Analisis Efisiensi Usahatani Ubi Jalar Di Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Sumatera Barat

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI UBI JALAR DI KECAMATAN
AMPEK ANGKEK KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

ANGELIA LEOVITA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DANSUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Efisiensi
Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Sumatera
Barat adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015
Angelia Leovita
NIM H453120041

RINGKASAN
ANGELIA LEOVITA. Analisis Efisiensi Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan
Ampek Angkek Kabupaten Agam Sumatera Barat. Dibimbing oleh RATNA
WINANDI dan HENY KUSWANTI SUWARSINAH.

Kecamatan Ampek Angkek merupakan salah satu daerah sentra ubi jalar
di Sumatera Barat. Kecamatan ini memiliki peluang untuk dapat meningkatkan
produksi ubi jalar. Tetapi permasalahan yang terjadi adalah rendahnya
produktivitas yang disebabkan oleh belum efisiennya dalan penggunaan input
produksi dalam berusahatani.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ubi jalar (2) menganalisis efisiensi teknis, alokatif dan
ekonomi usahatani ubi jalar (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani ubi jalar dan (4) menganalisis
pendapatan usahatani ubi jalar di Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam
Provinsi Sumatera Barat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis

efisiensi produksi dan analisisusahatani. Fungsi produksi yang digunakan
adalahfungsi produksi Cobb Douglas dan diestimasi menggunakan Ordinary
LeastSquares (OLS) dan Maximum Likelihood Estimation (MLE).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi
produksi ubi jalar di kecamatan Ampek ditemukan signifikan berpengaruh secara
statistik terhadap produksi ubi jalar pada α=1% adalah variabel jumlah bibit,
jumlah pupuk organik, jumlah tenaga kerja dalam keluarga dan jumlah tenaga luar
keluarga. Sedangkan jumlah pupuk anorganik signifikan berpengaruh secara
statistik pada α=10%. Hasil analisis efisiensi menunjukkan bahwa petani secara
teknis dan alokatif sudah efisien, namun secara ekonomi belum. Hal ini disebakan
karena masih mahalnya harga input yang berlaku ditingkat petani. Faktor-faktor
yang mempengaruhi inefisiensi teknis adalah keanggotaan petani dalam kelompok
tani berpengaruh nyata pada α=10%.Hasil analisis pendapatan usahatani
menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar layak untuk diusahakan secara finansial
karena nilai R/C senilai 1.8.

Kata kunci: usahatani,ubi jalar,efisiensi, pendapatan, stochastic frontier

SUMMARY
ANGELIA LEOVITA.Efficiency Analysis of Sweet Potato Farming in the

District Ampek Angkek Agam West Sumatra.Guided by RATNA WINANDI and
HENY KUSWANTI SUWARSINAH.

Subdistrict Ampek Angkek is one of the central areas of the sweet potato
in West Sumatra. This district has the opportunity to be able to increase the
production of sweet potatoes. But the problems that occur are low productivity
caused by inefficient role in the use of production inputs to farm.
The purpose of this study was (1) to identify the factors that influence the
production of sweet potato (2) analyze the technical efficiency, allocative and
economic farming sweet potatoes (3) identify the factors affecting technical
inefficiency farming yams and (4) analyzing farm income sweet potato in the
subdistrict Ampek Angkek district Agam West Sumatra Province. Data analysis
was performed using production efficiency analysis and analysis of farming.
Production function used is the Cobb Douglas production function and estimated
using Ordinary Least Squares (OLS) and Maximum Likelihood Estimation.
The results showed that the variables that affect the production of sweet
potato in the district Ampek Angkek found a statistically significant effect on the
production of sweet potatoes at α = 1% are number of seeds, the amount of
organic fertilizer, the amount of labor in the family and the number of workers
outside the family. While the amount of inorganic fertilizer statistically significant

effect on α = 10%. Efficiency analysis results showed that farmers technical and
allocative already efficient, but not economically. This has happened because still
prevail high prices of inputs for farmers. Factors affecting technical inefficiency
the membership of farmers in farmer groups significantly at α = 10%. Farm
income analysis result indicate that the sweet potato farming financially feasible
to be developed as long as the R/C 1.8.
Keywords: farming, sweet potato, efficiency, revenue, stochastic frontier

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI UBI JALAR DI KECAMATAN
AMPEK ANGKEK KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT


ANGELIA LEOVITA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

:Dr Alla Asmara, SPt MSi

Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian


: Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober - November 2014
ini adalahefisiensi, dengan mengambil judul Analisis Efisiensi Usahatani Ubi
Jalar di Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Sumatera Barat.Tesis ini
disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelas Magister Sains pada Program
Studi Ilmu Ekonomi Pertanian. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak atas bantuan
dan dukungan sehingga tesis ini dapat terselesaikan yaitu kepada:
1. Ibu Dr Ir Ratna Winandi, MSsebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr
IrHeny Kuswanti Suwarsinah, MEc sebagai Anggota Komisi Pembimbing,
yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, perhatian, waktu dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Dr Alla Asmara, SPt MSi selaku dosen penguji luar komisi yang telah
memberikan masukan dan pertanyaan yang sangat berguna untuk
penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian yang telah memberikan masukan dan pertanyaan demi
kesempurnaan tesis ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian
Bogor atas segala ilmu, pengalaman dan waktu yang telah diberikan selama
proses perkuliahan.
5. Pihak DIKTI yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan melalui Beasiswa Unggulan kepada penulis.
6. Penghargaan yang tinggi dan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
keluarga yaitu orang tua penulis Ayahanda Nurman, SP dan Ibunda (Almh)
Irawati M.Nur yang telah memberikan dukungan moril dan materil, perhatian,
kasih sayang, kesabaran dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
dengan baik.
7. Kakak penulis, Irma Dewita, S.Kep/suami dan adik-adik, Rika Fitri Yeni,
SSi, Raudhatul Syauvi dan Nafika Nurullita yang telah memberikan
dukungan kepada penulis.
8. Teman-teman Ilmu Ekonomi Pertanian angkatan 2012 yaitu Jones Batara
Manurung, Muhammad Emil Rahman, Budi Yoko, Afandri, Muhammad
Nursan, Dewi Rohma Wati, Pebria Sari, Reny Hidayati, Lillah Wedelia, Rina
Kusrina dan Utami Nurani Putri yang telah menjadi sahabat, saudara,

motivator, bersama dalam suka dan duka selama menempuh pendidikan di
IPB.
9. Teman-teman Ilmu Ekonomi Pertanian angkatan 2013 terima kasih atas
waktu diskusi dan semangat yang diberikan kepada penulis.
10. Seluruh staff di Sekretariat Ilmu Ekonomi Pertanian (Mas Johan, Mas Widi,
Mas Erwin, Pak Husein, Ibu Ina, Ibu kokom) yang telah membantu, memberi
semangat dan dukungan kepada penulis.
11. Seluruh teman-teman penghuni Wisma Melatiterima kasih atas kebersamaan,
semangat kepada penulis.

