Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum

(1)

HUBUNGAN FAKTOR TEKNIS DAN WATAK WIRAUSAHA

TERHADAP KESUKSESAN PETERNAK

PADA KELOMPOK TERNAK BARU SIREUM

ROSITA NOVIANA

H34114008

DEPARTEMENAGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Rosita Noviana


(3)

ABSTRAK

ROSITA NOVIANA. Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.

Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan salah satu kelompok ternak yang dapat dikatakan sukses mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua. Tolak ukur kesuksesan seorang peternak sapi perah adalah dilihat dari kualitas susu yang diproduksi oleh hewan ternaknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor teknis peternakan dan faktor watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Hubungan tersebut dilihat dengan menggunakan alat analisis korelasi Rank Spearman. Hasil analisis untuk faktor pakan ternak, manajemen peternakan, kepemimpinan, perencana bisnis dan menggunakan waktu secara efektif menghasilkan nilai P-value lebih kecil dari derajat α. Hasil analisis menggambarkan bahwa kelima faktor tersebut secara signifikan berhubungan dengan kesuksesan peternak. Sedangkan faktor pembibitan, pengambil risiko, dan pengambil keputusan secara signifikan tidak berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum.

Kata kunci : faktor teknis, kesuksesan peternak, watak wirausaha

ABSTRACT

ROSITA NOVIANA. Technical Factors and Entrepreneurial Behavior Relation Toward Livestock Breeder Success Within Baru Sireum Herd. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.

Baru Sireum herd is one of the herd that can be considered as a successful cattle breeding developer in Cisarua. The quality of the milk produced by the cattle has become a benchmark of the breeder success. The objective of this research is discover the correlation between technical factor of breeding and the entrepreneur characteristic with the breeder success that was gathered in Baru Sireumherd. The correlation was analyzed using the Rank Spearman analysis tools. The result for the cattle food, breeding management, leadership, business planner, and time management are the P-value is lower than the α degree. Furthermore, the result means that those five factors significantly affected the breeder success. Meanwhile, nurseries, risk taking, and decision maker are not significantly affected Baru Sireum herd breeder’s success.


(4)

ROSITA NOVIANA. H34114008. Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan WAHYU BUDI PRIATNA)

Perbedaaan pencapaian kesuksesan para peternak sebagai seorang wirausaha yang mengusahakan peternakan sapi perah, dipengaruhi oleh cara berternak yang mungkin berbeda-beda. Namun, diindikasikan terdapat faktor lain yang mempengaruhi kesuksesesan peternak yaitu, watak para peternak dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan permasalahan yang ada di tempat penelitian, maka tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk (1) mengetahui hubungan faktor teknis peternakan dan (2) mengetahui hubungan watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum.

Penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Baru Sireum yang berlokasi di Kampung Darussalam RT.03/06 Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemiliha lokasi penelitian dilakukan secara purposive

(sengaja) karena Baru Sireum merupakan salah satu kelompok ternak sapi perah terbaik dan berprestasi di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April tahun 2013. Jenis data yang digunakan bersifat kualitatuf dan kuantitatif. Data yang digunakan bersumber dari data primer dan data sekunder. Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan kesuksesan yang telah dicapai oleh para peternak. Analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat hubungan kesuksesan peternak serta faktor-faktor yang berkolerasi dengannya menggunakan analisis Rank Spearman.

Faktor teknis peternakan yang berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum adalah pakan ternak dan manajemen peternakan. Hubungan korelasi kedua faktor teknis tersebut termasuk kategori sedang, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.571 untuk pakan ternak dan 0.462 untuk manajemen peternakan. Watak wirausaha yang berhubungan dengan kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum adalah kepemimpinan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif. Nilai koefisien korelasi untuk setiap watak tersebut adalah sebesar 0.456; 0.701; dan 0.418. .Hubungan korelasi kepemimpinan dan menggunakan waktu secara efektif termasuk kategori sedang, sedangkan perencana bisnis termasuk kategori kuat. Kelima faktor tersebut secara signifikan mempunyai hubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah pada Kelompok Ternak Baru Sireum karena menghasilkan nilai P-value

yang lebih kecil dari derajat alpha (α = 5%).


(5)

HUBUNGAN FAKTOR TEKNIS DAN WATAK WIRAUSAHA

TERHADAP KESUKSESAN PETERNAK

PADA KELOMPOK TERNAK BARU SIREUM

ROSITA NOVIANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Agribismis

DEPARTEMENAGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(6)

Judul Skripsi : Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum

Nama : Rosita Noviana

NRP : H34114008

Disetujui oleh

Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen


(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Terwujudnya karya ini tidak terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis menghaturkan terima kasih kepada berbagai pihak dan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan keberkahan yang melimpah. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lainnya.

Bogor, Juni 2013


(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan 6

Manfaat 6

Ruang Lingkup 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Faktor Teknis Peternakan 7

Faktor Kewirausahaan dalam Usaha Peternakan dan Pertanian 8

Karakteristik Wirausaha 9

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Potensi Usaha Peternakan Sapi Perah 9

Jenis-Jenis Sapi Perah 10

Manajemen Peternakan Sapi Perah 11

Wirausaha 13

Watak Wirausaha 14

Kesuksesan Usaha 15

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18

Data dan Sumber Data 19

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Penentuan Responden 20

Metode Analisis Data 20

Analisis Deskriptif 20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 21


(9)

Hipotesis Penelitian 23

GAMBARAN UMUM 24

Deskripsi Lokasi 24

Kelompok Ternak Baru Sireum 24

Visi dan Misi 25

Karakteristik Kelompok Ternak Baru Sireum 26

Skala Usaha 26

Umur 27

Pendidikan 28

Status Perkawinan 29

Kepemilikan Lahan 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Faktor Teknis Peternakan pada Kelompok Ternak Baru Sireum 30 Watak Wirausaha Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum 31

Kesuksesan Peternak 32

Faktor Teknis Peternakan Terhadap Kesuksesan Peternak 35

Pembibitan 35

Pakan Ternak 38

Manajemen Peternakan 42

Faktor Watak Wirausaha Terhadap Kesuksesan Peternak 45

Kepemimpinan 46

Pengambil Risiko 49

Pengambil Keputusan 51

Perencana Bisnis 53

Menggunakan Waktu Secara Efektif 55

SIMPULAN DAN SARAN 56

Simpulan 56

Saran 57


(10)

DAFTAR TABEL

1 Populasi ternak di Indonesia tahun 2011 - 2012 (ekor) 2 2 PDRB peternakan tahun 2006 - 2008 (atas dasar harga berlaku) menurut

provinsi (Rp juta) 3

3 Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Jawa Barat Tahun 2008 - 2012 3 4 Populasi sapi perah Kabupaten Bogor tahun 2008 - 2011 (ekor) 4

5 Kegiatan harian pengurus kandang 13

6 Data anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan skala usaha 26 7 Data anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan umur 27 8 Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan jenjang pendidikan 28 9 Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan luas lahan 30 10 Skor faktor teknis peternakan pada Kelompok Ternak Baru Sireum 31 11 Skor watak wirausaha pada Kelompok Ternak Baru Sireum 32 12 Gambaran kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum 33 13 Kesuksesan peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum 33 14 Hubungan faktor teknis peternakan terhadap kesuksesan peternak 35 15 Hubungan watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak 46

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional hubungan faktor teknis dan watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak pada kelompok ternak Baru Sireum 18 2 Sapi pemenang kontes dari Kelompok Ternak Baru Sireum 36

3 Pasca proses kelahiran 37

4 Proses inseminasi buatan 38

5 Proses peracikan pakan konsentrat 39

6 Proses pemberian pakan konsentrat sebelum proses pemerahan 40 7 Tempat pencampuran pakan konsentrat dengan ampas tahu 41

8 Proses pemberian pakan hijauan 42

9 Kegiatan membersihkan kandang 43

10 Proses pemerahan susu 44

11 Penyimpanan susu sebelum proses distribusi 44


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis pembibitan terhadap

kesuksesan peternak 60

2 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis pakan ternak terhadap

kesuksesan peternak 60

3 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis manajemen peternakan

terhadap kesuksesan peternak 60

4 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha kempemimpinan

terhadap kesuksesan peternak 61

5 Hasil korelasi Rank Spearman watak wirausaha pengambil risiko terhadap

kesuksesan peternak 61

6 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha pengambil keputusan

terhadap kesuksesan peternak 61

7 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha perencana bisnis

terhadap kesuksesan peternak 62

8 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha menggunakan waktu

secara efektif terhadap kesuksesan peternak 62

9 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis terhadap kesuksesan

peternak 62

10 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha terhadap kesuksesan

peternak 63

11 Dokumentasi penelitian 64


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia (Wikipedia, 2013). Jumlah pencari kerja (angkatan kerja) di Indonesia menempati porsi hampir setengah dari jumlah penduduk. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2011 adalah 117.37 juta jiwa dan dalam kurun waktu setahun mengalami peningkatan sebanyak 670 ribu jiwa, sehingga tercatat pada Agustus 2012 jumlah angkatan kerja di Indonesia adalah 118.04 juta jiwa. Selanjutnya diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia yang bekerja bertambah 1.1 juta jiwa dari 109.67 juta jiwa pada Agustus 2011 menjadi 110.80 juta jiwa penduduk Indonesia yang bekerja pada Agustus 2012 (BPS, 2013). Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia dapat dikurangi meskipun belum optimal, terbukti bahwa pada Agustus 2012 tercatat jumlah pengangguran di Indonesia adalah 7.24 juta jiwa penduduk. Angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 460 ribu jiwa dari angka sebelumnya pada Agustus 2011 yaitu 7.70 juta jiwa penduduk yang menganggur. Kondisi yang demikian menggambarkan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki banyak potensi untuk membuka lapangan pekerjaan baru bagi penduduk yang mengganggur. Potensi lapangan pekerjaan tersebut dapat dikembangkan dari setiap sektor yang ada di Indonesia ditunjang dengan sikap kewirausahaan yang perlu dikembangkan oleh masyarakat Indonesia.

