Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tunggakan Kredit Usaha Mikro pada Swamitra Koppas Kramat Jati
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
TUNGGAKAN KREDIT USAHA MIKRO
PADA SWAMITRA KOPPAS KRAMAT JATI
TITI WIJAYANTI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor
yang Memengaruhi Tunggakan Kredit Usaha Mikro pada Swamitra Koppas
Kramat Jati adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Titi Wijayanti
NIM H34114013
ABSTRAK
TITI WIJAYANTI. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tunggakan Kredit
Usaha Mikro pada Swamitra Koppas Kramat Jati. Dibimbing oleh DWI
RACHMINA.
Salah satu masalah utama pada sektor pertanian di Indonesia adalah kurang
dukungan permodalan. Program untuk mengatasi masalah ini adalah linkage
program yang merupakan kemitraan perbankan umum dengan lembaga keuangan
mikro atau koperasi. Swamitra Koppas Kramat Jati merupakan salah satu lembaga
keuangan mikro yang berperan dalam penyaluran kredit ke pelaku usaha
agribisnis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi tunggakan kredit usaha mikro. Faktor yang memengaruhi
tunggakan kredit usaha mikro dianalisis dengan analisis regresi linier berganda
dari hasil penyebaran kuesioner kepada debitur kredit mikro agribisnis Swamitra
Koppas Kramat Jati. Sampel responden dalam penelitian ini berjumlah 38 orang
dengan metode pengambilan sampel stratified random sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat tunggakan kredit berkisar dari 1,6 persen hingga 51,1
persen, dengan rata-rata tunggakan debitur mencapai 12,3 persen. Faktor-faktor
yang berpengaruh dan memiliki hubungan positif dalam tunggakan kredit usaha
mikro adalah usia debitur dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan lama
usaha, status kepemilikan lokasi usaha, dan jangka waktu pengembalian kredit
memiliki hubungan negatif.
Kata kunci: Regresi linier berganda, linkage program, kredit mikro, agribisnis
ABSTRACT
TITI WIJAYANTI. Analysis of Factors that Influencing Micro Credit Arrears on
Swamitra Koppas Kramat Jati. Supervised by DWI RACHMINA.
One of the main problems of agricultural in Indonesia is the lack of financial
support. The program to overcome this problem is linkage progam that link the
bank and micro finance institutions or cooperative. Swamitra Koppas Kramat Jati
is one of the micro finance intitutions which contribute of lending to the
agribusiness entrepreneurs. This study is focused on analyzing factors that
influencing micro credit arrears. Factors that influencing micro credit analysis
utilises multiple linier regression analysis with data collected trough
questionnaires to the debitur of micro credit agribusines Swamitra Koppas Kramat
Jati. Sample to this study was 38 responden with stratified random sampling. In
addition to these, results indicate that factors that significant influencing of micro
credit arrears and have positive correlations are age, amount of family dependents,
and factors with negative correlations are business long-term, status of business
location ownership, and period of credit repayment.
Keywords: Multiple liniear regression, linkage program, micro credit,
agribusiness
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
TUNGGAKAN KREDIT USAHA MIKRO
PADA SWAMITRA KOPPAS KRAMAT JATI
TITI WIJAYANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya akhir
dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tunggakan Kredit Usaha
Mikro pada Swamitra Koppas Kramat Jati sebagai salah satu syarat kelulusan
pada program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Laporan ini
merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di Swamitra Koppas
Kramat Jati, Jakarta Timur.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis
sebagai bentuk penghargaan kepada orang tua tercinta yang telah memberikan
dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis menuju satu titik menuju
masa depan, Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si sebagai
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran, Eva Yolynda Aviny, SP,
MM sebagai dosen komisi akademik yang telah banyak memberikan saran, Dr. Ir.
Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator kolokium yang telah banyak
memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Aries Irawan selaku manager bisnis DPPM Bank Bukopin yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Swamitra Koppas
Kramat Jati, Bapak Amayudin selaku manager Swamitra Koppas Kramat Jati,
Bapak Adi Dias selaku account officer, Ibu Ninah Wati selaku koordinator
operasional, dan Bapak Hendra Saputra beserta karyawan Swamitra Koppas
Kramat Jati yang telah membantu selama pengumpulan data dan informasi, serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Titi Wijayanti
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Kredit di dalam Perkembangan Usaha
Manfaat Pelaksanaan Linkage Program
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengembalian Kredit
Metode Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengembalian Kredit
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Kemitraan Perbankan
Peranan Kredit di dalam Usaha
Jenis-jenis kredit
Prinsip Penilaian Kredit
Kredit Bermasalah
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penentuan Sampel
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Kualitatif
Analisis Kuantitatif
Analisis Model Regresi Linear Berganda
Pengujian Asumsi OLS
Uji Multikoliniearitas
Uji Normalitas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Pengujian Hipotesis Gabungan dan Parsial
Hipotesis Variabel Penjelas
Definisi Operasional
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Bank Bukopin
Sejarah dan Perkembangan PT. Bank Bukopin, Tbk
Visi dan Misi PT Bank Bukopin, Tbk
Gambaran Umum Swamitra
Gambaran Umum Swamitra Koppas Kramat Jati
10
12
13
1
1
4
7
7
8
8
8
9
10
11
12
12
12
14
15
16
17
18
21
21
21
21
22
22
23
23
23
25
25
25
25
26
26
27
29
29
29
29
30
30
31
Sejarah Pembentukan Koppas Kramat Jati
31
Perkembangan Koppas Kramat Jati
32
Struktur Swamitra Koppas Kramat Jati
32
Mekanisme Penyaluran Kredit Usaha Mikro Swamitra Koppas Kramat
Jati
35
HASIL DAN PEMBAHASAN
36
Karakteristik Debitur Swamitra Koppas Kramat Jati
36
Karakteristik Kepribadian Individu Responden
37
Karakteristik Usaha dan Kemampuan Responden
41
Karakteristik Kredit dan Permodalan Responden
46
Karakteristik Agunan Responden
50
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit
Swamitra Koppas Kramat Jati
52
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tunggakan Kredit Usaha Mikro
Swamitra Koppas Kramat Jati
53
Usia debitur
55
Tingkat Pendidikan
55
Jumlah Tanggungan keluarga
56
Jenis Usaha
56
Lama Usaha
57
Omzet
57
Biaya Operasional
57
Status Kepemilikan Lokasi Usaha
58
Jangka Waktu pengembalian Kredit
58
Frekuensi Peminjaman Kredit
58
Tingkat Bunga
59
SIMPULAN DAN SARAN
60
Simpulan
60
Saran
60
DAFTAR PUSTAKA
61
LAMPIRAN
63
RIWAYAT HIDUP
65
DAFTAR TABEL
1 Kriteria UMKM berdasarkan aset dan omzet di Indonesia tahun 2013
1
2 Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan usaha besar
(UB) di Indonesia tahun 2011-2012
2
3 Perkembangan PDB usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan usaha
besar di Indonesia tahun 2011-2012
2
4 Daftar bank umum peserta linkage program di Indonesia tahun 2009
3
5 Pertumbuhan modal kerja Swamitra Bukopin tahun 2010-2012
4
6 Jenis usaha mikro debitur Swamitra Koppas Kramat Jati tahun 2013
5
7 Jumlah debitur mikro agribisnis Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
kelancaran kredit tahun 2013
22
8 Uji Durbin-Watson: aturan keputusan
26
9 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
jenis kelamin tahun 2013
37
10 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
status pernikahan tahun 2013
38
11 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
usia tahun 2013
38
12 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
tingkat pendidikan tahun 2013
39
13 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
jumlah tanggungan keluarga tahun 2013
40
14 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
jarak tempat tinggal tahun 2013
40
15 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
status kepemilikan rumah tinggal tahun 2013
41
16 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
jenis usaha tahun 2013
42
17 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
lama usaha tahun 2013
42
18 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
omzet usaha tahun 2013
43
19 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
pendapatan bersih usaha tahun 2013
44
20 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
biaya opersional usaha tahun 2013
44
21 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
jumlah angsuran kredit tahun 2013
45
22 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
bunga kredit tahun 2013
46
23 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
status kepemilikan lokasi usaha tahun 2013
47
24 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
modal usaha tahun 2013
47
25 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
status kepemilikan aset usaha tahun 2013
48
26 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
plafon kredit tahun 2013
49
27 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
status jangka waktu kredit tahun 2013
49
28 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
frekuensi peminjaman kredit tahun 2013
50
29 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
nilai agunan tahun 2013
51
30 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
wujud agunan tahun 2013
52
31 Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit
usaha mikro pada Swamitra Koppas Kramat Jati
54
DAFTAR GAMBAR
1 Realisasi kredit usaha mikro Swamitra USP Koppas Kramat Jati oktober 2012desember 2013
6
2 Grafik perkembangan BDR kredit usaha mikro Swamitra USP Koppas Kramat
Jati pada bulan oktober 2012-desember 2013
6
3 Model pola pembiayaan executing
13
4 Model pola pembiayaan chanelling
14
5 Pola pembiayaan joint financing
14
6 Kerangka pemikiran operasional
20
7 Pola kemitraan Swamitra
31
8 Struktur organisasi Swamitra USP Koppas Kramat Jati tahun 2013
33
9 Proporsi jumlah debitur sektor agribisnis Swamitra Koppas Kramat Jati
berdasarkan tingkat tunggakannya tahun 2013
52
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor agribisnis memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan
nasional dan perekonomian Indonesia. Peran tersebut diantaranya penyerapan
tenaga kerja dan peningkatan PDB di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS), peningkatan pertumbuhan PDB di Indonesia banyak dipengaruhi
oleh sektor agribisnis. Pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan I-2013
dibandingkan triwulan IV-2012, yang diukur dari kenaikan PDB atas harga
konstan meningkat sebesar 1,41 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini
terutama didukung oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
yang meningkat sebesar 23,06 persen karena mulainya musim panen tanaman
padi pada triwulan I-20131. Oleh karena itu, cara yang paling efektif untuk
mengembangkan perekonomian adalah melalui pengembangan UMKM
agribisnis. Pengembangan UMKM agribisnis yang dimaksud bukan hanya
pengembangan pertanian primer atau subsistem (on farm agribusiness), tetapi
juga mencakup subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness), yaitu industriindustri yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer, seperti industri
pembibitan/perbenihan, industri agro-otomotif, industri agro-kimia, dan
susbsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness), yaitu industri-industri
yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan beserta kegiatan
perdagangannya.
Tantangan yang dihadapi dunia usaha agribisnis pada saat ini adalah
pelaku usaha agribisnis di Indonesia sebagian besar masih termasuk ukuran Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sisi positif dari sektor usaha yang
berskala UMKM adalah berkembang menyesuaikan diri dalam situasi yang
berubah, karena tidak perlu terhambat oleh persoalan-persoalan birokrasi yang
dihadapi perusahaan besar. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro
Kecil dan Menengah telah diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), salah satu kriteria
UMKM adalah berdasarkan aset dan omzet. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria UMKM berdasarkan aset dan omzet di Indonesia tahun 2013
No
Uraian
Kriteria
Aset (Rp)
Omzet (Rp)
1
Usaha Mikro
Maks.50 juta
Maks.300 juta
2
Usaha Kecil
>50 juta-500 juta
> 300 juta- 2,5 Milyar
3
Usaha Menengah >500 juta-10 Milyar >2,5 Milyar-50 Milyar
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013
Potensi UMKM di Indonesia terus bertumbuh secara konsisten dan sangat
potensial, terutama pada beberapa dekade terakhir. Hal ini dapat dilihat dari data
dan fakta yang dituangkan kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
1
Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha,
Http://www.bps.go.id/aboutus.php?65tahun=1 [diakses November 2013]
2
dalam renstra tahun 2010-2014, yang secara nyata menunjukkan berbagai
kelebihan dan potensi segmen UMKM, diantaranya: UMKM memberikan
berbagai sumbangsih dalam proses pembangunan nasional seperti yang terdapat
dalam Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan usaha
besar (UB) di Indonesia tahun 2011-2012
Indikator
Unit Usaha (Unit)
a. Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
b.
