Healty Food Industry sebagai Sumber Pertumbuhan dan Pemerataan; Strategis dan Peran ABG

r

Healthy Food Industry sebagai Sumber Pertumbuhan dan
Pemerataan; Strategi dan Peran ABG
Dahrul Syah
Departemen IImu dan Teknologi Pangan, Fateta - IPB
Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology Center, IPB

Our food should be our medicine. Our medicine should be our food. Hippocrates 377

Be

Pengantar
Sebelum masuk lebih jauh , perlu ditegaskan disini bahwa penulis sengaja
menambahkan frase sumber pertumbuhan dan pemerataan di dalam judul
Hal ini didasari oleh kegalauan penulis akan makin tajamnya
makalah.
kesenjangan di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang dinikmati Indonesia
dalam 15 tahun terakhir harus dibayar dengan meningkatnya rasio gini yang
merupakan tolok ukur kesenjangan . Pada kurun waktu 1999-2014 koefisien
korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan rasio gini mencapai angka 0,645.

Fakta ini seharusnya memberikan tanda bahaya bagi kita semua, bahwa strategi
pembangunan untuk mendongkrak pertumbuhan yang selama ini dilakukan akan
dibarengi dengan meningkatnya kesenjangan .
Fakta ini seyogyanya
menyadarkan kita bahwa dibutuhkan cara pandang lain dalam memaknai
pembangunan ekonomi dan cara-cara kita dalam menciptakan suasana kondusif
untuk tumbuhnya kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan yang dinikmati akan
diikuti oleh penurunan kesenjangan . Pola pikir dan cara pandang ini seyogyanya
dipakai pula dalam mengembangkan industry pangan fungsional yang memiliki
keterkaitan hulu-hilir yang sangat kuat. Hal ini tidak terlepas dari besarnya
potensi biodiversitas yang dapat dijadikan landasan pengembangan industry
pangan fungsional.
Persoalahan ekonomi riil yang dihadapi oleh Indonesia dapat diformulasikan
dalam empat pertanyaan berikut ini , (1) Bagaimana mendorong pertumbuhan
(Pro Growth) , (2) Bagaimana menyediakan lapangan kerja (Pro Job), (3)
Bagaimana mengurangi kemiskinan (Pro Poor) , (4) Bagaimana memberdayakan
daerah (Pro Pemda). Keempat pertanyaan tersebut harus dijawab secara
simultan dengan masukan Teknologi yang sesuai dan berlandaskan kepada
potensi yang dimiliki. Pernyataan di atas sangatlah relevan untuk diungkapkan
dalam pengembangan healthy food industry yang dalam makalah ini dipadankan

.
dengan industry pangan fungsional.

1

MAKALAH PADA KONFERENSI PDMA INDONESIA & CIC "FACING ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
THROUGH PRODUCT DEVELOPMENT AND INNOVATION STRA TEGIES". JAKARTA 22 OKTOBER 2014

Berangkat dari latar belakang di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah
memberikan gambaran perkembangan healthy food industry (dalam hal ini
dipadankan dengan industri pangan fungsional) di Indonesia dan strategi yang
diperlukan agar ABG yang terkait dengan industri pangan fungsional dapat
bersinergi. Strategi dan sinergi dilakukan sedemikian rupa sehingga industri
pangan fungsional dapat menjadi penggerak prima pertumbuhan dan
pemerataan.

Definisi dan Perkembangan Healthy Food dan Pangan Fungsional
Sebagaimana disebutkan dimuka, pengertian healthy food pada makalah ini
disamakan dengan pengertian pangan fungsional yang banyak digunakan di
berbagai negara. Selain pangan fungsional (functional food), pengertian yang

juga banyak dipakai adalah FOSHU (Foods for Specialized Health Use) dan
health food. Beberapa definisi yang banyak digunakan untuk menggambarkan
ketiga istilah tersebut di atas adalah sebagai berikut.


'Foods which provide a health benefit beyond basic nutrition '. (International
Food Information Council)



Those foods in which concentrations of one or more ingredients have been
manipulated on modified to enhance their contribution to a healthful diet'.
(Institute of Medicine of the National Academy of Sciences)



A food, either natural or formulated, which will enhance physiological
performance or treat diseases and disorders (Wildman, 2001).