Menurut Alma (2003), semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha. Perkembangan ekonomi akan lebih mantap jika ditunjang oleh wirausahawan karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasannya. Oleh sebab itu,wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.

Suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2% dari jumlah penduduknya (Buchari Alma, 2003). Indonesia telah jauh tertinggal dalam kuantitas wirausahawan dibandingkan dengan Amerika (15%) dan negara satu regional, Malaysia yang sudah mencapai sekitar 6%. Wirausahawan Indonesia saat ini berjumlah masih sekitar 1%. Oleh karena itu, sudah saatnya kita dituntut mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru melalui kewirausahaan. Kewirausahaan atau wirausaha menurut Joseph Schumpeter adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau


(13)

mengolah bahan baku baru, orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru maupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada (Schumpeter dalam Alma, 2003: 21).

Dipaparkan sebuah fakta bahwa keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori oleh wirausahawan yang melipuri 2% wirausaha skala sedang dan sebanyak 20% dari jumlah penduduknya berwirausaha skala kecil. Inilah kunci keberhasilan pembangunan negara Jepang.(Ranu dalam Alma, 2003: 5). Semakin menjamurnya wirausahawan, maka lapangan pekerjaan pun semakin variatif dan banyak tersedia sehingga masalah pengangguran dapat teratasi.

Banyak potensi yang dapat dikembangkan oleh masyarakat Indonesia untuk mendirikan dan menciptakan suatu usaha sebagai seorang wirausaha. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang memiliki banyak sumberdaya alam yang melimpah dan berpotensi untuk dikembangkan, salah satunya adalah sektor pertanian. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan menempati peringkat kontribusi kedua dalam distribusi PDB atas dasar harga berlaku (2007-2011**), setelah kontribusi peringkat pertama oleh sektor industri.Agribisnis merupakan cara pandang pertanian secara modern dimana sektor pertanian yang meliputi beberapa sub sistem dapat dikembangkan melalui banyak kegiatan usaha mulai dari subsistem hulu hingga subsistem hilir. Salah satu subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan adalah subsektor peternakan. Nilai PDB sub sektor peternakan pada tahun 2008 meningkat sebesar 35.4 triliun dari tahun 2007 yang hanya sekitar 34.2 triliun. Sedangkan laju pertumbuhan sub sektor peternakan pada tahun 2008 juga meningkat sekitar 3.5 persen dari tahun 2007 yang hanya sekitar 2.36 persen (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011). Potensi pembukaan lapangan pekerjaan melalui pengembangan subsektor agribisnis peternakan dapat dilakukan mulai dari kegiatan usaha budidaya, pengolahan, pemasaran, hingga lembaga penunjang.Kondisi yang demikian merupakan gambaran bahwa sub sektor peternakan dapat dijadikan salah satu pilihan untuk berwirausaha.

Sub sektor peternakan dikelompokkan lagi berdasarkan komoditi peternakan yang diusahakannya, salah satunya subsektor peternakan sapi yang kemudian dapat dikelompokkan lagi menjadi peternakan sapi perah dan peternakan sapi pedaging. Komoditi yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi perah adalah susuyang merupakan salah sumber gizi yang termasuk ke dalam Empat Sehat Lima Sempurna. Masyarakat Indonesia membutuhkan susu sebagai salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan untuk menunjang kesehatan. Oleh karena itu, sub sektor peternakan khususnya peternakan sapi perah di Indonesia sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu kegiatan wirausaha agribisnis.

Tabel 1 Populasi ternak di Indonesia tahun 2011 - 2012 (ekor)

Jenis Ternak 2011 2012 Pertumbuhan (%)

Sapi Potong 14824 16034 7.55

Sapi Perah 597 622 3.98

Kambing 16946 17862 5.13


(14)

Lanjutan Tabel 1 Populasi ternak di Indonesia tahun 2011 sampai 2012 (ekor)

Jenis Ternak 2011 2012 Pertumbuhan (%)

Babi 7525 7831 3.91

Kerbau 1305 1378 5.30

Kuda 409 422 3.08

Sumber :Direktorat Jenderal Peternakan

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang berkontribusi besar terhadap PDRB melalui sub sektor peternakan. Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui bahwa kontribusi sub sektor peternakan Provinsi Jawa Barat terhadap PDRB selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pengembangan usaha peternakan sapi perah di Provinsi Jawa Barat diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga diharapkan jumlah wirausaha yang bergerak di bidang peternakan sapi perah akan terus bertambah. Selanjutnya, diharapkan angka pengangguran dapat berkurang sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dapat menjadi lebih baik. Selain itu, kualitas kesehatan masyarakat pun dapat terus meningkat sebagai dampak dari budaya minum susu.

Tabel 2 PDRB peternakan tahun 2006 - 2008 (atas dasar harga berlaku) menurut provinsi (Rp juta)

Provinsi 2006 2007 2008

Sumatera Utara 3294000 3645810 4477000

Lampung 2594660 2939340 3615000

Jawa Barat 7642000 8074430 9852000

Jawa Tengah 7004820 8876200 10271000

Jawa Timur 13951330 15871070 19081000

Sumber : Kementerian Pertanian RI

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi penghasil susu segar terbanyak untuk produksi susu nasional. Tabel 3 menampilkan data mengenai jumlah populasi sapi perah dan jumlah produksi susu di Jawa Barat. Hal ini menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi perah berperan dalam pengembangan perekonomian khususnya Provinsi Jawa Barat.

Tabel 3 Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Jawa Barat Tahun 2008 - 2012 Tahun Populasi Sapi Perah (ekor) Produksi Susu (ton)

2008 111250 225 212

2009 117337 255348

2010 120475 262177

2011 139970 302603

2012 147958 326115


(15)

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang menjadi sentra peternakan sapi perah di Provinsi Jawa Barat. Karakteristik geografis dan demografi beberapa wilayah di Kabupaten Bogor cocok untuk dijadikan sebagai lokasi usaha peternakan sapi perah. Daerah pegunungan dengan suhu udara yang rendah dan tingkat curah hujan yang lebih tinggi dari wilayah lainnya merupakan lokasi yang cocok untuk mengembangkan usaha peternakansapi perah. Hal tersebut merupakan penyesuaian terhadap karakteristik jenis sapi perah yangditernakkan agar sapi lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan lokasi peternakan sehingga mampu berproduksi secara optimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, diketahui bahwa jumlah populasi ternak besar berupa sapi perah selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2008 sampai 2011. Jumlah populasi ternak sapi perah pada tahun 2008 di Kabupaten Bogor yaitu sebanyak 5907 ekor. Jumlah populasi tersebut selalu meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2009 jumlah populasi sapi perah di Kabupaten Bogor mencapai 7131 ekor dan terus meningkat menjadi 7288 ekor pada tahun 2010. Peningkatan jumlah populasi sapi perah di Kabupaten Bogor terus terjadi hingga pada tahun 2011 tercatat ada 8973 ekor sapi perah.

Tabel 4 Populasi sapi perah Kabupaten Bogor tahun 2008 - 2011 (ekor)

Kecamatan 2008 2009 2010 2011

Pamijahan 1071 1138 1404 994

Cibungbulang 890 938 1022 1448

Cisarua 1152 1401 1461 1504

Ciawi 165 89 115 1496

Cijeruk 803 1638 1707 1055

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan, Kabupaten Bogor

Kecamatan Cisarua merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bogor yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan sapi perah. Hal tersebut terlihat dari terus meningkatnya jumlah populasi sapi perah di Kecamatan Cisarua setiap tahunnya, hingga pada tahun 2011 menjadi daerah dengan jumlah populasi ternak sapi perah terbanyak di Kabupaten Bogor. Terdapat 15 kelompok tani ternak di Kecamatan Cisarua, salah satunya adalah Kelompok Ternak Baru Sireum yang terletak di Kampung Darussalam, Desa Cibeureum. Kelompok Ternak Baru Sireum didirikan pada tahun 1999 dengan jumlah ternak sapi perah mencapai 400 ekor pada tahun 2011. Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum hingga saat ini tercatat sebanyak 25 orang peternak sapi perah.

Perumusan Masalah

Konsumsi protein hewani asal ternak di Kabupaten Bogor selalu meningkat setiap tahun. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor pada


(16)

tahun 2010 menargetkan konsumsi protein hewani asal ternak oleh masyarakat Kabupaten Bogor adalah sebesar 5.00 grm/kap/hari. Realisasi pada tahun 2011 ternyata melebihi target yang sudah direncanakan yaitu konsumsi protein hewani asal ternak masyarakat Kabupaten Bogor berhasil mencapai 5.06 grm/kap/hari. Salah satu sumber protein hewani asal ternak adalah susu yang dihasilkan dari kegiatan usaha peternakan sapi perah. Kondisi yang demikian merupakan gambaran bahwa kegiatan usaha peternakan sapi perah berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Bogor, khususnya di Kecamatan Cisarua.

