Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat

(1)

RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA

PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

RYANDI SIMANJUNTAK

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat ” adalah karya saya sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013 Ryandi Simanjuntak H34114005


(4)

ABSTRAK

RYANDI SIMANJUNTAK. Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang potensial dikembangkan di Indonesia. Ayam ras pedaging merupakan komoditas dari sektor peternakan yang berkembang dengan pesat di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Sama seperti usaha agribisnis lainnya peternakan ayam ras pedaging menghadapi risiko produksi berupa mortalitas ayam pada setiap periode produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, menganalisis probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi dan merumuskan alternatif strategi dalam rangka mengurangi probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan. Metode yang digunakan untuk menghitung probabilitas dan dampak dari sumber risiko adalah

z-score dan Value at Risk (VaR). Sumber risiko produksi pada peternakan di Kecamatan Pamijahan adalah cuaca, hama dan predator, penyakit dan gangguan lingkungan. Berdasarkan Probabilitas, sumber risiko yang memiliki probabilitas terbesar adalah sumber risiko hama dan predator sedangkan sumber risiko yang memiliki probabilitas terendah adalah gangguan lingkungan. Dampak terbesar disebabkan oleh sumber risiko penyakit sedangkan sumber risiko yang memiliki dampak terkecil adalah gangguan lingkungan.

Kata Kunci: Risiko Produksi, ayam pedaging, pemetaan risiko.

ABSTRACT

RYANDI SIMANJUNTAK. Broiler Production Risk at Broiler Husbandry in

Kecamatan Pamijahan Bogor District, West Java. Supervised by ANNA FARIYANTI.

Husbandry is one of the agricultural sector which has a potential to be developed. One of the many husbandry commodities grown in Indonesia, especially in West Java is broiler. Similarly with other agribusiness, broiler husbandry also has risk especially production risk which seen from the chicken mortality at each production period. This research objectives are to indentify production risk sources, to analyze the sources’s probability and impacts, and to determine alternative strategy due to reduce the risk probability and impacts. To reach the research objectives, this research use several method such as Z-score and Value at Risk (VaR). Production risk sources at broiler husbandry in Kecamatan Pamijahan are weather, pests and predators, disease, and environmental disorders. According to probability the source which has the biggest probability is pests and predators and the lowest probability is environmental disorders. The biggest impact caused by disease and the lowest impact caused by environmental disorders.


(5)

RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING PADA

PETERNAKAN DI KECAMATAN PAMIJAHAN,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

RYANDI SIMANJUNTAK

Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(6)

(7)

Judul Skripsi : Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat Nama : Ryandi Simanjuntak

NIM : H34114005

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen


(8)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing, serta kepada Bapak Dr Amzul Rifin, SP, MA dan Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Adang, Bapak Mahmud, Bapak Yayat, Bapak Muhtadi, Bapak Nanang, Bapak Hendra, Bapak Deden, Bapak Anthony, Bapak H. Jaka dan Bapak Jamal yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor September ,2013 Ryandi Simanjuntak


(9)

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Sumber-Sumber Risiko Produksi Pertanian 6

Penanganan Risiko Produksi Pertanian 7

Analisis Risiko Bisnis 8

Pengelolaan Risiko 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Konsep Risiko 9

Manajemen Risiko 11

Konsep Penanganan Risiko 13

Kerangka Pemikiran Operasional 15

METODE PENELITIAN 17

Lokasi Penelitian 17

Data dan Sumber Data 17

Teknik Pengumpulan Data 17

Metode Analisis Data 18

Analisis Deskriptif 19

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko 19

Analisis Dampak Risiko 20

Pemetaan Risiko 21

Penanganan Risiko 22

KEADAAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

PENELITIAN 23

Keadaan Peternakan Di Kabupaten Bogor 23

Keadaan Geografi 24

Kondisi Demografi 24

Karakteristik Responden 25

Umur Responden 25

Tingkat pendidikan 26

Skala Usaha 26


(10)

Proses Budidaya 30 ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING 31 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi 31

Analisis Probabilitas Risiko Produksi 37

Analisis Dampak Risiko Produksi 42

Pemetaan Risiko 46

Strategi Penanganan Risiko 48

Strategi Preventif 49

Strategi Mitigasi 51

SIMPULAN DAN SARAN 54

Simpulan 54

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN 58

RIWAYAT HIDUP 64


(11)

1 Total produksi daging nasional tahun 2008-2012 2 2 Kontribusi Jawa Barat dalam produksi ayam ras pedaging nasional

tahun 2007 sampai tahun 2011 2

3 Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor

tahun 2006-2011 3

4 Produksi ayam ras pedaging pada 10 kandang budidaya ayam ras

pedaging pada periode terakhir produksi tahun 2013 4 5 Suhu ideal pada peternakan ayam ras pedaging 7 6 Metode analsis untuk menjawab tujuan penelitian 18 7 Kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki populasi ayam ras

pedaging terbesar tahun 2012 23

8 Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Pamijahan tahun 2012 25 9 Jenis pekerjaan penduduk Kecamatan Pamijahan tahun 2012 25 10 Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan usia di

Kecamatan Pamijahan Tahun 2013 26

11 Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan tingkat

pendidikan di Kecamatan Pamijahan tahun 2013 26 12 Jumlah Responden Peternak Ayam Ras Pedaging Berdasarkan Skala

Usaha di Kecamatan Pamijahan Tahun 2013 27

13 Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan luas

kandang di Kecamatan Pamijahan tahun 2013 27 14 Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan

pengalaman usaha di Kecamatan Pamijahan tahun 2013 28 15 Jumlah kematian ayam karena pengaruh cuaca pada peternakan ayam

ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun 2013 33 16 Jumlah kematian ayam karena hama dan predator pada peternakan

ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun 2013 35 17 Jumlah kematian ayam karena penyakit pada peternakan ayam ras

pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun 2013 36 18 Jumlah kematian ayam karena gangguan lingkungan pada peternakan

ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun 2013 37 19 Perhitungan probabilitas sumber risiko cuaca pada peternakan di

Kecamatan Pamijahan periode April-Mei 2013 38 20 Perhitungan probabilitas sumber risiko hama dan predator pada

peternakan di Kecamatan Pamijahan periode April-Mei 2013 39 21 Perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit pada peternakan di

Kecamatan Pamijahan periode April-Mei 2013 41 22 Perhitungan probabilitas sumber risiko gangguan lingkungan pada

peternakan di Kecamatan Pamijahan periode April-Mei 2013 42 23 Perhitungan dampak sumber risiko cuaca pada peternakan di

Kecamatan Pamijahan pada tingkat harga Rp 15 930 43 24 Perhitungan dampak sumber risiko hama dan predator pada

peternakan di Kecamatan Pamijahan pada tingkat harga Rp 15 930 44 25 Perhitungan dampak sumber risiko penyakit pada peternakan di


(12)

Pamijahan 47

DAFTAR GAMBAR

1 Peta risiko 12

2 Peta preventif risiko 13

3 Peta mitigasi risiko 15

4 Kerangka pemikiran operasional penelitian analisis risiko produksi

ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan 16

5 Layout peta risiko 22

6 Peta risiko peternakan di Kecamatan Pamijahan 48

7 Pergeseran probabilitas sumber risiko 51

8 Pergeseran kuadran dengan pola kemitraan 54

DAFTAR LAMPIRAN

1 Populasi ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor tahun

2011 59

2 Distribusi penduduk Kecamatan Pamijahan berdasarkan usia tahun

2012 60

3 Usia responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan

Pamijahan tahun 2013 61

4 Tingkat pendidikan responden peternak ayam ras pedaging di

Kecamatan Pamijahan tahun 2013 62


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia cukup besar. Pada tahun 2012 kontribusi sektor pertanian yang terdiri dari tanaman, peternakan, perikanan dan kehutanan dalam pembentukan PDB sebesar 15 persen (BPS, 2013). Dilihat dari keseluruhan sektor perekonomian pembentuk PDB, sektor pertanian berada di urutan kedua dimana urutan pertama adalah sektor Industri pengolahan. Dengan potensi sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia, sektor pertanian masih berpotensi untuk lebih berkembang lagi dan memberi kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan perekonomian di Indonesia.

Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini dapat memberikan kontribusi besar untuk pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang akan dikembangkan di masa yang akan datang diharapkan mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasaran.

Hasil utama dari subsektor peternakan adalah daging. Daging merupakan sumber protein yang sangat perlu untuk dikonsumsi oleh manusia. Daging dapat diperoleh dari beberapa komoditas peternakan seperti sapi, kerbau, kambing, ayam dan komoditas peternakan lainnya. Daging menjadi andalan dan tolak ukur perkembangan peternakan khususnya di Indonesia. Perkembangan produksi daging di Indonesia berdasarkan komoditas peternakan Tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1, produksi daging nasional berasal dari beberapa komoditi peternakan seperti ayam ras pedaging, ayam buras, ayam ras petelur, sapi, kambing, domba, kuda, itik dan komoditas peternakan lainnya. Produksi daging nasional paling banyak berasal dari ayam ras pedaging. Pada tahun 2008 ayam ras pedaging memberi kontribusi 47,7 persen, tahun 2009 sebesar 50 persen, tahun 2010 sebesar 51,3 persen, tahun 2011 sebesar 52,4 persen dan tahun 2012 sebesar 53,1persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan terhadap daging ayam cukup besar dan meningkat dari tahun ke tahun. Sementara urutan kedua diikuti oleh sapi potong. Selain sebagai pemberi kontribusi terbesar. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi ayam ras pedaging di Indonesia juga meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi daging yang berasal dari ayam ras pedaging berkisar satu persen hingga tiga persen setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa potensi peternakan ayam ras pedaging cukup besar untuk dikembangkan.