Usaha Besar
Tenaga Kerja (orang)
a. Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
b.
Usaha Besar
2011
55 211 396
55 206 444
2012
56 539 560
56 534 592
Pertumbuhan(%)
2.41
2.41
54 559 969
602 195
44 280
4 952
104 613 681
101 722 458
55 856 176
629 418
48 997
4 968
110 808 154
107 657 509
2.38
4.52
10.65
0.32
5.92
5.83
94 957 797
3 939 992
2 844 669
2 891 224
99 859 517
4 535 970
3 262 023
3 150 645
5.16
15.71
14.67
8.97
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia 2013 (data
diolah)
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa UMKM menjadi sektor usaha
yang banyak menyerap tenaga kerja. Jumlah unit usaha UMKM mencapai 56,5
juta unit pada tahun 2012. UMKM merupakan pelaku ekonomi dominan di
Indonesia karena mencapai 99,99 persen dari seluruh pelaku nasional. UMKM
mampu menyerap lebih dari 107 juta tenaga kerja. Artinya, lebih dari 97 persen
pekerja nasional terkonsentrasi di sektor UMKM. Dengan demikian sektor ini
telah menjamin stabilitas pasar tenaga kerja, penekanan pengangguran, dan
menjadi wahana tumbuhnya wirausaha nasional yang tangguh dan mandiri.
Peranan UMKM dalam perekonomian juga telah berkontribusi terhadap
peningkatan PDB dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perkembangan PDB usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan
usaha besar di Indonesia tahun 2011-2012
Indikator
PDB Atas Dasar Harga
Berlaku (a+b)
a. Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
b. Usaha Besar
2011
7 427 086
2012
8 241 864
Pertumbuhan (%)
10.97
4 303 571
4 869 568
13.15
2 579 388
722 012
1 002 170
3 123 515
2 952 120
798 122
1 120 325
3 372 296
14.41
10.54
11.79
7.96
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia 2013
3
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa kontribusi UMKM terhadap
PDB menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pada
tahun 2012 mencapai Rp 4.869.568,1 triliun, dengan jumlah tersebut berarti
57,94 persen dari PDB nasional bersandar pada produktivitas UMKM. Kontribusi
UMKM mencapai seperlima dari total ekspor non migas. Hal ini menjadikan daya
saing produk UMKM di pasar global, sekaligus merupakan bukti adanya potensi
besar yang perlu terus dijaga kesinambungannya.
Berbagai sumber modal yang tersedia di lembaga keuangan sangat
bermanfaat untuk usaha UMKM. Di Indonesia, pemerintah melalui Bank
Indonesia telah membuat program agar penyaluran kredit dapat sampai ke
pedesaan dan kepada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
sehingga pemerataan ekonomi dapat tercapai dan kesejahteraan masyarakat serta
penyerapan tenaga kerja dapat meningkat. Linkage Program salah satu cara
mendorong intermediasi dengan memberdayakan sektor Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM), berikut daftar bank umum peserta linkage program dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Daftar bank umum peserta linkage program di Indonesia tahun 2009
No
1
2
3
5
6
7
8
Nama Bank Umum
PT Bank Negara Indonesia
(persero), Tbk
PT BPD Jawa Barat Dan
Banten
PT Bank Muamalat Indonesia
Mitra Program
BPR dan
Koperasi
BPR dan
Koperasi
BPRS dan BMT,
dan Koperasi
PT Bank Rakyat Indonesia Koperasi
(Persero), Tbk
PT Bank Central Asia, Tbk
BPR
PT Bank Syariah Mandiri
BPR dan BPRS
PT Bank Bukopin
Koperasi
Plafon Kredit (Rp)
512 000 000 000
22 550 000 000
66 586 747 138
600 000 000
9 970 000 000
27 000 000 000
54 110 203 694
Sumber: Bank Indonesia 2009
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa Bank Bukopin merupakan salah satu
peserta Linkage Program dimana pada tahun 2009 memiliki plafon kredit sebesar
Rp 54.110.203.694,00. Linkage program merupakan upaya untuk meningkatkan
daya saing Lembaga Keuangan Mikro sekaligus efisiensi pelaksanaan skim kredit
Bank Umum (Konvensional dan Syariah). Linkage program menjadi kerjasama
yang saling menguntungkan antara Bank Umum dengan Lembaga Keuangan
Mikro dalam hal penyaluran kredit kepada UMKM. Tujuannya adalah untuk
mempercepat pencapaian business plan kredit Bank Umum kepada UMKM, juga
untuk mengatasi keterbatasan jaringan dan sumber daya manusia Bank Umum
dalam menjangkau usaha mikro secara langsung di pedesaan. Sementara itu bagi
Swamitra, linkage program dapat mengatasi hambatan kesulitan modal kerja yang
diperlukan dalam penyaluran kredit. Bank Bukopin juga telah membangun lebih
dari 625 jaringan outlet micro-banking dengan nama “Swamitra”, sebagai wujud
kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro.
Swamitra adalah nama suatu bentuk kerjasama atau kemitraan antara Bank
Bukopin dengan Koperasi untuk mengembangkan serta modernisasi Usaha
Simpan Pinjam (USP) melalui pemanfaatan jaringan teknologi (network) dan
4
dukungan sistem manajemen sehingga USP memiliki kemampuan pelayanan
transaksi keuangan yang lebih luas dengan tetap memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pertumbuhan modal kerja Swamitra Bukopin
semakin meningkat tiap tahunnya terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Pertumbuhan modal kerja Swamitra Bukopin tahun 2010-2012
Tahun
2010
2011
2012
Kredit (Rp Miliar)
Pertumbuhan (%)
607
753
957
24.05
27.09
Sumber: Bank Bukopin 2012
Perkembangan Swamitra, yaitu suatu pola kerjasama kemitraan antara Bank
Bukopin dengan Koperasi, dimana Bank Bukopin memberikan dukungan
permodalan, pemanfaatan jaringan teknologi dan dukungan sistem manajemen
yang profesional, pada tahun 2012 juga memiliki pertumbuhan yang positif.
Jumlah outlet kerjasama pada akhir Desember 2012 sebanyak 625 Swamitra atau
tumbuh sebesar 7,2 persen dari tahun 2011. Kinerja keuangan Swamitra juga
mampu menunjukkan kondisi yang relatif aman, dimana secara keseluruhan kredit
yang diberikan tumbuh sebesar 13 persen dan aset tumbuh 12 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pengembangan konsep Swamitra untuk menjangkau pelaku usaha mikro di
pelosok daerah juga dilakukan pada tahun 2012. Swamitra banyak didirikan di
sekitar pasar-pasar atau pusat bisnis lainnya. Swamitra Koppas Kramat jati
merupakan salah satu Swamitra di Jakarta Timur yang berperan dalam
menyalurkan kredit untuk pengembangan usaha mikro, letaknya strategis karena
berdiri dekat dengan pasar dan pusat bisnis. Debitur Swamitra Koppas Kramat Jati
sebagian besar merupakan pedagang produk hilir agribisnis di pasar Kramat Jati
dan pasar Induk Kramat Jati. Pasar Induk Kramat Jati merupakan pusat
perdagangan besar sayur-sayuran dan buah-buahan di wilayah DKI Jakarta yang
bersifat menyeluruh dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang diperlukan sebagai
pusat perdagangan sayur-sayuran dan buah-buahan. Dalam tiga tahun terakhir
Swamitra Koppas Kramat Jati telah berhasil menyalurkan dana sekitar 4 milyar,
namun dalam perkembangan pembiayaannya Swamitra Koppas Kramat Jati tidak
terlepas dari permasalahan kredit macet. Tercatat sampai dengan Oktober 2013,
BDR (Bad Debt Ratio) mencapai 6 persen. Hal tersebut merupakan salah satu
indikator kinerja Swamitran USP Koppas Kramat Jati yang dinilai kurang baik.
Meningkatnya penyaluran jumlah kredit yang telah disalurkan oleh Swamitra USP
Koppas Kramat Jati juga diiringi dengan kenaikan BDR.
Rumusan Masalah
Mengingat sektor UMKM agribisnis mempunyai peranan yang sangat
penting bagi perekonomian Indonesia, maka ketersediaan modal adalah salah satu
unsur yang sangat vital untuk mendorong pertumbuhan UMKM agribisnis. Akan
tetapi, akses UMKM yang terbatas terhadap kredit perbankan menghambat
potensi kredit, sehingga tidak semua UMKM mendapatkan fasilitas kredit.
Keterbatasan akses tersebut dikarenakan anggapan pihak perbankan bahwa
5
UMKM tidak bankable atau tidak layak diberikan kredit. Selain itu usaha
agribisnis yang memiliki banyak risiko seperti mahalnya input, harga komoditas
yang fluktuatif, memerlukan penanganan penyimpanan untuk menjaga stok dan
lain sebagainya. Anggapan ini terjadi karena kurangnya informasi mengenai
UMKM yang potensial, tingginya suku bunga, biaya transaksi yang tinggi per
nasabah, dan lemahnya UMKM dalam hal sumberdaya manusia, permodalan,
teknologi, manajemen, dan pemasaran. Menurut Bank Indonesia (2010) sebanyak
60 juta UMKM di Indonesia belum tersentuh perbankan.
Bank Bukopin merupakan salah satu bank yang melaksanakan Linkage
Program. Melalui Swamitra, Bank Bukopin telah menyalurkan kredit ke pelaku
usaha mikro, serta telah berkontribusi membantu perkembangan UMKM di
Indonesia. Swamitra dapat memberikan kredit mulai dari dua juta rupiah sampai
dengan seratus lima puluh juta rupiah.
Pengembangan konsep Swamitra untuk menjangkau pelaku usaha mikro di
pelosok daerah juga dilakukan pada tahun 2012. Swamitra banyak didirikan di
sekitar pasar-pasar atau pusat bisnis lainnya. Swamitra USP (Unit Simpan Pinjam)
Koppas Kramat jati merupakan salah satu Swamitra di Jakarta Timur yang
berperan dalam menyalurkan kredit untuk pengembangan usaha mikro. Potensi
besar untuk penyaluran kredit Swamitra USP Koppas Kramat Jati didukung
dengan letaknya yang strategis karena berlokasi dekat dengan pasar dan pusat
bisnis, seperti Pasar Induk Jakarta dan Pasar Kramat Jati, dimana banyak
masyarakat yang bekerja sebagai pelaku usaha mikro. Jenis usaha mikro debitur
Swamitra Koppas Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis usaha mikro debitur Swamitra Koppas Kramat Jati tahun 2013
No
1.
2.
3.
3.
4.
5.
6.
Jenis Usaha Mikro
Sembako
Sayur-sayuran
buahan
Bumbu
Kontrakan
Otomotif
Voucher
Konsumtif
Total
dan
buah-
Jumlah Debitur
(Orang)
Persentase (%)
98
155
15
24
131
131
73
33
33
654
20
20
11
5
5
100
Sumber: Swamitra Koppas Kramat Jati 2013
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa jenis usaha mikro debitur Swamitra
Koppas Kramat Jati bervariasi, kredit yang diberikan kepada debitur Swamitra
Koppas Kramat Jati digolongkan untuk kredit produktif sebesar 95 persen dan
kredit konsumtif sebesar 5 persen. Debitur Swamitra didominasi oleh pedagang
produk hilir agribisnis seperti pedagang sembako, sayur-sayuran, buah-buahan,
bumbu dan sebagainya. Dalam tiga tahun terakhir Swamitra USP Koppas
Kramat Jati telah berhasil menyalurkan kredit sekitar empat milyar.