Terdapat 15 kelompok ternak sapi perah di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Salah satu kelompok ternak yang dapat dikatakan sukses mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Cisarua adalah Kelompok Ternak Baru Sireum. Tolak ukur kesuksesan seorang peternak sapi perah adalah dilihat dari kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi oleh hewan ternaknya. Hal tersebut karena semakin baik kualitas susu yang dihasilkan berarti semakin tinggi pula harga per liter dari susunya. Kualitas susu tersebut kemudian berpengaruh terhadap penetapan harga beli susu yang ditetapkan oleh koperasi atau industri pengolahan susu sebagai konsumen. Penetapan harga susu tersebut disesuaikan dengan grade susu berdasarkan hasil uji setiap kali susu yang diproduksi oleh peternak didistribusikan kepada koperasi atau industri pengolahan susu. Semakin tinggi grade susu maka semakin tinggi harga yang harga susunya. Selain itu, kuantitas produksi susu juga menggambarkan kesuksesan seorang peternak sapi perah. Semakin tinggi hasil produksi susu per ekor sapi per harinya maka dapat dikatakan semakin produktif. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas hasil produksi susu berpengaruh terhadap tingkat pendapatan peternak sapi perah. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas produksi susu seorang peternak sapi perah maka semakin tinggi pendapatannya. Selain dilihat dari kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi, kesuksesan seorang peternak sapi perah dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah kepemilikan sapi perahnya dan luas lahan peternakan yang diusahakannya. Meskipun tergabung dalam sebuah kelompok ternak, kesuksesan ke-25 peternak yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum adalah berbeda-beda.

Perbedaaan pencapaian kesuksesan para peternak sebagai seorang wirausaha yang mengusahakan peternakan sapi perah, dipengaruhi oleh cara berternak yang mungkin berbeda-beda. Cara berternak tersebut berkaitan dengan faktor-faktor teknis budidaya sapi perah yang dilakukan oleh setiap peternak. Penggunaan atau pengaplikasian faktor teknis yang tidak sama dilakukan oleh setiap peternak mungkin menyebabkan kesuksesan yang juga tidak sama untuk setiap peternak. Meskipun demikian, ada beberapa peternak yang melalukan cara beternak yang sama tetapi, tetap saja mengalami pencapaian kesuksesan yang berbeda-beda. Faktor teknis dalam peternakan secara garis besar dapat dilihat melalui tiga hal utama yaitu, pembibitan (breeding), pakan ternak (feeding), dan manajemen peternakan. Namun, tidak hanya faktor teknis yang diindikasikan berhubungan dengan perbedaan kesuksesan setiap peternak anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Terdapat kemungkinan bahwa watak para peternak dalam menjalankan usaha peternakan sapi perahnya juga berhubungan dengan kesuksesan mereka. Watak tersebut dapat digambarkan sebagai watak seorang wirausaha dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Setiap peternak memiliki watak yang berbeda-beda, watak wirausaha yang mungkin


(17)

mempengaruhi kesuksesan para peternak tersebut terdiri dari, kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana faktor teknis yang meliputi pembibitan, pakan ternak, dan manajemen peternakan mempengaruhi kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum ?

2. Bagaimana watak wirausaha yang meliputi kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif mempengaruhi kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum ?

Tujuan

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui hubungan faktor-faktor teknis peternakan terhadap kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. 2. Mengetahui hubungan watak-watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi penulis adalah untuk melatih kemampuan analisis penulis serta, pengaplikasian konsep-konsep ilmu pengetahuan yang diterima selama kuliah dengan mengamati gejala praktis yang terjadi di lapangan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para peternak sapi perah anggota Kelompok Ternak Baru Sireum untuk mengetahui sejauh mana faktor teknis peternakan dan watak wirausaha berhubungan dengan kesuksesan usaha seorang peternak sapi perah. Sedangkan untuk perguruan tinggi dan kalangan akademisi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi akademik dan bahan kajian atau acuan untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup

Penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Baru Sireum yang terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, sehingga memiliki batasan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan


(18)

peternak sapi perah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan pengisian kuisioner. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 orang peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman. Adapun faktor teknis peternakan yang dilihat hubungannya dalam penelitian ini terdiri dari tiga indikator meliputi bibit (breeding), pakan (feeding) dan manajemen peternakan. Sedangkan faktor watak wirausaha yang dilihat hubungannya dalam penelitian ini terdiri dari lima indikator meliputi kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif.

TINJAUAN PUSTAKA

Faktor Teknis Peternakan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sembada (2012) dan Juliani (2011), terdapat beberapa faktor penentu yang mempengaruhi keberhasilan peternakan sapi perah. Beberapa faktor penentu tersebut merupakan indikator untuk mengetahui pengetahuan teknis para peternak dalam melakukan usaha beternak sapi perah. Faktor-faktor penentu tersebut meliputi lima aspek sesuai dengan standar penilaian dari Direktorat Jenderal Peternakan (1983), yaitu :

1. Pembibitan dan reproduksi 2. Makanan ternak

3. Pengelolaan

4. Kandang dan peralatan 5. Kesehatan hewan

Penelitian yang dilakukan oleh Sembada (2012), menggunakan prosedur statistika nonparametrik untuk mengukur keterampilan teknis peternak. Kuisioner yang digunakan menggunakan pertanyaan yang bersifat kategorik dengan nilai atau kode yang mengandung levelisasi sehingga data yang diperoleh dapat digolongkan menjadi data ordinal. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

H1 : median suatu sampel = median yang dihipotesiskan H0 : median suatu sampel ≠ median yang dihipotesiskan

Uji ini dilakukan untuk membandingkan nilai hasil pengamatan dengan nilai harapan faktor penentu ternak sapi perah menurut Direktorat Jenderal Peternakan (1983).

Rancangan penelitian yang dilakukan oleh Juliani (2011) adalah dengan melakukan uji chi-square, yakni uji yang menyangkut keselarasan goodness of fit

atau uji kebebasan tentang distribusi empiris atau teoritis. Uji chi-square

digunakan untuk membandingkan hasil pengamatan dengan nilai harapan faktor penentu ternak sapi perah menurut Dirjen Peternakan (1983), pengamatan dilakukan terhadap keterampilan teknis para peternak sapi perah.


(19)

Menurut Afif (2012), dalam penelitiannya mengenai evaluasi aspek produksi peternakan kelinci ada beberapa faktor teknis usaha yang harus diperhatikan. Faktor teknis usaha peternakan kelinci yang diamati dalam penelitian ini meliputi, pemilihan bibit ternak, pakan, perkandangan dan peralatan, penyakit kelinci, reproduksi dan perkawinan, serta tenaga kerja. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebatas analisis deskriptif. Hasil analisis menggambarkan persentase dari frekuensi jumlah peternak yang mengaplikasikan beberapa faktor teknis dalam usaha peternakan kelinci yang dijalankannya.

Faktor Kewirausahaan dalam Usaha Peternakan dan Pertanian

Menurut Karim (2012) berdasarkan penelitian yang dilakukannya kepada anggota Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) sebagai responden, menyatakan bahwa yang memiliki usaha ternak kelinci memiliki tingkat sikap kewirausahaan dalam taraf sedang. Hal ini menunjukkan bahwa peternak kelinci anggota KOPNAKCI bersikap terhadap sembilan aspek pemanfaatan peluang, orientasi hasil, kemampuan berinteraksi, bekerja keras, pengambil risiko, percaya diri, pengendalian diri, keinovatifan, dan kemandirian tergolong rendah.

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman diketahui bahwa peubah-peubah pada faktor internal yang terdiri dari motivasi berusaha, usia, pendidikan, dan pengalaman tidak memiliki korelasi dengan sikap kewirausahaan secara keseluruhan pada taraf kepercayaan 10 persen. Hasil tersebut berdasarkan P-values ecara berturut-turut sebesar 0.170; 0.561; 0.698; 0.594. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi usia, motivasi, pendidikan, dan pengalaman beternak, maka tidak akan selalu diikuti dengan semakin tinggi sikap kewirausahaan. Faktor eksternal memiliki hubungan dengan sikap kewirausahaan secara keseluruhan dalam taraf kepercayaan 10%, yaitu pada peubah pelatihan dan ketersediaan media informasi, sedangkan pada peubah ketersediaan input tidak memiliki korelasi dengan sikap kewirausahaan. Hasil tersebut berdasarkan P-value secara berturut-turut sebesar 0.000; 0.000; 0.460. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pelatihan dan ketersediaan media informasi, maka akan selalu diikuti dengan semakin tinggi pelatihan dan ketersediaan media informasi, maka akan selalu diikuti dengan semakin tinggi sikap kewirausahaan, namun apabila semakin tinggi ketersediaan input maka tidak akan selalu diikuti dengan semakin tinggi tingkat kewirausahaan.

Menurut Seftian (2012), meningkatkan pengetahuan inovasi para petani merupakan salah satu cara dalam upaya pengambil kebijakan yang memiliki kepentingan dalam peningkatan kewirausahaan petani. Melalui peningkatan sumber inovasi yang mendorong adopsi, selanjutnya akan meningkatkan daya saing petani karena yang selanjutnya berdampak pada peningkatan pencapaian dan tingkat inovasi petani. Penelitian ini menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk melihat sejauh mana hubungan antara karakteristik individu mempengaruhi tingkat keputusan adopsi inovasi pada petani sayur di Kecamatan Pengalengan. Karakteristik inidvidu yang dilihat korelasinya adalah usia, lamanya pengalaman usaha tani, tingkat pendidikan, dan luas lahan yang dikuasai oleh


(20)

petani. Tingkat adopsi inovasi pada penelitian yang dilakukan Seftian (2012) berhubungan dengan kondisi karakteristik petani dalam pengambilan keputusannya. Adopsi inovasi yang dapat dilihat adalah inovasi akan pilihan benih, teknologi budidaya, dan sarana produksi pertanian.