12. Pihak-pihak lain yang namanya tidak disebutkan namun telah banyak
memberikan saran dan informasi selama penulisan tesis ini.
Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Harapan penulis, semoga
tesis ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
referensi bagi peneliti selanjutnya.

Bogor, September 2015
Angelia Leovita


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

xiv
xv
xv
1
1
4
6
6
6


2 TINJAUAN PUSTAKA
Produksi dan Fungsi Produksi
Konsep dan Pengukuran Efisiensi
Penelitian Terdahulu Tentang Efisiensi Usahatani
Penelitian Terdahulu Tentang Pendapatan Usahatani
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

8
8
10
16
22
23
24

3 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penarikan Contoh

Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar dan R/C
Definisi Operasional

25
25
25
25
25
29
30

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Wilayah dan Keragaan Usahatani Ubi Jalar
Tingkat Efisiensi Usahatani Ubi Jalar
Pendapatan Usahatani Ubi Jalar

32
32
38
49

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran dan Implikasi Kebijakan

53
53
53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

55
59
68

DAFTAR TABEL
1 Ketersediaan dan kebutuhan ubi jalar Nasional tahun 2009-2012
2 Perkembangan Luas lahan, produksi dan produktivitas ubi jalar
Indonesia tahun 2009-2014
3 Luas panen, produksi dan produktivitas ubi jalar di sepuluh
Provinsi tahun 2014
4 Luas panen, produksi dan produktivitas komoditi ubi jalar di
Sumatera Barat menurut kabupaten/kota tahun 2012
5 Luas panen, produksi dan produktivitas ubi jalar di kabupatan
Agam tahun 2012
6 Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani
7 Jumlah penduduk di kecamatan Ampek Angkek kabupaten Agam
8 Penggunaan Lahan di Kecamatan Ampek Angkek
9 Keragaman umur petani ubi jalar di kecamatan Ampek Angkek
10 Sebaran pendidikan petani ubi jalar di kecamatan Ampek Angkek
11 Sebaran pengalaman petani ubi jalar di kecamatan Ampek
Angkek
12 Partisipasi petani ubi jalar dalam kelompok tani di kecamatan
Ampek Angkek
13 Tanggungan keluarga petani ubi jalar di kecamatan Ampek
Angkek
14 Status kepemilikan lahan petani ubi jalar di kecamatan Ampek
Angkek
15 Jenis varietas ubi jalar di kecamatan Ampek Angkek
16 Sebaran luas lahan petani ubi jalar di kecamatan Ampek Angkek
17 Hasil dugaan model produksi ubi jalar Cobb-Douglass
menggunakan metode OLS di kecamatan Ampek Angkek
18 Hasil dugaan model produksi Cobb-Douglas Stochastic
Frontierusahatani ubi jalar menggunakan metode MLE di
kecamatan Ampek Angkek
19 Sebaran nilai efisiensi teknis usahatani ubi jalar di kecamatan
Ampek Angkek
20 Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis fungsi
produksiStochasticFrontier di kecamatan Ampek Angkek
21 Sebaran nilai efisiensi alokatif usahatani ubi jalar di kecamatan
AmpekAngkek
22 Sebaran nilai efisiensi ekonomi usahatani ubi jalar di kecamatan
AmpekAngkek
23 Analisis pendapatan usahatani ubi jalardi kecamatan Ampek
Angkek
24 Analisis imbalan tenaga kerja (Return to labor) usahatani ubi jalar
di Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Provinsi
Sumatera Barat

1
2
2
3
4
20
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
39

40
43
44
48
48
50

52

DAFTAR GAMBAR
1 Produksi ubi jalar Sumatera Barat tahun 2009-2013
2 Fungsi produksi batas dengan rata-rata
3 Efisiensi teknis dan alokatif dari sisi input
4 Alur kerangka pemikiran

5
9
12
24

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Kontribusi produk domestik bruto setiap lapangan usaha terhadap
produk domestik bruto Indonesia tahun 2014
Luas, produksi dan produktivitas ubi jalar per nagari di kecamatan
Ampek Angkek tahun 2013
Hasil uji heteroskedastisitas model produksi ubi jalar
di
kecamatan Ampek Angkek pada masing-masing input
Hasil pendugaan model produksi ubi jalar metode OLS di
kecamatan Ampek Angkek
Hasil pendugaan model produksi ubi jalar Cobb-Douglas
stochasticfrontier metode MLE
Sebaran nilai efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi usahatani ubi
Jalar di kecamatan Ampek Angkek tiap responden

60
61
62
64
65
67

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian
Indonesia. Peranan tersebut meliputi kontribusi produk dalam sumbangannya
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyedia kebutuhan pangan manusia,
penyedia lapangan pekerjaan, pemasok bahan baku untuk berbagai industridan
penghasil devisa negara melalui kegiatan ekspor. Kontribusi sektor pertanian
terhadapProduk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2014 adalah sebesar 10.33
persen (PUSDATIN2015).
Salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam
pembangunan sektor pertanian adalah subsektor tanaman pangan. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya kontribusi tanaman pangan terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 3.26 persen (Lampiran 1). Selain
berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia subsektor
tanaman pangan berperan serta dalam mewujudkan ketahanan pangan. Bahan
pangan yang tidak tersedia dengan cukup dan harga yang tidak terjangkau oleh
masyarakat akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat secara luas baik
dari segi ekonomi maupun sosial (Hafsah 2004).
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas subsektor tanaman pangan yang
berperan dalam pembangunan sektor pertanian dan perekonomian Indonesia. Ubi
jalar merupakan salah satu tanaman penting karena dapat dijadikan sumber
karbohidrat setelah padi (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2013). Selain
sebagai bahan pangan juga digunakan sebagai kebutuhan pakan ternak serta dapat
dikembangkan menjadi olahan produk ubi jalar siap santap seperti kremes, saos,
selai, hasil substitusi dengan tepung seperti biskuit, kue, roti, bentuk olahan
dengan buah-buahan seperti manisan dan asinan (Richana 2013).Berkembangnya
teknologi pengolahan hasil ubi jalar menjadi aneka jenis makanan, kebutuhan
akan ubi jalar meningkat sehingga produksi juga mengalami peningkatan. Berikut
pada Tabel 1 menyajikan data ketersediaan dan kebutuhan ubi jalar Nasional
tahun 2009-2012.
Tabel 1Ketersediaan dan kebutuhan ubi jalar Nasional tahun 2009-2012
Tahun
2009
2010
2011
2012

