Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan berbentuk roset rosette cataract, biasanya pada daerah aksial yang melibatkan
kapsul posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada lensa. Katarak traumatik ringan dapat
membaik dengan sendirinya namun jarang ditemukan.
d. Kimia Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain
menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk mengenai mata menyebabkan peningkatan PH cairan akuos dan
menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam, namun karena
trauma sam sukar masuk ke bagian dalam mata dibandingkan basa maka jarang menyebabkan katarak.
2.3.4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dapat juga dibantu dengan pemeriksaan penunjang :
a. Anamnesis · Riwayat dan mekanisme trauma, apakah tajam atau tumpul
· Riwayat keadaan mata sebelumnya, apakah ada riwayat operasi, glakoma, retinal detachment, penyakit mata karena gangguan metabolik.
· Riwayat penyakit lain, seperti diabetes, sickle cell, sindroma marfan, homosistinuria, defisiensi sulfat oksidase.
· Keluhan mengenai penglihatan, seperti penurunan visus, pandangan ganda pada satu mata atau kedua mata, nyeri pada mata.
b. Pemeriksaan fisik · Visus, lapangan pandang, dan pupil
Universitas Sumatera Utara
· Kerusakan ekstraokular - fraktur tulang orbita, gangguan saraf traumatik. · Tekanan intraokular - glaukoma sekunder, perdarahan retrobulbar.
· Bilik anterior - Hipema, iritis, iridodonesis, robekan sudut. · Lensa - Subluksasi, dislokasi, integritas kapsular anterior dan posterior, katarak
luas dan tipe. · Vitreus - ada atau tidaknya perdarahan, Presence or absence of hemorrhage,
perlepasan vitreus posterior. · Fundus - Retinal detachment, ruptur khoroid, perdarahan pre intra dan sub retina,
kondisi saraf optik.
c. Pemeriksaan penunjang · B-scan - jika pole posterior tidak dapat terlihat.
· A-scan - sebelum ekstraksi katarak · CT scan orbita - adanya fraktur, benda asing, atau kelainan lain.
2.3.5. Penatalaksanaan Katarak Traumatik
Penatalaksanaan katarak traumatik tergantung kepada saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya
ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau sekunder. Apabila tidak terdapat penyulit maka dapat
ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis, dan lain sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uvetis
dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam
penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis, atau salah letak lensa.
Harus diberikan antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topical dalam beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis.
Atropin sulfat 1, 1 tetes 3 kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan sinekia posterior. Katarak dapat
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau setelah peradangan mereda. Apabila terjadi glaukoma selama periode menunggu, bedah katarak jangan
ditunda walaupun masih terdapat peradangan. Untuk mengeluarkan katarak traumatik, biasanya digunakan teknik-teknik yang sama dengan yang digunakan
untuk mengeluarkan katarak kongenital, terutama pada pasien berusia kurang dari 30 tahun.
2.3.6. Penatalaksanaan bedah