Analisis Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Pengusian pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Sinabung Kabupaten Karo

(1)

ANALISIS DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA MASA TANGGAP DARURAT DI PENGUNGSIAN ERUPSI SINABUNG

KABUPATEN KARO TAHUN 2014

TESIS

Oleh

MUHAMMAD HUSAINI 127032218/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE ANALYSIS OF THE DETERMINANTS OF GIVING EXCLUSIVE ASI DURING EMERGENCY RESPONSIVENESS AT THE EVACUATION

CAMPS OF SINABUNG ERUPTION IN KARO DISTRICT, IN 2014

THESIS

By

MUHAMMAD HUSAINI 127032218/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ANALISIS DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA MASA TANGGAP DARURAT DI PENGUNGSIAN ERUPSI SINABUNG

KABUPATEN KARO TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD HUSAINI 27032218/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA MASA TANGGAP DARURAT DI PENGUNGSIAN ERUPSI SINABUNG KABUPATEN KARO

TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Muhammad Husaini Nomor Induk Mahasiswa : 127032218

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Manajemen Kesehatan Bencana

Menyetujui Komisis Pembimbing

Ketua

(Dr.Muslich Lufti Nasution, M.B.A, I.D.S)

Anggota

(Suherman, S.K.M, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 21 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Muslich Lufti Nasution, M.B.A, I.D.S Anggota : 1. Suherman, S.K.M, M.Si

2. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si 3. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes


(6)

PENYATAAN

ANALISIS DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA MASA TANGGAP DARURAT DIPENGUNGSIAN ERUPSI SINABUNG

KABUPATEN KARO TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis didalam tesis ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014

Muhammad Husaini 127032218/IKM


(7)

ABSTRAK

Persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Karo tahun 2012 masih di bawah standar Indonesia Sehat 2015 yaitu 1,479 bayi (39,2%). Pada keadaan situasi terjadi bencana, masalah kesehatan Ibu dan bayi sering terabaikan di tempat pengungsian khususnya tentang pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif telah diamanatkan melalui Undang-Undang No.36 tahun 2009 pasal 128 dan 129 dan Peraturan Pemerintah RI No.33 tahun 2012. Tujuan penelitian untuk menganalisis bagaimana prilaku Ibu menyusui dalam pemberian ASI Eksklusif di Pengungsian bencana erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014.

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Ibu yang yang memberikan ASI Eksklusif di pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo. Cara pengambilan sampel yaitu teknik Proporsi Sampling. Data dikumpulkan menggunakan metode wawancara berpedoman pada penggunaan kuesioner. pada periode waktu Februari - Maret 2014. Teknik analisis yaitu analisis univariat, analisis bivariat (uji chi square) dan analisa multivariate dengan analisa multiple regresi logistic.

Hasil Penelitian dan kesimpulan Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa ada hubungan antara umur (p-value = 0,003 < 0,05 ), pengetahuan (p-value = 0,000 < 0,05), sikap (p-value = 0,000 < 0,05) , dukungan keluarga ( p-value = 0,022 < 0,05) dengan pemberian ASI Eksklusif. Sedangkan pendidikan ( p-value = 0,078 < 0,05),ketersediaan fasilitas ( p-value = 0,214 > 0,05) dan dukungan tenaga kesehatan ( p-value = 0,063 > 0,05) disimpulkan bahwa tidak ada hubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Disaranka kepada Dinas Kesehatan sebaiknya dapat memberikan masukan kepada Komando Tanggap Darurat untuk menyediakan sarana menyusui di lokasi pengungsian. Selain itu, Dinas Kesehatan sebaiknya meningkatkan peran tenaga kesehatan untuk mempromosikan ASI Eksklusif dan membantu keluarga untuk memberikan dukungan kepada Ibu yang menyusui.

Kata Kunci : Faktor, Mempengaruhi, Pemberian ASI Eksklusif, Pengungsi, Erupsi Sinabung


(8)

ABSTRACT

The percentage of babies that obtain exclusive ASI (breast milk) in Karo District in 2012 was still below the Healthy Indonesia 2015 (1,479 babies or 39.2%). During the disaster, the health problems of mothers and children are often neglected in the evacuation camps, especially in giving exclusive ASI which has been mandated under Articles 128 and 129 of Law No. 36/2009 and the Government Regulation of the Republic of Indonesia No. 33/2012. The objective of the research was to analyze the behavior of mothers who breastfed with exclusive ASI at the evacuation camps of Mount Sinabung eruption in Karo District in 2014.

The research used quantitative method with cross sectional design. The samples consisted of mothers who breastfed their babies with exclusive ASI at the evacuation camps of Mount Sinabung eruption in Karo District, taken by using proportional sampling technique. The data were gathered by conducting interviews which were guided by questionnaires from February to March, 2014 and analyzed by using univatriat analysis, bivatriat analysis with chi square test, and multivatriat analysis with multiple logistic regression tests.

Result and conclusion of the research Based on the statistic test, it was found that there was the correlation of age (p-value = 0.003 < 0.05), knowledge (p-value = 0.000 < 0.05), attitude (p-value = 0.000 < 0.05), and family support (p-value = 0.022 <0.05) with the giving of exclusive ASI. Meanwhile, the education (p-value = 0.078 < 0.05), availability of facility (p-value = 0.214 > 0.05) and family support (p-value = 0.063 > 0.05) did not have any correlation with the giving of exclusive ASI.

SuggestionIt is recommended that the Health Service should give input to the Emergency Responsiveness Commander to provide the facility for breastfeeding in the evacuation camps. Besides that, the Health Service should improve the role of health care providers in promoting exclusive ASI and help families give support to breastfeeding mothers.

Keywords: Factor, Influence, Giving Exclusive ASI, Evacuees, Sinabung Eruption


(9)

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugrahNya sehinga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Pengusian pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Sinabung Kabupaten Karo”.

Tesis ini dibuat merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat Studi Manajemen Kesehatan Bencana, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatra utara.

Penulis, dalam menyusun Tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari banyak pihak. untuk itu penulis pada kesempatan ini mengucapakan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM),Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera utara.

2. Dr. Surya Utama,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Falkutas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Muslich Lufti Nasution, M.B.A, I.D.S, selaku ketua komisi pembimbing dan Suherman, S.K.M, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak


(10)

menyediakan waktu, serta memberikan arahan, dan masukan dalam penyusunan tesis ini

5. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, dan Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku Penguji tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatra Utara yang telah memberikan izin melakukan penelitian dalam menyelesaian tesis ini.

7. Komando Tanggap Darurat Penanganan Bencana Gunung Sinabung Kabupaten Karo yang telah memberikan izin melakukan Penelitian.

8. Kepala Dinas Kabupaten Karo yang telah memberikan izin melakukan Penelitian tesis ini.

9. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minatan Manajemen Kesehatan Bencana Falkutas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumaetra utara.

10.Orang Tua tercinta, Ayahanda Alm H.Iskandar dan Ibunda Hj. Nurhayati yang selalu memberikan do’a serta kasih sayang dan yang tak terhinga selama ini. 11.Teristimewa buat istri tercinta Masdalifah, SPd beserta anak-anak kusayang yang

selalu memberikan do’a, kasih sayang, dan dukungannya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

12.Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minatan Manajemen Kesehatan Bencana Falkutas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumaetra utara.


(11)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyususnan penelitian ini, maka Penulis sangat mengharapkan masukan yang berharga dan saran untuk dapat melengkapi penelitian tesis ini

Medan, Juli 2014 Penulis

Muhammad Husaini 127032218/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Husaini, lahir pada tanggal, 05 Januari 1972 di Simpang Peuet Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H.Iskandar (Alm) dan Hj. Nurhayati. Muhammad Husaini beragama Islam dan bertempat tinggal di Jalan T.Chiek Dhitiro Lorong Kenari No.53 Desa Tepi Air Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

Pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Simpang Peuet Kabupaten Nagan Raya selesai tahun 1986, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Simpang Peuet Kabupaten Nagan Raya selesai tahun 1989, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kuala Kabupaten Nagan Raya selesai tahun 1992, D III Keperawatan Banda Aceh selesai tahun 1996, S1 Keperawatan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta selesai tahun 2006, tahun 2012 melanjutkan pendidikan pada program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai sekarang.

