti tipe perkawinan poligami, yaitu seorang suami
yang menikah dengan dua atau lebih istri yang umumnya masih cenderung rentan.
Hal ini digambarkan dengan kondisi banyaknya perceraian yang terjadi karena
praktik poligami. Penelitan ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik
keluarga poligami, interaksi suami istri dan kualitas perkawinan keluarga
poligami, serta menganalisis hubungan antara interaksi suami-istri dengan kualitas
perkawinan keluarga poligami dan perbedaan kualitas perkawinan antara istri
pertama dan istri kedua dan seterusnya, Penelitian ini mengunakan analisis
deskriptif dan inferensia (korelasi Spearman dan uji beda t-test), terhadap tiga
puluh responden yang berdomisili di Kota Bekasi dan dipilih secara purposive.

Penelitian ini menemukan bahwa interaksi suami istri keluarga poligami berada
pada kategori baik. Temuan lain dari penelitian ini adalah kondisi kualitas
perkawinan keluarga poligami yang cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan
hubungan positif signifikan antara interaksi suami istri dengan kualitas
perkawinan.
Kata kunci: interaksi suami-istri, kualitas perkawinan, poligami.

ABSTRACT
SALSABILA KHOTIBATUNNISA. The Correlation between Husband-Wife
Interaction with Marital Quality among Polygamous Families. Supervised by
HERIEN PUSPITAWATI.
This study focused on the type of polygamy that’s mean the marriage of one
husband with two or more wives. Facts showed that the number of divorces occur
because the practice of polygamy. The aims of this study were to identify
characteristics of polygamous families, husband wife’s interaction and marital
quality of polygamous families; to analyze the relationship between husband
wife’s interaction with marital quality of polygamous families. This research used
descriptive and inferential analysis (spearman correlation and different t-test). The
respondents were thirty wives of polygamous families in Bekasi who were
selected purposively. The results found that the husband-wife interaction of

polygamous families were in good condition. Marital quality of polygamous
families in this study showed good enough. There was a positive significant
relationship between marital interactions with marital quality of polygamous
families.
Keywords: husband-wife interaction, marital quality, polygamy.

HUBUNGAN INTERAKSI SUAMI ISTRI DENGAN
KUALITAS PERKAWINAN PADA KELUARGA POLIGAMI
(Analisis Kasus di Kota Bekasi)

SALSABILA KHOTIBATUNNISA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Hubungan Interaksi Suami Istri dengan Kualitas Perkawinan pada
Keluarga Poligami (Analisis Kasus di Kota Bekasi)
Nama
: Salsabila Khotibatunnisa
NIM
: I24090075

Disetujui oleh,

Dr Ir Herien Puspitawati, MSc. MSc
Pembimbing

Diketahui oleh,

Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen


Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan kenikmatan
yang tiada taranya berupa potensi dan segala fasilitas yang dilimpahkanNya
melalui berbagai mediator sehingga saya dapat merampungkan skripsi saya yang
berjudul “Hubungan Interaksi Suami-Istri dengan Kualitas Perkawinan pada
Keluarga Poligami (Analisis Kasus di Kota Bekasi)”. Ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis sampaikan dengan segenap rasa hormat kepada:
1. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, dan memberikan
ilmu-ilmunya kepada saya.
2. Dr. Ir. Diah Krisnatuti P, MS dan Alfiasari, SP, M.Si selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk
perbaikan skripsi penulis.
3. Ir. Retnaningsih, M.Si selaku dosen pemandu seminar yang telah
memberikan koreksi dan saran demi perbaikan penulisan skripsi penulis
4. Neti Hernawati, SP, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama masa

perkuliahan dan seluruh dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah
memberikan ilmu-ilmu dan pengetahuan yang berharga bagi penulis.
5. Kedua orangtua, Ayahanda Rahman Tamin dan Ibunda Suharni yang telah
membimbing dan mendidik penulis dengan penuh kasih dan cinta, dan
teruntuk enam orang saudara penulis: Kak Ahmad Yasin, Ainun
Mardhiyah, Muhammad Kholil, Shoffa Adhilah, Fathi Mubarok dan Rif’at
Basya yang selalu memberikan warna-warna indah bagi penulis.
6. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia berbagi cerita sehingga
membantu pengumpulan data untuk penelitian penulis
7. Teman-teman dan adik-adik satu bimbingan, Lela Nesvi, Merisa, Nurul
Aida, Rena Ning, Danisya, Dwi, Ilma dan Izma serta seluruh teman
seperjuangan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Angkatan
2009 dan 2010 yang senantiasa memberi semangat dan dukungan kepada
penulis.
8. Keluarga Wisma Balsem: Adinda, Anggun, Dina, Elvira, Ririn, Sri, Yuyun,
Rima, Rahma, Risa, Ilmi, Yessy, Mbak Imas yang menghiasi hari-hari
penulis selama menjalani studi. Keluarga beasiswa aktivis nusantara:
Anyes, Faizah, Dian, Hepi, Rifki, Hafidz, Ihwan atas segala inspirasinya.
Keluarga KAMMI IPB dengan segala pembelajaran kehidupan yang
begitu berharga.

Sungguh, tiada yang bisa membalas segala kebaikan bapak, ibu, dan temanteman semua kecuali Allah SWT. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat
berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Bogor, Juni 2014
Salsabila Khotibatunnisa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

5

KERANGKA PEMIKIRAN


5

METODE

8

Disain, Lokasi Dan Waktu Penelitian

8

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

8

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

9

Pengolahan dan Analisis Data


10

Definisi Operasional

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Karakteristik Responden

14

Karakteristik Keluarga Responden

14

Nilai-Nilai Keluarga


16

Fungsi Keluarga

17

Alasan Suami Melakukan Poligami Sudut Pandang Responden

18

Alasan Istri Menjadi Istri Kedua, dan seterusnya

20

Pembagian Jadwal Gilir dan Sumber Daya

21

Interaksi Suami-Istri

22

Interaksi Antaristri

22

Kualitas Perkawinan

23

Perbedaan Pembagian Jadwal dan Sumber daya, Pemenuhan Fungsi, Interaksi
Suami Istri, Interaksi Antaristri dan Kualitas Perkawinan antara istri pertama
dan istri kedua dan seterusnya
24
Hubungan Antarvariabel