Produksi
(Ton)
2 057 913
2 051 046
2 196 033
2 483 460

Impor
(Ton)
50
33
22
24

Ekspor
(Ton)
7 185
7 083
6 916
9 649

Ketersediaan
(Ton)
2 050 778
2 043 996
2 189 139
2 473 835

Kebutuhan
(Ton)
2 051 000
2 044 000
2 189 000
2 428 824

Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2013

Produksi ubi jalar dari tahun 2009–2012 cenderung mengalami
peningkatan. Peningkatan produksi ubi jalar dari tahun 2011 ke tahun 2012
merupakan peningkatan yang paling tinggi yaitu sekitar 287 427 ton. Pada Tabel 1
dapat dilihat bahwa produksi ubi jalar Indonesia sebagian kecil diekspor, sehingga

2
ketersediaan ubi jalar di Indonesia merupakan produksi ubi jalar dikurangi dengan
jumlah yang di ekspor dan ditambah dengan jumlah yang diimpor.
Tabel 2Perkembangan Luas lahan, produksi dan produktivitas ubi jalar Indonesia
tahun 2009-2014
Tahun

Luas lahan (ha)

Produksi (ton)

2009
2010
2011
2012
2013
2014

183 874.00
181 073.00
178 121.00
178 295.00
161 850.00
156 677.00

2 057 913.00
2 051 046.12
2 196 033.00
2 483 460.00
2 386 729.00
2 382 025.00

Produktivitas
(ton/ha)
11.20
11.33
12.33
13.93
14.75
15.20

Sumber: BPS Indonesia 2015

Kebutuhan ubi jalar cenderung meningkat dari tahun 2009 – 2012,
disebabkan karena penggunaan ubi jalar yang luas, terutama oleh industri
pengolahan. Saat ini sudah banyak aneka jenis produk makanan yang berbahan
baku ubi jalar sehingga kebutuhan ubi jalar semakin meningkat. Dengan melihat
kebutuhan yang semakin meningkat maka perlu untuk meningkatkan produksi ubi
jalar melalui peningkatan produktivitas dan perluasan lahan. Saat ini produktivitas
ubi jalar Indonesia masih tergolong rendah yakni 13.12 ton per hektar seperti yang
terlihat pada Tabel 2. Nilai produktivitas rata-rata ubi jalar indonesia rendah jika
dibandingkan dengan produktivitas potensial yang dapat dicapai yaitu 30 ton per
hektar (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2013).
Tabel3Luas panen, produksi dan produktivitas ubi jalar di sepuluh Provinsi tahun
2012
Provinsi
Jawa Barat
Jawa Timur
Papua
Sumatera Utara
Jawa Tengah
NTT
Sumatera Barat
Sulawesi Selatan
Jambi
Bali

Luas Panen (Ha)
26 531
14 264
33 071
14 595
8 000
18 604
4 372
6 774
3 076
45 619

Produksi (ton)
436 577
411 957
345 095
186 583
166 978
151 864
124 881
94 474
80 057
63 352

Produktivitas
(ton/ha)
16.45
28.81
10.43
12.78
20.87
8.16
28.56
13.94
26.02
11.09

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

Di Indonesia terdapat sepuluh provinsi penghasil ubi jalar utama. Pada
Tabel 3 dapat dilihat sepuluh provinsi penghasil ubi jalar. Provinsi Jawa Barat
merupakan provinsi yang memiliki produksi ubi jalar tertinggi dibandingkan
dengan provinsi lainnya. Produksi ubi jalar di Jawa Barat adalah 471 737.00 ton.
Provinsi Papua yang mempunyai luas panen 33 114 ha. Provinsi Sumatera Barat

3
merupakan salah satu provinsi penghasil ubi jalar yang menempati urutan ke enam
diantara sepuluh provinsi lainnya. Produktivitas ubi jalar di Sumatera Barat adalah
28.56 ton per hektar. Luas panen ubi jalar di Sumatera Barat lebih kecil di
bandingkan dengan provinsi NTT, Bali dan Sulawesi Selatan, namun dengan
produktivitas yang tinggi produksi ubi jalar di Sumatera Barat lebih tinggi
dibandingkan dengan NTT, Bali dan Sulawesi Selatan yang mempunyai luas
panen lebih luas. Meskipun Sumatera Barat memiliki produktivitas yang tinggi
namun produktivitas pada daerah sentra ubi jalar di Sumatera Barat tergolong
rendah.
Tabel 4Luas panen, produksi dan produktivitas komoditi ubi jalar di Sumatera
Barat menurut kabupaten/kota tahun 2012
Kabupaten/Kota
Kabupaten
Kep. Mentawai
Pesisir Selatan
Solok
Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
50 Kota
Pasaman
Solok Selatan
Dharmasraya
Pasaman Barat
Kota
Padang
Solok
Sawahlunto
Padang Panjang
Bukittinggi
Payakumbuh
Pariaman

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas
(Ton/ha)

135
108
938
9
1 131
15
1 226
282
77
155
20
126

2 550
2 068
27 041
168
38 316
286
34 136
8 649
1 520
2 852
532
3 304

18.88
19.14
28.82
18.66
33.87
19.06
27.84
30.67
19.74
18.40
26.60
26.22

23
20
44
49
5
-

456
377
845
1 691
90
-

19.82
18.85
19.20
34.51
18.00
-

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat 2013

Produksi ubi jalar di Sumatera Barat, tersebar di dua belas kabupaten yaitu
Kep. Mentawai, Pesisir Selatan, Solok, Sijunjung, Tanah Datar, Padang Pariaman,
Agam, 50 Kota, Pasaman, Solok Selatan, Dharmasraya dan Pasaman Barat serta
di tujuh kota yaitu Padang, Solok, Sawahlunto, Padang Panjang, Bukittinggi,
Payakumbuh dan Pariaman. Tabel 4menunjukkan bahwa Kabupaten Agam
merupakan kabupaten yang memiliki luas lahan sebesar 1 226 hektar dan produksi
sebesar 34 136 ton. Dilihat dari sisi produktivitas, produktivitas usahatani ubi jalar
di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2012 sebesar 28.56 ton per hektar lebih
tinggi di bandingkan dengan produktivitas ubi jalar di Kabupaten Agam sebesar

