Analisis Peran Bidan pada Program Suplementasi Vitamin A dan Praktik Pemberian ASI Eksklusif

ANALISIS PERAN BIDAN PADA PROGRAM
SUPLEMENTASI VITAMIN A DAN PRAKTIK PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF

RAMADHANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Peran
Bidan pada Program Suplementasi Vitamin A dan Praktik Pemberian ASI
Eksklusif” di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda, Kecamatan Marpoyan Damai,
Kota Pekanbaru adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Ramadhani
NIM I14100027

ABSTRAK
RAMADHANI. Analisis Peran Bidan pada Program Suplementasi Vitamin A dan
Praktik Pemberian ASI Eksklusif. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI.
Salah satu strategi utama menanggulangi masalah gizi masyarakat yakni
dengan meningkatkan peran bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan dalam
pelaksanaan program gizi. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran bidan pada
program suplementasi vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif. Desain
penelitian adalah cross sectional study dengan purposive sampling. Contoh
penelitian adalah bidan (20 orang) dan ibu nifas (53 orang). Hasil penelitian
menunjukkan peran bidan pada program suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif
mencapai 80%. Cakupan suplementasi vitamin A 35.9% dan pemberian dua kapsul
vitamin A 5.7%. Pelaksanaan inisiasi menyusui dini 79.3% dan ASI eksklusif 0-6
bulan 26.4%. Hasil uji Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan bidan serta ibu nifas dengan suplementasi vitamin A dan praktik
pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hasil uji Pearson menunjukkan tidak terdapat
hubungan antara peran bidan dengan program suplementasi vitamin A dan ASI
eksklusif (p>0.05), serta tidak terdapat hubungan antara peran bidan dengan
suplementasi vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif (p>0.05).
Kata kunci : ASI eksklusif, bidan, ibu nifas, suplementasi vitamin A

ABSTRACT
RAMADHANI. Analysis the Role of Midwife on Vitamin A Supplementation
Program and Exclusive Breastfeeding Practice. Supervised by CESILIA METI
DWIRIANI.
One of the main strategies to prevent nutrition problem is to improve the
role of midwife as one of the health provider to implement nutrition program. The
objective of this study is to analyze the role of midwife on vitamin A
supplementation program and exclusive breastfeeding practice. The study using
cross sectional design, involving 20 midwives and 53 postpartum mothers
purposively selected. The result showed that the role of midwife on vitamin A
supplementation and exclusive breastfeeding program was reached 80%. The
coverage of vitamin A supplementation was 35.9% and administration of two
vitamin A capsules were 5.7%. Implementation of immediate breastfeeding was

79.3% and exclusive breastfeeding 0-6 month was 26.4%. The Spearman test
showed no significant correlation between midwife and postpartum mothers
knowledge with vitamin A supplementation and exclusive breastfeeding practice
(p>0.05). The Pearson test showed no correlation between the role of midwife with
vitamin A supplementation and exclusive breastfeeding program (p>0.05), also no
correlation between the role of midwife with vitamin A supplementation and
exclusive breastfeeding practice (p>0.05).
Key words : exclusive breastfeeding, maternal postpartum, midwife, vitamin A
supplementation

ANALISIS PERAN BIDAN PADA PROGRAM
SUPLEMENTASI VITAMIN A DAN PRAKTIK PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF

RAMADHANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Peran Bidan pada Program Suplementasi Vitamin A dan
Praktik Pemberian ASI Eksklusif
Nama
: Ramadhani
NIM
: I14100027

Disetujui oleh

Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani M Sc
Pembimbing I


Diketahui oleh

Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Peran Bidan pada Program Suplementasi Vitamin A dan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan waktu dalam penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji atas
masukan serta saran yang diberikan dalam penulisan skripsi ini.
3. Seluruh staf pendidik dan kependidikan Departemen Gizi Masyarakat atas
bimbingan, arahan dan bantuannya selama menjalani perkuliahan.
4. Hazli Fendriyanto, S.STP selaku Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Pekanbaru yang telah memberikan rekomendasi penelitian kepada Dinas

Kesehatan Kota Pekanbaru.
5. Drg. Helda Suryani Munir, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru yang telah memberikan izin penelitian kepada salah satu puskesmas
di Kota Pekanbaru.
6. Dr. Armiyetti selaku Kepala Puskesmas Garuda yang telah memberikan izin
penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda.
7. Janiar, SPAG selaku pembimbing dan seluruh staf serta tenaga pelaksana
Puskesmas Garuda yang telah membantu memberikan informasi serta data
terkait Program Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda selama penelitian.
8. Seluruh masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda atas keramahan dan
kesediaan dalam membantu kelancaran penelitian.
9. Ayah, Ibu, Abang dan Adik serta seluruh keluarga yang telah memberikan kasih
sayang dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat (Rara, Riana, Rivqi, Rosi) dan teman-teman seperjuangan (Jongi,
Yenny, Tachur, Iqbar, Taufik, Widya, Raida, Ipon, Ani, dan Dahlia) serta
seluruh Gizi Masyarakat 47 yang telah memberikan dukungan.
11. Hanum, Kak Isra, Bang Rusman, Dini, Wawan, Chindy dan Dina serta keluarga
Paskibra IPB, IKPMR Bogor, BEM FEMA dan KSR PMI Unit I IPB yang telah
memberikan semangat.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini lebih bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Ramadhani