Pang an Olahan yang mengandung satu atau lebih komponen pangan yang
berdasarkan kajian ilmiah kajian ilmiah kajian ilmiah kajian ilmiah mempunyai
fungsi fisiologis tertentu diluar fungsi diluar fungsi diluar fungsi diluar fungsi
dasarnya dasarnya dasarnya dasarnya , terbukti tidak membahayakan dan
bermanfaat bagi kesehatan . (BPOM)

Terlihat dari definisi di atas, pangan fungsional dapat berupa pangan utuh yang
tidak mengalami perubahan sama sekali dan dapat juga berupa pangan yang
telah mengalami pengolahan atau modifikasi . Bahan pangan yang termasuk
golongan pertama adalah buah dan sayur yang sudah lama diketahui banyak
mengandung komponen bioaktif. Sedangkan yang termasuk dalam golongan
kedua adalah bahan-bahan hasil olahan maupun modifikasi atau pengayaan zat
gizi atau bahan aktif lain. Istilah lain yang juga sering dipadankan dengan
golongan kedua ini adalah nutraceutical. Mengacu kepada Wildman (2001),
definisi dari istilah ini adalah "chemicals found as a natural component of foods or
other ingestible forms that have been determined to be beneficial to the human

2


body in preventing or treating one or more diseases or improving physiological
performance".

Dari definisi dan pengertian di atas, dapat ditarik pengertian bahwa pangan
fungsional berbasis kepada keberadaan suatu komponen yang memiliki aktivitas
biologi/fisiologi tertentu. Komponen ini kemudian diistilahkan dengan nutrasetikal.
Keberadaan komponen dapat diamati pad a bahan pangan segar atau terolah
minimal ataupun ditambahkan ke dalam pangan olahan sebagai salah satu
ingredient. Komponen bioaktif ini dapat dikategorikan berdasarkan asal bahan
pangan (hewani atau nabati), berdasarkan mekanisme kerjanya (anti kanker, anti
oksidan, anti inflammasi , pengaruh posiitif terhadap profil lipid darah dan
perlindungan tulang) atau berdasarkan karakteristik kimiawinya (isoprenoid,
senyawa fenol, protein/asam amino, karbohidrat dan turunannya, asam lemak
dan turunannya , mineral dan probiotik serta prebiotic). Hal ini membawa
konsekuensi bahwa pengembangan industry pangan fungsional akan memiliki
rentang opsi yang lebar sejak bahan segar hingga fabricated food .
Dalam beberapa tahun terakhir, industry pangan fungsional mengalami
perkembangan yang cukup mengesankan. Pasar pangan fungsional di Amerika
telah mencapai 4% dari nilai industry pangan secara keseluruhan dengan nilai
absolut 20,2 milyar USD. Perkembangan pasar tahunan rata-rata (Average

Annual Growth Rate, AAGR) diperkirakan sebesar 13,3 %. Hal yang sama
terlihat juga di Jepang yang ditandai oleh peluncuran 1400 pangan dan minuman
fungsional sejak tahun 1988. Pada sisi benua lain yaitu Eropa nilai pasar untuk
pangan fungsional dan suplemen pangan mencapai 31,6 milyar USD.
Perkembangan industri pangan fungsional di Indonesia dapat diikuti berdasarkan
jumlah permohonan pendaftaran yang diajukan ke BPOM. Perkembangan
pengajuan dalam beberapa tahun terakhir disajikan pada gam bar berikut.

3

3300
3200
3100
3000
2900
2800
2700
2600
2500
2009


2010

2011

2012

2013

Gambar 1. Perkembangan jumlah pendafiaran pangan fungsional (Sparringa,
2014)
Terlihat dari gambar terjadi penurunan pendafiaran pangan fungsional di tahun
2012 dan 2013. Hal ini tidak terlepas dari makin ketatnya persyaratan klaim
kesehatan sebagai bagian dari upaya perlindungan konsumen dari informasi
yang tidak didukung oleh bukti ilmiah yang sahih. Meskipun demikian jumlah
produk yang diluncurkan ke pasar relatif masih cukup banyak. 8eberapa alasan
yplng mengemuka adalah sebagai berikut.