Karakteristik Wirausaha

Saputro (2009) melakukan analisis mengenai karakteristik wirausaha terhadap para peternak kambing perah di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan untuk menginterpretasikan karakteristik wirausaha para peternak kambing perah tersebut. Beberapa indikator karakteristik wirausaha yang diukur dalam penelitian ini meliputi, percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, keberanian terhadap risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Indikator-indikator tersebut diukur menggunakan skala Likert yang kemudian dihitung rata-ratanya, metode penghitungan yang digunakan menggunakan statistik deskriptif. Selanjutnya, dilakukan penghitungan mengenai kesesuaian karakteristik wirausaha yang diteliti pada diri para peternak berdasarkan proporsi kesesuaian, dengan nilai tertinggi 100%. Proposi kesesuain dihitung dengan membagi jumlah skor karakteristik setiap peternak dengan jumlah skor maksimum karakteristik wirausaha yang kemudian dikali dengan 100%.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Potensi Usaha Peternakan Sapi Perah

Komoditi utama yang diproduksi dari usaha peternakan sapi perah adalah susu. Susu sapi segar merupakan minuman yang menjadi sumber nutrisi alami yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun. Selain dikonsumsi secara lanngsung dalam bentuk minuman, susu juga dapat dinikmati dalam bentuk olahan lainnya. Pengolahan susu dapat dilakukan oleh para peternak sapi perah sebagai bentuk pengembangan usaha yang dijalankannya. Beberapa produk turunan dari susu yang dapat dihasilkan melalui proses pengolahan antara lain,

yoghurt, kefir, permen caramel susu, tahu susu, kerupuk susu, dan keju. Produk hasil olahan susu tersebut memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari susu sapi segar. Selain itu, juga lebih diminati oleh masyarakat terutama bagi sebagian masyarakat yang kurang suka mengkonsumsi karena baunya yang amis, karena dengan mengkonsumsi hasil olahan susu tersebut mereka masih dapat menikmati dan mendapatkan manfaat dari kandungan gizi dari susu.


(21)

Selain menjual susu sebagai komoditi utama yang dihasilkan sari usaha peternakan sapi perah, para peternak juga mampu mengoptimalkan beberapa komoditi yang berpotensi untuk dikembangkan dari usaha peternakan sapi perah. Menurut Syarif (2011), ada beberapa peluang usaha lain yang berpotensi untuk dikembangkan dari usaha peternakan sapi perah, yaitu :

1. Menjual Sapi Afkir

Sapi perah afkir adalah sapi perah yang tidak produktif, baik karena produksi susunya sudah sedikit, tidak menghasilkan susu, atau karena sejak awal sudah sakit, cacat, atau tidak bisa bunting sehingga tidak dapat melahirkan dan menghasilkan susu. Sapi perah afkir dapat dijual sebagai sapi potong yang dapat dijual ke rumah potong hewan atau pejagalan. Sapi perah biasanya diafkir pada umur sekitar 10 tahun (setelah melahirkan tujuh sampai delapan kali) dan dapat dijual dengan harga enam sampai delapan juta.

2. Menjual Anak Sapi

Anakan yang biasa dijual di peternakan sapi perah bisa berupa anakan jantan atau betina. Selain dijual, sebagian anakan sapi betina dibesarkan sebagai pengganti sapi perah yang sudah ada. Anakan dapat dijual pada umur satu sampai empat bulan atau dibesarkan terlebih dahulu untuk dijual saat hari raya atau momen lain.

Menurut Syarif (2011), dalam satu tahun peternak sapi perah dapat menjual sapi perah jantan dewasa dari hasil kelahiran di peternakannya sebanyak delapan sampai sepuluh ekor dengan harga Rp 12000000 – Rp 16000000 bahkan ada yang mencapai harga Rp 25000000 tergantung bobotnya.

3. Pemanfaatan Limbah Peternakan

Seekor sapi dengan bobot 450 kg dapat menghasilkan limbah berupa feses dan urin sekitar 25 kg per hari. Kotoran sapi ini potensial untuk dijadikan pupuk kandang atau bahan pembentuk biogas, kemudian ampasnya digunakan sebagai pupuk kandang. Oleh karena itu, dapat dilakukan pengolahan limbah dari kotoran sapi secara sederhana sehingga dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai jual, baik dalam bentuk pupuk kandang, kompos, pupuk cair, maupun bahan penghasil biogas.

Jenis-Jenis Sapi Perah

Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi

Milking Shorthorn, Fries Holland, Jersey, dan Brown Swiss. Berikut penjelasan untuk mengenali karakteristik dari masing-masing sapi unggul tersebut :

1. Sapi Milking Shorthorn

Sapi Milking Shorthorn termasuk bangsa sapi tertua yang berasal dari Inggris bagian timur laut di lembah Sungai Thames. Nenek moyang sapi ini adalah Bos (Taurus) typicus prenigenius. Bobot badan ideal jantan 955 kg dengan bobot lahir 34 kg. Awal mulanya sapi ini dikenal sebagai jenis sapi dwiguna (perah dan pedaging). Sapi ini memiliki warna bervariasi dari hampir putih sampai merah semua. Adapula yang berwarna campuran


(22)

merah dan putih. Produksi susu mencapai 5126 kg per laktasi dengan kadar lemak susu 3.65 %.

2. Sapi Fries Holland (FH)

Sapi Fries Holland berasal dari Belanda. Bobot badan ideal sapi FH betina dewasa sekitas 682 kg dan jantan dewasa bisa mencapai 1.000 kg. Bobot anak sapi FH yang baru dilahirkan mencapai 43 kg. Ciri sapi FH antara lain bulunya berwarna belang hitam putih. Di bagian dahi umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga, kaki bagian bawah dan bulu ekornya berwarna putih, serta tanduk pendek dan menjurus ke depan. Sapi FH biasanya lambat dewasa. Sifat sapi ini jinak dan tenang sehingga mudah untuk dikuasai, karena mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, jenis sapi ini mudah ditemui di seluruh penjuru dunia.

3. Sapi Jersey

Jenis sapi ini ditemukan di Pulau Jersey yang terletak di Selat Channel antara Prancis dan Inggris. Nenek moyang dari sapi ini adalah sapi liar Bos

(Taurus) typicus longifrons yang kemudian dikawinsilangkan dengan sapi di Paris dan Normandia (Prancis). Badan sapi jenis ini memiliki badan paling kecil di antara bangsa sapi perah lainnya. Badannya berwarna cokelat muda kadang-kadang ada yang hampir putih atau kuning dan ada yang agak merah, tetapi di bagian-bagian tertentu ada yang berwarna putih. Sapi jantan memiliki warna lebih gelap dibandingkan dengan sapi betina. Kadar lemak susu tinggi sekitar 4.85%. Memiliki sifat gelisah dan bereaksi cepat terhadap rangsangan, tetapi lebih tahan panas. Sapi jenis ini termasuk sapi yang tidak begitu jinak.

4. Sapi Brown Swiss

Jenis sapi Brown Swiss adalah bangsa sapi perah tertua yang berasal dari spesies sapi liar subspesies Bos (Taurus) typicuslongifrons yang berasal dari lereng-lereng gunung di Swiss. Warna bulu cokelat abu muda atau tua, seperti warna tikus. Bulu ekornya berwarna hitam, ukuran badan dan tulangnya cukup besar, hampir sama dengan sapi FH. Sifatnya jinak dan mudah dipelihara, tetapi produksi susunya di bawah sapi FH. Produksi susu rata-rata 5939 per masa laktasi. Susu dari sapi jenis ini biasanya diolah menjadi keju karena kadar lemak pada susu sapi jenis ini relatif rendah.

Manajemen Peternakan Sapi Perah 1. Manajemen Modal

Modal yang besar tidak menjamin keberhasilan beternak sapi perah, jika tanpa diiringi dengan kerja keras, disiplin, kesabaran, dan ketelatenan. Pengelolaan modal yang baik akan menentukan perkembangan peternakan. Ketika akan menjalankan usaha sapi perah, pastikan untuk mengetahui kebutuhan modal untuk membeli berbagai kebutuhan investasi hingga membeli sapi perah, baik sapi dara maupun sapi masa produksi. Perhitungkan juga biaya pakan dan biaya lain yang harus dikeluarkan hingga sapi memasuki masa produksi dan menghasilkan susu sehingga dapat memberikan pemasukan bagi peternakan. Keuntungan usaha yang


(23)

didapatkan sebagian sebaiknya disisihkan untuk pengembangan usaha seperti menambah jumlah indukan dari luar serta disisihkan untuk perbaikan atau penggantian kandang dan berbagai perlengkapan kandang yang mengalami penyusutan karena pemakaian.

2. Manajemen Produksi (Breeding)

Peternak harus mempersiapkan regenerasi indukan di peternakannya agar usaha peternakan sapi perah berkelanjutan. Regenerasi indukan berarti peternakan sapi perah bersangkutan menghasilkan anakan sapi perah betina yang disiapkan untuk menjadi sapi perah pengganti. Regenerasi indukan dapat dilakukan oleh setiap peternakan sapi perah asalkan menggunakan sperma dari pejantan unggul yang bisa didapatkan di balai ternak. Penurunan justru terjadi karena faktor dari luar, seperti kualitas pakan alami atau buatan yang diberikan tidak mencukupi, baik kualitas maupun kuantitas.

3. Manajemen Pakan

Pakan sebaiknya diberikan secara teratur sesuai dengan kebutuhan masing-masing fase pertumbuhan sapi perah. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung pertumbuhan, menjaga berat badan sapi ideal, dan mendukung produktivitas susu. Pastikan juga sapi perah mendapatkan pakan dengan kualitas terbaik agar dapat menghasilkan susu berkualitas secara optimal. Komposisi dan teknis pemberian pakan sebaiknya dilakukan sesuai ketentuan yang ada. Hindari perubahan waktu pemberian pakan yang mendadak.

