Analisis Hubungan Faktor Teknis dan Watak Kewirausahaan dengan Kesuksesan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR TEKNIS DAN WATAK
KEWIRAUSAHAAN DENGAN KESUKSESAN PETERNAK
AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PAMIJAHAN,
KABUPATEN BOGOR

RIZKY PRAYOGO RAMADHAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan
Faktor Teknis dan Watak Kewirausahaan dengan Kesuksesan Peternak Ayam Ras
Pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Rizky Prayogo Ramadhan
NIM H34110048

ABSTRAK
RIZKY PRAYOGO RAMADHAN. Analisis Hubungan Faktor Teknis dan Watak
Kewirausahaan dengan Kesuksesan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh BURHANUDDIN.
Kecamatan Pamijahan merupakan kontributor terbesar persediaan daging
ayam di Kabupaten Bogor akibat besarnya jumlah populasi ayam di kecamatan
tersebut. Sebagian besar peternak menggunakan pola usaha kemitraan dalam
menjalankan usahanya, sehingga diperlukan sinergitas antara perusahaan inti
dengan peternak plasma untuk menunjang keberhasilan pengelolaan ayam.
Perusahaan inti harus memastikan bahwa watak wirausaha yang dimiliki peternak
dapat menunjang keberhasilan usaha ayam ras pedaging yang dilakukan dan
berhubungan dengan kesuksesan peternak itu sendiri. Penelitian ini mencoba

melihat hubungan antara faktor teknis peternakan dan watak kewirausahaan
dengan kesuksesan peternak serta melihat hubungan watak wirausaha peternak
dengan kinerja usahaternak ayam ras pedaging. Hasil analisis korelasi Rank
Spearman menunjukkan bahwa faktor teknis peternakan dan watak kewirausahaan
peternak memiliki hubungan dengan kesuksesan peternak ayam ras pedaging.
Selain itu, watak wirausaha kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil
keputusan, dan perencana bisnis yang dimiliki peternak memengaruhi kinerja
usaha ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan.
Kata kunci: kewirausahaan, kinerja usaha, peternakan ayam ras pedaging

ABSTRACT
RIZKY PRAYOGO RAMADHAN. The Relationship between Technical Factors
and Entrepreneurial Characters of Broiler Farmers influencing the Success Rate in
Pamijahan, Bogor. Supervised by BURHANUDDIN.
The contribution of District Pamijahan for chicken supply in Bogor is the
biggest one due to the large number of chicken population. Majority of the
breeders run their business using a business partnership pattern to create better
value than competing individually. In this pattern, both the company and the
breeders should be working cooperatively. The company should ensure that the
broiler farmers have an entrepreneurial characteritics to support the successful rate

of this business. This study tried to look at the relationships between technical
factors and entrepreneurial characters of broiler farmers influencing the success
rate. And also tried to look at the relationship between entrepreneurial characters
of broiler farmers influencing the business performance of broiler poultry. The
results of Rank Spearman correlation analysis show that both the technical factors
and entrepreneurial characters of broiler farmers had a significant correlation with
the success rate. Then, the entrepreneurial characteristics such as leadership, risk
takers, decision makers, and business planners could give an impact to business
performance of broiler poultry in District Pamijahan.
Keywords: entrepreneurship, business performance, broiler poultry

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR TEKNIS DAN WATAK
KEWIRAUSAHAAN DENGAN KESUKSESAN PETERNAK
AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PAMIJAHAN,
KABUPATEN BOGOR

RIZKY PRAYOGO RAMADHAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Analisis Hubungan Faktor Teknis dan Watak Kewirausahaan
dengan Kesuksesan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor
Nama
: Rizky Prayogo Ramadhan
NIM
: H34110048

Disetujui oleh


Dr Ir Burhanuddin, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
kewirausahaan, dengan judul Analisis Hubungan Faktor Teknis dan Watak
Kewirausahaan dengan Kesuksesan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen
pembimbing yang dengan kesabarannya telah memberikan bimbingan dan arahan

selama masa penyusunan tugas akhir. Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen
penguji utama dan Yanti N. Muflikh, SP, M.Agribus selaku dosen penguji komisi
pendidikan yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun
untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Dr Ir Dwi Rachmina, M.Si sebagai Ketua Departemen
Agribisnis yang selalu memberikan semangat kepada seluruh mahasiswa, Tim
Penelitian Unggulan Departemen Dr Ir Nunung Kusnadi, MS, Yanti Nuraeni
Muflikh, SP, M.Agribus, Ach. Firman Wahyudi, S.E., M.Si serta tim enumerator
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk terlibat dalam penelitian
dan melakukan studi lapang terlebih dahulu, Camat Kecamatan Pamijahan yang
telah memberikan informasi selama proses pengumpulan data. Rekan-rekan di
Departemen Agribisnis Angkatan 48, Mahasiswa Sinergi Departemen Agribisnis
tahun 2015, dan Forkom Alims atas keceriaan dan dukungan moril yang diberikan
selama ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan.

Bogor, Juli 2015
Rizky Prayogo Ramadhan


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

5

Tujuan Penelitian

6

Manfaat Penelitian

7

Ruang Lingkup Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA


7

Usahaternak Ayam Ras Pedaging

7

Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging

9

Kemitraan pada Usahaternak Ayam Ras Pedaging

16

Wirausaha Peternak

17

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis


18
18

Wirausaha

18

Watak Wirausaha

19

Kesuksesan Usaha

21

Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

22

24

Lokasi dan Waktu Penelitian

24

Data dan Sumber Data

24

Metode Penentuan Responden

24

Metode Pengumpulan Data

25

Metode Pengolahan Data

26

Analisis Deskriptif

27

Analisis Korelasi Rank Spearman

27

GAMBARAN UMUM
Deskripsi Lokasi Penelitian

28
28

Letak Geografis

28

Kondisi Demografi

29

HASIL DAN PEMBAHASAN

30

Karakteristik Responden

30

Usia Responden

30

Tahun Memulai Usahaternak dan Skala Usaha

31

Pendidikan

32

Sebaran Lokasi Peternakan

32

Kepemilikan Kandang

33

Latar Belakang Usaha Peternakan

33

Watak Kewirausahaan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan
Pamijahan

34

Kinerja Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan

36

Hubungan Faktor Teknis Peternakan dengan Kesuksesan Peternak Ayam
Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan

40

Hubungan Watak Wirausaha dengan Kesuksesan Peternak Ayam Ras
Pedaging di Kecamatan Pamijahan

47

Hubungan Watak Wirausaha dengan Kinerja Usaha Peternakan Ayam
Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan

54

SIMPULAN DAN SARAN

57

Simpulan

57

Saran

58

DAFTAR PUSTAKA

59

LAMPIRAN

62

RIWAYAT HIDUP

68

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Perkembangan populasi ternak di Kabupaten Bogor tahun 2010-2013
Produksi daging ternak di Kabupaten Bogor tahun 2011-2013
Usia ayam, berat hidup ayam, konsumsi ransum, dan konversi ransum
ayam setiap minggunya.
Vitamin yang dibutuhkan ayam beserta kegunaan dan takarannya.
Variabel, indikator penilaian, dan landasan teori yang digunakan
dalam penelitian
Rentang skala dan kategori penilaian responden
Luas lahan Kecamatan Pamijahan berdasarkan penggunaannya tahun
2013
Sektor pekerjaan penduduk Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
tahun 2013
Jumlah responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan tahun 2015 berdasarkan usia peternak
Jumlah responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan tahun 2015 berdasarkan tahun memulai usaha
Jumlah responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan tahun 2015 berdasarkan skala usaha
Jumlah responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan tahun 2015 berdasarkan skala pendidikan
Desa, jumlah, dan presentase sebaran wilayah peternakan responden
di Kecamatan Pamijahan
Status kepemilikan kandang peternak ayam ras pedaging di
Kecamatan Pamijahan tahun 2015
Sumber, jumlah, dan presentase latar belakang pengetahuan terhadap
usaha peternakan para peternak responden di Kecamatan Pamijahan
Nilai watak kewirausahaan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan
Sebaran usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan
berdasarkan tingkat mortalitas pada periode produksi terkahir
Sebaran responden usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan berdasarkan nilai FCR pada periode produksi terkahir
Sebaran usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan
berdasarkan tenaga kerja yang digunakan
Sebaran responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan berdasarkan omzet per periode produksi (juta rupiah)
Sebaran responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan berdasarkan pertumbuhan jumlah kandang
Sebaran responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan berdasarkan pertumbuhan populasi ayam yang dimiliki
Sebaran responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan berdasarkan pertumbuhan daya serap tenaga kerja
Hubungan faktor teknis peternakan dengan kesuksesan peternak
Hubungan watak wirausaha dengan kesuksesan peternak

3
4
11
13
25
26
29
30
31
31
32
32
33
33
34
34
37
37
38
38
39
39
40
40
47

26

Hubungan watak kewirausahaan dengan kinerja usaha peternakan
ayam ras pedaging

55

DAFTAR GAMBAR
1
2

Jumlah penduduk Kabupaten Bogor tahun 2008-2013
Kerangka pemikiran operasional penelitian

1
23

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Hasil korelasi Rank Spearman watak kewirausahaan dengan kinerja
Hasil korelasi Rank Spearman watak kewirausahaan dengan kinerja
usaha peternakan (indikator nilai FCR)
Hasil korelasi Rank Spearman watak kewirausahaan dengan kinerja
usaha peternakan (indikator efektivitas tenaga kerja)
Hasil korelasi Rank Spearman watak kewirausahaan dengan kinerja
usaha peternakan (indikator hari ayam dipanen)
Hasil korelasi Rank Spearman faktor teknis peternakan dengan
kesuksesan peternak
Hasil korelasi Rank Spearman tingkat mortalitas dengan kesuksesan
peternak
Hasil korelasi Rank Spearman nilai Food Convertion Ratio (FCR)
dengan kesuksesan peternak
Hasil korelasi Rank Spearman pemberian jumlah vaksin dengan
kesuksesan peternak
Hasil Korelasi Rank Spearman efektivitas tenaga kerja dengan
kesuksesan peternak
Hasil korelasi Rank Spearman umur ayam dipanen dengan kesuksesan
peternak
Hasil korelasi Rank Spearman watak wirausaha dengan kesuksesan
peternak
Hasil korelasi Rank Spearman watak kepemimpinan dengan
kesuksesan peternak
Hasil korelasi Rank Spearman watak pengambil risiko dengan
kesuksesan peternak
Hasil korelasi Rank Spearman watak pengambil keputusan dengan
kesuksesan peternak
Hasil korelasi Rank Spearman watak perencana bisnis dengan
kesuksesan peternak
Hasil korelasi Rank Spearman watak menggunakan waktu secara
efektif dengan kesuksesan peternak

62
62
63
63
64
64
64
65
65
65
66
66
66
67
67
67

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah administrasi II di Provinsi
Jawa Barat dengan jumlah penduduk terbesar. Jumlah penduduk di Kabupaten
Bogor selalu meningkat selama enam tahun terakhir terhitung sejak tahun 2008
hingga 2013. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (2014), pada
tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Bogor sebesar 4 029 263 jiwa. Setahun
kemudian jumlah penduduk Kabupaten Bogor bertambah menjadi 4 086 428 jiwa.
Pada tahun 2010, jumlah penduduk di Kabupaten Bogor meningkat sebesar 16.75
persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 4 771 932 jiwa. Pada tahun 2011
dan 2012, berturut-turut jumlah penduduk Kabupaten Bogor bertambah menjadi 4
857 612 jiwa dan 4 989 939 jiwa. Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten
Bogor berjumlah 5 202 097 jiwa. Secara lebih mendetail, data tersebut disajikan
pada Gambar 1.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (2014)

Gambar 1 Jumlah penduduk Kabupaten Bogor tahun 2008-2013
Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor dari tahun 2008 hingga
2013 perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah. Salah satu
bentuk keseriusan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan
memastikan terpenuhinya kebutuhan pangan penduduk di wilayah Kabupaten
Bogor. Pemenuhan kebutuhan pangan penduduk harus dijadikan prioritas utama
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Peningkatan jumlah penduduk
menunjukkan bahwa tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan
pangan penduduk menjadi semakin besar.
Malthus (1798) menjelaskan bahwa populasi manusia akan bertambah
secara geometris sedangkan pemenuhan pangan bertambah secara aritmatik.
Artinya, jumlah penduduk yang bertambah memiliki ancaman dapat menurunkan