Pengalaman kerja penulis ,pada tahun 1997-2001 sebagai Staf akademik pada Sekolah Perawat Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan, pada tahun 2001-2003 staf Kemahasiswaan Akademik Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, pada tahun 2006-2009 Pudir I Bidang Akademik Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, tahun 2009-2010 Pudir III Bidang Kemasiswaan Akademik Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, tahun 2010-2012 Pudir I Bidang Akademik Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGATAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Hipotesis ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 ASI Eksklusif ... 10

2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif ... 10

2.1.2 Kandungan Gizi Dalam ASI ... 11

2.1.3 Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu ... 14

2.1.4 Fisiologi ASI ... 17

2.2 Tinjauan tentang Pemberian ASI Eksklusif ... 19

2.2.1 Teori Determinan ... 19

2.2.2 Tanggap Darurat Bencana ... 26

2.2.3 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 ... 27

2.3 Landasan Teori ... 30

2.4 Kerangka Konsep ... 30

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1 Data Primer ... 34

3.4.2 Data Sekunder ... 34

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 34


(14)

3.7 Metode Analisis Data ... 41

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.1.1 Letak Geografis ... 42

4.1.2 Demografi ... 43

4.1.3 Tenaga Kesehatan di Dinas Kabupaten Karo... 44

4.1.4 Masalah Kesehatan pada Pengungsi Sinabung ... 46

4.2 Analisis Univariat... 48

4.2.1 Distribusi Berdasarkan Umur ... 48

4.2.2 Distribusi Berdasarkan Pendidikan ... 48

4.2.3 Distribusi Berdasarkan Pengetahuan ... 49

4.2.4 Distribusi Berdasarkan Sikap ... 51

4.2.5 Distribusi Ketersediaan Fasilitas ... 54

4.2.6 Distribusi Dukungan Keluarga ... 56

4.2.7 Distribusi Tenaga Kesehatan... 60

4.2.8 Responden yang Memberikan ASI Eksklusif ... 62

4.3 Analisa Bivariat ... 62

4.3.1 Hubungan Umur dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 62

4.3.2 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Sinabung ... 63

4.3.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Sinabung ... 64

4.3.4 Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Sinabung ... 65

4.3.5 Hubungan Ketersediaan Fasilitas Pemberian ASI Eksklusi... 66

4.3.6 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 67

4.3.7 Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 68

4.4 Analisis Multivariat ... 69

BAB 5. PEMBAHASAN ... 72

5.1 Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Sinabung ... 72

5.1.1 Umur ... 72

5.1.2 Pendidikan ... 73

5.1.3 Pengetahuan ... 75

5.1.4 Sikap ... 78

5.2 Hubungan Faktor Pemungkin dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Sinabung Pengaruh 80 5.2.1 Ketersediaan Fasilitas... 80


(15)

5.3 Hubungan Faktor Penguat dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Sinabung Pengaruh 81

5.3.1. Dukungan Keluarga dan Suami ... 81

5.3.2. Tenaga Kesehatan ... 83

5.4. Penjelasan Variabel yang Tidak Ikut dalam Uji Regresi Logistik 85 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

6.1 Kesimpulan ... 87

6.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Distribusi Perhitungan Sampel ... 33

3.2 Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan ... 36

3.3 Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap ... 36

3.4 Validitas dan Reliabilitas Variabel Ketersediaan Fasilitas ... 37

3.5 Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Keluarga ... 37

3.6 Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Tenaga Kesehatan ... 38

3.7 Variabel, Cara, Alat, Hasil, dan Skala Ukur ... 40

4.1 Rekapitulasi Tenaga Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2013 ... 45

4.2 Data Pengungsi berdasarkan Kategori ... 47

4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden ... 48

4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden ... 48

4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Pengetahuan terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 49

4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada Masa Tanggap darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 51

4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 51


(17)

4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap terhadap ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 54 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan

tentang Ketersediaan Fasilitas terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 54 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Ketersediaan

Failitas Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 55 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan

tentang Dukungan Keluarga terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 56 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan

Keluarga terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 60 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan

tentang Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 60 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan

Tenaga Kesehatan terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 61 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif

pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 62 4.16 Tabulasi Silang Hubungan Umur Responden dengan Pemberian ASI

Eksklusif pada Masa Tanggap darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 63 4.17 Tabulasi Silang Hasil Hubungan Pendidikan Responden dengan


(18)

4.18 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Responden dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 65 4.19 Tabulasi Silang Hubungan Sikap Responden dengan Pemberian ASI

Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 66 4.20 Hasil Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan Pemberian ASI

Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 67 4.21 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI

Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014 ... 68 4.22 Hasil Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Pemberian ASI

Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo tahun 2014 ... 69 4.23 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda ... 70


(19)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1 Gambar Kerangka Konsep Penelitian ... 30 4.1 Gambar Peta Kabupaten Karo ... 42


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Persetujuan Responden ... 94

2. Kuesioner Penelitian ... 95

3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 99

4. Output Spss ... 100

5. Surat Izin Survey Awal ... 122


(21)

ABSTRAK

Persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Karo tahun 2012 masih di bawah standar Indonesia Sehat 2015 yaitu 1,479 bayi (39,2%). Pada keadaan situasi terjadi bencana, masalah kesehatan Ibu dan bayi sering terabaikan di tempat pengungsian khususnya tentang pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif telah diamanatkan melalui Undang-Undang No.36 tahun 2009 pasal 128 dan 129 dan Peraturan Pemerintah RI No.33 tahun 2012. Tujuan penelitian untuk menganalisis bagaimana prilaku Ibu menyusui dalam pemberian ASI Eksklusif di Pengungsian bencana erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014.

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Ibu yang yang memberikan ASI Eksklusif di pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo. Cara pengambilan sampel yaitu teknik Proporsi Sampling. Data dikumpulkan menggunakan metode wawancara berpedoman pada penggunaan kuesioner. pada periode waktu Februari - Maret 2014. Teknik analisis yaitu analisis univariat, analisis bivariat (uji chi square) dan analisa multivariate dengan analisa multiple regresi logistic.

Hasil Penelitian dan kesimpulan Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa ada hubungan antara umur (p-value = 0,003 < 0,05 ), pengetahuan (p-value = 0,000 < 0,05), sikap (p-value = 0,000 < 0,05) , dukungan keluarga ( p-value = 0,022 < 0,05) dengan pemberian ASI Eksklusif. Sedangkan pendidikan ( p-value = 0,078 < 0,05),ketersediaan fasilitas ( p-value = 0,214 > 0,05) dan dukungan tenaga kesehatan ( p-value = 0,063 > 0,05) disimpulkan bahwa tidak ada hubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Disaranka kepada Dinas Kesehatan sebaiknya dapat memberikan masukan kepada Komando Tanggap Darurat untuk menyediakan sarana menyusui di lokasi pengungsian. Selain itu, Dinas Kesehatan sebaiknya meningkatkan peran tenaga kesehatan untuk mempromosikan ASI Eksklusif dan membantu keluarga untuk memberikan dukungan kepada Ibu yang menyusui.

Kata Kunci : Faktor, Mempengaruhi, Pemberian ASI Eksklusif, Pengungsi, Erupsi Sinabung


(22)

ABSTRACT

The percentage of babies that obtain exclusive ASI (breast milk) in Karo District in 2012 was still below the Healthy Indonesia 2015 (1,479 babies or 39.2%). During the disaster, the health problems of mothers and children are often neglected in the evacuation camps, especially in giving exclusive ASI which has been mandated under Articles 128 and 129 of Law No. 36/2009 and the Government Regulation of the Republic of Indonesia No. 33/2012. The objective of the research was to analyze the behavior of mothers who breastfed with exclusive ASI at the evacuation camps of Mount Sinabung eruption in Karo District in 2014.