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

2

Tujuan

3

Hipotesis

3


Manfaat

3

KERANGKA PEMIKIRAN

4

METODE

6

Desain, Waktu dan Tempat

6

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

6


Jenis dan Cara Pengumpulan Data

7

Pengolahan dan Analisis Data

7

Definisi Operasional

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Profil Puskesmas Garuda

10


Karakteristik Contoh

10

Pengetahuan Gizi

12

Peran Bidan

16

Program Suplementasi Vitamin A

16

Program Suplementasi Vitamin A pada Bidan Praktik

17

Peran Bidan pada Program Suplementasi Vitamin A

18

Hubungan Peran Bidan dengan Program Suplementasi Vitamin A

20

Program ASI Eksklusif

21

Program ASI Eksklusif pada Bidan Praktik

21

Peran Bidan pada Program ASI Eksklusif

23

Hubungan Peran Bidan dengan Program ASI Eksklusif

24

Pelaksanaan Program
Program Suplementasi Vitamin A

25
25

Pelaksanaan Program Suplementasi Vitamin A

25

Suplementasi Vitamin A Ibu Nifas

26

Hubungan Peran Bidan dengan Suplementasi Vitamin A

27

viii

Program ASI Eksklusif

28

Pelaksanaan Program ASI Eksklusif

28

Praktik Pemberian ASI Eksklusif

29

Hubungan Peran Bidan dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif

30

Hubungan Pengetahuan Contoh dengan Pelaksanaan Program

31

Pengetahuan Contoh dengan Suplementasi Vitamin A

31

Pengetahuan Contoh dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif

32

SIMPULAN DAN SARAN

33

Simpulan

33

Saran

33

DAFTAR PUSTAKA

34

LAMPIRAN

38

RIWAYAT HIDUP

41

DAFTAR TABEL

1 Sebaran karakteristik bidan
2 Sebaran karakteristik ibu nifas
3 Sebaran bidan berdasarkan pengetahuan terkait suplementasi vitamin A
menurut jawaban benar
4 Sebaran bidan berdasarkan pengetahuan terkait ASI eksklusif menurut
jawaban benar
5 Sebaran ibu nifas berdasarkan pengetahuan terkait suplementasi vitamin A
menurut jawaban benar
6 Sebaran ibu nifas berdasarkan pengetahuan terkait ASI eksklusif menurut
jawaban benar
7 Sebaran program suplementasi vitamin A pada bidan praktik
8 Sebaran peran bidan pada program suplementasi vitamin A
9 Sebaran program ASI eksklusif pada bidan praktik
10 Sebaran peran bidan pada program ASI eksklusif
11 Sebaran pelaksanaan program suplementasi vitamin A
12 Sebaran suplementasi vitamin A ibu nifas
13 Sebaran pelaksanaan program ASI eksklusif
14 Sebaran praktik pemberian ASI eksklusif

11
12
13
13
14
15
18
20
22
24
26
27
29
30

DAFTAR GAMBAR

1 Analisis peran bidan pada program suplementasi vitamin A dan praktik
pemberian ASI eksklusif

5

ix

2
3
4
5
6

Bagan cara penarikan contoh bidan
Bagan cara penarikan contoh ibu nifas
Wawancara dan pengisian kuisioner bidan
Wawancara dan pengisian kuisioner ibu nifas
Kegiatan bulan vitamin A di posyandu

6
7
40
40
40

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Cara penarikan contoh bidan
Cara penarikan contoh ibu nifas
Hasil uji peran bidan pada program suplementasi vitamin A
Hasil uji peran bidan pada program ASI eksklusif3
Hasil uji peran bidan pada suplementasi vitamin A
Hasil uji peran bidan pada praktik pemberian ASI eksklusif
Hasil uji pengetahuan ibu nifas pada suplementasi vitamin A
Hasil uji pengetahuan ibu nifas pada praktik pemberian ASI eksklusif
Hasil uji pengetahuan bidan pada suplementasi vitamin A
Hasil uji pengetahuan bidan pada praktik pemberian ASI eksklusif

38
38
38
38
39
39
39
39
39
40

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masa awal kehidupan merupakan periode emas dan masa kritis dimana
terjadi pertumbuhan serta perkembangan yang sangat cepat sehingga sangat penting
untuk meletakkan dasar-dasar kesehatan bagi kehidupan yang akan datang (Jelliffe
& Jelliffe 2009). Tingginya prevalensi malnutrisi merupakan salah satu faktor
resiko yang berkontribusi pada angka kematian ibu dan bayi (Hermina 2010).
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif untuk 4-6 bulan pertama kehidupan sangat
menunjang kebutuhan dasar manusia. ASI merupakan sumber utama vitamin A
selama 6 bulan pertama dari kehidupan dan berperan penting sebagai sumber
vitamin A sampai berumur 2 tahun. Departemen Kesehatan RI (2005b) dalam
Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, telah menetapkan
agar bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir hingga 6 bulan tanpa diberi cairan dan
makanan/minuman lain seperti rekomendasi WHO dan UNICEF sebagai salah satu
program perbaikan gizi bayi serta balita.
Lebih dari setengah ibu di Indonesia mengalami defisiensi vitamin A selama
hamil hingga bersalin yang berdampak kepada perkembangan bayi (Muslimatun
2001). Brown et al. (2002) menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif hingga 6
bulan dapat meningkatkan status vitamin A dan perkembangan bayi serta
menurunkan morbiditas ibu dan bayi. Suplementasi vitamin A dosis tinggi pada ibu
nifas menjadi salah satu strategi yang efektif untuk memperbaiki status vitamin A
bayi melalui pemberian ASI (Ross et al. 2003). Vitamin A melalui suplementasi
dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh serta
meningkatkan kelangsungan hidup anak. Penelitian sebelumnya menunjukkan
terdapat hubungan antara pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas dengan
morbiditas bayi 0-6 bulan (Safitri 2013). Defisiensi vitamin A juga masih menjadi
masalah bagi negara berkembang termasuk Indonesia.
Beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat efek dari suplementasi vitamin
A pada ibu nifas. Stoltzfuz et al. (1993) menjelaskan bahwa salah satu cara yang
efektif untuk memperbaiki status vitamin A pada ibu dan bayi yakni melalui
pemberian suplemen vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Salah satu program
pemerintah dalam meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat yakni suplementasi
vitamin A ibu nifas dan ASI eksklusif. Salah satu sasaran sosialisasi dan pemberian
kapsul vitamin A dosis tinggi adalah ibu nifas. Cakupan pemberian kapsul vitamin
A dosis tinggi (200 000 SI) dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan
sektor terkait menjalankan peranannya masing-masing dengan baik. Rice et al.
(1999) menyatakan bahwa suplementasi vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas dapat
meningkatkan status vitamin A pada ASI dan bayi.
Sejak tahun 2003 pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas yang
diberikan dua kali diterapkan dalam program kesehatan ibu dan anak. Meskipun
cakupan suplementasi vitamin A nasional telah mencapai 71.5% (Balitbangkes
2007) dan 69.8% (Balitbangkes 2010) namun kesenjangan antar provinsi di
Indonesia variasinya masih cukup tinggi dengan angka terendah 51.0% dan
tertinggi 84.7%. Data tersebut menunjukkan bahwa pencapaian suplementasi
vitamin A belum mencapai target nasional 80% untuk seluruh daerah di Indonesia