2
kesejahteraan penduduk karena tidak diimbangi dengan jumlah ketersediaan
pangan untuk memenuhi kebutuhan para penduduk. Padahal seharusnya
pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan adanya pertumbuhan secara
berimbang baik di sektor pertanian maupun industri serta menaikkan permintaan
secara efektif (Malthus 1798). Sehingga pertumbuhan di sektor pertanian dan
industri dapat secara bersamaan meningkatkan kesejahteraan penduduk karena
kebutuhan pangan penduduk dapat dipenuhi dan terciptanya lapangan pekerjaan
yang secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Pertumbuhan di sektor pertanian dan industri merupakan ciri utama adanya
pembangunan dalam suatu wilayah. Kegiatan pembangunan di suatu wilayah
dapat dioptimalkan peranannya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
apabila dalam unsur-unsur pembangunan tersebut dilakukan suatu kombinasi
baru. Menurut Schumpeter (1934) dalam Jinghan (2013), kombinasi baru dalam
unsur pembangunan ini dapat dilakukan melalui suatu inovasi. Inovasi ini dapat
dilakukan melalui pengenalan suatu produk baru dan perbaikan secara terus
menerus sehingga proses pembangunan suatu wilayah menjadi lebih efektif.
Inovasi dalam proses pembangunan hanya dapat dilakukan oleh seorang
inovator yang memiliki kemampuan untuk merancang suatu konsep baru serta
dapat mengaplikasikan konsep tersebut. Kemampuan tersebut hanya akan dimiliki
oleh seorang wirausaha. Wirausaha dianggap sebagai seorang pencipta kekayaan
melalui inovasi yang dilakukan, menjadi pusat pertumbuhan pekerjaan dan
ekonomi, serta mampu melakukan pembagian kekayaan yang bergantung pada
kerja keras dan pengambilan risiko (Bygrave 1997). Alma (2007) menjelaskan
bahwa wirausaha merupakan potensi pembangunan yang dapat membuka
lapangan pekerjaan, sebagai generator pembangunan lingkungan, dan sebagai
pejuang bangsa dalam bidang ekonomi, serta dianggap sebagai seorang pendobrak
sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang atau jasa baru dengan
menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Keunggulan
yang dimiliki wirausaha inilah yang seharusnya dapat dioptimalkan peranannya
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bogor.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat sumber daya potensial yang
dimiliki oleh Kabupaten Bogor. Hal ini disebabkan sumberdaya potensial di
Kabupaten Bogor dapat dijadikan sebagai suatu keunggulan yang dimiliki oleh
Kabupaten Bogor. Saragih (2010) menyampaikan bahwa pembangunan ekonomi
suatu wilayah harus digerakkan melalui transformasi perekonomian secara
gradual dari factor driven ke capital driven dan selanjutnya kepada innovation
driven, sehingga keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah dapat
didayagunakan menjadi keunggulan bersaing.
Salah satu sumberdaya potensial yang dimiliki oleh Kabupaten Bogor
terletak pada sektor peternakan. Burhanuddin (2014) menjelaskan bahwa peranan
ternak dalam peningkatan pendapatan masyarakat telah terbukti mampu menjadi
basis usaha masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Potensi sektor
peternakan dapat dilihat dari jumlah populasi dan perkembangan produksi ternak
di Kabupaten Bogor. Menurut Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
(2014), perkembangan populasi ternak di Kabupaten Bogor dari tahun 2010-2013
selalu meningkat dengan populasi terbesar terdapat di tiga komoditas ternak
utama, yaitu ayam ras pedaging, ayam ras petelur, dan ayam bukan ras (Tabel 1).
Ayam ras pedaging merupakan komoditas ternak yang memiliki populasi terbesar

3
dan memiliki pertumbuhan yang positif setiap tahunnya. Pada tahun 2010, jumlah
ayam ras pedaging sebesar 15 771 780. Pada tahun selanjutnya, populasi ayam ras
pedaging meningkat sebesar 8.90 persen menjadi 17 175 302. Di tahun 2012,
populasi ayam ras pedaging kembali meningkat sebesar 2.97 persen menjadi 17
684 762. Dan pada tahun 2013, jumlah populasi ayam ras pedaging adalah sebesar
19 783 144 atau meningkat 11.87 persen dari tahun sebelumnya. Secara
keseluruhan, pertumbuhan populasi ayam ras pedaging dari tahun 2010 hingga
2013 adalah sebesar 25.43 persen.
Tabel 1 Perkembangan populasi ternak di Kabupaten Bogor tahun 2010-2013
Jenis Ternak
Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kambing
Pedaging
Kambing Non
Pedaging
Domba
Ayam Ras
Petelur
Ayam Ras
Pedaging
Ayam Ras
Pembibit
Ayam Buras
Itik

Tahun
2010
18 068
7 288
19 908
4 957

Jumlah Populasi (Ekor)
Tahun
Tahun
2011
2012
27 086
25 802
8 973
9 487
23 696
23 563
5 097
6 139

Presentase
Pertumbuhan
Tahun
(%)
2013
34 392
90.35
9 526
30.71
24 088
21.00
6 327
27.64

114 380

118 889

124 710

107 865

(5.70)

280 798
4 371 042

221 873
4 438 536

214 408
4 580 155

203 373
4 952 394

(27.57)
13.30

15 771 780

17 175 302

17 684 762

19 783 144

25.43

995 104

1 044 275

1 756 525

1 868 812

87.80

1 318 299
137 009

1 436 530
176 174

1 546 554
163 284

1 747 292
170 323

32.54
24.32

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2014), diolah

Pertumbuhan jumlah populasi tersebut menunjang adanya peningkatan
jumlah produksi ayam di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2011, produksi daging
ayam ras pedaging sebesar 85 090 822 kg atau memiliki kontribusi sebesar 83.54
persen terhadap produksi daging di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2012, produksi
daging ayam ras pedaging meningkat sebesar 2.97 persen menjadi 87 620 069 kg.
Pada tahun 2013, jumlah produksi ayam ras meningkat sebesar 11.76 persen
menjadi 97 926 337 kg dan memiliki kontribusi sebesar 88.01 persen terhadap
produksi daging di Kabupaten Bogor. Besarnya jumlah produksi daging ayam ras
pedaging dibandingkan dengan ternak lainnya, menjadikan ayam ras pedaging
memiliki keunggulan dibandingkan dengan ternak lainnya. Hal ini menjadikan
ayam ras pedaging sebagai salah satu komoditi peternakan unggulan yang dapat
dikembangkan oleh para wirausaha di Kabupaten Bogor.