(14)

Tabel 1 Total produksi daging nasional tahun 2008-2012 Jenis

Produksi Daging (000 Ton) Kontribusi Terhadap Produksi Daging Nasional (%)

2008 2009 2010 2011 2012* 2008 2009 2010 2011 2012* Sapi Potong 392,5 409,3 436,5 485,3 505,5 18,4 18,6 18,4 19,0 18,8 Kerbau 39,0 34,6 35,9 35,3 35,3 1,8 1,6 1,5 1,4 1,3

Kambing 66,0 73,8 68,8 66,3 68,6 3,1 3,3 2,9 2,6 2,5

Domba 47,0 54,3 44,9 46,8 46,5 2,2 2,5 1,9 1,8 1,7

Babi 209,8 200,1 212,0 224,8 234,7 9,8 9,1 9,0 8,8 8,7

Kuda 1,8 1,8 2,0 2,2 2,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Ayam Buras 273,5 247,7 267,6 264,8 274,2 12,8 11,2 11,3 10,4 10,2

Ayam Ras Petelur 57,3 55,1 57,7 62,1 63,7 2,7 2,5 2,4 2,4 2,4

Ayam Ras Pedaging

1 018,7 1 101,8 1 214,3 1 337,9 1 428,8 47,7 50,0 51,3 52,4 53,1

Itik 31,0 25,8 26,0 28,2 30,8 1,5 1,2 1,1 1,1 1,1

Kelinci 0,1 0,1 0,2 0,2 0 0 0 0 0

Burung Puyuh 0,2 0,1 0,2 0 0 0 0 0

Merpati/ Pigion 0,3 0,4 0,1 0,3 0 0 0 0,000 0

Total 2 136,6 2 204,9 2 366,2 2 554,2 2 690,9 100 100 100 100 100 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2013(diolah)

*) Data sementara

Ayam ras pedaging merupakan salah satu hewan yang dibudidayakan manusia untuk diambil dagingnya. Saat ini budidaya ayam ras pedaging semakin digemari karena proses pembudidayaan yang relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan sapi atau pun hewan lain yang juga dibudidayakan untuk diambil dagingnya . Salah satu sentra pembudidayaan ayam ras pedaging di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Tabel 2 memperlihatkan kontribusi Jawa Barat dalam produksi ayam ras pedaging nasional.

Tabel 2 Kontribusi jawa barat dalam produksi ayam ras pedaging nasional tahun 2007 sampai tahun 2011

No Tahun Produksi Nasional (Ton) Produksi Jawa Barat (Ton)

Kontribusi (%)

1 2007 942 784,00 279 851,00 29,7

2 2008 1 018 734,00 335 151,00 32,9

3 2009 1 101 765,50 365 572,89 33,2

4 2010 1 214 338,96 399 744,77 32,9

5 2011 1 270 438,03 423 126,09 33,3


(15)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa dari tahun 2007 sampai tahun 2011 Jawa Barat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produksi ayam ras pedaging nasional. Bahkan Jawa Barat merupakan daerah yang memberi kontribusi terbesar dalam produksi ayam ras pedaging nasional. Kontribusi Jawa Barat terhadap produksi ayam ras pedaging juga terus meningkat, hal ini dibuktikan oleh kecenderungan kontribusi produksi Jawa Barat yang meningkat walaupun beberapa kali terjadi sedikit penurunan.

Peternakan ayam ras pedaging mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun dalam skala peternakan kecil atau peternakan rakyat. Hal tersebut diperkuat dengan perkembangan populasi ayam ras pedaging khususnya di daerah yang menjadi sentral produksi. Salah satu daerah yang merupakan sentra produksi di Jawa Barat memiliki adalah Kabupaten Bogor. Pemilihan Kabupaten Bogor didasarkan kepada trend pertumbuhan populasi ayam ras pedaging di daerah ini yang semakin tinggi. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor tahun 2006-2011

Tahun Populasi (Ekor) Pertumbuhan

Jumlah (Ekor) Persentase (%)

2007 12 756 300 - -

2008 13 775 475 1 019 175 8

2009 14 363 496 588 021 4,3

2010 15 771 780 1 408 284 9,8

2011 17 175 302 1 403 522 8,9

Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2013

Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan populasi ayam di daerah Kabupaten Bogor mengalami peningkatan setiap tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas peternakan Kabupaten Bogor, daerah yang memiliki populasi ayam ras pedaging terbesar adaah kecamatan Pamijahan.

Sama seperti usaha agribisnis pada umumnya usaha peternakan ayam ras pedaging umumnya menghadapi beberapa kendala yang merupakan hambatan. Seperti yang sudah diketahui bahwa dalam kegiatan usaha agribisnis khususnya kegiatan budidaya, pengusaha dihadapkan pada risiko yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Risiko yang sering ditemukan dalam usahaternak ayam ras pedaging ini adalah risiko produksi. Pengelolaan usahaternak khususnya ayam ras pedaging selalu dihadapkan pada risiko produksi, karena proses budidaya dipengaruhi oleh alam dan prosesnya tidak singkat. Risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging ditandai dengan adanya mortalitas ayam pada setiap periode produksi. Mortalitas atau kematian ayam menyebabkan penerimaan peternak menjadi berkurang. Salah satu contoh kasus risiko produksi yang dihadapi oleh peternakan ayam ras pedaging adalah terjadinya kematian ayam akibat kasus flu burung (avian influenza). Berdasarkan


(16)

hasil penelitian Ilham dan Yusdja (2010) wabah flu burung menyebabkan penurunan penerimaan peternak ayam ras pedaging sebesar 10 hingga 26 persen.

Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan peternak untuk meminimalkan risiko, sehingga usaha ini dapat memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan peternak. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi peternak dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian tentang analisis risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging.

Perumusan Masalah

Peternakan ayam ras pedaging merupakan sub sektor peternakan yang banyak diusahakan di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Data yang diperoleh dari dinas peternakan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa di daerah tersebut merupakan Kecamatan yang memiliki populasi ayam terbesar di Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Sama halnya seperti usaha pertanian pada umumnya peternakan ayam ras pedaging menghadapi berbagai risiko dalam menjalankan usahanya, dan salah satunya adalah risiko produksi.

Mortalitas ayam ras pedaging pada peternakan merupakan indikasi adanya risiko produksi, dimana adanya mortalitas menyebabkan hasil yang diperoleh oleh peternak lebih kecil dengan hasil yang diperhitungkan. Kematian ayam selama masa produksi atau yang sering disebut dengan mortalitas ayam ras pedaging juga dialami oleh peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan. Berdasarkan penelitian pada 10 peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan ditemukan bahwa mortalitas pada periode produksi terakhir berbeda-beda. Mortalitas pada sepuluh peternakan yang diteliti dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Produksi ayam ras pedaging pada 10 kandang budidaya ayam ras pedaging pada periode terakhir produksi tahun 2013

Peternakan DOC (Ekor) Jumlah Panen (Ekor) Mortalitas (%)

1 4 000 3 750 6,25

2 5 000 4 680 6,40

3 4 000 3 790 5,25

4 5 000 4 715 5,70

5 4 000 3 710 7,25

6 5 000 4 735 5,30

7 4 000 3 764 5,90

8 4 000 3 755 6,13

9 4 000 3 795 5,13

10 4 000 3 751 6,23

Tingkat kematian ayam yang dialami setiap peternakan di Kecamatan Pamijahan bervariasi. Mortalitas ayam pada sepuluh peternakan tersebut berkisar antara lima hingga delapan persen dari jumlah DOC pada awal produksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pinto (2011) dan Amelia (2012),


(17)

mortalitas ayam ras pedaging terjadi karena kualitas DOC, faktor cuaca, hama dan penyakit.

Mortalitas pada produksi ayam ras pedaging berpotensi mengakibatkan kerugian bagi perusahaan sehingga perlu diteliti lebih lanjut apakah ada sumber risiko produksi lain selain risiko yang pada umumnya dialami oleh peternakan?. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa beberapa sumber risiko produksi adalah perubahan cuaca dan iklim yang semakin tidak menentu sebagai dampak dari pemanasan global. Perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak ayam ras pedaging. Saat musim hujan, suhu udara di dalam kandang menjadi dingin, dan udara dalam kandang menjadi lembab. Sebaliknya di musim kemarau, suhu udara di dalam kandang menjadi panas, kadar karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Setelah mengetahui sumber-sumber risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging tersebut, maka perlu diidentifikasi seberapa besar probabilitas serta kerugian yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko tersebut? Dan apa strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam upaya mengurangi probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian yang dilakukan pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak masing-masing sumber risiko produksi. 3. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi risiko

produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam ras pedaging.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Peternak yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagai pertimbangan dalam pengambilan strategi pengendalian risiko.

2. Bagi pembaca dalam rangka penambahan informasi mengenai risiko produksi kususnya dalam usaha peternakan ayam ras pedaging.