The research used quantitative method with cross sectional design. The samples consisted of mothers who breastfed their babies with exclusive ASI at the evacuation camps of Mount Sinabung eruption in Karo District, taken by using proportional sampling technique. The data were gathered by conducting interviews which were guided by questionnaires from February to March, 2014 and analyzed by using univatriat analysis, bivatriat analysis with chi square test, and multivatriat analysis with multiple logistic regression tests.

Result and conclusion of the research Based on the statistic test, it was found that there was the correlation of age (p-value = 0.003 < 0.05), knowledge (p-value = 0.000 < 0.05), attitude (p-value = 0.000 < 0.05), and family support (p-value = 0.022 <0.05) with the giving of exclusive ASI. Meanwhile, the education (p-value = 0.078 < 0.05), availability of facility (p-value = 0.214 > 0.05) and family support (p-value = 0.063 > 0.05) did not have any correlation with the giving of exclusive ASI.

SuggestionIt is recommended that the Health Service should give input to the Emergency Responsiveness Commander to provide the facility for breastfeeding in the evacuation camps. Besides that, the Health Service should improve the role of health care providers in promoting exclusive ASI and help families give support to breastfeeding mothers.

Keywords: Factor, Influence, Giving Exclusive ASI, Evacuees, Sinabung Eruption


(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki gunung berapi aktif yang lebih banyak dari pada

negara-negara lain, terdapat 129 gunung aktif di indonesia, dipulau sumatera terdapat 30 gunung

berapi penyebaran gunung berapi di indonesia merentang sepanjang 700 km dari Aceh

sampai ke Sulawesi Utara melalui Bukit Barisan, Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan

Maluku. Beberapa gunung berapi tersebut adalah gungung berapi yang pernah meletus

dengan dahsyat, yang tak terlupakan dalam peradapan manusia seperti Gunung Krakatau.

(Depkes RI, 2007).

Indonesia memiliki tiga gunung berapi yang masuk dalam status siaga yaitu :

Gunung Soputan, Gunung Merapi, Gunung Sinabung. Gunung Sotupan di Sulawesi utara

meletus dan memuntahkan vulkanik setinggi 6 kilometer pada tanggal 3 Juli 2011 yang

lalu. Pusat Vulakanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat awan panas

yang membawa matrial dengan pijar vulkanik setinggi 250 meter dari kawah. Erupsi

terus terjadi dan susul menyusul kearah utara dan barat laut di sertai kilat gemuruh.

Gunung Merapi meletus di Jawa tengah tanggal 25 Oktober 2010 dengan korban 29

orang meninggal.

Letusan gunung berapi merupakan salah satu fenomena, yang menjadi perhatian

utama di Indonesia, disebabkan bencana alam letusan gunung berapi akan menimbulkan

korban jiwa dan kerugian yang amat besar. Letusan gunung berapi dapat menimbulkan


(24)

panas serta material vulkanik yang amat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Letusan gunung berapi dapat memperburuknya kesehatan terutama pernafasan

merupakan dampak yang secara langsung dapat dirasakan manusia akibat erupsi gunung

berapi selain kerugian dari segi materil. Erupsi gunung berapi juga mengakibatkan

kerusakan kehidupan ekosistem disekitar wilayah gunung berapi. Hutan, udara, sungai,

sawah dan perkebunan penduduk menjadi tercemar akibat debu dan material vulkanik

yang muncul dari erupsi gunung berapi (Adiputro, 2002).

Letusan gunung berapi terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang

didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma merupakan cairan pijar yang

terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih

dari 1.000 oC. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang

dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 o

Kabupaten Karo secara geografis berada di dekat jejeran gunung berapi wilayah

Sumatera, di Karo ada 2 dari 129 gunung berapi aktif yang berada di Indonesia yaitu

Gunung Berapi Sinabung dan Gunung Berapi Sibayak. Kedua gunung ini berstatus Awas

(level III). Kedua gunung ini tidak pernah erupsi sejak tahun 1600. Kabupaten Karo

mengalami peristiwa erupsi Gunung Sinabung cukup mengejutkan pada tanggal 29

Agustus 2010. Surono selaku Kepala PVMBG sebelumnya menyatakan: “Gunung

Sinabung tidak akan mengalami erupsi” Akhirnya Surono mengumumkan pernyataan:

“Gunung Sinabung berbahaya dari status tipe B berubah menjadi tipe A. Masyarakat agar C. Letusan gunung berapi membawa batu dan

debu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km bahkan lebih, sedangkan lavanya


(25)

mengungsi sejauh 6 Km dari kaki Gunung Sinabung.” Erupsi Sinabung juga

mengakibatkan rusaknya pertanian dan perkebunan seluas 60 Ha. Sektor mata

pencaharian utama sebahagian besar masyarakat Kabupaten Karo adalah sektor

pertanian. Masyarakat mengungsi ke 21 titik pengungsian sebanyak 27.472 orang, korban

meninggal sebanyak dua orang (Kemenkes RI, 2010)

Erupsi Sinabung kembali terjadi pada malam hari pukul 20.24 WIB, Hari Minggu tanggal, 17 November 2013, dengan tampak awan panas 500 meter ke tenggara tinggi kolom asap letusan 2 ribu meter. Pada pukul 20.45 WIB, erupsi sinabung berlangsung hingga malam hari dengan jumlah pengungsi pada saat tersebut sekitar 6.155 jiwa yang tersebar di 16 titik pengungsian. Di antaranya Desa Mardinding, Desa Sukameriah, Masjid Payung, Desa bekerah dan desa Simacem. Status Gunung sinabung pada saat sekarang ini adalah berstatus Awas (lever VI), jumlah pengungusipun semangkin hari semangkin bertambah sehinga sampai dengan tanggal 17 Januari 2014, sekitar 27.319 jiwa yang tersebar di 40 titik pengungsian.

Kejadian bencana umumnya memiliki dampak yang merugikan yaitu, rusaknya sarana prasarana fisik, permukiman dan fasilitas umum. Dampak lain yang tak kalah pentingnya adalah permasalahan kesehatan seperti pelayanan kesehatan, korban meninggal, penurunan status gizi masyarakat, anak balita serta bayi yang sedang menyusui. Hal ini merupakan permasalahan yang semestinya menjadi perhatian pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten kota untuk dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk yang terjadi seperti halnya masalah kesehatan ibu dan bayi. Pada keadaan situasi terjadi bencana, masalah kesehatan ibu dan bayi sering terabaikan di tempat pengungsian. Hal ini dipengaruhi oleh


(26)

jumlah pengungsi yang banyak, tempat pengungsian yang sempit, sehingga keadaan lingkungan disekitar pengungsian dapat memperburuk masalah kesehatan ibu dan bayi.

Masalah kesehatan ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian. Tujuaannya adalah untuk meningkatkan pembangunan kesehatan melalui kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Upaya perbaikan gizi melalui penerapan pemberian ASI Eksklusif telah diamanatkan melalui Undang-Undang No.36 tahun 2009 pasal 128 dan 129 yaitu: bahwa bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif. Peraturan Pemerintah RI No.33 tahun 2012 Bab II pasal 3,4 dan 5 juga menyebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan pemerintak Kab./Kota bertanggungjawab dalam program pemberian ASI Eksklusif.

Pemerintah telah menghimbau pemberian ASI Ekslusif, namun angka pemberian ASI Eksklusif masih sangat rendah. Data menunjukkan lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi diseluruh dunia diberi ASI Ekslusif selama 4 bulan dan pemberian makanan pendamping Asi yang tidak sesuai dan tidak aman bagi bayi. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 dilaporkan bahwa bayi di Indonesia rata-rata hanya mendapat ASI sampai usia 1,6 bulan, sedangkan yang diberi ASI Eksklusif sampai umur 4-5 bulan hanya 14%. Kondisi ini masih sangat jauh dari yang direkomendasikan dalam indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 80% (Depkes RI, 2007)

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan dimana persentase bayi yang menyusui Eksklusif sampai


(27)

dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Menurut Depkes (2010), kesadaran mayarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Selain itu, salah satu penyebab utama rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah masih kurangnya pengetahuan ibu menyusui, keluarga dan masyarakat tentang ASI Eksklusif ditambah lagi faktor sosial budaya di beberapa tempat kurang mendukung pencapaian ASI Eksklusif.

