Pengukuran Fluks CO2 dan Neraca Karbon Sederhana Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Latosol Darmaga

PENGUKURAN FLUKS CO2 DAN NERACA KARBON
SEDERHANA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA
TANAH LATOSOL DARMAGA

NOVALDY ARIEF WICAKSONO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengukuran Fluks CO2
dan Neraca Karbon Sederhana Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah
Latosol Darmaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor,

Februari 2014

Novaldy Arief Wicaksono
NIM A14090052

ABSTRAK
NOVALDY ARIEF WICAKSONO. Pengukuran Fluks CO2 dan Neraca Karbon
Sederhana Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Latosol Darmaga.
Dibimbing oleh HERU B. PULUNGGONO dan SETIARI MARWANTO.
Kegiatan pertanian seperti pengolahan tanah, pengairan dan pemupukan
pada lahan pertanian merupakan salah satu aktivitas manusia saat ini yang dituduh
menyumbangkan emisi gas rumah kaca (GRK). Lahan pertanian di Indonesia
sebagian besar (78% dari total lahan pertanian) berupa tanah mineral. Oleh karena
itu, sangat penting untuk mempelajari emisi CO2 pada tanah mineral tropis
sebagai bagian dari usaha pengumpulan data (inventory) mendukung kegiatan

mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Kesuburan pada tanah mineral seperti
Latosol pada umumnya rendah karena mempunyai kandungan bahan organik dan
ketersedian hara yang rendah. Salah satu cara untuk memperbaiki kesuburan tanah
adalah dengan cara pemberian bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: 1) pengaruh penambahan bahan organik terhadap total biomassa
tanaman jagung (Zea mays L.), 2) pengaruh penambahan bahan organik terhadap
fluks CO2 tanah yang ditanami jagung, 3) neraca karbon sederhana tanaman
jagung dengan media tanah yang ditambahkan bahan organik dan tidak
ditambahkan bahan organik. Model rancangan yang digunakan adalah rancangan
acak lengkap (RAL) dengan analisis regresi. Perlakuan yang diujikan: K (Kontrol,
berupa tanah tanpa perlakuan), KJ+P (Kontrol + Tanaman Jagung + Pupuk NPK),
KBOJ+P (Kontrol + Bahan Organik + Tanaman Jagung + Pupuk). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan bahan organik pada tanah
menghasilkan produksi rata-rata berat kering biomassa tanaman jagung yang lebih
tinggi (KBOJ+P = 27.82±5.94 g) dibandingkan dengan yang tidak ditambahkan
bahan organik (KJ+P = 14.75±3.96 g) dan menghasilkan fluks CO2 juga lebih
tinggi (KBOJ+P = 0.11±0.08 mg CO2 /m2/det) dibandingkan dengan yang tidak
ditambahkan bahan organik (KJ+P = 0.09±0.06 mg CO2 /m2/det) dan (K =
0.05±0.01 mg CO2 /m2/det). Pada neraca karbon sederhana, penambahan bahan
organik dapat meningkatkan karbon yang hilang dalam bentuk fluks CO2 (20%)

dan meningkatkan karbon dalam tanah (123%), akan tetapi tidak nyata
menyumbangkan emisi CO2 karena bahan organik juga meningkatkan jumlah
karbon yang diserap oleh tanaman (89%). Namun penambahan bahan organik
tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan berat kering
biomassa total tanaman jagung, fluks CO2, karbon dalam tanah, karbon yang
diserap oleh tanaman dan karbon yang hilang dalam bentuk fluks CO2.
Kata kunci: Bahan organik, biomassa, fluks CO2, neraca karbon sederhana, tanah
mineral

ABSTRACT
NOVALDY ARIEF WICAKSONO. Measurements of the CO2 flux and Simple
Carbon Balance of Maize (Zea mays L.) on Soil Latosol Darmaga. Supervised by
HERU B. PULUNGGONO and SETIARI MARWANTO.
Agricultural activities such as land preparation, irrigation and fertilization
on agricultural land currently is one of the human activities accused on increasing
greenhouse gas (GHG) emissions. Agricultural land in Indonesia are mostly
mineral soil (78% of the total agricultural land). Therefore, it is important to study
the CO2 emissions from tropical soils as part of the data collection effort
(inventory) to support mitigation and adaptation activities on climate change. Soil
fertility in mineral soil such as Latosol is generally low due to the low organic

matter as well as nutrient availability. One among several ways to improve this
soil fertility is adding with organic matter. This research’s purpose is determine:
(1) the effect of adding organic matter to the total biomass of maize (Zea mays
L.), (2) the effect of adding organic matter to the CO2 flux of soil planted by
maize, (3) simple carbon balance of a maize which planted on soil with and
without adding organic matter. Statistical design used was a completely
randomized design (CRD) with regression analysis and the method of time
average. The treatments tested, K: Control, KJ+P: Control + Maize + NPK
Fertilizer, KBOJ+P: Control + Organik Matter + Maize + NPK fertilizer. The
experiment showed that the addition of organic matter to the soil produced much
higher in average production of dry biomass of maize (KBOJ+P = 27.82±5.94 g)
rather than without added organic matter (KJ+P = 14.75±3.96 g) and its produced
much higher flux CO2 (KBOJ+P = 0.11±0.08 mg CO2 /m2/det) rather than without
added organic matter. (KJ+P = 0.09±0.06 mg CO2 /m2/det) and (K = 0.05±0.01
mg CO2 /m2/det). In simple carbon balance, the addition of organic materrs could
increased the carbon lost in the form of CO2 flux (20%) and increased carbon in
the soil (123%), however, did not significantly contribute to CO2 emissions
because the organic matter also increased the amount of carbon that is absorbed
by plants (89%). But the addition of organic matter did not has significant
influence in improving the dry weight biomass total of maize, flux of CO2, carbon

in soils, carbon absorbed by the plant and the carbon lost in the form of CO2 flux.
Keywords: Biomass, CO2 flux, mineral soil, organik matter, simple carbon
balance

PENGUKURAN FLUKS CO2 DAN NERACA KARBON
SEDERHANA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA
TANAH LATOSOL DARMAGA

NOVALDY ARIEF WICAKSONO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Pengukuran Fluks CO2 dan Neraca Karbon Sederhana Tanaman
Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Latosol Darmaga
Nama
: Novaldy Arief Wicaksono
NIM
: A14090052