2

(Sandjaja 2012) dan masih perlu ditingkatkan lagi pencapaiannya melalui program
suplementasi vitamin A ibu nifas oleh masing-masing pemerintah.
Program ASI eksklusif juga telah ditetapkan WHO melalui The Innocenty
Declaration pada tahun 1990 yang menyatakan bahwa semua bayi diberi ASI
eksklusif sampai 6 bulan dan setelah 6 bulan bayi diberi pendamping ASI kemudian
diteruskan sampai 2 tahun. Departemen Kesehatan RI menetapkan sasaran program
yang ingin dicapai pada Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan sekurangkurangnya 80% dari ibu menyusui dapat memberikan ASI secara eksklusif (Depkes
2005b). Meskipun Departemen Kesehatan telah menganjurkan agar bayi menerima
ASI saja selama 6 bulan pertama, namun hanya 32% dari bayi di bawah umur 6
bulan menerima ASI secara eksklusif. Cakupan ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
pada tahun 2012, berdasarkan laporan sementara hasil SKDI 2012 sebesar 42%.
Bila dibandingkan dengan survei yang sama pada tahun 2007, telah terjadi kenaikan
yang bermakna sebesar 52% (Sandjaja 2012) dan tahun 2013 target bayi 0-6 bulan
yang mendapat ASI eksklusif sebesar 75% (Balitbangkes 2013).
Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dalam memantau dan
merawat kesehatan ibu selama kehamilan sampai masa nifas yakni menekankan
adanya ketersediaan pelayanan kesehatan untuk kelangsungan hidup ibu dan
bayinya. Sebagian besar kematian ibu terjadi pada masa nifas, sehingga pelayanan
kesehatan nifas berperan penting dalam upaya menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas ibu. Cakupan pelayanan kesehatan masa nifas secara nasional (81.9%)
bervariasi dan proporsinya lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di pedesaan
(Balitbangkes 2013). Dinas Kesehatan Provinsi Riau (2010) melaporkan sebanyak
91.2% pelayanan kesehatan ibu nifas telah dilaksanakan, namun bayi yang
mendapat ASI eksklusif di Kota Pekanbaru (46.1%) masih di bawah rata-rata target
pencapaian Provinsi Riau (51.5%) dan cakupan suplementasi vitamin A ibu nifas
di Kota Pekanbaru sudah mencapai 88.5%. Hal ini masih menjadi tugas dan
tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, salah
satunya melalui peran tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan ibu
selama masa hamil hingga menyusui.
Berdasarkan uraian di atas, program suplementasi vitamin A dan ASI
eksklusif perlu ditingkatkan untuk menurunkan angka morbiditas ibu serta bayi.
Mengingat pentingnya peran tenaga kesehatan khususnya bidan dalam upaya
menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu serta bayi, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian analisis peran bidan pada program suplementasi vitamin A
selama masa nifas serta praktik pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan pertama pada
salah satu puskesmas di Kota Pekanbaru, Riau.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang akan menjadi fokus penelitian yang diteliti oleh penulis sebagai berikut:
1. Bagaimana peran bidan pada program suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif
serta pelaksanaan suplementasi vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif?
2. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan bidan pada pelaksanaan
suplementasi vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif?
3. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu nifas pada pelaksanaan
suplementasi vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif?