4
Tabel 2 Produksi daging ternak di Kabupaten Bogor tahun 2011-2013
Jenis Produksi
Ternak
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Ayam Ras Pedaging
Ayam Bukan Ras
Itik
Jumlah

Produksi Daging (kg)
Tahun
Tahun
Tahun
2011
2012
2013
9 299 322
8 447 289
7 272 765
174 580
236 723
343 671
1 007 739
1 753 291
957 414
3 133 794
5 295 732
3 042 443
85 090 822
87 620 069
97 926 337
1 329 680
1 431 520
1 617 327
110 345
102 271
106 680
100 146 282
104 886 896
111 266 637

Pertumbuhan
Produksi (%)
(21.79)
96.86
(4.99)
(2.92)
15.08
21.63
(3.32)
11.10

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2014), diolah

Besarnya populasi dan jumlah produksi daging ayam ras pedaging di
Kabupaten Bogor tidak terlepas dari adanya sentra-sentra produksi di beberapa
kecamatan di Kabupaten Bogor. Menurut data dari Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor (2014), terdapat lima sentra produksi ayam ras
pedaging di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Gunung
Sindur, Kecamatan Parung, Kecamatan Parung Panjang, dan Kecamatan
Nanggung. Pada tahun 2013, Kecamatan Pamijahan menjadi produsen daging
terbesar yaitu sebanyak 16 198 116 kg, Kecamatan Gunung Sindur sebanyak 12
689 884 kg, Kecamatan Parung Panjang sebanyak 6 860 832 kg, Kecamatan
Parung sebanyak 4 694 177 kg, dan Kecamatan Nanggung sebanyak 3 868 854
kg. Total produksi kelima kecamatan tersebut menyumbang 46.49 persen dari
total produksi daging ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dan menjadikan
Kabupaten Bogor sebagai salah satu produsen ayam ras pedaging terbesar di Jawa
Barat.
Sebagai salah satu komoditi peternakan unggulan, agribisnis ayam ras
pedaging memiliki pola usaha peternakan tersendiri. Kusnadi et al. (2013)
menyatakan bahwa terdapat dua pola usaha peternakan ayam ras pedaging di
Kabupaten Bogor, yaitu pola usaha kemitraan dan pola usaha mandiri. Pola usaha
kemitraan memiliki variasi mekanisme kemitraan meskipun terdapat kesamaan
pola, yakni lebih cenderung mengadopsi pola inti plasma. Variasi mekanisme
kemitraan ini pun akan memengaruhi skala usaha peternakan ayam ras pedaging.
Subkhie (2009) menjelaskan bahwa perbedaan skala usaha peternakan antar
peternak plasma tersebut kemudian akan berdampak pada perbedaan pelaksanaan
manajemen pemeliharaan. Padahal, untuk mengoptimalkan hasil usahaternak
ayam ras pedaging, manajemen pemeliharaan harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh perusahaan inti. Sehingga kinerja usahaternak tersebut dapat
optimal dan menghasilkan ayam dengan kualitas baik.
Perbedaan pelaksanaan manajemen pemeliharaan di kandang membuat
perusahaan inti tidak dapat memastikan hasil panen yang sesuai harapan.
Perbedaan watak peternak dalam menjalankan usahaternak ayam ras pedaging,
diduga menjadi penyebab lain adanya perbedaan pelaksanaan manajemen
pemeliharaan di kandang yang berpengaruh terhadap performa usahaternak ayam
ras pedaging di setiap kandang. Meredith et al. (1989) menjelaskan bahwa
keberhasilan suatu usaha dipengaruhi oleh watak orang yang menjalankan usaha

5
tersebut. Sehingga keberhasilan usaha peternakan ayam ras pedaging tidak akan
lepas dari pengaruh watak peternak itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, agar usahaternak ayam ras pedaging dapat
dijadikan sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Bogor, perusahaan inti harus
dapat menilai terlebih dahulu watak peternak plasma seperti apa yang mampu
menghasilkan kinerja usaha peternakan yang baik dalam pola kemitraan. Sehingga
dinilai perlu untuk melakukan suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara
watak wirausaha seorang peternak dengan kinerja usahaternak ayam ras pedaging
yang dihasilkan selama satu siklus produksi dan bagaimana hubungannya dengan
kesuksesan peternak tersebut. Sehingga perusahaan inti dapat melakukan
penilaian terlebih dahulu terhadap watak peternak plasma sebelum melakukan
pola kemitraan dengan peternak plasma tersebut. Penelitian ini dapat juga
dijadikan pertimbangan bagi stakeholders terkait untuk mengembangkan
peternakan ayam ras pedaging di wilayah Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah
Besarnya jumlah produksi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor pada
tahun 2013 ditunjang oleh adanya sentra-sentra produksi ayam ras pedaging di
Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Gunung Sindur,
Kecamatan Parung, Kecamatan Parung Panjang, dan Kecamatan Nanggung. Pada
tahun 2013, Kecamatan Pamijahan menjadi produsen terbesar daging ayam ras
pedaging dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu memproduksi sebesar 16
198 116 kg daging ayam dengan jumlah populasi ayam ras pedaging sebesar 3
362 000 ekor atau berkontribusi sebesar 16.99 persen terhadap produksi daging
ayam di Kabupaten Bogor pada tahun tersebut.
Sebagai kontributor daging ayam di Kabupaten Bogor, pola usahaternak
ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan terdiri atas dua pola usaha
peternakan, yaitu pola usaha kemitraan dan pola usaha mandiri. Tetapi
berdasarkan hasil pengamatan dan informasi dari pihak Kecamatan Pamijahan,
sebagian besar peternak di Kecamatan Pamijahan menggunakan pola usaha
kemitraan dalam menjalankan usahaternak ayam ras pedaging. Adapun variasi
pola kemitraan yang digunakan oleh para peternak adalah sistem kontrak, sistem
bagi hasil, dan sistem maklun.
Adanya variasi pola kemitraan ini akan memengaruhi skala usaha
peternakan ayam ras pedaging. Perbedaan skala usaha tersebut akan menyebabkan
peternak melakukan perbedaan perilaku dalam manajemen pemeliharaan ayam di
kandang yang disebabkan oleh perbedaan watak wirausaha setiap petrnak dalam
menjalankan usahaternak ayam ras pedaging. Perbedaan dalam manajemen
pemeliharaan ini mengindikasikan bahwa tidak semua peternak menerapkan
Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan oleh perusahaan
inti selama masa pemeliharaan ayam. Beberapa peternak di lapangan
mengungkapkan bahwa alasan tidak menggunakan SOP adalah besarnya biaya
yang dibutuhkan dalam menerapkan manajemen pemeliharaan sesuai standar dari
perusahaan inti. Padahal SOP tersebut ditetapkan dengan tujuan agar para
peternak mampu menghasilkan ayam dengan kualitas baik dan menguntungkan
bagi peternak maupun perusahaan inti. SOP yang disusun oleh perusahaan inti
merupakan salah satu bentuk standardisasi pelaksananaan budidaya ayam ras