Disetujui oleh

Ir. Heru B. Pulunggono, M.Agr
Pembimbing I

Setiari Marwanto, SP. M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Pengukuran Fluks CO2 dan Neraca Karbon Sederhana Tanaman
Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Latosol Darmaga
Arief Wicaksono
: セッ カ。 ャ、ケ@
Nama
: A14090052
NIM

Disetujui oleh

Ir. Hero B. Pulunggono, M.Agr
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

U 6 rEB 2014


SP. M.Si

PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang
senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya. sehingga karya ilmiah
ini dengan judul “Pengukuran Fluks CO2 dan Neraca Karbon Sederhana Tanaman
Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Latosol Darmaga” berhasil diselesaikan.
Penelitian ini dilaksanakan sejak Desember 2012 sampai Mei 2013 di Rumah
Kaca Balai Penetian Tanah Sindang Barang dan Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah IPB Darmaga.
Sholawat dan salam semoga tercurah pada Nabi Muhammad
Shollallhu’alaihi wasallaam yang selalu kita nantikan syafaatnya di hari akhir
nanti.
Penulis menyadari, hasil kerja keras yang membutuhkan waktu panjang ini
tentunya tidak akan dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari banyak pihak yang
selama ini begitu mendukung dan memberi semangat baik secara material maupun
spiritual kepada penulis. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada :
1. Bapak Heru B. Pulunggono dan Setiari Marwanto, selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan wejangan, bimbingan, serta
dorongan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Syaiful Anwar, selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan saran demi penyempurnaan skripsi ini
3. Bapak Komarsa G. Sasmita, selaku dosen pembimbing akademik yang
telah mengarahkan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan
serta mendukung secara moril dan memberikan saran atas penulisan
skripsi ini.
4. Seluruh dosen di Fakultas Pertanian khususnya Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan atas ilmu yang menginspirasi dan kesempatan
menuntut ilmu kepada orang-orang hebat.
5. Staf non-edukatif di pengajaran, tata usaha, perpustakaan, laboratorium,
bagian keamanan yang telah menorehkan kenangan indah dan membantu
penulis baik selama masa perkuliahan maupun penyelesaian penulisan
skripsi.
6. Bapak dan Ibu di Balai Penelitian Tanah Sindang Barang, yang telah
membagi ilmu dan pengalamannya kepada penulis pada proses penelitian
berlangsung
7. Abah dan Ibu tercinta, kedua orang tua penulis yang dengan keteguhan,
kesabaran, ketabahan, dan kasih sayangnya membesarkan dan mendidik

penulis serta mendoakan kesehatan, keselamatan, dan kesuksesan penulis.
8. Mas Fandi, Mbak Fandah, Mas Putra, dan Mbak Dewi, saudara penulis
tersayang yang tak pernah lelah menyemangati dan selalu menginginkan
kebaikan bagi penulis.
9. Dek Silsa, sahabat penulis yang telah membantu penulis dari awal
penelitian dan sering memberikan inspirasi dan masukan kepada penulis.

10. Badul Luthfi, Dimas, Jame’, Rosyid, Addoy, dan Akhor, selaku temanteman kos di Balio 27 yang telah memberikan rasa persaudaraan,
keceriaan dan semangat selama ini.
11. Arief, Roy, Galih, teman-teman seperjuangan menyelesaikan skripsi,
tempat berbagi energi positif yang mampu membuat kami sama-sama
bangkit untuk mengerjakan tugas yang tertunda.
12. Seluruh civitas akademika Ilmu Tanah IPB khususnya teman-teman
angkatan 2009, atas kenangan indah yang ada dan semoga ini menjadi
awal indah dari persahabatan abadi.
13. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, yang telah
menjadi salah satu bagian manis dalam kehidupan penulis.
Baraakallahu fiik, semoga Allah memberkahi kalian semua dan
melipatgandakan balasan atas amalan yang telah kalian perbuat. Selain itu, pada
karya yang sederhana ini penulis menyadari bahwa betapapun usaha yang penulis

lakukan, skripsi ini masih mengandung banyak kekurangan dan kelemahan untuk
dapat memenuhi sebagai suatu karangan ilmiah. Untuk itu penulis mengharapkan
masukan dari berbagai pihak demi kemajuan bersama. Akhirnya, semoga karya
ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor,

Februari 2014

Novaldy Arief Wicaksono

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
METODE ............................................................................................................ 2
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 2
Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................ 2
Metode Penelitian............................................................................................. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 7
Hubungan Bahan Organik dengan Biomassa Tanaman Jagung (Zea mays L.) ... 7
Hubungan Fluks CO2 Tanah dan Bahan Organik .............................................. 9
Neraca Karbon pada Masing-Masing Perlakuan ............................................. 10
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 11
Simpulan ........................................................................................................ 11
Saran .............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12
LAMPIRAN ...................................................................................................... 12
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 16

DAFTAR GAMBAR
1. Lokasi pengambilan tanah di kebun Cikabayan, Institut Pertanian Bogor ...... 3
2. Kondisi tanah yang sedang dikeringudarakan (kiri), Proses menimbang
dan memasukkan tanah dalam polybag (kanan) ............................................. 4
3. IRGA tipe LI-820 yang digunakan untuk pengukuran fluks CO2 ................... 5
4. Pemasangan thermometer pada tutup sungkup dan tanah pada polybag,
serta thermometer untuk pengukuran suhu udara digantungkan satu
meter di atas sungkup .................................................................................... 5
5. Perbandingan pada berat kering biomassa total (akar, batang dan daun)
(Zea mays L.) antar perlakuan pada setiap minggu pengukuran. Tanda
garis vertikal pada setiap bar menunjukkan standar deviasi ........................... 8
6. Perbandingan jumlah daun tanaman jagung (Zea mays L.) ............................ 8
7. Perbandingan tinggi tanaman jagung (Zea mays L.) (cm) .............................. 8
8. Fluks CO2 (mg/m2/det) tanah antar perlakuan pada setiap minggu
pengukuran. Tanda garis vertikal pada setiap noktah menunjukkan
standar deviasi............................................................................................... 9
9. Perbedaan bobot karbon pada berbagai perlakuan (g) .................................. 11