Perkembangan realisasi kredit usaha mikro Swamitra USP Koppas Kramat Jati
Oktober 2012-Desember 2013 dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Sumber : Swamitra USP Koppas Kramat Jati 2013
Gambar 1 Realisasi kredit usaha mikro Swamitra USP Koppas Kramat Jati
oktober 2012-desember 2013
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan secara deskriptif bahwa penyaluran
kredit usaha mikro telah mencapai target tiap bulannya meningkat, namun dalam
perkembangan penyaluran kreditnya, Swamitra Koppas Kramat Jati tidak terlepas
dari permasalahan kredit macet. Tercatat sampai dengan Oktober, BDR (Bad Debt
Ratio) mencapai 6 persen. Nilai tunggakan riil atau BDR merupakan presentasi
seluruh kredit yang termasuk Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet
(M) terhadap seluruh nilai sisa pinjaman. Salah satu indikator kredit yang sehat
bagi Swamitra Koppas Kramat Jati adalah jika BDR dibawah lima persen. Grafik
perkembangan BDR Swamitra Koppas Kramat Jati dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber : Swamitra Koppas Kramat Jati 2013
Gambar 2 Grafik perkembangan BDR kredit usaha mikro Swamitra USP Koppas
Kramat Jati pada bulan oktober 2012-desember 2013
Gambar 2 menunjukkan permasalahan nasabah yang tergolong dalam
kolektibilitas bermasalah, yaitu pembiayaan yang pengembaliannya diragukan dan
7
macet. Dalam tiga tahun belakangan ini terdapat 92 orang nasabah yang
dikategorikan kredit macet, 90 orang nasabah dalam perhatian khusus, 81 orang
nasabah dalam kategori kurang lancar, dan 121 orang nasabah dalam kategori
lancar, dengan meningkatnya jumlah kredit yang telah disalurkan oleh Swamitra
USP Koppas Kramat Jati juga diiringi dengan kenaikan BDR.
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat tunggakan kredit usaha mikro nasabah Swamitra Koppas
Kramat Jati?
2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi tingkat tunggakan kredit usaha mikro
pada Swamitra Koppas Kramat Jati?
Tujuan
Tujuan dari penelitian yang dapat dikaji adalah :
1. Mengukur tingkat tunggakan kredit usaha mikro debitur Swamitra Koppas
Kramat Jati.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tunggakan kredit usaha mikro
pada Swamitra Koppas Kramat jati.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi:
1. Bagi Penulis
Dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu
pengetahuan mendalam mengenai Lembaga Keuangan Mikro. Semoga dapat
memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh di masa perkuliahan,
sebagai bekal yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja serta pengalaman
berharga dalam konvergensi teori-teori ilmiah dengan fenomena di lapangan.
2. Bagi Swamitra Koppas Kramat Jati
Sebagai bahan informasi dan diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan
strategi untuk menentukan kebijakan khususnya terkait dengan rencana
penyaluran kredit sehingga realisasi kredit akan meningkat dan akhirnya
mecapai target realisasi serta mengurangi bahkan mencegah adanya kasus
penunggakan pengembalian kredit (kredit bermasalah).
3. Bagi Pembaca
Dapat dijadikan sumber informasi untuk dijadikan acuan dan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
8
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Swamitra Koppas Kramat Jati. Berlokasi di
Jalan Raya Bogor KM.19 Kramat Jati, Jakarta Timur. Penelitian ini memfokuskan
pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi tunggakan kredit usaha mikro pada
Swamitra Koppas Kramat Jati, Jakarta Timur.
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Kredit di dalam Perkembangan Usaha
Penyaluran kredit untuk usaha khususnya UMKM dapat berpengaruh
terhadap perkembangan usaha, hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2013) mengenai peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank
Jateng terhadap perkembangan usaha mikro di Kabupaten Boyolali menunjukkan
bahwa setelah menerima KUR, perkembangan usaha mikro kecil di Kabupaten
Boyolali mengalami peningkatan yang signifikan terhadap omzet penjualan,
keuntungan, dan jumlah jam kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa KUR
efektif di dalam membantu pengembangan usaha.
Penelitian mengenai kinerja penyaluran KUPEDES serta dampaknya
terhadap peningkatan pendapatan usaha nasabah BRI Unit Citeureup yang
dilakukan oleh Fitrianingsih (2008) menunjukkan bahwa KUPEDES mampu
meningkatkan pendapatan nasabahnya. Peningkatan pendapatan rata-rata yang
dialami oleh nasabah mencapai 29,14 persen, sedangkan sektor perdagangan
mengalami pengingkatan yang paling signifikan dengan peningkatan sebesar
35,26 persen. Tingkat kepercayaaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
95 persen. Penelitian lain yang dilakukan Syofwan (2012) mengenai peranan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap pengembangan UMK di Kecamatan
Gebang Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa meningkatnya pendapatan
pengusaha Usaha Mikro dan Kecil setelah mendapatkan atau meminjam Kredit
Usaha Rakyat dari Bank BRI unit Kecamatan Gebang, dan dilihat dari hasil
analisis bahwa besarnya pengaruh variabel modal Kredit Usaha Rakyat terhadap
perubahan tingkat pendapatan bernilai positif, sehingga semakin tinggi modal
Kredit Usaha Rakyat (KUR) maka akan semakin tinggi pula perubahan tingkat
pendapatan yang akan didapatkan pengusaha Mikro dan Kecil (UMK), dimana
setiap kenaikan modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) maka pendapatan pengusaha
Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Gebang juga meningkat. Kemudian Rita
(2004) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis pengaruh Pemberian Kredit
Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil dan Menengah” mengemukakan
bahwa kredit tidak berpengaruh nyata terhadap pedagang usaha kecil menengah di
daerah medan. Hal ini diakibatkan oleh belum adanya pengelolaan yang baik
untuk modal yang didapatkan dari kredit sehingga proporsi penggunaan modal
lebih banyak untuk keperluan pribadi dibandingkan dengan untuk membeli inputinput produksi.
9
Manfaat Pelaksanaan Linkage Program
Linkage Program
dengan pola Swamitra merupakan suatu bentuk
kerjasama yang saling menguntungkan antara bank umum dengan koperasi.
Kerjasama kemitraan ini dilakukan antara Bank Bukopin dengan koperasi untuk
memoderenisasi usaha simpan pinjam melalui pemanfaatan jaringan teknologi
(network) dan dukungan sistem manajemen yang profesional sehingga memiliki
kemampuan memberikan pelayanan jasa-jasa keuangan yang lebih luas. Swamitra
diharapkan dapat menjadi sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan lemahnya
permodalan, kepercayaan, dan manajemen yang selama ini dihadapi sektor
UMKM. Selain itu, dilaksanakannya program kemitraan swamitra untuk
mengembangkan dan memperkuat struktur permodalan koperasi yang selama ini
mengahadapi banyak kendala.
Mochtar (2008) dalam penelitiannya mengenai pengembangan penyaluran
kredit melalui koperasi dengan pola Swamitra untuk peningkatan ekonomi daerah
dan masyarakat di kota Pekanbaru, mengemukakan bahwa Bank Bukopin melalui
swamitra menerapkan empat konsep antara lain; Pertama, Pemberdayaan ekonomi
rakyat melalui dukungan teknis, pemasaran dan pembiayaan melalui kemitraan
antara Bank Bukopin dengan Koperasi. Hal tersebut dimaksufkan guna
menumbuhkan kepercayaan anggota koperasi. Kedua, menghubungkan kebutuhan
produsen atau pengusaha UMKM dengan konsumen melalui penyediaan
informasi dan komunikasi bisnis. Hal ini dimaksudkan untuk mengefisiensikan
jalur distribusi yang panjang, sehingga pengusaha UMKM dan konsumen dapat
menikmati nilai tambah dalam aktifitas bisnis, Ketiga, memperluas pelayanan
transkaksi perbankan guna memepermudah pengusaha UMKM melakukan
aktivitas sharing dan kredit untuk memperlancar arus perdagangan. Keempat,
membangun hubungan kemitraan jaringan kerja dengan dukungan teknologi untuk
mempererat hubungan kemitraan Bank Bukopin dengan koperasi.
Mochtar (2008) juga menambahkan mengenai dampak yang diterima pelaku
UMKM mengikuti kemitraan Swamitra Bank Bukopin, antara lain peningkatan
aset dan skala usaha, peningkatan penyerapan tenaga kerja, perluasan pasar, dan
peningkatan pendapatan. Hal ini ditinjau dari seluruh unit Swamitra di Kota
Pekanbaru. Dari segi aset yang dimiliki para pelaku UMKM, baik aset finansial
dan aset Riil (rumah, tanah, dan kendaraan) meningkat rata-rata sebesar 36,50
persen. Rumah tersebut dikategorika kecil, namun demikian masih banyak
diyakini akan meningkat setiap tahunnya. Sedangkan dari segi penyerapan tenaga
kerja, pelaku UMKM mengalami peningkatan rata-rata sebesar 45,89 persen.Hal
ini berkaitan dengan meningkatnya volume usaha pelaku usaha UMKM setelah
menerima kredit Swamitra sehingga menyebabkan perlunya tambahan tenaga
kerja.
Dari segi pasar, UMKM mengalami peningkatan rata-rata sebesat 57,93
persen. Hal ini disebabkan sokongan dana Swamitra berupa kredit modal sehingga
mempermudah pengusaha UMKM melakukan ekspansi usaha dengan menambah
atau membuka usaha lain. Dari segi pendapatan juga mengalami peningkatan ratarata sebesar 68,23 persen.
10
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengembalian Kredit
Kredit yang disalurkan pada dasarnya harus melalui proses atau mekanisme
yang telah ditetapkan oleh masing-masing lembaga keuangan sebagai penyalur
dana. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor pengembalian
kredit telah banyak dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian-penelitian
sebelumnya tersebut memberikan pengamatan yang berbeda pada pola
pengambilan data, metode analisis serta hasil yang dicapai.
Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa proses
realisasi dan pengembalian kredit pada prinsipnya mengacu pada 5 C, yakni
character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy. Seperti yang
diungkapkan Hasibuan (2010) dalam penelitiannya “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) yang
Terkait Sektor Agribisnis pada Bank BRI di Cijeruk” menemukan bahwa variabel
usia, tingkat pendidikan, dan agunan berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat kelancaran pengembalian kredit. Variabel usia dan pendidikan memiliki
nilai koefisien negatif, akan tetapi variabel agunan memiliki koefisien positif.
Dengan demikian semakin bertambah usia dan semakin tinggi tingkat pendidikan
responden maka kemungkinan terjadinya penunggakan akan semakin tinggi.
Sebaliknya, adanya agunan akan mengurangi kemungkinan terjadinya
penunggakan terhadap pengembalian kredit.
Hutabarat (2012) pada penelitian mengenai analisis repayment capacity
KUR sektor agribisnis di BRI Unit Cibungbulang, Bogor menunjukkan bahwa
dengan taraf nyata sebesar 10 persen terlihat bahwa omset usaha dan usia
responden mempengaruhi tingkat pengembalian. Artinya semakin besar omset
usaha responden maka semakin besar nilai repayment capacity yang dimiliki.
Sebaliknya usia responden memiliki korelasi negatif terhadap nilai repayment
capacity yang dimiliki, artinya semakin dewasa responden maka semakin kecil
nilai repayment capacity yang dimiliki. Pemilihan sample dalam penelitian
Hutabarat dilakukan secara purposive. Handoyo (2009) dari hasil dari pengolahan
yang menggunakan analisis regresi logistik variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap pengembalian kredit antara lain adalah tingkat pendidikan dan
pengalaman usaha.
Lubis (2009) mengemukakan dalam penelitiannya tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi realisasi dan pengembalian kredit usaha rakyat dalam sektor
agribisnis di BRI Unit Cibungbulang, Bogor bahwa jenis kelamin dan kewajiban
per bulan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian KUR
Kupedes. Jenis kelamin wanita berpengaruh negatif dan kewajiban per bulan
memliki pengaruh yang positif terhadap kelancaran pengembalian KUR Kupedes.