25

Pembahasan Umum

27

iv

SIMPULAN DAN SARAN

29

Simpulan

29

Saran

29

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN-LAMPIRAN

32

RIWAYAT HIDUP

59

v

DAFTAR TABEL
1. Sebaran istri berdasarkan karakteristik keluarga ................................. 15
2. Sebaran istri berdasarkan perspektif terhadap nilai-nilai keluarga
dan ..................................................................................................... 16
3. Sebaran istri berdasarkan persepsinya dalam pemenuhan fungsifungsi................................................................................................. 18
4. Sebaran istri berdasarkan persepsinya mengenai alasan suami
melakukan ......................................................................................... 19
5. Sebaran istri berdasarkan alasannya menjadi istri kedua dan
seterusnya .......................................................................................... 20
6. Sebaran istri berdasarkan pembagian jadwal gilir dan sumber
daya ................................................................................................... 22
7. Sebaran istri berdasarkan interaksi suami-istri .................................... 22
8. Sebaran istri berdasarkan interaksi antaristri....................................... 23
9. Sebaran istri berdasarkan kualitas perkawinan keluarga poligami ....... 24
10. Sebaran istri berdasarkan perbedaan variabel antara istri pertama
dan ..................................................................................................... 25
11. Hubungan antara variabel-variabel penelitian ..................................... 26
12. Hubungan antara interaksi suami istri dan kualitas perkawinan .......... 27
13. Hubungan antara karakteristik responden dengan kualitas
perkawinan ........................................................................................ 27

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran hubungan interaksi suami- istri dengan
kualitas perkawinan keluarga perkawinan
2. Jumlah dan cara pengambilan contoh
3. Sebaran kategori responden
4. Sebaran jumlah istri suami

7
9
14
14

vi

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Peta Lokasi Penelitian
Studi Pustaka Pendahuluan
Hasil Penelitian Terdahulu
Data, Skala, Kronologi Kuesioner, dan Cronbach’s Alpha
Sebaran Contoh Berdasarkan Fungsi Keluarga
Sebaran Contoh Berdasarkan Pembagian Jadwal Gilir dan Sumber
daya
7. Sebaran Contoh Berdasarkan Interaksi Suami Istri
8. Sebaran Contoh Berdasarkan Interaksi Antar Istri
9. Sebaran Contoh Berdasarkan Kualitas Perkawinan
10. Hasil Uji Korelasi antar Variabel
11. In-depth Interview (Wawancara Mendalam)
12. Beberapa Pertanyaan Terbuka

32
33
39
45
49
50
51
52
53
54
55
58

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keluarga merupakan struktur organisasi terkecil dalam tata susunan
masyarakat. Keluarga menurut para ahli merupakan unit sosial ekonomi terkecil
dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi
(Pupitawati, 2012). Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 52 Tahun
2009 mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami istri, atau suami istri dan anak, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Terbentuknya sebuah keluarga diawali dengan adanya perkawinan.
Perkawinan menurut Strong dan DeVault (1986) adalah persatuan antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan yang diakui oleh masyarakat dan mereka
melakukan kerjasama dalam mencukupi kebutuhan ekonomi serta melakukan
hubungan seksual. Variasi jenis perkawinan berdasarkan jumlah pasangan
menurut Reiss (1988) adalah monogami (perkawinan antara satu laki-laki dengan
satu perempuan) dan poligami (perkawinan antara satu laki-laki dengan lebih dari
satu perempuan). Poligami terdapat dua macam yaitu poligini yang merupakan
perkawinan antara seorang laki-laki dengan beberapa orang perempuan dan
poliandri yaitu perkawinan antara seorang perempuan dengan beberapa orang
laki-laki.
Banyak hal yang melatarbelakangi praktik perkawinan poligami. Penelitian
Al Krenawi dan Slonim-Nevo (2006) menemukan bahwa diantara alasan seorang
suami untuk berpoligami adalah untuk mendapatkan banyak keturunan sehingga
kedudukan keluarga menjadi lebih terangkat. Selain hal tersebut, berbagai alasan
seperti menjaga kehormatan keluarga, cinta hingga menjalankan Sunnah Nabi
menjadi latar belakang bagi seorang suami untuk memiliki istri lebih dari satu
orang (Al Krenawi dan Slonim-Nevo 2006). Pada penelitian yang sama juga
menemukan beberapa faktor yang mendorong seorang perempuan memutuskan
untuk menjadi istri kedua diantaranya karena dijodohkan dan cinta. Alasan
seorang suami maupun istri untuk melakukan praktik poligami berkaitan dengan
bagaimana persepsi pasangan tersebut terhadap nilai-nilai keluarga. Penelitian
Troy (2008) menemukan bahwa perempuan yang memahami fungsi dari sebuah
keluarga dan memahami arti sebuah perkawinan cenderung memiliki kualitas
perkawinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang tidak
memahami. Dalam memahami berbagai fungsi di dalam keluarga, penting bagi
pasangan untuk melakukan komunikasi dan interaksi. Praktik poligami menuntut
suami untuk melakukan pembagian peran yang lebih kompleks dalam hal
pembagian sumberdaya, waktu dan penjalanan fungsi-fungsi keluarga agar
berjalan sesuai dengan syarat-syarat berpoligami dalam Undang-Undang dan juga
peraturan Agama Islam.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan pada dasarnya menganut asas perkawinan monogami, namun
Undang-Undang ini membuka jalan bagi para lelaki yang ingin beristri lebih dari
satu orang atau berpoligami. Hal ini tercermin pada isi Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Pasal 3 Ayat 1 yang menyatakan pada azasnya dalam suatu
perkawinan seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang istri dan seorang