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kebutuhan tanah dalam satu polybag............................................................ 13
Data hasil analisis C-organik kompos ........................................................... 13
Data hasil analisis pupuk Urea, SP-36 dan KCl ............................................ 13
Perhitungan kebutuhan pupuk Urea. SP-36 dan KCl ..................................... 13
Rata-rata berat kering biomassa bawah (akar) tanaman jagung (g) ................ 13
Rata-rata berat kering biomassa atas (batang dan daun) tanaman jagung
(g) ................................................................................................................ 14
7. Rata-rata berat kering biomassa total (akar, batang dan daun) tanaman
jagung (g)..................................................................................................... 14
8. Rata-rata kandungan C-organik tanah (%) dalam satu periode musim
tanam ........................................................................................................... 14
9. Rata-rata kandungan N-total tanah (%) dalam satu periode musim tanam ..... 14
10. Rata-rata rasio C/N tanah dalam satu periode musim tanam.......................... 14
11. Rata-rata fluks CO2 (mg/m2/det) dalam satu periode musim tanam ............... 14
12. Rata-rata bobot karbon tanah (g) dalam satu periode musim tanam............... 15
13. Rata-rata bobot karbon tanaman (g) dalam satu periode musim tanam .......... 15
14. Rata-rata bobot karbon yang hilang dalam bentuk fluks CO2 (g) ................... 15
15. Hasil analisis pendahuluan kimia dan kriteria tanah lokasi percobaan
(PPT 1983) ................................................................................................... 15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang
panjang matahari (infra merah atau gelombang panas) yang dipantulkan oleh bumi,
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Menurut IPCC (2001) secara
umum terjadi peningkatan suhu permukaan dengan rata-rata 0.6 ºC sejak akhir abad
19, dengan tingkat pemanasan saat ini 0.17 ºC/dekade. Perubahan iklim berkaitan
dengan semakin meningkatnya gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas
manusia. Menurut Abdullah dan Khoiruddin (2009) terdapat enam jenis gas yang
digolongkan sebagai gas rumah kaca (GRK), yaitu karbondioksida (CO2),
dinitroksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksafluorida (SF6), perfluorokarbon
(PFCs), dan hidrofluorokarbon (HFCs).
Kegiatan pertanian seperti pengolahan tanah, pengairan dan pemupukan pada
lahan pertanian merupakan salah satu aktivitas manusia saat ini yang dituduh
menyumbangkan emisi gas rumah kaca (GRK). Lahan pertanian di Indonesia
sebagian besar (78% dari total lahan pertanian) berupa tanah mineral (Mulyani et
al. 2006). Oleh karena itu, sangat penting untuk mengumpulkan informasi emisi
CO2 pada tanah mineral tropis sebagai bagian dari usaha pengumpulan data
(inventory) mendukung kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Kesuburan
pada tanah mineral seperti Latosol pada umumnya rendah karena mempunyai
kandungan bahan organik dan ketersedian hara yang rendah. Salah satu cara untuk
memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan cara pemberian bahan organik
Menurut Lal (2004) penipisan karbon organik tanah (KOT) secara global
memberikan kontribusi CO2 ke atmosfer sebesar 78±12 Pg C (Pg = petagram = 1015
g). Penipisan KOT dapat terjadi akibat erosi yang disebabkan degradasi,
penyalahgunaan dan salah kelola tanah. Solusi jangka pendek untuk mengurangi
GRK adalah dengan menerapkan sistem manajemen yang sudah direkomendasikan
diantaranya dengan pengolahan hara terpadu dengan kompos, biosolids, dan siklus
hara pertanian. Menurut Eswaran et al (2000) KOT pada tanah Latosol (Inceptisol)
memiliki kerapatan 148 ton/ha, nilai ini lebih rendah jka dibandingkan dengan
Histosol, Gelisol, Andisol, dan Spodosol sehingga sangat dianjurkan penggunaan
kompos sebagai salah satu jenis bahan organik (BO) untuk meningkatkan
kandungan KOT.
Bahan organik mempunyai peranan yang penting bagi kesuburan tanah,
peranan bahan organik tersebut antara lain: berperan dalam memperbaiki struktur
tanah, meningkatkan kemampuan tanah memegang air, meningkatkan pori-pori
tanah, dan memperbaiki media perkembangan mikrob tanah, serta menghasilkan
asam organik yang dapat meningkatkan kesedian hara bagi tanaman (Kasno 2009).
Akan tetapi menurut Schlesinger (2000) yang menyatakan penggunaan BO justru
dituduh berkontribusi terhadap peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer dari hasil
dekomposisi dan oksidasi.
Meningkatnya pelepasan gas CO2 ke atmosfer juga berkaitan dengan respirasi
autotrof dari akar tanaman dan respirasi heterotrof dari mikrob tanah (Kirschbaum
2001). Menurut Nasoetion (2007) sebagian dari emisi CO2 yang dilepaskan ini akan
digunakan kembali dalam proses fotosintesis menghasilkan senyawa organik

2
berupa glukosa (C6H12O6) sebagai bagian dari senyawa dalam jaringan tanaman
sehingga terjadi peningkatan biomassa tanaman. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui peningkatan biomassa tanaman jagung yang diberikan
BO. Peningkatan biomassa menunjukkan C dalam tanah digunakan oleh tanaman
untuk pertumbuhannya. Selain itu juga dilakukan pengukuran CO2 pada pemberian
BO sehingga diketahui neraca karbon sederhana antara fluks CO2 tanah dan C yang
diserap tanaman.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari :
1. Pengaruh penambahan bahan organik terhadap peningkatan total biomassa
tanaman jagung.
2. Pengaruh penambahan bahan organik terhadap fluks CO2 yang dihasilkan
tanaman jagung.
3. Nilai neraca karbon sederhana tanaman jagung pada tanah yang ditambahkan
bahan organik dan tidak ditambahkan bahan organik.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2012 hingga Mei 2013.
Penanaman jagung dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Tanah, Sindang
Barang, Bogor. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Infra Red Gas
Analyzer (IRGA) tipe LI-820, sungkup gas dari pipa PVC berdiameter 25.5 cm dan
tinggi 25 cm, dan thermometer. Peralatan pendukung yang digunakan antara lain:
peralatan pengambilan contoh tanah, peralatan identifikasi profil tanah, peralatan
analisis fisik dan kimia tanah.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Latosol Darmaga,
benih jagung varietas Bima, bahan organik berupa kompos yang dijual dipasaran
secara komersil yang berasal dari campuran kotoran ternak dan sisa tanaman yang
mengandung C-organik 21.34%. Bahan lain yang digunakan adalah air, pupuk NPK
dasar (Urea, SP-36, KCl), furadan. Bahan kimia untuk keperluan analisis hara tanah
menyesuaikan dengan metoda analisis yang digunakan. Bahan kalibrasi alat
pengukur konsentrasi gas CO2 menggunakan gas standar CO2 550 ppm untuk nilai
tertinggi dan kapur soda (soda lime) untuk nilai terendah (0 ppm).