4
27.84 ton per hektar dan produktivitas ubi jalar Indonesia pada tahun 2012 yaitu
13.93 ton per hektar.
Kabupaten Agam terdiri dari enam belas kecamatan. Tidak semua
kecamatan memproduksi ubi jalar, empat kecamatan diantarannya tidak
mengusahatanikan ubi jalar, sehingga produksi ubi jalar tersebar di dua belas
kecamatan seperti terdapat pada Tabel 5. Kecamatan Ampek Angkek merupakan
daerah sentra ubi jalar paling luas di kabupaten Agam. Luas panen ubi jalar di
kecamatan Ampek Angkek adalah 378 ha dan produksi adalah 6 134.94 ton.
Meskipun demikian produktivitas ubi jalar di Ampek Angkek pada tahun 2012
adalah 16.23 ton per hektar, rendah jika dibandingkan dengan kecamatan lain dan
rendah jika dibandingkan dengan produktivitas ubi jalar di Kabupaten Agam dan
Sumatera Barat. Kondisi ini menunjukkan bahwa kecamatan Ampek Angkek
memiliki potensi dan peluang sebagai daerah pengembangan ubi jalar melalui
peningkatan produksi dengan cara memperbaiki teknik budidaya serta
mengalokasikan input produksi dan sumberdaya lainya secara optimal.
Tabel 5Luas panen, produksi dan produktivitas ubi jalar di kabupatan Agam tahun
2012
Kecamatan
Tanjung Mutiara
Lubuk Basung
Ampek Nagari
Tanjung Raya
Matur
IV Koto
Malalak
Banuhampu
Sungai Pua
Ampek Angkek
Canduang
Baso
Tilatang Kamang
Kamang Magek
Palembayan
Palupuh

Luas Panen (ha)
11.00
34.00
34.00
20.00
24.00
378.00
257.00
241.00
315.00
37.00
15.00
-

Produksi (ton)
178.97
552.16
551.48
324.20
389.28
6 134.94
4 183.96
3 851.89
5 125.05
601.62
243.60
-

Produktivitas
(ton/ha)
16.27
16.24
16.22
16.21
16.22
16.23
16.28
16.29
16.27
16.26
16.24
-

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat 2013

Perumusan Masalah
Ubi jalar di Sumatera Barat merupakan tanaman lokal yang saat ini
produksinya meningkat. Gambar 1 menyajikan data produksi ubi jalar di Sumatera
Barat. Produksi ubi jalar secara umum mengalami peningkatan dalam kurun
waktu 2009-2013. Peningkatan produksi ubi jalar tertinggi terjadi pada tahun
2010 yaitu sebesar 26 826 ton atau 34.62 persen di bandingkan tahun sebelumnya.
Produksi ubi jalar menurun pada tahun 2011 sebesar 6 182 ton atau 5.9 persen
dibandingkan dengan tahun 2010, pada tahun 2012 dan tahun 2013 produksi ubi

5

Produksi (ton)

jalar meningkat. Peningkatan produksi ubi jalar terjadi karena berkembangnya
penerapan teknologi produksi, perbaikan dalam budidaya dan manajemen
usahatani yang semakin baik.
160.000
140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0
2008

124.881

134.453

104.302 98.120
77.476

2009

2010

2011
Tahun

2012

2013

2014

Sumber: Badan Pusat Statistik 2014 (diolah)

Gambar 1Produksi ubi jalar Sumatera Barat tahun 2009-2013
Kecamatan Ampek Angkek merupakan kecamatan sentra produksi ubi
jalar di Sumatera Barat. Produktivitas ubi jalar pada tahun 2012 di kecamatan
Ampek Angkek adalah 16.23 ton per hektar. Produktivitas ini masih rendah jika di
bandingkan dengan produktivitas di Kabupaten Agam yang mencapai 27.84 ton
per hektar dan produktivitas Sumatera Barat 28.56 ton per hektar. Permasalahan
rendahnya produktivitas ubi jalar diduga petani belum efisien dalam
menggunakan input produksi. Petani dalam mengusahakan usahataninya masih
terbatas dalam penggunaan lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja.
Produksi suatu komoditas dipengaruhi oleh efisiensi tidaknya dalam
alokasi penggunaan input, ada tidaknya masalah inefisiensi teknis yang berkaitan
dengan kapabilitas manajerial petani, dan faktor risiko produksi dalam usahatani.
Tingkat alokasi penggunaan input produksi oleh petani akan berpengaruh terhadap
jumlah produksi yang dihasilkan, tingkat produktivitas, dan dapat memberikan
gambaran mengenai tingkat efisiensi yang dicapai petani (Kumbhakar 2002
dikutip dalam Saptana 2011).
Selain dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan input-input produksi maka
tingkat efisiensi usahatani diduga dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi
petani. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu (Haryani 2009; Nahraeni 2012
dan Ohajianya et al.2014) beberapa karakteristik sosial ekonomi yang menjadi
faktor-faktor inefisiensi teknis umur, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani,
ukuran rumah tangga, akses kredit, jenis kelamin, anggota organisasi, frekuensi
penyuluhan, kepemilikan, sistem penanaman, status lahan dan rasio anggota
keluarga yang tidak bekerja terhadap anggota keluarga yang bekerja (dependency
ratio).
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi usahatani tidak saja
ditentukanoleh kemampuan manajerial dari petani yang lebih banyak diukur