3. Penelitian ini juga bermanfaat bagi penulis sebagai wadah dalam menerapkan teori risiko agribisnis yang dipelajari selama perkuliahan.

Ruang Lingkup Penelitian

Produk yang akan dikaji dan diteliti dalam penelitian ini adalah ayam ras pedaging yang dibudidayakan pada peternakan ayam ras pedaging di beberapa peternakan ayam ras pedaging yang berlokasi di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Jumlah peternakan yang diteliti adalah 10 peternakan ayam ras


(18)

pedaging. Kajian masalah yang diteliti adalah identifikasi sumber risiko produksi peternakan ayam ras pedaging. Sumber-sumber risiko yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sumber-sumber risiko yang berasal dari faktor eksternal peternakan. Penelitian ini menggunakan data produksi periode terakhir yaitu periode produksi April hingga Mei tahun 2013 pada setiap peternakan. Data tersebut terdiri dari jumlah DOC, data hasil panen, data mortalitas dan penyebab terjadinya kematian ayam. Data yang diperoleh dalam penelitian ini bukan data time series seperti pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang risiko produksi melainkan data cross section. Keterbatasan data tersebut menyebabkan data mortalitas ayam akibat dari masing-masing sumber risiko tidak dapat dilihat dari waktu ke waktu kususnya sumber risiko cuaca.

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber-Sumber Risiko Produksi Pertanian

Kegiatan pertanian merupakan bisnis dimana petani tidak dapat menentukan secara pasti berapa hasil produksi yang akan dihasilkan dengan penggunaan input tertentu. Hasil produksi yang berbeda-beda pada setiap periode produksi merupakan risiko yang dihadapi oleh setiap petani. Hal ini disebabkan karena pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh petani. Menurut Drollette (2009) risiko yang dihadapi oleh petani disebabkan oleh bermacam-macam sumber seperti cuaca, hama, penyakit, kualitas input serta kesalahan pekerja.

Risiko produksi pada produksi pertanian lebih besar jika dibandingkan dengan kegiatan bisnis lainnya. Sebagai contoh adalah dalam kegiatan pertanian petani tidak dapat menentukan secara pasti jumlah hasil produksi yang dihasilkan dengan penggunaan input tertentu, hal ini sangat berbeda dengan kegiatan manufaktur dimana pengusaha sudah dapat memastikan berapa output yang mereka peroleh dengan penggunaan input tertentu. Dalam usaha pertanian, hasil yang diperoleh dapat lebih kecil dari hasil yang diperhitungkan sehingga dapat menyebabkan kerugian bagi petani.

Faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama, predator dan penyakit merupakan sumber risiko utama pada usaha produksi komoditas pertanian. Sumber-sumber risiko diatas dapat menyebabkan terhambatnya kegiatan produksi sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai perkiraan dan juga terjadinya fluktuasi produksi pada setiap periode produksi.

Salah satu sub sektor pertanian yang mengalami risiko produksi adalah sektor peternakan. Sama seperti sub sektor pertanian lainnya, terjadinya kegagalan dalam proses produksi atau budidaya disebabkan oleh adanya serangan hama, predator, penyakit, perubahan cuaca dan penanganan yang kurang baik. Sebagai contoh adalah pada usaha peternakan ayam ras pedaging terdapat suhu ideal agar proses budidaya dapat berjalan dengan baik seperti pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan suhu ideal pada usaha budidaya ayam ras pedaging berdasarkan umur ayam. Jika suhu tidak sesuai, maka akan berpengaruh pada produksi ayam ras pedaging tersebut.


(19)

Tabel 5 Suhu ideal pada peternakan ayam ras pedaging

No Umur (hari) Suhu (0

C )

1 01 - 07 34 - 32

2 08 - 14 29 - 27

3 15 - 21 26 - 25

4 21 - 29 24 - 23

Sumber: Rasyaf,2007

Faktor lain yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan ayam ras pedaging adalah penyakit. Selain menghambat perkembangan ayam, penyakit juga dapat menyebabkan kematian pada ayam. Penyakit-penyakit pada ayam adalah kotoran berdarah (coccidiosis), tetelo (newcasstle diseae), gumboro (infectious bursal disease), dan penyakit ngorok (chronic respiratory disease).

Penelitian-penelitian terdahulu seperti yang diungkapkan oleh Pinto (2011) dan Amelia (2012) bahwa dalam penelitian mereka tentang analisis risiko produksi peternakan ayam broiler bahwa dalam usaha peternakan ayam ras broiler yang menjadi sumber-sumber risiko produksi adalah kepadatan ruang, perubahan cuaca, hama dan penyakit. Berdasarkan penelitian diatas risiko yang dihadapi peternak yaitu berupa mortalitas ayam menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Sumber risiko yang memberikan dampak kerugian terbesar bagi peternak adalah penyakit.

Selain itu risiko produksi pada peternakan juga dapat disebabkan oleh kualitas input yang kurang baik, seperti yang diungkapkan oleh Solihin (2009) bahwa kualitas sapronak mempengaruhi mortalitas dalam usaha budidaya ayam ras pedaging. Selain berpengaruh terhadap mortalitas ayam, kualitas sapronak juga berpengaruh terhadap indeks prestasi produksi ayam.

Risiko produksi pada peternakan juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan, vaksin dan tenaga kerja seperti yang diungkapkan oleh Nugraha (2011) yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging. Obat-obatan dan vaksin menjadi faktor-faktor yang dapat mengurangi risiko. Sedangkan tenaga kerja yang kurang baik dapat menjadi sumber risiko pada produksi ayam ras pedaging.

Penanganan Risiko Produksi Pertanian

Risiko produksi dalam pertanian ditandai dengan adanya ketidaksesuaian antara hasil yang diperhitungkan dengan hasil yang diperoleh, selain itu fluktuasi hasil produksi yang dihasilkan pada setiap periode juga dapat menjadi indikator adanya risiko produksi. Fluktuasi produksi dapat menyebabkan kerugian bagi petani. Seperti yang diungkapkan Drollette (2009) bahwa “ Bagi seorang petani, menanam benih tidak menjamin adanya hasil yang diperoleh pada musim panen”2. Untuk mengurangi kerugian yang dialami oleh petani maka perlu dilakukan penangannan risiko. Adapun tahapan dalam penanganan risiko adalah:


(20)

Analisis Risiko Bisnis

Risiko yang dihadapi oleh sebuah usaha dapat diukur dengan menggunakan metode alanalisis variance, standard deviation dan coefficient variation. Selain ketiga metode diatas kita perlu juga mengetahui expected return dari usaha tersebut. Semakin tinggi atau rendahnya risiko yang dihadapi oleh sebuah usaha ditentukan oleh semakin besar atau kecilnya variance, standard deviation dan coefficient variation yang diperoleh. Ketiga metode diatas dan juga expected return saling berhubungan satu sama lain.

Pada penelitian-penelitian tentang risiko produksi terdahulu banyak peneliti yang menggunakan ketiga metode diatas untuk mengukur tingkat risiko dari usaha yang sedang diteliti. Amelia (2012) menggunakan metode analisis variance, standard deviation dan coefficient variation dalam menganalisis risiko produksi ayam broiler pada peternakan bapak Maulid di kota Palembang.

Nugraha (2011) juga menggunakan metode analisis variance dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi ayam broiler pada kasus peternak plasma Cv Dramaga Unggas Farm. Metode alanalisis variance, standard deviation dan coefficient variation juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar risiko dalam usaha peternakan seperti yang dilakukan Solihin (2009) dalam penelitian Risiko produksi dan harga dalam peternakan ayam broiler.

Selain ketiga metode diatas, ada metode lain yang sering digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu dalam melakukan analisis risiko. Pada penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan risiko, metode analisis yang digunakan berbeda dengan metode yang sudah dijelaskan pada alinea sebelumnya. Metode yang digunakan Pinto (2011) dalam pemetaan sumber-sumber risiko pada peternakan ayam ras pedaging adalah dengan terlebih dahulu mengidentifikasi sumber-sumber risiko. Tahap selanjutnya adalah menghitung probabilitas masing-masing sumber risiko dengan menggunakan analisis nilai standar (z-score). Dampak yang disebabkan oleh risiko dapat dihitung dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Setelah ditemukan probabilitas dan dampak dari masing-masing risiko maka tahapan selanjutnya adalah menentukan status risiko. Status risiko ini penting untuk menentukan prioritas dalam penanganan risiko.

Pengelolaan Risiko

Risiko dapat menyebabkan profit yang diperoleh perusahaan tidak maksimum atau bahkan mengalami kerugian. Oleh karena itu perusahaan perlu mengelola risiko agar dampak risiko yang ditanggung oleh perusahaan menjadi berkurang. Dalam kegiatan bisnis khususnya pertanian ada beberapa strategi pengelolaan risiko yang dapat dilakukan antara lain diversifikasi produk, transfer atau pengalihan risiko, memelihara asset yang berhubungan dengan produksi untuk mencegah risiko.