Debitur wanita berpeluang lebih besar melakukan penunggakan dalam
mengembalikan kredit dibandingkan dengan debitur pria dan tidak ada pebedaan
yang berarti terhadap peluang kelancaran pengembalian kredit jika peningkatan
kewajiban per bulan tidak cukup besar. Adapun model analisis yang digunakan
dalam penelitian tersebut adalah model regresi logistik.
Rasyid (2012), dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengembalian Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Pada KBMT
Bil Barkah Kota Bogor” menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata
11
terhadap tingkat pengembalian murabahah adalah jumlah tangungan keluarga dan
frekuensi pengambilan pembiayaan. Jumlah tanggungan keluarga memiliki
pengaruh negatif terhadap tingkat kelancaran pengembalian pembiayaan
murabahah, artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga nasabah, maka
peluang untuk melakukan pengembalian secara lancar semakin kecil, sedangkan
frekuensi pengambilan pembiayaan mempunyai pengaruh positif terhada tingkat
kelancaran pengambilan pembiayaan. Artinya semakin sering nasabah melakukan
pinjaman pembiayaan pada KBMT Bil Barkah, maka semakin tinggi pula peluang
pengembalian lancar.
Secara umum, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian
kredit pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut mewakili karakteristik
personal, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Karakter personal meliputi
usia, jenis kelamin, jarak rumah nasabah dengan bank, jumlah tanggungan, serta
pembinaan. Karakter usaha meliputi pengalaman usaha, omset usaha, serta
pengalaman atau frekuensi peminjaman kredit. Sedangkan karakter kredit
meliputi jumlah peminjaman, beban bunga, jangka waktu pengembalian, dan
agunan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah
lokasi penelitian di Swamitra USP Koppas Kramat Jati. Hal ini dikarenakan
belum pernah ada penelitian di Swamitra USP Koppas Kramat Jati dengan
pembahasan masalah pengembalian kredit macet usaha mikro yang saat ini
dialami oleh Swamitra USP Koppas Kramat Jati. Perbedaan lainnya dari
penelitian sebelumnya adalah variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain adalah usia debitur, pendidikan terakhir dari debitur, jumlah
tanggungan dalam keluarga, omzet debitur, lama debitur menjalankan usahanya,
jenis usaha, status kepemilikan lokasi usaha, biaya operasional per bulan, jangka
waktu pengembalian kredit, frekuensi debitur menerima fasilitas kredit, dan
tingkat bunga. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified
Random Sampling dengan menstratifikasi populasi pengembalian lancar dan
tidak lancar.
Metode Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengembalian Kredit
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian
kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, dalam penelitian terdahulu
menggunakan alat analisis regresi logistik. Analisis regresi logistik menguji
pengaruh dari banyak variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan secara
serentak atau secara simultan. Variabel yang dijelaskan atau variabel tak bebas
dalam regresi logistik merupakan peubah dengan skala numerik Firdaus et al
(2011). Regresi logistik yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembalian kredit adalah regresi logistik biner (Lubis, 2009;
Handoyo, 2009; Hasibuan, 2010; dan Hutabarat, 2012). Disebut regresi logistik
biner karena peubah tak bebasnya hanya terdiri dari dua nilai diskontinyu yaitu 0
dan 1. Dua nilai tersebut dalam kasus pengembalian kredit melambangkan debitur
yang mengembalikan kredit dengan lancar (0) dan debitur yang mengembalikan
kredit tidak tancar (1). Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang
memengaruhi tunggakan kredit usaha mikro pada Swamitra Koppas Kramat Jati
12
belum pernah dilakukan sebelumnya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
peneliti mencoba melakukan penelitian analisis faktor- faktor yang memengaruhi
tunggakan kredit usaha mikro Swamitra Koppas Kramat Jati dengan metode
analisis linier berganda.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu pemahaman penulis
mengenai sekumpulan pemikiran atau teori dari berbagai literatur untuk
mendukung variabel-variabel penelitian. Sumber literatur tersebut seperti buku,
jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah lainnya yang diyakini
kebenarannya guna mendukung penelitian ini.
Konsep Kemitraan Perbankan
Pada dasarnya kemitraan merupakan jenis entitas bisnis yang diwujudkan
dalam kerja sama antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar, dalam
pelaksanaanya disertai pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar
dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan (Tohar,2000). Hal yang mendasari dilaksanakannnya kemitraan
yakni adanya persoalan internal dan eksternal yang dihadapi pengusaha dalam
mengembangkan usaha, sehingga memerlukan pertolongan pihak lain yang
memiliki kemampuan lebih. Perbankan yang segmen pasarnya lebih banyak pada
pengusaha UKM (Usaha Kecil Menengah) adalah bank perkreditan rakyat seperti
lembaga keuangan mikro yang menerima simpanan dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lain dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat yang melaksanakan kegiatan usahanya
melalui prinsip konvensional atau syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Herli, 2013).
Kemitraan dapat diwujudkan melalui transfer teknologi, transfer
pengetahuan dan keterampilan, transfer sumber daya (manusia dan bahan baku),
transfer metode kerja, transfer modal atau berbagai hal yang dapat diperbantukan
sehingga terpadu dalam wujud yang utuh. Namun pada aktivitas perbankan
nasional, program kemitraan merupakan salah satu upaya pengembangan
penyaluran kredit perbankan nasional, hal tersebut didasari dari Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1995.
Linkage Program merupakan program kemitraan antara bank umum
dengan koperasi atau dengan lembaga keuangan mikro guna menyalurkan kredit.
Pelaksanaan program tersebut tidak mengharuskan perbankan menyalurkan kredit
secara langsung kepada sektor riil, melainkan melalui perusahaan kemitraan
seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maupun koperasi simpan pinjam atau
disebut dengan two steps financing (Bank Indonesia, 2009). Program tersebut
memberikan manfaat baik bagi bank umum seperti proses penyaluran kredit
menjadi efisien serta memperluas jangkauan terhadap pengusaha UMKM.
13
Sedangkan pada perusahaan mitra memperoleh manfaat berupa penguatan
permodalan guna membiayai pengusaha UMKM yang memiliki potensi
berkembang. Penerapan Linkage Program dapat diwujudkan pada tiga pola
pembiayaan (Bank Indonesia, 2007) yakni :
a. Pola Executing merupakan skema penyaluran kredit dimana perbankan
memberikan modal pinjaman pada perusahaan mitra, guna disalurkan kembali
sebagai pinjaman kepada pengusaha UMKM sebagai end user (lihat Gambar
3). Kredit yang disalurkan dicatat bank umum sebagai pinjaman perusahaan
mitra, sedangkan perusahaan mitra mencatat kredit yang tersalur sebagai
pinjaman kepada pengusaha UMKM. Pada skema pembiyaan ini, perusahaan
mitra memegang kuasa penuh dalam aktivitas menyalurkan kredit, termasuk
menentukan target debitur. Hal ini akan berdampak pada risiko yang akan
diterima dimana sepenuhnya menjadi tanggungan perusahaan mitra.
Perbankan Nasional
Perusahaan Mitra
Pengusaha UMKM (end user)
Gambar 3 Model pola pembiayaan executing
b. Pola Chanelling merupakan skema penyaluran kredit perbankan melalui
perusahaan mitra (lihat Gambar 4). Pada skema pembiayaan ini, perusahaan
mitra bertindak sebagai agent dan tidak memiliki kewenangan dalam
memutuskan perjanjian kredit, kecuali bila mendapat surat kuasa dari
perbankan. Penetapan target debitur sepenuhnya menjadi tanggungjawab
perbankan . Pada skema pembiayaan ini, kredit yang disalurkan dicatat
perbankan sebagai pinjaman kepada pengusaha UMKM, sedangkan
perusahaan mitra mencatatkan pinjaman tersebut pada off balance sheet.
Risiko yang diterima dalam skema pembiayaan ini menjadi tanggungan
perbankan, namun demikian perusahaan mitra diwajibkan membantu,
memelihara dan menyehatkan debitur guna mengurangi risiko yang akan
diterima perbankan.
14
Perbankan Nasional
Perusahaan Mitra
Pengusaha UMKM (end user)
Gambar 4 Model pola pembiayaan chanelling
c. Pola Joint Financing merupakan skema penyaluran kredit dengan modal
bersama antara perbankan dengan perusahaan mitra. Dengan demikian, Kredit
yang disalurkan dicatat perbankan dan perusahaan mitra sebagai pinjaman
kepada pengusaha UMKM berdasarkan porsi masing-masing pada modal
pinjaman. Pada skema pembiayaan ini, kesepakatan bersama menjadi acuan
dalam menentukan target debitur. Hal ini berdampak pada risiko yang
diterima menjadi tanggungan bersama perbankan dan perusahaan mitra sesuai
dengan porsi masing-masing.
Perbankan Nasional
Perusahaan Mitra
Pengusaha UMKM (end user)
Gambar 5 Pola pembiayaan joint financing
Peranan Kredit di dalam Usaha
Kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat. Istilah
kredit tidak hanya dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar, tetapi sampai di
desa-desa pun kata kredit tersebut sudah sangat populer. Kata kredit dalam bahasa
Latin yaitu “credere” yang berarti percaya. Maksud dari percaya kepada si
pemberi kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai
perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan
kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban unttuk membayar sesuai jangka
waktu (Kasmir, 2012). Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa
si nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahaulu melakukan
analisa kredit.
Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang merupakan
perubahan dari Undang-undang No. 7 tahun 1992, menyatakan bahwa kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
15
Pemberdayaan dan pengembangan UMKM merupakan upaya yang
ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan.
UMKM merupakan salah satu sektor usaha yang banyak memiliki keterbatasan
dibandingkan dengan perusahaan besar. Perbedaan yang paling mendasar jika
dibandingkan dengan perusahaan besar adalah dalam hal skala usaha. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ruang lingkup usaha UMKM sangat terbatas. Rudjito (2003),
Usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin
atau mendekati miskin. Usaha mikro sering disebut dengan usaha rumah tangga.
Besarnya kredit yang dapat diterima oleh usaha ini adalah Rp 50 juta. Usaha
mikro ini adalah usaha produktif secara individu atau tergabung dalam koperasi
dengan hasil penjualan Rp 100 juta.
Penyaluran kredit ke sektor agribisnis merupakan bagian dari sistem
penunjang yaitu oleh lembaga keuangan. Istilah agribisnis pertama kali
diperkenalkan oleh Jhon H Davis dan Ray A Goldberg (dari universitas Harvard)
sekitar tahun 1957. Agribisnis merupakan kegiatan yang menyangkut manufaktur
dan distribusi dari sarana produksi pertanian. Kegiatan yang dilakukan adalah
usahatani, serta penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari produk pertanian
dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian (Drillon, 1974).
Definisi tersebut memberikan suatu konsep kegiatan pertanian yang utuh dan
komprehensif untuk dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah, tantangan,
dan kendala yang dihadapi pembangunan pertanian. Konsep tersebut sekaligus
dapat menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta pengaruhnya terhadap
pembangunan nasional secara lebih tepat.
Jenis-jenis kredit
Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2012), menggolongkan kredit ke dalam
beberapa jenis yaitu :
1. Dilihat dari sisi kegunaan :
a) Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya.
b) Kredit investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa
pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya
kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
2. Dilihat dari segi tujuan :
a) Kredit produktif yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi atau investasi.
b) Kredit konsumtif yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai
secara pribadi.
c) Kredit perdagangan yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan
dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
3. Dilihat dari segi jangka waktu :
a) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1
tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal
kerja.
b) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang memiliki jangka waktu berkisar
antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya digunakan untuk investasi.
16
c) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling panjang
yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun dan biasanya digunakan untuk investasi
jangka panjang.