2

perempuan hanya boleh mempunyai seorang suami. Pada Ayat 2 pasal ini
dinyatakan Pengadilan Agama dapat memberi izin kepada seorang suami untuk
beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak yang bersangkutan.
Peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Pasal
empat Ayat 2 mensyaratkan bahwa dalam melakukan praktik berpoligami harus
dilakukan dengan adanya sikap yang adil dari suami dalam memperlakukan istriistrinya. Konsep keadilan dalam berpoligami akan mendatangkan manfaat bukan
hanya bagi keluarga, namun juga bagi masyarkat. Beberapa manfaat poligami
menurut Aedy (2007) diantaranya mampu meningkatkan ekonomi masyarakat;
poligami menuntut adanya jaminan suami untuk mampu memenuhi kebutuhan
bagi istri-istrinya secara adil, pembagian sumber daya secara adil mampu
meningkatkan ekonomi masyarakat. Aedy (2007) menyatakan poligami juga
memberikan peranan untuk mengurangi kesenjangan sosial serta meminimalkan
perselingkuhan dan perzinahan. Poligami pada dasarnya memberikan manfaat
pada berbagai pihak jika suami mampu bersikap adil kepada istri-istri dan anakanaknya serta mampu mendidik dan memberikan pemahaman kepada istri-istri
dan anak-anaknya.
Ketidakadilan pada praktik poligami akan mendatangkan berbagai dampak
negatif khususnya bagi perempuan dan anaknya seperti perceraian dan
menurunnya prestasi belajar pada anak. Hasil penelitian-penelitian terdahulu
menggambarkan perempuan pada keluarga poligami cenderung memiliki
permasalahan kesehatan baik kesehatan fisik maupun psikologis. Penelitian Al
Krenawi (2010) menggambarkan bahwa perempuan pada keluarga poligami
cenderung memiliki kepercayaan diri dan kondisi kesehatan mental yang lebih
rendah dibandingkan dengan perempuan pada keluarga monogami. Penelitian
lainnya menggambarkan poligami memberikan dampak pada gejala-gejala
psikologis seperti gangguan jiwa, gangguan pikiran dan tekanan, depresi, fobia,
kegelisahan yang berlebih, keinginan bunuh diri bagi perempuan pada keluarga
poligami (Al Krenawi dan Graham 2006; Al Krenawi dan Solonim-Nevo 2006).
Hasil penelitian Al Krenawi (2010) menggambarkan perempuan keluarga
poligami cenderung memiliki banyak permasalahan pada aspek fungsi-fungsi
keluarga serta tingkat kepuasan terhadap hidup dan perkawinan yang cenderung
rendah.
Poligami selain memberikan dampak negatif pada perempuan juga
memberikan dampak negatif bagi anak. Al Shamsi dan Fulcher (2005)
menemukan bahwa prestasi akademik anak setelah ayah mereka menikah lagi
cenderung lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Al Krenawi dan Lightman
(2000) juga menemukan hal yang sama yaitu anak-anak pada keluarga poligami
memiliki prestasi akademik yang lebih rendah dan permasalahan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak lainnya pada keluarga monogami. Dampak negatif lain
dari poligami bagi anak diantaranya mengganggu kesehatan mental dan tingkat
kepercayaan diri (self esteem) anak yang cenderung lebih rendah (Al Krenawi et
al. 2002).
Fakta-fakta yang terjadi menggambarkan bahwa keluarga poligami
cenderung masih belum sukses dalam mengelola rumah tangganya. Kesuksesan
menjalankan keluarga poligami akan membawa pada keharmonisan dan
kesuksesan di dalam keluarga, sehingga keluarga mampu menjalankan fungsinya
dengan baik. Indikator keluarga harmonis salah satunya adalah terwujudnya

3

perkawinan yang berkualitas. Kualitas perkawinan keluarga berkaitan dengan
kebahagiaan masing-masing pasangan baik suami maupun istri pada
perkawinannya sehingga menimbulkan kepuasan pasangan terhadap
perkawinannya. Kualitas perkawinan menurut Conger dan Elder (1994) terdiri
dari dua dimensi yaitu kebahagiaan perkawinan dan kepuasan perkawinan.
Elemen terpenting yang dapat menentukan kualitas perkawinan adalah
komunikasi (Kammeyer 1987). Pada keluarga poligami, interaksi yang terjalin
bukan hanya antara suami dengan istri namun juga antara istri-istri suami.
Perumusan Masalah
Poligami merupakan salah satu jenis perkawinan antara seorang laki-laki
dengan lebih dari satu istri. Salah satu faktor penting dalam melakukan poligami
adalah adil. Konsep adil sebagai syarat dalam perkawinan berpoligami
berdasarkan berbagai penafsiran ulama mencakup hal-hal yang bersifat material
dan terukur seperti pembagian harta atau uang belanja, warisan, perhatian dan
juga waktu gilir kunjungan suami ke istri-istrinya (Harun 2007). Ali et al. (2004)
dalam Profanter dan Ryan-Cate (2009) mengatakan bahwa konsep keadilan
berkaitan dengan adil dalam hal ekonomi, emosi dan sosial. Kerentanan pada
keluarga poligami umumnya terjadi karena pembagian alokasi waktu, sumber
daya maupun fungsi-fungsi keluarga yang dilakukan oleh suami tidak adil
(proporsional). Hasil penelitian Profanter dan Ryan-Cate (2009) menggambarkan
suami yang merasa telah bersikap adil pada istri-istrinya cenderung merasakan hal
yang positif dari pernikahan-pernikahan berikutnya walaupun terkadang
merasakan dampak negatif, namun pada suami yang merasa berlum mampu
bersikap adil pada istri-istrinya cenderung merasakan lebih banyak dampak
negatif dari praktik poligini yang dilakukannya.
Praktik konsep adil dalam poligami masih dinilai sangat minim, hal ini
tercermin dalam berbagai kasus yang merugikan salah satu pihak, umumnya
perempuan. Perempuan pada keluarga poligami cenderung lebih rendah dalam hal
kebahagiaan, penampilan diri dan cenderung lebih sering merasa sendiri (Al
Krenawi 2001). Perkembangan penelitian mengenai kondisi kesehatan mental istri
keluarga poligami menempatkan perempuan pada tingkat resiko yang tinggi
dalam hal kesehatan mental (Al Krenawi dan Graham 2006), gangguan psikis
(Chaleby 1985) kekerasan (Hassouneh-Phillips 2001). Hasil penelitian Daoud et
al. (2013) yang menggambarkan perempuan pada keluarga poligami cenderung
memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dan kondisi kesehatan yang lebih
rendah dibandingkan dengan perempuan pada keluarga monogami.
Aplikasi poligami terjadi di banyak negara dan kebudayaan khususnya di
daerah Afrika, Timur tengah, Asia, dan kepulauan Oceania (Elbedour et al. 2002
dalam Shepard 2013). Agama Islam mengatur mengenai praktik poligami dengan
membatasi jumlah istri maksimal empat istri (Zeitzen 2008). Indonesia sebagai
negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia mengatur praktik
poligami yang tercantum pada Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974.
Namun pada praktiknya, poligami di Indonesia masih belum berjalan dengan baik,
hal ini dibuktikan dengan data dari Pengadilan Agama di seluruh Indonesia
mengenai tingkat perceraian di Indonesia yang disebabkan oleh poligami.
Pengadilan Agama mencatat pada tahun 2004, terjadi 813 perceraian yang