6
pedaging. Sehingga terdapat kesamaan tolak ukur diantara para peternak ayam ras
pedaging dalam menjalankan usahanya.
Perbedaan pelaksanaan manajemen pemeliharaan di kandang membuat
perusahaan inti tidak dapat memastikan kualitas hasil panen para peternak plasma.
Sehingga dalam mengevaluasi kegiatan usahaternak peternak plasma, perusahaan
inti memerlukan beberapa indikator yang mampu menjelaskan kinerja usahaternak
tersebut selama satu periode produksi. Tamalluddin (2014) menjelaskan bahwa
salah satu bentuk evaluasi yang dapat dilakukan oleh perusahaan inti terhadap
kinerja usahaternak yang dijalankan para peternak plasma adalah melalui indeks
performa (IP). Indeks performa dijadikan sebagai parameter pengukuran performa
usaha dan terdiri atas tingkat mortalitas selama satu periode, tingkat Feed
Convertion Ratio (FCR), dan rata-rata umur ayam saat dipanen. Rasyaf (1993)
menambahkan bahwa terdapat dua variabel lagi yang biasanya dijadikan untuk
melihat performa ayam selama masa perawatan di kandang, yaitu jumlah vaksin
yang diberikan dan jumlah tenaga kerja dalam merawat ayam selama
pemeliharaan.
Sebagai seorang yang menjalankan usaha, para peternak memikirkan tingkat
keuntungan yang akan dicapai selama melakukan usahaternak ayam ras pedaging.
Hal ini akan membuat para peternak berusaha sebaik mungkin selama masa
pemeliharaan ayam di kandang, terutama terkait dengan manajemen peternakan
ayam ras pedaging. Sikap kepemimpinan peternak di kandang, keberanian dalam
mengambil risiko dan membuat keputusan, perencana bisnis peternakan, dan
seberapa efektif peternak dalam menggunakan waktu menjadi variabel-variabel
yang diduga dijadikan pertimbangan oleh peternak dalam melakukan pengelolaan
peternakan ayam ras pedaging yang dimilikinya. Sehingga kelima watak ini
diindikasikan memiliki hubungan dengan capaian kinerja usaha peternakan dan
keberhasilan usaha yang dijalankannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan dalam penelitian ini:
1. Bagaimana karakteristik peternak dan kinerja usaha peternakan ayam ras
pedaging di Kecamatan Pamijahan?
2. Bagaimana hubungan faktor teknis peternakan ayam ras pedaging dengan
kesuksesan para peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan?
3. Bagaimana hubungan watak wirausaha peternak dengan kinerja usaha
peternakan dan kesuksesan para peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik peternak dan kinerja usahaternak ayam ras
pedaging di Kecamatan Pamijahan.
2. Menganalisis hubungan faktor teknis peternakan dengan kesuksesan peternak
ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan.
3. Menganalisis hubungan watak wirausaha dengan kinerja usaha peternakan dan
kesuksesan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan.

7
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Melatih kemampuan analisis penulis terutama terkait dengan pengaplikasian
konsep-konsep ilmu pengetahuan yang sudah diterima selama kuliah dengan
mengamati secara langsung fenomena yang terjadi di lapangan.
2. Bagi Perusahaan Inti
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan dalam menentukan peternak
yang akan dijadikan mitra perusahaan inti. Karena melalui penelitian ini dapat
diketahui seberapa besar hubungan watak wirausaha peternak terhadap kinerja
usahaternak yang dijalankannya.
3. Bagi Perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi akademik dan bahan
kajian untuk penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji hubungan faktor teknis peternakan dan watak
kewirausahaan dengan kesuksesan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
dengan menggunakan tiga metode pengumpulan data, yaitu metode observasi,
wawancara, dan diskusi. Responden dalam penelitian ini adalah para peternak
ayam ras pedaging yang melakukan pola kemitraan dengan perusahaan inti.
Faktor-faktor teknis peternakan yang dijadikan variabel dalam penelitian ini
meliputi tingkat mortalitas selama satu periode, Feed Convertion Ratio (FCR),
jumlah vaksin yang diberikan, penggunaan tenaga kerja, dan umur ayam saat
dipanen. Sedangkan faktor watak wirausaha peternak yang dijadikan variabel
dalam penelitian ini meliputi kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil
keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif. Parameter
kesuksesan usaha peternakan diukur melalui variabel keuntungan usaha
peternakan, pertumbuhan jumlah populasi ternak, tingkat kesejahteraan keluarga,
dan daya serap tenaga kerja. Faktor-faktor tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif dan korelasi Rank Spearman.

TINJAUAN PUSTAKA
Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya
peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang
diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam
jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk
menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu, serta menggemukan

8
suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkan1.
Salah satu jenis usaha peternakan yang dikembangkan di Indonesia adalah
usahaternak ayam ras pedaging.
Gordon dan Charles (2002) dalam Andisuro (2011) menyebutkan bahwa
ayam ras pedaging adalah strain ayam hibrida modern yang berjenis kelamin
jantan dan betinda dan dikembangbiakkan oleh perusahaan pembibitan khusus.
Menurut Mughniza (2003) dalam Gustriyeni (2007), ayam ras pedaging termasuk
jenis unggas disamping itik dan burung. Sedangkan menurut Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (2000) dalam Gustriyeni (2007), ayam ras pedaging
merupakan jenis ras unggulan yang merupakan hasil persilangan dari berbagai
jenis ayam yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam ras pedaging memiliki
produktivitas tinggi dengan konversi pakan rendah, masa pemeliharaan relatif
singkat, dan sudah dapat dipanen pada umur 5-6 minggu (Saragih 2000) dengan
bobot rata-rata ayam antara 1.3–1.8 kg (Rasyaf 1993). Bahkan (Sahrei dan
Shariatmadari 2007 dalam Banong dan Hakim 2011) menyebutkan bahwa pada
usia 35 hari bobot badan ayam sudah dapat mencapai 2 kg. Definisi ini
menunjukkan bahwa ayam ras pedaging merupakan ayam ras yang dihasilkan dari
jenis ayam unggulan dan memiliki waktu pertumbuhan yang cepat sehingga
mudah untuk dikembangbiakan. Sehingga menarik untuk diusahakan karena
perputaran modal yang relatif cepat.
Selain berbagai keunggulan tersebut, ayam ras pedaging merupakan unggas
yang memiliki kelemahan terkait dengan tingginya tingkat sensitivitas terhadap
penyakit (Tamalluddin 2014). Hal ini disebabkan tingkat stress yang lebih tinggi
dapat dialami oleh ayam ras pedaging sebagai kompensasi atas cepatnya tingkat
pertumbuhan ayam ras pedaging. Selain itu, pelaksanaan manajemen
pemeliharaan yang masih konvensional dan tidak mengikuti perkembangan yang
ada menyebabkan risiko yang dihadapi untuk usaha di bidang peternakan ayam
ras pedaging menjadi semakin besar. Kelemahan lainnya adalah adanya
peningkatan lemak pada komponen daging ayam dan adanya tingkat kematian
yang tinggi akibat adanya kelainan metabolisme (Rincon dan Lesson 2002).
Keberhasilan usahaternak ayam ras pedaging sangat dipengaruhi oleh
manajemen pemeliharaan di kandang. Rasyaf (1993) menjelaskan bahwa faktor
teknis yang memengaruhi keberhasilan usaha peternakan ayam ras pedaging
adalah tingkat mortalitas ayam per periode, pakan atau ransum, obat-obatan,
manajemen peternakan, tenaga kerja, dan kondisi kandang. Sedangkan
Simanjuntak (2013) menjelaskan bahwa selama masa perawatan ayam, risiko
produksi diindikasikan dengan adanya mortalitas pada setiap periode produksi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rasyaf (1993) dan Simanjuntak (2013)
keberhasilan usahaternak ayam ras pedaging terutama dapat dilihat dari
keberhasilan peternak dalam meminimalisir besarnya tingkat mortalitas ayam
setiap periode produksi.