3
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan metode sebagai berikut:
Pengambilan Sampel Tanah
Sampel tanah pada kedalaman 0-40 cm untuk analisis kimia dan 0-20 cm
untuk media tanam. Identifikasi wilayah yang dilakukan meliputi kemiringan lahan,
jenis penggunaan lahan, jenis vegetasi penutup lahan, dan kondisi batuan di
permukaan tanah. Identifikasi karakteristik tanah dilakukan dengan pembuatan
minipit dengan kedalaman dimensi (60 x 60 x 40) cm. Karakteristik tanah tersebut
meliputi: ketebalan lapisan, batas dan kejelasan topografi horison, warna tanah,
struktur tanah, konsistensi tanah, dan karatan pada tanah.

Gambar 1 Lokasi pengambilan tanah di kebun Cikabayan, Institut Pertanian Bogor
Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan menggunakan tanah yang telah dikeringudarakan dan
diayak dengan ayakan berdiameter 2 mm. Penetapan kadar air kapasitas lapang
(KAKL) ditetapkan untuk menentukan jumlah penyiraman air pada tahap
penanaman dan pemeliharaan tanaman. Selain itu, dilakukan analisis pendahuluan
kimia tanah meliputi : analisis pH tanah, N total (%), P tersedia (P-Bray 1), K-dd,
C-organik, tekstur (% pasir, % debu, dan % klei), serta analisis kimia pupuk
anorganik NPK (Urea, SP-36, KCl) dan pupuk organik (kompos).
Persiapan Penanaman
Berat isi media tanah dalam polybag disesuaikan dengan kondisi aslinya di
lapangan (1.12 g/cm3) yang dilakukan dengan cara tanah disaring dengan ayakan
berukuran 5 mm, dikeringudarakan dan dilakukan penimbangan tanah setara
dengan 18.02 kg (BKU)/polybag atau 16.55 kg (BKM)/polybag dengan kadar air
(KA) tanah 8.93%. Setelah itu, tanah dimasukkan ke dalam polybag berdiameter
28.64 cm. Pada perlakuan KBOJ+P ditambahkan bahan organik dengan dosis 567 g
berat basah kompos tiap polybag atau setara dengan 316 g berat kering pada tiap
polybag-nya untuk mendapatkan kondisi tanah dengan kandungan C-organik
sekitar 2%. Setelah itu dilakukan penambahan air untuk mendapatkan kadar air
kapasitas lapang.

4

Gambar 2 Kondisi tanah yang sedang dikeringudarakan (kiri), Proses menimbang
dan memasukkan tanah dalam polybag (kanan)
Penanaman, Pemeliharaan, dan Panen Tanaman
Benih jagung varietas Bima ditanam sebanyak dua benih/polybag, kemudian
diberikan sedikit furadan pada tiap lubangnya dan lubang tersebut ditutup dengan
tanah. Selanjutnya dilakukan pemupukan dasar sesuai dosis rekomendasi dari
Kementan (2007) yaitu urea 350 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCl 100 kg/ha.
Pemupukan diberikan didalam lubang alur yang telah dibuat sekitar 10 cm jaraknya
dari lubang tanam yang melingkarinya kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Khusus pupuk Urea diberikan sebanyak dua kali yaitu pada minggu ke-0 (M0) dan
minggu keempat (M4). Pemilihan satu dari dua tanaman yang tumbuh dilakukan
pada minggu pertama (M1). Penyiraman air dilakukan setiap sehari sekali di waktu
pagi hari atau sore hari untuk menjaga ketersediaan air sekitar KAKL bagi tanaman
jagung. Pemeliharaan ini dilakukan setiap minggu sampai panen.
Pengukuran Fluks CO2
Pengukuran fluks CO2 dilakukan dengan menggunakan IRGA (Infra Red Gas
Analyzer). Kelengkapan penunjang seperti baterai 12 V, pompa udara 12 V, filter
udara, manometer, laptop, selang, sungkup gas dan tutupnya. Tutup sungkup untuk
penelitian ini dirancang secara khusus untuk digunakan di dalam polybag dan
mampu menyesuaikan dengan pertumbuhan batang jagung. Alat IRGA
dikondisikan dalam keadaan stasioner (tidak bergerak) sedangkan tutup sungkup
dirancang untuk dapat dipindah-pindahkan pada sungkup yang diukur fluks CO2nya. Hal ini diharapkan dapat mengurangi efek perubahan struktur tanah dan
volume sungkup akibat tekanan. Pengipasan di atas sungkup selama ±1 menit
sangat penting dilakukan untuk memastikan bahwa udara di atas permukaan tanah
tercampur sempurna dengan udara lingkungan sekitarnya. Alat perekam data fluks
CO2 diaktifkan setelah tutup sungkup dipasang sempurna di atas sungkup.
Perekaman data fluks CO2 hanya dilakukan tiga menit untuk menghindari pengaruh
tekanan udara terhadap fluks CO2 di dalam sungkup. Parameter lain yang
pengukurannya dilakukan bersamaan adalah suhu tanah, suhu udara, dan suhu di
dalam sungkup dengan menggunakan thermometer. Perhitungan fluks CO2
mengikuti formula sebagai berikut (Madsen et al.2010):
a. Menghitung perubahan konsentrasi CO2 (dCc/dt) berdasarkan grafik linear
pengukuran fluks CO2 di lapangan (µmol/mol atau ppm) versus waktu
pengukuran (s). Persamaan grafik linear tersebut adalah sebagai berikut:

Y = ax+b
Y

: konsentrasi CO2 (µmol/ mol) atau ppm

5
a
b
x
b.