3

Tujuan
Tujuan Umum:
Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis peran bidan pada program
suplementasi vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif.
Tujuan Khusus:
Tujuan khusus penelitian ini antara lain:
1. Mengidentifikasi karakteristik serta pengetahuan bidan dan ibu nifas.
2. Menilai pelaksanaan program suplementasi vitamin A (cakupan suplementasi
dan pemberian 2 kapsul vitamin A).
3. Menilai pelaksanaan program ASI eksklusif (pelaksanaan IMD dan pemberian
ASI saja 0-6 bulan).
4. Menilai peran bidan pada program suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif
serta pelaksanaan suplementasi vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif.
5. Mengkaji hubungan peran bidan dengan program suplementasi vitamin A dan
ASI eksklusif serta pelaksanaan suplementasi vitamin A dan praktik pemberian
ASI eksklusif.
6. Mengkaji hubungan pengetahuan bidan serta ibu nifas dengan pelaksanaan
suplementasi vitamin A dan dan praktik pemberian ASI eksklusif.
Hipotesis
Hipotesis yang dapat diambil antara lain:
1. Terdapat hubungan antara peran bidan dengan program suplementasi vitamin A
dan ASI eksklusif serta pelaksanaan suplementasi vitamin A dan praktik
pemberian ASI eksklusif.
2. Terdapat hubungan antara pengetahuan bidan dengan pelaksanaan suplementasi
vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif.
3. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan pelaksanaan
suplementasi vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif.
Manfaat
Manfaat penelitan ini antara lain memberikan informasi kepada ibu nifas
akan pentingnya konsumsi suplemen vitamin A selama masa nifas dan pemberian
ASI eksklusif selama 0-6 bulan. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan
evaluasi pada petugas kesehatan terutama bidan yang menjalankan peran dalam
pelaksanaan program suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif serta upaya
peningkatkan pengetahuan ibu selama hamil dan masa nifas, sehingga terlaksana
suplementasi vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan acuan bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

4

KERANGKA PEMIKIRAN

Tingginya prevalensi malnutrisi merupakan salah satu faktor resiko yang
berkontribusi pada angka kematian ibu dan bayi (Hermina 2010). Menurut WHO
(2007), berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa ASI eksklusif hingga
6 bulan menguntungkan pertumbuhan bayi, memiliki efek perlindungan pada
serangan infeksi gastrointestinal dan tidak berefek pada saluran pernapasan, serta
dapat memperpanjang durasi penundaan kehamilan akibat menyusui (lactational
amenorrhea). Salah satu upaya menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas ibu
adalah meningkatkan status kesehatan ibu hamil serta bersalin melalui pelayanan
ibu hamil sampai masa nifas.
Strategi utama penanggulangan masalah gizi dan kesehatan masyarakat
adalah peningkatan pengetahuan melalui kegiatan edukasi masyarakat salah
satunya dengan meningkatan pengetahuan ibu tentang suplementasi vitamin A dan
ASI eksklusif sehingga telaksana cakupan suplementasi vitamin A ibu nifas dan
pemberian ASI eksklusif (Kemenkes 2010). Sundaram et al. (2013) menyatakan
bahwa peningkatan edukasi, pelayanan kesehatan, pemberian dukungan dan
pendampingan kepada ibu melahirkan dapat meningkatkan inisiasi menyusui dini
pada bayi setelah melahirkan dan praktik pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan. Hal
ini sejalan dengan program pemerintah dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan pertama untuk meningkatkan kualitas
kesehatan ibu dan anak (PP RI 2012).
Dinas Kesehatan Provinsi Riau melaporkan cakupan suplementasi vitamin
A ibu nifas Kota Pekanbaru (88.5%) telah mencapai target nasional yaitu 80%.
Namun, cakupan pemberian ASI eksklusif Kota Pekanbaru (46.1%) belum
mencapai target Renstra Provinsi Riau tahun 2010 yaitu 51.5%. Persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan di Kota Pekanbaru (91.2%) sudah mencapai target
Renstra Provinsi Riau yaitu 82.8%. Jumlah tenaga kesehatan khususnya bidan di
Kota Pekanbaru masih kurang (37.0%) dari target nasional yaitu 66.2%, sehingga
peranan tenaga kesehatan masyarakat di Kota Pekanbaru ini perlu ditingkatkan
dalam upaya perbaikan gizi dan kesehatan masyarakat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan suplementasi vitamin A
ibu nifas dan praktik pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan gizi ibu nifas
dan bidan terkait suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif. Pengetahuan ibu nifas
dapat dipengaruhi oleh pengetahuan bidan, melalui peran bidan yang membantu
proses persalinan ibu sampai masa nifas dengan cara memberikan sosialisasi/
penyuluhan tentang suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif. Gambar 1
menunjukkan hubungan antara program pemerintah dalam meningkatkan kualitas
kesehatan ibu dan anak yakni suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif melalui
peran bidan yang berhubungan secara langsung dengan ibu selama hamil hingga
masa nifas. Variabel yang berhubungan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu nifas
sehingga terlaksana suplementasi vitamin A dan praktik pemberian ASI eksklusif.

5

Program ASI Eksklusif
1. Pelaksanaan IMD
2. Pemberian ASI saja
selama 0-6 bulan

Program Suplementasi
Vitamin A
1. Cakupan Suplementasi
2. Pemberian 2 Kapsul

1. Perawatan Nifas
2. Pendampingan ASI
3. Pelayanan Kesehatan

Peran Bidan

1. Pemberian Kapsul
2. Penyampaian Pesan
3. Kunjungan Rumah

Sosialisasi serta Pelaksanaan Program Suplementasi
Vitamin A dan ASI Eksklusif

Karakteristik Ibu Nifas
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan

Karakteristik Bidan
1. Umur
2. Pendidikan
3. Lama Bekerja

Pengetahuan Bidan

Pengetahuan Ibu Nifas

Dukungan Suami
dan Keluarga

Promosi Kesehatan
dan Motivasi

Sikap dan Perilaku
Ibu Nifas

Praktik Pemberian
ASI Eksklusif

Suplementasi
Vitamin A

Status Gizi serta Morbiditas Ibu dan Bayi

Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang dianalisis
= Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Analisis peran bidan pada program suplementasi vitamin A dan praktik
pemberian ASI eksklusif