Menurut profil Kesehatan Kabupaten Karo Tahun 2010 dari jumlah bayi sebesar 7.073 yang mendapat ASI Eksklusif Sebesar 1.100 bayi (15,6%). Pada tahun 2012 ditemukan peningkatan jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif sebesar 1,479 bayi (39,2%). Dengan demikian persentase bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Karo tahun 2012 masih di bawah standar Indonesia Sehat 2015 yaitu sebesar 80%.

Pemberian ASI Eksklusif pada bayi adalah salah satu masalah kesehatan Ibu dan anak yang sering terabaikan di tempat pengungsian. Menurut survei awal pada tanggal, 22 Januari 2014 di posko utama kesehatan pengungsi Erupsi Sinabung, diketahui sampai tanggal 20 januari 2014 terdapat 23 orang Ibu yang melahirkan, sebanyak 602 orang pengungsi balita dan 777 orang jumlah ibu yang menyusui di pengungsian Erupsi Sinabung. Sampai tanggal 7 februari 2014 jumlah pengungsi: 9.996 KK/32.355 jiwa, ibu hamil ada sebanyak 222 orang serta bayi sebanyak 222 orang. Berdasarkan pengamatan peneliti keadaan yang tidak kondusif, status kesehatan dan gizi ibu serta stress di pengungsian mempengaruhi prilaku ibu dalam mempertahankan ASI Eksklusif pada bayi

Menurut Dr.Gianfranco, (2008) sering terdapat anggapan yang tidak tepat bahwa keluarga-keluarga di wilayah bencana membutuhkan susu formula dan susu bubuk. Sumbangan sukarela dalam bentuk tersebut sering membanjiri wilayah bencana. Masyarakat


(28)

luas dan para donor yang beritikad baik perlu diberitahu bahwa produk-produk tersebut tidak diperlukan dalam situasi darurat. Hanya pada situasi tertentu dan atas indikasi medis dan sosial tertentu, susu formula dapat diberikan secara terbatas dan melalui pengawasan dan persyaratan yang sangat ketat (misalnya karena keterbatasan air bersih).

Merosotnya pemberian ASI menunjukkan adanya peningkatan dalam penggunaan susu formula, yang jika digunakan secara tepat pun masih kalah manfaatnya dibandingkan dengan ASI. Dalam keadaan darurat yang sering diikuti dengan kelangkaan air bersih dan sedikitnya kesempatan serta fasilitas untuk membersihkan botol dan perlengkapan makan bayi dan anak, risiko yang berkaitan dengan pemberian makanan yang tidak alami cukup tinggi (JPIG, 2008).

Pada survey awal ke Losd Tigabinanga pada tanggal 13-14 Desember 2013 ada beberapa masalah yang ada kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu air bersih terbatas, kandungan gizi dari bantuan makanan yang datang tidak variatif, bahan makan yang ada kurang tepat bagi kelompok sasaran tertentu terutama ibu menyusui.

Hal tersebut di atas menimbulkan permasalahan besar utamanya bagi bayi, anak balita dan ibu menyusui serta bagi petugas di lapangan. Dampak yang terjadi adalah bertambahnya angka kesakitan pada bayi, serta menurunnya status gizi balita sehingga berpotensi terhadap kejadian gizi buruk (kurang gizi terselubung) bertambah. Ibu menyusui banyak yang mengalami stres berat sehingga tidak lagi menyusui.

Per tanggal 7 Februari 2014, sebanyak 3998 orang yang menderita diare, namun peneliti tidak mendapatkan penderita berdasarkan umur. Diare merupakan salah satu penyakit yang berhubungan dengan pencernaan dan gizi. Pemberian pangan untuk bayi dan balita pada


(29)

keadaan darurat harus memeperhatikan masalah perlindungan dan dukungan terhadap pemberian ASI dan makanan yang memadai tepat pada waktunya.

Mengacu kepada kondisi yang telah digambarkan diatas, dalam konteks perilaku Ibu terhadap pemberian ASI pada bayi dilakukan telaah bedasarkan teori determinan prilaku kesehatan seseorang atau masyarakat oleh Green (1980), yang menyatakan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yakni faktor prilaku (behavior causes) dan faktor dari luar prilaku (non-behavior causes). Prilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 (tiga) faktor, yaitu (1) predisposing (pendorong) yang terwujud dalam sikap, kepecayaan, keyakinan nilai-nilai, (2) enabling (pedukung) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak fasilitas-fasilitas kesehatan, (3) reinforcing (pendorong) yang terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan atau merupakan kelompok masyarakat (Notoatmojo, 2012). Bedasakan Uraian diatas maka penulis tetarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Determinan Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014”.

1.2. Permasalahan

Bedasakan uraian diatas maka rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana Determinan pemberian ASI Eksklusif dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014.


(30)

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis bagaimana Determinan dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014.

1.4. Hipoteis

1. Ada pengaruh faktor pendorong (umur ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu tentang ASI Eksklusif,) dalam pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014.

2. Ada faktor pemungkin (ketersediaan fasilitas tempat menyusui) dalam pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014.

3. Ada faktor penguat dukungan keluarga (dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan istrumental dan dukungan emosional ) dalam pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinanbung Kabupaten Karo Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelayanan kesehatan tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungusian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014.


(31)

3. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi pembaca dalam Pemberian ASI Eksklusif pada Masa Tanggap Darurat di Pengungsian Erupsi Sinanbung Kabupaten Karo Tahun 2014.


(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI Eksklusif

2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, air teh madu air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, biskuit, bubur susu, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi 6 bulan harus dimulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih 2 tahun (Roesli, 2004).

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa pemberian cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Purwanti, 2004). Sedangkan menurut Suradi (2008), ASI Eksklusif adalah pemberian ASI murni tanpa bayi diberi tambahan lain seperti cairan air putih, teh, madu, buah-buahan, maupun makanan tambahan seperti bubur susu atau bubur saring dan sebagainya, sampai usia bayi 6 bulan. Non ASI Eksklusif adalah pemberian ASI


(33)

didampingi dengan makanan lain sebelum bayi berumur 6 bulan seperti teh, madu, sari buah, susu formula, bubur, buah dan lain-lain.

Rekomendasi dari lembaga-lembaga dunia ini diadopsi di Indonesia melalui UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 128 ayat 1 menyatakan “ setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi medis”. Selain itu Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 50/Menkes/SK/IV/2004 menyatakan bahwa pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal.

Menurut WHO dalam Inaya Abdullah (2012), merekomendasikan empat hal penting dalam pemberian makanan bayi dan anak-anak, yaitu:

1. Memberikan ASI kepada bayi segera selama waktu 30 menit setelah bayi lahir,

2. Memberi hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan (ASI Eksklusif),

3. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan,

4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. 2.1.2 Kandungan Gizi dalam ASI

ASI memiliki komponen gizi yang cukup banyak, kompleks dan sifat yang sangat unik. Roesli ( 2009), mengatakan ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, hormon,


(34)

Komposisi ASI yaitu: karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin (Hubertin, 2004). Berikut ini dijelaskan beberapa zat yang terkandung dalam ASI yaitu:

1) Kolostrum

Segera setelah melahirkan, ASI yang keluar bewarna kekuning-kuningan, kental dan agak lengket. ASI ini disebut kolostrum dan diproduksi selama kira-kira seminggu pertama. Selanjutnya, ASI yang diproduksi bewarna putih. Dibandingkan dengan ASI yang berwarna putih, kolostrum lebih banyak mengandung protein, vitamin A, Natrium dan seng, lebih banyak mengandung immunoglubin A dan laktoferin serta sedikit lemak dan laktosa. Kolostrum mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir. Dengan demikian, saluran pencernaan bayi siap menerima makan yang datang (Roesli, 2009).

2) Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%, dibanding susu formula yang mengandung protein dalam jumlah yang tinggi (80%) (Badriul, 2008).


(35)

1) Lemak

Kandungan lemak total ASI bevariasi antar ibu yang satu dengan yang lainnya dari satu fase ke fase lainya. ASI yang pertama keluar selama menyusui disebut ASI Awal (foremilk). Cairan ini mengandung kira-kira 1-2 persen lemak dan tampak encer. Air susu encer ini membantu memberikan kepuasan kepada bayi yang haus ketika mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut susu akhir (hindmilk) yang mengandung lemak empat kali lebih banyak dari foremilk. Susu hindmilk memberi hampir seluruh energi. Oleh karenanya penting bagi bayi untuk memperoleh susu belakang tersebut.

2) Laktosa

Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat utama dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. (Badriul, 2008).

3) Mineral

ASI sedikit mengandung kalsium dibandingkansusu sapi. Namun karena kalsium dalam ASI mudah diserap maka sudah cukup memenuhi kebutuhan bayi. ASI juga mengandung natrium, kalsium, fosfor, dan khlor lebih rendah dari susu sapi,


(36)

50-75 persen zat besi dalam ASI dapat diserap bayi. Sementara dari bahan makanan lainya hanya 5-10 persen saja yang dapat diserap tubuh bayi (Inayah Abdullah, 2012). 4) Vitamin

Apabila makanan ibu cukup seimbang, maka vitamin-vitamin yang dibutuhkan bayi selama 4-6 bulan pertama dapat dipenuhi dari ASI. ASI juga mengandung mineral, vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air. Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

2.1.3 Manfaat ASI bagi Ibu dan Bayi

ASI sangat bermanfaat bagi bayi jika diberikan secara Eksklusif selama 6 bulan. Ibu juga turut merasakan manfaat dari ASI. Berikut ini dijelaskan manfaat ASI yaitu:

1) Manfaat bagi Bayi

Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Dengan diberikan ASI berarti bayi sudah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh ) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia sekitar 4


(37)

bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan.

ASI merangsang terbentuknya antibodi bayi lebih cepat. Jadi, ASI tidak saja bersifat imunisasi pasif, tetapi juga aktif. Suatu kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan mobiditas (angka terkena penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI (Budiasih, 2008). Proses menyusui membuat bayi sering berada dalam dekapan ibu. Bayi akan merasa aman dan tentram karena masih mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi ini menjadi dasar perkembangan emosional bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan spiritual yang baik (Roesli, 2009).

2) Manfaat bagi Ibu

Menyusui meupakan suatu pengambilan keputusan yang bijaksana dari orang tua, selain mengutungkan dri segi kesehatan, memberi ASI juga menguntungkan ibu secara ekonomis. Dengan menyusui Eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli makanan bayi sampai 6 bulan. Dengan demikian menyusui dapat menghemat pengeluara rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatanya. Biaya dapat dialokasikan untuk memberikan makanan yang bergizi bagi ibu yang menyusui karena pada masa menyusui memerlukan zat gizi yang lebih. ASI tidak pernah basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya diwilayah payudara ibu. Bila ASI telah kosong, ASI langsung diproduksi, sebaliknya bila tidak digunakan akan diserap


(38)

Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang (Siswono 2001). Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan. Selain itu juga, dengan menyusui dapat menjarangkan kehamilan pada ibu karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI Eksklusif 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi merusia 12 bulan (Glasier, 2005).

Manfaat ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya kanker. Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian ini menunjukan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui berkurang sampai 20-25%. Selain itu, pemberian ASI juga lebih praktis, ekonomis, murah, menghemat waktu dan memberi kepuasan pada ibu (Maulana, 2007). ASI pratis dan dapat segera diberikan dimana saja, kapan saja serta dalam suhu yang tepat, ibu tidak perlu memasak air atau mencuci botok akan lebih merepotkan ibu terutama pada malam hari, persedian susu sudah habis (Roesli, 2009).


(39)

2.1.4 Fisiologi ASI

ASI diproduksi di dalam alveoli yang merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. Selama hamil payudara akan membesar sebesar 2-3 kali dari biasanya. Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).

Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).

Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi, rangsangan


(40)

menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).

Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).

Menurut Perinasia (2004), Lama dan frekuensi menyusui sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1–2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering


(41)

menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.

2.2. Tinjauan tentang Determinan Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), Determinan adalah faktor-faktor yang menentukan. Prilaku Kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor-faktor-faktor baik dari dalam diri manusia itu sendiri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal). Ada beberapa model yang menganalisis determinan perilaku kesehatan, antara lain model Karr dan model Green.

Perilaku dalam Notoadmojo (2007), kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh organisme yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku dibagi dalam 2 jenis yaitu, perilaku yang dapat diamati oleh orang lain seperti: berjalan, berpakaian, berbicara dan bereaksi, dan lain lain. Yang kedua adalah perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain seperti: emosi, berfikir, persepsi dan lain sebagainya.

2.2.1 Teori Determinan

Tahun 1983, Snchandu B. Karr mengemukan teori yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan ditemukan oleh lima determinan perilaku (Notoatmodjo, 2010). Determinan tersebut adalah :


(42)

1. Niat seseorang untuk mengambil tindakan sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya

2. Dukungan sosial atau legitimasi dari masyarakat di sekitarnya yang diperlukan pada saat hendak mengambil tindakan.

3. Ketersediaan informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan yang berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan

4. Otonomi atau kebebasan seseorang dalam mengambil keputusan.

Situasi dan kondisi yang tepat, yang memungkinkan untuk mengambil tindakan. Hal ini bisa berarti luas seperti misalnya fasilitas yang tersedia atau kemampuan ekonomi yang dimiliki.

Menurut Soetjiiningsih dalam Ida (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI adalah: 1) faktor sosial budaya seperti: kesibukan ibu, pekerjaan ibu, meniru tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol, 2) faktor psikologis seperti: takut kehilangan kecantikan sebagai wanita, segan dengan keadaan di lingkungan sekitar, 3) Faktor fisik Ibu: keadaan sakit dan sehat Ibu, 4) faktor petugas kesehatan seperti: pemberian informasi dan penerangan tentang manfaat ASI, 5) Promosi tentang susu kaleng, dan 6) Penjelasan yang salah dari petugas kesehatan. Ada banyak hal yang mempengaruhi perilaku Ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Menurut Suraat madja dalam Septia Utami (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI diantaranya yaitu: perubahan sosial budaya, faktor psikologi, faktor fisik Ibu, faktor kurangnya petugas kesehatan, meningkatnya promosi susu formula dan penerangan yang salah.


(43)

Pemberian ASI Eksklusif adalah suatu bentuk pilihan dari prilaku seorang Ibu. Lawrence Green dalam Notoadmojo (2007), menjelaskan ada 3 faktor yang mempengaruhi prilaku, yaitu fakor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Dalam hal ini ketiga faktor tersebut mempengaruhi prilaku Ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayinya (Inayah Abdullah, 2013).

Beberapa teori lain tentang perilaku, diantara dikemukan oleh:

1. Perilaku merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010).

2. Perilaku merupakan fungsi karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatannya lebih besar dari karakteristik individu (Azwar, 2010).

Skiner dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan respon merupakan faktor dalam


(44)

diri orang yang bersangkutan (faktor internal). Skiner membagi perilaku menjadi dua kelompok:

a. Perilaku tertutup, dimana respon terhadap stimulus belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respon seseorang masih terbatas pada bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

b. Perilaku terbuka, dimana respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku kesehatan merupakan suatu aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupaun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang bekaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan seseorang. Pemeliharan kesehatan ini mencakup melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkat kesehatan, dan mencari penyembuhan bila tekena masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Gochman dalam Glanz dalam Rochman (2011), menifinisikan perilaku kesehatan adalah atribut-atribut seperti keyakinan, harapan, motivasi, nilai-nilai, persepsi dan elemen kognitif lainnya, Karakteristik individu termasuk pengaruh sifat dan tingkat emosional, pola perilaku terbuka, kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, perbaikan kesehatan dan peningkatan kesehatan.