: gradien perubahan konsentrasi CO2 (mol/ mol/det)
: intercept konsentrasi CO2 (mol/ mol)
: waktu (det)

Menghitung fluks CO2 berdasarkan persamaan berikut (Madsen et al.2010):

fc =
fc
P
h
R
T
dCc/dt

: fluks CO2 (µmol/m2/det)
: tekanan atmosfer (berdasarkan rata-rata pembacaan alat IRGA)
: tinggi sungkup (m)
: konstanta gas (8.31 Pa m3/oK/mol)
: suhu udara dalam sungkup (oK)
: perubahan konsentrasi CO2 (µmol/mol/det)

Gambar 3 IRGA tipe LI-820 yang digunakan untuk pengukuran fluks CO2

Gambar 4 Pemasangan thermometer pada tutup sungkup dan tanah pada polybag,
serta thermometer untuk pengukuran suhu udara digantungkan satu
meter di atas sungkup
Di dalam penelitian ini pengukuran suhu diperlukan karena parameter
tersebut sangat berkaitan erat dengan emisi CO2 yang terjadi. Suhu yang diukur
meliputi suhu udara, suhu tanah dan suhu di dalam sungkup menggunakan
thermometer. Suhu udara diukur pada ketinggian satu meter di atas permukaan
tanah dengan cara menggantung thermometer tersebut, sedangkan suhu tanah
diukur dengan cara memasukkan thermometer ke dalam tanah pada kedalaman ±5
cm. Sedangkan suhu di dalam sungkup dilakukan dengan membuat lubang khusus
pada tutup sungkup seukuran diameter tabung thermometer. Parameter suhu
tersebut dibaca di tengah waktu pembacaan fluks oleh IRGA untuk memperoleh
kondisi lingkungan rata-rata.

6
Pendugaan Neraca Karbon Sederhana
Pendugaan cadangan karbon pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :

Cbalance = (Csoil – Ckontrol) + Cbiomassa (atas dan bawah) - Cfluks
Cbalance
Csoil
Ckontrol
Cbiomass
Cfluks

: Keseimbangan karbon didalam polybag perlakuan (g)
: Karbon yang terkandung pada tanah perlakuan (g)
: Karbon yang terkandung pada tanah kontrol (g)
: Karbon yang terkandung pada biomassa tanaman atas dan bawah (g)
: Karbon yang hilang dalam bentuk fluks CO2 (g)

Selisih bobot karbon tanah perlakuan dengan tanah kontrol pada satu periode
musim tanam dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
Selisih Karbon Tanah (g) = Karbon Tanah Perlakuan (g) – Karbon Tanah (g)
Kontrol (g)
Karbon Tanah (g) = C-Organik (%) X BKM Tanah (g)
Perubahan bobot karbon tanaman jagung pada satu periode musim tanam
dapat dicari dengan cara:
Bobot Karbon Tanaman (g) = 50%*) Berat Kering Biomassa Total (g)
*)

Sumber : Kirschbaum, (2001)

Karbon yang hilang dalam bentuk fluks CO2 pada satu periode musim tanam
dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
Karbon-eq (g) = Fluks CO2 X Luas X Waktu X BM
2

Luas Polybag (m2) = π r
Karbon-eq
Fluks CO2
Luas
Waktu
BM

: Karbon ekivalen, karbon dari bentuk molekul yang lain
: Emisi CO2 yang terukur oleh IRGA (mg/m2/det)
: Luas polybag tanaman (r polybag= 14.32 cm) (m2)
: Satu musim penanaman (70 hari) (det)
: Bobot Molekul (C/CO2)

Pengukuran BiomassaTotal Jagung
Pengukuran total biomassa tanaman jagung dilakukan setiap minggu.
Parameter yang diukur meliputi jumlah daun, tinggi tanaman dan bobot kering
tanaman. Jumlah daun yang dihitung adalah jumlah daun. Paramater tinggi tanaman
diukur dari permukaan tanah sampai daun tertinggi dengan menggunakan meteran.
Sebelum dilakukan pengukuran berat kering biomassa, akar tanaman dibongkar dari
media tanam dan dibersihkan dari tanah. Setelah itu, biomassa tanaman jagung
dioven pada suhu 70 oC selama 48 jam, kemudian diangkat dari oven dan
diletakkan beberapa menit di dalam eksikator, setelah itu dilakukan penimbangan
bobot biomassa.
Pengukuran C-Oganik dan N-Total Tanah
Pengukuran C-organik dan N-total tanah dilakukan setiap minggu di
laboratorium. Analisis C-organik tanah dengan menggunakan metode Walkley &

7
Black dan N-total tanah dengan menggunakan metode Kjehdahl. Selanjutnya
adalah menghitung C/N-nya.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL).
Perlakuan yang diujikan terdiri atas: K (Tanah mineral kontrol), KJ+P (Tanah
mineral kontrol yang ditanami jagung dan ditambahkan dengan pupuk NPK dasar),
KBOJ+P (Tanah mineral yang ditambah bahan organik sehingga C-organik tanah
menjadi sekitar 2% ditanami tanaman jagung dan ditambahkan dengan pupuk NPK
dasar).
Analisis Statistik
Pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati dianalisis dengan uji
ANOVA dan bila berpengaruh nyata (Fhitung > Ftabel) maka dilakukan uji lanjut
BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan selang kepercayaan 5%, sedangkan pengukuran
biomassa jagung dihitung dengan menggunakan metode time average (menghitung
rata-rata biomassa tanaman semusim). Pengolahan data dilakukan dengan program
MS Excel dan SPSS 16.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan Bahan Organik dengan Biomassa Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa berat kering tanaman jagung pada tanah
yang telah ditambahkan bahan organik (KBOJ+P) memiliki bobot total biomasa
yang lebih tinggi (89%) dibandingkan dengan tanah yang tidak ditambahkan bahan
organik, akan tetapi tingginya nilai KBOJ+P tidak berbeda nyata dengan perlakuan
KJ+P. Tingginya nilai bobot kering tanaman jagung pada perlakuan KBOJ+P
disebabkan pada KBOJ+P memiliki jumlah daun 14.06% (Gambar 6) yang lebih
tinggi dibandingkan dengan KJ+P dan tinggi tanaman jagung 16.02% (Gambar 7)
yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tidak ditambahkan
bahan organik. Tingginya jumlah daun dan tinggi tanaman jagung pada KBOJ+P
disebabkan pada perlakuan ini diberikan penambahan bahan organik. Bahan
organik berperan dalam memperbaiki kesuburan tanah sehingga dapat
meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jagung yang berakibat
pada tingginya bobot kering tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan Sarief (1984)
dan Kasno (2009) yang menyatakan bahwa peran bahan organik adalah
meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan
kemampuan tanah memegang air, meningkatkan pori-pori tanah, dan memperbaiki
media perkembangan mikroba tanah.