4. Dilihat dari segi jaminan :
a) Kredit d
TUNGGAKAN KREDIT USAHA MIKRO
PADA SWAMITRA KOPPAS KRAMAT JATI
TITI WIJAYANTI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor
yang Memengaruhi Tunggakan Kredit Usaha Mikro pada Swamitra Koppas
Kramat Jati adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Titi Wijayanti
NIM H34114013
ABSTRAK
TITI WIJAYANTI. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tunggakan Kredit
Usaha Mikro pada Swamitra Koppas Kramat Jati. Dibimbing oleh DWI
RACHMINA.
Salah satu masalah utama pada sektor pertanian di Indonesia adalah kurang
dukungan permodalan. Program untuk mengatasi masalah ini adalah linkage
program yang merupakan kemitraan perbankan umum dengan lembaga keuangan
mikro atau koperasi. Swamitra Koppas Kramat Jati merupakan salah satu lembaga
keuangan mikro yang berperan dalam penyaluran kredit ke pelaku usaha
agribisnis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi tunggakan kredit usaha mikro. Faktor yang memengaruhi
tunggakan kredit usaha mikro dianalisis dengan analisis regresi linier berganda
dari hasil penyebaran kuesioner kepada debitur kredit mikro agribisnis Swamitra
Koppas Kramat Jati. Sampel responden dalam penelitian ini berjumlah 38 orang
dengan metode pengambilan sampel stratified random sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat tunggakan kredit berkisar dari 1,6 persen hingga 51,1
persen, dengan rata-rata tunggakan debitur mencapai 12,3 persen. Faktor-faktor
yang berpengaruh dan memiliki hubungan positif dalam tunggakan kredit usaha
mikro adalah usia debitur dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan lama
usaha, status kepemilikan lokasi usaha, dan jangka waktu pengembalian kredit
memiliki hubungan negatif.
Kata kunci: Regresi linier berganda, linkage program, kredit mikro, agribisnis
ABSTRACT
TITI WIJAYANTI. Analysis of Factors that Influencing Micro Credit Arrears on
Swamitra Koppas Kramat Jati. Supervised by DWI RACHMINA.
One of the main problems of agricultural in Indonesia is the lack of financial
support. The program to overcome this problem is linkage progam that link the
bank and micro finance institutions or cooperative. Swamitra Koppas Kramat Jati
is one of the micro finance intitutions which contribute of lending to the
agribusiness entrepreneurs. This study is focused on analyzing factors that
influencing micro credit arrears. Factors that influencing micro credit analysis
utilises multiple linier regression analysis with data collected trough
questionnaires to the debitur of micro credit agribusines Swamitra Koppas Kramat
Jati. Sample to this study was 38 responden with stratified random sampling. In
addition to these, results indicate that factors that significant influencing of micro
credit arrears and have positive correlations are age, amount of family dependents,
and factors with negative correlations are business long-term, status of business
location ownership, and period of credit repayment.
Keywords: Multiple liniear regression, linkage program, micro credit,
agribusiness
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
TUNGGAKAN KREDIT USAHA MIKRO
PADA SWAMITRA KOPPAS KRAMAT JATI
TITI WIJAYANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya akhir
dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tunggakan Kredit Usaha
Mikro pada Swamitra Koppas Kramat Jati sebagai salah satu syarat kelulusan
pada program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Laporan ini
merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di Swamitra Koppas
Kramat Jati, Jakarta Timur.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis
sebagai bentuk penghargaan kepada orang tua tercinta yang telah memberikan
dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis menuju satu titik menuju
masa depan, Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si sebagai
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran, Eva Yolynda Aviny, SP,
MM sebagai dosen komisi akademik yang telah banyak memberikan saran, Dr. Ir.
Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator kolokium yang telah banyak
memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Aries Irawan selaku manager bisnis DPPM Bank Bukopin yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Swamitra Koppas
Kramat Jati, Bapak Amayudin selaku manager Swamitra Koppas Kramat Jati,
Bapak Adi Dias selaku account officer, Ibu Ninah Wati selaku koordinator
operasional, dan Bapak Hendra Saputra beserta karyawan Swamitra Koppas
Kramat Jati yang telah membantu selama pengumpulan data dan informasi, serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Titi Wijayanti
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Kredit di dalam Perkembangan Usaha
Manfaat Pelaksanaan Linkage Program
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengembalian Kredit
Metode Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengembalian Kredit
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Kemitraan Perbankan
Peranan Kredit di dalam Usaha
Jenis-jenis kredit
Prinsip Penilaian Kredit
Kredit Bermasalah
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Penentuan Sampel
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Kualitatif
Analisis Kuantitatif
Analisis Model Regresi Linear Berganda
Pengujian Asumsi OLS
Uji Multikoliniearitas
Uji Normalitas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Pengujian Hipotesis Gabungan dan Parsial
Hipotesis Variabel Penjelas
Definisi Operasional
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Bank Bukopin
Sejarah dan Perkembangan PT. Bank Bukopin, Tbk
Visi dan Misi PT Bank Bukopin, Tbk
Gambaran Umum Swamitra
Gambaran Umum Swamitra Koppas Kramat Jati
10
12
13
1
1
4
7
7
8
8
8
9
10
11
12
12
12
14
15
16
17
18
21
21
21
21
22
22
23
23
23
25
25
25
25
26
26
27
29
29
29
29
30
30
31
Sejarah Pembentukan Koppas Kramat Jati
31
Perkembangan Koppas Kramat Jati
32
Struktur Swamitra Koppas Kramat Jati
32
Mekanisme Penyaluran Kredit Usaha Mikro Swamitra Koppas Kramat
Jati
35
HASIL DAN PEMBAHASAN
36
Karakteristik Debitur Swamitra Koppas Kramat Jati
36
Karakteristik Kepribadian Individu Responden
37
Karakteristik Usaha dan Kemampuan Responden
41
Karakteristik Kredit dan Permodalan Responden
46
Karakteristik Agunan Responden
50
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit
Swamitra Koppas Kramat Jati
52
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tunggakan Kredit Usaha Mikro
Swamitra Koppas Kramat Jati
53
Usia debitur
55
Tingkat Pendidikan
55
Jumlah Tanggungan keluarga
56
Jenis Usaha
56
Lama Usaha
57
Omzet
57
Biaya Operasional
57
Status Kepemilikan Lokasi Usaha
58
Jangka Waktu pengembalian Kredit
58
Frekuensi Peminjaman Kredit
58
Tingkat Bunga
59
SIMPULAN DAN SARAN
60
Simpulan
60
Saran
60
DAFTAR PUSTAKA
61
LAMPIRAN
63
RIWAYAT HIDUP
65
DAFTAR TABEL
1 Kriteria UMKM berdasarkan aset dan omzet di Indonesia tahun 2013
1
2 Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan usaha besar
(UB) di Indonesia tahun 2011-2012
2
3 Perkembangan PDB usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan usaha
besar di Indonesia tahun 2011-2012
2
4 Daftar bank umum peserta linkage program di Indonesia tahun 2009
3
5 Pertumbuhan modal kerja Swamitra Bukopin tahun 2010-2012
4
6 Jenis usaha mikro debitur Swamitra Koppas Kramat Jati tahun 2013
5
7 Jumlah debitur mikro agribisnis Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
kelancaran kredit tahun 2013
22
8 Uji Durbin-Watson: aturan keputusan
26
9 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
jenis kelamin tahun 2013
37
10 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
status pernikahan tahun 2013
38
11 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
usia tahun 2013
38
12 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
tingkat pendidikan tahun 2013
39
13 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
jumlah tanggungan keluarga tahun 2013
40
14 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
jarak tempat tinggal tahun 2013
40
15 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
status kepemilikan rumah tinggal tahun 2013
41
16 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
jenis usaha tahun 2013
42
17 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
lama usaha tahun 2013
42
18 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
omzet usaha tahun 2013
43
19 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
pendapatan bersih usaha tahun 2013
44
20 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
biaya opersional usaha tahun 2013
44
21 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
jumlah angsuran kredit tahun 2013
45
22 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
bunga kredit tahun 2013
46
23 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
status kepemilikan lokasi usaha tahun 2013
47
24 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
modal usaha tahun 2013
47
25 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
status kepemilikan aset usaha tahun 2013
48
26 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
plafon kredit tahun 2013
49
27 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
status jangka waktu kredit tahun 2013
49
28 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
frekuensi peminjaman kredit tahun 2013
50
29 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
nilai agunan tahun 2013
51
30 Jumlah dan proporsi responden debitur Swamitra Koppas Kramat Jati menurut
wujud agunan tahun 2013
52
31 Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit
usaha mikro pada Swamitra Koppas Kramat Jati
54
DAFTAR GAMBAR
1 Realisasi kredit usaha mikro Swamitra USP Koppas Kramat Jati oktober 2012desember 2013
6
2 Grafik perkembangan BDR kredit usaha mikro Swamitra USP Koppas Kramat
Jati pada bulan oktober 2012-desember 2013
6
3 Model pola pembiayaan executing
13
4 Model pola pembiayaan chanelling
14
5 Pola pembiayaan joint financing
14
6 Kerangka pemikiran operasional
20
7 Pola kemitraan Swamitra
31
8 Struktur organisasi Swamitra USP Koppas Kramat Jati tahun 2013
33
9 Proporsi jumlah debitur sektor agribisnis Swamitra Koppas Kramat Jati
berdasarkan tingkat tunggakannya tahun 2013
52
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor agribisnis memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan
nasional dan perekonomian Indonesia. Peran tersebut diantaranya penyerapan
tenaga kerja dan peningkatan PDB di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS), peningkatan pertumbuhan PDB di Indonesia banyak dipengaruhi
oleh sektor agribisnis. Pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan I-2013
dibandingkan triwulan IV-2012, yang diukur dari kenaikan PDB atas harga
konstan meningkat sebesar 1,41 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ini
terutama didukung oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
yang meningkat sebesar 23,06 persen karena mulainya musim panen tanaman
padi pada triwulan I-20131. Oleh karena itu, cara yang paling efektif untuk
mengembangkan perekonomian adalah melalui pengembangan UMKM
agribisnis. Pengembangan UMKM agribisnis yang dimaksud bukan hanya
pengembangan pertanian primer atau subsistem (on farm agribusiness), tetapi
juga mencakup subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness), yaitu industriindustri yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer, seperti industri
pembibitan/perbenihan, industri agro-otomotif, industri agro-kimia, dan
susbsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness), yaitu industri-industri
yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan beserta kegiatan
perdagangannya.
Tantangan yang dihadapi dunia usaha agribisnis pada saat ini adalah
pelaku usaha agribisnis di Indonesia sebagian besar masih termasuk ukuran Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sisi positif dari sektor usaha yang
berskala UMKM adalah berkembang menyesuaikan diri dalam situasi yang
berubah, karena tidak perlu terhambat oleh persoalan-persoalan birokrasi yang
dihadapi perusahaan besar. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro
Kecil dan Menengah telah diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), salah satu kriteria
UMKM adalah berdasarkan aset dan omzet. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria UMKM berdasarkan aset dan omzet di Indonesia tahun 2013
No
Uraian
Kriteria
Aset (Rp)
Omzet (Rp)
1
Usaha Mikro
Maks.50 juta
Maks.300 juta
2
Usaha Kecil
>50 juta-500 juta
> 300 juta- 2,5 Milyar
3
Usaha Menengah >500 juta-10 Milyar >2,5 Milyar-50 Milyar
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013
Potensi UMKM di Indonesia terus bertumbuh secara konsisten dan sangat
potensial, terutama pada beberapa dekade terakhir. Hal ini dapat dilihat dari data
dan fakta yang dituangkan kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
1
Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha,
Http://www.bps.go.id/aboutus.php?65tahun=1 [diakses November 2013]
2
dalam renstra tahun 2010-2014, yang secara nyata menunjukkan berbagai
kelebihan dan potensi segmen UMKM, diantaranya: UMKM memberikan
berbagai sumbangsih dalam proses pembangunan nasional seperti yang terdapat
dalam Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan usaha
besar (UB) di Indonesia tahun 2011-2012
Indikator
Unit Usaha (Unit)
a. Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
b.