Diversifikasi produk adalah strategi mengurangi risiko dengan membagi aset ke dalam beberapa unit bisnis. Dengan adanya diversifikasi dapat menghindari perusahaan dari kerugan yang sangat besar karena adanya risiko. Cara lain untuk membagi risiko dengan pihak lain adalah dengan asuransi. Pasaribu dkk (2010) mengungkapkan bahwa tahun 2008 dan tahun 2009 telah


(21)

dilakukan ujicoba asuransi peternakan. Komoditi yang dijamin pada ujicoba tersebut adalah sapi potong dimana kematian sapi yang ditanggung oleh asuransi adalah sapi yang mati karena sakit dan hilang.

Selain diversifikasi produk risiko dalam usaha pertanian dapat dikelola dengan melakukan pencegahan seperti yang diungkapkan Pinto (2011) bahwa untuk mengurangi risiko dalam usaha peternakan ayam ras pedaging usaha yang dapat dilakukan adalah dengan upaya preventif dan mitigasi. Upaya preventif dan mitigasi diharapkan mampu mengurangi kesalahan-kesalahan teknis ataupun pengaruh lingkungan luar yang dapat mencadi sumber kegagalan produksi. Strategi pengelolaan risiko yang digunakan oleh penelitian terdahulu diatas dapat mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko hanya mampu mengurangi dampak dari risiko, belum ada penelitian yang telah menemukan cara untuk menjadikan sebuah usaha khususnya peternakan ayam ras pedaging menjadi tanpa risiko.

Strategi preventif merupakan strategi yang disarankan oleh Solihin (2009) dalam upaya mengurangi risiko produksi ayam broiler. Upaya preventif yang disarankan dapat berupa perbaikan sumberdaya dan manajemen pemeliharaan ayam broiler. Dengan upaya preventif tersebut diharapkan kerugian yang disebabkan oleh fluktuasi produksi dapat dikurangi. Menurut Saadah dkk (2010) upaya mengurangi mortalitas dapat dilakukan dengan menerapkan biosekuriti yaitu upaya mengurangi kematian ayam dengan tindakan isolasi, pengawasan lalu lintas, dan tindakan sanitasi.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, kematian ayam juga disebabkan oleh cuaca. Menurut Kusnadi dan Rachmat (2010) upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi kematian ayam akibat cuaca kususnya cuaca panas adalah dengan menggunakan suplementasi kunyit dalam ransum pakan. Akan tetapi sama halnya dengan strategi diversifikasi, strategi preventif ini juga tidak dapat menjadikan risiko menjadi nol.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Penalaran seorang peneliti terhadap pengetahuan, teori dan dalil yang berhubungan dengan topik penelitian mutlak diperlukan. Pengetahuan dan penalaran tersebut dipelajari dari ilmu-ilmu yang sebelumnya atau dari sumber-sumber bacaan dan dari penelitian sebelumnya. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian dapat membantu peneliti dalam menjelaskan berbagai aspek dalam mendukung penelitian yang dilakukan.

Konsep Risiko

Risiko terjadi ketika hasil yang kita harapkan (expected return) tidak sesuai dengan keadaan aktual. Risiko menurut Harwood et al (1999) adalah kemungkinan kejadian yang dapat memberikan kerugian atau berurangnya


(22)

kesejahteraan seseorang. Risiko menurut Robison dan Barry (1987) adalah suatu kejadian merugikan perusahaan dimana peluang dari terjadinya kejadian tersebut dapat diukur oleh perngambil keputusan di perusahaan tersebut. Adanya risiko dalam suatu usaha sangat erat kaitannya dengan ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian (uncertainty) dapat mempengaruhi risiko yang akan dihadapi sebuah perusahaan, akan tetapi risiko dan ketidakpastian merupakan dua hal yang berbeda. Peluang terjadinya sebuah risiko dapat diperhitungkan sedangkan peluang terjadinya ketidakpastian tidak dapat diperhitungkan.

Menurut Elton dan Gruber (1995) risiko merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang dapat merugikan perusahaan, hasil yang diperkirakan oleh perusahaan tidak sesuai dengan pencapaian perusahaan. Risiko ditentukan oleh besar atau kecilnya penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan. Semakin besar penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan maka risiko yang dihadapi perusahaan. Sebaliknya, jika penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan semakin kecil maka risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut semakin kecil. Penyimpangan yang dimaksud adalah penyimpangan yang bernilai negatif.

Beberapa ukuran risiko menurut Elton dan Gruber (1995) adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Varian dan standar deviasi merupakan ukuran absolute dan bukan merupakan indikator tinggi rendahnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Untuk mengetahui tinggi rendahnya risiko sebuah usaha adalah dengan mengetahui seberapa besar risiko yang dihadapi perusahaan untuk mendapatkan per rupiah return. Besarnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan untuk mendapatkan return sebesar satu rupiah disebut dengan koefisien variasi (coefficient variation).

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, risiko biasanya berhubungan dengan produksi, pasar dan pemasaran, kelembagaan dan finansial. Jenis-Jenis risiko yang dihadapi pengusaha khususnya petani (Harwood et al.1999, Moschini. 1999) seperti berikut:

a. Production Risik (Risiko Produksi)

Risiko produksi terjadi diindikasikan oleh adanya ketidaksesuaian antara produksi yang dihasilkan dengan produksi yang sudah diperkirakan sebelumnya. Risiko produksi terjadi jika hasil yang diperoleh oleh sebuah usaha lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Risiko produksi merupakan risiko yang lebih sering dihadapi oleh pelaku bisnis pertanian di sektor onfarm daripada sub sektor lainnya. Risiko produksi yang dihadapi perusahaan biasanya bersumber dari serangan hama penyakit, perubahan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dll.

b. Marketing Risk (Risiko Pasar atau Harga)

Risiko pasar adalah salah satu risiko yang sering dihadapi oleh perusahaan agribisnis khususnya yang bergerak di bidang budidaya tanaman musiman. Risiko pasar atau harga disebabkan oleh adanya perubahan harga output dan juga harga input setelah produksi sudah dijalankan. Jangka waktu produksi produk-produk pertanian yang cukup panjang menyebabkan perubahan-perubahan harga sering


(23)

terjadi. Posisi pelaku usaha yang harus mengikuti harga pasar menyebabkan petani tidak memiliki kendali akan harga yang berlaku di pasaran.

c. Institutional Risk (Risiko Kelembagaan)

Risiko kelembagaan merupakan risiko yang disebabkan oleh munculnya kebijakan-kebijakan yang membuat perusahaan kesulitan dalam memproduksi dan memasarkan produknya. Risiko kelembagaan juga dapat mempengaruhi harga hasil pertanian dan juga harga input pertanian. Perubahan kebijakan dan peraturan sangat berpengaruh pada sektor pertanian. Salah satu contohnya adalah peningkatan kuota impor dapat memunculkan masalah bagi produsen dalam negeri. Risiko kelembagaan dapat member dampak pada risiko produksi, risiko pasar atau harga dan risiko keuangan.

d. Financial Risks (Risiko Finansial)

Risiko finansial terjadi karena adanya kejadian yang berhubungan dengan finansial dimana kejadiannya tidak sesuai dengan yang direncanakan. Contoh dari risiko finansial adalah adanya piutang tak tertagih, perubahan biaya secara tiba-tiba, peningkatan suku bunga secara tiba-tiba juga dapat menjadi sumber terjadinya risiko keuangan, dll.

e. Human Resource Management Risks (Risiko Sumberdaya Manusia) Risiko sumberdaya manusia adalah kejadian yang menyebabkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan tidak bekerja dengan optimal. Risiko suberdaya manusia juga dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya yang bekerja dalam suatu kegiatan usaha kususnya pertanian. Risiko sumberdaya manusia sangat erat kaitannya dengan produksi sehingga dapat mempengaruhi risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan.

Manajemen Risiko

Risiko adalah kejadian yang berpotensi memberikan kerugian bagi perusahaan. Peluang terjadinya kejadian tersebut dapat diukur. Pengukuran risiko penting dilakukan untuk menentukan strategi yang dapat diambil untuk menghindari atau mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko. Penentuan strategi yang dilakukan oleh perusahaan disebut dengan manajemen risiko. Proses pengolaan risiko mulai dari proses identifikasi, pengukuran risiko, pemetaan risiko sampai pada pengambilan strategi pengendalian risiko disebut dengan manajemen risiko. Menurut Harwood et al (1999) manajemen risiko merupakan keputusan untuk memperbaiki sumberdaya yang dimiliki perusahaan, mengadopsi teknologi baru ataupun melakukan kontrak produksi ataupun pemasaran dengan pihak lain. Tujuan dari kegiatan diatas adalah untuk mengurangi risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Moschini dan Hennessy (1999) menjelaskan bahwa manajemen risiko bertujuan untuk mengontrol dampak yang mungkin dihadapi oleh perusahaan karena adanya risiko. Manajemen risiko tidak bertujuan untuk meningkatkan expected return akan tetapi untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko. Melalui manajemen risiko perusahaan dapat membuat metode tertentu agar suatu organisasi mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan ataupun risiko-risiko