8

Gambar 5 Perbandingan pada berat kering biomassa total (akar, batang dan daun)
tanaman jagung antar perlakuan pada setiap minggu pengukuran. Tanda
garis vertikal pada setiap bar menunjukkan standar deviasi

Gambar 6 Perbandingan jumlah daun tanaman jagung

Gambar 7 Perbandingan tinggi tanaman jagung (cm)

9
Hubungan Fluks CO2 Tanah dan Bahan Organik
Hasil pengukuran fluks CO2 pada beberapa perlakuan disajikan pada Gambar
8. Fluks CO2 yang diukur dari tanah merupakan respirasi total tanah yang terdiri
dari respirasi autotrofik dari akar tanaman dan respirasi heterotrof dari organisme
tanah. Respirasi autotrof juga termasuk respirasi dari lapisan serasah di atas tanah
mineral. Akan tetapi peneliti lain mengacu respirasi tanah hanya sebagai fluks CO2
yang berasal dari respirasi heterotrof tanah dan berbeda halnya dengan respirasi
autotrof yang berasal dari akar tanaman (Kirschbaum 2001).
Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh nilai rata-rata fluks CO2 pada
perlakuan tanah kontrol (K) sebesar 0.05±0.01 mg CO2 /m2/det, 0.09±0.06 mg CO2
/m2/det pada perlakuan tanah yang ditanami jagung dan diberikan pupuk NPK
(KJ+P) dan 0.11±0.08 mg CO2 /m2/det pada perlakuan tanah yang ditanami jagung,
diberikan pupuk NPK serta diberikan bahan organik (KBOJ+P). Dengan demikian
pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa fluks CO2 tanah pada perlakuan KBOJ+P
memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi (20%) dibandingkan dengan fluks CO2
tanah pada perlakuan KJ+P, akan tetapi tingginya nilai KBOJ+P tidak berbeda
nyata dengan perlakuan KJ+P. Tingginya nilai rata-rata fluks CO2 KBOJ+P
disebabkan karena bahan organik merupakan sumber energi mikrob, semakin
banyak sumber energi tersedia semakin banyak pula populasi mikrob.
Meningkatnya populasi mikrob menyebabkan respirasi organisme meningkat,
sehingga fluks CO2 tanah meningkat

Fluks CO2 (mg/m2/det) tanah antar perlakuan pada setiap minggu
pengukuran. Tanda garis vertikal pada setiap noktah menunjukkan
standar deviasi
Pada masa inkubasi, fluks CO2 pada perlakuan KBOJ+P (0.08±0.021 mg CO2
2
/m /det) lebih tinggi (109.81%) dibandingkan dengan KJ+P (0.04±0.021 mg CO2
/m2/det). Hal ini disebabkan karena pada perlakuan ini mikrob lebih banyak
merombak bahan organik, karena aktifitas mikrob tersebut berespirasi
menghasilkan gas CO2. Akan tetapi pada waktu penanaman (M0), fluks CO2 pada
perlakuan KJ+P meningkat lebih tinggi 114.60% dibandingkan dengan perlakuan
KBOJ+P. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karbon yang ada di dalam tanah
pada perlakuan KJ+P langsung digunakan oleh mikrob untuk menghasilkan CO2.
Berbeda halnya dengan fluks CO2 pada perlakuan KBOJ+P yang belum mengalami
peningkatan signifikan. Hal ini diduga karena bahan organik yang ditambahkan

Gambar 8

10
pada perlakuan KBOJ+P sedang terakumulasi dan belum siap terombak (C/N
KBOJ+P = 7.18, KJ+P = 4,58), serta belum banyak digunakan oleh mikrob.
Pada Gambar 8 dapat dilihat fluks CO2 pada minggu pertama (M1) perlakuan
KBOJ+P menunjukkan pola fluks CO2 yang mengalami peningkatan signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa unsur C yang terdapat pada bahan organik telah
terdekomposisi oleh mikrob. Akan tetapi fluks CO2 pada perlakuan KJ+P pola fluks
CO2-nya mengalami penurunan sampai dengan minggu ketiga. Penuruan pola fluks
CO2 pada minggu kedua dan ketiga disebabkan kandungan C-organik tanah mulai
berkurang karena digunakan oleh mikrob dan produk mineralisasinya telah banyak
diserap tanaman.
Pada minggu keempat (M4), pola fluks CO2 pada kedua perlakuan
meningkat. Hal ini disebabkan pada minggu keempat dilakukan pemupukan urea
yang kedua. Menurut Badan Litbang Pertanian (2006) nitrogen dapat digunakan
untuk sintesis protein mikrob, sehingga populasi mikrob meningkat. Meningkatnya
populasi mikrob menyebabkan respirasi organisme meningkat, sehingga fluks CO2
tanah meningkat. Kedua pola fluks CO2 meningkat hingga minggu kelima (M5) dan
mengalami penurunan secara bertahap seiring semakin berkurangnya kandungan C
dalam tanah. Hal ini menyebabkan menurunnya aktivitas mikrob untuk
menghasilkan CO2.
Neraca Karbon pada Masing-Masing Perlakuan
Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa bobot karbon pada tanah KBOJ+P
(36.11±24.42 g C) lebih besar 123% dibandingkan dengan KJ+P (-16.23±27.48 g
C), akan tetapi tingginya nilai KBOJ+P tidak berbeda nyata dengan perlakuan
KJ+P. Rendahnya nilai bobot karbon tanah KJ+P disebabkan karena terjadi
pengurasan unsur karbon yang digunakan pada proses dekomposisi dan hilang
melalui fluks CO2 tanah, sedangkan pada perlakuan KBOJ+P ditambahkan bahan
organik sehingga terjadi proses akumulasi atau penimbunan unsur karbon dalam
tanaman melalui proses penyerapan karbon (C-sequestration) sebelum unsur
tersebut digunakan pada proses dekomposisi dan teremisikan sebagai gas CO2 dari
tanah. Pengukuran jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomassa)
pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap
oleh tanaman. Aliran karbon dari atmosfer ke vegetasi merupakan aliran yang
bersifat dua arah, yaitu pengikatan CO2 ke dalam biomassa melalui fotosintesis dan
pelepasan CO2 ke atmosfer melalui proses dekomposisi dan respirasi (Hairiah dan
Rahayu 2007).