Usaha Besar
Tenaga Kerja (orang)
a. Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
b.
Usaha Besar
2011
55 211 396
55 206 444
2012
56 539 560
56 534 592
Pertumbuhan(%)
2.41
2.41
54 559 969
602 195
44 280
4 952
104 613 681
101 722 458
55 856 176
629 418
48 997
4 968
110 808 154
107 657 509
2.38
4.52
10.65
0.32
5.92
5.83
94 957 797
3 939 992
2 844 669
2 891 224
99 859 517
4 535 970
3 262 023
3 150 645
5.16
15.71
14.67
8.97
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia 2013 (data
diolah)
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa UMKM menjadi sektor usaha
yang banyak menyerap tenaga kerja. Jumlah unit usaha UMKM mencapai 56,5
juta unit pada tahun 2012. UMKM merupakan pelaku ekonomi dominan di
Indonesia karena mencapai 99,99 persen dari seluruh pelaku nasional. UMKM
mampu menyerap lebih dari 107 juta tenaga kerja. Artinya, lebih dari 97 persen
pekerja nasional terkonsentrasi di sektor UMKM. Dengan demikian sektor ini
telah menjamin stabilitas pasar tenaga kerja, penekanan pengangguran, dan
menjadi wahana tumbuhnya wirausaha nasional yang tangguh dan mandiri.
Peranan UMKM dalam perekonomian juga telah berkontribusi terhadap
peningkatan PDB dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perkembangan PDB usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan
usaha besar di Indonesia tahun 2011-2012
Indikator
PDB Atas Dasar Harga
Berlaku (a+b)
a. Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
b. Usaha Besar
2011
7 427 086
2012
8 241 864
Pertumbuhan (%)
10.97
4 303 571
4 869 568
13.15
2 579 388
722 012
1 002 170
3 123 515
2 952 120
798 122
1 120 325
3 372 296
14.41
10.54
11.79
7.96
Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia 2013
3
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa kontribusi UMKM terhadap
PDB menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pada
tahun 2012 mencapai Rp 4.869.568,1 triliun, dengan jumlah tersebut berarti
57,94 persen dari PDB nasional bersandar pada produktivitas UMKM. Kontribusi
UMKM mencapai seperlima dari total ekspor non migas. Hal ini menjadikan daya
saing produk UMKM di pasar global, sekaligus merupakan bukti adanya potensi
besar yang perlu terus dijaga kesinambungannya.
Berbagai sumber modal yang tersedia di lembaga keuangan sangat
bermanfaat untuk usaha UMKM. Di Indonesia, pemerintah melalui Bank
Indonesia telah membuat program agar penyaluran kredit dapat sampai ke
pedesaan dan kepada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
sehingga pemerataan ekonomi dapat tercapai dan kesejahteraan masyarakat serta
penyerapan tenaga kerja dapat meningkat. Linkage Program salah satu cara
mendorong intermediasi dengan memberdayakan sektor Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM), berikut daftar bank umum peserta linkage program dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Daftar bank umum peserta linkage program di Indonesia tahun 2009
No
1
2
3
5
6
7
8
Nama Bank Umum
PT Bank Negara Indonesia
(persero), Tbk
PT BPD Jawa Barat Dan
Banten
PT Bank Muamalat Indonesia
Mitra Program
BPR dan
Koperasi
BPR dan
Koperasi
BPRS dan BMT,
dan Koperasi
PT Bank Rakyat Indonesia Koperasi
(Persero), Tbk
PT Bank Central Asia, Tbk
BPR
PT Bank Syariah Mandiri
BPR dan BPRS
PT Bank Bukopin
Koperasi
Plafon Kredit (Rp)
512 000 000 000
22 550 000 000
66 586 747 138
600 000 000
9 970 000 000
27 000 000 000
54 110 203 694
Sumber: Bank Indonesia 2009
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa Bank Bukopin merupakan salah satu
peserta Linkage Program dimana pada tahun 2009 memiliki plafon kredit sebesar
Rp 54.110.203.694,00. Linkage program merupakan upaya untuk meningkatkan
daya saing Lembaga Keuangan Mikro sekaligus efisiensi pelaksanaan skim kredit
Bank Umum (Konvensional dan Syariah). Linkage program menjadi kerjasama
yang saling menguntungkan antara Bank Umum dengan Lembaga Keuangan
Mikro dalam hal penyaluran kredit kepada UMKM. Tujuannya adalah untuk
mempercepat pencapaian business plan kredit Bank Umum kepada UMKM, juga
untuk mengatasi keterbatasan jaringan dan sumber daya manusia Bank Umum
dalam menjangkau usaha mikro secara langsung di pedesaan. Sementara itu bagi
Swamitra, linkage program dapat mengatasi hambatan kesulitan modal kerja yang
diperlukan dalam penyaluran kredit. Bank Bukopin juga telah membangun lebih
dari 625 jaringan outlet micro-banking dengan nama “Swamitra”, sebagai wujud
kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro.
Swamitra adalah nama suatu bentuk kerjasama atau kemitraan antara Bank
Bukopin dengan Koperasi untuk mengembangkan serta modernisasi Usaha
Simpan Pinjam (USP) melalui pemanfaatan jaringan teknologi (network) dan
4
dukungan sistem manajemen sehingga USP memiliki kemampuan pelayanan
transaksi keuangan yang lebih luas dengan tetap memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pertumbuhan modal kerja Swamitra Bukopin
semakin meningkat tiap tahunnya terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Pertumbuhan modal kerja Swamitra Bukopin tahun 2010-2012
Tahun
2010
2011
2012
Kredit (Rp Miliar)
Pertumbuhan (%)
607
753
957
24.05
27.09
Sumber: Bank Bukopin 2012
Perkembangan Swamitra, yaitu suatu pola kerjasama kemitraan antara Bank
Bukopin dengan Koperasi, dimana Bank Bukopin memberikan dukungan
permodalan, pemanfaatan jaringan teknologi dan dukungan sistem manajemen
yang profesional, pada tahun 2012 juga memiliki pertumbuhan yang positif.
Jumlah outlet kerjasama pada akhir Desember 2012 sebanyak 625 Swamitra atau
tumbuh sebesar 7,2 persen dari tahun 2011. Kinerja keuangan Swamitra juga
mampu menunjukkan kondisi yang relatif aman, dimana secara keseluruhan kredit
yang diberikan tumbuh sebesar 13 persen dan aset tumbuh 12 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pengembangan konsep Swamitra untuk menjangkau pelaku usaha mikro di
pelosok daerah juga dilakukan pada tahun 2012. Swamitra banyak didirikan di
sekitar pasar-pasar atau pusat bisnis lainnya. Swamitra Koppas Kramat jati
merupakan salah satu Swamitra di Jakarta Timur yang berperan dalam
menyalurkan kredit untuk pengembangan usaha mikro, letaknya strategis karena
berdiri dekat dengan pasar dan pusat bisnis. Debitur Swamitra Koppas Kramat Jati
sebagian besar merupakan pedagang produk hilir agribisnis di pasar Kramat Jati
dan pasar Induk Kramat Jati. Pasar Induk Kramat Jati merupakan pusat
perdagangan besar sayur-sayuran dan buah-buahan di wilayah DKI Jakarta yang
bersifat menyeluruh dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang diperlukan sebagai
pusat perdagangan sayur-sayuran dan buah-buahan. Dalam tiga tahun terakhir
Swamitra Koppas Kramat Jati telah berhasil menyalurkan dana sekitar 4 milyar,
namun dalam perkembangan pembiayaannya Swamitra Koppas Kramat Jati tidak
terlepas dari permasalahan kredit macet. Tercatat sampai dengan Oktober 2013,
BDR (Bad Debt Ratio) mencapai 6 persen. Hal tersebut merupakan salah satu
indikator kinerja Swamitran USP Koppas Kramat Jati yang dinilai kurang baik.
Meningkatnya penyaluran jumlah kredit yang telah disalurkan oleh Swamitra USP
Koppas Kramat Jati juga diiringi dengan kenaikan BDR.
Rumusan Masalah
Mengingat sektor UMKM agribisnis mempunyai peranan yang sangat
penting bagi perekonomian Indonesia, maka ketersediaan modal adalah salah satu
unsur yang sangat vital untuk mendorong pertumbuhan UMKM agribisnis. Akan
tetapi, akses UMKM yang terbatas terhadap kredit perbankan menghambat
potensi kredit, sehingga tidak semua UMKM mendapatkan fasilitas kredit.
Keterbatasan akses tersebut dikarenakan anggapan pihak perbankan bahwa
5
UMKM tidak bankable atau tidak layak diberikan kredit. Selain itu usaha
agribisnis yang memiliki banyak risiko seperti mahalnya input, harga komoditas
yang fluktuatif, memerlukan penanganan penyimpanan untuk menjaga stok dan
lain sebagainya. Anggapan ini terjadi karena kurangnya informasi mengenai
UMKM yang potensial, tingginya suku bunga, biaya transaksi yang tinggi per
nasabah, dan lemahnya UMKM dalam hal sumberdaya manusia, permodalan,
teknologi, manajemen, dan pemasaran. Menurut Bank Indonesia (2010) sebanyak
60 juta UMKM di Indonesia belum tersentuh perbankan.
Bank Bukopin merupakan salah satu bank yang melaksanakan Linkage
Program. Melalui Swamitra, Bank Bukopin telah menyalurkan kredit ke pelaku
usaha mikro, serta telah berkontribusi membantu perkembangan UMKM di
Indonesia. Swamitra dapat memberikan kredit mulai dari dua juta rupiah sampai
dengan seratus lima puluh juta rupiah.
Pengembangan konsep Swamitra untuk menjangkau pelaku usaha mikro di
pelosok daerah juga dilakukan pada tahun 2012. Swamitra banyak didirikan di
sekitar pasar-pasar atau pusat bisnis lainnya. Swamitra USP (Unit Simpan Pinjam)
Koppas Kramat jati merupakan salah satu Swamitra di Jakarta Timur yang
berperan dalam menyalurkan kredit untuk pengembangan usaha mikro. Potensi
besar untuk penyaluran kredit Swamitra USP Koppas Kramat Jati didukung
dengan letaknya yang strategis karena berlokasi dekat dengan pasar dan pusat
bisnis, seperti Pasar Induk Jakarta dan Pasar Kramat Jati, dimana banyak
masyarakat yang bekerja sebagai pelaku usaha mikro. Jenis usaha mikro debitur
Swamitra Koppas Kramat Jati dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis usaha mikro debitur Swamitra Koppas Kramat Jati tahun 2013
No
1.
2.
3.
3.
4.
5.
6.
Jenis Usaha Mikro
Sembako
Sayur-sayuran
buahan
Bumbu
Kontrakan
Otomotif
Voucher
Konsumtif
Total
dan
buah-
Jumlah Debitur
(Orang)
Persentase (%)
98
155
15
24
131
131
73
33
33
654
20
20
11
5
5
100
Sumber: Swamitra Koppas Kramat Jati 2013
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa jenis usaha mikro debitur Swamitra
Koppas Kramat Jati bervariasi, kredit yang diberikan kepada debitur Swamitra
Koppas Kramat Jati digolongkan untuk kredit produktif sebesar 95 persen dan
kredit konsumtif sebesar 5 persen. Debitur Swamitra didominasi oleh pedagang
produk hilir agribisnis seperti pedagang sembako, sayur-sayuran, buah-buahan,
bumbu dan sebagainya. Dalam tiga tahun terakhir Swamitra USP Koppas
Kramat Jati telah berhasil menyalurkan kredit sekitar empat milyar.