6
darikemampuan petani untuk memutuskan besaran input produksi yang akan
digunakan dan faktor sosial ekonomi, akan tetapi juga ditentukan beragam faktor
yang berada di luar kendalipetani seperti ketersediaan air, iklim/cuaca, tingkat
kesuburan lahan, hargainput produksi, harga output, kelembagaan usahatani dan
lainnya. Seluruhvariabel tersebut akan berkorelasi satu sama lain dan akan
menentukan tingkatefisiensi yang akan dicapai (Haryani 2009). Petani belum
mampu mengalokasikan secara optimal semua faktor produksi yang ada dalam
proses produksi usahataninya dan petani belum mengetahui faktor-faktor produksi
yang mana saja yang alokasi penggunaannya yang sudah optimum. Hal ini akan
berpengaruh terhadap biaya produksi dan pendapatan petani.
Berdasarkan uraian yang dijelaskan sebelumnya maka permasalahan
dalam penelitian ini dengan demikian bisa disimpulkan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi jalar?
2. Bagaimana alokasi penggunaan input-input produksi?Apakah penggunaan
input-input produksi sudah efisien secara teknis, alokatif dan ekonomi?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani ubi
jalar?
4. Apakah usahatani ubi jalar masih menguntungkan petani?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar di
Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.
2. Menganalisis efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi usahatani ubi jalar di
Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis
usahatani ubi jalar di Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Provinsi
Sumatera Barat.
4. Menganalisis pendapatan ushatani ubi jalar di Kecamatan Ampek Angkek
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengambil keputusan
dalam merumuskan strategi kebijakan dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan
produksi ubi jalar. Jika nilai efisiensi masih cukup rendah berarti ada peluang
yang besar untuk meningkatkan dengan teknologi yang telah ada. Sebaliknya jika
efisiensi yang di capai sudah sangat tinggi (mendekati frontier) berarti peluang
untuk meningkatkan tidak ada sehingga perlu di cari alternatif lain.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan data cross section dilaksanakan pada salah
satu wilayah sentra produksi ubi jalar di Provinsi Sumatera Barat yaitu Kecamatan

7
Ampek Angkek. Dalam penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor efisiensi dan
penyebab ketidakefisienan petani dalam berusahatani. Kedua aspek ini akan
memberikan rekomendasi yang salingmenunjang yakni mengidentifikasi input
yang berpotensi meningkatkan produksidan mengidentifikasi faktor yang dapat
mengurangi inefisiensi usahatani. Selain itu juga menganalisis efisiensi usahatani
ubi jalar dari segi efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis. Data-data yang
dikumpulkan mencakup karakteristik petani dan usahatani ubi jalar pada satu
musim tanam yang terdiri dari luas lahan, penggunaan input (benih, pupuk
organik,herbisida, tenaga kerja dan input yang lain), harga input, harga output dan
permasalahan yang dihadapi petani.

8

2 TINJAUAN PUSTAKA
Produksi dan Fungsi Produksi
Produksi adalah proses mengkombinasikan dan mengkoordinasikan
material dan kekuatan (input dan sumberdaya) untuk menghasilkan barang atau
jasa (Beattie dan Taylor 1985).Fungsi produksi merupakan jumlah maksimum
output yang diperoleh dari beberapa input yang diberikan (Aigner1976).Fungsi
produksi memberikan output yang maksimum yang diperoleh dari sejumlah input
tertentu. (Beattie dan Taylor 1985). Menurut Debertin (1986) fungsi produksi
menerangkan hubungan teknis yang mentransformasikan input atau sumberdaya
menjadi output atau komoditas.
Secara matematik, model fungsi produksi sebagai berikut:
Y = f (xi)…………………………………………………………………….…(2.1)
Y adalah output, xi adalah input ke – i yang digunakan, i = 1,β,γ,…n.
Diasumsikan output dihasilkan hanya dengan satu input, sehingga model menjadi:
Y = f (x)………………………………………………………………………..(2.2)
Y merupakan Total Physical Product (TPP). Average Physical Product
(APP), dapat diperoleh sebagai berikut:
( )
…………………………………………………………......(2.3)
APP = =
Marginal Physical Productivity (MPP), dapat diperoleh sebagai berikut:
( )
( ��)
=
=
=f’x………………………………….(2.4)
MPP=

Elastisitas produksi menujukkan rasio antara persentase perubahan jumlah
output dengan persentase perubahan input (Debertin, 1986). Formulasi elastisitas
produksi dinyatakan sebagai berikut:


EP=(
) / ( )...........................................................................................(2.5)

Persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut:

EP=( ) x( )……………………………………………………...……..(2.6)


1
= MPP dan =
……………………………………………………..(2.7)

��
Sehingga, dari persamaan diatas didapatkan elastisitas produksi sebagai
berikut:
��
EP =
……………………………………………………….……………..(2.8)
��
Ada beberapa bentuk fungsi produksi yang sering digunakan yaitu fungsi
produksi Cobb-Douglas dan fungsi Translog. Kedua bentuk fungsi produksi
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Bentuk umum persamaan fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:
Y = 0 1 1 2 2 3 …..
………………………………………………..(2.9)
Fungsi produksi Cobb-Douglas ditransformasikan kedalam bentuk linear
logaritma untuk bisa menaksir parameter-parameternya sehingga fungsi produksi
tersebut menjadi:
Ln Y = ln

0

+

1

1

+

2

2

+

3

3

+ ….+

+

ln …....(2.10)

9
Dimana:
Y

= jumlah produksi
= intersep
0
= parameter variabel penduga
1, 2, 3, …., n
X1, X2,…, Xn
= faktor-faktor produksi
e
= bilangan natural (e= 2.72)
u
= galat
Keuntungan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai
berikut (Heady dan Dillon 1961 dikutip dalam Tanjung 2003):
1. Memiliki parameter yang dapat diduga dengan metode kuadrat terkecil.
Parameternya langsung menunjukkan elastisitas faktor produksi dari setiap
faktor produksi.
2. Perhitungannya sederhana karena dapat dibuat menjadi bentuk linier dan
dapat dilakukan dengan perangkat komputer lunak.
3. Jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi yang diduga (∑ j)
merupakan pendugaan skala usaha (return to scale). Bila ∑ j1, berarti proses produksi berlangsung
pada skala usaha yang meningkat (increasing return to scale).
Bentuk lain yang biasa digunakan adalah fungsi produksi translog. Fungsi
produksi translog tidak menetapkan batasan terhadap elastisitas input dan
substitusi serta nilai pengembalian hasil (return to scale) seperti yang dikenakan
pada fungsi produksi Cobb-Douglas. Akan tetapi bentuk fungsi produksi ini
memiliki kelemahan dalam hal sulit dimodifikasi secara matematis dan dapat
mengalami masalah multikolinear serta masalah derajat bebas (Coelli et al. 1998).