6

METODE

Desain, Waktu dan Tempat
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan
pada bulan Juli-Agustus 2014. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan Kota
Pekanbaru merupakan salah satu daerah dengan cakupan suplementasi vitamin A
tinggi (88.5%) dan cakupan ASI eksklusif tinggi (73.6%). Penelitian dilakukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Garuda, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru
Provinsi Riau yang merupakan salah satu puskesmas dengan cakupan suplementasi
vitamin A sebesar 76.7% relatif rendah di bawah rata-rata nasional yaitu 80.0%.
Cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan sebesar 32.3% relatif rendah di bawah
rata-rata nasional yaitu 34.5% (Dinkes 2010).
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Penarikan contoh dilakukan secara purposive sampling. Cara penarikan
contoh dimulai dengan mengumpulkan data populasi bidan dan populasi ibu nifas
di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda. Populasi bidan yang diambil merupakan
bidan praktik sebanyak 30 bidan yang terdiri dari 26 bidan praktik swasta (BPS)
dan 4 bidan praktik mandiri (BPM). Penentuan contoh bidan menggunakan kriteria
inklusi sebagai berikut: 1) Bidan merupakan tenaga kesehatan yang telah bekerja
lebih dari 1 tahun sebagai penolong persalinan dengan masa kerja pada kurun waktu
Mei-Juli 2014 di wilayah kerja Puskesmas Garuda; 2) Bidan merupakan tenaga
kesehatan yang berkoordinasi dengan Puskesmas Garuda dan Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru; serta 3) Bidan bersedia menjadi contoh penelitian dan mampu
diajak berkomunikasi serta menyetujui informed consent yang diberikan.
Dua puluh Puskesmas di Kota Pekanbaru

Wilayah Kerja Puskesmas Garuda

Pustu Kelurahan
Tangkerang Barat

Pustu Kelurahan
Tangkerang Tengah

Pustu Kelurahan
Wonorejo

Pustu Kelurahan
Sidomulyo Timur

6 BPS

8 BPS & 2 BPM

5 BPS

7 BPS & 2 BPM

Dua puluh bidan yang memenuhi kriteria inklusi

Gambar 2 Bagan cara penarikan contoh bidan
Populasi ibu nifas sebanyak 159 orang. Penentuan contoh ibu nifas
menggunakan kriteria inklusi sebagai berikut: 1) Ibu nifas yang bersalin pada

7

periode 0-6 bulan sebelum Juli 2014 pada saat pengambilan data; 2) Ibu nifas yang
bersalin ditolong oleh bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda dalam keadaan
normal dan bayi tidak dalam keadaan BBLR; 3) Ibu nifas bukan merupakan wanita
berisiko tinggi dan tidak memiliki riwayat penyakit penyerta lainnya; serta 4) Ibu
nifas bersedia menjadi contoh penelitian dan mampu diajak berkomunikasi serta
menyetujui informed consent yang diberikan.
Dua puluh bidan yang memenuhi kriteria inklusi
di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda

Posyandu Pratama
(0 unit)

Posyandu Madya
(11 unit)

Posyandu Purnama
(36 unit)

Posyandu Mandiri
(6 unit)

159 ibu nifas
156 bayi ASI eksklusif

53 ibu nifas yang memenuhi kriteria inklusi

Gambar 3 Bagan cara penarikan contoh ibu nifas
Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 20 bidan dan 53 ibu nifas yang
memenuhi kriteria inklusi.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan
menggunakan instrumen berupa kuisioner yang meliputi:
1. Karakteristik contoh ibu nifas (umur, tingkat pendidikan, pekerjaan).
2. Karakteristik contoh bidan (umur, tingkat pendidikan, lama bekerja).
3. Pengetahuan gizi contoh (terkait suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif).
4. Program suplementasi vitamin A (cakupan suplementasi dan pemberian 2 kapsul
vitamin A).
5. Program ASI eksklusif (pelaksanaan IMD dan pemberian ASI saja 0-6 bulan).
6. Peran bidan (pada program suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif).
7. Pelaksanaan program (suplementasi vitamin A ibu nifas dan praktik pemberian
ASI eksklusif).
Data sekuder meliputi gambaran umum wilayah kerja puskesmas, tenaga
kesehatan, pelayanan kesehatan dan pelaksanaan program gizi wilayah yang
diperoleh dari catatan Profil Dinas Kesehatan dan Profil Puskesmas setempat.
Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu coding,
entry, cleaning dan analisis data. Tahap coding merupakan tahapan yang digunakan