Perkembangan realisasi kredit usaha mikro Swamitra USP Koppas Kramat Jati
Oktober 2012-Desember 2013 dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Sumber : Swamitra USP Koppas Kramat Jati 2013
Gambar 1 Realisasi kredit usaha mikro Swamitra USP Koppas Kramat Jati
oktober 2012-desember 2013
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan secara deskriptif bahwa penyaluran
kredit usaha mikro telah mencapai target tiap bulannya meningkat, namun dalam
perkembangan penyaluran kreditnya, Swamitra Koppas Kramat Jati tidak terlepas
dari permasalahan kredit macet. Tercatat sampai dengan Oktober, BDR (Bad Debt
Ratio) mencapai 6 persen. Nilai tunggakan riil atau BDR merupakan presentasi
seluruh kredit yang termasuk Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet
(M) terhadap seluruh nilai sisa pinjaman. Salah satu indikator kredit yang sehat
bagi Swamitra Koppas Kramat Jati adalah jika BDR dibawah lima persen. Grafik
perkembangan BDR Swamitra Koppas Kramat Jati dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber : Swamitra Koppas Kramat Jati 2013
Gambar 2 Grafik perkembangan BDR kredit usaha mikro Swamitra USP Koppas
Kramat Jati pada bulan oktober 2012-desember 2013
Gambar 2 menunjukkan permasalahan nasabah yang tergolong dalam
kolektibilitas bermasalah, yaitu pembiayaan yang pengembaliannya diragukan dan
7
macet. Dalam tiga tahun belakangan ini terdapat 92 orang nasabah yang
dikategorikan kredit macet, 90 orang nasabah dalam perhatian khusus, 81 orang
nasabah dalam kategori kurang lancar, dan 121 orang nasabah dalam kategori
lancar, dengan meningkatnya jumlah kredit yang telah disalurkan oleh Swamitra
USP Koppas Kramat Jati juga diiringi dengan kenaikan BDR.
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat tunggakan kredit usaha mikro nasabah Swamitra Koppas
Kramat Jati?
2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi tingkat tunggakan kredit usaha mikro
pada Swamitra Koppas Kramat Jati?
Tujuan
Tujuan dari penelitian yang dapat dikaji adalah :
1. Mengukur tingkat tunggakan kredit usaha mikro debitur Swamitra Koppas
Kramat Jati.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tunggakan kredit usaha mikro
pada Swamitra Koppas Kramat jati.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi:
1. Bagi Penulis
Dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu
pengetahuan mendalam mengenai Lembaga Keuangan Mikro. Semoga dapat
memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh di masa perkuliahan,
sebagai bekal yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja serta pengalaman
berharga dalam konvergensi teori-teori ilmiah dengan fenomena di lapangan.
2. Bagi Swamitra Koppas Kramat Jati
Sebagai bahan informasi dan diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan
strategi untuk menentukan kebijakan khususnya terkait dengan rencana
penyaluran kredit sehingga realisasi kredit akan meningkat dan akhirnya
mecapai target realisasi serta mengurangi bahkan mencegah adanya kasus
penunggakan pengembalian kredit (kredit bermasalah).
3. Bagi Pembaca
Dapat dijadikan sumber informasi untuk dijadikan acuan dan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
8
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Swamitra Koppas Kramat Jati. Berlokasi di
Jalan Raya Bogor KM.19 Kramat Jati, Jakarta Timur. Penelitian ini memfokuskan
pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi tunggakan kredit usaha mikro pada
Swamitra Koppas Kramat Jati, Jakarta Timur.
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan Kredit di dalam Perkembangan Usaha
Penyaluran kredit untuk usaha khususnya UMKM dapat berpengaruh
terhadap perkembangan usaha, hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2013) mengenai peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank
Jateng terhadap perkembangan usaha mikro di Kabupaten Boyolali menunjukkan
bahwa setelah menerima KUR, perkembangan usaha mikro kecil di Kabupaten
Boyolali mengalami peningkatan yang signifikan terhadap omzet penjualan,
keuntungan, dan jumlah jam kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa KUR
efektif di dalam membantu pengembangan usaha.
Penelitian mengenai kinerja penyaluran KUPEDES serta dampaknya
terhadap peningkatan pendapatan usaha nasabah BRI Unit Citeureup yang
dilakukan oleh Fitrianingsih (2008) menunjukkan bahwa KUPEDES mampu
meningkatkan pendapatan nasabahnya. Peningkatan pendapatan rata-rata yang
dialami oleh nasabah mencapai 29,14 persen, sedangkan sektor perdagangan
mengalami pengingkatan yang paling signifikan dengan peningkatan sebesar
35,26 persen. Tingkat kepercayaaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
95 persen. Penelitian lain yang dilakukan Syofwan (2012) mengenai peranan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap pengembangan UMK di Kecamatan
Gebang Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa meningkatnya pendapatan
pengusaha Usaha Mikro dan Kecil setelah mendapatkan atau meminjam Kredit
Usaha Rakyat dari Bank BRI unit Kecamatan Gebang, dan dilihat dari hasil
analisis bahwa besarnya pengaruh variabel modal Kredit Usaha Rakyat terhadap
perubahan tingkat pendapatan bernilai positif, sehingga semakin tinggi modal
Kredit Usaha Rakyat (KUR) maka akan semakin tinggi pula perubahan tingkat
pendapatan yang akan didapatkan pengusaha Mikro dan Kecil (UMK), dimana
setiap kenaikan modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) maka pendapatan pengusaha
Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Gebang juga meningkat. Kemudian Rita
(2004) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis pengaruh Pemberian Kredit
Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil dan Menengah” mengemukakan
bahwa kredit tidak berpengaruh nyata terhadap pedagang usaha kecil menengah di
daerah medan. Hal ini diakibatkan oleh belum adanya pengelolaan yang baik
untuk modal yang didapatkan dari kredit sehingga proporsi penggunaan modal
lebih banyak untuk keperluan pribadi dibandingkan dengan untuk membeli inputinput produksi.
9
Manfaat Pelaksanaan Linkage Program
Linkage Program
dengan pola Swamitra merupakan suatu bentuk
kerjasama yang saling menguntungkan antara bank umum dengan koperasi.
Kerjasama kemitraan ini dilakukan antara Bank Bukopin dengan koperasi untuk
memoderenisasi usaha simpan pinjam melalui pemanfaatan jaringan teknologi
(network) dan dukungan sistem manajemen yang profesional sehingga memiliki
kemampuan memberikan pelayanan jasa-jasa keuangan yang lebih luas. Swamitra
diharapkan dapat menjadi sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan lemahnya
permodalan, kepercayaan, dan manajemen yang selama ini dihadapi sektor
UMKM. Selain itu, dilaksanakannya program kemitraan swamitra untuk
mengembangkan dan memperkuat struktur permodalan koperasi yang selama ini
mengahadapi banyak kendala.
Mochtar (2008) dalam penelitiannya mengenai pengembangan penyaluran
kredit melalui koperasi dengan pola Swamitra untuk peningkatan ekonomi daerah
dan masyarakat di kota Pekanbaru, mengemukakan bahwa Bank Bukopin melalui
swamitra menerapkan empat konsep antara lain; Pertama, Pemberdayaan ekonomi
rakyat melalui dukungan teknis, pemasaran dan pembiayaan melalui kemitraan
antara Bank Bukopin dengan Koperasi. Hal tersebut dimaksufkan guna
menumbuhkan kepercayaan anggota koperasi. Kedua, menghubungkan kebutuhan
produsen atau pengusaha UMKM dengan konsumen melalui penyediaan
informasi dan komunikasi bisnis. Hal ini dimaksudkan untuk mengefisiensikan
jalur distribusi yang panjang, sehingga pengusaha UMKM dan konsumen dapat
menikmati nilai tambah dalam aktifitas bisnis, Ketiga, memperluas pelayanan
transkaksi perbankan guna memepermudah pengusaha UMKM melakukan
aktivitas sharing dan kredit untuk memperlancar arus perdagangan. Keempat,
membangun hubungan kemitraan jaringan kerja dengan dukungan teknologi untuk
mempererat hubungan kemitraan Bank Bukopin dengan koperasi.
Mochtar (2008) juga menambahkan mengenai dampak yang diterima pelaku
UMKM mengikuti kemitraan Swamitra Bank Bukopin, antara lain peningkatan
aset dan skala usaha, peningkatan penyerapan tenaga kerja, perluasan pasar, dan
peningkatan pendapatan. Hal ini ditinjau dari seluruh unit Swamitra di Kota
Pekanbaru. Dari segi aset yang dimiliki para pelaku UMKM, baik aset finansial
dan aset Riil (rumah, tanah, dan kendaraan) meningkat rata-rata sebesar 36,50
persen. Rumah tersebut dikategorika kecil, namun demikian masih banyak
diyakini akan meningkat setiap tahunnya. Sedangkan dari segi penyerapan tenaga
kerja, pelaku UMKM mengalami peningkatan rata-rata sebesar 45,89 persen.Hal
ini berkaitan dengan meningkatnya volume usaha pelaku usaha UMKM setelah
menerima kredit Swamitra sehingga menyebabkan perlunya tambahan tenaga
kerja.
Dari segi pasar, UMKM mengalami peningkatan rata-rata sebesat 57,93
persen. Hal ini disebabkan sokongan dana Swamitra berupa kredit modal sehingga
mempermudah pengusaha UMKM melakukan ekspansi usaha dengan menambah
atau membuka usaha lain. Dari segi pendapatan juga mengalami peningkatan ratarata sebesar 68,23 persen.
10
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengembalian Kredit
Kredit yang disalurkan pada dasarnya harus melalui proses atau mekanisme
yang telah ditetapkan oleh masing-masing lembaga keuangan sebagai penyalur
dana. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor pengembalian
kredit telah banyak dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian-penelitian
sebelumnya tersebut memberikan pengamatan yang berbeda pada pola
pengambilan data, metode analisis serta hasil yang dicapai.
Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa proses
realisasi dan pengembalian kredit pada prinsipnya mengacu pada 5 C, yakni
character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy. Seperti yang
diungkapkan Hasibuan (2010) dalam penelitiannya “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) yang
Terkait Sektor Agribisnis pada Bank BRI di Cijeruk” menemukan bahwa variabel
usia, tingkat pendidikan, dan agunan berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat kelancaran pengembalian kredit. Variabel usia dan pendidikan memiliki
nilai koefisien negatif, akan tetapi variabel agunan memiliki koefisien positif.
Dengan demikian semakin bertambah usia dan semakin tinggi tingkat pendidikan
responden maka kemungkinan terjadinya penunggakan akan semakin tinggi.
Sebaliknya, adanya agunan akan mengurangi kemungkinan terjadinya
penunggakan terhadap pengembalian kredit.
Hutabarat (2012) pada penelitian mengenai analisis repayment capacity
KUR sektor agribisnis di BRI Unit Cibungbulang, Bogor menunjukkan bahwa
dengan taraf nyata sebesar 10 persen terlihat bahwa omset usaha dan usia
responden mempengaruhi tingkat pengembalian. Artinya semakin besar omset
usaha responden maka semakin besar nilai repayment capacity yang dimiliki.
Sebaliknya usia responden memiliki korelasi negatif terhadap nilai repayment
capacity yang dimiliki, artinya semakin dewasa responden maka semakin kecil
nilai repayment capacity yang dimiliki. Pemilihan sample dalam penelitian
Hutabarat dilakukan secara purposive. Handoyo (2009) dari hasil dari pengolahan
yang menggunakan analisis regresi logistik variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap pengembalian kredit antara lain adalah tingkat pendidikan dan
pengalaman usaha.
Lubis (2009) mengemukakan dalam penelitiannya tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi realisasi dan pengembalian kredit usaha rakyat dalam sektor
agribisnis di BRI Unit Cibungbulang, Bogor bahwa jenis kelamin dan kewajiban
per bulan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian KUR
Kupedes. Jenis kelamin wanita berpengaruh negatif dan kewajiban per bulan
memliki pengaruh yang positif terhadap kelancaran pengembalian KUR Kupedes.