4

disebabkan oleh poligami dengan jumlah pengabulan izin poligami oleh
Pengadilan Agama hanya sebanyak 800. Jumlah ini meningkat di tahun 2005, dari
803 permohonan izin poligami yang dikabulkan Pengadilan Agama sebanyak 879
bercerai. Jumlah perceraian tersebut melonjak hingga 983 kasus perceraian akibat
poligami di tahun 2006 dengan kondisi hanya 776 yang mendapatkan izin dari
Pengadilan Agama untuk melakukan poligami (Nasaruddin 2007).
Berdasarkan data Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Republik
Indonesia mengenai kasus perceraian akibat poligami tidak sehat di Pengadilan
Tinggi Agama seluruh Indonesia selama tahun 1996-2001 menempatkan propinsi
Jawa Barat menjadi propinsi tertinggi dalam kasus perceraian akibat poligami
tidak sehat selama tiga tahun berturut-turut (1999-2001). Kota Bekasi merupakan
salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk
sebanyak 2.336.489 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak
1.182.496 dan penduduk perempuan sebanyak 1.153.993 perempuan (BPS 2010),
dengan komposisi tersebut, kasus pengajuan izin poligami yang diajukan ke
Pengadilan Agama Kota Bekasi menurut data yang diperoleh dari website resmi
Pengadilan Agama Kota Bekasi selama tahun 2011-2013 tercatat sebanyak 22
kasus dan menempati urutan keempat terbanyak di Jawa Barat setelah Ciamis,
Sumber dan Kota Bandung.
Elemen terpenting yang dapat menentukan kualitas perkawinan menurut
Kammeyer (1987) merupakan komunikasi. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif akan membawa ke arah kualitas
perkawinan yang lebih baik (Lewis dan Spanier 1979 dalam Kammeyer 1987).
Rollins dan Feldman (1970) dalam Orthner (1981) juga mengatakan bahwa
beberapa penelitian telah menemukan bahwa sebagian besar tingkat kepuasan
perkawinan yang tinggi terdapat pada pasangan yang memiliki pola komunikasi
yang baik. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini
merumuskan bagaiamana hubungan interaksi yang diaplikasikan pada keluarga
poligami dengan tingkat kualitas perkawinan keluarga poligami sehingga yang
menjadi pertanyaan pada penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana karakteristik keluarga poligami?
2. Apakah motivasi suami dan istri untuk melakukan poligami?
3. Bagaimana aplikasi interaksi pasangan suami istri keluarga poligami?
4. Bagaimana kualitas perkawinan keluarga poligami?
5. Bagaimana hubungan antara interaksi suami dan istri dengan kualitas
perkawinan keluarga poligami?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pola interaksi
suami-istri keluarga poligami, dan hubungannya dengan kualitas perkawinan
keluarga poligami.

5

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya :
1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga poligami.
2. Mengidentifikasi motivasi suami dan istri untuk melakukan poligami.
3. Mengidentifikasi interaksi suami istri keluarga poligami.
4. Mengidentifikasi kualitas perkawinan pada keluarga poligami.
5. Menganalisis hubungan antara interaksi suami-istri di dalam keluarga
dengan kualitas perkawinan keluarga poligami.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah dalam
menentukan kebijakan mengenai perkawinan poligami, dan penegasan mengenai
syarat dan ketentuan poligami. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi institusi pendidikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya dan
sebagai tambahan pengetahuan bagi sivitas akademik. Manfaat lain dari penelitian
ini bagi masyarakat adalah sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan untuk
berpoligami, dampak dan manfaat dari poligami serta pengetahuan dalam
mengatur interaksi bagi kepala rumah tangga pada masyarakat yang berpoligami.

KERANGKA PEMIKIRAN
Keluarga menurut Knox (1943) adalah kelompok sosial yang dicirikan
dengan adanya tempat tinggal bersama (suami dan istri hidup bersama), kerjasama
dalam hal ekonomi (pasangan suami istri berbagi uang atau sumber daya dan
pekerjaan), dan melakukan hubungan seksual (suami dan istri memiliki atau
mengadopsi anak). Terbentuknya sebuah keluarga diawali dengan adanya
perkawinan. Perkawinan menurut Strong dan DeVault (1986) adalah persatuan
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang diakui oleh masyarakat dan
hukum. Burgers dan Locke (1960) menyatakan umumnya terdapat empat
kemungkinan struktur keluarga yang berkaitan dengan jumlah suami dan istri,
diantaranya satu suami dan satu istri, atau monogamy; satu suami dengan dua
orang istri atau polygny; dua atau lebih suami dengan satu istri atau polyandry;
dan dua atau lebih dari dua suami dengan dua atau lebih dari dua istri atau
pernikahan group (kelompok).
Penelitian ini menyoroti pada tipe keluarga poligami. Landasan teori
penelitian ini adalah teori struktural fungsional yang menekankan pada peranan
dan fungsi institusi keluarga terhadap lingkungan sosialnya sehingga dibutuhkan
keseimbangan sistem yang stabil di dalam keluarga. Puspitawati (2012)
menyatakan bahwa pendekatan struktural-fungsional menekankan pada
keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial
dalam masyarakat. Klein dan White (1996) menyatakan bahwa konsep
keseimbangan mengacu pada konsep homeostatis suatu organisme yaitu suatu
kemampuan untuk memelihara stabilitas agar kelangsungan suatu sistem tetap
terjaga dengan baik meskipun di dalamnya mengakomoodasi adanya adaptasi
dengan lingkungan. Keluarga poligami memiliki karakteristik dan struktur yang
berbeda dengan keluarga lainnya. Struktur keluarga poligami dengan beberapa

6

orang istri dalam satu waktu menuntut suami untuk melakukan pembagian alokasi
waktu, sumber daya serta perhatian kepada setiap istri-istri dan anak-anaknya.
Sementara itu, penelitian ini juga dilandasi oleh teori pertukaran sosial yang
menjelaskan bagaimana terjadinya interaksi (pertukaran) antar manusia. Klein dan
White (1996) menyatakan bahwa teori pertukaran sosial ini berfokus pada
dorongan seseorang yang didasari pada keinginan pribadinya dengan
mempertimbangkan untung dan ruginya. Sprecher (2001) dalam Chibucos et al.
(2005) menyatakan bahwa konsep pertukaran (interaksi) sosial berkaitan dengan
kepuasan, komitmen dan stabilitas dalam hubungan perkawinan.
Struktur keluarga poligami yang berbeda dengan keluarga lainnya menuntut
pembagian fungsi yang merata untuk menjaga kestabilannya. Komunikasi dan
interaksi di dalam keluarga poligami menjadi penting untuk mempertahankan
kualitas perkawinan yang akan menentukan kesuksesan dari keluarga tersebut.
Kammeyer (1987) menyatakan elemen terpenting yang dapat menentukan kualitas
perkawinan adalah interaksi antara pasangan. Pada keluarga poligami dengan
beberapa orang istri menuntut pola interaksi yang berbeda dengan keluarga pada
umumnya. Interaksi yang terjalin bukan hanya sebatas interaksi antar pasangan,
namun juga dibutuhkan interaksi yang sehat antara istri-istri suami. Proses
berinteraksi memungkinkan terjalinnya interaksi positif dan interaksi negatif.
Interaksi positif ditandai dengan komunikasi yang terjalin dengan baik dan
terbentuknya kelekatan (bonding) antara pelaku komunikasi sedangkan interaksi
negatif ditandai dengan timbulnya konflik antara pribadi. Kualitas perkawinan
menurut Conger dan Elder (1994) terdiri dari dua dimensi yaitu kebahagiaan
perkawinan dan kepuasan perkawinan. Penelitian ini berfokus pada interaksi yang
terjalin antara suami istri, antara istri-istri dan kualitas perkawinan yang tercipta
pada keluarga poligami. Gambar 1 menggambarkan kerangka berpikir dari
penelitian ini.