8

untuk mempermudah dalam entry dan pengolahan data. Tahapan selanjutnya adalah
entry data yaitu proses memasukkan data pengisian kuesioner sesuai kode yang
telah ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar.
Tahapan selanjutnya adalah cleaning yang dilakukan untuk mengoreksi atau
mengecek kesalahan yang mungkin terjadi saat memasukkan data. Data tersebut
dianalisis secara statistik deskriptif dan statistik inferensia menggunakan program
Microsoft Excel 2007 dan Statistical Program for Social Science (SPSS for window
versi 16.0).
Data karakteritik ibu nifas dan bidan diperoleh melalui pengisian kuisioner.
Umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu nifas diolah dengan memberikan
kategori pada masing-masing peubah. Umur ibu nifas dikelompokkan menjadi 3
kategori menurut Depkes (2005a) yaitu kurang 20 tahun, 20-35 tahun dan lebih 35
tahun. Tingkat pendidikan ibu nifas dikategorikan berdasarkan jenjang kelulusan
pendidikan terakhir yaitu tamat SD (1), tamat SMP/sederajat (2), tamat
SMA/sederajat (3), dan tamat akademi/perguruan tinggi (4). Pekerjaan ibu nifas
dikategorikan berdasarkan status pekerjaan yaitu tidak bekerja/ibu rumah tangga
(0) dan bekerja (1). Umur bidan dikelompokkan menjadi 3 kategori (Yatino 2005)
yaitu kurang 30 tahun, 30-40 tahun, dan lebih 40 tahun. Tingkat pendidikan bidan
dikelompokkan menjadi 3 kategori (Depkes 2004) yaitu DI kebidanan, DIII
kebidanan dan S1 kebidanan. Lama bekerja bidan dikelompokkan menjadi 3
kategori (Yatino 2005) yaitu kurang 5 tahun, 5-10 tahun dan lebih 10 tahun.
Pengetahuan gizi contoh diperoleh melalui pengisian kuisioner.
Pengetahuan gizi terkait suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif diolah dengan
mengumpulkan nilai jawaban benar dari 10 pertanyaan. Penilaian dilakukan dengan
mengelompokkan nilai berdasarkan skor total yang diperoleh. Pengetahuan gizi
contoh dikelompokkan menjadi 3 kategori (Khomsan 2000) yaitu baik (>80%),
sedang (60-80%) dan kurang ( 40 tahun
Pendidikan
D I Kebidanan
D III Kebidanan
D IV Kebidanan
Lama bekerja
< 5 tahun
5-10 tahun
> 5 tahun
Total

n

%

19
0
1

95.0
0.0
5.0

0
19
1

0.0
95.0
0.0

18
1
1
20

90.0
5.0
5.0
100.0

Karakteristik Ibu Nifas
Ibu nifas dalam penelitian ini merupakan ibu yang melahirkan dibantu oleh
bidan di wilayah kerja puskesmas dalam rentang bersalin setelah 0-40 hari dan 0-6
bulan sebelum bulan Juli 2014 serta melakukan pemeriksaan kehamilan dan
persalinannya kepada bidan tersebut. Umumnya umur ibu nifas dan melahirkan berada
pada rentang 20-35 tahun. Umur wanita yang melahirkan lebih dari 35 tahun
dianggap berbahaya sehingga dapat meningkatkan penyulit kehamilan dan
persalinan (Depkes 2005a). Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial
yang umumnya berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang. Ibu yang
berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga lebih banyak
memiliki kesempatan untuk menyusui (Depkes 2000).
Tabel 2 menunjukkan sebagian besar contoh ibu nifas berumur antara 2035 tahun (90.6%) dengan pendidikan tamatan SMA (58.5%) dan tidak bekerja
(79.3%). Penelitian Widiyanto (2012) menyatakan bahwa pendidikan yang rendah
akan mempengaruhi pengambilan keputusan ibu dalam pemberian ASI kepada
bayinya. Ibu yang bekerja cenderung tidak memberikan ASI eksklusif diakibatkan
singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan (Prasetyono 2009). Ibu yang tidak
bekerja cenderung dapat memberikan ASI eksklusif karena memiliki waktu yang

12

cukup untuk menyusui bayinya (Widagdo 2000). Sebaran karakteristik ibu nifas
disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 Sebaran karakteristik ibu nifas
Kategori
Umur
< 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
Pendidikan
Tamatan SD
Tamatan SMP/sederajat
Tamatan SMA/sederajat
Tamatan PT/sederajat
Lama bekerja
Tidak bekerja
Bekerja
Total

n

%

0
48
5

0.0
90.6
9.4

4
9
31
9

7.7
16.9
58.5
16.9

42
11
53

79.3
20.7
100.0

Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Bidan
Pengetahuan gizi bidan dalam penelitian ini merupakan informasi tentang
suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif yang dimiliki oleh bidan dalam
mendukung pemberian suplemen vitamin A serta praktik pemberian ASI eksklusif
yang diperoleh melalui pertanyaan dalam kuisioner penelitian. Terdapat 10
pertanyaan dalam kuisioner dan dinilai jawaban masing-masingnya. Tabel 3
menunjukkan sebagian besar contoh bidan (>50%) dapat menjawab benar 7
pertanyaan terkait suplementasi vitamin A. Hanya sebagian kecil contoh bidan yang
dapat menjawab benar pertanyaan tentang sumber pangan vitamin A (5.0%) dan
cakupan suplementasi vitamin A (40.0%). Separuh dari contoh bidan dapat
menjawab benar pertanyaan tentang jumlah dan dosis vitamin A yang sebaiknya
diterima ibu nifas (50.0%). Pengetahuan gizi contoh bidan dikategorikan sedang
(60.0%) terkait suplementasi vitamin A.
Penelitian Dewi (2010) menyatakan bahwa separuh contoh memiliki
pengetahuan rendah (50.0%) dan sikap yang tidak mendukung (62.9%) terhadap
pemberian kapsul vitamin A ibu nifas. Tenaga kesehatan khususnya bidan
sebaiknya memiliki pengetahuan yang baik tentang suplementasi vitamin A.
Pengetahuan tersebut antara lain manfaat vitamin A dan manfaat pemberian kapsul
vitamin A bagi ibu nifas. Kurangnya pengetahuan penolong persalinan (bidan)
kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pelatihan tentang prosedur pemberian
kapsul vitamin A untuk ibu nifas dari Dinas Kesehatan setempat, sehingga
penolong persalinan tidak memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan yang
telah ditetapkan (Naibaho 2011).
Palutturi (2009) menyatakan bahwa bidan dengan pengetahuan cukup
memiliki kinerja yang baik (84.0%). Tenaga kesehatan yang mempunyai tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal
baru yang berkaitan dengan kapsul vitamin A untuk ibu nifas sehingga
partisipasinya dalam memberikan suplemen vitamin A kepada ibu nifas lebih baik