(a) Fungsi produksi batas(b) Fungsi produksi rata-rata
Sumber: King (1980)

Gambar 2Fungsi produksi batas dengan rata-rata

10
Terdapat dua konsep fungsi produksi yaitu fungsi produksi batas (frontier
production function)dan fungsi produksi rata-rata (average production function).
Berdasarkan pengertian produksi batas pada gambar 2a dikatakan bahwa
usahatani yang berproduksi disepanjang kurva berarti telah berproduksi secara
efisien, karena untuk sejumlah kombinasi input tertentu dapat diperoleh output
yang maksimum. Artinya pada kondisi tersebut penggunaan input sudah optimal.
Fungsi produksi rata-rata memberikan gambaran kinerja rata-rata dari proses
produksi pada teknologi yang ada.Produksi rata-rata pada gambar 2b, usahatani
yang berproduksi disepanjang kurva belum tentu yang paling efisien karena
kemungkinan usahatani yang mampu berproduksi di atas kurva atau lebih besar
dari produksi rata-ratanya. Fungsi produksi batas menggambarkan kinerja terbaik
dari petani pada tingkat teknologi yang ada. Selain itu metode fungsi produksi
batas dapat mengukur efek-efek tak terduga dalam batas produksi.

Konsep dan Pengukuran Efisiensi
Menurut Lau dan Yotopaulus (1971) konsep efisiensi pada dasarnya
mencakup tiga pengertian, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (harga) serta
efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis mencerminkan kemampuan petani untuk
memperoleh output maksimal dari sejumlah input tertentu. Seorang petani
dikatakan efisien secara teknis dari petani lainnya jika petani tersebut dapat
menghasilkan output lebih besar pada tingkat penggunaan teknologi produksi
yang sama. Petani yang menggunakan input lebih kecil pada tingkat teknologi
yang sama, juga dikatakan lebih efisien dari petani lain, jika menghasilkan output
yang sama besarnya.
Efisiensi alokatif mencerminkan kemampuan petani untuk menggunakan
input dengan dosis/syarat yang optimal pada masing-masing tingkat harga input
dan teknologi yang dimiliki sehingga produksi dan pendapatan yang diperoleh
maksimal. Tingkat produksi dan pendapatan usahatani sangat ditentukan oleh
efisiensi petani dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya kedalam
berbagai alternatif aktivitas produksi. Efisiensi ekonomi adalah kombinasi antara
efisiensi teknis dan efisiensi alokatif.
Efisiensi ekonomi pada dasarnya terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi
teknis dan efisiensi alokatif atau efisiensi harga. Efisiensi teknis merujuk pada
hubungan fisik antara output dan input. Satu perusahaan lebih efisien secara teknis
dari pada perusahaan lainnya jika secara konsisten menghasilkan output yang
banyak dari jumlah input tertentu. Efisiensi alokatif mengacu pada sejauh mana
perusahaan memaksimalkan keuntungan untuk suatu tingkat efisiensi teknis
(Lawrence dan Hone 1981).
Efisiensi secara alokatif dapat tercapai jika suatu usahatani telah mencapai
efisiensi teknis, dan efisiensi ekonomis terjadi ketika usahatani tersebut telah
efisien secara teknis dan alokatif. Efisiensi teknis merujuk pada hubungan input
dan output, bagaimana petani memilih kombinasi input yang digunakan melalui
kemampuan manajerial petani, mempengaruhi tercapainya efisiensi teknis.
Kemampuan manajerial petani merupakan karakteristik sosial ekonomi petani.
Pada penelitian ini faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi inefisiensi teknis
adalah sebagai berikut:

11
1. Umur
Faktor umur diduga berpengaruh positif terhadap inefisiensi. Asumsi yang
dibangun adalah semakin tua umur petani menyebabkan mereka semakin
lemah dalam berusahatani dan kurang tertarik untuk menerima inovasi baru.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nahraeni(2012);
Nurhapsa (2013); Haryani (2009); Kusnadi et al. (2011); Idiong (2007);
Ohajianya et al. (2014); Khan dan Saeed (2011); Orewa dan Izekor (2012);
Okaye (2008).
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi. Semakin tinggi
tingkat pendidikan yang dilalui oleh petani maka semaki tinggi kemampuan
mereka untuk menerima adopsi teknologi dan menggunakan input secara
proporsional. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nahraeni(2012); Nurhapsa (2013); Adhiana (2005); Haryani (2009);
Situmorang (2013); Ratih (2012); Kusnadi et al. (2011); Khan dan Saeed
(2011); Al-Sharafat (2013); Idiong (2007); Khan dan Saeed (2011);
Ohajianya et al. (2014); Orewa dan Izekor (2012); Okaye et al.(2008).
3. Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi. Hasil
penelitian yang sama ditemukan oleh Nahraeni(2012); Nurhapsa (2013);
Adhiana (2005); Al-Sharafat (2013); Idiong (2007); Orewa dan Izekor
(2012); Ohajianya et al.(2014); Okaye et al. (2008). Semakin berpengalaman
petani semakin efisien dalam berproduksi terutama dalam penggunaan inputinput produksi.
4. Frekuensi Penyuluhan
Frekuensi penyuluhan diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi.
Penelitian yang dilakukan olehSitumorang (2013); Khan dan Saeed (2011);
Idiong (2007); Nahraeni(2012), hasilnya menunjukkan bahwa frekuensi
penyuluhan dapat menurunkan inefisiensikarena penyuluhan sangat penting
dalam pelatihan dan membimbing petani.
5. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi. Penelitian
yang dilakukan olehKilmanun (2012); Nurhapsa (2013); Orewa dan Izekor
(2012); Okaye et al.(2008), hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
anggota keluarga dapat meningkatkan efisiensi.
6. Partisipasi Petani Dalam Kelompok/organisasi
Keikutsertaan petani dalam kelompok diduga berpengaruh negatif terhadap
inefisiensi. Penelitian yang dilakukan oleh Nahraeni(2012); Kilmanun (2012);
Ratih (2012); Idiong (2007); Ohajianya et al. (2014); Okaye et al.(2008),
hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tani dapat menurunkan
inefisiensi. Partisipasi dalam kelompok tani akan meningkatkan efisiensi
penggunaan inputnya dengan asumsi petani yang aktif dalam kelompok
taninya akan dapat, (1) meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan non
formal, (2) meningkatkan kemampuan manajerialnya, (3) meningkatkan
aksesibilitas terhadap teknologi dan inovasi baru, dan (4) meningkatkan
aksesibilitas terhadap bantuan kredit dan bantuan lainnya karena disalurkan
melalui kelompok tani (Kilmanun 2012 dan Haryani 2009). Namun hasil
penelitian lain menunjukkan bahwa partisipasi petani dalam kelompok atau