Fungsi-Fungsi
Keluarga
- Fungsi Cinta Kasih
- Fungsi Sosialisasi
dan Pendidikan
- Fungsi Ekonomi
Karakteristik Keluarga Poligami
Latar Belakang Poligami
- Persepsi terhadap nilainilai keluarga
- Motivasi suami untuk
berpoligami perspektif
responden
- Motivasi istri kedua
dan seterusnya untuk
menjadi istri kedua dan
seterusnya


-

Karakteristik Suami
Usia Suami
Pendidikan Terakhir Suami
Jenis Pekerjaan Suami
Jumlah Pendapatan Suami
Jumlah Anak
Jumlah Istri

 Karakteristik Istri Pertama,
Kedua, dst
- Usia Istri Pertama dan Istri
Kedua, dst
- Pendidikan Terakhir Istri
Pertama dan Istri Kedua, dst
- Jenis Pekerjaan Istri Pertama dan
Istri Kedua, dst
- Jumlah Pendapatan dari
Pekerjaan Istri Pertama dan Istri
Kedua, dst
- Jumlah Anak dari Istri Pertama
dan Istri Kedua, dst
- Tahun Menikah Istri Pertama dan
Istri Kedua, dst

 Interaksi suami-istri
- Komunikasi
- Kelekatan
(Bonding)
 Interaksi antaristri
- Komunikasi
- Kelekatan
(Bonding)
- Konflik

Kualitas Perkawinan
Keluarga Poligami
- Kepuasaan
Perkawinan
- Kebahagiaan
Perkawinan

Pembagian Jadwal
Gilir dan Sumber
Daya
- Pembagian Jadwal
Gilir
- Pembagian Sumber
Daya

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan interaksi suami- istri dengan kualitas perkawinan keluarga perkawinan

7

 Pemberian izin poligami

Interaksi

8

METODE
Disain, Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross-sectional study. Data
cross-sectional study mencakup karakteristik keluarga poligami, manajemen
waktu pada suami, interaksi suami-istri keluarga poligami dan tingkat kualitas
perkawinan keluarga poligami.
Lokasi penelitian ini dipilih secara purposive atau sengaja di wilayah Kota
Bekasi, Jawa Barat dengan pertimbangan Jawa Barat merupakan provinsi dengan
jumlah penduduk terbesar dibandingkan provinsi lainnya dan kota Bekasi
merupakan salah satu kota penyangga ibu kota Jakarta. Penelitian ini telah
dilaksanakan selama delapan bulan, yaitu pada bulan Juni 2013 sampai dengan
bulan Januari 2014.
Contoh dan Teknik Penarikan Contoh
Kota Bekasi memiliki luas sebesar 210,49 km2 yang didiami sebanyak
2.336.498 orang yang terdiri atas 1.182.496 laki-laki dan 1.153.993 perempuan
(BPS 2010). Jumlah kecamatan di Kota Bekasi sebanyak 12 kecamatan dengan
jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 284.547 orang
(13,65%), diikuti oleh Kecamatan Bekasi Barat sebanyak 242.042 (11,61%),
Kecamatan Pondok Gede sebanyak 235.579 (11,30%) dan jumlah penduduk
paling rendah di Kecamatan Jatisampurna sebanyak 3.75% (78.080 orang). Peta
Kota Bekasi terlampir pada Lampiran 1.
Populasi penelitian ini adalah keluarga poligami yang berdomisili di Kota
Bekasi, Jawa Barat yang jumlahnya tidak terdata. Responden penelitian ini
merupakan salah satu istri dari keluarga poligami, baik istri pertama maupun istri
kedua dan seterusnya. Penarikan contoh dalam peneilitian ini menggunakan
metode non probability sampling dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Jumlah contoh penelitian ini adalah 30 orang dengan pertimbangan
penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, yaitu merupakan penelitian yang
bertujuan untuk menggali data dan informasi mengenai topik dan isu-isu baru,
sedangkan jumlah contoh sebanyak 30 merupakan jumlah minimum dalam
melakukan penelitian kuantitatif dengan pengolahan data statistika. Ilustrasi
teknik pengambilan contoh tersaji pada Gambar 2.

9

Provinsi Jawa Barat

Kota Bekasi

30 Contoh

Purposive.
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak
di Indonesia yaitu sebanyak 46.497.175 jiwa dengan presentase
penduduk perempuan sebanyak 48.85% dan penduduk laki-laki
sebanyak 51.15% (Data SIAK 2011).
Purposive.
Kota Bekasi menempati urutan ke 10 dalam jumlah penduduk
terbanyak di Jawa Barat yaitu sebanyak 2.098.805 jiwa dengan
penduduk perempuan sebanyak 48.89% dan laki-laki sebanyak
51.10% (Data SIAK 2011). Kota Bekasi menempati urutan keempat
terbanyak dalam jumlah pengajuan izin poligami di Jawa Barat yaitu
sebanyak 22 permohonan izin pada tahun 2011-2013 (Pengadilan
Agama Kota Bekasi). Terdapat 12 Kecamatan di Kota Bekasi.
Penelitian ini melibatkan 5 Kecamatan, diantaranya Kecamatan
Pondok Gede, Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Jatisampurna,
Kecamatan Medan Satria dan Kecamatan Bekasi Barat.
Purposive.
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dan 30
merupakan jumlah minimum dalam penelitian kuantitatif.