(45)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah umur, tingkat pendidikan, pengetahuan,dan sikap Ibu menyusui. Faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Umur

Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Elizabeth, BH dalam Wahit( 2006). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Waktu reproduksi sehat adalah antara umur 20-35 tahun.Menurut Notoadmojo (2003), pada umur 25-35 tahun adalah waktu reproduksi yang paling baik. Berdasarkan hasil penelitian Kusmayanti (2005), bahwa semakin meningkat umur maka presentase berpengetahuan semakin baik karena disebabkan oleh akses informasi, wawasan dan mobilitas yang meningkat.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan penentu manusia untuk berbuat dan menigisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sebagaimana umumnya, semakin tinggi pendidikan semakin mudah mendapat informasi. Pendidikan yang dimiliki oleh ibu berhubungan dengan pengetahuan yang dimilikinya, maka ibu akan berusaha untuk lebih mengetahui tentang pemberian ASI Eksklusif. Pendidikan akan membuat seseorang ingin mengetahui lebih banyak hal yang diperlukan dan lebih tanggap tentang informasi serta peka melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Pendidikan adalah


(46)

aktivitas proses belajar mengajar yang memberikan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta dapat mempengaruhi proses berfikir secara sistematis.

3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, (Notoatmodjo, 2007). Tingkatan pengetahuan menurut notoatmodjo terdiri dari tahu (know), memahami (comprehension), Aplikasi (application), Analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). Pengetahuan ibu tentang Asi merupakan salah satu faktor yang penting dalam kesuksesan proses menyusui. Tahaeb et al dalam Abdullah et al (2004), Menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, status kerja ibu, dan jumlah anak dalam keluarga berpengaruh positif pada frekuensi dan pola pemberian ASI.

4. Sikap

Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan suatu predisposisi tindakan atau perilaku (Wahit, 2006). Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)


(47)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Penelitian Nurpelita (2007), menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.

5. Ketersediaan Tempat/Fasilitas Menyusui

Mengenai ketersediaan fasilitas, Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 pada pasal 30 mengatur tentang penyediaan fasilitas khusus untuk menyusui dan memerah ASI. Pengurus tempat kerja atau penyelenggara tempat sarana umum wajib menyediakan fasilitas khusus ini.

Faktor penguat merupakan faktor penyerta (yang datang sesudah) perilaku yang memberi ganjaran, insentif, atau hukuman atas perilaku dan berperan bagi menetap dan meleyapnya perilaku itu. Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor penguat dapat berupa:

1. Dukungan Suami dan Keluarga

Keluarga adalah sebagai unit yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak mereka dan memperlihatkan pembagian kerja menurut jenis kelamin (Potter & Perry, 2005). Suami dan keluarga memiliki peran dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian Ramadani (2009), yang menyatakan bahwa Ibu yang didukung Suami mempunyai kecenderungan untuk menyusui eksklusif 3 kali dibandingkan dengan yang tidak didukung suami.


(48)

bayi, bahkan ada ibu yang memberikan MP-ASI mulai bayi usia 11 hari atau setelah tali pusat lepas. Walaupun ibu mengetahui bahwa pemberian MP-ASI terlalu dini dapat mengganggu kesehatan bayi namun mereka beranggapan bahwa jika bayi tidak mengalami gangguan maka pemberian MP-ASI dapat dilanjutkan. Selain itu kebiasaan pemberian MP-ASI dini telah dilakukan turun-temurun dan tidak pernah menimbulkan masalah.

2. Dukungan Petugas Kesehatan

Setiap kontak yang yang dimiliki oleh seorang petugas kesehatan dengan seorang Ibu adalah merupakan kesempatan untuk mendorong dan mempertahankan perilaku menyusui. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan adalah cara untuk mengetahui apakah bayi cukup mendapatkan ASI (Depkes, 2007).

2.2.2 Tanggap Darurat Bencana

Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana (Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008). 2.2.3 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008, tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dikendalikan oleh Kepala BNPB atau kepala BPBD sesuai dengan kewenangannya.


(49)

Menurut Peraturan Pemeritah Nomor 21 Tahun 2008, tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat meliputi:

a. Pengkajian secara Cepat dan Tepat

Pengkajian secara cepat dan tepat untuk menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat dalam penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dilakukan oleh tim kaji cepat berdasarkan penugasan dari Kepala BNPB atau kepala BPBD sesuai kewenangannya, dilakukan melalui identifikasi terhadap:

a. cakupan lokasi bencana b. jumlah korban bencana

c. kerusakan prasarana dan sarana

d. gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan e. kemampuan sumber daya alam maupun buatan.

b. Penentuan Status Keadaan Darurat Bencana

Penentuan status keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan bencana untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat provinsi oleh gubernur, dan tingkat kabupaten/kota oleh bupati/walikota. Pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan, BNPB dan BPBD mempunyai kemudahan akses di bidang:

a. pengerahan sumber daya manusia b. pengerahan peralatan


(50)

e. perizinan

f. pengadaan barang/jasa

g. pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang h. penyelamatan

i. komando untuk memerintahkan instansi/lembaga. c. Penyelamatan dan Evakuasi

Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana dilakukan melalui usaha dan kegiatan pencarian,pertolongan, dan penyelamatan masyarakat sebagai korban akibat bencana, dilaksanakan oleh tim reaksi cepat dengan melibatkan unsur masyarakat dibawah komando Komandan penanganan darurat bencana, sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana. Dalam hal terjadi eskalasi bencana, BNPB dapat memberikan dukungan kepada BPBD untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, diprioritaskan pada masyarakat terkena bencana yang mengalami luka parah dan kelompok rentan. Terhadap masyarakat terkena bencana yang meninggal dunia dilakukan upaya identifikasi dan pemakamannya.

d. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi bantuan penyediaan: a. Kebutuhan air bersih dan sanitasi

b. Pangan c. Sandang


(51)

e. Pelayanan psikososial

f. Penampungan serta tempat hunian.

Pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, lembaga usaha, lembaga internasional dan/atau lembaga asing non spemerintah sesuai dengan standar minimum sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Perlindungan terhadap Kelompok Rentan

Perlindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan memberikan prioritas kepada korban bencana yang mengalami luka parah dan kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial. Dilaksanakan oleh instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan/atau kepala BPBD dengan pola pendampingan/fasilitasi.

f. Pemulihan Segera Prasarana dan Sarana Vital

Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital bertujuan untuk berfungsinya prasarana dan sarana vital dengan segera, agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung, dilakukan oleh instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan/atau kepala BPBD sesuai dengan kewenangannya.

2.3. Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi penyebab perilaku, sampai dengan saat ini belum ada teori yang berhubungan dengan prilaku tentang fakto-faktor mempengaruhi kesehatan bencana, maka peneliti mengadopsi teori Lauwrence Green dalam Notoadmojo (2007), mencakup faktor pendorong(Predisporsing Factors) adalah umur, pendidikan,


(52)

pengetahuan, sikap. faktor pemungkin (Enabling Factors) yaitu kesediaan fasilitas kesehatan serta faktor penguat (Reinforcing Factors) yaitu dukungan suami dan keluarga, dukungan tenaga kesehatan.

2.4. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Pemungkin

• Ketersedian Fasilitas

Faktor Penguat

• Dukungan Keluarga/Suami

• Dukungan Tenaga Kesehatan

Faktor Predisposisi

• Umur Ibu

• Pendidikan Ibu

• Pengetahuan Ibu

• Sikap Ibu

Pemberian ASI Eksklusif:


(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini adalah studi deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional untuk melihat Determinan pemberian ASI Eksklusif di pengungsian pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Sinabung.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pengungsian pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Sinabung Kabupaten Karo.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluru ibu yang memiliki bayi usia 6–9 bulan, yang sedang memberikan ASI di pengungsian pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Sinabung Kabupaten Karo.