Kecenderungan pengobatan sendiri atau otonomi di dalam perawatan

kesehatan .
Pangan fungsional dirancang sedemikian rupa sehingga
mendapatkan citra sebagai produk yang peduli terhadap kebutuhan
konsumen dan dilengkapi dengan informasi serta label yang sesuai.



Peningkatan biaya kesehatan , sehingga upaya pencegahan melalui pola
konsumsi yang sehat lebih menguntungkan.



Makin banyaknya bukti bahwa diet yang sesuai dapat menghambat
tumbuhnya dan perjalanan penyakit.



Peningkatan umur harapan hid up, sehingga timbul kebutuhan pangan
menyehatkan terutama untuk kelompok umur dewasa.




Perubahan dalam peraturan pangan yang memungkinkan bahan pangan
mengandung senyawa-senyawa bioaktif selain zat-zat gizi.

4

Strategi Pengembangan Industri Pangan Fungsional dan Peran ABG
Pengembangan industri pangan fungsional di Indonesia dapat dipandang
sebagai pengembangan rantai nilai dari kekayaan biodiversitas yang ada. Rantai
nilai dan keseluruhan nilai tambah di sepanjang rantai merupakan penggerak
dasar hampir semua jenis bisnis termasuk bisnis pangan fungsional. Adanya nilai
tambah inilah yang menarik para investor untuk menanamkan modalnya.
Sepanjang situasi kondusif untuk penumbuhan rantai nilai dari kekayaan
biodiversitas yang memiliki khasiat dapat diciptakan, maka bisnis ini pasti akan
berkembang .
Secara filosofis penumbuhan rantai nilai dengan berbasiskan kepada potensi
lokal merupakan strategi jitu untuk menggerakkan ekonomi daerah berdasarkan
potensi yang dimilikinya. Nilai tambah yang didapat inilah yang diharapkan dapat
menumbuhkan lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat setempat. Era

otonomi daerah dan keragaman potensi di Indonesia makin membuka peluang
dilaksanakannya strategi ini. Kerangka pikir inilah seyogyanya digunakan dalam
pengembangan industry pangan fungsional.
Tahap pertama pelaksanaan kerangka pikir ini adalah mengidentifikasi potensi
lokal yang dapat diramu sedemikian rupa sehingga menguatkan industri pangan
fungsional yang dibangun di daerah tersebut. Istilah lain yang juga sering
dikaitkan dengan potensi/sumberdaya lokal adalah indigenous resources yang
didefinisikan sebagai "set of knowledge and technology existing and developed
in, around and by specific indigenous communities (people) in an specific area
Dengan kata lain seluruh sumberdaya lokal I indigenous
(environment}".
resources dioptimalkan untuk (1) menggerakkan ekonomi masyarakat dalam
rangka penciptaan lapangan kerja dan pendapatan serta (2) meningkatkan
keragaman produk pangan fungsional yang sesuai dengan tuntutan pasar dan
konsumen. Teknologi dapat berperan sebagai penghela tumbuhnya industri
pangan fungsional berbasis potensi lokal yang dapat menggerakkan ekonomi
masyarakat dan menghasilkan produk pangan fungsional secara simultan.
Secara skematis hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.

5


Nila; Tambah d; Sepanjang Ranta;
Pengembangan
Bisnis

Pengolahan
Scale-up

AspekLoka/
Industri Pangan Fungsionl Berbasiskan Lokal

Pertanian dan
Pengolahan Primer

Gaya Hidup Sehat,
Kebiasaan Makan

Kebijakan dan
Dukungan Pemerintah

Gambar 2. Peran Teknologi di Sepanjang Rantai Nilai Komoditi
Jelas terlihat dari diagram di atas bahwa harus tercipta tarikan teknologi di
sepanjang rantai nilai sehingga tercipta keterkaitan hulu hilir dan pada akhirnya
mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi yang mengakar kepada potensi yang