contoh

Gambar 2 Jumlah dan cara pengambilan contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan
menggunakan responden sebagai data primer. Data primer didapatkan dengan
metode wawancara langsung dengan menggunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner terstruktur dan dilanjutkan dengan metode indepth interview, yang
didapat dari hasil wawancara mendalam pada beberapa responden yang diambil
secara sengaja setelah wawancara kuesioner. Data primer dari kuesioner penelitian
meliputi (1) Karakteristik keluarga mencakup usia, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, jumlah pendapatan keluarga perbulan, jumlah istri (untuk suami) dan
lama menikah; (2) Motivasi suami; (3) Motivasi menjadi istri kedua dan
seterusnya; (4) Nilai-nilai keluarga mencakup makna keluarga, makna perkawinan,
makna poligami, makna pasangan dan makna anak; (5) Fungsi keluarga
diantaranya fungsi cinta kasih, fungsi sosialisasi dan pendidikan dan fungsi
ekonomi; (6) Pembagian jadwal dan sumber daya; (7) Interaksi suami istri
meliputi komunikasi dan bonding; (8) Interaksi antaristri meliputi komunikasi,
bonding dan konflik; dan (9) Kualitas perkawinan mencakup kepuasan dan
kebahagiaan perkawinan.
Data sekunder diperoleh dari data yang tercatat pada institusi setempat yang
diakses melalui website Pengadilan Agama Kota Bekasi dan website resmi
Pemerintah Daerah Kota Bekasi serta melalui sumber-sumber lain yang
merupakan hasil penelitian sebelumnya maupun buku-buku dan artikel. Data
sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data jumlah
permohonan izin poligami, dan gambaran umum mengenai lokasi penelitian.
Kuesioner mengenai nilai-nilai keluarga, fungsi keluarga, interaksi suami istri dan

10

interaksi antaristri merupakan kuesioner Puspitawati (2012) yang dimodifikasi
oleh peneliti. Jenis dan cara pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif. Tahap pengolahan
data dimulai dari proses editing, coding, entering, dan cleaning. Tahapan editing
meliputi meneliti kelengkapan data, kelengkapan pengisian, kejelasan jawaban,
relevansi atau hubungan antar jawaban, kekonsistenan jawaban, dan keragaman
data. Setelah melalui proses editing tahapan selanjutnya yaitu proses coding yang
merupakan penyusunan kode sebagai panduan dalam melakukan entry data dan
mengolah data, selanjutnya proses entering, yaitu memasukkan data ke dalam
komputer yang dilanjutkan dengan proses cleaning, yang merupakan tahap
pembersihan data. Jika ditemukan kesalahan data pada proses cleaning, maka
akan dilakukan pengecekan ulang. Instrumen penelitian berupa kuesioner
terstruktur melalui proses uji coba kuesioner meliputi uji realibilitas dan validitas
dengan sebagian besar variabel memiliki nilai reabilitas di atas 0,6. Data
selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif
digunakan untuk menggambarkan (1) Karakteristik keluarga meliputi usia suami
dan responden, lama pendidikan suami dan responden, jenis pekerjaan suami dan
responden, jumlah pendapatan perbulan suami dan responden, jumlah istri suami
dan lama menikah suami dengan responden; (2) Sebaran skor motivasi suami; (3)
Sebaran skor motivasi menjadi istri kedua; (4) Sebaran skor nilai- nilai keluarga;
(5) Sebaran skor fungsi keluarga; (6) Sebaran skor pembagian jadwal dan sumber
daya; (7) Sebaran skor interaksi suami istri; (8) Sebaran skor interaksi antaristri;
(9) Sebaran skor kualitas perkawinan.
Analisis inferensia dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman
dan uji independent sample T-test. Uji korelasi Spearman digunakan untuk
menganalisis hubungan karakteristik keluarga, pembagian jadwal dan sumber
daya, fungsi keluarga, interaksi suami istri, interaksi antar istri dan kualitas
perkawinan. Uji T-test digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan capaian
variabel antara istri pertama dan istri kedua dan seterusnya.
Nilai-nilai keluarga dan fungsi keluarga menggunakan instrumen dari
Puspitawati (2012) yang dimodifikasi oleh peneliti disesuaikan dengan struktur
keluarga poligami. Variabel nilai-nilai keluarga terdiri dari 24 pernyataan dan
terbagi menjadi makna keluarga (5 pernyataan), makna perkawinan (5 pernyataan),
makna poligami (5 pernyataan), makna pasangan (5 pernyataan) dan makna anak
(4 pernyataan) dengan skala 1 (tidak setuju), 2 (cukup setuju), dan 3 (sangat
setuju). Cronbach’s alpha variabel nilai-nilai keluarga adalah 0,87. Fungsi
keluarga terdiri dari 14 pernyataan yang terbagi menjadi tiga yaitu fungsi cinta
kasih (5 pernyataan), fungsi sosialisasi dan pendidikan (3 pernyataan) dan fungsi
ekonomi (6 pernyataan). Skala yang digunakan variabel fungsi keluarga ini adalah
1 (tidak) dan 2 (ya) yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu
kurang baik, cukup baik, dan baik dengan menggunakan metode interval kelas.
Cronbach’s alpha variabel fungsi keluarga sebesar 0,93.
Variabel pembagian jadwal dan sumber daya terdiri dari 9 pernyataan yang
terdiri dari jumlah hari suami berada bersama responden sebanyak 1 pernyataan,

11

pembagian jadwal gilir suami sebanyak 5 pernyataan dan pembagian pendapatan
dan sumber daya sebanyak 3 pernyataan. Skala yang digunakan dalam variabel ini
adalah 1 (tidak) dan 2 (ya), namun berbeda pada sub variabel jumlah hari suami
berada bersama responden yang memiliki skala 1 (≤ 2 hari), 2 (3-5 hari) dan 3 (67 hari). Hasil skor variabel ini akan dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu
kurang baik, cukup baik, dan baik dengan menggunakan metode interval kelas.
Cronbach’s alpha variabel pembagian jadwal dan sumber daya adalah 0,96.
Interaksi suami istri dan interaksi antar istri menggunakan instrumen
Puspitawati (2012) dengan modifikasi oleh peneliti disesuaikan dengan kondisi
keluarga poligami. Interaksi suami istri terdiri dari 13 pernyataan dengan 9
pernyataan komunikasi dan 4 pernyataan mengenai bonding. Interaksi antar istri
terdiri dari 19 pernyataan yang terbagi menjadi komunikasi (9 pernyataan),
bonding (1 pernyataan) dan konflik (9 pernyataan). Skala yang digunakan untuk
menilai kedua variabel ini adalah 1 (tidak Pernah), 2 (kadang-kadang) dan 3
(sering), selanjutnya hasil skor variabel ini akan dikategorikan menjadi tiga
kategori, yaitu kurang baik, cukup baik, dan baik dengan menggunakan metode
interval kelas. Cronbach’s alpha variabel interaksi suami istri sebesar 0,80
sedangkan Cronbach’s alpha variabel interaksi antaristri adalah 0,85.
Kualitas perkawinan menggunakan instrumen Puspitawati (2012) dan
ENRICH marital satisfaction instrument scale item dengan tambahan instrumen
yang dibuat oleh peneliti berdasarkan pernyataan Rice (1983) dalam Puspitawati
(2012) mengenai faktor yang memengaruhi kepuasan perkawinan diantaranya (1)
Status pekerjaan, tingkat pendidikan dan pendapatan, (2) Kepuasan terhadap
pekerjaan, (3) Kesehatan mental dan fisik, (4) Besarnya kebersamaan untuk
menghabiskan waktu luang dalam aktivitas, (5) Komunikasi verbal dan nonverbal
yang baik, (6) Mengekspresikan afeksi, (7) Adanya saling percaya antar pasangan,
(8) Adanya perasaan nyaman terhadap harapan akan peran pasangan dalam
penikahan dan adanya peran yang fleksibel dan Puspitawati (2012) yang
menyatakan bahwa perkawinan yang bahagia adalah perkawinan yang dilandasi
dengan keikhlasan atas dasar cinta (sebagai objek) atau kesadaran tanggung jawab
sebagai manusia yang dapat membuat orang merasakan kenikmatan (joy) dan
bersyukur terhadap apa yang diraihnya dan tetap beruasha untuk memperjuangkan
kebahagiaan (pursuit of happiness) dalam rangka memenuhi kepuasannya
(satisfaction). Dengan demikian, konsep kualitas perkawinan berkaitan dengan
penyesuaian, perjuangan dalam mengharmoniskan perbedaan dan persamaan
antara suami dan istri sebagai proses untu mencapai satu tujuan perkawian, yaitu
kebahagiaan dalam kehidupan perkawinan (marital happiness). Variabel kualitas
perkawinan terdiri dari 24 item pernyataan yang terbagi menjadi 19 pernyataan
mengenai kepuasan perkawinan dan 5 pernyataan mengenai kebahagiaan
perkawinan dengan skala yang digunakan 1 (sangat tidak puas/ sangat tidak
bahagia), 2 (tidak puas/ tidak bahagia), 3 (cukup puas/ cukup bahagia), 4 (puas/
bahagia) dan 5 (sangat puas/ sangat bahagia) selanjutnya hasil skor variabel ini
akan dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu kurang baik, cukup baik, dan baik
dengan menggunakan metode interval kelas. Cronbach’s alpha variabel kualitas
perkawinan sebesar 0,96. Kronologi kuesioner lebih lengkap terlampir pada
Lampiran 5.