4. Manajemen Sumberdaya Manusia

Seorang peternak sapi perah harus menganggap tenaga kerja dan sapi yang dimiliki sebagai investasi pada usahanya yang akan selalu memberikan hasil. Oleh karena itu, manajemen karyawan menjadi satu poin penting keberhasilan usaha peternakan sapi perah.

a. Pembagian Kerja

Salah satu sistem pembagian pekerjaan di peternakan dapat dilakukan menggunakan sistem perawatan “paket”. Dua pengurus kandang bertugas merawat delapan sampai sembilan ekor sapi secara bergantian. Pengurus kandang bertugas mengurus segala macam perawatan terhadap beberapa ekor sapi setiap harinya. Penggunaan sistem perawatan semacam ini lebih memudahkan pemantaun kinerja para pengurus kandang, dilihat dari performa dan hasil dari sapi yang dirawat masing-masing pengurus kandang.

b. Operasional Harian Kandang

Pelaksanaan kegiatan operasional harian kandang yang baik dijelaskan pada tabel berikut :


(24)

Tabel 5 Kegiatan harian pengurus kandang

Waktu Kegiatan

05.00 – 06.00 Memandikan sapi dan member pakan complete feed (A) 06.15 – 07.00 Memerah susu dan member pakan rumput (A)

07.00 – 08.00 Istirahat (A)

08.00 – 12.00 Mengambil pakan rumput (A)

12.00 – 13.00 Membersihkan kandang dan memberi pakan complete feed (hanya sapi perah masa produksi) (B)

16.00 – 17.30 Memerah susu dan memberi pakan (A) Keterangan : (A) = pegawai 1

(B) = pegawai 2

5. Manajemen Kesehatan dan Kebersihan

Kesehatan sapi perah yang terjaga menjadi salah satu poin keberhasilan usaha ini. Pasalnya, hanya dalam kondisi sehat seekor sapi perah dapat menghasilkan susu secara optimal dan berkualitas. Demi menjaga kesehatan sapi perah pastikan semua program vaksin dan pemberian obat-obatan pencegah penyakit seperti obat cacing dilakukan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Saat tertentu seperti saat masa kering kandang pastikan juga sapi perah mendapatkan perawatan serta obat kering kandang tepat pada waktunya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Menjaga keberhasilan tubuh sapi perah dan kandang secara teratur juga menjadi langkah pencegahan penyakit. Pastikan juga segala peralatan yang digunakan di peternakan dalam kondisi bersih. Terlebih, perlengkapan untuk memerah susu agar kualitas susu yang dihasilkan tetap baik.

Wirausaha

Menurut Kasmir (2006), pengertian dari wirausaha adalah orang berjiwa besar berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausaha dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Risiko kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka berprinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan, semakin besar risiko keuangan yang bakal dihadapi, semakin besar pula keuntungan yang dapat diraih. Tidak ada istilah rugi selama seseorang melakukan usaha dengan penuh keberanian dan penuh perhitungan.

Menurut Meredith (1989), para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.


(25)

Watak Wirausaha

Menurut Meredith (1989), seorang wirausaha memiliki lima watak yang melekat pada dirinya, yaitu memiliki sikap kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif.

1. Kepemimpinan

Seorang wirausaha adalah seseorang yang mampu memimpin dan memotivasi diri sendiri maupun orang lain. Perilaku mampu memotivasi itu tersebut tercermin dari beberapa hal seperti, mampu membangun harga diri dan keyakinan atas hasil kerja, mampu mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan, menerapkan tindakan, dan mencapai sasaran. Seorang wirausaha juga harus mampu membina kontak pribadi dengan kolega terdekat, mampu menganalisis problemnya, menerapkan prinsip pengukuhan dengan memberi imbalan kepada hasil kerja yang baik, menjadi pendengar aktif, menetapkan tujuan-tujuan khusus kemudian meninjau secara teratur, serta melakukan tindakan korektif agar selalu menyelesaikan tugas dengan efektif.

2. Pengambil Risiko

Pengambil resiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting para wirausaha. Berikut saran-saran untuk mengurangi resiko ditolaknya suatu ide :

a. Terangkan suatu ide kepada orang terdekat, dengan begitu akan mengantarkan kepada suatu topik diskusi yang akan menghasilkan suatu perbaikan.

b. Pilihlah situasi dan kondisi perusahaan yang memungkinkan untuk dapat mengutarakan ide yang dimaksud.

c. Kemukakan ide secara teratur mulai dari konsep total hingga rinciannya.

Dalam setiap kegiatan harus dapat menentukan ada tidaknya suatu resiko di dalam kegiatan tersebut. Jika ingin mengambil resiko harus sudah memiliki rencana pasti dalam memulai tindakan. Kemampuan mengambil resiko seorang wirausaha akan ditingkatkan oleh :

a. Keyakinan pada diri sendiri.

b. Kesediaan menggunakan seluruh kemampuan untuk mengubah keadaan.

c. Menilai suatu resiko secara realistis.

d. Menginovasi barang dan jasa dengan kualitas yang lebih baik. 3. Pengambil Keputusan

Seorang wirausaha harus mampu menjadi seorang pengambil keputusan yang terampil. Semakin seorang berpengalaman dalam pengambilan keputusan, semakin besar pula kepercayaan diri dan akan semakin berorientasi pada tindakan. Selama berwirausaha pasti ada masalah yang dihadapi, berikut cara pemecahan masalah :

a. Kenali persoalan secara umum.

b. Tentukan fakta penting yang berkaitan dengan masalah. c. Identifikasi masalah-masalah utama.

d. Cari penyebab masalah tersebut.


(26)

f. Ambil solusi yang dapat dilaksanakan.

g. Laksanakan cara penyelesaian yang telah disepakati. h. Periksa ketepatan cara penyelasaian yang dilaksanakan.

Setelah mengenali dan menemukan cara pemecahan masalah maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengambil keputusan. Pedoman untuk mengambil keputusan sebagai berikut :

a. Tentukan fakta dari persoalan. b. Identifikasi persoalan.

c. Jauhilah keputusan-keputusan yang akan mengubah secara drastis susunan organisasi awal.

d. Ambil resiko yang sedang, jika terdapat ketidakpastian yang besar. 4. Perencana Bisnis

Terdapat dua macam kegiatan perencanaan dalam bisnis. Pertama, kegiatan yang mencakup tugas-tugas seperti hubungan dalam aspek finansial dan hukum bisnis. Kedua, aspek bisnis yang dianggap rutin, seperti laporan keuangan, revisi anggaran, memanajemen produksi dan pemasaran. Maksud utama perencanaan adalah agar mendapat informasi yang tepat di waktu yang tepat, sehingga mengambil keputusan yang tepat. Perencanaan yang baik dapat dilihat dalam perumusan tujuan dan sasaran yang spesifik. Perencanaan bisnis terbagi dua yaitu, perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan merupakan tanggung jawab dari semua anggota organisasi. Perencanaan bisnis mencakup penentuan prioritas. Perencanaan untuk perluasan menjadi faktor utama dalam menentukan sukses yang akan datang dari sebuah perusahaan.

5. Menggunakan Waktu Secara Efektif

Penetapan tujuan harian penting bagi suatu usaha. Semua tujuan harus dijadwalkan. Setiap tujuan ditetapkan batas waktunya sesuai dengan urutan kepentingannya. Seorang wirausaha harus menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Waktu merupakan salah satu harta perusahaan yang paling penting. Seorang wirausaha harus mengenal masalah utama yang dihadapi perusahaan dan menanganinya menurut urutan prioritasnya, dengan mendahulukan masalah jangka pendek daripada jangka panjang.

Kesuksesan Usaha

Menurut Riyanti (2003), menyatakan bahwa unsur terpenting di balik keberhasilan usaha adalah keterampilan wirausaha untuk mengenali pasar khusus dan mengembangkan suatu usaha di pasar tersebut. Begitu pula disebutkan bahwa keberhasilan usaha diukur dari tingkat kemajuan yang dicapai perusahaan dalam hal akumulasi modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perbaikan sarana fisik, perluasan usaha, dan kepuasan karyawan. Keberhasilan seorang wirausaha tidak semata-mata diukur dalam bentuk uang, tetapi juga melihat kemajuan dalam proses bisnis internal perusahaan dan kepuasan kerja karyawan. Ukuran kesuksesan seorang wirausaha antara lain adalah :

1. Kelangsungan usaha.

2. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. 3. Meningkatkan kesejahteraan keluarga.


(27)

4. Meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk.

Menurut Syahrial (2003), sukses adalah kemampuan mengenal potensi diri dan mengoptimalkan potensi tersebut. Pribadi yang sukses adalah pribadi yang mendayagunakan potensinya sehingga bermanfaat bagi orang banyak. Dimensi kesuksesan menurut Syahrial, di antaranya :

1. Mengenal potensi diri dan mengoptimalkannya.

2. Tidak diukur secara materi, kekuasaan, atau status sosial. 3. Diukur dari nilai manfaatnya bagi orang lain.

4. Tetap dikenang secara luas meski sudah meninggal. Sedangkan faktor-faktor kondusif untuk sukses, antara lain : 1. Keluarga yang harmonis dan demokratis.

2. Pendidikan formal dan non formal.

3. Pergaulan dengan teman-teman yang sukses. 4. Lingkungan masyarakat yang kondusif.

Faktor-faktor penghambat untuk meraih sukses berupa : 1. Adanya sikap tidak percaya diri.

2. Mental yang cepat puas, santai, feodal.

3. Sistem pendidikan nasional yang kurang memperhatikan sikap kritis, keberanian, dan kreativitas siswa.

4. Sistem politik yang cenderung represif.

Kerangka Pemikiran Operasional

Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia semakin hari semakin meningkat, sesuai dengan informasi yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan pada tahun 2009 menyatakan bahwa peningkatan rata-rata konsumsi susu masyarakat Indonesia mencapai 1267115 ton. Namun, diketahui bahwa rata–rata produksi susu sapi di Indonesia hanya 578180 ton. Kondisi yang demikian merupakan peluang yang harus ditangkap dan dijadikan salah satu alasan untuk mendirikan atau mengembangkan usaha peternakan sapi perah.