1

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/1997 tentang Pedoman Kemitraan
Usaha Pertanian. Terhubung berkala http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/SK-940-97.pdf
(diakses pada tanggal 20 Juni 2015)

9
Faktor Produksi Usahaternak Ayam Ras Pedaging
Keberhasilan usahaternak ayam ras pedaging tentunya akan dipengaruhi
oleh berbagai faktor produksi yang dijadikan sebagai penunjang dalam kegiatan
produksi ternak. Menurut Aziz (2009), faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam produksi ayam ras pedaging meliputi faktor produksi tetap dan faktor
produksi variabel. Faktor produksi tetap meliputi lahan, kandang, dan peralatan.
Sedangkan faktor produksi variabel meliputi DOC, obat-obatan, vaksin, vitamin,
sekam, air, listrik, bahan bakar untuk pemanas, dan tenaga kerja.
Sedangkan menurut Rasyaf (1993), faktor produksi ini juga dapat
dinyatakan sebagai faktor teknis dalam budidaya ayam ras pedaging. Faktor teknis
yang memengaruhi kesuksesan peternakan ayam ras pedaging adalah tingkat
mortalitas ayam per periode, pakan atau ransum, obat-obatan, manajemen
peternakan, tenaga kerja, dan kondisi kandang (Rasyaf 1993). Tamalluddin (2014)
menjelaskan bahwa keberhasilan usaha ayam ras pedaging sangat bergantung
pada faktor budidaya dan manajemen peternakan ayam ras pedaging. Selain itu
aspek lain yang memengaruhi keberhasilan usaha ayam ras pedaging adalah
kondisi industri pakan, obat ternak, perusahaan mitra, poultry shop, dan industri
pengolahan daging ayam.
Sedangkan menurut Nugraha (2011) faktor produksi yang memengaruhi
produksi ayam ras pedaging adalah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin
Plus, vaksin, pemanas, dan tenaga kerja. Pembagian faktor produksi yang
dilakukan Nugraha (2011) berbeda dengan yang dilakukan oleh Aziz (2009),
dimana Nugraha (2011) memisahkan jenis obat yang digunakan dalam kegiatan
produksi ayam ras pedaging sedangkan Aziz (2009) menjadikan jenis obat sebagai
satu kesatuan variabel yang memengaruhi aktivitas produksi ayam ras pedaging.
Murjoko (2004) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh secara
nyata terhadap produksi ayam ras pedaging meliputi bibit DOC, pakan, tenaga
kerja, OVK (obat, vitamin, vaksin), pemanas gasolec, dan mortalitas. Sedangkan
yang berpengaruh nyata dan positif hanya bibit DOC, OVK, pakan, dan tenaga
kerja. Berbeda dengan Murjoko (2004), Ritonga (2008) menyebutkan bahwa
faktor produksi yang memengaruhi keberhasilan produksi usahaternak ayam ras
pedaging adalah DOC, penggunaan tenaga kerja, vaksin, kandang, dan lahan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2011), Aziz (2009),
Murjoko (2004), dan Ritonga (2008) dapat dijelaskan bahwa terdapat beberapa
faktor produksi yang memengaruhi aktivitas produksi usahaternak ayam ras
pedaging, yaitu kualitas DOC, pakan, jumlah obat dan vaksin yang digunakan,
dan penggunaan tenaga kerja. Berdasarkan keempat penelitian tersebut, faktor
produksi ini yang memengaruhi aktivitas produksi usahaternak ayam ras
pedaging. Kualitas DOC dianggap menjadi salah satu faktor produksi terpenting
karena kualitas DOC menentukan kualitas ayam pada saat awal masa
pemeliharaan. Sedangkan pakan dianggap menjadi salah satu faktor produksi
terpenting karena konsumsi pakan akan memengaruhi produktivitas ayam selama
proses produksi. Jumlah obat dan vaksin memiliki pengaruh karena akan
berkorelasi dengan penanganan penyakit pada ayam selama masa produksi.
Sedangkan tenaga kerja menjadi faktor produksi yang berpengaruh selama
produksi ayam karena tenaga kerja memiliki keterkaitan langsung dengan
pengelolaan ayam selama masa produksi.

10
Day Old Chick (DOC) dan Mortalitas Ayam
Day Old Chick (DOC) merupakan anak ayam berusia satu hari yang
dihasilkan dari persilangan dari jenis-jenis ayam berkualitas tinggi. DOC
merupakan bibit ayam broiler yang sangat memengaruhi kualitas dari
pertumbuhan ayam broiler. Menurut Rasyaf (1993), terdapat beberapa
pedoman yang sebaiknya digunakan dalam pemilihan DOC, yaitu:
1. DOC harus berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit
bawaan. Kesehatan ini akan sangat terlihat pada masa awal DOC hidup.
Apabila dalam waktu kurang dari tiga hari tingkat mortalitas sudah begitu
tinggi sedangkan faktor teknis lainnya berjalan dengan baik, maka
penyebab utamanya adalah karena induk yang tidak sehat.
2. DOC harus memiliki bobot yang baik yaitu tidak kurang dari 37 gram.
Apabila bobot DOC relatif lebih kecil, maka penyebab utamanya adalah
pada kondisi telur tetas ayam.
3. DOC yang baik memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya. Selain
itu kondisi anak ayam yang aktif dan lincah juga merupakan ciri dari anak
ayam yang berkualitas baik.
4. DOC yang baik tidak memperlihatkan cacat fisik, kaki bengkok, mata
buta, atau kelainan fisik lainnya serta memiliki bulu yang halus dan kering.
5. DOC yang baik tidak memiliki lekatan tinja pada duburnya.
Apabila kualitas DOC kurang baik, maka akan menyebabkan tingginya
biaya pengobatan dan vaksinasi, terjadinya inefisiensi dalam pemakaian
pakan, keterlambatan pertumbuhan, dan pada akhirnya akan memengaruhi
performa ayam yang di panen (Tamalluddin 2014). Indikator keberhasilan
yang digunakan untuk melihat kualitas DOC yang diterima oleh para peternak
adalah dengan melihat tingkat deplesi pada minggu pertama yang kurang dari
1.25% dan menurun pada minggu kedua.
Nilai deplesi pada ayam selama satu siklus produksi sangat menentukan
keberhasilan dari populasi panen ayam di akhir periode. Nilai deplesi ini
diperoleh berdasarkan kematian ayam (mortalitas) dan apkir ayam. Nilai
mortalitas menggambarkan besarnya tingkat kematian ayam yang disebabkan
oleh penyakit ataupun faktor lain. Batas maksimal kematian yang dapat
ditoleransi dalam satu siklus produksi adalah sebesar 5 persen dari total
populasi (Rasyaf 1993). Sedangkan pengapkiran ayam dilakukan akibat
penyakit yang dialami ayam di usia muda sehingga tidak dapat dipanen serta
adanya cacat yang dialami oleh ayam (Tamalluddin 2014). Sebagai salah satu
indikator dalam pengukuran performa pengelolaan ayam ras pedaging di
kandang, tingkat deplesi akan menentukan jumlah ayam yang dipanen serta
bobot panen yang dihasilkan.
Pakan dan Feed Convertion Ratio (FCR)
Ayam ras pedaging merupakan ayam yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang cepat serta memiliki daging yang tebal. Salah satu yang
mendorong cepatnya tingkat pertumbuhan dan tebalnya daging yang dimiliki
adalah karena ayam ras pedaging merupakan jenis ayam ras yang dapat
mengonsumsi banyak pakan apabila tidak dibatasi. Banyaknya konsumsi