12

Pemberian skor pada setiap pertanyaan dari masing-masing variabel yang
kemudian skor tersebut dikompositkan sehingga memperoleh total skor.
Selanjutnya, dilakukan transformasi skala ordinal dari 0-100 dengan rumus
sebagai berikut :
Indeks =

ilai total-nilai minimum
nilai maksimum-nilai minimum

Setelah mendapatkan indeks setiap variabel, selanjutnya indeks
dikelompokan menjadi tiga kategori. Cut off fungsi keluarga, pembagian jadwal
dan sumber daya, interaksi suami istri, interaksi antar istri dan kualitas
perkawinan dicari interval kelasnya (Slamet 1993) dengan menggunakan rumus
berikut :
Interval kelas =

Skor maksimum-skor minimum
jumlah kategori

Pengelompokkan kategori adalah sebagai berikut :
- Rendah (Kurang Baik) : ≤ 33,33
- Sedang (Cukup Baik) : 33,34-66, 67
- Tinggi (Baik)
: > 66,67
Data karakteristik keluarga meliputi karakteristik suami, dan karakteristik
responden. Karakteristik suami meliputi nama, usia, pendidikan terakhir, jenis
pekerjaan, jumlah pendapatan, jumlah anak dan jumlah istri. Karakteristik
responden meliputi nama, usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, jumlah
pendapatan dan jumlah anak. Usia suami dan istri dibagi menjadi tiga kategori
yaitu dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir
(>60 tahun) (Hurlock 1980). Pendidikan terakhir suami, istri pertama dan istri
kedua meliputi tidak tamat SD, tamat SD, SMP, SMA, Sarjana. Tabel pengolahan
data dapat dilihat pada Lampiran 4, selain itu laporan indepth interview disajikan
pada Lampiran 15.
Definisi Operasional
Keluarga poligami di dalam penelitian ini difokuskan kepada keluarga dengan
jumlah istri lebih dari satu orang.
Nilai-nilai keluarga adalah pemaknaan responden terhadap keluarga, perkawinan,
poligami, pasangan dan ank
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan dalam
penelitian ini merupakan dorongan untuk poligami.
Karakteristik keluarga adalah kondisi keluarga yang mencakup demografi dan
sosial ekonomi keluarga. Hal ini dilihat dari usia, status di dalam keluarga
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah pendapatan
Pekerjaan merupakan suatu hal yang dilakukan dalam usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup khususnya kebutuhan ekonomi
Pendapatan merupakan jumlah pemasukan dari bekerja
Istri pertama adalah istri yang menikah lebih dulu dengan suami
Istri kedua dan seterusnya adalah istri yang menikah setelah suami memiliki
istri

13

Fungsi keluarga adalah tugas yang dimiliki oleh sebuah keluarga kepada
anggotaanya. Penelitian ini melibatkan fungsi cinta kasih, ekonomi serta
sosialisasi dan pendidikan
Interaksi adalah proses komunikasi timbal balik yang berlangsung secara teru
menerus dan mencakup komunikasi dan kelekatan hubungan suami dengan
istri pertama, dan istri pertama dengan istri kedua dan seterusnya
Komunikasi adalah proses pertukaran pesan antara dua orang.
Konflik adalah permasahan antara dua orang yang umumnya negatif.
Pembagian jadwal adalah cara suami membagi waktu untuk tinggal dan
bermalam antara istri-istrinya.
Pembagian sumber daya adalah cara suami mengalokasikan asset dan sumber
daya kepada istri-istrinya.
Kualitas perkawinan merupakan penilaian terhadap tingkat kepuasan dan
kebahagiaan perkawinan.

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Tipe Responden. Jumlah responden penelitian ini adalah 30 responden
yang terdiri atas berbagai tipe yaitu istri pertama, istri kedua, istri ketiga dan istri
keempat. Sebaran tipe responden disajikan pada Gambar 3.
20
15

15
13

Istri Pertama
Istri Kedua

10
5

1

1

Istri Ketiga
Istri Keempat

0
Istri Pertama

Istri Kedua

Istri Ketiga

Istri Keempat

Gambar 3 Sebaran tipe responden
Karakteristik Keluarga Responden
Jumlah istri. Poligami merupakan praktik pernikahan antara satu suami
dengan beberapa istri. Batasan jumlah istri dibatasi oleh Agama Islam yaitu
maksimal 4 orang istri. Gambar 4 menggambarkan sebaran jumlah istri suami
responden.
30