Kabupaten Bogor merupakan salah daerah yang berkontribusi terhadap produksi susu nasional. Salah satu wilayah di Kabupaten Bogor yang merupakan sentra peternakan sapi perah adalah Kecamatan Cisarua. Lokasi sentra peternakan sapi perah ini dekat dengan salah satu Industri Pengolahan Susu (IPS), yaitu Cimory. Setiap harinya Cimory membutuhkan suplai susu sapi segar sebagai bahan baku produksinya. Kontinuitas kebutuhan Cimory akan susu sebagai bahan baku produksi merupakan peluang pasar yang juga dijadikan sebagai alasan pendirian atau pengembangan usaha sapi perah di kawasan ini. Anggota Kelompok Ternak Baru Sireum juga memasarkan hasil produksi susunya ke IPS Cimory melalui KUD Giri Tani. Pendistribusian melalui KUD Giri Tani dilakukan karena hasil produksi susu masing-masing peternak tidak mencapai jumlah minimal yang ditetapkan oleh IPS Cimory kepada para pemasoknya. Hanya ada satu anggota Kelompok Ternak Baru Sireum yang memenuhi syarat tersebut sehingga mampu secara mandiri memasarkan langsung hasil produksi susunya ke IPS Cimory, yaitu Erif Farm. Di satu sisi, pengumpulan susu melalui


(28)

KUD Giri Tani menguntungkan bagi para peternak karena adanya kepastian pasar dari hasil produksi para peternak tersebut. Namun, harga yang diberlakukan oleh KUD kepada para peternak disamaratakan dan tidak terlalu tinggi. Hal ini terjadi karena uji laboratorium terhadap susu yang diterima oleh IPS Cimory melalui KUD Giri Tani dilakukan pada susu hasil pengumpulan, bukan terhadap susu produksi masing-masing peternak. Selain itu, jumlah susu yang yang mampu diproduksi oleh setiap peternak belum mampu memenuhi syarat minimal yang ditetapkan oleh IPS Cimory kepada pemasok, sehingga hampir seluruh anggota Kelompok Ternak Baru Sireum memasarkan hasil produksi susunya melalui KUD Giri Tani.

Proses pemasaran susu pada Kelompok Ternak Baru Sireum menggambarkan bahwa sebagian besar para peternak belum mampu memproduksi susu dengan kualitas maupun kuantitas yang optimal. Tolak ukur kesuksesan seorang peternak sapi perah dalam menjalankan usahanya dapat dinilai dari kualitas dan kuantitas susu yang diproduksinya. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas susu yang diproduksinya maka akan semakin tinggi pula tingkat pendapatan peternak tersebut, dengan tingkat pendapatan yang cukup tinggi tersebut maka seorang peternak sapi perah dapat dikatakan sukses karena hasil pendapatan dari usaha peternakan sapi perahnya para peternak tersebut dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perbedaan tingkat pendapatan setiap peternak sapi perah menggambarkan bahwa kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi oleh setiap peternak pun berbeda-beda. Perbedaan kualitas dan kuantitas hasil produksi susu sudah pasti berhubungan dengan faktor-faktor teknis peternakan sapi perah yang dilakukan oleh para peternak. Beberapa faktor teknis yang mampu berhubungan terhadap perbedaan hasil produksi susu setiap peternak sapi perah antara lain berkaitan dengan pembibitan, pakan ternak, dan manajemen peternakan

Kesuksesan yang dapat diraih oleh para pelaku usaha tidak seutuhnya hanya berhubungan dengan faktor-faktor teknis yang berkaitan dengan usahanya, melainkan ada faktor lain seperti watak kewirausahaan yang dimiliki oleh para pelaku usaha tersebut. Begitu pula halnya seperti para peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum, pelaksanaan teknis peternakan dengan baik tidak serta merta menjamin kualitas dan kuantitas hasil produksi susu mereka. Ada faktor-faktor non teknis yang diinidikasikan berhubungan dan menyebabkan perbedaan kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi oleh setiap peternak, faktor non teknis tersebut merupakan watak kewirausahaan yang dimiliki oleh setiap peternak dalam menjalankan usaha peternakan sapi perahnya. Watak wirausaha merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan kesuksesan seorang peternak dalam mengusahakan peternakan sapi perah. Berdasarkan sumber referensi terdapat beberapa watak yang mampu menggambarkan kewirausahaan seseorang yaitu, kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi beberapa faktor tersebut terhadap tingkat kesuksesan peternak sapi perah, baik faktor teknis maupun faktor non-teknis seperti watak wirausaha. Bagan kerangka pemikiran operasional untuk penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 1.


(29)

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional hubungan faktor teknis dan watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak pada kelompok ternak Baru Sireum

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sebuah kelompok ternak, yaitu Kelompok Ternak Baru Sireum yang berlokasi di Kampung Darussalam RT.03/06 Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan Kelompok Ternak Baru Sireum sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive

(sengaja) berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain karena Baru Peluang Usaha Peternakan Sapi Perah

Kelompok Ternak Baru Sireum

Perbedaan Kualitas dan Kuantitas Produksi Susu Setiap Anggota Kelompok Ternak

Faktor TeknisPeternakan : 1. Pembibitan

2. Pakan ternak

3. Manajemen peternakan

Faktor Watak Kewirausahaan : 1. Kepemimpinan

2. Pengambil risiko 3. Pengambil keputusan 4. Perencana bisnis

5. Menggunakan waktu secara efektif

Kesuksesan Peternak Sapi Perah pada Kelompok Ternak Baru Sireum 1. Kelangsungan usaha.

2. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. 3. Meningkatkan kesejahteraan keluarga.

4. Meningkatkan kualitas hidup bagi para pemakai produk. Korelasi Faktor Teknis dan Faktor WatakKewirausahaan Terhadap


(30)

Sireummerupakan salah satu kelompok ternak sapi perah terbaik di Kabupaten Bogor. Kegiatan penelitian yang dilakukan di lokasi peternakan antara lain meliputi kegiatan pengumpulan data untuk keperluan pengolahan data dan kegiatan turun lapang sebagai bentuk observasi penelitian. Seluruh kegiatan penelitian tersebut akan dilakukan selama empat bulan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April tahun 2013.

Data dan Sumber Data

Penggunaan data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, baik data yang bersifa kuantitatif maupun data yang bersifat kualitatif. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian dengan cara melakukan wawancara langsung dan pengamatan langsung selama penelitian. Wawancara dilakukan dengan seluruh anggota Kelompok Ternak Baru Sireum dengan berpedoman pada kuisioner. Proses pengumpulan data primer dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kesuksesan para peternak sapi perah anggota Kelompok Ternak Baru Sireum. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari kumpulan-kumpulan literatur atau referensi dan beberapa sumber lain yang merupakan instansi-instansi yang berhubungan dengan objek penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan terdiri atas, data historis perusahaan, data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, jurnal peternakan dan literatur lainnya relevan dengan objek penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara, observasi dan diskusi. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kuisioner dalam bentuk tanya jawab langsung dengan narasumber yaitu, para peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di kawasan kelompok ternak untuk memperoleh informasi dan data sebagai pelengkap dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Teknik diskusi dilakukan dengan membahas hasil dari wawancara dan observasi, diskusi dilakukan langsung dengan ketua maupun anggota kelompok ternak.


(31)

Metode Penentuan Responden

Pemilihan sampel sebagai responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling. Penggunaan metode ini juga sering disebut sebagai pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan. Peneliti memiliki beberapa pertimbangan yang dijadikan sebagai alasan dalam memilih dan menentukan sampel sebagai responden dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknik sensus sebagai teknik pengumpulan data, yaitu teknik pemilihan responden yang merupakan anggota populasi dalam suatu kelompok.

Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif pada penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan kesuksesan yang telah dicapai oleh para peternak sapi perah yang tergabung dalam Kelompok Ternak Baru Sireum. Sedangkan analisis kuantitatif pada penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan kesuksesan peternak sapi perah serta faktor-faktor yang berkolerasi dengannya. Data yang diperoleh melalui kuisioner kemudian akan diolah menggunakan Microsoft Excel

dan IBM SPSS Statistics 20.

Analisis Deskriptif

Pada penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan tingkat kesuksesan peternak sapi perah anggota Kelompok Ternak Baru Sireum yang dipengaruh oleh beberapa faktor. Dengan demikian dapat diketahui korelasi dari setiap faktor-faktor tersebut terhadap para peternak sapi perah.

Nazir (2011) menyatakan bahwa analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Cara pengumpulan data untuk analisis deskriptif ini menggunakan teknik wawancara dengan bantuan kuisioner.

Satori (2009), langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau setting social terjawantah dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya, data, fakta yang dihimpun berbentuk kata atau gambar daripada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Dalam menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi kutipan-kutipan dari data/fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan.


(32)

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengolahan data mengenai tingkat kesuksesan peternak sapi perah dan analisis korelasi Rank Spearman. Penelitian ini menggunaka analisis korelasi Rank Spearman untuk mengetahui faktor teknis peternakan sapi perah dan faktor watak dan karakteristik kewirausahaan yang berhubungan dengan kesuksesan peternak sapi perah.