(54)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mememberikan ASI, dengan usia bayi 6–9 bulan dengan minimal 3 bulan berada di pengungsian pada Masa Tanggap Darurat Erupsi Sinabung Kabupaten Karo. Cara pengambilan sampel dengan Proporsi Sampling, dimana sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi dengan kriteria inklusi yaitu: ibu yang menyusui, tinggal dilokasi pengungsian, bersedia menjadi responden, kriteria eklusi yaitu: ibu tidak besedia menjadi responden, ibu yang menyusui 6 bulan ke bawah dan 9 bulan ke atas.

Besar sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: (Lemeshow, 1997)

n =

{

(

(

)

)

2

(

)

}

2 1

0 0

2

1 / 1 1

o a a P P P Pa Z P P Z − − − + −

α

β

Keterangan:

n = Jumlah sampel minimal (59) Z(1-α/2

Z(1-β) = Nilai deviasi normal pada β 0,10 = 1,282 ) = Nilai deviasi normal pada α 0,05 = 1,96)

Po = Proposi Asi eksklusif dikabupaten tanah Karo (39,2%) Pa = Asumsi proporsi Asi eksklusif yang diteliti (0,20)

(

)

(

)

{

}

(

)

2

2

20

,

0

392

,

0

20

,

0

1

20

,

0

282

,

1

392

,

0

1

392

,

0

96

,

1

+

=

n

59 036 , 0 13 , 2 = = n


(55)

Po – Pa = Selisih beda proporsi yang bermakna ditetap sebesar 0,036 (ditetapkan Peneliti)

Bedasarkan hasil perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 59 orang. Untuk menentukan jumlah sampel di setiap pengungsian yang ada disekitar Kabanjahe Kabupaten Karo dilakukan secara proposional dengan rincian sebagai berikut:

n= x Jumlah Sampel

Tabel 3.1. Distribusi Perhitungan Sampel

No Pengungsian Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1. Klasis GBKP Kabanjahe 24 6

2. GBKP Kota Kabanjahe 38 10

3. Zentrum Kabanjahe 14 4

4. GBKP Asrama Kodim 1 0

5. Kantor Asap Kabanjahe 3 0

6. Paroki G. Kartolik Kabanjahe 14 4

7. GBKP SP IV 29 8

8. Paroki G. Kartolik 8 2

9. Serba Guna KNPI 19 5

10. GBKP Sp Ketepu 8 2

11. Mesjid Agung Kabanjahe 10 3

12. Uka Kabanjahe I 17 4

13. Uka Kabanjahe I 43 11

Jumlah 220 59

Sumber: Posko Komando Tanggap Darurat Sinabung Maret 2014

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder.

Jumlah Populasi Tiap Pengungsian Jumlah seluruh populasi


(56)

3.4.1 Data Primer

Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui wawancara langsung dengan ibu yang sedang memberi ASI Eksklusif. Pedoman wawancara menggunakan kuesioner.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang bersumber dari organisasi/instasi terkait. Data sekunder ini diperlukan untuk melengkapi data primer yang dianggap perlu untuk peneitian ini. Data diperoleh dari instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Karo.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji coba kuesioner dikalukan di pengungisian terhadap ibu menyusui bayi usia 6–9 bulan dan yang mempuyai kriteria yang sama dengan kriteria sampel (Hidayat, 2011)

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner penelitian sebagai alat ukur memiliki tingkat kehandalan atau kesahihan jika digunakan untuk mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel dengan menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment (r), dengan ketentuan jika r hitung > tabel, maka dinyatakan valid atau sebaliknya.

Uji reliabilitas adalah untuk mendapatkan indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode crobach’s alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari


(57)

satu kali pengukuran dengan ketentuan jika nilai r alpha > r tabel, maka dinyatakan realibel

Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan untuk mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur penelitian. Uji coba kuesioner dilakukan kepada 20 orang ibu yang sedang menyusui dipengungsian Brastagi erupsi gungungung sinabung dengan pertimbangan karakteristik tersebut relatif sama dengan lokasi penelitian.

a. Validitas

Kelayakan menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dengan mengukur korelasi antar item variabel menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment Corelation Coeficient (r), dengan ketentuan nilai koefisien korelasi > 0,3 (valid) (Gozhali, 2005).

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat di percaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach, apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6, maka alat ukur tersebut reliabel (Gozhali, 2005).


(58)

Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Variabel Pengetahuan

Tabel 3.2. Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan

No. Soal Rhitung R Keterangan

1 0.814 0.3 Valid

2 0.814 0.3 Valid

3 0.814 0.3 Valid

4 0.759 0.3 Valid

5 0.660 0.3 Valid

6 0.587 0.3 Valid

7 0.644 0.3 Valid

8 0.830 0.3 Valid

9 0.759 0.3 Valid

10 0.830 0.3 Valid

Berdasarkan Tabel 3.2 diatas dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan variabel pengetahuan sebanyak 10 soal mempunyai r-hitung > 0,3 pada pengujian α = 5% dengan alpha cronbach = 0,930 > 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel pengetahuan adalah valid dan reliabel.

2. Variabel Sikap

Tabel 3.3. Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap

No. Soal Rhitung R Keterangan

1 0.769 0.3 Valid

2 0.631 0.3 Valid

3 0.727 0.3 Valid

4 0.832 0.3 Valid

5 0.829 0.3 Valid

6 0.866 0.3 Valid

7 0.866 0.3 Valid

8 0.866 0.3 Valid

9 0.832 0.3 Valid


(59)

Berdasarkan Tabel 3.3 diatas dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan variabel sikap sebanyak 10 soal mempunyai r-hitung > 0,3 pada pengujian α = 5% dengan alpha cronbach = 0,952 > 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel sikap adalah valid dan reliabel.

3. Variabel Ketersediaan Fasilitas

Tabel 3.4. Validitas dan Reliabilitas Variabel Ketersediaan Fasilitas

No. Soal Rhitung R Keterangan

1 0.663 0.3 Valid

2 0.421 0.3 Valid

3 0.927 0.3 Valid

4 0.788 0.3 Valid

5 0.927 0.3 Valid

6 0.539 0.3 Valid

Berdasarkan Tabel 3.4 diatas dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan variabel ketersediaan fasilitas sebanyak enam soal mempunyai r-hitung > 0,3 pada pengujian α = 5% dengan alpha cronbach = 0,907 > 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel ketersediaan fasilitas adalah valid dan reliabel.

4. Variabel Dukungan Keluarga

Tabel 3.5. Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Keluarga

No. Soal Rhitung R Keterangan

1 0.755 0.3 Valid

2 0.897 0.3 Valid

3 0.820 0.3 Valid

4 0.862 0.3 Valid

5 0.788 0.3 Valid

6 0.788 0.3 Valid


(60)

Tabel 3.5 (Lanjutan)

No. Soal Rhitung R Keterangan

8 0.820 0.3 Valid

9 0.671 0.3 Valid

10 0.605 0.3 Valid

11 0.523 0.3 Valid

12 0.897 0.3 Valid

13 0.755 0.3 Valid

14 0.897 0.3 Valid

15 0.707 0.3 Valid

16 0.755 0.3 Valid

17 0.897 0.3 Valid

18 0.820 0.3 Valid

19 0.862 0.3 Valid

Berdasarkan Tabel 3.5 diatas dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan variabel ketersediaan fasilitas sebanyak 19 soal mempunyai r-hitung > 0,3 pada pengujian α = 5% dengan alpha cronbach = 0,970 > 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel dukungan keluarga adalah valid dan reliabel.