12
organisasi berpengaruh positif (Haryani 2009; Situmorang 2013; Kusnadi et
al.2011).
7. Jenis Varietas
Jenis varietas berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis. Penelitian yang
dilakukan olehRatih (2012), hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
varietas unggul dapat menurunkan inefisiensi teknis.
8. Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan diduga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi, hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Haryani (2009); Ratih
(2012); Kusnadi (2011).
Secara umum konsep efisiensi didekati dari dua sisi yaitu pendekatan dari
sisi penggunaan input dan pendekatan dari sisi output yang dihasilkan (Farrel
1957). Pendekatan dari sisi input membutuhkan informasi harga input dan
sebuahkurva isoquant yang menunjukkan kombinasi input yang digunakan
untukmenghasilkan output yang maksimal. Pendekatan dari sisi output yang
dihasilkanadalah pendekatan yang digunakan untuk melihat seberapa besar jumlah
outputsecara proporsional dapat ditingkatkan tanpa mengubah jumlah input
yangdigunakan.
Gambar 3 menunjukkan efisiensi teknis dan alokatif dari sisi input. Kurva
isoquant frontier SS’ menunjukkan kombinasi input per output (x1/y dan x2/y)
yang efisien secara teknis. Titik P dan Q merupakan dua kondisi suatu perusahan
dalam berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi input x1/y dan
x2/y yang sama.

Sumber: Coelli et al. 1998

Gambar 3Efisiensi teknis dan alokatif dari sisi input
Titik Q menunjukkan perusahaan yang berada pada kondisi efisien secara
teknis karena beroperasi pada kurva isoquantfrontrier. Titik P yang berada diatas
kurva isoquant menggambarkan perusahaan memproduksi sejumlah output yang
sama dengan output yang berada di titik Q, tetapi input yang digunakan oleh
perusahaan titik P lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan input oleh

13
perusahaan di titik Q. Titik Q menunjukkan perusahaan yang memproduksi
sejumlah output yang sama dengan output di titik P tetapi dengan menggunakan
input yang lebih sedikit. Jarak QP menunjukkan inefisiensi teknis dari perusahaan,
yang merupakan jumlah dimana input dapat secara proporsional dikurangi tanpa
menyebabkan penurunan output. Rasio 0Q/0P menunjukkan Efisiensi Teknis (TE)
perusahaan yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada P
diturunkan, rasio input per output (x1/y: x2/y) konstan, sedangkan output tetap.
Jika harga input tersedia, efisiensi alokatif (AE) dapat ditentukan.
Garisisocost (AA’) digambarkan menyinggung isoquant(SS’)di titik Q’ dan
memotonggaris OP di titik R. Titik R menunjukkan rasio input-output optimal
yangmeminimumkan biaya produksi pada tingkat output tertentu karena slope
isoquantsama dengan slope garis isocost. Titik Q secara teknis efisien tetapi
secara alokatifinefisien karena perusahaan di titik Q berproduksi pada tingkat
biaya yang lebihtinggi dari pada di titik Q’. Jarak OR-OQ menunjukkan
penurunan biaya produksijika produksi terjadi di titik Q’ (secara alokatif dan
teknis efsien), sehinggaefisiensi alokatif (AE) untuk perusahaan yang beroperasi
di titik P adalah rasioOR/OQ. Sehingga ukuran efisiensi teknis (Tehnical
Efficiency atau TE) danefisiensi alokatif (Allocative Efficiency atau AE)
berdasarkan gambar 3sebagaiberikut:
TE = OQ/OP……………………………………………………….…………(2.11)
AE= OR/OQ………………………………………………….………..……..(2.12)
Maka :
EE = TE x AE = 0R/0P…………………………………………………….....(2.13)
Bentuk umum mengukur efisiensi teknis oleh observasi ke-i didefinisikan
sebagai berikut (Coelli, 1998):
TE =

E(Y* U,Xi
E(Y* U=0,Xi

E exp(-Ui )/εi …………………..…………………….…….(2.14)

Keterangan: nilai TEi antara 0 dan 1 atau 0 ≤ TEi ≤ 1.
Fungsi produksi frontier merupakan jumlah output maksimum yang
mungkin dicapai dari penggunaan input dalam suatu proses produksi. Fungsi
produksi frontier merupakan fungsi produksi yang paling praktis atau
menggambarkan produksi maksimal yang dapat diperoleh dari variasi kombinasi
faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi tertentu (Doll dan
Orazem, 1984 dikutip dalam Kurniawan 2008). Fungsi produksi frontier
diturunkan dengan menghubungkan titik-titik output maksimum untuk setiap
tingkat penggunaan input. Jadi fungsi tersebut mewakili kombinasi input-output
secara teknis paling efisien.
Pengukuran fungsi produksi frontier secara umum dibedakan atas 4 cara
yaitu: (1) deterministic nonparametric frontier, (2) deterministic parametric
frontier, (3) deterministic statistical frontier, dan (4) stochastic statistical frontier
(stochastic frontier).
Model fungsi produksi deterministic frontier dinyatakan sebagai berikut:
− �
=
(
, i = 1,2...n............................................................................(2.15)

�, )
Dimana ( � , ) adalah bentuk fungsi yang cocok Cobb-Douglas atau Translog),
parameter β adalah parameter yang dicari nilai dugaannya dan ui adalah variabel
acak yang tidak bernilai negatif yang diasosiaikan dengan faktor-faktor spesifik