Debitur wanita berpeluang lebih besar melakukan penunggakan dalam
mengembalikan kredit dibandingkan dengan debitur pria dan tidak ada pebedaan
yang berarti terhadap peluang kelancaran pengembalian kredit jika peningkatan
kewajiban per bulan tidak cukup besar. Adapun model analisis yang digunakan
dalam penelitian tersebut adalah model regresi logistik.
Rasyid (2012), dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengembalian Pembiayaan Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis Pada KBMT
Bil Barkah Kota Bogor” menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata
11
terhadap tingkat pengembalian murabahah adalah jumlah tangungan keluarga dan
frekuensi pengambilan pembiayaan. Jumlah tanggungan keluarga memiliki
pengaruh negatif terhadap tingkat kelancaran pengembalian pembiayaan
murabahah, artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga nasabah, maka
peluang untuk melakukan pengembalian secara lancar semakin kecil, sedangkan
frekuensi pengambilan pembiayaan mempunyai pengaruh positif terhada tingkat
kelancaran pengambilan pembiayaan. Artinya semakin sering nasabah melakukan
pinjaman pembiayaan pada KBMT Bil Barkah, maka semakin tinggi pula peluang
pengembalian lancar.
Secara umum, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian
kredit pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut mewakili karakteristik
personal, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Karakter personal meliputi
usia, jenis kelamin, jarak rumah nasabah dengan bank, jumlah tanggungan, serta
pembinaan. Karakter usaha meliputi pengalaman usaha, omset usaha, serta
pengalaman atau frekuensi peminjaman kredit. Sedangkan karakter kredit
meliputi jumlah peminjaman, beban bunga, jangka waktu pengembalian, dan
agunan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah
lokasi penelitian di Swamitra USP Koppas Kramat Jati. Hal ini dikarenakan
belum pernah ada penelitian di Swamitra USP Koppas Kramat Jati dengan
pembahasan masalah pengembalian kredit macet usaha mikro yang saat ini
dialami oleh Swamitra USP Koppas Kramat Jati. Perbedaan lainnya dari
penelitian sebelumnya adalah variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain adalah usia debitur, pendidikan terakhir dari debitur, jumlah
tanggungan dalam keluarga, omzet debitur, lama debitur menjalankan usahanya,
jenis usaha, status kepemilikan lokasi usaha, biaya operasional per bulan, jangka
waktu pengembalian kredit, frekuensi debitur menerima fasilitas kredit, dan
tingkat bunga. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified
Random Sampling dengan menstratifikasi populasi pengembalian lancar dan
tidak lancar.
Metode Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengembalian Kredit
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian
kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, dalam penelitian terdahulu
menggunakan alat analisis regresi logistik. Analisis regresi logistik menguji
pengaruh dari banyak variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan secara
serentak atau secara simultan. Variabel yang dijelaskan atau variabel tak bebas
dalam regresi logistik merupakan peubah dengan skala numerik Firdaus et al
(2011). Regresi logistik yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembalian kredit adalah regresi logistik biner (Lubis, 2009;
Handoyo, 2009; Hasibuan, 2010; dan Hutabarat, 2012). Disebut regresi logistik
biner karena peubah tak bebasnya hanya terdiri dari dua nilai diskontinyu yaitu 0
dan 1. Dua nilai tersebut dalam kasus pengembalian kredit melambangkan debitur
yang mengembalikan kredit dengan lancar (0) dan debitur yang mengembalikan
kredit tidak tancar (1). Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang
memengaruhi tunggakan kredit usaha mikro pada Swamitra Koppas Kramat Jati
12
belum pernah dilakukan sebelumnya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
peneliti mencoba melakukan penelitian analisis faktor- faktor yang memengaruhi
tunggakan kredit usaha mikro Swamitra Koppas Kramat Jati dengan metode
analisis linier berganda.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu pemahaman penulis
mengenai sekumpulan pemikiran atau teori dari berbagai literatur untuk
mendukung variabel-variabel penelitian. Sumber literatur tersebut seperti buku,
jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah lainnya yang diyakini
kebenarannya guna mendukung penelitian ini.
Konsep Kemitraan Perbankan
Pada dasarnya kemitraan merupakan jenis entitas bisnis yang diwujudkan
dalam kerja sama antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar, dalam
pelaksanaanya disertai pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar
dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan (Tohar,2000). Hal yang mendasari dilaksanakannnya kemitraan
yakni adanya persoalan internal dan eksternal yang dihadapi pengusaha dalam
mengembangkan usaha, sehingga memerlukan pertolongan pihak lain yang
memiliki kemampuan lebih. Perbankan yang segmen pasarnya lebih banyak pada
pengusaha UKM (Usaha Kecil Menengah) adalah bank perkreditan rakyat seperti
lembaga keuangan mikro yang menerima simpanan dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lain dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat yang melaksanakan kegiatan usahanya
melalui prinsip konvensional atau syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Herli, 2013).
Kemitraan dapat diwujudkan melalui transfer teknologi, transfer
pengetahuan dan keterampilan, transfer sumber daya (manusia dan bahan baku),
transfer metode kerja, transfer modal atau berbagai hal yang dapat diperbantukan
sehingga terpadu dalam wujud yang utuh. Namun pada aktivitas perbankan
nasional, program kemitraan merupakan salah satu upaya pengembangan
penyaluran kredit perbankan nasional, hal tersebut didasari dari Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1995.
Linkage Program merupakan program kemitraan antara bank umum
dengan koperasi atau dengan lembaga keuangan mikro guna menyalurkan kredit.
Pelaksanaan program tersebut tidak mengharuskan perbankan menyalurkan kredit
secara langsung kepada sektor riil, melainkan melalui perusahaan kemitraan
seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maupun koperasi simpan pinjam atau
disebut dengan two steps financing (Bank Indonesia, 2009). Program tersebut
memberikan manfaat baik bagi bank umum seperti proses penyaluran kredit
menjadi efisien serta memperluas jangkauan terhadap pengusaha UMKM.
13
Sedangkan pada perusahaan mitra memperoleh manfaat berupa penguatan
permodalan guna membiayai pengusaha UMKM yang memiliki potensi
berkembang. Penerapan Linkage Program dapat diwujudkan pada tiga pola
pembiayaan (Bank Indonesia, 2007) yakni :
a. Pola Executing merupakan skema penyaluran kredit dimana perbankan
memberikan modal pinjaman pada perusahaan mitra, guna disalurkan kembali
sebagai pinjaman kepada pengusaha UMKM sebagai end user (lihat Gambar
3). Kredit yang disalurkan dicatat bank umum sebagai pinjaman perusahaan
mitra, sedangkan perusahaan mitra mencatat kredit yang tersalur sebagai
pinjaman kepada pengusaha UMKM. Pada skema pembiyaan ini, perusahaan
mitra memegang kuasa penuh dalam aktivitas menyalurkan kredit, termasuk
menentukan target debitur. Hal ini akan berdampak pada risiko yang akan
diterima dimana sepenuhnya menjadi tanggungan perusahaan mitra.
Perbankan Nasional
Perusahaan Mitra
Pengusaha UMKM (end user)
Gambar 3 Model pola pembiayaan executing
b. Pola Chanelling merupakan skema penyaluran kredit perbankan melalui
perusahaan mitra (lihat Gambar 4). Pada skema pembiayaan ini, perusahaan
mitra bertindak sebagai agent dan tidak memiliki kewenangan dalam
memutuskan perjanjian kredit, kecuali bila mendapat surat kuasa dari
perbankan. Penetapan target debitur sepenuhnya menjadi tanggungjawab
perbankan . Pada skema pembiayaan ini, kredit yang disalurkan dicatat
perbankan sebagai pinjaman kepada pengusaha UMKM, sedangkan
perusahaan mitra mencatatkan pinjaman tersebut pada off balance sheet.
Risiko yang diterima dalam skema pembiayaan ini menjadi tanggungan
perbankan, namun demikian perusahaan mitra diwajibkan membantu,
memelihara dan menyehatkan debitur guna mengurangi risiko yang akan
diterima perbankan.
14
Perbankan Nasional
Perusahaan Mitra
Pengusaha UMKM (end user)
Gambar 4 Model pola pembiayaan chanelling
c. Pola Joint Financing merupakan skema penyaluran kredit dengan modal
bersama antara perbankan dengan perusahaan mitra. Dengan demikian, Kredit
yang disalurkan dicatat perbankan dan perusahaan mitra sebagai pinjaman
kepada pengusaha UMKM berdasarkan porsi masing-masing pada modal
pinjaman. Pada skema pembiayaan ini, kesepakatan bersama menjadi acuan
dalam menentukan target debitur. Hal ini berdampak pada risiko yang
diterima menjadi tanggungan bersama perbankan dan perusahaan mitra sesuai
dengan porsi masing-masing.
Perbankan Nasional
Perusahaan Mitra
Pengusaha UMKM (end user)
Gambar 5 Pola pembiayaan joint financing
Peranan Kredit di dalam Usaha
Kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat. Istilah
kredit tidak hanya dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar, tetapi sampai di
desa-desa pun kata kredit tersebut sudah sangat populer. Kata kredit dalam bahasa
Latin yaitu “credere” yang berarti percaya. Maksud dari percaya kepada si
pemberi kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai
perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan
kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban unttuk membayar sesuai jangka
waktu (Kasmir, 2012). Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa
si nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahaulu melakukan
analisa kredit.
Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang merupakan
perubahan dari Undang-undang No. 7 tahun 1992, menyatakan bahwa kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
15
Pemberdayaan dan pengembangan UMKM merupakan upaya yang
ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan.
UMKM merupakan salah satu sektor usaha yang banyak memiliki keterbatasan
dibandingkan dengan perusahaan besar. Perbedaan yang paling mendasar jika
dibandingkan dengan perusahaan besar adalah dalam hal skala usaha. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ruang lingkup usaha UMKM sangat terbatas. Rudjito (2003),
Usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin
atau mendekati miskin. Usaha mikro sering disebut dengan usaha rumah tangga.
Besarnya kredit yang dapat diterima oleh usaha ini adalah Rp 50 juta. Usaha
mikro ini adalah usaha produktif secara individu atau tergabung dalam koperasi
dengan hasil penjualan Rp 100 juta.
Penyaluran kredit ke sektor agribisnis merupakan bagian dari sistem
penunjang yaitu oleh lembaga keuangan. Istilah agribisnis pertama kali
diperkenalkan oleh Jhon H Davis dan Ray A Goldberg (dari universitas Harvard)
sekitar tahun 1957. Agribisnis merupakan kegiatan yang menyangkut manufaktur
dan distribusi dari sarana produksi pertanian. Kegiatan yang dilakukan adalah
usahatani, serta penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari produk pertanian
dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian (Drillon, 1974).
Definisi tersebut memberikan suatu konsep kegiatan pertanian yang utuh dan
komprehensif untuk dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah, tantangan,
dan kendala yang dihadapi pembangunan pertanian. Konsep tersebut sekaligus
dapat menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta pengaruhnya terhadap
pembangunan nasional secara lebih tepat.
Jenis-jenis kredit
Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2012), menggolongkan kredit ke dalam
beberapa jenis yaitu :
1. Dilihat dari sisi kegunaan :
a) Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya.
b) Kredit investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa
pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya
kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
2. Dilihat dari segi tujuan :
a) Kredit produktif yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi atau investasi.
b) Kredit konsumtif yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai
secara pribadi.
c) Kredit perdagangan yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan
dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
3. Dilihat dari segi jangka waktu :
a) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1
tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal
kerja.
b) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang memiliki jangka waktu berkisar
antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya digunakan untuk investasi.
16
c) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling panjang
yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun dan biasanya digunakan untuk investasi
jangka panjang.
4. Dilihat dari segi jaminan :
a) Kredit d