(24)

dari sebuah portofolio. Menurut Kountur (2008) dalam memanage sebuah risiko kususnya risiko produksi tahapan yang perlu dilakukan adalah:

a. Pengukuran risiko

Pengukuran risiko dilakukan untuk menentukan derajat kepentingan masing-masing sumber risiko dan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam manajemen risiko. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan pengukuran probabilitas, pengukuran dampak, serta pengukuran status risiko. Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko ada bermacam-macam. Beberapa peneliti menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation dalam pengukuran risiko. Penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan risiko melakukan metode lain yaitu dengan perhitungan probabilitas dengan menggunakan distribusi normal (z-score) dan juga Value at Risk. Pengukuran risiko dilakukan untuk mengetahui peluang terjadinya sebuah risiko serta dampak kerugian yang dapat disebabkan.

b. Pemetaan Risiko

Pemetaan risiko dilakukan berdasarkan prioritas risiko. Prioritas risiko ditentukan oleh probabilitas dan dampak yang disebabkan oleh risiko. Hasil perkalian antara probabilitas dan dampak risiko ditemukan status risiko. Status risiko dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan prioritas dalam penanganan risiko. Pembagian kuadran berdasarkan dampak dan probabilitas dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta risiko Sumber: (Kountur 2008)

Kuadran satu merupakan kuadran dimana risiko memiliki probabilitas yang tinggi, akan tetapi dampak yang ditimbulkan berada di batas normal yang ditetapkan oleh perusahaan. Kuadran dua merupakan risiko yang memiliki probabilitas yang tinggi dan dampak yang disebabkan juga tinggi yaitu melebihi batas normal yang ditetapkan oleh perusahaan. Pemetaan risiko pada kuadran tiga adalah risiko yang memiliki probabilitas yang kecil dan dampak yang disebabkan juga kecil. Kuadran empat merupakan kuadran dimana risiko memiliki probabilitas yang kecil akan tetapi dampak yang disebabkan besar.

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Probabilitas (%) Besar

Kecil


(25)

Konsep Penanganan Risiko

Seperti sudah diungkapkan sebelumnya bahwa risiko dapat merugikan bagi perusahaan, oleh sebab itu perusahaan perlu melakukan penanganan risiko. Penanganan risiko dapat dilakukan dengan berdasarkan pemetaan risiko yang telah dilakukan. Menurut Kountur 2008 terdapat dua strategi dalam menangani risiko, yaitu:

a. Preventif

Preventif merupakan salah satu strategi yang dapat digunakanan dalam pengendalian risiko. Preventif bertujuan untuk mengurangi probabilitas dari sebuah risiko. Strategi preventif dilakukan untuk menangani sumber-sumber risiko yang memiliki probabilitas besar. Sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran satu dan dua merupakan sumber risiko yang membutuhkan penanganan preventif. Strategi preventif dilakukan agar sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran satu dan dua bergeser ke kuadaran tiga dan empat. Pergeseran sumber-sumber risiko dengan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta preventif risiko Sumber: Kountur (2008)

Sebuah perusahaan dapat melakukan pencegahan agar risiko tidak terjadi. Pencegahan dapat dilakukan melalui:

1. Perbaikan sistem.

2. Perbaikan dan mengembangkan sumberdaya manusia. 3. Memperbaiki fasilitas fisik.

b. Mitigasi

Penanganan risiko dilakukan agar dampak yang disebabkan oleh risiko tersebut tidak terlalu besar. Selain dengan pencegahan, penanganan risiko juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakan agar dampak yang disebabkan oleh risiko tidak terlalu besar. Mitigasi merupakan strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak dari sebuah risiko. Mitigasi dapat dilakukan untuk menangani sumber-sumber risiko yang memberi dampak besar. Sumber-sumber risiko yang memiliki dampak besar adalah sumber risiko yang berada pada

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Probabilitas (%) Besar

Kecil


(26)

kuadran dua dan kuadran empat. Ada beberapa cara mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari risiko:

1. Diversifikasi

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko adalah dengan cara menempatkan aset di beberapa tepat/unit usaha agar risiko tidak menyebabkan aset perusahaan habis. Risiko dalam bisnis dapat dikurangi dengan melakukan beberapa unit bisnis. Penempatan aset di beberapa tempat dapat menghindari perusahaan dari kerugian besar jika salah satu unit bisnis tersebut mengalami kerugian atau bahkan bangkrut. Namun demikian, dalam melakukan diversifikasi perusahaan sebaiknya melakukan usaha yang masih berhubungan dengan bisnis utama. Hal ini dilakukan karena pembukaan usaha baru membutuhkan dana yang sangat besar. Alasan lain dari pemilihan usaha dalam diversifikasi adalah harus disesuaikan dengan SDM (sumber daya manusia) yang dimiliki perusahaan.

2. Penggabungan (Merger)

Pola lain dalam penanganan risiko adalah dengan cara menggabungkan perusahaan dengan pihak perusahaan lain biasanya dalam bentuk akuisisi. Merger adalah penggabungan badan usaha dengan cara mengambil alih secara langsung kekayaan bersih (net asset) satu atau lebih perusahaan oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mengambil alih kekayaan bersih perusahaan lain tetap mempertahankan identitasnya dan melanjutkan usaha sebagai satu kesatuan ekonomi yang lebih besar. Merger dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi risiko yang dapat dihadapi perusahaan tersebut.

3. Integrasi Vertikal (Vertical Integration)

Menurut Harwood et al (1999), salah satu strategi untuk mengatasi risiko dengan pertanian adalah dengan integrasi vertikal. Integrasi vertikal adalah dengan mendisitribusikan output dari sebuah unit bisnis menjadi input bagi unit bisnis lainnya. Contoh penerapan integrasi vertikal adalah petani yang menghasilkan jagung menggunakan hasil panen mereka untuk menjadi pakan pagi ternak yang mereka miliki. Integrasi vertikal tersebut dapat menghindari kedua unit bisnis tersebut dari risiko harga output dan juga risiko harga input.

4. Kontrak Produksi (Production Contracts)

Menurut Harwood et al (1999) kontrak produksi dapat mengurangi risiko yang dihadapi oleh perusahaan kususnya risiko produksi. Kontrak produksi menwajibkan pemberi kontrak (perusahaan yang akan menjadi pembeli produk yang diproduksi) melakukan kontrol pada proses produksi dari komoditas atau produk tersebut. selain melakukan kontrol pada proses produksi, pada sistem kerjasama kontrak produksi mengharuskan pihak pemberi kontrak menyediakan input bagi perusahaan. Sehingga dengan demikian input yang diperoleh oleh petani lebih berkualitas.

5. Kontrak Pemasaran (Marketing Contracts)

Risiko harga merupakan risiko yang sering dihadapi oleh perusahaan yang menghasilkan komoditi pertanian kususnya komoditi yang bersifat musiman.


(27)

Menurut Harwood et al (1999) strategi yang dapat dilakukan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh adanya risiko harga adalah dengan melakukan kontrak pemasaran. Kontrak pemasaran adalah perjanjian tertulis antara produsen atau petani dengan pembeli dimana perjanjian tersebut dibuat sebelum panen.

6. Asuransi

Asuransi tidak dapat mengurangi probabiltas sebuah risiko. Asuransi adalah cara pengurangan dampak risiko dengan mengalihkan dampak risiko tersebut kepada pihak lain. Dampak risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan akan berkurang karena adanya pihak lain dalam hal ini perusahaan asuransi yang akan menanggung sebagian dari kerugian sebagai dampak risiko.

Mitigasi diharapkan dapat menggeser sumber-sumber risiko yang memiliki dampak diatas batas normal yaitu sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran dua dan empat ke kuadran satu dan tiga. Pergeseran sumber-sumber risiko dengan adanya strategi mitigasi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta mitigasi risiko Sumber: Kountur 2008

Kerangka Pemikiran Operasional

Sebuah kegiatan bisnis termasuk pertanian adalah kegiatan mengelolah sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan secara optimal agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Akan tetapi sebagaimana perusahaan pertanian lainnya, peternakan ayam ras pedaging menghadapi potensi kerugian yang disebabkan oleh adanya risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi dapat disebabkan oleh kesalahan selama proses produksi atau disebabkan oleh faktor lingkungan seperti cuaca, hama dan penyakit. Dengan adanya risiko produksi, peternakan ayam ras pedaging khususnya yang berada di daerah Kecamatan Pamijahan tidak akan memperoleh profit maksimum seperti yang sudah direncanakan

Untuk memperbaiki kinerja perusahaan, peternakan ayam ras pedaging maka perlu dianalisis risiko yang dihadapi perusahaan khususnya risiko produksi. Dengan melakukan analisis terhadap risiko perusahaan dapat mengetahui kerugian yang ditanggung perusahaan karena disebabkan oleh risiko produksi. Kerugian yang disebabkan oleh risiko produksi dapat dilihat dari adanya penyimpangan antara produksi yang direncanakan dengan produksi real yang dihasilkan oleh

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Probabilitas (%) Besar

Kecil


(28)

perusahaan setiap periode produksi. Untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan dapat digunakan metode yang umum digunakan yaitu variance, standard deviation dan coefficient variance. Selain itu jika tujuan dari analisis risiko adalah untuk melakukan pemetaan, maka metode yang dapat digunakan adalah dengan identifikasi sumber-sumber risiko, perhitungan probabilitas masing-masing sumber risiko, perhitungan dampak kerugian yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko serta melakukan pemetaan sumber sumber risiko. Kerangka pemikiran operasional analisis risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka pemikiran operasional penelitian analisis risiko produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan

Status risiko Risiko produksi ayam ras

Pedaging karena cuaca, hama dan predator, penyakit.