11

Gambar 9 Perbedaan bobot karbon pada berbagai perlakuan (g)
Pada Gambar 9 dapat dilihat bobot karbon yang hilang dalam bentuk fluks
CO2 pada perlakuan KBOJ+P (11.85±6.58 g C) lebih besar 20.20% dibandingkan
dengan perlakuan KJ+P (9.85±5.52 g C). Akan tetapi tingginya nilai KBOJ+P tidak
berbeda nyata dengan perlakuan KJ+P. Pada perlakuan dengan penambahan bahan
organik, bobot karbon tanaman meningkatkan hampir dua kali lipat (KBOJ+P =
13.91±2.97 g C) dibandingkan dengan perlakuan yang tidak ditambahkan bahan
organik (KJ+P = 7.37±1.98 g C) hal ini disebabkan karena terjadi proses
penyerapan karbon (C-sequestration) di dalam tubuh tanaman, akan tetapi
tingginya nilai KBOJ+P tidak berbeda nyata dengan perlakuan KJ+P.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Bahan organik dapat meningkatkan berat kering biomassa total tanaman
jagung (89%) dibandingkan dengan yang tidak ditambahkan bahan organik. Fluks
CO2 tertinggi terdapat pada perlakuan KBOJ+P (0.11 mg CO2 /m2/det. Pada neraca
karbon sederhana, bahan organik dapat meningkatkan karbon yang hilang dalam
bentuk fluks CO2 (20%) dan meningkatkan karbon dalam tanah (123%), akan tetapi
tidak nyata menyumbangkan emisi CO2 karena bahan organik juga meningkatkan
jumlah karbon yang diserap oleh tanaman (89%). Namun penambahan bahan
organik tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan berat kering
biomassa total tanaman jagung, fluks CO2, karbon dalam tanah, karbon yang
diserap oleh tanaman dan karbon yang hilang dalam bentuk fluks CO2.
Saran
Diperlukan penelitian lanjutan mengenai pengukuran fluks CO2 yang
dilakukan dengan selang waktu yang lebih rapat dan kontinyu, serta analisis
pengaruh total mikrob di dalam tanah dalam meningkatkan fluks CO2 tanah.

12

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Khoiruddin. 2009. Efek Gas Rumah Kaca dan Pemanasan Global.
Biocelebes. 3(1): 10-19.
Mulyani A, Hikmatullah, dan A H Subagyo. 2004. Karakteristik dan potensi tanah
masam lahan kering di Indonesia. hlm 1-32. Di dalam: Prosiding
Simposium Nasional Pendayagunaan Tanah Masam. Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Badan Litbang Pertanian. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor (ID):
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Eswaran H, FP Reich, JM Kimble, FH Beinroth, E Padamnabhan, P Moncharoen.
2000. Global carbon stocks. Di dalam: Lal R. Soil carbon sequestration to
mitigate climate change. Geoderma. 123(2004): 1-22.
Hairiah K, S Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam
Penggunaan Lahan. Di dalam: Vecky DK. Emisi gas CO2 dan neraca
karbon pada lahan jagung, kacang tanah dan singkong di Kecamatan
Ranca Bungur, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2001. Climate Change: The
Scientific Basis. Cambridge (UK): Cambridge Univ Pr.
Kasno A. 2009. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah. Informasi
Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Okt
31]. Tersedia pada: http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/pp
09036.pdf.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40
Tahun 2007 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Padi
Sawah Spesifik Lokasi. Jakarta (ID): Mentan.
Kirschbaum MUF. 2001. Definitions of Some Ecological Terms Commonly Used
in Carbon Accounting. Di dalam: Vecky DK. Emisi gas CO2 dan neraca
karbon pada lahan jagung, kacang tanah dan singkong di Kecamatan
Ranca Bungur, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lal R. 2004. Soil carbon sequestration impacts on global climate change and food
security. Science. (304): 1623–1627.
Madsen R, Xu L, Claassen B, McDermitt B. 2010. Surface monitoring method for
carbon capture and storage projects. Energy Procedia. (1): 2161-2168.
Nasoetion AH. 2007. Pengantar ke Ilmu-Ilmu Pertanian. Bogor (ID): PT. Pustaka
Litera Antar Nusa.
[PPT] Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk
Keperluan Survei dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Bogor (ID).
Sarief ES. 1984. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung (ID):
Pustaka Buana.
Schlesinger WH. 2000. Carbon sequestration in soil: some cautions amidst
optimism. Agricultural Ecosystems and Environment. Di dalam: Lal R.
Soil carbon sequestration to mitigate climate change. Geoderma.
123(2004): 1-22.

13

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kebutuhan tanah dalam satu polybag
Diameter
polybag (cm)

Tinggi tanah di
polybag (cm)

Volume
(cm3)

BI
(g/cm3)

Tanah
(g)

28.64

25

16092.90

1.12

18024.05

3

BI = Bobot isi tanah (g/cm )
Lampiran 2 Data hasil analisis C-organik kompos
KA (%)
125.39

K-abu (%)
63.21

% C-org
21.34

BO
36.79

Lampiran 3 Data hasil analisis pupuk Urea, SP-36 dan KCl
Sampel
Blanko
Urea

HCl (ml)
0.1
60.55

N HCl
0.1
0.1

Ar N
14
14

BKM
1
200

Sample

Abs

P larutan
(ppm)

Faktor
Pengencer

ppm --> %

P total
(%)

P2O5
(%)

SP-36 (a)

0.14

1.18

100000

0.0001

11.85

27.13

SP-36 (b)

0.14

1.24

100000

0.0001

12.37

28.33

Sample

Abs

K larutan
(ppm)

Faktor
Pengencer

ppm --> %

K total
(%)

K2O (%)

KCl (a)

1.75

1.75

100000

10000

43.42

52.54

KCl (b)

1.75

1.75

100000

10000

43.42

52.54

100
100

N (%)
14
42.39

Lampiran 4 Perhitungan kebutuhan pupuk Urea. SP-36 dan KCl
Pupuk

Rekomendasi Kebutuhan
per Hektar (kg)

Hasil Analisis
Pupuk di Lab (%)

Kebutuhan per
Ha (kg)

Kebutuhan per
Polybag (g)

Urea

350 (46% N)

42% N

383.33

25.49

SP-36

150 (36% P2O5)

27% P2O5

200

13.30

KCl

100 (60% K2O)

52% K2O

115.39

7.67

Lampiran 5 Rata-rata berat kering biomassa bawah (akar) tanaman jagung (g)
Perlakuan/Minggu
ke-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

KJ+P

0.05 0.09 0.13 0.46 0.89 1.32 1.35 1.66 4.57 4.18

KBOJ+P

0.06 0.17 0.27 1.13 1.28 2.04 3.91 5.04 5.30 7.16

14
Lampiran 6 Rata-rata berat kering biomassa atas (batang dan daun) tanaman jagung (g)
Perlakuan /
Minggu keKJ+P
KBOJ+P

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0.05
0.06

0.20
0.21

0.46
1.22

1.52
3.51

6.08
7.70

11.79
18.10

9.15
33.06

15.52
35.95

34.10
62.39

53.91
89.69

Lampiran 7 Rata-rata berat kering biomassa total (akar. batang dan daun) tanaman jagung (g)
Perlakuan /
Minggu ke-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