14
perusahaan yang memberikan kontribusi terhadap tidak tercapainya efisiensi
maksimal dari proses produksi (Battese, 1992).
Model stochastic frontiermerupakan perluasan dari model asli
deterministic untuk mengukur efek-efek yang tak terduga (stochastic effect) di
dalam batas produksi. Model fungsi produksi stochastic frontier (Aigner et al.
1977) adalah sebagai berikut:
Ln Yi =
βj lnXji + (vi − ui )……………………………….……...(2.16)
0 +
Fungsi produksi stochastic frontierdigunakan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar dan menangkap inefisiensi teknis
petani. Berdasarkan penelitian terdahulu faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam penelitian Ratih (2012) adalah luas lahan, jarak tanam, jumlah tenaga kerja,
pupuk kandang, pupuk N, pupuk P dan pestisida. Penelitian yang dilakukan oleh
Defri (2011), faktor produksi yang mempengaruhi ubi jalar adalah luas lahan,
jumlah bibit, tenaga kerja, unsur N dan unsur K. Nurmala (2011), menemukan
bahwa faktor produksi yang mempengaruhi produksi ubi jalar adalah bibit, pupuk
Urea, pupuk KCL, pupuk TSP, pupuk kandang dan tenaga kerja. Pada penelitian
ini faktor-faktor produksi yang digunakan adalah: luas lahan, jumlah bibit, jumlah
pupuk organik, jumlah pupuk anorganik, jumlah tenaga kerja dalam keluarga,
jumlah tenaga kerja luar keluarga dan jumlah pestisida.
Stochastic frontier disebut juga dengan “composed error model” karena
error term terdiri dari dua unsur : (εi = vi – ui), i = 1, β….,n. Variabel εi adalah
variabel kesalahan yang terdiri dari dua komponen yaitu vi dan ui. Variabel acak
vi berguna untuk menghitung ukuran kesalahan dan faktor-faktor yang tidak pasti
seperti cuaca, pemogokan, serangan hama dan sebagainya di dalam nilai variabel
output, bersama-sama dengan efek gabungan dari variabel input yang tidak
terdefinisi di dalam fungsi produksi yang secara identik terdistribusi normal
dengan rataan (μi) bernilai 0 dan variansnya konstan atau N(0, � 2 ), simetris serta
bebas dari ui. Variabel ui merefleksikan komponen galat (error) sifatnya internal
(dapat dikendalikan petani) dan lazimnya berkaitan dengan kapabilitas managerial
petani dalam mengelola usahataninya.
Keunggulan pendekatan frontier stokastik adalah dimasukkannya
gangguan acak (disturbance term),kesalahan pengukuran dan kejutan eksogen
yang berada di luar kontrol petani. Metode pendugaan yang tidak bias adalah
menggunakan MaximumLikelihood(MLE) (Greene 1993 dikutip dalam Haryani
2009). Metode pendugaan MaximumLikelihood (MLE) pada model
stochasticfrontierdilakukan melalui proses dua tahap. Tahap pertama
menggunakan metode OLS untuk menduga parameter teknologi dari input-input
produksi dan tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga
keseluruhan parameter faktor produksi, intersep dan varian dari kedua komponen
kesalahan vi dan ui.

Konsep Pendapatan Usahatani
Usahatani didefinisikan sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal
yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini
ketatalaksanaanya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau
sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, ploitis maupun

15
teritorial sebagai pengelolanya (Bachtiar, 1980 dikutip dalam Nuraeni dan
Hidayat 1994).
Menurut Fadholi (1989) potret usahatani merupakan:
a. Adanya lahan, tanah usahatani yang diatasnya tumbuh tanaman. Ada tanah
yang dibuat kolam, tambak, sawah, atau tegalan. Ada tanaman tahunan.
b. Ada bangunan yang berupa rumah petani, gudang, kandang, lantai jemur
dan lain-lain.
c. Ada alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, garpu, linggis, traktor,
spayer, pompa air dan lain-lain.
d. Ada pencurahan kerja untuk mengolah tanah, menanam, memelihara dan
lain-lain.
e. Ada kegiatan petani yang menetapkan rencana usahataninya, mengawasi
jalannya usahatani dan menikmati hasil usahataninya.
Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk menghitung besarnya
penerimaan petani dalam usahataninya yang kemudian dikurangi dengan biaya
yang dikeluarkan. Analisis pendapatan usahatani dapat digunakan untuk melihat
keuntungan dari suatu usaha, sehingga dapat dinilai tingkat kelayakan usaha
tersebut. Kriterian analisis pendapatan berprinsipkan bahwa efisiensi suatu usaha
dipengaruhi oleh nilai input yang digunakan dalam output yang dihasilkan dalam
proses produksi.
Biaya dibedakan menjadi biaya eksplisit dan biaya implisit. Menurut
Halcrow (1980) biaya eksplisit merupakan pembayaran untuk hal-hal seperti
menyewa tenaga kerja, menyewa lahan dan biaya untuk membeli bahan atau
input-input untuk produksi suatu komoditi pertanian. Biaya implisit merupakan
biaya dari sumberdaya atau input produksi yang dimiliki sendiri yang tidak
dikeluarkan atau dibayarkan. Input produksi yang termasuk dalam biaya implisit
adalah biaya tenaga kerja sendiri atau dalam keluarga dan sewa lahan milik
sendiri.Biaya implisit memasukkan pembayaran minimum atau disebut dengan
keuntungan normal, dimana meruapakan pengembalian yang diperlukan untuk
mengganti kerugian biaya pengelolaan karena ketidaktentuan atau risiko.
Biaya eksplisit dan implisit harus diperhitungkan. Hal ini dikarenakan agar
membuat lebih jelas dengan berfikir karena ada sumberdaya dan jasa seperti
persediaan dan arus (flow). Jasa persediaan seperti pupuk dan bibit yang
sepenuhnya terpakai dalam proses produksi dan harus diganti. Jika tidak
digunakan saat sekarang maka dapat disimpan untuk saat mendatang sehingga hal
ini disebut dengan biaya eksplisit. Jasa arus seperti tenaga kerja atau gudang akan
digunakan seterusnya. Jika tidak digunakan saat sekarang produktivitas yang ada
akan hilang dan tidak dapat kembali. Biaya dari sumberdaya arus (flow) adalah
biaya riil/nyata karena sumberdaya atau persediaan dan arus (flow) digunakan
untuk memproduksi suatu produk atau suatu komoditi. Baik biaya eksplisit dan
implisit mencakup dalam biaya produksi perusahaan.
Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan (R) untuk setiap
biaya (C) yang dikeluarkan. Menurut Suratiyah (2009) Rasio ini menunjukkan
perbandingan antara penerimaan yang diterima untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk memproduksi. Semakin besar nilai R/C menunjukkan semakin
besar juga penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan. Kegiatan usahatani dikatakan layak jika nilai R/Cmenunjukkan
angka lebih dari satu, artinya setiap penambahan biaya yang dikeluarkan akan

16
menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan
biayanya. Sebaliknya jika nilai R/C lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa
tambahan biaya setiap rupiahnya menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih
kecil.
Pendapatan usahatani sama dengan jumlah semua imbalan yang diterima
petani sebagai pemilik faktor-faktor produksi yang dipergunakan dalam usahatani.
Imbalan bagi faktor-faktor produksi tersebut diperhitungka