Mortalitas

Pemetaan risiko Probabilitas

sumber risiko

Dampak sumber risiko

Z-Score VaR


(29)

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di peternakan ayam ras pedaging berlokasi di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan responden sepuluh peternak yang berada di beberapa desa di Kecamatan Pamijahan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data yang diperoleh dari dinas peternakan Kabupaten Bogor, Kecamatan Pamijahan merupakan daerah yang memiliki populasi ayam ras pedaging tertinggi (Lampiran 1). Alasan lain pemilihan lokasi tersebut adalah karena selama ini belum ada penelitian mengenai analisis risiko produksi pada peternakan di daerah tersebut tersebut. Pemilihan responden juga dilakukan secara purposive dengan pertimbangan ketersediaan data yang dibutuhkan oleh penulis dan juga kesediaan para responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Mei hingga bulan Juni 2013.

Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, kedua data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dilakukan kepada pemilik usaha peternakan, karyawan peternakan dan pihak yang terkait dengan usaha peternakan ayam ras pedaging yang berada di daerah Kecamatan Pamijahan. Data primer ini diantaranya berupa informasi tentang kegiatan peternakan ayam yang tidak didokumentasikan oleh perusahaan. Data sekunder diperoleh melalui data dokumentasi perusahaan, jurnal peternakan ayam, Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, perpustakaan, buku-buku ekonomi dan pertanian. Data sekunder ini diantaranya adalah data yang tidak diperoleh melalui proses wawancara.

Data produksi yang digunakan dalam penelitian ini bukan data time series seperti pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang risiko produksi melainkan data cross section. Keterbatasan data tersebut menyebabkan data mortalitas ayam akibat dari masing-masing risiko tidak dapat dilihat dari waktu ke waktu.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, diskusi, dengan menggunakan kuisioner. Pengambilan responden juga dilakukan dengan sengaja (purposive), dimana responden yang akan dipilih adalah sepuluh peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan yang memiliki kapabilitas untuk memberikan data-data yang akurat tentang peternakan ayam ras pedaging di daerah tersebut. Beberapa


(30)

pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini antara lain, pemilik yang menjadi sumber untuk mendapatkan data produksi dan pendapatan peternakan. Sumber kedua yaitu mandor yang menjadi kepala kandang, karena mandor merupakan orang yang mengawasi perkembangan pada setiap harinya sehingga memiliki kapabititas untuk memberikan data mengenai pemakaian input-input produksi seperti pakan, obat-obatan, vaksin ayam dan beberapa input lainnya. Sedangkan responden terakhir yaitu anak kandang yang memiliki pengalaman dalam teknik pemeliharaan ayam.

Observasi dilakukan dengan pencatatan langsung di lokasi penelitian tentang aktivitas bisnis peternakan dan berbagai kendala risiko yang dihadapi oleh bisnis peternakan. Wawancara, diskusi, dan pengisian kuisioner dilakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang telah dijalankan perusahaan, data harga-harga input dan output, serta data-data keuangan perusahaan seperti laporan biaya, penerimaan, dan pendapatan perusahaan. Data mortalitas ayam merupakan data sekunder yang diperoleh dari catatan dari karyawan selama periode produksi terakhir. Mortalitas ayam berdasarkan sumber risiko diperoleh dari hasil wawancara dengan peternak ayam ras pedaging yang menjadi responden dalam penelitian ini. Data primer dan data sekunder yang telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui pengaruh risiko terhadap penerimaan dan strategi mengatasi risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan ayam ras pedaging yang berada di Kecamatan Pamijahan.

Metode Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dijadikan ukuran dalam penelitian ini. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Metode analsis untuk menjawab tujuan penelitian

No Tujuan Penelitian Sifat Data Suber Data Metode

Analisis

1 Mengidentifikasi sumber-sumber risiko peternakan pada sepuluh peternakan ayam ras pedaging yang berada di Kecamatan Pamijahan

Kualitatif dan kuantitatif

Wawancara, kuisioner, diskusi

Analisis Deskriptif

2 Menganalisis seberapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi pada sepuluh usaha peternakan yang berada di Kecamatan Pamijahan

Kuantitatif Mortalitas ayam berdasarkan penyebab dan harga jual ayam ras pedaging

Analisis Risiko

3 Menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi sepuluh usaha peternakan yang berada di Kecamatan Pamijahan

Kualitatif Wawancara, kuisioner, diskusi

Analisis Deskriptif


(31)

Analisis Deskriptif

Sumber-sumber risiko yaitu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya risiko dapat dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif juga dapat digunakan untuk menganalisis alternatif strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan ayam ras pedaging yang berada di Kecamatan Pamijahan untuk meminimalkan risiko yang dihadapi. Identifikasi ini dilakukan untuk melihat strategi yang harus diterapkan diterapkan untuk meminimalkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada status risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam ras pedaging yang berada di Kecamatan Pamijahan .

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Kemungkinan terjadi dan dampak sebuah risiko perlu dicari untuk mengukur risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi ayam ras pedaging. Data historis diganti dengan data dari 10 peternakan. Menurut (Kountur 2008), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada usaha ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan.

a. Menghitung tingkat kematian ayam berdasarkan sumber

Risiko produksi pada peternakan ayam ras pedaging diindikasikan dengan adanya mortalitas pada setiap periode produksi. Mortalitas ayam ras pedaging disebabkan oleh beberapa faktor dimana faktor-faktor tersbebut disebut dengan sumber risiko. Informasi kematian ayam berdasarkan sumber risiko diperoleh dengan bertanya langsung kepada peternak ataupun karyawan pada peternakan tersebut.

b. Menghitung rata-rata kejadian berisiko

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kematian ayam ras pedaging yang diproduksi adalah:

µ

Dimana:

µ = Nilai rata-rata kematian ayam (ekor) xi = Kematian ayam pada setiap periode (ekor) n = Jumlah periode

c. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko


(32)

Dimana:

s = Standar deviasi kematian ayam (ekor) xi = Kematian ayam pada setiap periode (ekor) µ = Nilai rata-rata kematian ayam (ekor) n = Jumlah periode

d. Menghitung batas normal (X) dan Z-score

Batas normal (X) risiko merupakan elemen penting dalam penghitungan nilai z-score. Nilai X akan berpengaruh terhadap probabilitas masing-masing sumber risiko. Jika nilai X berubah, maka probabilitas dari masing-masing sumber risiko akan berubah. Batas normal risiko dalam penelitian ini adalah jumlah kematian ayam akibat masing-masing sumber risiko yang dianggap masih normal oleh peternak. Perhitungan batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal adalah:

Setelah menemukan batas normal (X), tahapan selanjutnya adalah mencari nilai z-score dari masing-masing sumber risiko. Nilai z-score dari masing-masing sumber risiko dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

Dimana:

X = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal (ekor)

Mr = Rata-rata mortalitas ayam akibat masing-masing sumber risiko (%)

α = Rata-rata kematian ayam pada masing-masing peternakan (ekor)

z = Nilai z-score dari kematian ayam

µ = Nilai rata-rata dari kematian ayam (ekor) s = Standar deviasi dari kematian ayam (ekor)

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi z (normal).

e. Mencari probabilitas terjadinya risiko produksi

Setelah nilai z-score dari produksi ayam di peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan diketahui, maka selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari Tabel distribusi z (normal) sehingga dapat diketahui berapa persen kemungkinan mortalitas yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko yang melebihi batas normal yang ditetapkan.

Analisis Dampak Risiko

Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan


(33)

tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi ayam ras pedaging pada peternakan di Kecamatan Pamijahan. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah kematian ayam setiap periode. Jumlah kematian ayam tersebut kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dan dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari berapa besar nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR. Menurut (Kountur 2008), VaR dapat dihitung dengan rumus berikut:

Dimana:

VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kematian ayam (Rp)

µ = Nilai rata-rata dampak yang disebabkan masing-masing sumber risiko (Rp) Mi= Mortalitas ayam ras pedaging pada masing-masing sumber risiko pada

peternakan ke-i (kg)

P= Tingkat harga ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan (Rp) Z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen s = Standar deviasi kerugian akibat kematian ayam (Rp)

n = Banyaknya kejadian berisiko

Pemetaan Risiko

Sebelum merumuskan strategi penanganan risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak, ataupun sebaliknya. Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 5.

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan dengan pendekatan menggunakan probabilitas rata-rata dari sumber-sumber risiko produksi. Berdasarkan pendekatan tersebut, pada penelitian ini probabilitas yang yang menjadi batas antara probabilitas besar dengan probabilitas kecil adalah 50,60 persen. Batasan dampak besar dan kecil ditentukan oleh peternak. Batas antara dampak besar dan kecil ditentukan dengan pendekatan dua persen dari total


(34)

penerimaan masing-masing peternak. Penggunaan batas antara dampak yang besar dan kecil sebesar dua persen dari penerimaan didapatkan dari hasil wawancara dengan peternakan. Dengan skala usaha yang tergolong kecil, kerugian yang lebih besar dari dua persen total penerimaan sudah tergolong besar. Hasil perhitungan dua persen dari total penerimaan diperoleh hasil sebesar Rp 1 274 400.