11
pakan oleh ternak nantinya akan dikonversi oleh para peternak menjadi lama
waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam.
Ransum merupakan bahan makanan yang diberikan pada ternak yang
disusun dari berbagai jenis pakan yang telah dihitung nilai gizinya, seperti
kebutuhan protein dan asam amino. Kedua zat ini dibutuhkan ayam ras
pedaging untuk membentuk dan membangun jaringan tubuh, membentuk
enzim dan bagiannya, kebutuhan reproduksi ayam, dan merupakan cadangan
energi bagi ayam. Adapun bahan pakan yang biasa digunakan sebagai
pembentuk ransum ayam dan mengandung asam amino serta protein adalah
bekatul, dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang, bungkil kacang kedelai,
tepung ikan, jagung kuning, lemak, dan minyak.
Jenis pakan dalam peternakan ayam ras pedaging dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu pakan starter yang diberikan pada usia ayam 1-14 hari, kemudian
pakan grower yang diberikan pada usia ayam 15-28 hari, dan pakan finisher
yang diberikan pada usia ayam diatas 28 hari. Setiap pakan yang diberikan
disetiap minggunya akan sangat berpengaruh pada berat badan ayam dan
pertambahan berat badan pada ayam (Rasyaf 1993). Pada Tabel 3 akan
ditunjukkan tolak ukur yang menjadi pegangan dalam memberikan pakan
pada ayam dan pengaruhnya terhadap berat badan dan pertambahan berat
badan pada ayam.
Pada Tabel 3, diketahui bahwa setiap minggunya selalu ada
penambahan jumlah pakan untuk menunjang berat badan pada ayam.
Sehingga apabila saat DOC berat badan ayam sebesar 37 gram, maka dalam
waktu delapan minggu beratnya berada pada kisaran 1.96 kg dan sudah siap
untuk dipasarkan.
Tabel 3 Usia ayam, berat hidup ayam, konsumsi ransum, dan konversi
ransum ayam setiap minggunya.
Umur
(Minggu)
1
2
3
4
5
6
7
8

Berat Hidup Ayam (kg)
Pada Akhir
Pertambahan Berat
Minggu
Badan Mingguan
0.13
0.08
0.27
0.14
0.46
0.20
0.70
0.24
0.97
0.27
1.30
0.37
1.63
0.33
1.96
0.33

Konsumsi
Ransum Selama
Satu Minggu (kg)
0.14
0.21
0.34
0.45
0.53
0.69
0.76
0.83

Konversi
Ransum
(kg)
1.52
1.72
1.90
1.97
2.11
2.31
2.53

Sumber: North (1978) dalam Rasyaf (1993)

Konversi jumlah pakan yang diberikan kepada ayam ras pedaging
menjadi satu kilogram daging dikenal dengan istilah Feed Convertion Ratio
(FCR) (Tamalluddin 2014). Nilai FCR yang sama atau lebih kecil
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti (bagi
kasus peternakan ayam ras pedaging dengan pola usaha kemitraan)
menandakan terjadinya efisiensi dalam pemberian pakan dan adanya
pengelolaan yang baik selama pemeliharaan. Nilai FCR yang berada di bawah
standar menunjukkan bahwa peternak dapat secara efisien dalam pemberian

12
pakan dan biaya pakan yang dibutuhkan selama periode produksi berhasil
dihemat oleh peternak tersebut. Sedangkan apabila nilai FCR lebih besar
dibandingkan standar yang telah ditetapkan, maka diindikasikan terjadi
pemborosan pemberian pakan akibat inefisiensi dalam konversi jumlah pakan
terhadap bobot ayam.
Tamalluddin (2014) menjelaskan bahwa faktor yang memengaruhi
besarnya nilai FCR melebihi standar yang telah ditetapkan adalah akibat
tingginya tingkat stress dan tingginya tingkat deplesi yang dialami oleh ayam
ras pedaging selama masa perawatan di kandang. Nilai FCR dijadikan sebagai
salah satu parameter dalam menentukan kesuksesan peternak dalam
pengelolaan ayam ras pedaging di kandang. Hal ini disebabkan nilai FCR
mampu menunjukkan kualitas ayam yang dihasilkan saat panen dan berkaitan
dengan efisiensi dalam pemberian pakan selama periode produksi.
Manajemen Peternakan
Manajemen peternakan adalah proses yang terkait dengan kemampuan
peternak dalam mengelola peternakan yang dimiliki, mulai dari tahap pra
produksi, produksi, dan pasca produksi agar sesuai dengan tujuan yang
diinginkan oleh peternak tersebut. Kemampuan mengelola ini harus dilakukan
dengan baik karena berhadapan dengan dua makhluk dalam waktu yang
bersamaan, yaitu ternak (dalam hal ini ayam) sebagai alat produksi yang
dapat memberikan manfaat kepada peternak, serta manusia sebagai
pemelihara ternak tersebut (Rasyaf 1993).
Untuk mencapai tujuan dan memberikan manfaat tersebut, baik ternak
maupun manusianya harus dikelola dalam suatu sistem yang terintegrasi
dengan memadukan unsur teknis dan non teknis peternakan. Sehingga
diperlukan aturan main yang jelas terutama dalam melakukan pengelolaan
produksi, pakan, penanggulangan penyakit, tenaga kerja, dan organisasi
peternak (perusahaan mitra).
Hal terpenting dalam manajemen peternakan terletak pada saat aktivitas
pemeliharaan ayam ras pedaging. Tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap
penyakit, membuat pemeliharaan ayam ras pedaging tidak mudah.
Tamalluddin (2014) menjelaskan bahwa titik krusial dalam aktivitas
pemeliharaan ayam ras pedaging berada pada periode brooding atau 14 hari
awal masa perawatan di kandang. Pada periode brooding, hampir keseluruhan
ransum dialokasikan pada proses pertumbuhan sehingga ayam akan
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Selain itu terjadi aktivasi organ
yang berhubungan dengan produktivitas ayam, perkembangan sistem
kekebalan tubuh pada ayam, dan gastrointestinal.
Obat-Obatan, Vaksin, dan Vitamin
Obat-obatan, vaksin, dan vitamin merupakan tiga komponen utama
untuk menunjang kesehatan ayam ras pedaging. Peternak ayam pedaging
harus mengutamakan upaya pencegahan berbagai jenis penyakit yang dapat
menyerang ayam dan peternakan yang dimilikinya. Jika upaya pencegahan
tersebut berhasil dilakukan, maka peternak mampu menghasilkan daging
ayam yang ekonomis dan berkualitas baik.