1. Tingkat Kesuksesan

Pengukuran tingkat kesuksesan peternak sapi perah dilakukan menggunakan Skala Likert. Setiap respon responden dihitung berdasarkan skor yang kemudian dijumlahkan (summated ratting). Hasil penjumlahan skor tersebut merupakan skor total yang digunakan untuk menafsirkan posisi responden dalam Skala Likert. Penghitungan Skala Likert menggunakan ukuran ordinal sehingga skor total hanya dapat dibuat

rangking. Menurut Nazir (2011), dengan menggunakan Skala Likert tidak dapat diketahui berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya dalam skala. Skor atau bobot yang digunakan terdiri dari lima peringkat nilai, yaitu :

a. Jawaban Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Jawaban Tidak setuju diberi skor 2 c. Jawaban Cukup setuju diberi skor 3 d. Jawaban Setuju diberi skor 4 e. Jawaban Sangat setuju diberi skor 5 2. Analisis Korelasi Rank Spearman

Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Rank Spearman karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur berdasarkan skala ordinal. Variabel X yang digunakan dalam penelitian ini berupa faktor-faktor teknis peternakan sapi perah dan faktor-faktor-faktor-faktor watak karakteristik kewirausahaan. Variabel Y dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai tingkat kesuksesan peternak sapi perah. Analisis korelasi Rank Spearman

digunakan untuk mengetahui derajat korelasi antara kedua variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Prosedur untuk mencari koefisien korelasi

Spearman adalah sebagai berikut:

a. Aturlah pengamatan dari kedua variabel dalam bentuk ranking. b. Cari beda dari masing-masing pengamatan yang sudah

berpasangan.

c. Hitung koefisien korelasi Spearman dengan rumus : dimana :

r = 1

6

d

N

N

d1 = beda antara 2 pengamatan berpasangan N = total pengamatan


(33)

Koefisien korelasi merupakan pengukuran tentang keeratan hubungan antara dua peubah yaitu, X dan Y, dan derajat keeratan tersebut tergantung pada variasi yang bersifat simultan dari peubah X dan Y. Jika nilai P-value lebih kecil dari derajat alpha ( α = 5%), berarti tolak H0. Menurut Firdaus et al. (2011), secara deskriptif nilai rs dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori. Pilihan banyak kategori ditentukan secara subjektif, namun pada umumnya nilai rs dikategorikan menjadi lima kategori berikut ini:

1. Bila 0 <|rs| < 0.2, maka kedua variabel dikategorikan berkolerasi sangat lemah

2. Bila 0.2 ≤|rs| < 0.4, maka kedua variabel dikategorikan berkolerasi lemah 3. Bila 0.4 ≤|rs| < 0.6, maka kedua variabel dikategorikan berkolerasi sedang 4. Bila 0.6 ≤|rs| < 0.8, maka kedua variabel dikategorikan berkolerasi kuat 5. Bila 0.8 ≤|rs| < 1, maka kedua variabel dikategorikan berkolerasi sangat

kuat

Definisi Operasional

Hubungan faktor teknis terhadap kesuksesanpeternak diukur menghitung jumlah skor dari indikator-indikator yang meliputi reproduksi dan pembibitan, pakan ternak, dan manajemen. Pengukuran dirumuskan berdasarkan pernyataan yang menggunakan skala berjenjang dengan menyediakan lima alternatif pilihan jawaban dengan skala satu sampai lima. Alternatif jawaban yang disediakan meliputi, sangat setuju dengan skor lima (5), setuju dengan skor empat (4), ragu-ragu diberi skor tiga (3), tidak setuju dengan skor dua (2), dan sangat tidak setuju dengan skor satu (1).

1. Reproduksi dan pembibitan, adalah proses atau cara menghasilkan sapi sehat yang terbebas dari infeksi penyakit yang berasal dari induk dengan histori unggul, serta mampu menghasilkan sapi yang profitable.

2. Pakan ternak, adalah segala hal mengenai pakan yang diberikan kepada ternak mulai dari komposisi pembuatan pakan, jadwal pemberian pakan, jumlah pemberian pakan, serta kombinasi pakan bagi ternak.

3. Manajemen peternakan, meliputi proses pemeliharaan ternak, kesehatan ternak, kebersihan kandang dan ternak, pemilihan jenis dan pemeliharaan kandang, peralatan produksi, kegiatan pasca produksi, kegiatan proses pemasaran hasil produksi ternak, serta sumberdaya manusianya.

Pengukuran mengenai hubungan watak kewirausaahaan terhadap kesuksesan peternak juga dilakukan dengan cara yang sama. Indikator-indikator watak kewirausahaan yang dihitung menggunakan skor meliputi, kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, dan menggunakan waktu secara efektif.

1. Kepemimpinan, adalah mampu memotivasi diri sendiri maupun orang lain, mampu mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, mampu menganalisis problemnya, menjadi pendengar yang aktif, serta melakukan tindakan korektif.


(34)

2. Pengambil risiko, adalah memiliki kemampuan untuk menentukan ada tidaknya suatu risiko di dalam kegiatan yang sedang dilakukan, serta memiliki rencana yang pasti dalam memulai tindakan.

3. Pengambil keputusan, adalah mampu menentukan fakta dari persoalan, mampu mengidentifikasi persoalan, dan mampu mempertimbangkan dampak dari keputusan yang diambil.

4. Perencana bisnis, adalah memanfaatkan informasi yang tepat di waktu yang tepat, mampu membuat perumusan tujuan dan sasaran yang spesifik, mampu menentukan prioritas, serta mengutamakan perencanaan perluasan usaha.

5. Menggunakan waktu secara efektif, adalah memiliki tujuan yang dijadwalkan sesuai dengan urutan kepentingan, menangani masalah utama menurut urutan prioritasnya, dan mendahulukan masalah jangka pendek.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan faktor teknis peternak sapi perah (pembibitan, pakan ternak, manajemen peternakan) dan faktor watak dan karakteristik wirausaha (kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, perencana bisnis, pengguna waktu secara efektif), dengan kesuksesan peternak sapi perah (kelangsungan usaha, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan kualitas hidup para pengguna produk). Hipotesis penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Terdapat korelasi yang nyata antara reproduksi dan pembibitan dengan kesuksesan peternak sapi perah.

2. Terdapat korelasi yang nyata antara pakan ternak dengan kesuksesan peternak sapi perah.

3. Terdapat korelasi yang nyata antara manajemen dengan kesuksesan peternak sapi perah.

4. Terdapat korelasi yang nyata antara kepemimpinan dengan kesuksesan peternak sapi perah.

5. Terdapat korelasi yang nyata antara pengambil risiko dengan kesuksesan peternak sapi perah.

6. Terdapat korelasi yang nyata antara pengambil keputusan dengan kesuksesan peternak sapi perah.

7. Terdapat korelasi yang nyata antara perencana bisnis dengan kesuksesan peternak sapi perah.

8. Terdapat korelasi yang nyata antara menggunakan waktu secara efektif dengan kesuksesan peternak sapi perah.

9. Terdapat korelasi yang nyata antara ketiga faktor teknis dengan kesuksesan peternak sapi perah.

10.Terdapat korelasi yang nyata antara kelima watak wirausaha dengan kesuksesan peternak sapi perah.


(35)

GAMBARAN UMUM

Deskripsi Lokasi

Kelompok Ternak Baru Sireum berlokasi usaha di Kampung Darussalam RT 03/ RW 06, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Luas wilayah Desa Cibeureum adalah 1128.62 Ha, dengan jumlah penduduk 14163 jiwa (angka sementara) pada tahun 2012. Desa Batu Layang merupakan batas wilayah sebelah utara dari Desa Cibeureum, sedangkan Kabupaten Cianjur merupakan batas wilayah sebelah selatan dari Desa Cibeureum. Batas wilayah sebelah timur dari Desa Cibeureum adalah Desa Tugu Selatan dan batas wilayah sebelah barat dari Desa Cibeureum adalah Desa Citeko. Desa Cibeureum termasuk ke dalam wilayah pengembangan pariwisata, kawasan lindung perkebunan, pertanian, peternakan, dan konservasi hutan. Hal tersebut sesuai dengan Peta Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor yang diatur dalam Kepres No. 3 Tahun 1986 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Desa Cibeureum secara geografis berada pada ketinggian 925 meter dari permukaan laut. Suhu minimum untuk wilayah Desa Cibeureum adalah 18oC, sedangkan suhu maksimum untuk wilayah Desa Cibeureum adalah 22oC. Pusat pemerintahan Desa Cibeureum terletak sejauh 82 km dari ibukota Negara. Sedangkan jarak Desa Cibeureum dengan ibukota Provinsi adalah sejauh 93 km. Curah hujan di Desa Cibeureum dalam jumlah hari dengan curah hujan terbanyak adalah 90mm/hari sampai 100 mm/hari. Debit curah hujan di wilayah Desa Cibeureum mencapai 2600/4600 mm/tahun (Pemkab Bogor, 2012).

Kelompok Ternak Baru Sireum

Kelompok Ternak Baru Sireum didirikan pada tahun 1990 atas inisiatif dan gagasan dari Bapak Erif Kemal Syarif. Beliau merupakan ketua dari Kelompok Ternak Baru Sireum semenjak awal pendiriannya hingga saat ini. Pada awal pendiriannya Bapak Erif Kemal Syarif dibantu oleh Bapak Kakay Zakaria sebagai sekretaris dan Bapak Bapak Ajum Suparman sebagai bendahara. Kelompok Ternak Baru Sireum telah beberapa kali mengalami pergantian kepengurusan, saat ini tugas sekretaris dalam kepengurusan kelompok ternak dilakukan oleh Bapak Komarudin, sedangkan ketua dan bendahara tetap seperti pada saat awal pendirian. Jumlah anggota kelompok pada awal pendirian terdiri dari 10 orang peternak sapi perah. Pada tahun 2010, jumlah peternak sapi perah yang menjadi anggota Kelompok Ternak Baru Sireum adalah sebanyak 17 anggota. Hingga saat ini anggota Kelompok Ternak Baru Sireum tercatat sudah terdiri dari 25 anggota yang merupakan peternak sapi perah.