13

(Notoatmodjo 2010). Sebaran pengetahuan bidan terkait suplementasi vitamin A
disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3 Sebaran bidan berdasarkan pengetahuan terkait suplementasi vitamin A
menurut jawaban benar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pertanyaan
Pengertian vitamin A
Manfaat vitamin A
Sumber pangan vitamin A
Pemberian kapsul vitamin A
Manfaat vitamin A bagi ibu nifas
Kapan sebaiknya ibu nifas diberi vitamin A
Akibat yang ditimbulkan jika ibu nifas tidak mendapat vitamin A
Jumlah dan dosis kapsul vitamin A yang sebaiknya diterima oleh
ibu nifas
Cakupan suplementasi vitamin A
Siapa yang sebaiknya memberi vitamin A kepada ibu nifas

n
15
14
1
14
13
15
17

%
75.0
70.0
5.0
70.0
65.0
75.0
85.0

10

50.0

8
20

40.0
100.0

Tabel 4 menunjukkan sebagian besar contoh bidan (>50%) dapat menjawab
benar 9 pertanyaan terkait ASI eksklusif. Sebagian kecil contoh bidan tidak dapat
menjawab benar pertanyaan tentang peraturan pemerintah pada ASI eksklusif 0-6
bulan (35.0%). Pengetahuan gizi contoh bidan dikategorikan baik (95.0%) terkait
ASI eksklusif. Penelitian Yani (2009) menyatakan bahwa sebagian besar petugas
kesehatan memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif, namun tidak
memberikan dukungan kepada ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya.
Pengetahuan tenaga kesehatan khususnya bidan terkait ASI eksklusif sebaiknya
lebih baik daripada tenaga kesehatan lainnya (dukun bayi). Bidan sebaiknya dapat
memberikan pendidikan dan dukungan kepada ibu selama masa hamil, melahirkan
dan menyusui untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Neil 2012). Pemerintah
khususnya Dinas Kesehatan setempat perlu memperhatikan dan meningkatkan
motivasi tenaga kesehatan terutama bidan untuk mendukung program ASI
eksklusif. Sebaran pengetahuan bidan terkait ASI eksklusif disajikan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4 Sebaran bidan berdasarkan pengetahuan terkait ASI eksklusif menurut
jawaban benar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pertanyaan
Pengertian inisiasi menyusui dini (IMD)
Cairan ASI yang pertama keluar
Berapa jam ASI pertama diberikan setelah melahirkan
Pengertian ASI eksklusif
Manfaat ASI bagi bayi
Berapa sering ASI diberikan kepada bayi dalam sehari
Berapa lama ASI saja diberikan kepada bayi
Kapan ASI sebaiknya diberikan kepada bayi
Setiap berapa lama ASI diberikan kepada bayi
Peraturan pemerintah pada ASI eksklusif 0-6 bulan

N
15
20
20
20
18
20
18
20
19
7

%
75.0
100.0
100.0
100.0
90.0
100.0
90.0
100.0
95.0
35.0

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan gizi bidan terkait ASI eksklusif
lebih baik daripada pengetahuan terkait suplementasi vitamin A.

14

Pengetahuan Ibu Nifas
Pengetahuan gizi ibu nifas dalam penelitian ini merupakan informasi
tentang suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif yang dimiliki oleh ibu nifas serta
yang didapat melalui konseling/penyuluhan dari bidan, dalam pemberian suplemen
vitamin A dan praktik ASI eksklusif yang diperoleh melalui pertanyaan dalam
kuisioner penelitian. Terdapat 10 pertanyaan dalam kuisioner dan dinilai jawaban
masing-masingnya. Tabel 5 menunjukkan sebagian besar contoh ibu nifas (>50%)
tidak dapat menjawab benar 9 pertanyaan terkait suplementasi vitamin A. Sebagian
besar contoh hanya dapat menjawab benar pertanyaan tentang siapa yang sebaiknya
memberi vitamin A kepada ibu nifas (83.0%). Pengetahuan gizi contoh ibu nifas
dikategorikan kurang (49.1%) terkait suplementasi vitamin A.
Penelitian Naibaho (2011) menyatakan bahwa sebagian kecil ibu yang
mengetahui tentang pemberian dan manfaat pemberian kapsul vitamin A ibu nifas.
Salah satu faktor yang memungkinkan kurangnya pengetahuan ibu nifas pada
suplementasi vitamin A adalah kurangnya informasi tentang vitamin A, manfaat
vitamin A dan manfaat pemberian kapsul vitamin A yang diperolehnya dari
penolong persalinan (bidan) sehingga respon ibu tentang pentingnya vitamin A
selama masa nifas dan perilaku untuk mengonsumsi vitamin A rendah. Penelitian
lainnya menyatakan bahwa sebagian besar ibu nifas tidak memiliki pengetahuan
yang baik tentang suplementasi vitamin A sehingga tidak memperoleh kapsul
vitamin A selama masa nifasnya (Endang 2003).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
ibu nifas tentang suplementasi vitamin A yakni melalui promosi/penyuluhan gizi
berkaitan dengan sumber makanan yang mengandung vitamin A, meningkatkan
asupan vitamin A, memperkenalkan makanan yang mengandung vitamin A seperti
makanan yang difortifikasi vitamin A serta melaksanakan program suplementasi
vitamin A untuk ibu nifas (IVACG 2002). Sebaran pengetahuan ibu nifas terkait
suplementasi vitamin A disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5 Sebaran ibu nifas berdasarkan pengetahuan terkait suplementasi vitamin A
menurut jawaban benar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pertanyaan
Pengertian vitamin A
Manfaat vitamin A
Sumber pangan vitamin A
Pemberian kapsul vitamin A
Manfaat vitamin A bagi ibu nifas
Kapan sebaiknya ibu nifas diberi vitamin A
Akibat yang ditimbulkan jika ibu nifas tidak mendapat vitamin A
Jumlah dan dosis vitamin A yang diterima oleh ibu nifas
Cakupan suplementasi vitamin A
Siapa yang sebaiknya memberi vitamin A kepada ibu nifas