Gambar 5. Layout peta risiko

Sumber risiko yang memiliki probabilitas diatas 50,60 persen dan dampak dibawah Rp 1 274 400 ditempatkan pada kuadran satu. Sumber risiko yang dipetakan pada kuadran dua adalah sumber risiko yang memiliki probabilitas diatas 50,60 persen dan dampak yang disebabkan lebih besar dari batas dampak besar dan kecil ditentukan oleh peternak. Sumber risiko dengan probabilitas dibawah 50,60 persen dan dampak dibawah batas dampak besar dan kecil ditentukan oleh peternak ditempatkan pada kuadran tiga. Kuadran empat adalah tempat untuk memetakan sumber risiko yang memiliki probabilitas dibawah 50,60 persen dan dampak diatas batas dampak besar dan kecil ditentukan oleh peternak ditempatkan pada kuadran empat.

Penanganan Risiko

Tahap terakhir dari proses manajemen risiko adalah penanganan risiko. Penanganan risiko dilakukan berdasarkan hasil pemetaan risiko. Dari pemetaan tersebut dapat ditentukan penanganan yang cocok untuk masing-masing sumber risiko. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:

a. Penghindaran Risiko (Preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk mengurangi probabilitas terjadinya sebuah risiko. Strategi ini dapat digunakan dengan perbaikan sistem dan perbaikan sumberdaya manusia. Strategi preventif digunakan untuk menangani sumber risiko yang memiliki probabilitas besar yaitu berada pada kuadran satu dan dua. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran satu dan kuadran empat yaitu sumber risiko yang memiliki probabilitas diatas 20 persen akan bergeser menuju kuadran tiga dan kuadran empat yaitu kuadran yang memiliki probabilitas dibawah 20 persen. Pergeseran sumber-sumber risiko sebagai hasil dari strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 5.

50,60%

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Probabilitas (%) Besar

Kecil


(35)

b. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga sumber risiko yang memiliki dampak diatas batas normal yaitu kuadran dua dan kuadran empat akan bergeser ke kuadran yang memiliki dampak dibawah batas normal kuadran satu dan kuadran tiga. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran dan asuransi (Harwood et al 1999). Pergeseran sumber-sumber risiko sebagai hasil dari strategi mitigasi dapat dilihat pada Gambar 5.

KEADAAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN PENELITIAN

Keadaan Peternakan Ayam Ras Pedaging Di Kabupaten Bogor

Bogor merupakan salah satu sentra produksi ayam ras pedaging di Provinsi Jawa Barat. Jumlah populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor meningkat setiap tahun. Peningkatan populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor berkisar antara empat hingga 10 persen. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2013), populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 adalah 17 175 302 ekor. Peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor tersebar di 40 Kecamatan yang berada di wilayah tersebut. Kecamatan yang memiliki populasi ayam ras pedaging terbesar di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Penyebaran populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor tahun 2012 No Kecamatan Populasi (Ekor) Persentase (%)

1 Pamijahan 2 766 397 16,10

2 Nanggung 1 542 367 8,98

3 Gunung Sindur 1 537 500 8,95

4 Parung 1 276 450 7,43

5 Leuwiliang 1 170 000 6,81

6 Lainnya 8 882 588 51,73

Total 17 175 302 100

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2013 (Diolah)

Tabel 7 menunjukkan bahwa Kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki populasi ayam terbesar adalah Kecamatan Pamijahan, dimana 16,10 persen dari total populasi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dibudidayakan di daerah tersebut. Kecamatan lain yang memiliki populasi ayam yang besar adalah Kecamatan Nanggung, Kecamatan Gunung Sindur, Kecamatan Parung, dan Kecamatan Leuwiliang.


(36)

Kondisi Geografi

Penelitian risiko produksi peternakan ayam ras pedaging ini dilakukan di Kecamatan Pamijahan yaitu desa Gunung Bundar I, desa Gunung Bundar II, desa Ciasmara dan desa Cemplang. Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di daerah Kabupaten Bogor. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor, Kecamatan Pamijahan merupakan daerah yang memiliki populasi ayam terbesar pada tahun 2011. Luas daerah kecamatan Pamijahan adalah 8 089 286 ha dan terbagi ke dalam 15 desa. Kecamatan pamijahan berada di dataran tinggi dimana tinggi dari permukaan laut mencapai 250 hingga 300 meter. Berdasarkan data keterangan umum Kecamatan Pamijahan, suhu udara maksimum di Kecamatan Pamijahan maksimal 280c. Keadaan lingkungan kususnya suhu udara merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam budidaya ayam ras pedaging. Suhu udara di Kecamatan Pamihahan sanggat cocok untuk budidaya ayam ras pedaging. Menurut Rasyaf (2007) suhu ideal untuk usaha budidaya ayam ras pedaginga adalah 230c hingga 290c.

Kondisi Demografi

Kecamatan Pamijahan memiliki jumlah penduduk sebanyak 132 193 jiwa yang terdiri dari 71 406 jiwa laki-laki dan 68 894 jiwa perempuan. Penduduk di Kecamatan Pamijahan terdiri dari 32 076 kepala keluarga. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 15 desa yang ada di Kecamatan Pamijahan. Distribusi penduduk kecamatan Pamijahan berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Lampiran 2.

Data distribusi penduduk pada Lampiran 2 menunjukakan bahwa jumlah penduduk yang berada pada usia produktif yaitu penduduk yang berusia 15 sampai 64 tahun (Bappenas) adalah 92 910 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Pamijahan adalah 132 193 jiwa, dengan demikian 70,2 persen penduduk di Kecamatan Pamijahan berada pada usia produktif. Jumlah penduduk yang berada pada usia tidak produktif yaitu usia 0 hingga 14 tahun dan usia diatas 65 tahun di kecamatan pamijahan ada 39 283 jiwa. Jumlah usia tidak produktif ini adalah 29,71 persen dari total jumlah penduduk di Kecamatan tersebut. kesimpulan yang dapat diambil dari data diatas adalah bahwa di Kecamatan Pamijahan jumlah penduduk yang berada dalam usia produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berada pada usia tidak produktif.

Tingkat pendidikan di Kecamatan Pamijahan masih tergolong rendah dimana mayoritas penduduk memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP/sederajat. Dari total 144 257 jiwa penduduk kecamatan pamijahan hanya 602 jiwa yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat sarjana. Informasi distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.


(37)

Tabel 8 Tingkat pendidikan penduduk kecamatan pamijahan tahun 2012

No Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1 Tidak tamat sekolah 7 963

2 Tamat SD/Sederajat 10 950

3 Tamat SLTP 12 720

4 Tamat SLTA 4 623

5 Tamat Akademi/Sederajat -

6 Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat 602

Sumber: Dinas Kecamatan Pamijahan, 2013

Tingkat pendidikan yang rendah di Kecamatan Pamijahan juga berpengaruh pada profesi masyarakat di kecamatan tersebut. Pekerjaan mayoritas penduduk di Kecamatan Pamijahan adalah pedagang kecil dan petani penggarap tanah. Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari kantor kecamatan Pamijahan, distribusi pekerjaan di kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jenis pekerjaan penduduk kecamatan pamijahan tahun 2012

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Petani 44 151 35,2

2 Pengrajin 6 646 5,3

3 Karyawan 21 906 17,4

4 Pedagang 23 727 18,9

5 PNS 789 0,6

6 TNI/Polri 17 0,013

7 Lainnya 28 125 22,43

Sumber: Dinas Kecamatan Pamijahan, 2013

Karakteristik Responden Umur Responden

Usia peternak ayam ras pedaging yang menjadi responden penelitian ini semuanya di atas 40 tahun. Usia seseorang sangat berpengaruh terhadap kondisi biologis dan psikologis seseorang. Pengalaman yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menghadapi permasalahan dan pengambilan keputusan.

Responden pada penelitian ini adalah pemilik dari sepuluh kandang peternakan ayam ras pedaging yang menjadi objek dalam penelitian ini. Responden pada penelitian ini sudah menjalankan usahanya selama empat hingga 20 tahun. Umur responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.

Data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa usia responden dalam penelitian ini adalah antara 40 tahun hingga 60 tahun. Setengah dari responden memiliki usia antara 40 hingga 45 tahun. Kelompok usia yang memiliki persentase kedua terbesar adalah kelompok usia 46 hingga 50 tahun serta kelompok usia 56 hingga 60 tahun. Kedua kelompok usia ini memiliki persentase sebesar 20 persen.


(38)

Tabel 10 Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan usia di Kecamatan Pamijahan tahun 2013

No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 40-45 5 50

2 46-50 2 20

3 51-55 1 10

4 56-60 2 20

Jumlah 10 100

Tingkat pendidikan

Salah satu penentu kualitas sumberdaya manusia adalah tingkat pendidikan. Kualitas individu seseorang pada dasarnya berbanding lurus dengan tingkat pendidikan orang tersebut. Pendidikan diperlukan pada semua sektor ekonomi termasuk usaha peternakan ayam ras pedaging.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, ilmu tentang budidaya ayam ras pedaging yang dimiliki oleh responden tidak diperoleh dari pendidikan formal. Pengehuan tentang budidaya ayam ras pedaging diperoleh para responden dari diskusi dengan peternak yang lebih berpengalaman. Responden pada penelitian ini yaitu pemilik sepuluh kandang peternakan ayam ras pedaging di kecamatan Pamijahan memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Pamijahan tahun 2013

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 2 20

2 SMP 5 50

3 SMA 3 30

4 Sarjana 0 0

Jumlah 10 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dari responden yang merupakan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan berbeda-beda. Pendidikan terakhir dari responden adalah tingkat SD hingga tingkat SMA. Sebesar 50 persen peternak memiliki tingkat pendidikan SMP. Persentase peternak yang memiliki tingkat pendidikan hingga jenjang SMA adalah 30 persen. Sendangkan sebagian kecil peternak (20 persen) memiliki tingkat pendidikan SD.