13
Seorang peternak harus memiliki pengetahuan mengenai obat yang bisa
diberikan karena tidak hanya berguna untuk menanggulangi penyakit tetapi
juga untuk melakukan pencegahan sejak dini serta untuk mempercepat
pertumbuhan ayam. Beberapa jenis obat yang biasa digunakan oleh peternak
ayam adalah untuk menangani penyakit yang disebabkan oleh Salmonella
(meliputi pengobatan untuk pullorum, tipoid, dan paratipoid), obat untuk
membasmi Coccidiosis atau penyakit bercak darah (diberikan dalam
campuran ransum, air minum, dan suntikan), obat jenis furaxolide yang sering
digunakan oleh peternak di Indonesia, serta obat yang termasuk kelompok
antibiotika (biasa digunakan untuk membasmi hampir semua penyakit dan
digunakan seminggu sebelum ayam dijual).
Sedangkan vitamin merupakan komponen organik yang mempunyai
peranan penting dalam metabolisme tubuh. Vitamin dapat meningkatkan daya
tahan tubuh ayam terhadap serangan penyakit dan mampu mengurangi risiko
kematian ayam. Beberapa vitamin yang dibutuhkan dijelaskan pada tabel
berikut.
Tabel 4 Vitamin yang dibutuhkan ayam beserta kegunaan dan takarannya.
Jenis Vitamin
Vitamin A

Vitamin D

Kegunaan
Takaran Pemberian
Membangun daya Pada masa awal
tahan tubuh ayam sebesar 5 000 IU.
terhadap penyakit. Pada masa akhir
sebesar 3 000 IU.
Berpengaruh
Pada masa awal
terhadap
sebesar 500 IU.
pertumbuhan
Pada masa akhir
tulang ayam.
sebesar 300 IU.

Vitamin K

Berpengaruh
Diberikan sebesar
dalam
proses 0.5 mg/kg ransum.
pembekuan darah.

Vitamin E

Menghindarkan
ayam
dari
penyakit
crazy
chick disease.
Membantu
metabolisme
karbohidrat.

Vitamin B

Vitamin C

Diberikan sebesar
10 IU per kilogram
ransum

Cara Memperoleh
Campuran
jagung
kuning
dalam
ransum atau melalui
bentuk sintetik.
Melalui
bantuan
sinar matahari atau
menambahkan
minyak hati ikan ke
dalam ransum.
Campuran
tepung
alfalfa atau tepung
ikan dalam ransum
atau bentuk sintetik.
Terdapat
pada
tanaman hijauan dan
pakan berbentuk bijibijian.
Terdapat pada bijibijian
dan
hasil
limbah padi-padian.

Vitamin
B1
diberikan 1.8 mg
Vitamin
B2
diberikan 3.6 mg
Dapat
membuat Diberikan sebesar Ayam
dapat
temperatur tubuh 44 mg per kg memproduksi sendiri
ayam di daerah ransum
vitamin c untuk
tropis
menjadi
kebutuhan minimal.
lebih rendah.
Tambahan diberikan
melalui obat-obatan
anticekaman.

Sumber: Rasyaf (1993)

Vaksin digunakan untuk mencegah penyakit asal virus, seperti penyakit
Newcastle Disease. Dalam penggunaannya, vaksin harus selalu dalam kondisi

14
dingin dan tidak boleh terkena sinar matahari. Apabila vaksin akan langsung
digunakan, maka vaksin diusahakan untuk berada di dalam termos yang telah
diisi es dan segera digunakan setelah tiba di peternakan. Cara penggunaan
vaksin ini harus mengikuti spesifikasi yang telah ditentukan oleh pabrik.
Tetapi secara umum vaksin dapat diberikan melalui air minum, suntikan,
ataupun sprayer.
Tamalluddin (2014) menjelaskan bahwa terdapat beberapa mekanisme
pemberian vaksin pada peternakan ayam ras pedaging, yaitu melalui tetes
mata, tetes hidung, air minum, injeksi intra muscular (daging) dan subkutan
(bawah kulit), tusuk sayap, dan sprayer. Pemberian vaksin ini disesuaikan
dengan kondisi peternak dan ayam ras pedaging di kandang. Beberapa
kondisi yang harus diperhatikan saat dilakukannya vaksinasi adalah ayam
harus dalam kondisi sehat, kondisi vaksin harus baik, dilakukan saat udara
sejuk (pagi atau sore menjelang malam), lakukan dengan cepat (apabila
menggunakan air minum, maka ayam dipuasakan terlebih dahulu), botol
vaksin bekas harus dimusnahkan, transportasi dan tempat penyimpanan
vaksin harus baik, dosis yang diberikan sesuai aturan, strain vaksin
disesuaikan dengan kondisi virus di kandang, pemberian vaksin harus benar,
vaksinator harus terampil dalam memberikan vaksin, perlu diperhatikan
reaksi pascavaksin pada ayam, serta perlunya pemberian vitamin saat
sebelum dan sesudah vaksin (Tamalluddin 2014 dan Rasyaf 1993).
Banyaknya jumlah vaksin yang diberikan kepada ayam selama masa
perawatan di kandang berbeda-beda antar peternak. Vaksinasi bisa saja hanya
dilakukan saa