n
25
26
12
15
23
23
23
8
10
44

%
47.2
49.1
22.6
28.3
43.4
43.4
43.4
15.1
18.9
83.0

Contoh ibu nifas yang mendapatkan suplemen vitamin A menyatakan
bahwa bidan hanya menyampaikan nama, jumlah dan dosis obat atau suplemen
yang diberikan setelah melahirkan, kemudian membawanya pulang. Penjelasan
tentang obat atau suplemen yang diberikan tersebut juga tidak disampaikan kepada
keluarga yang mendampingi setelah melahirkan seperti suami, ibu atau saudara.
Pengetahuan tenaga kesehatan umumnya masih berada pada tingkatan memahami,

15

yang diartikan bahwa contoh bidan hanya mampu menjelaskan/melakukan
pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas dan manfaatnya tetapi belum dalam
hal penerapannya (Notoatmodjo 2003).
Tabel 6 menunjukkan sebagian besar contoh ibu nifas (>50%) tidak dapat
menjawab benar 9 pertanyaan terkait ASI eksklusif. Sebagian kecil contoh ibu nifas
hanya dapat menjawab benar pertanyaan tentang pengertian inisiasi menyusui dini
(71.7%). Pengetahuan gizi contoh ibu nifas dikategorikan baik (66.0%) terkait ASI
eksklusif. Penelitian Yani (2009) menyatakan bahwa sebagian besar ibu tidak
memberikan ASI kepada bayinya dikarenakan pengetahuan ibu yang rendah
tentang ASI eksklusif. Penelitian lain terkait ASI eksklusif menyatakan bahwa
sebagian besar ibu menerima penjelasan tentang ASI eksklusif selama masa hamil
(Hermina 2010). Informasi tentang manfaat ASI eksklusif dan cara memberikannya
yang benar diperoleh melalui penyuluhan dari tenaga kesehatan khususnya bidan,
keluarga, maupun media lainnya.
Banyaknya kegiatan sosialisasi/penyuluhan dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan ibu (Hermina 2010). Penelitian Andreani (2013) menyatakan bahwa
ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif yang tinggi cenderung
memiliki sikap yang positif pada praktik pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif yang diperoleh ibu dari pendidikan informal berupa
penyuluhan dapat memberikan perubahan perilaku positif dalam pelaksanaan
praktik ASI eksklusif (Notoatmodjo 2010). Faktor yang mempengaruhi ibu dalam
memberikan ASI kepada bayinya antara lain pengetahuan, persepsi negatif ibu
tentang menyusui, kondisi kesehatan, tradisi dan adanya dukungan dari lingkungan
(Pertiwi 2012). Sebaran pengetahuan ibu nifas terkait ASI eksklusif disajikan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 6 Sebaran ibu nifas berdasarkan pengetahuan terkait ASI eksklusif menurut
jawaban benar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pertanyaan
Pengertian inisiasi menyusui dini (IMD)
Cairan ASI yang pertama keluar
Berapa jam ASI pertama diberikan setelah melahirkan
Pengertian ASI eksklusif
Manfaat ASI bagi bayi
Berapa sering ASI diberikan kepada bayi dalam sehari
Berapa lama ASI saja diberikan kepada bayi
Kapan ASI sebaiknya diberikan kepada bayi
Setiap berapa lama ASI diberikan kepada bayi
Siapa yang sebaiknya memberi penjelasan tentang ASI eksklusif

n
38
10
14
18
9
13
12
18
19
18

%
71.7
18.9
26.4
34.0
17.0
24.5
22.6
34.0
35.8
34.0

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa pengetahuan ibu terkait
suplementasi vitamin A dan ASI eksklusif masih kurang. Contoh ibu pada
penelitian menyatakan bahwa penjelasan tentang ASI eksklusif dan MP-ASI telah
diperolehnya dari bidan yang memeriksakan kehamilan mereka. Namun, beberapa
faktor yang mempengaruhi perilaku menyusui ibu antara lain kurangnya dukungan
dari keluarga dan kondisi kesehatan yang lemah saat hari-hari pertama menyusui.
Sehingga, ibu telah memberikan minuman seperti air putih dan susu formula kepada
bayinya. Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan tentang inisiasi menyusui dini
yang sedang, namun masih memberikan prelakteal kepada bayi di hari pertama

16

kehidupannya. Berdasarkan penelitian Nugraheni (2011), ibu yang memiliki
pengetahuan inisiasi menyusui dini sedang cenderung tidak melakukan inisiasi
menyusui dini dan telah memberikan air putih kepada bayinya serta melakukannya
dikarenakan ASI tidak keluar.
Peran Bidan
Peran bidan sangat diperlukan dalam melakukan perubahan penerapan g