Lokasi usaha peternakan sapi perah para anggota Kelompok Ternak Baru Sireum terpusat di Kampung Darussalam RT 03/ RW 06, Desa Cibeureum,


(36)

Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Namun, ada beberapa peternak sapi perah yang berlokasi di desa lain yaitu, di Desa Paragajen. Berdasarkan lokasi usaha peternakannya maka Kelompok Ternak Baru Sireum tercatat menjadi anggota dari KUD Giri Tani. Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan kelompok tani atau ternak yang tergolong ke dalam kelas kelompok pemula kelompok ternak sapi perah. Kelompok Ternak Baru Sireum merupakan kelompok ternak yang berprestasi, terbukti dengan sudah beberapa kali kelompok ternak ini menjuarai kejuaran atau kontes peternakan baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Pada tahun 2011, Kelompok Ternak Baru Sireum berhasil menjadi Juara 1 Lomba Peternakan Tingkat Provinsi sehingga mendapatkan bantuan subsidi satu ekor sapi perah untuk setiap anggota kelompok ternak sebagai hadiah dari kejuaraan tersebut. Beberapa prestasi lainnya yang pernah diraih oleh Kelompok Ternak Baru Sireum ini yaitu, Juara 1 Kontes Sapi Perah Umur 36 – 48 Bulan Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2010, Juara 1 Kontes Ternak Sapi perah Umur 24 – 30 Bulan tingkat provinsi Jawa Barat Tahun 2009, dan Juara UMKM Pengolah Hasil Peternakan Berprestasi Tingkat Kabupaten Bogor Tahun 2009.

Selain itu, Kelompok Ternak Baru Sireum juga mendirikan dan mengembangkan kegiatan untuk para istri dari para peternak sapi perah yang diberi nama Kelompok Wanita Tani Cibeureum Asri (KWT Cibeureum Asri). KWT Cibeureum Asri ini melakukan berbagai macam pengolahan dari susu sapi perah. Beberapa produk olahan yang diproduksi oleh KWT Cibeureum Asri antara lain, kembang goyang susu, stick susu, karamel susu, dan keripik bawang susu. Produk olahan tersebut cukup berkembang dan dapat diterima oleh pasar sehingga kegiatan produksi pengolahan susu oleh KWT Cibeureum Asri terus dilanjutkan hingga saat ini sebagai sumber pendapatan tambahan bagi rumah tangga para peternak sapi perah.

Visi dan Misi

Kelompok Ternak Baru Sireum memiliki motto “Kita Juga Bisa!”. Visi dari Kelompok Ternak Baru Sireum adalah “mewujudkan peningkatan produktivitas ternak dan peternak sapi perah untuk menuju hidup sejahtera”. Sedangkan misi dari Kelompok Ternak Baru Sireum, yaitu :

1. Berbagi ilmu beternak sapi perah ke sesama peternak, calon peternak dan masyarakat luas.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk gemar minum susu segar. 3. Menyediakan pangan bergizi dengan harga terjangkau, dalam rangka turut


(37)

Karakteristik Kelompok Ternak Baru Sireum

Skala Usaha

Skala usaha setiap peternak sapi perah anggota Kelompok Ternak Baru Sireum adalah berbeda-beda. Menurut Mandaka (2005), pembagian skala usaha peternakan sapi perah dapat didasari melalui jumlah kepemilikan sapi laktasi. Peternak usaha skala kecil memiliki sapi laktasi sebanyak kurang dari empat ekor, peternak usaha skala menengah memiliki sapi laktasi sebanyak empat sampai tujuh ekor, dan peternak usaha skala besar memiliki sapi laktasi sebanyak lebih dari tujuh ekor.

Tabel 6 Data anggota Kelompok Ternak Baru Sireum berdasarkan skala usaha Skala Usaha Nama Peternak Jumlah Sapi Laktasi (ekor)

Skala Usaha Besar

H. Erif Kemal Syarif 200

Sofyan Yasir 113

H. Jawahir 110

drh. M. D. Satriyo 21

Nafis 21

Hj. Tuti Sulastri 15

Skala Usaha Menengah

Komarudin A. 6

Ajum 6

Ajam 7

Eman 4

Kakay 7

Utar 5

Ujang Miftahudin 6

Irma Ismail 4

Mamat 4

Aos 6

Ocih 6

H. Oleh 7

Dede Herman 6

Eko Haryanto 6

Apang 5

Sri Mukti 6

Abun 6

Skala Usaha Kecil Anwar 3

Ulloh 3

Sumber : KTTSP Baru Sireum (diolah)

Pengelompokkan anggota Kelompok Ternak Baru Sireum tersebut disajikan secara terperinci dalam Tabel 6. Berdasarkan pengelompokan tersebut, sebanyak 24% peternak sapi perah yang termasuk anggota Kelompok Ternak Baru Sireum tergolong peternak usaha skala besar yaitu, berjumlah enam orang


(1)

Lampiran 1 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis pembibitan terhadap kesuksesan peternak

Correlations

kesuksesan pembibitan

Spearman's rho

kesuksesan

Correlation Coefficient 1.000 .109

Sig. (1-tailed) . .302

N 25 25

pembibitan

Correlation Coefficient .109 1.000

Sig. (1-tailed) .302 .

N 25 25

Lampiran 2 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis pakan ternak terhadap kesuksesan peternak

Correlations

kesuksesan pakan

Spearman's rho

kesuksesan

Correlation Coefficient 1.000 .571**

Sig. (1-tailed) . .001

N 25 25

pakan ternak

Correlation Coefficient .571** 1.000

Sig. (1-tailed) .001 .

N 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Lampiran 3 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis manajemen peternakan terhadap kesuksesan peternak

Correlations

kesuksesan manajemen

Spearman's rho

kesuksesan

Correlation Coefficient 1.000 .462*

Sig. (1-tailed) . .010

N 25 25

manajemen peternakan

Correlation Coefficient .462* 1.000

Sig. (1-tailed) .010 .

N 25 25


(2)

Lampiran 4 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha kempemimpinan terhadap kesuksesan peternak

Correlations

kesuksesan kepemimpinan

Spearman's rho

kesuksesan

Correlation Coefficient 1.000 .456*

Sig. (1-tailed) . .011

N 25 25

kepemimpinan

Correlation Coefficient .456* 1.000

Sig. (1-tailed) .011 .

N 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Lampiran 5 Hasil korelasi Rank Spearman watak wirausaha pengambil risiko terhadap kesuksesan peternak

Correlations

kesuksesan pengambilrisiko

Spearman's rho

kesuksesan

Correlation Coefficient 1.000 .232

Sig. (1-tailed) . .132

N 25 25

pengambil risiko

Correlation Coefficient .232 1.000

Sig. (1-tailed) .132 .

N 25 25

Lampiran 6 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha pengambil keputusan terhadap kesuksesan peternak

Correlations

kesuksesan pengambilkeputusan

Spearman's rho

kesuksesan

Correlation Coefficient 1.000 .152

Sig. (1-tailed) . .235

N 25 25

pengambilk eputusan

Correlation Coefficient .152 1.000

Sig. (1-tailed) .235 .


(3)

Lampiran 7 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha perencana bisnis terhadap kesuksesan peternak

Correlations

kesuksesan perencanabisnis

Spearman's rho

kesuksesan

Correlation Coefficient 1.000 .701**

Sig. (1-tailed) . .000

N 25 25

perencanabisnis

Correlation Coefficient .701** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Lampiran 8 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha menggunakan waktu secara efektif terhadap kesuksesan peternak

Correlations

kesuksesan waktuefektif

Spearman's rho

kesuksesan

Correlation Coefficient 1.000 .418*

Sig. (1-tailed) . .019

N 25 25

waktuefektif

Correlation Coefficient .418* 1.000

Sig. (1-tailed) .019 .

N 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Lampiran 9 Hasil korelasi Rank Spearman antara faktor teknis terhadap kesuksesan peternak

Correlations

Kesuksesan faktorteknis

Spearman's rho

kesuksesan

Correlation Coefficient 1.000 .611**

Sig. (1-tailed) . .001

N 25 25

faktor teknis

Correlation Coefficient .611** 1.000

Sig. (1-tailed) .001 .

N 25 25


(4)

Lampiran 10 Hasil korelasi Rank Spearman antara watak wirausaha terhadap kesuksesan peternak

Correlations

kesuksesan watakwirausaha

Spearman's rho

kesuksesan

Correlation Coefficient 1.000 .564**

Sig. (1-tailed) . .002

N 25 25

watakwirausaha

Correlation Coefficient .564** 1.000

Sig. (1-tailed) .002 .

N 25 25


(5)

(6)

Lampiran 12Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 November 1989. Penulis adalah putri tunggal dari ayah Asep Roesprasetyanto dan ibu Dora Susana Gerapiet. Tahun 2008, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur penerimaan reguler. Penulis diterima di Program Keahlian Manajemen Agribisnis, Program Diploma. Selama mengikuti perkuliahan di Program Diploma, penulis berhasil mendapatkan Beasiswa Supersemar pada tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011. Penulis menyelesaikan tugas akhir berjudul Kajian Pengembangan Bisnis Pendirian Unit Bisnis Susu Pasteurisasi secara Homemade pada Erif Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat untuk mendapatkan gelar A.Md. Penulis lulus dengan predikat Sangat Memuaskan pada jenjang pendidikan D3 IPB.

Pada tahun 2011, penulis kembali diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan Strata 1. Penulis diterima di Program Pendidikan Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan di Program Pendidikan Alih Jenis Agribisnis, penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa. Karya tulis dengan judul Penggunaan Spinner dari Pengering Mesin Cuci Bekas Guna Efisiensi Usaha Pengolahan Abon Ikan Patin Skala Rumah Tangga untuk Program Kreativitas Mahasiswa dengan bidang kegiatan PKM-AI berhasil diselesaikan secara berkelompok dengan rekan mahasiswa lainnya.