KJ+P

0.16

0.29

0.60

1.98

6.97

13.11

10.50

17.18

38.67

58.09

KBOJ+P

0.12

0.38

1.48

4.64

8.99

20.13

36.97

40.99

67.68

96.80

Lampiran 8 Rata-rata kandungan C-organik tanah (%) dalam satu periode musim tanam
Perlakuan /
Minggu ke-

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rataan

K

2.88

1.65

1.90

1.98

1.52

1.75

1.95

2.18

2.02

1.90

1.93

1.97

KJ+P

1.90

1.70

1.60

1.60

1.71

1.99

1.75

1.98

1.94

1.51

2.00

1.79

KBOJ+P

1.72

2.01

2.22

1.97

1.91

2.25

2.10

2.13

2.18

2.022

2.14

2.06

Lampiran 9 Rata-rata kandungan N-total tanah (%) dalam satu periode musim tanam
Perlakuan /
Minggu ke-

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rataan

K

0.23

0.19

0.14

0.19

0.40

0.19

0.16

0.23

0.16

0.27

0.20

0.22

KJ+P

0.47

0.2

0.23

0.20

0.20

0.23

0.23

0.20

0.23

0.21

0.19

0.23

KBOJ+P

0.24

0.27

0.25

0.23

0.22

0.24

0.24

0.22

0.21

0.23

0.24

0.24

Lampiran 10 Rata-rata rasio C/N tanah dalam satu periode musim tanam
Perlakuan /
Minggu ke-

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rataan

K

12.20

8.77

13.24

10.27

3.80

9.35

13.02

9.54

13.59

7.83

9.87

10.13

KJ+P

4.58

8.65

6.86

7.93

8.82

8.72

7.76

10.40

8.60

7.17

11.46

8.27

KBOJ+P

7.18

7.49

8.94

9.10

8.46

9.39

8.88

9.73

10.35

13.64

9.13

9.30

Lampiran 11 Rata-rata fluks CO2 (mg/m2/det) dalam satu periode musim tanam
Perlakuan /
Minggu ke-

Inkubasi

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rataan

K

0.06

0.07

0.04

0.05

0.04

0.04

0.05

0.05

0.05

0.04

0.12

0.05

0.05

KJ+P

0.04

0.20

0.17

0.09

0.08

0.08

0.12

0.10

0.06

0.05

0.12

0.02

0.09

KBOJ+P

0.08

0.09

0.24

0.12

0.12

0.15

0.18

0.14

0.10

0.06

0.05

0.02

0.11

15
Lampiran 12 Rata-rata bobot karbon tanah (g) dalam satu periode musim tanam
Perlakuan /
Minggu keK

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rataan

297

342

356

275

315

351

392

363

343

347

338

KJ+P

306

289

288

308

359

315

358

350

272

361

321

KBOJ+P

362

401

355

344

406

378

384

393

365

386

378

Lampiran 13 Rata-rata bobot karbon tanaman (g) dalam satu periode musim tanam
Perlakuan /
Minggu ke-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rataan

KJ+P

0.05

0.14

0.30

0.99

3.48

6.56

5.25

8.59

19.34

29.05

7.37

KBOJ+P

0.06

0.19

0.74

2.32

4.49

10.07

18.48

20.49

33.84

48.43

13.91

Lampiran 14 Rata-rata bobot karbon yang hilang dalam bentuk fluks CO2 (g)
Perlakuan /
Minggu ke-

Inkubasi

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rataan

K

6.54

6.90

4.54

5.10

4.01

4.25

5.58

5.41

5.34

4.64

12.38

4.81

5.79

KJ+P

4.14

20.82

17.60

9.75

8.64

8.66

12.48

10.09

6.40

4.98

13.03

1.67

9.85

KBOJ+P

8.70

9.70

25.78

12.22

12.84

15.52

19.46

14.90

10.14

6.56

4.75

1.60

11.85

Lampiran 15 Hasil analisis pendahuluan kimia dan kriteria tanah lokasi percobaan
(PPT 1983)
Parameter

Metode Analisis

Hasil

Kriteria

pH 1:1

H2O
KCl
Walkley & Black
Kjeldhal
Bray 1
HCl 25%
N NH4-Asetat pH 7.0
N NH4-Asetat pH 7.0
N NH4-Asetat pH 7.0
N NH4-Asetat pH 7.0
N NH4-Asetat pH 7.0

5.00
4.30
1.75
0.18
4.80
46.30
5.41
1.00
0.09
0.19
20.22
33.09
Klei
15.73
17.15
67.12

Rendah

C-organik (%)
N-total (%)
P (ppm)
Ca (me/100g)
Mg (me/100g)
K (me/100g)
Na (me/100g)
KTK (me/100g)
KB (%)
Tekstur
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)

Pipet
Pipet
Pipet

Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Kelas : Klei

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gresik pada tanggal 14 November 1991 sebagai anak
terakhir (lima) dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Mochammad Nashri dan
Ibu Siti Fatimah. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak pada
tahun 1997 dari TK Petrokimia Gresik. Tahun 2003 lulus dari SDN Sidokumpul
VII Gresik. Pada tahun 2006 lulus dari MTs PPMI Assalaam Sukoharjo dan lulus
dari SMA PPMI Assalaam Sukoharjo pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai
mahasiswa di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
tahun 2009.
Selama menyelesaikan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor, penulis
aktif sebagai staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)
BEM FAPERTA IPB pada tahun ajaran 2010/2011). berpartisipasi juga dalam
HIMMASURYA++ (Himpunan Mahasiswa Surabaya Gresik. Sidoarjo dan
Mojokerto). Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
Kewirausahaan pada tahun 2010 dengan judul “Gravi-Tea (Graviola-Tea) Minuman
Sehat Berkhasiat Sebagai Alternatif Obat Kanker dalam Bentuk Kemasan Siap
Saji”. serta PKM Penelitian pada tahun yang sama yang berjudul “Pemanfaatan
Tanaman Azolla Sebagai Alternatif Pupuk Nitrogen yang Ramah Lingkungan”.
Penulis telah melaksanakan penelitian yang berjudul : Pengukuran Fluks CO2
dan Neraca Karbon Sederhana Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Latosol
Darmaga. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pertanian di program studi Manajemen Sumberdaya Lahan Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Instititut Pertanian Bogor.