25
2 Istri

20
10

1

4

4 Istri

0

2 Istri

3 Istri

3 Istri

4 Istri

Gambar 4 Sebaran jumlah istri suami
Usia. Usia suami responden rata-rata 52 tahun dengan usia termuda adalah
39 tahun dan usia tertua adalah 64 tahun. Usia responden rata-rata 45 tahun
dengan usia termuda adalah 33 tahun dan paling tua 55 tahun. Usia suami
responden dan responden paling banyak berada pada kategori usia dewasa madya
yaitu antara 40-60 tahun. Usia dewasa madya merupakan usia peralihan dari usia
muda menuju dewasa. Hurlock (1968) menyatakan bahwa pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan dalam hal penampilan, fisik, kesehatan dan juga
kemampuan reproduksi.
Tingkat pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan
responden dan suami responden paling banyak berada pada kategori perguruan
tinggi dengan masing-masing presentase 33,3 dan 40 persen. Kategori tingkat
pendidikan pada perguruan tinggi mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan
reponden sudah di atas wajib belajar 9 tahun yang ditetapkan oleh pemerintah.
Jenis pekerjaan. Lebih dari setengah responden dan suami responden
(53,3%) pada penelitian ini bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan presentase
terrendah berada pada kategori tidak bekerja, PNS dan Buruh.

15

Jumlah pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan jumlah pendapatan
responden (40,0%) dan suami responden (73,3%) paling banyak berada pada
kategori ≤2.000.000. Berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) Kota Bekasi
yaitu sebesar 2.441.954 rupiah, maka lebih dari setengah responden penelitian ini
(73,3%) memiliki pendapatan di bawah UMR.
Lama menikah. Lebih dari setengah responden (53,3%) penelitian ini telah
menikah lebih dari 20 tahun. Karakteristik keluarga responden lebih jelas tersaji
pada Tabel 1.
Tabel 1 Sebaran istri berdasarkan karakteristik keluarga
Kategori
Usia (Tahun)*
Dewasa Awal (18-40)
Dewasa Madya (41-60)
Dewasa Akhir (>60)
Min-Max (tahun)
Rata-Rata±SD (tahun)

Suami

Responden
%

n

%

n

2
24
4

6,7
80,0
13,3

6
24
0

20,0
80,0
0,0
33-55
45,0±5,4

39-64
52,0±8,0

Tingkat Pendidikan
Tidak Lulus SD
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi (PT)

0
4
5
9
12

0,0
13,3
16,7
30,0
40,0

2
7
2
9
10

6,7
23,3
6,7
30,0
33,3

Jenis Pekerjaan
Tidak Bekerja/Pensiunan
Buruh
Wirausaha
Wiraswasta
PNS

3
3
5
16
3

10,0
10,0
16,7
53,3
10,0

3
3
5
16
3

10,0
10,0
16,7
53,3
10,0

Jumlah Pendapatan
≤2.
.
2.00.001-4.000.000
4.000.001-6.00.000
6.000.001-8.000.000
8.000.001-10.000.000
>10.000.000
Min-Max (rupiah)
Rata-Rata±SD (rupiah)

12
40,0
6
20,0
6
20,0
1
3,3
1
3,3
4
13,3
1.500.000-100.000.000
7.900.000±1.800.000

Lama Menikah
(20 tahun)
Min-Max (tahun)
Rata-Rata±SD (tahun)
Total Responden

22
73,3
4
13,3
1
3,3
2
6,7
1
3,3
0
0,0
0-10.000.000
1.300.000±2.400.000
8
26,7
6
20,0
16
53,3
1-43
18,93±11,88

30

100,0

30

100,0

*Usia dibedakan menjadi tiga kategori dengan pembagian berdsarkan Hurlock, 1980 yaitu usia
dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun) dan dewasa akhir (>60 tahun).

16

Nilai-Nilai Keluarga
Persepsi seseorang mengenai keluarga dan perkawinan memberikan
pengaruh dalam kualitas perkawinan. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan
persepsi responden terhadap nilai-nilai keluarga dan perkawinan cenderung tinggi,
artinya responden sudah mampu memaknai arti dari keluarga, perkawinan,
poligami, pasangan dan anak dengan baik. Sebagian besar responden memaknai
keluarga sebagai harta yang paling berharga yang terbentuk karena ikatan
pernikahan serta bertujuan untuk mendapatkan keturunan. Selain itu, sebagian
besar responden setuju bahwa pernikahan adalah sebuah komitmen dan ikatan
yang sakral untuk membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah.
Lebih dari setengah responden penelitian ini (63,3%) setuju bahwa poligami
merupakan sunnah Nabi. Selain itu, reponden penelitian ini juga memaknai
poligami sebagai salah satu upaya untuk mengangkat derajat perempuan,
memperoleh keturunan yang banyak dan sah serta untuk menghindari seks bebas.
Seluruh responden penelitian ini setuju bahwa suami adalah pemimpin bagi
keluarga mereka. Selanjutnya, sebagian besar responden setuju bahwa pasangan
adalah seorang tempat berbagi suka duka (93,3%), seorang pelindung, (96,7%),
teladan (96,7%), dan pemberi nafkah (96,7%) keluarga. Persepsi responden bahwa
kehadiran seorang anak merupakan sumber dari rezeki tergolong tinggi. Hal ini
tergambarkan dengan jumlah presentase jawaban “setuju” sebanyak 96,7 persen.
Selain itu, seluruh responden setuju bahwa anak adalah titipan tuhan dan pemicu
semangat hidup. Penelitian Troy (2008) menemukan bahwa perempuan yang
memahami fungsi dari sebuah keluarga dan memahami arti sebuah perkawinan
cenderung memiliki kualitas perkawinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan yang tidak memahami. Hasil sebaran variabel persepsi terhadap nlainilai keluarga tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Sebaran istri berdasarkan perspektif terhadap nilai-nilai keluarga dan
perkawinan
No.

Nilai-Nilai Keluarga

Makna Keluarga
1
Terikat hubungan darah dan perkawinan
2
Saling berbagi suka dan duka
3
Kebahagiaan, kenyamanan dan ketentraman
4
Tempat menghasilkan keturunan
5
Harta yang paling berharga
Makna Perkawinan
6
Penyatuan dua orang yang berbeda jenis
kelamin secara hukum negara dan agama
7
Ikatan yang sakral
8
Komitmen masa depan
9
Untuk memperoleh keturunan yang sah
10
Membentuk keluarga yang sakinah mawaddah
wa rahmah

TS (%)

KS (%)

SS (%)

3,3
0,0
0,0
0,0
0,0

20,0
100,0
13,3
6,7
3,3

86,7
0,0
86,7
93,3
96,7

3,3

3,3

93,3

0,0
0,0
0,0
0,0

0,0
0,0
3,3
0,0

100,0
100,0
96,7
100,0

17

No.

Nilai-Nilai Keluarga

TS (%)

KS (%)

SS (%)

Makna Ke