5. Variabel Dukungan Tenaga Kesehatan

Tabel 3.6. Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Tenaga Kesehatan

No. Soal Rhitung R Keterangan

1 0.943 0.3 Valid

2 0.943 0.3 Valid

3 0.943 0.3 Valid

4 0.711 0.3 Valid

5 0.788 0.3 Valid

Berdasarkan Tabel 3.6 diatas dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan variabel ketersediaan fasilitas sebanyak enam soal mempunyai r-hitung > 0,3 pada pengujian α = 5% dengan alpha cronbach = 0,947 > 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel dukungan tenaga kesehatan adalah valid dan reliabel.


(61)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Independen) dan variabel terikat (dependen) yaitu :

1. Variabel terikat (Y) yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas dan dalam penelitian ini variabel terikat adalah Pemberian ASI Eksklusif pada masa tanggap darurat Erupsi di pengungsian Sinabung Kabupaten Karo. 2. Variabel bebas (X) yaitu yang keberadaannya mempengaruhi variabel terikat,

dalam hal ini variabel bebas adalah Determinan Pemberian ASI yang terdiri dari (pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, umur ibu, pendidikan, sikap), dan dukungan keluarga.

3.5.2 Definisi Operasional

1. Umur adalah kurun waktu yang dihitung dalam tahun sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.

2. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan ASI dan ASI Eksklusif.

3. Pendidikan Ibu adalah jenjang sekolah tertinggi yang pernah di capai.

4. Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap pemberian ASI Eksklusif..

5. Dukungan Keluarga adalah dukungan keluarga (suami), dalam pemberian ASI Eksklusif. 6. Dukungan Tenaga Kesehatan adalah pendapat atau persepsi responden terhadap keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan informasi tentang pemberian ASI Eksklusif.


(62)

7. Pemberian ASI Eksklusif. adalah kegiatan ibu dalam pemberian ASI pada bayinya mulai saat melahirkan sampai umur 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman lain.

3.6. Metode Pengukuran

Bedasarkan Metode pengukuran dapat dilihat dari hasil pengukuran pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.7. Variabel, Cara, Alat, Hasil, dan Skala Ukur Variabel Cara

Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Variabel Dependen

a. Umur Wawancara Kuesioner 0 = <35 Tahun 1 = >35 Tahun

Ordinal b. Pendidikan Wawancara Kuesioner 0 = Menengah(< SMA)

1 = Tinggi (> SMA)

Ordinal c. Pengetahuan Wawancara Kuesioner 0 = Kurang (skor < 60%)

1 = Baik (skor > 60%)

Ordinal d. Sikap Wawancara Kuesioner 0 = Kurang (skor < 60%)

1 = Baik (skor > 60%)

Ordinal e. Ketersediaan

Fasilitas Menyusui

Wawancara Kuesioner 0 = Kurang (skor < 60%) 1 = Baik (skor > 60%)

Ordinal

f.Dukungan Keluarga (suami)

Wawancara Kuesioner 0 = Kurang (skor < 50%) 1 = Baik (skor > 50%)

Ordinal

g. Dukungan Tenaga Kesehatan

Wawancara Kuesioner 0 = Kurang (skor < 25%) 1 = Baik (skor > 25%)

Ordinal

Variabel Dependen

ASI Eksklusif Wawancara Kuesioner 0 = Tidak Eksklusif 1 = Eksklusif


(1)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 5,284a 1 ,022

Continuity Correctionb 4,128 1 ,042

Likelihood Ratio 5,393 1 ,020

Fisher's Exact Test ,033 ,020

Linear-by-Linear Association 5,195 1 ,023 N of Valid Cases 59

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,31. b. Computed only for a 2x2 table

Dukungan Tenaga Kesehatan * ASI Eksklusif

Crosstab

ASI Eksklusif Total Ya Tidak

Dukungan Tenaga Kesehatan

Baik Count 14 13 27

% of Total 23,7% 22,0% 45,8%

Kurang Count 9 23 32

% of Total 15,3% 39,0% 54,2%

Total Count 23 36 59

% of Total 39,0% 61,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 3,466a 1 ,063

Continuity Correctionb 2,540 1 ,111

Likelihood Ratio 3,486 1 ,062

Fisher's Exact Test ,107 ,055

Linear-by-Linear Association 3,407 1 ,065 N of Valid Cases 59

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,53. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

3.

Analisis Multivariat

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 59 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 59 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 59 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak 0

Ya 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

ASI Eksklusif Percentage Correct Tidak Ya

Step 0 ASI Eksklusif

Tidak 36 0 100,0

Ya 23 0 ,0

Overall Percentage 61,0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant -,448 ,267 2,817 1 ,093 ,639

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables

Umur 8,765 1 ,003

Tahu 14,720 1 ,000

Sikap 21,400 1 ,000

D_Keluarga 5,284 1 ,022 Overall Statistics 35,018 5 ,000


(3)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 46,364 5 ,000

Block 46,364 5 ,000 Model 46,364 5 ,000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 32,539a ,544 ,738

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed Predicted

ASI Eksklusif Percentage Correct Tidak Ya

Step 1 ASI Eksklusif

Tidak 32 4 88,9

Ya 3 20 87,0

Overall Percentage 88,1

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1a

Umur -2,165 1,086 3,976 1 ,046 ,115 ,014 ,964 Tahu 4,017 1,379 8,487 1 ,004 55,556 3,723 828,950 Sikap 2,667 1,148 5,396 1 ,020 14,397 1,517 136,641 D_Keluarga -1,082 1,048 1,066 1 ,302 ,339 ,044 2,641 Constant -1,504 1,186 1,607 1 ,205 ,222

a. Variable(s) entered on step 1: Umur, Didik, Tahu, Sikap, D_Keluarga.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 59 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 59 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 59 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak 0


(4)

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

ASI Eksklusif Percentage Correct Tidak Ya

Step 0 ASI Eksklusif

Tidak 36 0 100,0

Ya 23 0 ,0

Overall Percentage 61,0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant -,448 ,267 2,817 1 ,093 ,639

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables

Umur 8,765 1 ,003

Tahu 14,720 1 ,000

Sikap 21,400 1 ,000 Overall Statistics 34,453 4 ,000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 45,195 4 ,000

Block 45,195 4 ,000

Model 45,195 4 ,000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 33,708a ,535 ,726

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed Predicted

ASI Eksklusif Percentage Correct Tidak Ya

Step 1 ASI Eksklusif

Tidak 33 3 91,7

Ya 4 19 82,6


(5)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1a

Umur -1,838 1,013 3,297 1 ,069 ,159 ,022 1,157 Tahu 3,676 1,260 8,508 1 ,004 39,496 3,340 467,043 Sikap 2,227 ,989 5,070 1 ,024 9,272 1,334 64,427 Constant -1,856 1,045 3,153 1 ,076 ,156

a. Variable(s) entered on step 1: Umur, Didik, Tahu, Sikap.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 59 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 59 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 59 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak 0

Ya 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

ASI Eksklusif Percentage Correct Tidak Ya

Step 0 ASI Eksklusif

Tidak 36 0 100,0

Ya 23 0 ,0

Overall Percentage 61,0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant -,448 ,267 2,817 1 ,093 ,639

Variables not in the Equation

Score Df Sig.

Step 0 Variables

Didik 19,882 1 ,000

Tahu 14,720 1 ,000

Sikap 21,400 1 ,000


(6)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1

Step 41,641 3 ,000

Block 41,641 3 ,000

Model 41,641 3 ,000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 37,262a ,506 ,687

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed Predicted

ASI Eksklusif Percentage Correct

Tidak Ya

Step 1 ASI Eksklusif

Tidak 32 4 88,9

Ya 3 20 87,0

Overall Percentage 88,1

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1

Didik

a

-2,451 ,944 6,743 1 ,009 ,086 ,014 ,548

Tahu 3,068 1,068 8,253 1 ,004 21,505 2,651 174,454 Sikap 2,231 ,934 5,700 1 ,017 9,306 1,491 58,088 Constant -2,000 ,998 4,017 1 ,045 ,135