Skala Usaha

Skala usaha dalam peternakan ayam ras pedaging ditentukan dari jumlah populasi yang dipelihara oleh peternak. Peternakan yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini tergolong dalam usaha berskala kecil. Jumlah ayam yang dibudidayakan oleh masing-masing responden adalah 4 000 hingga 5 000 ekor


(39)

setiap responden. Skala usaha dari masing-masing peternak dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah responden peternak ayam ras pedaging berdasarkan skala usaha di Kecamatan Pamijahan tahun 2013

No Skala Usaha (Ekor) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 <4 000 0 0

2 4 000 7 70

3 5 000 3 30

4 >5 000 0 0

Jumlah 10 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden ( 70 persen) memiliki kapasitas produksi sebesar 4 000 ekor. Selain dengan kapasitas 4 000 ekor, 30 persen peternak memiliki kapasitas produksi 5 000 ekor. Keterbatasan modal menjadi alasan terbatasnya kapasitas produksi yang dimiliki oleh para responden.

Luas Kandang

Proses budidaya ayam ras pedaging dilakukan di dalam kandang. Luas kandang dalam proses budidaya ayam ras pedaging harus sesuai dengan jumlah produksi. Luas kandang ideal dalam budidaya ayam ras pedaging adalah, setiap 1 m2 maksimal ditempati oleh sepuluh ekor ayam. Jika jumlah ayam yang dipelihara melebihi kapasitas kandang akan berpengaruh pada pertumbuhan ayam yang dipelihara. Kepadatan ruang di peternakan yang menjadi responden dalam penelitian ini cukup baik dimana setian m2 kandang diisi oleh kurang dari 10 ekor ayam. Luas kandang dari masing-masing peternak dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah responden peternakan ayam ras pedaging berdasarkan luas kandang di Kecamatan Pamijahan tahun 2013

No Luas Kandang (m2) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 410-500 0 0

2 510-600 4 40

3 610-700 3 30

4 >700 3 30

Jumlah 10 100

Luas kandang yang dimiliki oleh responden pada penelitian ini adalah 550 sampai 720 m2. Sebesar 70 persen responden memiliki kanadang ayam dibawah 700 m2 dan 30 persen lainnya memiliki kandang ayam diatas 700 m2Jenis kandang pada peternakan ayam ras pedaging ada dua, yaitu kandang dengan lantai menempel ke tanah atau kandang dimana ada jarak antara lantai dengan tanah (kandang panggung). Kandang yang digunakan oleh responden dalam membudidayakan ayam ras pedaging adalah kandang dengan lantai menempel ke tanah.


(40)

Pengalaman Usaha

Pengalaman seseorang biasanya dihubungkan dengan waktu yang telah dihabiskan seseorang untuk melakukan sesuatu. Semakin banyak waktu yang telah dihabiskan orang tersebut untuk melakukan satu bidang tertentu maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut semakin berpengalaman. Pengalaman dalam beternak ayam juga dipengaruhi seberapa lama orang tersebut menjalankan usaha peternakan ayam. Pengetahuan seseorang tentang peternakan ayam ras pedaging juga dipengaruhi oleh pengalaman tersebut.

Responden pada penelitian ini memiliki pengalaman dalam budidaya ayam ras pedaging yang beragam. Pengalaman masing-masing responden dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah responden peternakan ayam ras pedaging berdasarkan pengalaman usaha di Kecamatan Pamijahan tahun 2013

No Lama Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0-5 1 10

2 6-10 3 30

3 11-15 5 50

4 16-20 1 10

Jumlah 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa para peternak yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah orang-orang yang sudah berpengalaman di bidang peternakan ayam ras pedaging. Pengalaman para responden dapat dilihat dari lama para responden dalam menjalankan usaha peternakan ayam ras pedaging. Setengah dari peternak yang menjadi responden pada peternakan ini memiliki pengalaman usaha selama 11 tahun hingga 15 tahun. Peternak yang memiliki pengalaman usaha selama enam tahun hingga 10 tahun adalah sebabnyak 30 persen. Peternak yang memiliki pengalaman usaha kurang dari lima tahun adalah sebanyak 10 persen. Peternak yang memiliki pengalaman usaha paling lama ada sebesar 10 persen dimana lama peternak tersebut menjalankan bisnis budidaya ayam ras pedaging adalah 16 tahun hingga 20 tahun.

Proses Budidaya Ayam Ras Pedaging Tahap Pra Produksi

Tahap pra produksi adalah tahapan mulai dari persiapan kandang hingga kandang siap digunakan untuk memelihara ayam mulai dari DOC hingga siap panen. Persiapan kandang sangat perlu karena akan berpengaruh pada perkembangan ayam dan juga kesehatan ayam. Tahap pra produksi meliputi persiapan kandang dan peralatan lainnya, selain itu sterilisasi peralatan juga perlu diperhatikan agar ayam terhindar dari berbagai virus penyebab penyakit. Tahapan pra produksi yang dilakukan seluruh responden sama yaitu dimulai dari membersihkan lantai kandang, menyiram lantai dengan kapur, menyemprot


(1)

Lampiran 1 Populasi ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor tahun 2011

No Kecamatan Populasi (Ekor)

1 Nanggung 1 542 365

2 Leuwiliang 1 170 000

3 Leuwisadeng 455 500

4 Pamijahan 2 766 397

5 Cibungbulang 1 047 000

6 Ciampea 185 000

7 Tenjolaya 85 040

8 Dramaga 467 500

9 Ciomas -

10 Tamansari 186 000

11 Cijeruk 497 000

12 Cigombong 496 000

13 Caringin 622 000

14 Ciawi 161 500

15 Cisarua 55 000

16 Megamendung 185 000

17 Sukaraja 117 500

18 Babakan Madang -

19 Sukamakmur -

20 Cariu -

21 Tanjungsari -

22 Jonggol -

23 Cileungsi -

24 Klapanunggal -

25 Gunung Putri -

26 Citeureup -

27 Cibinong 406 300

28 Bojong Gede 8 000

29 Tajurhalang 512 000

30 Kemang 330 500

31 Rancabungur 90 850

32 Parung 1 276 450

33 Ciseeng 279 600

34 Gunung Sindur 1 537 500

35 Rumpin 323 500

36 Cigudeg 548 000

37 Sukajaya 300 000

38 Jasinga 375 000

39 Tenjo 280 800

40 Parung Panjang 868 000


(2)

Lampiran 2 Distribusi penduduk Kecamatan Pamijahan berdasarkan usia tahun 2012

No Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa)

1 0-4 9 426

2 5-9 9 954

3 10-14 10 650

4 15-19 10 306

5 20-24 9 907

6 25-29 9 182

7 30-34 11 451

8 35-39 12 490

9 40-44 9 961


(3)

Lampiran 3 Usia responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun 2013

No Nama Responden Usia(Tahun)

1 Adang 40

2 Mahmud 45

3 Yayat 41

4 Muhtadi 50

5 Nanang 48

6 Hendra 45

7 Deden 51

8 Anthony 45

9 H.Jaka 60


(4)

Lampiran 4 Tingkat pendidikan responden peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tahun 2013

No Nama Responden Pendidikan Terakhir

1 Adang SMA

2 Mahmud SMA

3 Yayat SMP

4 Muhtadi SMP

5 Nanang SD

6 Hendra SMP

7 Deden SMP

8 Anthony SMA

9 H.Jaka SD


(5)

Lampiran 5 Pengalaman usaha responden sebagai peternak ayam ras pedaging

No Nama Responden Pengalaman Usaha (Tahun)

1 Adang 15

2 Mahmud 15

3 Anthony 4

4 Muhtadi 9

5 Jamaluddin 13

6 Hendra 10

7 H.Jaka 18

8 Deden 13

9 Yayat 9


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 16 Juni tahun 1989 di Pematang Siantar Kab. Simalungun Propinsi Sumatera Utara. Penulis merupakan anak pertama dari tiga orang bersaudara, dari pasangan bapak Johny Simanjuntak dan ibu Pinta Marpaung.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1994 di SD Negeri 177675 Sigordang. Pada tahun 1996 penulis pindah ke SD Negeri 1 Bah Jambi dan setahun kemudian pada tahun 1997 kembali ke SD Negeri 177675 Sigordang. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Swasta Cinta Rakyat 2 Pematang Siantar dan menyelesaikan pendidikan tingkat SLTP pada tahun 2000. Tingkat pendidikan SMA diselesaikan oleh penulis dari SMA Bintang Timur Balige pada tahun 2006.

Setelah lulus dari pendidikan tingkat SMA, pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Program Keahlian Manajemen Agribisnis melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana alih jenis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut